LAPORAN BOD

24
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Praktikum 1.Untuk menganalisis kadar BOD sampel air Polder Tawang dengan metode titrasi Winkler. 2.Untuk menganalisis kadar BOD sampel air Polder Tawang dengan menggunakan alat DO meter. B. Manfaat Praktikum 1 Mengetahui tata cara menghitung kadar oksigen terlarut (OT) dalam sampel air Polder Tawang baik dengan metode titrasi Winkler maupun dengan menggunakan alat DO meter. 2 Mengetahui kadar oksigen terlarut (OT) untuk BOD 0 dan BOD 5 pada sampel air Polder Tawang baik dengan metode titrasi Winkler maupun dengan menggunakan alat DO meter. 3 Mengetahui kadar BOD sampel air Polder Tawang baik dengan metode titrasi Winkler maupun dengan menggunakan alat DO meter. 1

description

LAPORAN PRAKTIKUM AIR

Transcript of LAPORAN BOD

Page 1: LAPORAN BOD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum

1. Untuk menganalisis kadar BOD sampel air Polder Tawang dengan metode

titrasi Winkler.

2. Untuk menganalisis kadar BOD sampel air Polder Tawang dengan

menggunakan alat DO meter.

B. Manfaat Praktikum

1 Mengetahui tata cara menghitung kadar oksigen terlarut (OT) dalam

sampel air Polder Tawang baik dengan metode titrasi Winkler maupun

dengan menggunakan alat DO meter.

2 Mengetahui kadar oksigen terlarut (OT) untuk BOD0 dan BOD5 pada

sampel air Polder Tawang baik dengan metode titrasi Winkler maupun

dengan menggunakan alat DO meter.

3 Mengetahui kadar BOD sampel air Polder Tawang baik dengan metode

titrasi Winkler maupun dengan menggunakan alat DO meter.

1

Page 2: LAPORAN BOD

BAB II

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat :

a. Beaker glass

b. Botol Winkler

c. Erlenmeyer

d. Buret

e. Pipet ukur

f. Gelas ukur

g. Corong

h. Dissolved Oxygen meter (DO meter)

i. Timer

2. Bahan :

a. Air sampel Polder Tawang

b. Larutan MnSO4

c. Larutan Alkali iodida azida

d. Larutan H2SO4 pekat

e. Larutan Natrium tiosulfat 0,025 N

f. Larutan indikator amylum

2

Page 3: LAPORAN BOD

B. Skema Kerja Praktikum

1. Metode titrasi Winkler

a. BOD0

Gambar 2.1. Skema kerja praktikum BOD0 dengan metode titrasi Winkler

3

Alat dan bahan disiapkan

3 buah sampel air dalam tabung erlenmeyer tersebut dititrasi dengan

larutan Natrium tiosulfat 0,025 N sampai berubah warna menjadi jernih.

Sampel air pada tabung erlenmeyer pertama, kedua, ketiga berturut-

turut jernih pada saat ditetesi 10,8, 10,2, 9,2 ml larutan Natrium

tiosulfat 0,025 N.

3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut dipindahkan ke tabung

erlenmeyer dan ditetesi dengan larutan Amilum, masing-masing 2 ml.

Kemudian warna 3 buah sampel air berubah menjadi orange tua.

3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut ditambahkan dengan

larutan H2SO4 pekat, masing-masing 2 ml.

Ditambahkan larutan Alkali iodida azida, masing-masing 2 ml.

Kemudian, 3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut berubah

warna menjadi coklat. Selanjutnya dihomogenkan terlebih dahulu dan

didiamkan selama 5 menit.

3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut ditambahkan dengan

larutan MnSO4, masing-masing 2 ml.

Sampel air dituangkan ke dalam 3 buah botol Winkler sampai penuh

dan jangan sampai ada gelembung. Kemudian dihomogenkan.

Page 4: LAPORAN BOD

b. BOD5

Gambar 2.2. Skema kerja praktikum BOD5 dengan metode titrasi Winkler

4

Disimpan selama 5 hari

Alat dan bahan disiapkan

3 buah sampel air dalam tabung erlenmeyer tersebut dititrasi dengan

larutan Natrium tiosulfat 0,025 N sampai berubah warna menjadi jernih.

Sampel air pada tabung erlenmeyer pertama dan kedua berturut-turut

jernih pada saat ditetesi 1,6 dan 1,8 ml larutan Natrium tiosulfat 0,025

N. Sedangkan sampel air pada tabung erlenmeyer ketiga mengalami

kegagalan titrasi sehingga dikeluarkan dari sampel.

3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut dipindahkan ke tabung

erlenmeyer dan ditetesi dengan larutan Amilum, masing-masing 2 ml.

Kemudian warna 3 buah sampel air berubah menjadi orange tua.

3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut ditambahkan dengan

larutan H2SO4 pekat, masing-masing 2 ml.

Ditambahkan larutan Alkali iodida azida, masing-masing 2 ml.

Kemudian, 3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut berubah

warna menjadi coklat. Selanjutnya dihomogenkan terlebih dahulu dan

didiamkan selama 5 menit.

3 buah sampel air dalam botol Winkler tersebut ditambahkan dengan

larutan MnSO4, masing-masing 2 ml.

Sampel air dituangkan ke dalam 3 buah botol Winkler sampai penuh

dan jangan sampai ada gelembung. Kemudian dihomogenkan.

Page 5: LAPORAN BOD

2. Menggunakan alat Dissolved Oxygen meter (DO meter)

a. BOD0

Gambar 2.3. Skema kerja praktikum BOD0 dengan menggunakan alat DO meter

b. BOD5

Gambar 2.4. Skema kerja praktikum BOD5 dengan menggunakan alat DO meter

5

Nilai yang muncul dicatat

Sampel diaduk perlahan dengan menggunakan probe DO

meter selama beberapa menit hingga muncul nilai yang

stabil pada alat

Tombol Power pada alat DO meter ditekan

Probe DO meter dicuci dengan aquades, lalu dilap

menggunakan tissue secara perlahan

Sampel dituangkan ke beaker glass

Alat dan bahan disiapkan

Nilai yang muncul dicatat

Sampel diaduk perlahan dengan menggunakan probe DO

meter selama beberapa menit hingga muncul nilai yang

stabil pada alat

Tombol Power pada alat DO meter ditekan

Probe DO meter dicuci dengan aquades, lalu dilap

menggunakan tissue secara perlahan

Sampel yang telah disimpan selama 5 hari dituangkan ke

beaker glass

Alat dan bahan disiapkan

Page 6: LAPORAN BOD

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pengamatan

Rumus:

Dimana :

A = Volume Na-tiosulfat

N = Konsentrasi Na-tiosulfat

f = faktor ketelitian

BEO = berat ekivalen oksigen

1. BOD0

a. Metode titrasi Winkler

Tabel 3.1. Kebutuhan Na-tiosulfat 0,025 N pada pengukuran BOD0

dengan metode titrasi Winkler

No Sampel Kebutuhan titrasi Na-tiosulfat 0,025 N

1 Botol Winkler 1 10,8 ml

2 Botol Winkler 2 10,2 ml

6

OT = 1000Volume Botol-4

x A x N x f x BEO

Page 7: LAPORAN BOD

3 Botol Winkler 3 9,2 ml

OT1 = 1000vol.botol-4

x A1 x N x f x BEO

= 1000250-4

x 10,8 x 0,025 x 1 x 8

= 8,78 mg/L

OT2 = 1000vol.botol-4

x A2 x N x f x BEO

= 1000250-4

x 10,2 x 0,025 x 1 x 8

= 8,29 mg/L

OT3 = 1000vol.botol-4

x A3 x N x f x BEO

=1000250-4

x 9,2 x 0,025 x 1 x 8

= 7,48 mg/ L

OT0 rata-rata =8,78 + 8 ,29 + 7,483

= 8,18 mg/L

b. Dengan alat Dissolved Oxygen meter (DO meter)

OT0 = 4,71 mg/L

OT0 dibandingkan dengan OT0 pada alat DO meter = 8,18 > 4,71

2. BOD5

a. Metode titrasi Winkler

Tabel 3.2. Kebutuhan Na-tiosulfat 0,025 N pada Pengukuran BOD5

dengan metode titrasi Winkler

No Sampel Kebutuhan titrasi Na-tiosulfat 0,025 N

7

Page 8: LAPORAN BOD

1 Botol Winkler 1 1,6 ml

2 Botol Winkler 2 1,8 ml

OT1 = 1000vol.botol-4

x A1 x N x f x BEO

= 1000250-4

x 1,6 x 0,025 x 1 x 8

= 1,3 mg/L

OT2 = 1000vol.botol-4

x A2 x N x f x BEO

= 1000250-4

x 1,8 x 0,025 x 1 x 8

= 1,46 mg/L

OT5 rata-rata = 1,3 +1,462

= 1,38 mg/L

b. Dengan Alat Dissolved Oxygen meter (DO meter)

OT5 = 3,94 mg/L

OT5 dibandingkan dengan OT5 pada alat DO meter = 1,38 < 3,94

B. Hasil Perhitungan BOD Sampel Air

Kadar BOD ditentukan dengan rumus:

[kadar {DO (0 hari) – DO (5 hari)}]

1. BOD metode titrasi Winkler = [kadar (rata-rata OT0) – (rata-rata OT5)]

= [8,18 – 1,38]

= 6,8 mg/L

2. BOD dengan Alat DO meter = [kadar (rata-rata OT0) – (rata-rata OT5)]

= [4,71 – 3,94]

8

Page 9: LAPORAN BOD

= 0,77 mg/L

Selisih nilai BOD metode titrasi Winkler dengan BOD dengan Alat DO meter =

6,8 mg/L – 0,77 mg/L = 6,03 mg/L

C. Pembahasan

Biologycal Oxygen Demand (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya

oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-

bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk

menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri,

dan untuk mendesain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar

tersebut. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini

digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh

dari proses oksidasi.1

Praktikum BOD ini bertujuan untuk menganalisis kadar BOD sampel air

Polder Tawang baik dengan metode titrasi Winkler maupun dengan

menggunakan alat DO meter. Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya

praktikum ini adalah mengetahui tata cara menghitung kadar oksigen terlarut

(OT) pada sampel air Polder Tawang baik dengan metode titrasi Winkler

maupun dengan menggunakan alat DO meter, mengetahui kadar oksigen

terlarut (OT) untuk BOD0 dan BOD5 pada sampel air Polder Tawang baik

dengan metode titrasi Winkler maupun dengan menggunakan alat DO meter

serta mengetahui kadar BOD sampel air Polder Tawang baik dengan metode

titrasi Winkler maupun dengan menggunakan alat DO meter.

Praktikum BOD ini didahului dengan melakukan analisis Demand

Oxygen (DO) atau yang disebut oksigen terlarut (OT). Terdapat 2 tahap kerja

dalam praktikum BOD ini. Pertama, menentukan DO untuk BOD0 dari sampel

air Polder Tawang. Kedua, menentukan DO untuk BOD5 dari sampel air

Polder Tawang yang telah dianalisis BOD0 nya.

Pada tahap yang pertama, yaitu pengukuran DO untuk BOD0, digunakan

dua metode analisis DO, yaitu dengan metode titrasi Winkler dan

menggunakan alat DO meter. Pada pengukuran DO untuk BOD0 dengan

metode titrasi Winkler, yang dilakukan pertama adalah menuangkan sampel

air ke dalam tiga buah botol Winkler sampai penuh. Dalam hal ini tidak boleh

9

Page 10: LAPORAN BOD

terjadi gelembung. Botol Winkler yang berisi sampel air tersebut kemudian

dibolak-balikkan agar sampel air di dalamnya homogen. Lalu, secara berturut-

turut menambahkan larutan MnSO4 dan larutan Alkali iodida azida pada tiga

buah sampel air tersebut, masing-masing 2 ml. Setelah itu, ketiga sampel air

dalam botol Winkler tersebut berubah warna menjadi coklat, kemudian

dihomogenkan kembali dan didiamkan selama lima menit. Selanjutnya ke

dalam botol sampel air tersebut ditambahkan larutan H2SO4 pekat masing-

masing 2 ml pada tiap botol. Penambahan larutan H2SO4 pekat tersebut

membuat sampel air berubah warna menjadi orange. Sampel air tersebut

kemudian dipindahkan ke tabung erlenmeyer. Kemudian ditetesi dengan

larutan amylum masing-masing 2 ml dan warna menjadi orange tua.

Berikutnya dilakukan titrasi terhadap sampel air tersebut menggunakan

larutan Natrium tiosulfat 0,025 N sampai berubah warna menjadi jernih. Pada

hasil pengamatan didapatkan bahwa sampel air tabung pertama jernih saat

dititrasi dengan 10,8 ml Natrium tiosulfat 0,025 N, sampel air tabung kedua

jernih saat dititrasi dengan 10,2 ml Natrium tiosulfat 0,025 N dan sampel air

tabung ketiga jernih saat dititrasi dengan 9,2 ml Natrium tiosulfat 0,025 N.

Gambar 3.1. Sampel air Polder Tawang yang ditambahkan larutan H2SO4

pekat

Pada pengukuran DO untuk BOD0 dengan metode menggunakan alat

DO meter, yang dilakukan pertama adalah memasukkan sampel air ke dalam

beaker glass. Dalam pengukuran ini cukup menggunakan satu sampel air

saja. Kemudian membilas probe DO meter dengan aquades dan

mengelapnya dengan tissue secara perlahan. Lalu pada alat DO meter,

ditekan tombol power. Selanjutnya sampel air diaduk dengan menggunakan

10

Page 11: LAPORAN BOD

probe DO meter selama beberapa menit hingga muncul nilai yang stabil pada

alat. Nilai yang muncul tersebut merupakan nilai DO yang dideteksi DO meter

dari sampel air tersebut. Dalam hal ini, nilai yang muncul dari sampel air

Polder Tawang yang diukur adalah 4,71 mg/L.

Dari pengukuran DO dengan metode Winkler untuk BOD0 di atas,

didapatkan hasil bahwa kadar oksigen terlarut (DO) pada sampel air botol

Winkler pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut adalah sebesar 8,78

mg/L, 8,29 mg/L, dan 7,48 mg/L. Setelah dirata-rata, kadar oksigen terlarut

(DO) sampel air pada botol Winkler adalah sebesar 8,18 mg/L. Kadar oksigen

terlarut (DO) untuk BOD0 yang diperoleh menggunakan metode titrasi Winkler

ini lebih besar dibandingkan dengan kadar oksigen terlarut (DO) untuk BOD0

yang diperoleh menggunakan DO meter.

Setelah selesai melakukan pengukuran DO untuk BOD0 maka

dilanjutkan dengan pengukuran DO untuk BOD5.. Akan tetapi DO untuk BOD5

ini diukur setelah sampel air yang telah diukur DO untuk BOD0 disimpan

selama lima hari. Setelah hari kelima, sampel air tersebut kembali diukur baik

menggunakan metode titrasi Winkler maupun menggunakan alat DO meter.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran DO untuk BOD5 ini sama

dengan apa yang dilakukan pada pengukuran DO untuk BOD0.

Dari pengukuran DO untuk BOD5 dengan metode titrasi Winkler,

didapatkan kadar DO pada sampel air botol Winkler pertama dan kedua

secara berturut-turut adalah sebesar 1,3 mg/L dan 1,46 mg/L. Perlu dijelaskan

bahwa dalam praktikum BOD5 ini, sampel air yang diukur DO nya hanya dua

dari tiga sampel air. Hal ini karena satu sampel air mengalami kesalahan

titrasi Natrium tiosulfat 0,025 N sehingga dikeluarkan dari bahan praktikum

BOD5. Setelah dirata-rata, kadar DO sampel air pada botol Winkler pertama

dan kedua adalah sebesar 1,38 mg/L. Kadar oksigen terlarut

(DO) untuk BOD5 yang diperoleh menggunakan metode titrasi Winkler ini lebih

kecil dibandingkan dengan kadar oksigen terlarut (DO) untuk BOD5 yang

diperoleh menggunakan DO meter yaitu sebesar 3,94 mg/L.

Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh kadar BOD untuk metode titrasi

Winkler sebesar 6,8 mg/L. Sedangkan kadar BOD yang dianalisis

menggunakan alat DO meter adalah sebesar 0,77 mg/L. Dalam hal ini

terdapat selisih antara BOD yang diperoleh dari menggunakan metode titrasi

11

Page 12: LAPORAN BOD

Winkler dan BOD yang diperoleh dari menggunakan alat DO meter. Selisih

yang dihasilkan diantara kedua metode ini sebesar 6,03 mg/L.

Perbedaan hasil mengenai kadar BOD di atas disebabkan oleh metode

analisis DO yang berbeda. Di dalam analisis DO menggunakan metode titrasi

Winkler terdapat beberapa kelemahan seperti pengukuran dengan

menggunakan metode Winkler kadang memberikan hasil yang lebih besar

dari pada hasil pengukuran menggunakan DO meter tetapi kadang juga

sebaliknya, metode Winkler memberikan hasil pengukuran kadar oksigen

terlarut yang lebih kecil dari pada menggunakan DO. Hal ini disebabkan

karena penentuan kadar oksigen dengan metode titrasi Winkler banyak

mendapat gangguan analisis, baik gangguan yang bersifat positif maupun

negatif. Gangguan negatif dapat disebabkan oleh adanya zat yang bersifat

reduktor dalam larutan contoh, misalnya garam-garam Fe+2. Reduktor-

reduktor ini akan dioksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam larutan contoh,

sehingga kadar oksigen yang diperoleh akan lebih rendah dari kadar yang

sebenarnya. Adanya aktivitas mikroorganisme yang membutuhkan oksigen

untuk menguraikan zat organik, juga akan memberikan gangguan negatif.

Fitoplankton yang terdapat dalam larutan contoh, dengan bantuan sinar

matahari akan berfotosintesis menghasilkan oksigen, sehingga adanya

fitoplankton dan sinar matahari akan memberikan gangguan positif (kadar

oksigen yang diperoleh lebih tinggi dari kadar yang sebenarnya).2

Adanya gangguan-gangguan tersebut mengakibatkan data yang

diperoleh kurang tepat. Data yang kurang tepat akan menyebabkan

kesimpulan yang diambil dari suatu penelitian kurang menggambarkan

keadaan yang sebenarnya dari perairan yang diteliti. Oleh karena itu para ahli

berusaha menyempurnakan/memodifikasi metode titrasi Winkler untuk

menghilangkan gangguan-gangguan analisis yang ada. Beberapa modifikasi

telah berhasil dibuat, yaitu modifikasi asida (untuk menghilangkan gangguan

nitrit); permanganat (menghilangkan gangguan ferro); flokulasi alum

(menghilangkan gangguan fitoplankton dan mikroorganisme). Dari berbagai

modifikasi tersebut, modifikasi yang paling sering dipakai adalah modifikasi

asida. Hal ini disebabkan gangguan yang paling umum ditemukan pada

penentuan kadar oksigen dalam air laut adalah gangguan dari garam-garam

nitrit. Garam-garam nitrit dapat memberikan gangguan positif dan negatif pada

12

Page 13: LAPORAN BOD

penentuan kadar oksigen. Hal ini disebabkan garam nitrit akan mengoksidasi

garam iodida dan mengikat oksigen yang terdapat dalam larutan contoh,

sesuai dengan persamaan reaksi.2

Pengukuran kadar oksigen terlarut merupakan dasar untuk menentukan

kandungan BOD. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur

bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan

oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang

ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi

yang ada di alam.3 Polder Tawang, mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001,

digolongkan ke dalam mutu air kelas II, sehingga tolok ukur evaluasi kualitas

Polder Tawang juga menggunakan baku mutu air kelas II. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, kadar maksimum BOD untuk

golongan air kelas II adalah sebesar 3 mg/L.4 Ditinjau dari hal ini dapat

disimpulkan bahwa kadar BOD Polder Tawang dari pengukuran

menggunakan DO meter berada di bawah nilai maksimum sedangkan kadar

BOD Polder Tawang dari pengukuran metode titrasi Winkler, telah melebihi

ambang batas yang telah ditetapkan.

Apabila kadar BOD dalam suatu badan air tinggi maka dapat

membahayakan lingkungan. BOD merupakan suatu ukuran jumlah oksigen

yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan

sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai.

Pencemar organik terdiri dari pencemar organik tidak mudah urai

(nondegradable organic pollutant) dan pencemar organik mudah urai

(degradable organic pollutants). Pencemar organik mudah urai antara lain

sampah rumah tangga, kotoran manusia dan hewan, sampah dan limbah

pertanian serta berbagai jenis limbah industri.5 Pencemar organik tersebut di

perairan akan diuraikan oleh mikroba, terutama oleh berbagai jenis bakteri.

Mikroba aerobik dalam proses penguraian bahan organik tersebut

menggunakan oksigen terlarut dalam air dan melepaskan unsur-unsur hara ke

dalam air. Akibatnya kadar oksigen terlarut akan menurun (oxygen depletion)

dan kesuburan perairan meningkat. Apabila kandungan unsur-unsur hara

tinggi, perairan lewat subur (eutrophication) sehingga menyebabkan

peledakan pertumbuhan fitoplankton dan atau zooplankton yang disebut

13

Page 14: LAPORAN BOD

“blooming”. Akibat blooming, kandungan oksigen terlarut akan menurun dan

apabila planktonnya mati secara massal dapat mencemari perairan karena

terbentuk gas-gas (seperti ammonia, hydrogen sulfida dan fosfat) dan

senyawa beracun lain (cyanoglucosida).5 Aktifitas mikroba aerob yang

berlebihan menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam perairan habis,

kondisi perairan menjadi aerob. Proses penguraian bahan organik selanjutnya

dilakukan oleh mikroba anearob. Hasil dari aktifitas mikroba anaerobik adalah

gas-gas ammonia, hydrogen sulfide, methan dan ethan serta fosfin. Gas- gas

tersebut umumnya bersifat racun bagi ikan dan biota air lainnya. Gas

ammonia, sulfide dan fosfin mempunyai bau yang menyengat dan busuk

sehingga air dan perairan yang tercemari bahan organik mudah diurai, nilai

gunanya bagi peruntukan perikanan, rumah tangga dan industri menurun atau

tidak berguna lagi.5

Selain membahayakan lingkungan, tingginya kadar BOD juga

berdampak terhadap kesehatan. Tingginya kadar BOD dalam suatu perairan

biasanya ditunjukkan dengan tingginya kandungan mikroorganisme dalam

perairan tersebut. Mikroorganisme yang biasanya terdapat pada limbah

domestik dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok Coliform, Escherichia

coli dan Streptococcus faecalis. Bakteri yang merupakan indikator kualitas

suatu perairan adalah Coliform, Fecal coli, Salmonella dan Fecal

streptococcus. Escherichia coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan

dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun

Escherichia coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan,

tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan

gastroeritris taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan.6

Escherichia coli dapat menyebabkan diare dengan metode pertama yaitu

produksi enterotoksin yang secara tidak langsung dapat menyebabkan

kehilangan cairan dan kedua invasi yang sebenarnya lapisan epitelium

dinding usus yang menyebabkan peradangan dan kehilangan cairan.

Escherichia coli umumnya terdapat di dalam saluran pencernaan dan tersebar

pada semua individu. Pengujian mikrobiologi dengan hasil mikroorganisme

tersebut merupakan indikator adanya mikroorganisme patogen dan

pencemaran pada suatu ekosistem. Dari jumlah bakteri Escherichia coli

14

Page 15: LAPORAN BOD

didapat, kondisi suatu perairan yang tercemar dapat diketahui karena bakteri

tersebut merupakan indikator pencemaran.6

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar BOD sampel air

antara metode titrasi Winkler dan dengan menggunakan alat DO meter adalah

karena suhu dan oksigen yang terkandung saat tepat melakukan praktikum

berbeda meskipun dari satu sampel. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan

BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang

berlangsung cepat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya

selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20˚C yang

merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan

untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi

CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya di laboratorium,

biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu

itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan

bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70-80% dari nilai BOD

total.3

Penentuan waktu inkubasi 5 hari dapat mengurangi kemungkinan hasil

oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa

ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat

sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD. Oksidasi nitrogen

anorganik ini memerlukan oksigen terlarut sehingga perlu diperhitungkan.7

Dalam praktikum BOD ini terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi hasil praktikum. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Waktu pengambilan sampel

Sampel air Polder Tawang yang digunakan dalam praktikum diambil

pada pagi hari, dimana cahaya matahari yang membantu fotosintesis untuk

menyuplai oksigen pada perairan juga minim. Akibatnya kadar oksigen

terlarut perairan ketika diukur lebih rendah dibandingkan dengan kondisi

pada umumnya.

2. Pengambilan sampel air dan larutan

Pengambilan sampel air dan larutan yang tidak tepat pada volume

yang ditentukan dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

3. Titrasi

15

Page 16: LAPORAN BOD

Ketidaktelitian dalam proses titrasi sehingga memungkinkan volume

Na-thiosulfat 0,025 N yang digunakan berlebih dan mengakibatkan hasil

pengukuran kurang akurat.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kadar BOD sampel air Polder Tawang ditinjau dengan metode titrasi

Winkler adalah sebesar 6,8 mg/L.

2. Kadar BOD sampel air Polder Tawang ditinjau dengan menggunakan alat

DO meter adalah sebesar 0,77 mg/L.

B. Saran

1. Praktikan sebaiknya memahami terlebih dahulu tujuan praktikum dan

prosedur kerja yang akan dilakukan sehingga pada saat praktikum

berlangsung dapat melakukan dengan baik.

2. Pada saat melakukan titrasi, sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan

harus teliti saat mengamati perubahan warna pada air sampel karena akan

mempengaruhi hasil praktikum dari BOD.

16

Page 17: LAPORAN BOD

DAFTAR PUSTAKA

1. Alaerts G., & S.S Santika. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya,

Indonesia. 1984.

2. Arifin. Oksigen Terlarut (DO) dan Temperatur. 2010. (Online) (http://117-

analisis-kualitas-air-parameter-kimia.html) diakses pada 15 April 2014.

3. Sawyer, C. N. And P. L., MC Carty. Chemistry for Environmental Engineering.

3rd ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405-486 pp. 1978.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 12 April 2013 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

5. Hariyadi, Sigid; dkk. Pencemaran Perairan Teluk Jakarta dan Strategi

Penanggulangannya [Makalah Kelompok 1, Materi Diskusi Kelas Pengantar

Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3]. Institut Pertanian

Bogor. 2004. (Online) (http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/9145_1.pdf)

diakses pada 15 April 2014.

6. Feliatra. Sebaran Bakteri Escherichia coli di Perairan Muara Sungai Bantan

Tengah Bengkalis Riau. Laboratorium Mikrobiologi Laut, Faperika, Universitas

17

Page 18: LAPORAN BOD

Riau. (Online) (http://www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol4(2)/feliatra2.pdf.)

diakses pada 15 April 2014.

7. Salmin. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,

Vol. XXX, No. 3, Hal. 21-26. 2005.

18