Presus Asma Ikk Rani
-
Upload
ranihentynovita -
Category
Documents
-
view
195 -
download
7
Transcript of Presus Asma Ikk Rani
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan
maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang
banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma merupakan
penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik,
batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun
terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju.
Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi
di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja
akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan
Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah
sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal
tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari
pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).1
Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari
lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban
global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi
penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di
sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan
bahkan kematian. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-
5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis
kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema
sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun
1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan
bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia
1
SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma
(gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya
mempunyai gejala klasik.2
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting.
Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam
menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah
satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan
sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang
bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya
mencegah terjadinya serangan asma.3
Profil Puskesmas Wirobrajan8
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang
bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada
dalam garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan pelayanan
namun tidak mencakup aspek pembiyaan. Visi yang dibangun oleh puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Yang dimaksud
kecamatan sehat adalah gambaran kecamatan masa depan
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2
Sedangkan misi puskesmas adalah mendukung tercapainya
misi pembangunan kesehatan nasional.
Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis
dinas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan, yang
dimaksud unit pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan adalah
yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja
Puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Di kecamatan Wirobrajan terdapat satu Puskesmas yaitu
Puskesmas Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu
Tegalmulyo.
Puskesmas Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Tegalrejo
Sebelah Timur : Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron
Sebelah Selatan : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
Luas Wilayah Kecamatan Wirobrajan 1,78 km2 dengan
pembagian kelurahan menjadi 3 kelurahan yang terdiri dari :
Kelurahan Pakuncen : Terletak di bagian utara, 58 RT dan 12 RW
Kelurahan Wirobrajan : Terletak di bagian tengah 56 RT dan 12 RW
Kelurahan Patangpuluhan : Terletak di bagian selatan 51 RT dan 10 RW
Jumlah penduduk kecamatan Wirobrajan 30.512 jiwa8, dengan
perincian penduduk laki-laki 15.179 jiwa dan penduduk perempuan 15.333
jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga 8.075, 165 RT, 32 RW dan 36
posyandu.
3
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan
(mengacu pada indikator Indonesia sehat 2010 dan SPM)
diantaranya yaitu :
Derajat kesehatan
Keadaan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat
Pelayanan kesehatan
Perbaikan Gizi Masyarakat
Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi fasilitas rawat
inap, namun sudah terdapat fasilitas ambulans dan UGD
yang setiap saat dapat digunakan. Kegiatan pelayanan
umum meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai
pengobatan gigi (BPG), BKIA/KB, unit farmasi, unit keliling,
UKS, konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi
kesehatan, dan poli lansia, konseling PHBS, konseling
berhenti merokok.
Untuk mencapai sasaran wilayah kerja Puskesmas
Wirobrajan seperti tersebut diatas, dokter keluarga juga
dapat berperan didalamnya. Pelayanan dokter keluarga
adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan
memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu
unit, yang mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan
kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis
penyakit tertentu saja.
Pelayanan dokter keluarga yang melibatkan dokter
keluarga sebagai penapis (gate keeper) di tingkat pelayanan
primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder,
rumah sakit rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan
4
kesehatan yang bekerja secara bersama-sama,
menempatkan dokter keluarga pada posisi yang sangat
strategis dalam pembangunan kesehatan.8
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan dokter
keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi
individu, keluarga dan masyarakat yang bermutu namun
terkendali biayanya, yang tercermin dalam tata laksana
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.9
Tabel. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas Periode
Bulan Maret 2012
No Kode Diagnosis Jumla
h
1 J06 Infeksi Salauran Pernafasan Atas 536
2 110 Hipertensi Primer 353
3 J00 Common cold/Nasofaringitis akut 248
4 K04 Penyakit pulpa dan jaringan
periapikal
173
5 E11 Diabetes melitus tipe 2 (NIDDM) 145
6 KTR2 KONTROL IBU HAMIL 116
7 R51 Nyeri kepala hebat (headache) 113
8 E78 Gangguan metab lipid&lipoprotein
(hipergliseridemi)
106
9 R50 Febris/Demam 98
10 KTR3 KONTROL BAYI SEHAT 87
(sumber : Puskesmas Wirobrajan)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas,
maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :
1. Faktor resiko yang ditemukan pada pasien.
5
2. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu
kedokteran keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis,
fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah,
dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.
3. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
C. Tujuan Penulisan
1.Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu
kedokteran keluarga ini bertujuan untuk memenuhi
sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2.Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai
bentuk pelayanan kedokteran dengan pendekatan
kedokteran keluarga pada penderita penyakit. Salah
satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku atau
gaya hidup apakah telah mendukung pengobatan
farmakologi atau tidak. Selain itu juga penyuluhan
dilakukan dengan titik berat agar pasien dan keluarganya
menjadi mengetahui lebih banyak tentang asma sehingga
dapat diminimalisir terjadinya kekambuhan.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat untuk puskesmas
Sebagai sarana kerjasama yang saling
menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan
6
balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka
mengoptimalkan peran puskesmas.
2. Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai saran ketrampilan dan pengalaman dalam
upaya pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-
prinsip kedokteran keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
A. Asma Bronkial
1) Definisi
Asma bronkial adalah suatu gangguan peradangan kronis dimana banyak
sel dan elemen seluler memegang peran. Proses peradangan kronis tersebut
menyebabkan terjadinya hiperresponsivitas saluran napas yang mengakibatkan
munculnya episode mengi (wheezing), sesak napas, rasa berat di dada, serta
batuk terutama pada malam dan dini hari. Episode tersebut umumnya
berhubungan dengan obstruksi aliran udara pernapasan yang merata tetapi
bervariasi derajatnya, sering bersifat reversible baik spontan maupun dengan
terapi.4
2) Gambaran Klinis
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi
(wheezing), dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas
seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau
bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disetai sekret, tetapi pada
perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang
mukoid, putih kadang-kadang purulen.4
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila
dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan
terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu
ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin
kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.4
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi
duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut.
Posisi ini di dapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan
cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan
8
terlihat meningkat (takipneu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita
tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan
penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi
yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan
penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi
kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena
peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.4
Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan
gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan
gejala terhadap faktor pencetus non-alergik seperti asap rokok, asap yang
merangsang, infeksi saluran napas ataupun perubahan cuaca. Lain halnya
dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal minggu
dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap
memburuk sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan membaik bila pasien
dijauhkan dari lingkungan kerjanya.4
3) Patofisiologi
Gambar 1 : saluran nafas normal (i) dan saluran nafas penderita asma (ii) (Muchiddkk,
2007)
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E
9
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.5
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-
faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.5
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.5
4) Pemeriksaan Penunjang 6
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil
10
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mukus plug.
Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan
Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema, maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
11
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes
tempel.
Elektrokardiografi
Gambaran elektro kardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clockwise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBBB
(Right bundle branch block).
Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan
dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak
penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan
obstruksi.
5) Klasifikasi Asma Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gejala pada orang dewasa1
12
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru
intermiten Bulanan
Gejala <1x/minggu,
tanpa gejala di luar
serangan
Serangan singkat
≤2 kali sebulan APE ≥80%
VEP1≥80% nilai
prediksi APE
≥80% nilai
terbaik
Variabilitas APE
<20%
Persisten ringan Mingguan
Gejala >1x/minggu,
tetapi <1x/hari
Serangan dapat
menggangu
aktivitas dan tidur
>2 kali sebulan APE >80%
VEP1≥80% nilai
prediksi APE
≥80% nilai
terbaik
Variabilitas APE
20-30%
Persisten
sedang
Harian
Gejala setiap hari
Serangan
menggangu
aktivitas dan tidur
Bronkodilator setiap
hari
>2 kali sebulan APE 60-80%
-VEP1 60-80%
nilai prediksi
APE 60-80%
nilai terbaik
-Variabilitas APE
>30%
Persisten berat Kontinyu
Gejala terus
menerus
Sering kambuh
aktivitas fisik
terbatas
Sering APE ≤60%
VEP1 ≤60% nilai
prediksi APE
≤60% nilai
terbaik
Variabilitas APE
>30%
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Beratnya Serangan Asma9
13
Ringan Sedang Berat
Aktivitas Dapat berjalan
Dapat berbaring
Jalan terbatas
Lebih suka duduk
Sukar berjalan
Duduk
membungkuk ke
depan
Bicara Beberapa kalimat Kalimat terbatas Kata demi kata
Kesadaran Mungkin
terganggu
Biasanya
terganggu
Biasanya
terganggu
Frekuensi
napas
Meningkat meningkat Sering >30
kali/menit
Retraksi
otot-otot
bantu napas
Umumnya tidak
ada
Kadang kala ada ada
Mengi Lemah sampai
sedang
Keras Keras
Frekuensi
nadi
<100 100-120 >120
Pulsus
paradoksus
Tidak ada
(<10mmHg)
Mungkin ada (10-
25mmHg)
Sering ada
(>25mmHg)
APE sesudah
bronkodilator
(% prediksi)
>80% 60-80% <60%
PaCO2 <45mmHg <45mmHg <45mmHg
SaCO2 >95% 91-95% <90%
Keterangan: dalam menentukan klasifikasi tidak seluruh parameter harus
dipenuhi.5
6) Penatalaksanaan Asma 6,7
14
Pengobatan asma dapat dibagi atas terapi pada saat terjadi serangan
dan terapi pemeliharaan untuk mencegah terjadinya serangan atau
memperburuknya penyakit.
Serangan asma biasanya dapat dihentikan dengan suatu
bronkospamolitikum untuk melepaskan kejang bronki. Pilihan pertama adalah
suatu β2-mimetikum (β2-agonis) per-inhalasi, misalnya salbutamol atau
terbutalin dengan efek cepat. Bila perlu dibantu dengan supositoria aminofilin.
Obat yang tak-selektif, seperti efedrin dan isoprenalin, dapat pula diberikan
sebagai tablet, tetapi efeknya baru telihat kurang lebih 1 jam. Bila setelah 15
menit belum menghasilkan efek, inhalasi dapat diulang lagi. Jika juga tidak
memberikan efek, pasien perlu diberi obat secara injeksi intravena, bisa
menggunakan salbutamol dan atau aminofilin. Pada serangan hebat, sering
kali ditambahkan hidrokortison atau prednison i.v.6
Pengobatan pemerliharaan umumnya dilakukan secara bertingkat,
berdasarkan prinsip (baru) bahwa asma adalah suatu penyakit peradangan,
maka obat antiradang perlu digunakan sedini mungkin. Disamping itu,
penggunaan bronkodilator hendaknya dibatasi pada terapi serangan dan/ atau
dalam kombinasi dengan obat antiradang. Dalam garis besar sering kali
ditempuh skema sebagai berikut.6
1) Asma ringan (serangan < 1x sebulan)
Dapat bila perlu diobati dengan suatu β2-mimetikum yang bekerja singkat
sebagai monoterapi, misalnya salbutamol atau terbutalin (1-2
inhalasi/minggu).
2) Asma sedang (serangan 1-4x sebulan)
Perlu diobati dengan obat yang menekan peradangan di saluran napas,
yakni kortikosteroid inhalasi, seperti beklametason, flutikason, atau
budesonida dalam dosis rendah (200-800 mcg/hari). Bila perlu, obat ini
dikombinasikan dengan salbutamol atau terbutalin sampai 3-4
inhalasi/hari atau dengan obat pencegah kromoglikat dan nedokromil
per-inhalasi.
15
3) Asma agak serius (serangan 1-2x seminggu)
Dapat ditangani oleh kortikosteroid dengan dosis lebih tinggi (800-1200
mcg/hari) dan dikombinasikan dengan β2-mimetika atau antikolinergika
(ipratropium) sebagai bronkodilator untuk mengurangi obstruksi bronkus.
4) Asma serius (>3x seminggu)
Walaupun penggunaan inhaled corticosteroids (ICS) dalam dosis cukup
tinggi, tetapi pada malam hari masih timbul sesak napas. Dalam hal ini
dapat diberikan β2-mimetikum kerja-panjang sebagai inhalasi
(salmeterol, forrmoterol). Bila perlu obat ini dapat dikombinasikan
dengan teofilin dalam bentuk slow-release.
B. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT11
PBHS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran,
sehingga keluarga beserta semua yang ada didalamnya dapat menolong
dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat.
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta
meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha dalam
upaya mewujudkan derajad kesehatan yang optimal.
Pembinaan PHBS dirumah tangga menjadi bagian dari Kesatuan Gerak
PKK-KB-Kesehatan yang dapat memberi konstribusi nyata terhadap
percepatan pencapaian rumah tangga sehat. PKK dengan kadernya yang ada di
masyarakat merupakan ujung tombak pelaksanaan PHBS. Melalui peran
aktifnya, PKK mengajak setiap rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan
yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Ada 10 indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS, meliputi :
Indikator Lingkungan : pertolongan persalinan atau bayi dilahirkan oleh
16
petugas bayi dilahirkan oleh petugas kesehatan, Pemberian ASI ekslusif pada
usia 0-6 bulan, Menimbang berat badan balita setiap bulan, menggunakan air
bersih yang memenuhi syarat, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, melakukan pemberantasan sarang nyamuk di
rumah dan lingkungannya, mengkonsumsi sayuran atau buah setiap hari,
melakukan aktifitas fisik atau olahraga, dan tidak merokok.
Menerapkan PHBS dalam tatanan rumah tangga atas kesadaran sendiri
secara sukarela sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi.
Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi
kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan
lingkungan yang kurang kondusif. Dengan PHBS setiap anggota keluarga
meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit sehingga produktivitas
kerja anggota keluarga juga meningkat. Anak-anak akan tumbuh sehat dan
cerdas. Karenanya pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk
pemenuhan gizi keluarga, pendididkan dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga.
BAB III
17
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Sdr. M.S.S
Jenis kelamin : Pria
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : mahasiswa
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Alamat : Jln. Bugisan no. 33, RT 011/ RW 002, kel. Wirobrajan,
kec. Wirobrajan, Yogyakarta
Nomer RM : 03.0304.01
Nomer ASKES: 0000097244367
Nama KK : Bp. L
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : PNS
Tanggal kunjungan Puskesmas : 8 Juni 2012
Tanggal kunjungan rumah I : 8 Juni 2012
Tanggal kunjungan rumah II : 10 Juni 2012
B. Anamnesis
Keluhan utama : minta rujukan ke RSUD Jogja
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang untuk minta rujukan ke RSUD jogja. Pasien kontrol
obat asma di RSUD jogja sejak 4 tahun ini. Terakhir kontrol ke RSUD
jogja sekitar 3 bulan yang lalu. Pasien baru mengalami kekambuhan asma
2 hari yang lalu karena kecapekan main bola. Pasien setiap serangan asma
selalu menggunakan ventolin inhaler, namun saat serangan 2 hari yang
lalu obat pasien habis. Keluhan membaik setelah istirahat. Saat serangan
pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada, batuk, mengi. Setiap serangan
dirasakan sesak napas selama ± 45 menit. Serangan asma dirasakan
18
kambuh-kambuhan, frekuensi serangan asma < 1 kali per minggu dan ± 2
kali per bulan. Serangan asma muncul pada keadaan dingin, kecapekan,
terpapar debu rumah, bulu binatang, dan membaik dengan obat asma serta
istirahat. Obat ventolin inhaler hanya digunakan saat serangan muncul
saja. Keluhan lain : demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan baik, BAB/BAK normal seperti biasa, merokok (+), alkohol (-),
olahraga bola setiap sore.
Riwayat Penyakit Dahulu : Asma (+) 9 tahun; pengobatan asma
terakhir di RSUD jogja 3 bulan yang lalu diberi ventolin inhaler. Alergi
(+) : dingin, debu, udang ; mondok (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Asma : (+) Kakek dari ibu
Alergi : udang (+) ibu, ayah, kakak, adik
DM : (+) Ibu
HT : (-)
Batuk lama : (-)
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
RR : 16x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : afebris
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 165 cm
BMI : 23,87 kg/m2
19
Kepala :bentuk mesosephal simetris, rambut warna putih,
persebaran merata
Leher : pembesaran lnn (-), tiroid membesar (-), JVP tidak
meningkat
Mata : konjungtiva anemi (-/-), sclera ikterik (-/-), reflek
cahaya pada pupil (+/+), pupil isokor, mata cekung
(-/-)
Telinga : otore (-/-), nyeri tekan (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
Kulit : tidak ada kelainan
Dada :
a. Paru-paru
Kanan Kiri
Depan
Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi : Vesikuler (↓), wheezing (+)
Inspeksi :simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi :Vesikuler (↓),wheezing (+)
Belakang
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi : Vesikuler (↓) , wheezing (+)
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi :Vesikuler(↓), wheezing (+)
b. Jantung
Batas jantung :
Batas kanan atas SIC II linea parasternalis kanan
Batas kanan bawah SIC IV linea parasternalis kanan
Batas kiri atas SIC II linea parasternalis kiri
20
Batas kiri bawah SIC IV-V linea midclavicula kiri
Suara jantung : Bunyi jantung S1 S2 murni, bising (-)
Perut :
Inspeksi : datar, sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltic usus (+) normal
Palpasi : turgor normal, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas :
tungkai lengan
Kanan kiri kanan kiri
Deformitas (-) (-) (-) (-)
Edema (-) (-) (-) (-)
Hangat (+) (+) (+) (+)
Nadi teraba cukup (+) (+) (+) (+)
D. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
E. Diagnosis Banding
Asma Bronkial Intermiten
Asma Bronkial Persisten Ringan
Bronkitis Kronis
F. Diagnosis
Asma Bronkial Intermiten dengan riwayat atopi pada keluarga
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Salbutamol 4 mg (K/P)
2. Non farmakologis
Pasien diberi edukasi tentang konseling berhenti merokok,
menghindari faktor pencetus, dan tidak memelihara
binatang berbulu didalam rumah.
21
Kebutuhan Kalori Pasien ini dengan umur 20 tahun, BB = 65 kg dan TB = 165
cm, adalah :
1. Berat Badan Ideal = 0,9 x (165-100) = 58,5 kg
Kebutuhan Kalori Basal = 30 kal x 58,5 = 1755 kal
2. Aktivitas Sedang = 30% x 1755 = 532,5 kal
Jadi kebutuhan kalori pasien ini per hari adalah
= 1755 kal + 532,5 = 2281,5 kal
Contoh menu yang dapat diberikan :
Waktu Menu makanan Takaran Berat (gram)
Kalori (kal)
Sarapan (07.00)
Nasi 1 ½ gelas 200 350Telur ayam rebus 1 butir 25 40Sup jagung 1 gelas 100 50Tahu 1 potong 25 40Minyak Untuk menumis 5 45Susu sapi 1 gelas 200 130Air putih 1 gelas
Selingan (10.00)
Pisang 1 potong 100 80
Makan siang (12.00)
Nasi 1 ¾ gelas 233 408,3Daging ayam 1 potong 50 95Bayam rebus 1 gelas 100 50Tempe 1 potong sedang 25 40Minyak Untuk
menggoreng10 90
Air putih 2 gelasSelingan (15.00)
Biskuit 2 keping 25 95Jus mangga 1 bh bsr 100 50
Makan malam (19.00)
Nasi 1 ¾ gelas 233 408,2Lele goreng 2 potong sedang 100 190Ca kangkung 1 gelas 100 50Minyak Untuk menumis 5 45Air putih 2 gelasPepaya 1 potong 100 40
Konsumsi air putih 8-10 gelas per hariTotal Kalori 2218,5
22
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Dari hasil anamnesis pada saat kunjungan pasien ke puskesmas
pada tanggal 8 Juni 2012 dan kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 8
dan 10 Juni 2012 didapatkan informasi bahwa pasien merupakan penderita
Asma bronkial kurang lebih 9 tahun. Pasien rutin kontrol obat ke RSUD
jogja, khususnya jika terdapat keluhan.
B. Hasil kunjungan rumah
1. Kondisi pasien
Kunjungan pertama ke rumah pasien dilakukan pada tanggal 8 Juni
2012. Pasien terlihat sehat, sedang baru saja bangun tidur dan tidak ada
keluhan.
2. Pendidikan
Pasien merupakan seorang mahasiswa dan sehari-harinya
melakukan kegiatan di kuliah kampus. Pendidikan terakhir pasien
merupakan SMK. Ayah bekerja sebagai PNS dan ibu sebagai Ibu
Rumah Tangga.
3. Keadaan rumah
a. Lokasi : rumah terletak di Jalan Bugisan no. 33 Wirobrajan dan
terletak dipinggir jalan besar. Jarak dengan rumah yang lainnya
pada sisi kanan dan belakang berdempetan, sedangkan sisi kiri
berjarak 2 meter. Dalam satu rumah dihuni oleh satu kepala
keluarga dengan jumlah total 5 orang.
b. Kondisi rumah : kondisi rumah kokoh, lembab, bangunan tidak
bertingkat, dinding tembok, lantai ruang tamu, kamar, dapur dan
kamar mandi terbuat dari semen, sedangkan tembok terbuat dari
semen, atap genting, dan tidak terdapat plafon. Kondisi rumah
23
kotor, berdebu, dengan barang-barang tertata tidak rapi.
Kepemilikan rumah adalah orang tua pasien.
c. Luas : luas bangunan rumah ± 4 x 13m2. Jumlah orang dalam
satu rumah ada 5 orang. Rata-rata 10,8 m2 per orang.
d. Lantai rumah : seluruh lantai rumah terbuat dari semen.
e. Dinding rumah dari : semen.
f. Atap rumah dari : genteng dan tanpa plafon.
g. Pembagian ruangan rumah: terdapat 3 kamar tidur dengan
ukuran masing-masing Kamar 1 ( kamar pasien) menyatu
dengan gudang ukuran 4 x 4 meter, kamar 2 ukuran 2,5 x 3
meter, juga kamar 3 2 x 3 meter. 2 kamar mandi ukuran 2 x 2
meter serta dapur berukuran 1 x 2 meter.
h. Jendela rumah : terdapat dua jendela di setiap kamar, berukuran
1 x 0,5 meter. Pencahayaan : cahaya yang masuk ke setiap
ruangan dirasa kurang.
i. Ventilasi : tidak terdapat ventilasi pada tiap ruang.
j. Listrik : daya listrik 900 watt dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
k. Kebersihan dan tata letak barang dalam rumah : kebersihan
dalam rumah kurang dan tata letak barang-barang dalam rumah
kurang rapi.
l. Sumber air minum dan kamar mandi:
1) Persediaan air bersih : sumber air minum dan memasak
berasal dari sumur.
2) Kamar mandi : ada 2 buah dengan ukuran masing-masing
2mx2m. Terdapat jamban keluarga berupa WC jongkok.
Jarak septik tank dengan sumber air minum ± 2 meter.
m. Kepemilikan barang : keluarga pasien memiliki 3 buah tempat
tidur, 1 buah kompor, 1 buah wajan, 1 buah lemari, 1 buah rak.
n. Tempat pembuangan sampah : terdapat tempat pembuangan
sampah di dapur rumah yang tidak tertutup, berupa ember
24
tempat sampah yang dilapisi plastic, sampah dibuang ke tempat
pembuangan sampah rata-rata 1-2 hari sekali.
4. Keadaan lingkungan sekitar rumah :
1) Sarana pembuangan air limbah : limbah kamar mandi dan
dapur dialirkan ke kali. Saluran limbah di sekitar rumah
mengalir.
2) TPA merupakan tempat pembuangan sampah yang
digunakan oleh masyarakat sekitar rumah pasien, terletak
didepan rumah pasien dan berjarak ± 5 meter dari rumah.
Sampah yang ada di TPA akan diambil oleh petugas
kebersihan setiap 2 minggu sekali.
3) Jalan didepan rumah lebarnya 5 m dan terbuat dari aspal.
Kesan kebersihan lingkungan : baik.
C. Analisis Kedokteran Keluarga
1. Nilai APGAR Keluarga
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau
tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan
Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan
keluarga, yaitu :
a. Adaptasi (adaptation).
Penilaian : dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam
menerima bantuan yang dibutuhkan.
b. Kemitraan (patnership).
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi
dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
c. Pertumbuhan (growth).
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan
yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan
kedewasaan semua anggota keluarga.
25
d. Kasih Sayang (affection).
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih
sayang serta interaksi emosional yang berlangsung.
e. Kebersamaan (resolve).
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas
keluarga
Skor APGAR
Kriteria Pertanyaan
Respon
Hampir selalu
(2)
Kadang (1)
Hampir tidak
pernah (0)
Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
√
Kemitraan
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi
√
Pertumbuhan
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki
√
Kasih sayangSaya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga saya
√
KebersamaanSaya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan
√
Total 6
26
Klasifikasi
8-10 = fungsi keluarga baik4-7 = disfungsi keluarga sedang0-3 = disfungsi keluarga berat
KesimpulanBerdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam disfungsi keluarga sedang
2. SCREEM Keluarga
Aspek Sumber Daya Patologi
Social
Pasien hidup ditengah-tengah masyarakat dengan hubungan yang baik. Mendapat kasih sayang cukup dari keluarga, bergaul dengan teman di kampus baik.
CulturalPasien tidak percaya takhayul dan tidak percaya pada dukun untuk mengobati penyakitnya
ReligiousPasien dan keluarganya beragama islam dan fungsi religi pada keluarga berfungsi dengan baik
EconomyAyah Pasien bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan penghasilan cukup memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.
EducationPengetahuan pasien baik tentang sakitnya, dan berusaha untuk mengendalikan penyakitnya.
MedicalPasien menggunakan pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas, Rumah sakit, dan dokter terdekat.
27
3. Daftar Anggota Keluarga dan Genogram
Tanggal 10 Juni 2012
Keterangan:
: perempuan : perempuan meninggal : Pencari Nafkah
: laki-laki : laki-laki meninggal : tinggal serumah
: pasien : Asma : DM
Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan1. Tn. L Ayah Pasien L 49 thn PNS2. Ny. N Ibu Pasien P 49 thn Ibu rumah tangga3. Sdr. M Pasien L 20 thn Mahasiswa
4. Sdr. P Adik Pasien L 17 thn Pelajar5. Sdr. N Adik Pasien P 14 thn Pelajar
D. Identifikasi Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis dan reproduksi
Pasien memiliki penyakit asma dan alergi. Pasien merupakan anak
kedua dari 4 bersaudara. Pasien tinggal bersama orang tua dan kedua
adiknya.
28
2. Fungsi afektif/psikologik
Hubungan pasien dengan keluarga kurang baik. Pasien mengaku tidak
begitu dekat dengan ayahnya karena malu bahwa ayah pasien
menderita skizofrenia. Pasien hanya dekat dengan ibu dan adik-
adiknya.
3. Fungsi ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan wirobrajan dan
berpenghasilan tetap, penghasilan rata – rata perbulannya sebesar Rp.
1.200.000, dan menurut pasien penghasilan sebesar itu dapat
mencukupi kebutuhan sehari – hari pasien dan keluarganya, ibu pasien
juga membantu ekonomi keluarga dengan berjualan makanan seperti
kue dan mpek-mpek.
4. Fungsi pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMK dan sedang melanjutkan
kuliah di perguruan tinggi swasta. Pendidikan terakhir ibu adalah SMP
dan ayah pasien adalah SMA.
5. Fungsi religious
Pasien beragama islam dan melaksanakan sholat 5 waktu setiap
harinya.
6. Fungsi sosial dan budaya
Pasien dalam pergaulan dengan teman di kampus dan tetangga di
sekitar tempat tinggal tidak mengalami masalah dan cukup mudah
bergaul.
29
E. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Indikator Pengkajian PHBS Rumah Tangga
No Indicator / pertanyaanJawaban
Ya Tidak1. Persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatanAda balita Ditolong nakes
Tidak ditolong Nakes
Tidak ada balita2. Pemberian ASI
eksklusif pada usia 0-6 bulan
Ada bayi usia 0-6 bulan
Eksklusif Tidak eksklusif
Tidak ada bayi usia 0-6 bulan3. Menimbang berat
badan balita setiap bulan
Ada bayi/balita Ditimbang Tidak ditimbang
Tidak ada bayi / balita4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat √5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √6. Menggunakan jamban sehat √7. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan
lingkungannya√
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari √9. Melakukan aktifitas fisik atau olahraga √10.
Tidak merokok √
Kategori : Tidak SehatBerdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, keluarga pasien tergolong
tidak sehat.
F. Tahapan dan Siklus Keluarga
Tahapan Siklus Kehidupan
Tugas-tugas Perkembangan
Implikasi Pada Kesehatan
Keluarga yang melepaskan anak usia
dewasa muda.
1. Memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui
perkawinan anak-anak.2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
1. Kebutuhan adaptasi
2.Perubahan siklus harian
30
3. Membantu orangtua lanjut usia dari pihak suami maupun istri.
G. Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap, Perilaku)
a. Perawatan tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal sesuai usia.
b. Gizi keluarga
Pemenuhan gizi pasien tercukupi.
c. Pola makan keluarga
Pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk (telur, tempe,
tahu, ayam), sayuran, jarang makan buah-buahan.
d. Perilaku kesehatan keluarga
Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan
adalah membawa ke dokter ataupun puskesmas. Pasien rutin kontrol
penyakit ke puskesmas dan rumah sakit. Pasien juga memiliki
pendanaan kesehatan berupa ASKES PNS.
e. Hygiene dan sanitasi
Sanitasi rumah dinilai kurang bersih. Jendela, penerangan, dan
ventilasi kurang sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam
rumah tidak cukup baik.
f. Pencegahan penyakit
Penderita memeriksakan seluruh anggota keluarganya di puskesmas
terdekat terutama bila saat sakit. Pasien kontrol obat asma di rumah
sakit.
H. Gizi Seimbang
No 13 Pedoman Gizi Seimbang Ya Tidak 1. Makanlah makanan yang fungsinya untuk memenuhi
kecukupan stok energy dalam tubuh√
2. Makanlah semua ragam aneka makanan √3. Makan sumber karbohidrat, contohnya beras, jagung,
kentang, umbi-umbian, tebu, gandum, dll, setengah dari √
31
kebutuhan energy4. Batasi konsumsi lemak atau minyak berlebih √5. Gunakan garam beriodium √6. Makanlah makanan sumber zat besi, contohnya di
sayuran yang daunnya hijau dan buah-buahan√
7. Berikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan -8. Biasakan untuk makan pada pagi hari √9. Minumlah air putih yang bersih, aman dan cukup
jumlahnya10. Olahraga secara teratur dan berjemurlah paling tidak 10
menit setiap pagi√
11. Say NO to alcohol, rokok, dan obat-obatan terlarang √12. Makanlah sesuai dengan kebutuhan dan pastikan
makanan tersebut aman di pencernaan√
13. Bacalah label pada kemasan makanan, pastikan komposisinya aman dan teliti kadaluarsanya
√
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa 10 point sudah
dilaksanakan oleh pasien dan keluarga. Hal ini berarti 77% dari total 13
pedoman gizi seimbang telah dipenuhi oleh keluarga pasien.
I. Skor Rumah Sehat
No Variabel SkorSkor rumah
pasien1 Lokasi a. Tidak rawan banjir 3 √ b. Rawan banjir 1
2 Kepadatan Rumaha. Tidak padat (>8m2/orang) 3 √
b. Padat (<8m2/orang) 1
3 Lantaia. Semen, ubin, keramik, kayu 3 √
b. Tanah 1 4 Pencahayaan a. Cukup 3 b. Tidak cukup 1 √5 Ventilasi a. Ada 3 b. Tidak ada 1 √6 Air Bersih a. Air dari kemasan 3 b. Ledeng/PAM 3 c. Mata air terlindung 2 d. sumur pompa tangan 2 e. Sumur terlindung 2
32
f. Sumur tidak terlindung 1 √ g. Mata air tidak terlindung 1 h. Lain-lain 1
7pembuangan kotoran kakus a. Leher angsa 3 √
b. Plengsengan 2 c. Cemplung/cubluk 2 d. Kolam ikan/sungai/kebun 1 e. Tidak ada 1
8 septic tanka. Jarak > 10 m dr sumber air mnm 3
b. jarak < 10 m dr sumber air mnm 1 √
9 Kepemilikan WC a. Sendiri 3 √ b. Bersama 2 c. Tidak ada 1
10 SPAL a. Saluran tertutup 3 b. Saluran terbuka 2 c. Tanpa saluran 1 √
11 Saluran got a. Mengalir lancar 3 b. Mengalir lambat 2 √ c. Tergenang 1 d. Tidak ada got 1
12 pengelolaan sampah a. Diangkut petugas 3 b. ditimbun 2 c. Dibuat kompos 3 d. Dibakar 2 √ e. Dibuang ke kali 1 f. Dibuang sembarangan 1 g. Lainnya 1
13. polusi udara a. Tidak ada 3 b. Ada gangguan 1 √
14 bahan bakar masuk a. Listrik, gas 3 b. Minyak tanah 2 √ c. Kayu bakar 1 d. Arang/batubara 1
Jumlah 27Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
1. Baik : skor 35-45 (>83%)
2. Sedang : skor 29-34 (69-83%)
3. Kurang : skor < 29 (<69%)
33
Dari tabel terlihat bahwa total skor adalah 27 hal ini rumah pasien termasuk
dalam kategori rumah kurang sehat.
J. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga
1. Peta penunjuk rumah
2. Denah Rumah
4 cm 3 cm 3 cm 2 cm
Skala 1:100
Keterangan:
KT : kamar tidur H : halaman G : gudangD : dapur S : sumur ST : septi tank KM : kamar mandi TPA: tempat pembuangan sampah
34
UTARA
H
TPA STUTARA
K. Pelaksanaan Program
No Waktu Kegiatan Hasil
1. 8 Juni 2012
1. Anamnesa,
Pemeriksaan Fisik
2. Identifikasi fungsi keluarga meliputi anggota keluarga, kondisi lingkungan, tempat tinggal baik dalam maupun luar rumah dan mendata lokasi
1. Pada saat anamnesis dan saat dilakukan pemeriksaan fisik, pasien cukup kooperatif dan tidak dalam keadaan sakit.
2. PHBS dan sanitasi rumah pasien kurang baik
3. Memberikan edukasi tentang penyakit asma dan menghindari faktor pencetus asma
4. Memberikan edukasi konseling berhenti merokok kepada pasien
2. 10 Juni 2012
1. Follow up pasien2. Memberikan
edukasi PHBS dan sanitasi rumah
1. Pasien tidak terdapat keluhan
2. Pasien lebih memahami pentingnya berhenti merokok, namun masih mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya.
3. Pasien lebih memahami faktor pencetus timbulnya penyakit yang diderita dan berusaha menghindarinya.
L. Daftar Masalah Keluarga
No Masalah yang dihadapiRencana
pembinaanSasaran
pembinaan
1.Pengetahuan tentang PHBS (merokok dan kebersihan lingkungan rumah)
Konseling berhenti merokok dan edukasi pasien tentang PHBS
Pasien
2 Ayah mempunyai kebiasaan
merokok di dalam rumah
Menyarankan
untuk mengurangi
Ayah pasien
35
merokok terlebih
di dalam rumah
3
Higienitas dan sanitasi
rumah yang kurang bersih
Edukasi rumah
sehatKeluarga pasien
4
Hubungan pasien yang tidak
dekat dengan ayahnya
karena malu akan penyakit
yang diderita ayahnya
Edukasi untuk
bisa menerima
dan memahami
penyakit yang
diderita ayahnya
Pasien
M. Diagnosis Kedokteran Keluarga
1. Diagnosis Kerja:
Asma Bronkial Intermiten dengan riwayat atopi pada keluarga
2. Bentuk keluarga :
Nuclear Family (Keluarga Inti)
3. Fungsi keluarga yang terganggu :
Fungsi psikologi.
4. Diagnosis kedokteran keluarga :
Asma Bronkial Intermiten pada laki-laki remaja dengan perokok aktif
dengan riwayat atopi pada keluarga, disfungsi keluarga sedang, dan
sanitasi serta PHBS yang kurang.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis dan daftar tilik serta
kunjungan rumah pasien yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta dapat ditarik
kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu Asma Bronkial Intermiten pada
laki-laki remaja dengan perokok aktif dengan riwayat atopi pada keluarga,
disfungsi keluarga sedang, dan sanitasi serta PHBS yang kurang.
2. Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, keluarga pasien tergolong
keluarga tidak sehat. Terutama dalam hal perilaku, kebersihan rumah
dan lingkungan. Sedangkan Total skor rumah sehat pasien adalah 27, hal
ini rumah pasien termasuk dalam kategori rumah kurang sehat.
3. Berdasarkan identifikasi fungsi keluarga terdapat tiga fungsi keluarga yng
terganggu yaitu fungsi psikologi.
4. Yang perlu dilakukan pada pasien ini adalah memberikan edukasi
mengenai pentingnya perilaku sehat terutama konseling berhenti merokok,
kebersihan rumah dan lingkungan bagi kesehatan seluruh anggota
keluarga, sehingga penyakit penyakit lain dapat dicegah.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam
menganalisa permasalahan kesehatan, baik pada keluarga
maupun lingkungannya
Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke
masyarakat
2. Bagi Puskesmas
37
Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada
masyarakat dengan usaha promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif
3. Bagi Pasien
Mulai digalakkan PHBS sejak dini untuk mencegah berbagai jenis
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. O’Byrne P, Bateman ED, Bousquet J, Clark T, Paggario P, Ohta K, dkk.
Global Initiative For Asthma. Medical Communications Resources, Inc ;
2006.
2. Baratawidjaja KG, Soebaryo RW, Kartasasmita CB, Suprihati, Sundaru H,
Siregar SP, et al. Allergy And Asthma, The Scenario In Indonesia. In:
Shaikh WA. Editor. Principles And Practice Of Tropical Allergy And
Asthma. Mumbai: Vicas Medical Publisher; 2006.707-36
3. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan
RI ;2009; 5-11.
4. Hisyam, B., 2006, Obstruksi Saluran Pernapasan Akut, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV, Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Indonesia: Jakarta, hal981-983
5. Sundaru H., Sukamto., 2006, Asma Bronkial, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I, Edisi IV, Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Indonesia: Jakarta, hal245-246
6. Tierney, L. M., Mcphee, S. J., Papadakis, M. A., 2006, Asthma, Current
Medical Diagnosis And Treatment, 45th Edition, Lange Medical
Books/MacGraw-Hill, USA, p226-237
7. Rengganis, I. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhiale.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta, Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume: 58; No.11;Nopember 2008.
8. Anonim. 2006. Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta.
Puskesmas Wirobrajan. Yogyakarta.
38
9. Azwar, Azrul; 1995. Pengantar pelayanan Kedokteran Keluarga; Jakarta.
10. Wiyono A et al. Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi
Kedokteran Keluarga. 2007. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
11. Anonym. 2010. PHBS Lingkungan Masyarakat.
39