Presus Asma Ikk Rani

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA). 1 Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara 1

Transcript of Presus Asma Ikk Rani

Page 1: Presus Asma Ikk Rani

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan

dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan

maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang

banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma merupakan

penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik,

batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun

terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju.

Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi

di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja

akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan

Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah

sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal

tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari

pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).1

Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari

lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban

global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi

penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di

sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan

bahkan kematian. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan

kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-

5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis

kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema

sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun

1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan

bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia

1

Page 2: Presus Asma Ikk Rani

SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of

Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma

(gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya

mempunyai gejala klasik.2

Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting.

Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam

menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah

satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan

sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang

bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya

mencegah terjadinya serangan asma.3

Profil Puskesmas Wirobrajan8

Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang

bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada

dalam garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat

pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan

pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja yang telah

ditentukan secara mandiri dalam menentukan pelayanan

namun tidak mencakup aspek pembiyaan. Visi yang dibangun oleh puskesmas adalah tercapainya

kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Yang dimaksud

kecamatan sehat adalah gambaran kecamatan masa depan

yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni

masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan

perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2

Page 3: Presus Asma Ikk Rani

Sedangkan misi puskesmas adalah mendukung tercapainya

misi pembangunan kesehatan nasional.

Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis

dinas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan, yang

dimaksud unit pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan adalah

yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja

Puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama

pembangunan kesehatan di Indonesia.

Di kecamatan Wirobrajan terdapat satu Puskesmas yaitu

Puskesmas Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu

Tegalmulyo.

Puskesmas Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara   : Kecamatan Tegalrejo

Sebelah Timur   : Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron

Sebelah Selatan : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul

Sebelah Barat   : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

Luas Wilayah Kecamatan Wirobrajan 1,78 km2 dengan

pembagian kelurahan menjadi 3 kelurahan yang terdiri dari :

Kelurahan Pakuncen : Terletak di bagian utara, 58 RT dan 12 RW

Kelurahan Wirobrajan : Terletak di bagian tengah 56 RT dan 12 RW

Kelurahan Patangpuluhan : Terletak di bagian selatan 51 RT dan 10 RW

Jumlah penduduk kecamatan Wirobrajan 30.512 jiwa8, dengan

perincian penduduk laki-laki 15.179 jiwa dan penduduk perempuan 15.333

jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga 8.075, 165 RT, 32 RW dan 36

posyandu.

3

Page 4: Presus Asma Ikk Rani

Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan

(mengacu pada indikator Indonesia sehat 2010 dan SPM)

diantaranya yaitu :

Derajat kesehatan

Keadaan lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat

Pelayanan kesehatan

Perbaikan Gizi Masyarakat

Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi fasilitas rawat

inap, namun sudah terdapat fasilitas ambulans dan UGD

yang setiap saat dapat digunakan. Kegiatan pelayanan

umum meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai

pengobatan gigi (BPG), BKIA/KB, unit farmasi, unit keliling,

UKS, konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi

kesehatan, dan poli lansia, konseling PHBS, konseling

berhenti merokok.

Untuk mencapai sasaran wilayah kerja Puskesmas

Wirobrajan seperti tersebut diatas, dokter keluarga juga

dapat berperan didalamnya. Pelayanan dokter keluarga

adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan

memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu

unit, yang mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan

kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis

kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis

penyakit tertentu saja.

Pelayanan dokter keluarga yang melibatkan dokter

keluarga sebagai penapis (gate keeper) di tingkat pelayanan

primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder,

rumah sakit rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan

4

Page 5: Presus Asma Ikk Rani

kesehatan yang bekerja secara bersama-sama,

menempatkan dokter keluarga pada posisi yang sangat

strategis dalam pembangunan kesehatan.8

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan dokter

keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi

individu, keluarga dan masyarakat yang bermutu namun

terkendali biayanya, yang tercermin dalam tata laksana

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.9

Tabel. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas Periode

Bulan Maret 2012

No Kode Diagnosis Jumla

h

1 J06 Infeksi Salauran Pernafasan Atas 536

2 110 Hipertensi Primer 353

3 J00 Common cold/Nasofaringitis akut 248

4 K04 Penyakit pulpa dan jaringan

periapikal

173

5 E11 Diabetes melitus tipe 2 (NIDDM) 145

6 KTR2 KONTROL IBU HAMIL 116

7 R51 Nyeri kepala hebat (headache) 113

8 E78 Gangguan metab lipid&lipoprotein

(hipergliseridemi)

106

9 R50 Febris/Demam 98

10 KTR3 KONTROL BAYI SEHAT 87

(sumber : Puskesmas Wirobrajan)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas,

maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :

1. Faktor resiko yang ditemukan pada pasien.

5

Page 6: Presus Asma Ikk Rani

2. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu

kedokteran keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis,

fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah,

dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.

3. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut.

C. Tujuan Penulisan

1.Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu

kedokteran keluarga ini bertujuan untuk memenuhi

sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di

bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2.Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai

bentuk pelayanan kedokteran dengan pendekatan

kedokteran keluarga pada penderita penyakit. Salah

satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku atau

gaya hidup apakah telah mendukung pengobatan

farmakologi atau tidak. Selain itu juga penyuluhan

dilakukan dengan titik berat agar pasien dan keluarganya

menjadi mengetahui lebih banyak tentang asma sehingga

dapat diminimalisir terjadinya kekambuhan.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat untuk puskesmas

Sebagai sarana kerjasama yang saling

menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan

6

Page 7: Presus Asma Ikk Rani

balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka

mengoptimalkan peran puskesmas.

2. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai saran ketrampilan dan pengalaman dalam

upaya pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-

prinsip kedokteran keluarga.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

7

Page 8: Presus Asma Ikk Rani

A. Asma Bronkial

1) Definisi

Asma bronkial adalah suatu gangguan peradangan kronis dimana banyak

sel dan elemen seluler memegang peran. Proses peradangan kronis tersebut

menyebabkan terjadinya hiperresponsivitas saluran napas yang mengakibatkan

munculnya episode mengi (wheezing), sesak napas, rasa berat di dada, serta

batuk terutama pada malam dan dini hari. Episode tersebut umumnya

berhubungan dengan obstruksi aliran udara pernapasan yang merata tetapi

bervariasi derajatnya, sering bersifat reversible baik spontan maupun dengan

terapi.4

2) Gambaran Klinis

Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi

(wheezing), dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas

seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau

bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disetai sekret, tetapi pada

perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang

mukoid, putih kadang-kadang purulen.4

Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing

tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila

dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan

terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu

ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin

kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.4

Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi

duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut.

Posisi ini di dapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary

Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan

cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan

8

Page 9: Presus Asma Ikk Rani

terlihat meningkat (takipneu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita

tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan

penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi

yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan

penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi

kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena

peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.4

Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan

gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan

gejala terhadap faktor pencetus non-alergik seperti asap rokok, asap yang

merangsang, infeksi saluran napas ataupun perubahan cuaca. Lain halnya

dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal minggu

dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap

memburuk sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan membaik bila pasien

dijauhkan dari lingkungan kerjanya.4

3) Patofisiologi

Gambar 1 : saluran nafas normal (i) dan saluran nafas penderita asma (ii) (Muchiddkk,

2007)

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada

asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang

alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E

9

Page 10: Presus Asma Ikk Rani

abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila

reaksi dengan antigen spesifikasinya.5

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat

pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus

kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut

meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast

dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya

histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),

faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-

faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil

maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot

polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi

sangat meningkat.5

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada

selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa

menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,

maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang

menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma

biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali

melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu

fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan

asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa

menyebabkan barrel chest.5

4) Pemeriksaan Penunjang 6

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinofil

10

Page 11: Presus Asma Ikk Rani

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mukus plug.

Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada

waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan

Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang

bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah

sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema, maka gambaran radiolusen akan

semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

11

Page 12: Presus Asma Ikk Rani

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada

paru-paru.

Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes

tempel.

Elektrokardiografi

Gambaran elektro kardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi

menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada

empisema paru yaitu :

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi

dan clockwise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBBB

(Right bundle branch block).

Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus takikardi, SVES, dan

VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.

Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel, cara yang

paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan

dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah

pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis

asma. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis

tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak

penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan

obstruksi.

5) Klasifikasi Asma Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gejala pada orang dewasa1

12

Page 13: Presus Asma Ikk Rani

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru

intermiten Bulanan

Gejala <1x/minggu,

tanpa gejala di luar

serangan

Serangan singkat

≤2 kali sebulan APE ≥80%

VEP1≥80% nilai

prediksi APE

≥80% nilai

terbaik

Variabilitas APE

<20%

Persisten ringan Mingguan

Gejala >1x/minggu,

tetapi <1x/hari

Serangan dapat

menggangu

aktivitas dan tidur

>2 kali sebulan APE >80%

VEP1≥80% nilai

prediksi APE

≥80% nilai

terbaik

Variabilitas APE

20-30%

Persisten

sedang

Harian

Gejala setiap hari

Serangan

menggangu

aktivitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

>2 kali sebulan APE 60-80%

-VEP1 60-80%

nilai prediksi

APE 60-80%

nilai terbaik

-Variabilitas APE

>30%

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus

menerus

Sering kambuh

aktivitas fisik

terbatas

Sering APE ≤60%

VEP1 ≤60% nilai

prediksi APE

≤60% nilai

terbaik

Variabilitas APE

>30%

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Beratnya Serangan Asma9

13

Page 14: Presus Asma Ikk Rani

Ringan Sedang Berat

Aktivitas Dapat berjalan

Dapat berbaring

Jalan terbatas

Lebih suka duduk

Sukar berjalan

Duduk

membungkuk ke

depan

Bicara Beberapa kalimat Kalimat terbatas Kata demi kata

Kesadaran Mungkin

terganggu

Biasanya

terganggu

Biasanya

terganggu

Frekuensi

napas

Meningkat meningkat Sering >30

kali/menit

Retraksi

otot-otot

bantu napas

Umumnya tidak

ada

Kadang kala ada ada

Mengi Lemah sampai

sedang

Keras Keras

Frekuensi

nadi

<100 100-120 >120

Pulsus

paradoksus

Tidak ada

(<10mmHg)

Mungkin ada (10-

25mmHg)

Sering ada

(>25mmHg)

APE sesudah

bronkodilator

(% prediksi)

>80% 60-80% <60%

PaCO2 <45mmHg <45mmHg <45mmHg

SaCO2 >95% 91-95% <90%

Keterangan: dalam menentukan klasifikasi tidak seluruh parameter harus

dipenuhi.5

6) Penatalaksanaan Asma 6,7

14

Page 15: Presus Asma Ikk Rani

Pengobatan asma dapat dibagi atas terapi pada saat terjadi serangan

dan terapi pemeliharaan untuk mencegah terjadinya serangan atau

memperburuknya penyakit.

Serangan asma biasanya dapat dihentikan dengan suatu

bronkospamolitikum untuk melepaskan kejang bronki. Pilihan pertama adalah

suatu β2-mimetikum (β2-agonis) per-inhalasi, misalnya salbutamol atau

terbutalin dengan efek cepat. Bila perlu dibantu dengan supositoria aminofilin.

Obat yang tak-selektif, seperti efedrin dan isoprenalin, dapat pula diberikan

sebagai tablet, tetapi efeknya baru telihat kurang lebih 1 jam. Bila setelah 15

menit belum menghasilkan efek, inhalasi dapat diulang lagi. Jika juga tidak

memberikan efek, pasien perlu diberi obat secara injeksi intravena, bisa

menggunakan salbutamol dan atau aminofilin. Pada serangan hebat, sering

kali ditambahkan hidrokortison atau prednison i.v.6

Pengobatan pemerliharaan umumnya dilakukan secara bertingkat,

berdasarkan prinsip (baru) bahwa asma adalah suatu penyakit peradangan,

maka obat antiradang perlu digunakan sedini mungkin. Disamping itu,

penggunaan bronkodilator hendaknya dibatasi pada terapi serangan dan/ atau

dalam kombinasi dengan obat antiradang. Dalam garis besar sering kali

ditempuh skema sebagai berikut.6

1) Asma ringan (serangan < 1x sebulan)

Dapat bila perlu diobati dengan suatu β2-mimetikum yang bekerja singkat

sebagai monoterapi, misalnya salbutamol atau terbutalin (1-2

inhalasi/minggu).

2) Asma sedang (serangan 1-4x sebulan)

Perlu diobati dengan obat yang menekan peradangan di saluran napas,

yakni kortikosteroid inhalasi, seperti beklametason, flutikason, atau

budesonida dalam dosis rendah (200-800 mcg/hari). Bila perlu, obat ini

dikombinasikan dengan salbutamol atau terbutalin sampai 3-4

inhalasi/hari atau dengan obat pencegah kromoglikat dan nedokromil

per-inhalasi.

15

Page 16: Presus Asma Ikk Rani

3) Asma agak serius (serangan 1-2x seminggu)

Dapat ditangani oleh kortikosteroid dengan dosis lebih tinggi (800-1200

mcg/hari) dan dikombinasikan dengan β2-mimetika atau antikolinergika

(ipratropium) sebagai bronkodilator untuk mengurangi obstruksi bronkus.

4) Asma serius (>3x seminggu)

Walaupun penggunaan inhaled corticosteroids (ICS) dalam dosis cukup

tinggi, tetapi pada malam hari masih timbul sesak napas. Dalam hal ini

dapat diberikan β2-mimetikum kerja-panjang sebagai inhalasi

(salmeterol, forrmoterol). Bila perlu obat ini dapat dikombinasikan

dengan teofilin dalam bentuk slow-release.

B. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT11

PBHS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran,

sehingga keluarga beserta semua yang ada didalamnya dapat menolong

dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

kesehatan di masyarakat.

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta

meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha dalam

upaya mewujudkan derajad kesehatan yang optimal.

Pembinaan PHBS dirumah tangga menjadi bagian dari Kesatuan Gerak

PKK-KB-Kesehatan yang dapat memberi konstribusi nyata terhadap

percepatan pencapaian rumah tangga sehat. PKK dengan kadernya yang ada di

masyarakat merupakan ujung tombak pelaksanaan PHBS. Melalui peran

aktifnya, PKK mengajak setiap rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan

yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang

dihadapi serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Ada 10 indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS, meliputi :

Indikator Lingkungan : pertolongan persalinan atau bayi dilahirkan oleh

16

Page 17: Presus Asma Ikk Rani

petugas bayi dilahirkan oleh petugas kesehatan, Pemberian ASI ekslusif pada

usia 0-6 bulan, Menimbang berat badan balita setiap bulan, menggunakan air

bersih yang memenuhi syarat, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

menggunakan jamban sehat, melakukan pemberantasan sarang nyamuk di

rumah dan lingkungannya, mengkonsumsi sayuran atau buah setiap hari,

melakukan aktifitas fisik atau olahraga, dan tidak merokok.

Menerapkan PHBS dalam tatanan rumah tangga atas kesadaran sendiri

secara sukarela sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi.

Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi

kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan

lingkungan yang kurang kondusif. Dengan PHBS setiap anggota keluarga

meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit sehingga produktivitas

kerja anggota keluarga juga meningkat. Anak-anak akan tumbuh sehat dan

cerdas. Karenanya pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk

pemenuhan gizi keluarga, pendididkan dan modal usaha untuk peningkatan

pendapatan keluarga.

BAB III

17

Page 18: Presus Asma Ikk Rani

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Sdr. M.S.S

Jenis kelamin : Pria

Umur : 20 tahun

Pekerjaan : mahasiswa

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Alamat : Jln. Bugisan no. 33, RT 011/ RW 002, kel. Wirobrajan,

kec. Wirobrajan, Yogyakarta

Nomer RM : 03.0304.01

Nomer ASKES: 0000097244367

Nama KK : Bp. L

Umur : 49 tahun

Pekerjaan : PNS

Tanggal kunjungan Puskesmas : 8 Juni 2012

Tanggal kunjungan rumah I : 8 Juni 2012

Tanggal kunjungan rumah II : 10 Juni 2012

B. Anamnesis

Keluhan utama : minta rujukan ke RSUD Jogja

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang untuk minta rujukan ke RSUD jogja. Pasien kontrol

obat asma di RSUD jogja sejak 4 tahun ini. Terakhir kontrol ke RSUD

jogja sekitar 3 bulan yang lalu. Pasien baru mengalami kekambuhan asma

2 hari yang lalu karena kecapekan main bola. Pasien setiap serangan asma

selalu menggunakan ventolin inhaler, namun saat serangan 2 hari yang

lalu obat pasien habis. Keluhan membaik setelah istirahat. Saat serangan

pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada, batuk, mengi. Setiap serangan

dirasakan sesak napas selama ± 45 menit. Serangan asma dirasakan

18

Page 19: Presus Asma Ikk Rani

kambuh-kambuhan, frekuensi serangan asma < 1 kali per minggu dan ± 2

kali per bulan. Serangan asma muncul pada keadaan dingin, kecapekan,

terpapar debu rumah, bulu binatang, dan membaik dengan obat asma serta

istirahat. Obat ventolin inhaler hanya digunakan saat serangan muncul

saja. Keluhan lain : demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu

makan baik, BAB/BAK normal seperti biasa, merokok (+), alkohol (-),

olahraga bola setiap sore.

Riwayat Penyakit Dahulu : Asma (+) 9 tahun; pengobatan asma

terakhir di RSUD jogja 3 bulan yang lalu diberi ventolin inhaler. Alergi

(+) : dingin, debu, udang ; mondok (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Asma : (+) Kakek dari ibu

Alergi : udang (+) ibu, ayah, kakak, adik

DM : (+) Ibu

HT : (-)

Batuk lama : (-)

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : CM

Vital sign :

TD : 120/80 mmHg

RR : 16x/menit

Nadi : 80x/menit

Suhu : afebris

Berat badan : 65 kg

Tinggi badan : 165 cm

BMI : 23,87 kg/m2

19

Page 20: Presus Asma Ikk Rani

Kepala :bentuk mesosephal simetris, rambut warna putih,

persebaran merata

Leher : pembesaran lnn (-), tiroid membesar (-), JVP tidak

meningkat

Mata : konjungtiva anemi (-/-), sclera ikterik (-/-), reflek

cahaya pada pupil (+/+), pupil isokor, mata cekung

(-/-)

Telinga : otore (-/-), nyeri tekan (-/-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)

Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-)

Kulit : tidak ada kelainan

Dada :

a. Paru-paru

Kanan Kiri

Depan

Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi : Vesikuler (↓), wheezing (+)

Inspeksi :simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi :Vesikuler (↓),wheezing (+)

Belakang

Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi : Vesikuler (↓) , wheezing (+)

Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-)Palapasi : vocal fremitus normalPerkusi : sonorAuskultasi :Vesikuler(↓), wheezing (+)

b. Jantung

Batas jantung :

Batas kanan atas SIC II linea parasternalis kanan

Batas kanan bawah SIC IV linea parasternalis kanan

Batas kiri atas SIC II linea parasternalis kiri

20

Page 21: Presus Asma Ikk Rani

Batas kiri bawah SIC IV-V linea midclavicula kiri

Suara jantung : Bunyi jantung S1 S2 murni, bising (-)

Perut :

Inspeksi : datar, sikatrik (-)

Auskultasi : peristaltic usus (+) normal

Palpasi : turgor normal, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani (+)

Ekstremitas :

tungkai lengan

Kanan kiri kanan kiri

Deformitas (-) (-) (-) (-)

Edema (-) (-) (-) (-)

Hangat (+) (+) (+) (+)

Nadi teraba cukup (+) (+) (+) (+)

D. Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan

E. Diagnosis Banding

Asma Bronkial Intermiten

Asma Bronkial Persisten Ringan

Bronkitis Kronis

F. Diagnosis

Asma Bronkial Intermiten dengan riwayat atopi pada keluarga

G. Penatalaksanaan

1. Farmakologis

Salbutamol 4 mg (K/P)

2. Non farmakologis

Pasien diberi edukasi tentang konseling berhenti merokok,

menghindari faktor pencetus, dan tidak memelihara

binatang berbulu didalam rumah.

21

Page 22: Presus Asma Ikk Rani

Kebutuhan Kalori Pasien ini dengan umur 20 tahun, BB = 65 kg dan TB = 165

cm, adalah :

1. Berat Badan Ideal = 0,9 x (165-100) = 58,5 kg

Kebutuhan Kalori Basal = 30 kal x 58,5 = 1755 kal

2. Aktivitas Sedang = 30% x 1755 = 532,5 kal

Jadi kebutuhan kalori pasien ini per hari adalah

= 1755 kal + 532,5 = 2281,5 kal

Contoh menu yang dapat diberikan :

Waktu Menu makanan Takaran Berat (gram)

Kalori (kal)

Sarapan (07.00)

Nasi 1 ½ gelas 200 350Telur ayam rebus 1 butir 25 40Sup jagung 1 gelas 100 50Tahu 1 potong 25 40Minyak Untuk menumis 5 45Susu sapi 1 gelas 200 130Air putih 1 gelas

Selingan (10.00)

Pisang 1 potong 100 80

Makan siang (12.00)

Nasi 1 ¾ gelas 233 408,3Daging ayam 1 potong 50 95Bayam rebus 1 gelas 100 50Tempe 1 potong sedang 25 40Minyak Untuk

menggoreng10 90

Air putih 2 gelasSelingan (15.00)

Biskuit 2 keping 25 95Jus mangga 1 bh bsr 100 50

Makan malam (19.00)

Nasi 1 ¾ gelas 233 408,2Lele goreng 2 potong sedang 100 190Ca kangkung 1 gelas 100 50Minyak Untuk menumis 5 45Air putih 2 gelasPepaya 1 potong 100 40

Konsumsi air putih 8-10 gelas per hariTotal Kalori 2218,5

22

Page 23: Presus Asma Ikk Rani

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus

Dari hasil anamnesis pada saat kunjungan pasien ke puskesmas

pada tanggal 8 Juni 2012 dan kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 8

dan 10 Juni 2012 didapatkan informasi bahwa pasien merupakan penderita

Asma bronkial kurang lebih 9 tahun. Pasien rutin kontrol obat ke RSUD

jogja, khususnya jika terdapat keluhan.

B. Hasil kunjungan rumah

1. Kondisi pasien

Kunjungan pertama ke rumah pasien dilakukan pada tanggal 8 Juni

2012. Pasien terlihat sehat, sedang baru saja bangun tidur dan tidak ada

keluhan.

2. Pendidikan

Pasien merupakan seorang mahasiswa dan sehari-harinya

melakukan kegiatan di kuliah kampus. Pendidikan terakhir pasien

merupakan SMK. Ayah bekerja sebagai PNS dan ibu sebagai Ibu

Rumah Tangga.

3. Keadaan rumah

a. Lokasi : rumah terletak di Jalan Bugisan no. 33 Wirobrajan dan

terletak dipinggir jalan besar. Jarak dengan rumah yang lainnya

pada sisi kanan dan belakang berdempetan, sedangkan sisi kiri

berjarak 2 meter. Dalam satu rumah dihuni oleh satu kepala

keluarga dengan jumlah total 5 orang.

b. Kondisi rumah : kondisi rumah kokoh, lembab, bangunan tidak

bertingkat, dinding tembok, lantai ruang tamu, kamar, dapur dan

kamar mandi terbuat dari semen, sedangkan tembok terbuat dari

semen, atap genting, dan tidak terdapat plafon. Kondisi rumah

23

Page 24: Presus Asma Ikk Rani

kotor, berdebu, dengan barang-barang tertata tidak rapi.

Kepemilikan rumah adalah orang tua pasien.

c. Luas : luas bangunan rumah ± 4 x 13m2. Jumlah orang dalam

satu rumah ada 5 orang. Rata-rata 10,8 m2 per orang.

d. Lantai rumah : seluruh lantai rumah terbuat dari semen.

e. Dinding rumah dari : semen.

f. Atap rumah dari : genteng dan tanpa plafon.

g. Pembagian ruangan rumah: terdapat 3 kamar tidur dengan

ukuran masing-masing Kamar 1 ( kamar pasien) menyatu

dengan gudang ukuran 4 x 4 meter, kamar 2 ukuran 2,5 x 3

meter, juga kamar 3 2 x 3 meter. 2 kamar mandi ukuran 2 x 2

meter serta dapur berukuran 1 x 2 meter.

h. Jendela rumah : terdapat dua jendela di setiap kamar, berukuran

1 x 0,5 meter. Pencahayaan : cahaya yang masuk ke setiap

ruangan dirasa kurang.

i. Ventilasi : tidak terdapat ventilasi pada tiap ruang.

j. Listrik : daya listrik 900 watt dan cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

k. Kebersihan dan tata letak barang dalam rumah : kebersihan

dalam rumah kurang dan tata letak barang-barang dalam rumah

kurang rapi.

l. Sumber air minum dan kamar mandi:

1) Persediaan air bersih : sumber air minum dan memasak

berasal dari sumur.

2) Kamar mandi : ada 2 buah dengan ukuran masing-masing

2mx2m. Terdapat jamban keluarga berupa WC jongkok.

Jarak septik tank dengan sumber air minum ± 2 meter.

m. Kepemilikan barang : keluarga pasien memiliki 3 buah tempat

tidur, 1 buah kompor, 1 buah wajan, 1 buah lemari, 1 buah rak.

n. Tempat pembuangan sampah : terdapat tempat pembuangan

sampah di dapur rumah yang tidak tertutup, berupa ember

24

Page 25: Presus Asma Ikk Rani

tempat sampah yang dilapisi plastic, sampah dibuang ke tempat

pembuangan sampah rata-rata 1-2 hari sekali.

4. Keadaan lingkungan sekitar rumah :

1) Sarana pembuangan air limbah : limbah kamar mandi dan

dapur dialirkan ke kali. Saluran limbah di sekitar rumah

mengalir.

2) TPA merupakan tempat pembuangan sampah yang

digunakan oleh masyarakat sekitar rumah pasien, terletak

didepan rumah pasien dan berjarak ± 5 meter dari rumah.

Sampah yang ada di TPA akan diambil oleh petugas

kebersihan setiap 2 minggu sekali.

3) Jalan didepan rumah lebarnya 5 m dan terbuat dari aspal.

Kesan kebersihan lingkungan : baik.

C. Analisis Kedokteran Keluarga

1. Nilai APGAR Keluarga

Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau

tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan

Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan

keluarga, yaitu :

a. Adaptasi (adaptation).

Penilaian : dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam

menerima bantuan yang dibutuhkan.

b. Kemitraan (patnership).

Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi

dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

c. Pertumbuhan (growth).

Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan

yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan

kedewasaan semua anggota keluarga.

25

Page 26: Presus Asma Ikk Rani

d. Kasih Sayang (affection).

Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih

sayang serta interaksi emosional yang berlangsung.

e. Kebersamaan (resolve).

Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas

keluarga

Skor APGAR

Kriteria Pertanyaan

Respon

Hampir selalu

(2)

Kadang (1)

Hampir tidak

pernah (0)

Adaptasi

Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya

Kemitraan

Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi

Pertumbuhan

Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki

Kasih sayangSaya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga saya

KebersamaanSaya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan

Total 6

26

Page 27: Presus Asma Ikk Rani

Klasifikasi

8-10 = fungsi keluarga baik4-7 = disfungsi keluarga sedang0-3 = disfungsi keluarga berat

KesimpulanBerdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam disfungsi keluarga sedang

2. SCREEM Keluarga

Aspek Sumber Daya Patologi

Social

Pasien hidup ditengah-tengah masyarakat dengan hubungan yang baik. Mendapat kasih sayang cukup dari keluarga, bergaul dengan teman di kampus baik.

CulturalPasien tidak percaya takhayul dan tidak percaya pada dukun untuk mengobati penyakitnya

ReligiousPasien dan keluarganya beragama islam dan fungsi religi pada keluarga berfungsi dengan baik

EconomyAyah Pasien bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan penghasilan cukup memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.

EducationPengetahuan pasien baik tentang sakitnya, dan berusaha untuk mengendalikan penyakitnya.

MedicalPasien menggunakan pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas, Rumah sakit, dan dokter terdekat.

27

Page 28: Presus Asma Ikk Rani

3. Daftar Anggota Keluarga dan Genogram

Tanggal 10 Juni 2012

Keterangan:

: perempuan : perempuan meninggal : Pencari Nafkah

: laki-laki : laki-laki meninggal : tinggal serumah

: pasien : Asma : DM

Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan1. Tn. L Ayah Pasien L 49 thn PNS2. Ny. N Ibu Pasien P 49 thn Ibu rumah tangga3. Sdr. M Pasien L 20 thn Mahasiswa

4. Sdr. P Adik Pasien L 17 thn Pelajar5. Sdr. N Adik Pasien P 14 thn Pelajar

D. Identifikasi Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis dan reproduksi

Pasien memiliki penyakit asma dan alergi. Pasien merupakan anak

kedua dari 4 bersaudara. Pasien tinggal bersama orang tua dan kedua

adiknya.

28

Page 29: Presus Asma Ikk Rani

2. Fungsi afektif/psikologik

Hubungan pasien dengan keluarga kurang baik. Pasien mengaku tidak

begitu dekat dengan ayahnya karena malu bahwa ayah pasien

menderita skizofrenia. Pasien hanya dekat dengan ibu dan adik-

adiknya.

3. Fungsi ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan wirobrajan dan

berpenghasilan tetap, penghasilan rata – rata perbulannya sebesar Rp.

1.200.000, dan menurut pasien penghasilan sebesar itu dapat

mencukupi kebutuhan sehari – hari pasien dan keluarganya, ibu pasien

juga membantu ekonomi keluarga dengan berjualan makanan seperti

kue dan mpek-mpek.

4. Fungsi pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah SMK dan sedang melanjutkan

kuliah di perguruan tinggi swasta. Pendidikan terakhir ibu adalah SMP

dan ayah pasien adalah SMA.

5. Fungsi religious

Pasien beragama islam dan melaksanakan sholat 5 waktu setiap

harinya.

6. Fungsi sosial dan budaya

Pasien dalam pergaulan dengan teman di kampus dan tetangga di

sekitar tempat tinggal tidak mengalami masalah dan cukup mudah

bergaul.

29

Page 30: Presus Asma Ikk Rani

E. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Indikator Pengkajian PHBS Rumah Tangga

No Indicator / pertanyaanJawaban

Ya Tidak1. Persalinan ditolong

oleh tenaga kesehatanAda balita Ditolong nakes

Tidak ditolong Nakes

Tidak ada balita2. Pemberian ASI

eksklusif pada usia 0-6 bulan

Ada bayi usia 0-6 bulan

Eksklusif Tidak eksklusif

Tidak ada bayi usia 0-6 bulan3. Menimbang berat

badan balita setiap bulan

Ada bayi/balita Ditimbang Tidak ditimbang

Tidak ada bayi / balita4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat √5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √6. Menggunakan jamban sehat √7. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan

lingkungannya√

8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari √9. Melakukan aktifitas fisik atau olahraga √10.

Tidak merokok √

Kategori : Tidak SehatBerdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, keluarga pasien tergolong

tidak sehat.

F. Tahapan dan Siklus Keluarga

Tahapan Siklus Kehidupan

Tugas-tugas Perkembangan

Implikasi Pada Kesehatan

Keluarga yang melepaskan anak usia

dewasa muda.

1. Memperluas siklus keluarga dengan

memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui

perkawinan anak-anak.2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan

menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.

1. Kebutuhan adaptasi

2.Perubahan siklus harian

30

Page 31: Presus Asma Ikk Rani

3. Membantu orangtua lanjut usia dari pihak suami maupun istri.

G. Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap, Perilaku)

a. Perawatan tumbuh kembang

Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal sesuai usia.

b. Gizi keluarga

Pemenuhan gizi pasien tercukupi.

c. Pola makan keluarga

Pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk (telur, tempe,

tahu, ayam), sayuran, jarang makan buah-buahan.

d. Perilaku kesehatan keluarga

Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan

adalah membawa ke dokter ataupun puskesmas. Pasien rutin kontrol

penyakit ke puskesmas dan rumah sakit. Pasien juga memiliki

pendanaan kesehatan berupa ASKES PNS.

e. Hygiene dan sanitasi

Sanitasi rumah dinilai kurang bersih. Jendela, penerangan, dan

ventilasi kurang sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam

rumah tidak cukup baik.

f. Pencegahan penyakit

Penderita memeriksakan seluruh anggota keluarganya di puskesmas

terdekat terutama bila saat sakit. Pasien kontrol obat asma di rumah

sakit.

H. Gizi Seimbang

No 13 Pedoman Gizi Seimbang Ya Tidak 1. Makanlah makanan yang fungsinya untuk memenuhi

kecukupan stok energy dalam tubuh√

2. Makanlah semua ragam aneka makanan √3. Makan sumber karbohidrat, contohnya beras, jagung,

kentang, umbi-umbian, tebu, gandum, dll, setengah dari √

31

Page 32: Presus Asma Ikk Rani

kebutuhan energy4. Batasi konsumsi lemak atau minyak berlebih √5. Gunakan garam beriodium √6. Makanlah makanan sumber zat besi, contohnya di

sayuran yang daunnya hijau dan buah-buahan√

7. Berikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan -8. Biasakan untuk makan pada pagi hari √9. Minumlah air putih yang bersih, aman dan cukup

jumlahnya10. Olahraga secara teratur dan berjemurlah paling tidak 10

menit setiap pagi√

11. Say NO to alcohol, rokok, dan obat-obatan terlarang √12. Makanlah sesuai dengan kebutuhan dan pastikan

makanan tersebut aman di pencernaan√

13. Bacalah label pada kemasan makanan, pastikan komposisinya aman dan teliti kadaluarsanya

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa 10 point sudah

dilaksanakan oleh pasien dan keluarga. Hal ini berarti 77% dari total 13

pedoman gizi seimbang telah dipenuhi oleh keluarga pasien.

I. Skor Rumah Sehat

No Variabel SkorSkor rumah

pasien1 Lokasi a. Tidak rawan banjir 3  √    b. Rawan banjir 1  

2 Kepadatan Rumaha. Tidak padat (>8m2/orang) 3  √

    b. Padat (<8m2/orang) 1  

3 Lantaia. Semen, ubin, keramik, kayu 3  √

    b. Tanah 1  4 Pencahayaan a. Cukup 3      b. Tidak cukup 1  √5 Ventilasi a. Ada 3      b. Tidak ada 1  √6 Air Bersih a. Air dari kemasan 3      b. Ledeng/PAM 3      c. Mata air terlindung 2      d. sumur pompa tangan 2      e. Sumur terlindung 2  

32

Page 33: Presus Asma Ikk Rani

    f. Sumur tidak terlindung 1  √    g. Mata air tidak terlindung 1      h. Lain-lain 1  

7pembuangan kotoran kakus a. Leher angsa 3  √

    b. Plengsengan 2      c. Cemplung/cubluk 2      d. Kolam ikan/sungai/kebun 1      e. Tidak ada 1  

8 septic tanka. Jarak > 10 m dr sumber air mnm 3  

   b. jarak < 10 m dr sumber air mnm 1  √

9 Kepemilikan WC a. Sendiri 3  √    b. Bersama 2      c. Tidak ada 1  

10 SPAL a. Saluran tertutup 3      b. Saluran terbuka 2      c. Tanpa saluran 1  √

11 Saluran got a. Mengalir lancar 3      b. Mengalir lambat 2  √    c. Tergenang 1      d. Tidak ada got 1  

12 pengelolaan sampah a. Diangkut petugas 3      b. ditimbun 2      c. Dibuat kompos 3      d. Dibakar 2  √    e. Dibuang ke kali 1      f. Dibuang sembarangan 1      g. Lainnya 1  

13. polusi udara a. Tidak ada 3      b. Ada gangguan 1  √

14 bahan bakar masuk a. Listrik, gas 3      b. Minyak tanah 2  √    c. Kayu bakar 1      d. Arang/batubara 1  

Jumlah  27Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :

1. Baik : skor 35-45 (>83%)

2. Sedang : skor 29-34 (69-83%)

3. Kurang : skor < 29 (<69%)

33

Page 34: Presus Asma Ikk Rani

Dari tabel terlihat bahwa total skor adalah 27 hal ini rumah pasien termasuk

dalam kategori rumah kurang sehat.

J. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga

1. Peta penunjuk rumah

2. Denah Rumah

4 cm 3 cm 3 cm 2 cm

Skala 1:100

Keterangan:

KT : kamar tidur H : halaman G : gudangD : dapur S : sumur ST : septi tank KM : kamar mandi TPA: tempat pembuangan sampah

34

UTARA

H

TPA STUTARA

Page 35: Presus Asma Ikk Rani

K. Pelaksanaan Program

No Waktu Kegiatan Hasil

1. 8 Juni 2012

1. Anamnesa,

Pemeriksaan Fisik

2. Identifikasi fungsi keluarga meliputi anggota keluarga, kondisi lingkungan, tempat tinggal baik dalam maupun luar rumah dan mendata lokasi

1. Pada saat anamnesis dan saat dilakukan pemeriksaan fisik, pasien cukup kooperatif dan tidak dalam keadaan sakit.

2. PHBS dan sanitasi rumah pasien kurang baik

3. Memberikan edukasi tentang penyakit asma dan menghindari faktor pencetus asma

4. Memberikan edukasi konseling berhenti merokok kepada pasien

2. 10 Juni 2012

1. Follow up pasien2. Memberikan

edukasi PHBS dan sanitasi rumah

1. Pasien tidak terdapat keluhan

2. Pasien lebih memahami pentingnya berhenti merokok, namun masih mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya.

3. Pasien lebih memahami faktor pencetus timbulnya penyakit yang diderita dan berusaha menghindarinya.

L. Daftar Masalah Keluarga

No Masalah yang dihadapiRencana

pembinaanSasaran

pembinaan

1.Pengetahuan tentang PHBS (merokok dan kebersihan lingkungan rumah)

Konseling berhenti merokok dan edukasi pasien tentang PHBS

Pasien

2 Ayah mempunyai kebiasaan

merokok di dalam rumah

Menyarankan

untuk mengurangi

Ayah pasien

35

Page 36: Presus Asma Ikk Rani

merokok terlebih

di dalam rumah

3

Higienitas dan sanitasi

rumah yang kurang bersih

Edukasi rumah

sehatKeluarga pasien

4

Hubungan pasien yang tidak

dekat dengan ayahnya

karena malu akan penyakit

yang diderita ayahnya

Edukasi untuk

bisa menerima

dan memahami

penyakit yang

diderita ayahnya

Pasien

M. Diagnosis Kedokteran Keluarga

1. Diagnosis Kerja:

Asma Bronkial Intermiten dengan riwayat atopi pada keluarga

2. Bentuk keluarga :

Nuclear Family (Keluarga Inti)

3. Fungsi keluarga yang terganggu :

Fungsi psikologi.

4. Diagnosis kedokteran keluarga :

Asma Bronkial Intermiten pada laki-laki remaja dengan perokok aktif

dengan riwayat atopi pada keluarga, disfungsi keluarga sedang, dan

sanitasi serta PHBS yang kurang.

36

Page 37: Presus Asma Ikk Rani

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis dan daftar tilik serta

kunjungan rumah pasien yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta dapat ditarik

kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu Asma Bronkial Intermiten pada

laki-laki remaja dengan perokok aktif dengan riwayat atopi pada keluarga,

disfungsi keluarga sedang, dan sanitasi serta PHBS yang kurang.

2. Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, keluarga pasien tergolong

keluarga tidak sehat. Terutama dalam hal perilaku, kebersihan rumah

dan lingkungan. Sedangkan Total skor rumah sehat pasien adalah 27, hal

ini rumah pasien termasuk dalam kategori rumah kurang sehat.

3. Berdasarkan identifikasi fungsi keluarga terdapat tiga fungsi keluarga yng

terganggu yaitu fungsi psikologi.

4. Yang perlu dilakukan pada pasien ini adalah memberikan edukasi

mengenai pentingnya perilaku sehat terutama konseling berhenti merokok,

kebersihan rumah dan lingkungan bagi kesehatan seluruh anggota

keluarga, sehingga penyakit penyakit lain dapat dicegah.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam

menganalisa permasalahan kesehatan, baik pada keluarga

maupun lingkungannya

Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke

masyarakat

2. Bagi Puskesmas

37

Page 38: Presus Asma Ikk Rani

Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada

masyarakat dengan usaha promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif

3. Bagi Pasien

Mulai digalakkan PHBS sejak dini untuk mencegah berbagai jenis

penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. O’Byrne P, Bateman ED, Bousquet J, Clark T, Paggario P, Ohta K, dkk.

Global Initiative For Asthma. Medical Communications Resources, Inc ;

2006.

2. Baratawidjaja KG, Soebaryo RW, Kartasasmita CB, Suprihati, Sundaru H,

Siregar SP, et al. Allergy And Asthma, The Scenario In Indonesia. In:

Shaikh WA. Editor. Principles And Practice Of Tropical Allergy And

Asthma. Mumbai: Vicas Medical Publisher; 2006.707-36

3. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan

RI ;2009; 5-11.

4. Hisyam, B., 2006, Obstruksi Saluran Pernapasan Akut, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV, Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Indonesia: Jakarta, hal981-983

5. Sundaru H., Sukamto., 2006, Asma Bronkial, Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid I, Edisi IV, Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Indonesia: Jakarta, hal245-246

6. Tierney, L. M., Mcphee, S. J., Papadakis, M. A., 2006, Asthma, Current

Medical Diagnosis And Treatment, 45th Edition, Lange Medical

Books/MacGraw-Hill, USA, p226-237

7. Rengganis, I. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhiale.

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta, Majalah Kedokteran

Indonesia, Volume: 58; No.11;Nopember 2008.

8. Anonim. 2006. Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta.

Puskesmas Wirobrajan. Yogyakarta.

38

Page 39: Presus Asma Ikk Rani

9. Azwar, Azrul; 1995. Pengantar pelayanan Kedokteran Keluarga; Jakarta.

10. Wiyono A et al. Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi

Kedokteran Keluarga. 2007. Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta

11. Anonym. 2010. PHBS Lingkungan Masyarakat.

39