Laporan Kasus Ansal- F.20.0
-
Upload
rizky-yusnida-sutardi -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of Laporan Kasus Ansal- F.20.0
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Salmah
Usia : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Tamban Baru Kelurahan Sekata Baru Kecamatan
Tamban RT.1
Pendidikan : Tamat SMA (Aliyah)
Agama : Islam
Suku : Banjar/Indonesia
Status : Belum menikah
MRS : 07 September 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
- Alloanamnesis pada tanggal 07 September 2012, pukul 10.30 WITA,
diperoleh dari kaka kandung pasien.
- Autoanamnesis pada tanggal 07 September 2012, pukul 11.00 WITA
A. KELUHAN UTAMA
Sulit tidur
KELUHAN TAMBAHAN
Bicara kacau, mengamuk, tertawa sendiri
1
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis dengan kaka pasien (Tn. Maserani)
Pasien sulit tidur sejak ± 3 hari SMRS. Menurut pengakuan keluarga sejak
3 hari yang lalu pasien sama sekali tidak ada tidur. Bila diajak tidur pasien tidak
mau, malah orang yang mengajak tidur itu diajaknya bicara atau
dibangunkannya . Sejak 3 hari yang lalu pasien juga ada berbicara kacau. Isi
pembicaraannya kadang-kadang mengatakan bahwa kaka-kaka pasien ingin
menyakitinya. Dirumah pasien juga ada tertawa atau menangis sendiri. Menurut
keluarga apabila kemauan pasien tidak dituruti pasien jadi mengamuk sendiri,
saat mengamuk pasien biasanya menendang-nendang tembok tapi tidak sampai
melukai orang lain.
Dirumah pasien masih bisa merawat diri dengan baik, bisa makan dan
mandi seperti biasa Namun sudah sejak 3 hari pasien tidak pergi kerja lagi untuk
bertani pasien hanya berdiam diri saja dirumah. Pasien tidak pernah berusaha
untuk melukai diri sendiri ataupun ingin bunuh diri.
Pada awal tahun 2010 pasien pernah dirawat ± 3 hari di Rumah Sakit
Ansari Saleh karena mengamuk. Setelah keluar rumah sakit pasien hanya
sempat berobat jalan selama satu bulan selebihnya pasien tidak pernah lagi
minum obat. Menurut keluarga pasien sudah mengalami perubahan sikap sejak
tahun 1997 dengan bisa bicara sendiri, padahal sebelumnya pasien adalah orang
yang ceria.
2
Autoanamnesis dengan pasien :
Pada saat ditanya nama pasien menjawab dengan baik. Saat ditanya apakah
tidak bisa tidur. Pasien mengaku benar dia tidak bisa tidur dan hal ini
dikarenakan ada masalah tapi pasien tidak mau memberitahukan masalahnya
apa. Pada saat ditanya apakah ada mendengar bisikan pasien menyangkal, tetapi
pasien mengaku ada seorang anak perempuan yang merasuki tubuhnya untuk
menjaganya. Pasien juga mengaku kalau dia adalah orang pintar dan termasuk
salah satu wali. Saat diwawancarai pasien sering memegang tangannya ketika
ditanya kenapa dengan tangannya, pasien menjawab tangannya habis berkelahi
dengan kakanya yang nomer 2 karena menurut pasien kakanya berada di jalan
yang salah. Selain itu sesekali tangan pasien juga melakukan gerakan tertentu
dan matanya kadang-kadang agak melotot tetapi saat ditanya melakukan apa
pasien tidak menjawab.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran
- Tidak ada riwayat kejang atau sakit berat lainnya
- Tidak pernah kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
- Tidak pernah mengkonsumsi obat dan minuman terlarang
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, lahir langsung menangis, tidak ada trauma
lahir, dan tidak ada cacat bawaan .Saat itu BB tidak ditimbang karena dibantu
3
oleh bidan kampung. Selama pasien dalam kandungan, ibu pasien tidak
pernah mengalami masalah kesehatan yang serius.
2. Riwayat Masa Bayi ( 0-3 tahun)
Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, tidak pernah kejang
atau panas tinggi dan sakit berat.
3. Riwayat Masa Kanak-Kanak (3-12 tahun )
Saat masa kanak-kanak, pasien adalah anak yang ceria dan sangat
bersemangat. Disekolah pun pasien termasuk anak yang cukup cerdas dirinya
tidak pernah tinggal kelas.
4. Riwayat Masa Remaja
Pasien bersekolah seperti anak-anak pada umumnya, pasien merupakan anak
yang penurut dan tidak pernah terlibat dalam pergaulan bebas maupun ikut-
ikutan untuk mengkonsumsi alkohol dan narkoba.
5.Riwayat pendidikan
Pasien sekolah sampai tamat Aliyah atau SMA, pada saat sekolah pasien
tidak pernah tinggal kelas.
6. Riwayat pekerjaan
Setelah tamat sekolah SMA pasien bekerja sebagai buruh pabrik PT. Daya
Sakti selama 9 Tahun pada tahun 2010 berhenti karena penyakitnya ini dan
pasien di rawat di RS. Ansari Saleh. Setelah keluar dari tahun 2010- sekarang
pasien bekerja sebagai petani.
7. Riwayat perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
4
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
= Penderita
= Laki-laki
= Perempuan
= meninggal dunia
Paman pasien ( Adik laki-laki ibunya) juga pernah mengalami gangguan
jiwa dan pernah dirawat di rumah sakit jiwa (RS Ansari Saleh) tahun 1991
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien merupakan anak terakhir dari 13 bersaudara. Saat ini pasien
tinggal bersama ibunya. Os berobat dibawa oleh tiga kakak kandungnya.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os menyangkal/tidak sadar jika sekarang os sakit. Pasien merasa kalau
di dalam dirinya ada orang yang merasuki , selain itu pasien juga mengaku bisa
mengetahui apakah orang lain berada di jalan yang salah atau benar.
5
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Seorang perempuan berperawakan tinggi dan badan sedang. Datang
dengan memakai baju daster panjang berwarna jingga dan jilbab
berwarna kuning. Pasien kebanyakan diam saja dan kadang-kadang
menggerakkan tangannya dengan formasi tertentu dengan mata yang agak
melotot.
2. Kesadaran
Kompos mentis
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Hipoaktif
4. Pembicaraan
Suara pelan, tidak lancar, kadang menjawab sesuai pertanyaan, kadang
tidak menjawab dan hanya diam saja.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kurang kooperatif
6. Kontak Psikis
Ada kontak, tidak wajar, dan tidak dapat dipertahankan.
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF,
KESERASIAN DAN EMPATI
1. Afek (mood) : Tumpul
2. Ekspresi afektif : Datar
6
3. Keserasian : Inappropriate
4. Empati : Tidak Dapat dirabarasakan
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : Kompos mentis
2. Orientasi : Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
Situasi : buruk
3. Konsentrasi : baik
4. Daya ingat : Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Segera : baik
5. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sesuai dengan taraf pendidikan
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : Ada (visual)
2. Depersonalisasi/ Derealisasi : tidak ada
E. PROSES PIKIR
1. Bentuk pikir : Autistik
2. Arus pikir : a. Produktivitas : Hanya menjawab bila ditanya
b. Kontinuitas : irrelevan
7
c. Hendaya berbahasa : Blocking
3 Isi Pikir : a. Preocupasi : tidak ada
b. Gangguan isi pikir : halusinasi (a/v) (-/+)
c. Waham : (+) bizzare (delution of influence) dan
kebesaran
F. PENGENDALIAN IMPULS
Tidak dapat mengendalikan impuls
G. DAYA NILAI
a. Daya norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realita : buruk
H. TILIKAN
T1 : Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Baik
8
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7º C
Kepala Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, mata
tidak tampak kemerahan, refleks cahaya +/+
Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/- epistaksis (-)
Mulut : mukosa bibir kering, pucat (-), lidah tidak tremor
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thoraks I : bentuk simetris
P : fremitus raba simetris
P : Pulmo : sonor
Cor : batas jantung normal
A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal
Abdomen I : simetris
P : hepar/lien/massa tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) normal
Ekstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor -/-
Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/-
9
2. STATUS NEUROLOGIS
N I-XII : normal
Gejala rangsang meningeal : tidak ada
Gejala TIK meningkat : tidak ada
Refleks patologis : tidak ada
Refleks fisiologis : normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesis dengan kaka pasien :
Pasien mulai mengalami perubahan perilaku sejak tahun 1997
Pasien sudah tiga hari tidak tidur dan tidak bekerja lagi.
Pasien sering mengamuk apabilakeinginannya tidak dituruti.
Dirumah pasien dapat tertawa dan menangis sendiri.
Pasien kadang bicara kacau mengatakan bahwa kakanya ingin
menyakitinya.
Pasien pernah dirawat di rumah sakit jiwa pada tahun 2010 karena
mengamuk.
Paman pasien juga pernah mengalami gangguan jiwa.
Autoanamnesis dengan pasien :
Kontak (+) wajar (-) tidak dapat dipertahankan
Perilaku dan aktivitas motorik : Hipoaktif
Pembicaraan : Suara pelan, tidak lancar, kadang menjawab sesuai
pertanyaan, kadang tidak menjawab dan hanya diam saja.
10
Sikap terhadap pemeriksa : Kurang kooperatif
Afek (mood) : Tumpul
Ekspresi afektif : Datar
Keserasian : Inappropriate
Empati : Tidak Dapat dirabarasakan
Halusinasi : Ada (visual)
Bentuk pikir : Autistik
Produktivitas : Hanya menjawab bila ditanya
Kontinuitas : irrelevan
Hendaya berbahasa : Blocking
Waham : (+) bizzare(delutinof influence) dan kebesaran
T1 : Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
Penilaian realita : tidak baik
Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
2. Aksis II : None
3. Aksis III : None
4. Aksis IV : None
5. Aksis V : GAF scale 50-41
11
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Status internus dan kelainan neurologi tidak ada kelainan
2. Psikologik
Kontak (+), wajar (-), tidak dapat dipertahankan, perilaku hipoaktif,
bentuk pikir autistik, afek tumpul, ekspresi datar, sikap kurang kooperatif,
keserasian inappropriate, tilikan 1, dan penilaian realita terganggu.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad malam
Perjalanan penyakit : dubia ad malam
Ciri kepribadian : dubia ad bonam
Stressor psikososial : dubia ad bonam
Riwayat herediter : dubia ad malam
Usia saat menderita : dubia ad malam
Pendidikan : dubia ad bonam
Perkawinan : dubia ad malam
Ekonomi : dubia ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologi : dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam
Ketaatan berobat : dubia ad malam
Kesimpulan : dubia ad malam
12
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka :
Po. Clozaril 3 x 25 mg
Stelosi 3 x 5 mg
Triheksifenidil (THP) 3 x 2 mg
Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga
Religius : Bimbingan/ceramah agama dan ibadah, sering diajak sholat
Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat
Usul pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium: SGOT/SGPT
X. DISKUSI
Skizofrenia merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung dari
perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya
ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi serta afek yang tidak wajar(inappropriate) atau tumpul
(blunted). Kesadaran yang jernih (clear consiousness) dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat
berkembang kemudian
Menurut PPDGJ III skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan
pedoman diagnosis harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas) :
13
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
14
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
d. Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons empenderitaional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
15
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude), dan penarikan diri secara social .
Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa dan autoanamnesa) serta
pemeriksaan status mental menunjukkan bahwa pasien berdasarkan kriteria
diagnostik dari PPDGJ III, pada pasien ini dapat didiagnosa sebagai
Skizofrenia Paranoid (F20.0). Pedoman diagnostik untuk skizofrenia telah
memenuhi yaitu adanya afek yang tidak wajar (inappropriate), terdapatnya
gangguan persepsi yang ditandai dengan adanya halusinasi melihat seorang
anak perempuan serta ditemukannya waham yang berupa waham yang
bizzare berupa sisip pikir dan waham kebesaran, serta didapatkan pula
adanya perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour).
Secara spesifik digolongkan ke dalam Skizoprenia Paranoid (F20.0)
hal ini karena pada pasien terdapat gejala halusinasi dan waham yang
menonjol.
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksa pada saat wawancara
diperoleh afek yang tumpul, ekspresi yang datar, jarang mau menjawab
pertanyan
Prognosis untuk pasien ini adalah dubia ad malam, karena dilihat dari
diagnosisnya yang buruk, perjalanan penyakit yang kronis, riwayat
herediter, usia saat menderita yang buruk, perkawinan, ketaatan berobat,
serta ekonomi yang buruk .
Terapi yang direncanakan pada penderita ini adalah berupa
Farmakoterapi yaitu Clozaril 25 mg 3 x 1 yaitu sebagai obat psikosis
16
atypical, Triheksilfenidil 2mg 3x1 sebagai obat anti sindroma
parkinsonisme, Stelosi 5 mg 3x1 sebagai antipsikosisUsulan terapi
selanjutnya yang dapat diajukan bila pasien telah agak tenang adalah
psikoterapi untuk menguatkan mental pasien terutama dalam menghadapi
masalah. Juga diperlukan rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat dan
minat pasien. Rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat dan minat pasien
anti psikosis, seperti gejala Parkinson berupa gemetar, badan kaku seperti
robot, hipersalivasi dan gejala ekstrapiramidal lainnya, dapat diberikan
Trihexilpenidil 3x2 mg/hari.
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine
pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah 1)
sedasi dan inhibisi psikomotor, 2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik,
antikolonergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur; 3) gangguan endokrin 4) gangguan ekstrapiramidal
(distonia akut, akathisia, dan sindrom Parkinson), 5) hepatotoksik. Sindrom
Parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat
dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai
membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan pasienan pasien. Bila
terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat anti
psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan
trihexyphenidyl 3 x 2 mg/hari p.o. atau sulfas atropin 0,5 – 0,75 mg im.
Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis
secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan
obat antiparkinson. Pada pasien ini dari hasil pemeriksaan fisik tidak
didapatkan sindrom Parkinson sehingga obat antiparkinson seperti
Trihexyphenidyl tidak perlu diberikan sebagai profilaksis oleh karena dapat
mempengaruhi penyerapan/absorpsi obat anti psikosis sehingga kadarnya
dalam plasma rendah, dan dapat menghalangi manifestasi gejala
psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat antipsikosis
agar tercapai dosis efektif.
17
Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk
memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik,
tanda ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda
hepatotoksik dari pemeriksaan fisik.
Psikoterapi dianjurkan pemberian support pada pasien dan keluarga
agar mempercepat penyembuhan pasien dan untuk rehabilitasi disesuaikan
dengan psikiatrik sehingga bisa dipilih metode yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
2. Anwar Z. Skizofrenia. Scrib The Largest Social Reading and Publishing, 2012.
3. Rambisa A. Skizofrena.. Www.google.com. Diakses tanggal 3 Juli 2012.
4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.
5. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008.
6. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009.
18