Laporan Blok 7

41
Laporan Hasil Diskusi Tutorial 3 KERASIONALAN FARMAKOTERAPI BLOK 7 / SEMESTER III dr Nurina Tyagita Moderator : Abdul Rozak (H2A010001) Anggota kelompok : 1. Anita Mayasari (H2A010006) 2. Devi Yanuar P. (H2A010011) 3. Festi Tsaqofah (H2A010016) 4. Gananda Laksa (H2A010021) 5. Iqbal Donarika W. (H2A010026)

description

lap

Transcript of Laporan Blok 7

Page 1: Laporan Blok 7

Laporan Hasil Diskusi Tutorial 3

KERASIONALAN FARMAKOTERAPI

BLOK 7 / SEMESTER III

dr Nurina Tyagita

Moderator : Abdul Rozak (H2A010001)

Anggota kelompok :

1. Anita Mayasari (H2A010006)

2. Devi Yanuar P. (H2A010011)

3. Festi Tsaqofah (H2A010016)

4. Gananda Laksa (H2A010021)

5. Iqbal Donarika W. (H2A010026)

6. M. Candra Rusdi A. (H2A010031)

7. N. Ulfah Azzahro’ (H2A010036)

8. Prinanda Putra Hendri W. (H2A010041)

9. Sandhy Hapsari A (H2A010046)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2011/2012

Page 2: Laporan Blok 7

Skenario 3

Kerasionalan Farmakoterapi

Seorang pasien datang dengan keluhan demam, anyang-anyangen dan nyeri

pinggang serta nyeri bila BAK. Oleh dokter di resepkan obat sebagai berikut

R/ Amoxicilin no X

S3 dd 1

R/ Antalgin no X

S3 dd 1

Setelah minum obat, pasien mengeluh deg-degan, keringat dingin, kulit gatal dan

melepuh. Pasien datang ke RS oleh dokter di diagnosis alergi obat. Keluarga

pasien menyalahkan dan menuntut dokter yang memberi resep.

STEP 1

1. Resep : Permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter

hewan kepada apoteker untuk membuat obat dalam bentuk sediaan

tertentu dan menyerahkannya kepada pasien.

2. Alergi obat : Reaksi abnormal jaringan terhadap berbagai jenis

substansi atau suatu reaksi hipersensitivitas.

3. Anyang-anyangen : keadaan dimana frekwensi mixi kandung kemih

lebih besar dari pada biasanya.

4. Nyeri pinggang : gejala dan gangguan dalam tubuh di sekitar

pinggang.

5. Deg – degan: keadaaan tubuh merasakan denyut jantung berlebih

(takikardi) dan biasanya dibarengi dengan tekanan darah naik (hipertensi)

Page 3: Laporan Blok 7

Pengertianya adalah amoxicillin 10 tablet dan juga antalgin

10 tablet, masing – masing diminum 3 kali sehari

6. Amoxicilin : suatu derivat semisintetik dari ampisilin yang efektif

melawan spektrum luas bakteri gram positif dan gram negatif terutama

digunakan dalam pengobatan infeksi akibat strain haemophilus

influenza,escheria colli,neisseria gonorhea,streptococci dan stafilokokus

yang tidak menghasilkan penisilin diberikan secara oral.

7. Antalgin : derivat metansulfat dan amidopirina yang bekerja terhadap

susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitifitas reseptor rasa nyeri dan

mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh.

8. Melepuh : vesikel besar pada kulit yangmengandung cairan atau

suplemen.

9. R/ Amoxicillin no X

S3 dd 1

R/ Antalgin no X

S3 dd 1

STEP 2

1. Mengapa pasien tersebut demam, anyang-anyangen, nyeri pinggang, nyeri

BAK?

2. Mengapa dokter memberi resep amoxicilin dan antalgin?

3. Mengapa setelah minum obat deg-degan, keringat dingin, kulit gatal, dan

melepuh?

4. Apakah dokter melakukan malpraktek atau tidak dalam kasus ini?

STEP 3

1. Demam adalah suatu gejala di mana tubuh kita mendapati reaksi terhadap

alergi. Anyang-anyangen dan nyeri pinggang di sebabkan karena ada

Page 4: Laporan Blok 7

sumbatan. Nyeri BAK di sebabkan karena Infeksi Saluran Kemih. ISK

terjadi akibat masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih. Bakteri

tersebut biasanya E. Colli, Proteus Sp, Kliebsella Sp, dan stafilokokus.

Infeksi saluran kemih biasanya cenderung mengalami disuria (nyeri saat

BAK). Dan mengalami sindrom uretra akut dimana seseorang sering

kencing (anyang-anyangen). Menurut penelitian 40 % pasien dengan

pemasangan kateter urin mengalami infeksi nosokomial yaitu ISK.

2. Amoxicilin merupakan penisilin yang termasuk antibiotik, pada kasus

adanya infeksi saluran kemih karena bakteri / mikroorganisme. Amoxicilin

membunuh mikroorganisme, menghambat sintesis dinding sel bakteri.

Antalgin dalam kasus ini memberikan indikasi analgesik dimana pasien

mengeluhkan nyeri bila BAK dan nyeri pinggang. Tidak hanya itu,

antalgin memberikan efek antipiretik juga dengan manifestasi pasien

mengalami demam.

3. Reaksi suatu obat sangat tergantung pada dosisnya dan bisa dengan daya

terima pasien. Obat antalgin yang semakin tinggi dosisnya juga bisa

berefek besar untuk lebih kuat memicu jantung sehingga terjadi palpitasi

(deg-degan). Obat yang di konsumsi biasanya mengandung antikolinergik

yang mempengaruhi sistem saraf pusat untuk merangsang produksi

keringat. Efek gatal dari obat karena sistim imun/ daya tahan tubuh yang

rendah sehingga mudah terkena alergi obat. Alergi sangat tergantung dari

berat molekul. Molekul yang berat dapat merangsang langsung sistem

imun tubuh.

4. Dalam kasus dokter tidak menggali informasi dan tidak menjalankan

komunikasi dokter pasien, riwayat alergi pasien sehingga terjadi

pemakaian antibiotik secara irasional. Dan pasien pun tidak memberikan

informasi yang jelas kepada dokter bahwa apakah pasien mempunyai

Page 5: Laporan Blok 7

riwayat alergi obat, ataukah lupa dengan riwayat alergi dirinya atau juga

bisa belum pernah terjadi alergi sebelumnya.

STEP 4

STEP 5

Sasaran belajar

1. Komunikasi efektif dokter-pasien

2. Resep (ketentuan, cara menulis resep, aspek medikolegal)

Pasien demam, anyang-anyangen, nyeri pinggang, nyeri BAK

Dokter

Antibiotik (amoxicilin)

Analgesik (antalgin)

Deg-degan, kulit gatal, melepuh

Alergi obat

Dokter

ESO

I

KI

Mekanisme

ESO

I

KI

Mekanisme

Mekanisme

Type

Pencegahan

Penatalaksanaan

Page 6: Laporan Blok 7

3. Amoxicilin dan antalgin (mekanisme, ESO, Ki)

4. Kerasionalan terapi

5. Alergi Obat

STEP 6 Belajar Mandiri

STEP 7

1) Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif dokter pasien adalah pengembangan hubungan

dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan

tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang

diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan

pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal

menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang

dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif

untuk mengatasi permasalahannya.1

Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara

(tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat

menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas.

Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam

pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan

komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah. 1

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang

ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan

bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita

waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat

membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak

hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik

Page 7: Laporan Blok 7

kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya

kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan

pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter

sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena

yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya.

Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan

masalah kesehatannya. 1

Tujuan

Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi

dokter adalah:

Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan

pasien).

Membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien, untuk

kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk

kemampuan finansial.

Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah

kesehatan pasien.

Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang

penyakit/masalah yang dihadapinya.

Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-

langkah atau hal-hal yang telah disetujui pasien. 1

Manfaat

Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya:

Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari

dokter atau institusi pelayanan medis.

Page 8: Laporan Blok 7

Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan

dasar hubungan dokter-pasien yang baik.

Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.1

Satu aspek yang penting dalam komunikasi efektif antara dokter-pasien

adalah anamnesis, yaitu proses penggalian riwayat penyakit pasien oleh

dokter dengan menggunakan pedoman sacred 7 dan fundamental 4.

FUNDAMENTAL 4

(KELUHAN UTAMA)

1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)

2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)

3. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)

4. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI (R SOSEK) 2

SACRED 7

1. ONSET/AWITAN

2. LOKASI

3. KRONOLOGI

4. KUALITAS

5. KUANTITAS

6. FAKTOR YANG BERPENGARUH (MEMPERBERAT DAN

MEMPERINGAN)

7. GEJALA PENYERTA2

Satu hal yang juga tidak kalah penting untuk ditanyakan dalam

menganamnesis pasien adalah riwayat penyakit dahulu pada pasien

semisal adakah penyakit lain yang sedang atau pernah di derita? (penyakit-

penyakit yang ada hubungannya, riwayat alergi obat, alergi makanan,

riwayat pengobatan, riwayat trauma, dll). Dengan mengetahui riwayat

penyakit dahulu pada pasien, seorang dokter dapat menentukan langkah

Page 9: Laporan Blok 7

selanjutnya dalam terapi dan dapat menghindari hal-hal yang bisa

menimbulkan masalah di kemudian hari.

2) Resep3

PENGERTIAN UMUM MENGENAI RESEP

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari

dokter, dokter gigi, atau dokter hewan apoteker untuk membuat obat

dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.

BEBERAPA PENENTUAN DALAM MENULIS RESEP

1. Secara hukum dokter yang menandatangani suatu resep bertanggung

jawab sepenuhnya tentang resep yang ditulisnya penderitanya

2. Resep ditulis demikian rupa sehingga akan dapat dibaca, sekurang-

kuranya oleh petugas di apotek.

3. Resep ditulis dengan tinta atau lainnya, sehingga tidak akan mudah

dihapus

4. Tanggal suatu resep ditulis dengan jelas, Tanggal resep ditebus oleh

penderita di apotek tidak mutlak sama dengan tanggal resep yang

ditulis oleh dokter, obat bisa saja baru diambil oleh penderita satu atau

beberapa hari setelah resep diterimanya dari dokter (oleh karena sebab

/ alasan tertentu)

5. Bila penderita seorang anak maka harus dicantumkan umurnya ini

penting bagi apoteker untuk mengkalkulasi apakah dosis obat yang

akan ditulis pada resep sudah cocok dengan umur si anak. Ada nama

penderita saja tanpa umur, resep tersebut dianggap untuk seorang

dewasa.

6. Dibawah nama penderita handaknya dicantumkan juga alamatnya ; ini

penting dalam keadaan darurat (misalnya salah obat) penderita akan

Page 10: Laporan Blok 7

langsung dapat dihubungi alamat penderita di resep juga akan

mengurangi kesalahan / tertukar memberikan obat bila pada suatu

waktu ada dua orang yang menunggu resepnya dengan nama yang

kebetulan sama.

7. Untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep dihindari memakai

angka desimal untuk menghindari kemungkinan kesalahan.

Contoh :

Untuk obat yang diberikan dalam jumlah kurang dari satu

gram, ditulis dalam miligram misalnya 500 mg dan tidak 0,5

gram

Untuk obat yang diberikan dalam jumlah yang kurang dari satu

miligram, ditulis dalam microgram misalnya 100 microgram

dan tidak 0,1 mg

8. Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan Unit, jangan disingkat

menjadi U

9. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dengan satuan

ml hindarkan menulis cc atau cm3

10. Preparat cairan yang berupa obat dan akan diminum untuk anak,

diberikan sebanyak 50 ml, 60 ml, 100 ml, atau 150 ml

11. Preparat cairan untuk orang dewasa, diberikan sebanyak 150 ml, 200

ml, 300 ml

12. Untuk obat tetes (obat tetes mata / hidung telinga) diberikan sebanyak

10 ml

Page 11: Laporan Blok 7

13. MODEL RESEP YANG LENGKAP

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya akan dapat

memenuhi syarat untuk dibuatkan obatnya di Apotek, resep yang

lengkap terdiri atas :

1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat ijin praktek, dan dapat

pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek

2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter

3. Tanda R/ singkatan dari recipe yang berarti ”harap diambil” ada

hipotesis bahwa tanda R/ berasal dari tanda 2 yaitu tanda jupiter,

dewa utama mitologi Romawi kuno, hipotesis yang lan

mengatakan tanda R/ itu akan berasal dari tanda € atau Ra = ”Mata

Keramat” dari dewa Matahari’ Mesir Kuno

Nomor 1-3 diatas disebut inscriptio.

4. Nama setiap jenis dan / bahan obat yang diberikan serta

jumlahnya :

a. Jenis / bahan obat dalam resep terdiri dari

- Remedium cardinale , atau obat pokok yang mutlak harus

ada. Obat pokok ini akan dapat berupa bahan tunggal, tetapi

juga akan dapat terdiri dari beberapa bahan

- Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja

obat pokok ; adjusvan tidak akan mutlak perlu ada dalam

tiap resep

- Corringe hanya kalau dperlukan untuk memperbaiki rasa,

atau warna bau obat (Corrigens saporis, colorins dan

adoris)

- Constituens atau vehikulum, seringkali akan perlu, terutama

kalau resep berupa komposisi dokter sendiri dan bahan obat

akan jadi misalnya kontitunes obat minum umumnya air

Page 12: Laporan Blok 7

b. Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam satuan berat

untuk bahan padat (microgram, miligram, gram) dan satuan

dari isi untuk cairan (tetes, mililiter, liter)

Perlu diingat bahwa dengan menulskan angka tanpa keterangan

lain, yang dimaksud ialah ”gram”

5. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki misalnya

f.I.a.pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat,

berupa puyer.

Nomor 4-5 diatas disebut Praescritio

Nomor : 4-5 diatas disebut pranesciptio

6. Aturan permintaan obat akan dibuat oleh penderita pada umumnya

ditulis dengan singkatan bahasa Latin (lihat daftar singkatan-

singkatan Latin halaman 15-20)

Aturan pakai ditandai dengan sign, biasanya disingkat dengan S

7. Nama penderita dibelakang kata Pros merupakan identifikasi

penderita dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan

memudahkan penelusuran bila akan terjadi sesuatu dengan obat

pada penderita

dalam hal ini penderita seorang anak, maka harus dituliskan

umurnya sehingga apoteker dapat mengecek apakah dosis yang

diberikan sudah cocok untuk anak umur sekian. Penulis nama

penderita tanpa umur pada resep dapat dianggap dengan resep

itu akan diperuntuhkan bagi orang dewasa idealnya bila

menuliskan resep untuk orang dewasa, akan dicantumkan

dibelakang Pro ; Tuan / Nyoya atau Bapak / Ibu diikuti dengan

nama penderita sehingga akan dapat dipastikan ini bukan

seorang anak

Page 13: Laporan Blok 7

Pada resep dokter hewan dibelakang Pro : harus ditulis dengan

jenis hewan serta nama dan alamatnya pemiliknya

Nomor 6-7 diatas disebut signature

8. Tanda tangan atau paraf dari dokter / dokter gigi / dokter hewan

yang akan menuliskan resep tersebut yang akan menjadikan suatu

resep itu otentik. Resep obat suntik dari golongan Narkotika harus

dibubuhi tanda tangan lengkap oleh dokter / dokter gigi / dokter

hewan akan menuliskan resep dan tidak cukup dengan paraf saja

Nomor 8 diatas disebut subscripto

Page 14: Laporan Blok 7

Tiga contoh resep yang lengkap (dua resep pribadi dokter dan satu

resep rumah Sakit) dapat dilihat dibawah ini.

Surabaya, 7 Agustus

2010

Dr. Hartono

Jalan ABC No. 7

Surabaya

SID ..... SIP .....

R/ Paracetamol 500 mg

Coffein 50 mg

CTM 2 mg

m.f. pulv.d.t.d.No.XV

S.3 d.d. pulv.I

Paraf dokter

Surabaya, 7

Agustus 2010

Pro : Ny. Amir

Umur : -

Alamat : Jalan ABC no. 17

Page 15: Laporan Blok 7

RUMAH SAKIT DR. SOETOMO

SURABAYA

Dokter : Hartono

Bagian : Ilmu Penyakit Dalam

Tanggal : 7 Agustus 2010

R/ Tabl Diazepam 5 mg No. XV

S.2 d.d Tabl I

R/ Tabl Vitamin B-Compl No. XV

S.3 d.d. Tabl I

Paraf Dokter

Pro : Ny. Tanzil

Umur : -

Alamat : Jalan DEF No. 17

Diatas dicantumkan tiga contoh resep, yaitu pertama dan kedua

contoh resep dari pribadi (praktek partikiler) dokter contoh resep

ketiga ialah kertas resep dari Rumah sakit dimana harus dicantumkan

tidak saja umum rumah sakit, tetapi harus dengan jelas nama dokter

yang menulis resep serta bagian pelayanan dari Rumah Sakit yang

bersangkutan.

Page 16: Laporan Blok 7

Kalau lebih dari satu R/ ditulis atas satu kertas resep, pribadi

maupun untuk rumah sakit maka harus dipisah dengan tanda # dan tiap

resep R/ diparaf atau ditandatangani.

Resep obat suntik yang berupa Obat Bius tidak akan cukup

dengan hanya dibubuhi paraf tetapi harus dengan tanda lengkap dari

dokter yang bersangkutan.

SENI DAN KEAHLIAN MENULIS RESEP YANG TEPAT DAN

RASIONAL

Penulisan resep adalah ”tindakan terakhir” dari dokter untuk

penderitanya yaitu setelah menentukan anemsia diagnosis dan

prognosis serta tetapi yang akan diberikan tetapi dapat profilaktik,

simtomatik atau kunsul tetapi ini diwujudkan dalam bentuk resep.

Penulisan yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu

karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan

maupun variabel unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat ataupun

variabel penderitanya secara individual

Dalam farmakoterapi dipakai sebagai motto :

Berikanlah obat :

Obat yang tepat

Dengan dosis yang tepat

Dalam bentuk sediaan yang sesuai

Pada waktu yang tepat

Kepada pederita yang tepat dengan semua parameter yang harus

diperhitungkan

Page 17: Laporan Blok 7

Untuk dapat menuliskan resep yang tepat dan rasional seperti akan

diuraikan diatas, seorang dokter harus memiliki cukup pengetahuan

dasar mengenai ilmu-ilmu Farmakologi, Farmakodiani, Farmakoterapi

disamping pengetahuan mengenai sifat-sifat fisiko kimia obat yang

diberikan.

Idealnya juga akan ada pengetahuan mengenai ”nasib” di dalam tubuh

dari obat yang diberikan yaitu penyerapan, distribusi, metabolisme

serta eksresi obat dan hal nasib obat dalam tubuh ini merupakan suatu

disiplin ilmu relatif baru yang akhir-akhir ini berkembang Ilmu

Famtakokinetika.

3) Amoxicilin dan Antalgin

AMOKSICILLIN4

a. Mekanisme Kerja

Amoksicillin merupakan golongan aminopenisillin yang

bekerja menghambat pembentukan peptide yang di perlukan untuk

sintesis sel mikroba.

Sistem Kerja:

1. Obat bergabung dengan penicillin –dinding protein pada

kuman (PB Ps) pada kuman.

2. Terjadi hambatan sistesis dinding sel kuman karena proses

transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu.

3. Kemudian terjadi aktivasi enzyme proteolitik pada dinding sel.

b. Farmakokinetik

- Absorbsi: penyerapan Amoksicillin tidak terhambat oleh

makanan

Page 18: Laporan Blok 7

- Distribusi: Amox masuk kedalam empedu melalui sirkulasi

enterohepatik tetapi diekskresi bersama tinja jumlah cukup

banyak.

c. Biotransformasi dan Ekskresi

- Biotransformasi dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh

enzyme penicilinase dan amidase.

- Ekskresinya melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat

dihambat probenobenesid.

d. Indikasi

- Infeksi telinga, hidung dan tenggorokan.

- Infeksi saluran nafas & bronchitis.

- Infeksi saluran kemih dan gonorrhea.

e. Dosis

- Dewasa: 250-500 mg tiap 8 jam.

- Bayi: (<6kg) 25-50 mg tiap 8 jam

(6-8kg) 50-100 mg tiap 8 jam.

- Anak: (<20kg) 20-40 mg/kg/hr tiap 8 jam

(>20kg) dosis dewasa

f. Kontraindikasi Obat

- Hipersebsitif insulin

g. Efek Samping Obat

- Saluran pencernaan: rasa mual, muntah & diare.

- Hipersensitif: Urtikaria, nyeri sendi, demam, edema,

angioneurotik dan syok anafilaksis.

h. Interaksi Obat

- Probenesid meningkatkan kadar amoksicillin dalam darah.

Page 19: Laporan Blok 7

ANTALGIN6

a. Komposisi

Tiap tablet mengandung antalgin 500 mg.

b. Cara Kerja Obat:

Antalgin adalah derivat metansulfonat dan amidopirina yang

bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas

reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga

efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dananti-inflamasi.

Antalgin mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam

jaringan tubuh.

c. Indikasi:

Untuk menghilangkan rasa sakit, terutama kolik dan

sakit setelah operasi. Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya

sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu:

Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.

Nyeri karena tumor atau kolik.

Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.

Demam tinggi yang tidak bisa diatasi antipiretik lain.

d. Kontraindikasi:

Pada penderita yang alergi terhadap derivat pirazolon. Kasus

porfiria hati (amat jarang) dan defisiensi bawaan glukosa-6-

fosfat-dehidrogenase.

Penderita yang hipersensitif.

Bayi 3 bulan pertama atau dengan berat badan

dibawah 5 kg.

Wanita hamil trisemester pertama dan 6 minggu terakhir.

Penderita dengan tekanan darah <100 mmHg.

e. Dosis:

Oral

Dewasa: 500 - 1000 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 3 gram sehari).

Page 20: Laporan Blok 7

Anak-anak: 250 - 500 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 1 gram untuk <

6 tahun dan 2 gram untuk 6 - 12 tahun).

Parental

500 - 1000 mg sekali suntik. Jangan lebih dari 1 gram karena dapat

menimbulkan syok.

f. Perhatian:

Pengobatan harus segera dihentikan bila timbul gejala pertama

turunnya jumlah sel darah atau granulositopenia atau sakit tenggorokan

atau tanda infeksi lain.

Hati-hati pada penderita yang pernah memiliki penyakit darah.

Jangan digunakan untuk kelainan yang ringan, masih ada obat lain

yang lebih aman.

g. Efek Samping:

Infeksi lambung, hiperhidrosis, Retensi cairan dan garam

Reaksi elaergi cukup sering: reaksi kulit dan edemaangioneurotik.

Efek samping yang berat: agranulositosis, pansitopenia dan nefrosis

4) Kerasionalan Obat7

Suatu obat dikatakan rasional bila memenuhi beberapa kriteria

tertentu antara lain :

a. Ketepatan indikasi

b. Ketepatan pemilihan obat

c. Ketepatan cara pemakaian obat dan dosis obat

d. Ketepatan penilaian kondisi pasien atau dan tindak lanjut efek

pengobatan

Pemilihan jenis obat harus memenuhi segi pertimbangan antara lain :

a. Kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti secara pasti

b. Resiko dari pengobatan di pilih yang paling kecil untuk pasien

dan seimbang dengan manfaat yang di peroleh

Page 21: Laporan Blok 7

c. Biaya obat paling sesuai untuk alternatif , obat dan keamanan

yang sama dan terjangkau oleh pasien

d. Cara pemakaian paling cocok dan paling mudah di ikuti pasien

Faktor pokok dalam POSR :

a. Pasien

b. Obat

c. Preskripsi

Kriteria:

1. Tepat indikasi (+)

Dalam kasus ini gejala yang dialami oleh pasien sangat

berkesinambungan / cocok dengan obat yang diberikan dokter tersebut

2. Tepat pasien (-)

Dalam kasus ini tidak tepat pasien, dikarenakan setelah mengkonsumsi

obat, pasien langsung mengalami alergi akibat efek samping obat.

3. Tepat Obat (+)

Dalam kasus ini obat sangat tepat / rasional dengan manifestasi yang

dialami pasien

4. Tepat cara pakai (-)

Dalam kasus ini tidak diperjelas dengan sediaan obat dengan dosis

berapa?

Dan juga tidak diberikan test alergi / skin test sebelum memberikan

obat.

Page 22: Laporan Blok 7

5) Alergi Obat8

REAKSI HIPERSENSITIVITAS

Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat

non-spesifik dan imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang

secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam

imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler

yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan

antigen lalu mengadakan diferensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang

mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.

Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan

mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini

merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan

imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka

terjadilah reaksi hipersensitivitas atau alergi.

Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi menurut Gell dan

Coombs seperti berikut:

1. Tipe I : Hipersensitivitas tipe cepat

Manifestasi klinis yang terjadi merupakan efek mediator kimia

akibat reaksi antigen dengan IgE yang telah terbentuk yang

menyebabkan kontraksi otot polos. Meningkatnya permeabilitas

kapiler serta hipersekresi kelenjar mukus.

Tipe ini terdapat 3 fase yaitu :

1. Fase Sensitasi : waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan

IgE

2. Fase Aktifasi : fase yang terjadi karena paparan ulang

antigen spesifik

Page 23: Laporan Blok 7

3. Fase Efektor : fase terjadinya respon imun yang komplek

akibat penglepasan mediator.

2. Tipe II : reaksi sitotoksik

Terjadi karena terbentuknya IgM atau IgG oleh pajanan

antigen. Antibodi tersebut dapat mengaaktifkan sel-sel yang

memiliki reseptornya. Ikatan antigen-antibodi juga dapat

mengaktifkan komplemen melalui reseptor komplemen.

Manifestasi klinis :

Berupa kelainan darah, seperti : anemia hemolitik,

trombositopenia, eosinofilia, granolositopenia, nefritis interstitial.

3. Tipe III : reaksi imun kompleks

Terjadi bila komplek ini mengendap pada jaringan antibodi

yang berperan IgM dengan IgG. Komplek ini akan mengaktifkan

pertahanan tubuh yaitu dengan penglepasan komplemen.

Manifestasi klnik :

- Urtikaria

- Angiodema

- Eritema

- Makulopapula

- Eritema Multiforme

Gejala ini sering disertai

- Pruritus

- Demam

- Limfadenopati

- Kelainan sendi

Page 24: Laporan Blok 7

- Atralgia

- Efusi sendi

Gejala timbul 5-20 hari setelah pemberian obat, gejala timbul

dalam waktu 1-5 hari.

4. Tipe IV : Delayed Type Hypersensitivity (DTH) atau Cell

Mediated Imunity (Reaksi Imun Seluler)

Disini tidak ada peran antibodi, terjadi karena respon sel T

yang telah disensitasi oleh antigen tertentu.

Jenis DTH yaitu :

- Cutaneous Basophil hypersensitivity

- Hipersensitivitas Kontak (Contact Dermatitis)

- Reaksi Tuberkulin

- Reaksi Granuloma

Manifestasi klinik :

Reaksi paru akut seperti : demam, sesak, batuk, infiltrat

paru dan efusi pleura.

Obat yang sering menyebabkan reaksi : Nitrofurantoin, Nefritis

Interstitial, Esefalomielitis.

PENCEGAHAN ALERGI

Anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat sebelumnya

penting untuk selalu dilakukan walaupun harus dinilai dengan

kritis untuk menghindari tindakan berlebihan. Misalnya ruam kulit

setelah pemberian ampisilin pada seorang anak belum tentu karena

alergi obat. Bila dokter telah mengetahui atau sangat curiga bahwa

pasiennya alergi terhadap obat tertentu maka hendaknya ia

Page 25: Laporan Blok 7

membuatkan surat keterangan tentang hal tersebut yang akan

sangat berguna untuk upaya pencegahan pada semua keadaan.

Semakin sering seseorang memakai obat maka akan

semakin besar pula kemungkinan untuk timbulnya alergi obat. Jadi

pemakaian obat hendaknya dengan indikasi kuat dan bila mungkin

hindari obat yang dikenal sering memberikan sensitisasi pada

kondisi tertentu (misalnya aspirin pada asma bronkial).

Cara pembuatan obat harus diperbaiki dengan mengurangi

dan menghilangkan bahan yang potensial dapat menjadi penyebab

alergi, atau bahan yang dapat menyebabkan reaksi silang

imunogenik. Contohnya adalah pembuatan vaksin bebas protein

hewani, atau antibodi dari darah manusia.

Uji kulit dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya

alergi obat, tetapi prosedur ini hanya bermanfaat untuk alergen

makromolekul, sedangkan untuk obat dengan berat molekul rendah

sejauh ini hanya terhadap penisilin (dengan uji alergen

benzilpenisiloil polilisin).

Bila seseorang telah diketahui atau diduga alergi terhadap

obat tertentu maka harus dipertimbangkan pemberian obat lain.

Obat alternatif tersebut hendaknya bukan obat yang telah dikenal

mempunyai reaksi silang dengan obat yang dicurigai. Misalnya

memberikan aminoglikosida sebagai alternatif untuk penisilin. Bila

obat tersebut sangat dibutuhkan sedangkan obat alternatif tidak

ada, dapat dilakukan desensitisasi secara oral maupun parenteral.

Misalnya desensitisasi penisilin untuk penderita penyakit jantung

reumatik atau desensitisasi serum antidifteri. Desensitisasi

merupakan prosedur yang berisiko sehingga harus dipersiapkan

Page 26: Laporan Blok 7

perlengkapan penanganan kedaruratan terutama untuk reaksi

anafilaksis.

PENATALAKSANAAN ALERGI

Dasar utama penatalaksanaan alergi obat adalah

penghentian obat yang dicurigai kemudian mengatasi gejala klinis

yang timbul.

Penghentian obat kalau memungkan semua obat dihentikan

dulu kecuali obat yang memang perlu dan tidak dicurigai sebagai

penyebab reaksi alergi atau menggantikan dengan obat lain. Bila

obat tersebut dianggap sangat penting dan tidak dapat digantikan,

dapat terus diberikan atas persetujuan keluarga, dan dengan cara

desensitisasi.

Pengobatan : manifestasi klinik ringan umumnya tidak

memerlukan pengobatan kusus, untuk pruritus, urtikaria atau

edema angionerotikdapat diberikan antihistamin. Misal :

Diphenhidramin, Loratadin atau Cetirizine dan bila kelainan cukup

luas diberi pula Adrenalin subkutan dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis

maksimal 0,3 mg/dosis.

Page 27: Laporan Blok 7

KESIMPULAN

Satu aspek yang penting dalam komunikasi efektif antara dokter-

pasien adalah anamnesis, yaitu proses penggalian riwayat penyakit pasien

oleh dokter dengan menggunakan pedoman sacred 7 dan fundamental 4.

FUNDAMENTAL 4

(KELUHAN UTAMA)

1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)

2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)

3. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)

4. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI (R SOSEK)

SACRED 7

1. ONSET/AWITAN

2. LOKASI

3. KRONOLOGI

4. KUALITAS

5. KUANTITAS

6. FAKTOR YANG BERPENGARUH (MEMPERBERAT DAN

MEMPERINGAN)

7. GEJALA PENYERTA

Satu hal yang juga tidak kalah penting untuk ditanyakan dalam

menganamnesis pasien adalah riwayat penyakit dahulu pada pasien

semisal adakah penyakit lain yang sedang atau pernah di derita? (penyakit-

penyakit yang ada hubungannya, riwayat alergi obat, alergi makanan,

riwayat pengobatan, riwayat trauma, dll). Dengan mengetahui riwayat

penyakit dahulu pada pasien, seorang dokter dapat menentukan langkah

selanjutnya dalam terapi dan dapat menghindari hal-hal yang bisa

menimbulkan masalah di kemudian hari.

Berikanlah obat :

Page 28: Laporan Blok 7

Obat yang tepat

Dengan dosis yang tepat

Dalam bentuk sediaan yang sesuai

Pada waktu yang tepat

Kepada pederita yang tepat dengan semua parameter yang harus

diperhitungkan

DAFTAR PUSTAKA

1. makalah Konsil Kedokteran Indonesia, Jakarta 2006

2. materi pembekalan blok 1 dr Wahyu BM tentang Anamnesi

3. Zaman, Nanizar. 2002. Ars Prescribendy resep Yang Rasional

1.Surabaya : Airlangga University press.

4. MIMS

5. http://sulungfarmasi.blogspot.com/

6. http://www.dechacare.com/Antalgin-P716.html

7. Zaman, Nanizar. 2002. Ars Prescribendy resep Yang Rasional

3.Surabaya : Airlangga University press.

8. Sudoyo, Aro. W .2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III .

Jakarta: FK UI