Laporan Bu Rani

8
Nama: Detria Wulandari NPM : 260112110094 No . Kajian Pembahasan Pustaka Al – Islam 1. Visi dan Misi IFRS Visi: Menyediaan dan mengatur semua aspek tentang penggunaan obat. Misi: Memperluas pelayanan kefarmasian yang difokuskan pada pencapaian hasil positif bagi semua penderita melalui terapi obat yang optimal. Memberikan pelayanan yang membantu perkembangan, kemanfaatan, keamanan, mutu tertinggi, dan rasio efektif/ biaya tertinggi yang menyumbang pada program yang menitikberatkan pada kebutuhan kesehatan masyarakat serta pencegahan penyakit. Meningkatkan Visi dan Misi IFRS RSAI Visi: Menjadi instalasi yang unggul, terpercaya, dan Islami dalam pelayanan dan pengelolaan farmasi. Misi: Melaksanakan dan menerapkan nilai – nilai Islami ke dalam seluruh aspek pelayanan dan manajemen kefarmasian. Menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan mendukung program pemerintah dalam pelayanan kefarmasian. Melaksanakan kerja sama lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam Visi dan misi IFRS RSAI hampir serupa dengan visi dan misi standar dari IFRS, dengan perbedaan yaitu penerapan dari nilai nilai Islami ke dalam seluruh aspek pelayanan dan manajemen kefarmasian. Visi dan misi ini diharapkan dapat berjalan sesuai agar dapat mencapai tujuan dari rumah sakit Al Islam, yaitu: 1. Menyelengg arakan pelayanan farmasi yang optimal dengan standar kualitas tinggi baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan darurat sesuai

Transcript of Laporan Bu Rani

Page 1: Laporan Bu Rani

Nama: Detria Wulandari

NPM : 260112110094

No.

KajianPembahasan

Pustaka Al – Islam1. Visi dan Misi IFRS

Visi: Menyediaan dan mengatur

semua aspek tentang penggunaan obat.

Misi: Memperluas pelayanan

kefarmasian yang difokuskan pada pencapaian hasil positif bagi semua penderita melalui terapi obat yang optimal.

Memberikan pelayanan yang membantu perkembangan, kemanfaatan, keamanan, mutu tertinggi, dan rasio efektif/ biaya tertinggi yang menyumbang pada program yang menitikberatkan pada kebutuhan kesehatan masyarakat serta pencegahan penyakit.

Meningkatkan pengetahuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebagai suatu komponen dan mitra penting dari tim pelayanan kesehatan (Siregar, 2004).

Visi dan Misi IFRS RSAIVisi: Menjadi instalasi yang

unggul, terpercaya, dan Islami dalam pelayanan dan pengelolaan farmasi.

Misi: Melaksanakan dan

menerapkan nilai – nilai Islami ke dalam seluruh aspek pelayanan dan manajemen kefarmasian.

Menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan mendukung program pemerintah dalam pelayanan kefarmasian.

Melaksanakan kerja sama lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam melaksanakan program pelayanan farmasi.

Mampu mengadakan pelayanan pharmaceutical care yang melebihi harapan pasien.

Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia pada IFRS RSAI Bandung.

Visi dan misi IFRS RSAI hampir serupa dengan visi dan misi standar dari IFRS, dengan perbedaan yaitu penerapan dari nilai – nilai Islami ke dalam seluruh aspek pelayanan dan manajemen kefarmasian. Visi dan misi ini diharapkan dapat berjalan sesuai agar dapat mencapai tujuan dari rumah sakit Al – Islam, yaitu:1. Menyelenggarakan

pelayanan farmasi yang optimal dengan standar kualitas tinggi baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan darurat sesuai dengan keadaan pasien, dan fasilitas yang tersedia.

2. Menyelenggarakan pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan kode etik profesi.

3. Menyelenggarakan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) mengenai obat.

4. Menyelenggarakan pengawasan, evaluasi, penelitian, dan perbaikan kinerja pelayanan farmasi secara

Page 2: Laporan Bu Rani

berkesinambungan untuk menghasilkan pelayanan bermutu.

5. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan

2. Struktur OrganisasiBerdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 539/Menkes/SK/VI/1994 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum, rumah sakit adalah unit organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral Pelayanan Medis, yang dipimpin oleh seorang Kepala Rumah Sakit dan mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (Surachman, 2000).

Struktur Organisasi RSAIRumah Sakit Al-Islam dipimpin oleh seorang direktur yang diangkat oleh dewan pembina rumah sakit. Direktur Rumah Sakit Al-Islam membawahi Komite Medik (KM), Satuan Pengawasan Intern (SPI), dan dua wakil direktur, yaitu direktur umum dan direktur keuangan, serta wakil direktur pelayanan medik. Masing-masing wakil direktur membawahi bidang-bidang.

PFT dan IFRS berada pada garis instruktif dibawah pimpinan Direksi, dan garis koordinasi untuk masing – masing PFT dengan IFRS.

Direksi

PFT -------- IFRSDiagram diatas menunjukkan bahwa: garis tegas bersifat instruktif dari direksi langsung kepada PFT dan IFRS, sedangkan garis putus – putus bersifat koordinatif antara PFT dan IFRS.

3. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Panitia Farmasi dan Terapi

(PFT) merupakan sekelompok penasehat dari staf medis yang bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Anggota PFT yang mempunyai hak suara harus terdiri atas sekurang-kurangnya dokter, apoteker, perawat, unsur pimpinan, koordinator

PFT RSAI

Panitia farmasi dan terapi RSAI dibentuk pada tahun 1997 berdasarkan Surat Keputusan Komite Eksekutif Staf Medik No.895/RSAI/SK/KM/IV/2002 tentang pembentukan kembali panitia farmasi dan terapi.

Diketuai oleh dokter spesialis, kemudian sekretaris di pegang oleh apoteker, dan anggota meliputi dokter umum,

Peranan PFT pada RSAI telah banyak membuahkan hasil, salah satunya, terbentuknya formularium rumah sakit yang terdiri dari obat – obatan paten, generik, dan askes, sehingga memudahkan dokter untuk memilih obat yang akan diberikan kepada pasien.Tugas panitia farmasi dan terapi RSAI adalah :1. Menyusun

formularium dan tata

Page 3: Laporan Bu Rani

jaminan mutu dan berbagai ahli jika diperlukan. Besarnya keanggotaan PFT dapat beragam tergantung pada lingkup pelayanan yang diberikan rumah sakit. Anggota panitia diangkat oleh pimpinan rumah sakit atas usul komite medis (Siregar, 2004).

dokter gigi, dokter spesialis, apoteker, dan perawat.

Pertemuan diadakan setiap 3 bulan sekali untuk membahas:

1. Merevisi dan mengevaluasi formularium yang ada

2. Membahas kebijakan mengenai obat antibiotik dan obat mahal.

3. Membahas monitoring efek samping obat.

laksana penggunaannya, sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran.

2. Memantau dan mengevaluasi penggunaan obat secara rasional.

3. Ikut memecahkan masalah dalam pengelolaan obat dan alat kesehatan.

4. Mengadakan rapat paling sedikit 3 bulan sekali.

5. Melaporkan kegiatannya kepada Komite Eksekutif Staf Medik dan Direktur Rumah Sakit Al-Islam.

4. Sistem Formularium

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medis dari suatu rumah sakit yang bekerja melalui PFT, mengevaluasi, menilai, dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia yang dianggap paling bermanfaat dalam perawatan penderita (Siregar, 2004).

Sistem Formularium

RSAI

Formularium RSAI adalah suatu daftar sediaan obat yang telah diproses melalui evaluasi dan seleksi oleh staf medik RSAI, melalui PFT dan dianggap paling bermanfaat dalam perawatan pasien, sehingga harus disediakan secara rutin oleh Instalasi Farmasi.

Sistem formularium yang digunakan RSAI berasal dari daftar standar obat yang dikeluarkan oleh PFT. Obat diurutkan sesuai yang paling baik, kemudian beberapa yang dianggap paling bermanfaat dan sering digunakan oleh dokter di RSAI dipilih dan dimasukkan ke dalam formularium rumah sakit.Suatu sistem fomularium yang dikelola dengan baik akan memberikan manfaat untuk rumah sakit yaitu:a. Membantu

meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit

Page 4: Laporan Bu Rani

b. Sebagai bahan edukasi bagi staf tentang terapi obat yang tepat

c. Memberi rasio manfaat-biaya yang tinggi, bukan hanya sekedar pengurangan harga.

5. Pelayanan Kefarmasian

Ruang lingkup pelayanan farmasi di rumah sakit meliputi :

a. Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi.

b. Pembuatan obat termasuk pengemasan kembali.

c. Penyimpanan perbekalan farmasi.

d. Distribusi dan pnyerahan untuk pasien rawat jalan dan inap.

e. Penyelenggaraan pelayanan farmasi klinik yang meliputi penyiapan, pencampuran, penyampaian obat, pemantauan obat dalam hal dosis, indikasi dan efek samping, perhitungan kadar dan harga.

f. Penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medis, tenaga kesehatan dan pasien.

g. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat.

Pelayanan bahan/alat steril keperluan pembedahan, kegiatan medis, dan perawatan tertentu, di ruangan dan di dalam rumah sakit (Siregar, 2004).

Pelayanan Kefarmasian RSAICakupan pelayanan non klinik meliputi: Seleksi Perencanaan Pengadaan Penerimaan Penyimpanan Pendistribusian Pengendalian Penghapusan

administrasi Pelaporan.

Cakupan pelayanan klinik meliputi: Pengkajian resep Konseling Pengkajian efek samping

dan interaksiobat Evaluasi penggunaan

obat.

Sistem pelayanan farmasi Rumah Sakit Al-Islam berdasarkan sistem satu pintu dimana pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan resep untuk pasien RSAI diselenggarakan tunggal oleh unit yang ditunjuk oleh direktur, yaitu Instalasi Farmasi.

Page 5: Laporan Bu Rani

Pembimbing Dalam, Pembimbing Luar,

(………………………………………) (………………………………………)