Lengkap (Analisis Bod)

download Lengkap (Analisis Bod)

If you can't read please download the document

description

bod

Transcript of Lengkap (Analisis Bod)

BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu matakuliah khusus yang dilaksanakan oleh mahasiswa program studi Kimia FMIPA, dengan cara melakukan praktek kerja secara terbimbing pada instansi tertentu dan dalam waktu tertentu, yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Studi Strata Satu (S1), Matakuliah PKL memiliki bobot yaitu 2 SKS yang berbentuk praktek langsung ke lapangan. Melalui PKL didapatkan penambahan wawasan dalam dunia kerja bagi mahasiswa dan dengan adanya kerja praktek ini berarti ilmu yang dimiliki mahasiswa dapat diaplikasikan. Prinsip dasar dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah mahasiswa melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan studinya disuatu perusahaan dimana kerja praktek dilaksanakan yang berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai tenaga ahli di bidang laboratorium IPA. Kemampuan mahasiswa di bidang Kimia MIPA masih kurang memadai jika hanya mendapatkan ilmu di bangku kuliah saja, akan lebih baik jika ilmu yang didapatkan selama dibangku kuliah diterapkan dalam pekerjaan sesungguhnya.

Adapun pelaksana lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu yang bertempat di Jl. Basuki Rahmat depan Stasiun Televisi TVRI Kota Bengkulu dan di UPTB Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.

Melalui kerja praktek yang dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah suatu bentuk upaya penerapan pengetahuan di bangku kuliah. Dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan kegiatan ini untuk mengetahui kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dalam limbah air sungai bengkulu.

Adapun salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal, terampil dan cekatan diantaranya dengan mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Universitas Bengkulu. PKL adalah suatu sistem pendidikan keahlian professional yang memadukan antara pendidikan di perkuliahan dengan program penguasaan keahlian, yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia usaha atau industri, untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Universitas Bengkulu sebagai institusi pendidikan berkewajiban menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional dan berwawasan luas yang memiliki kemampuan skill dan manajerial. Disamping perkuliahan yang bersifat mempelajari teori, mahasiswa perlu melakukan praktek kerja lapangan sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kenyataan yang ada di lapangan pekerjaan. Untuk menambah pengalaman kerja di bidang Kimia, penulis sebagai mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Bengkulu memilih BLH Kota Bengkulu sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia secara mendasar diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air. Untuk itu dibentuklah sebuah badan yang bertugas dalam pengelolaan lingkungan hidup yaitu Badan Lingkungan Hidup Provinsi dan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.

Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu merupakan suatu lembaga yang berperan dalam menciptakan terciptanya lingkungan yang bersih,indah dan pengendalian pencemaran air dari kegiatan industri dan jasa, pemantauan kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan (Adipura), dan pengendalian pencemaran limbah domestik. Sedangkan sasaran yang akan dicapai yaitu penurunan beban pencemaran lingkungan hidup meliputi air, udara, tanah, sungai dan laut.

Sejarah Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu

Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 10 Tahun 2008 pada tanggal 11 Juni 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bengkulu. Agar Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu memiliki pandangan ke depan yang dapat mengarahkan badan ini dapat bekerja secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif serta produktif, dirumuskan Visi Badan Lingkungan Hidup Tahun 2010 sebagai berikut : Terwujudnya peningkatan kualitas fungsi lingkungan hidup melalui Badan Lingkungan Hidup sebagai institusi yang handal dan proaktif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan melalui penerapan prinsip-prinsip Good Enviromental Governance, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bengkulu

Visi tersebut merupakan suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.Dalam rangka menjabarkan Visi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu, sesuai dengan tugas dan fungsinya dirumuskan maka misi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sebagai berikut :

Mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan.Membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara efisien, adil dan berkelanjutan.Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Tujuan terbentuknya Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu ini adalah merupakan implementasi dari pernyataan Misi, yaitu salah satunya pengendalian pencemaran air dari kegiatan industri dan jasa, pemantauan kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan (Adipura), pengendalian pencemaran limbah domestik dan usaha skala kecil serta pengendalian pencemaran emisi kendaraan (Langit Biru). Sedangkan sasaran yang akan dicapai yaitu penurunan beban pencemaran lingkungan hidup meliputi air, udara, tanah, pesisir dan laut.

Berdasarkan Peraturan Walikota Bengkulu Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu, maka Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan dan melakukan koordinasi tentang lingkungan hidup sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya.

Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, maka Badan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi yaitu :

Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup, termasuk pengembangan model-model konservasi keanekaragaman hayati, strategis penegakan hukum, pengembangan instrumen ekonomi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan meliputi : Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) ;Pengelolaan kualitas air, udara dan pengendalian pencemaran air dan udara ;Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran ;Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa ;Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir ;Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat bencana (banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan) ;Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan perlindungan atmosfir.Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan yang meliputi :Penerapan Amdal ;Penerapan instrumen baru dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan ;Monitoring kualitas air ;Penerapan sistem manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih dan teknologi ramah lingkungan ;Pengembangan perangkat ekonomi lingkungan ;Penerapan standar nasional indonesia (SNI) dan standar kompetensi personil bidang lingkungan hidup ;Kajian lingkungan strategis (KLS) ;Laboratorium lingkungan.Melakukan penegakan hukum lingkungan secara administrasi, perdata maupun pidana tehadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dengan mengembangkan skema intensif-disentif dan pelaksanaan perjanjian internasional dibidang pengendalian dampak lingkungan ;Melaksanakan pelayanan bidang lingkungan hidup dengan mengacu pada standar Pelayanan Minimal (SPM) dibidang lingkungan hidup ;Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan meliputi kegiatan pendidikan dan pelatihan ;Melakukan koordinasi dan pengawasan dalam rangka konservasi sumber daya alam ;Melakukan pengendalian tata ruang, melalui koordinasi dan peningkatan keterpaduan dalam perencanaan, pengendalian dan evaluasi dalam pengelolaan lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan ;Menyelenggarakan unit pelayanan teknis badan meliputi :UPT laboratorium lingkungan ;UPT Pendidikan dan pelatihan ;UPT Penelitian dan pengembangan ;UPT Pengelolaan informasi .Melakukan pembinaan jabatan fungsional dibidang lingkungan hidup ;Melakukan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup ;Melaksanakan kegiatan tambahan yang meliputi :Pelaksanaan dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan dana alokasi khusus (DAK), bidang lingkungan hidup ;Pelakasnaan program strategis bidang lingkungan hidup antara lain : Adipura, Menuju Indonesia Hijau (MHI) dan PROPER ;

m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Struktur organisasi dari Badan Lingkungan Hidup dibuat berdasarkan Peraturan Walikota Bengkulu Nomor 27 Tahun 2008 tanggal 16 Desember 2008 tentang Uraian Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing struktur tersebut adalah sebagai berikut : Kepala Badan Lingkungan Hidup; Sekretariatan terdiri dari Sub. Bagian Umum, Sub. Bagian Perencanaan dan Sub. Bagian Keuangan. Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu memiliki 4 bidang yaitu :

Bidang Pengawasan dan Pengendalian, terdiri dari Sub. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sub. Bidang Pengembangan Kapasitas dan Penataan Lingkungan.Bidang Analisa Pencegahan Dampak Lingkungan, terdiri dari Sub. Bidang Pengkajian Teknis Analisa Mengenai Dampak Lingkungan dan Sub. Bidang Evaluasi dan Perizinan.Bidang Pemantauan dan Pemulihan, terdiri dari Sub. Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan dan Sub. Bidang Peran Serta Masyarakat.Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Sumber Daya Lingkungan, terdiri dari Sub. Bidang Peningkatan Sarana Teknis dan Pendidikan dan Sub. Bidang Data dan Informasi Lingkungan.Unit Pelaksana Teknis Badan.

2.2 TUGAS POKOK DAN FUNGSI

I.

TUGAS KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP

a.

Membantu Walikota Bengkulu dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di bidang Pembinaan Pengendalian Dampak Lingkungan di Kota Bengkulu.

b.

Menyusun rancangan, program dan kebijakan pembangunan di bidang pengendalian dampak lingkungan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan tugas bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.

c.

Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan tugas bidang ketatalaksanaan, serta pembinaan kepegawaian di lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.

d.

Pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi dalam penyelenggaraan ketatalaksanaan dan tugas keadministrasian serta kesekretariatan.

e.

Merumuskan kebijakan operasional pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

f.

Perumusan kebijakan teknis dalam lingkup pengendalian dampak lingkungan.

g.

Pelayanan penunjang dan perizinan dalam penyelenggaraan pengendalian dampak lingkungan serta melaksanakan pembinaan dan pengendalian teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

II.

TUGAS SEKRETARIAT

a.

Penyusunan rencana/program kegiatan Sekretariat.

b.

Pembagian tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan sesuai bidang tugasnya.

c.

Pemeriksaan dan penilaian hasil kerja bawahan.

d.

Penghimpunan dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

e.

Penyusunan program di bidang pengembangan kapasitas, di bidang analisis pencegahan dampak lingkungan, pengendalian serta pemantapan dan pemulihan.

f.

Pembinaan administrasi menyangkut ketatausahaan, kerumahtanggaan, kepegawaian, perlengkapan, dan keuangan.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

Penyusunan laporan triwulan, semesteran, dan tahunan.

Penyusunan program pengendalian dampak lingkungan dan informasi lingkungan.

Pelayanan teknis dan administratif kepada Kepala Badan dan semua unsur dalam lingkup Badan Lingkungan Hidup.

Pembinaan administrasi dalam rangka menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

Pelaksanaan koordinasi dengan intern unit dan dinas/instansi terkait.

Penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas sebagai bahan pertanggung jawaban kepada atasan.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

II.1.

TUGAS SUB. BAGIAN UMUM

a.

Menyusun rencana/program kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

b.

Membagi tugas dan petunjuk kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya.

c.

Memeriksa dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

d.

Mengelola ketatausahaan naskah dinas meliputi ; penerimaan, pendistribusian, ekspedisi, pengagendaan, pengadministrasian, pengarsipan, inventarisasi barang

e.

Mengelola urusan Rumah Tangga, SKPD meliputi ; keprotokolan, dokumentasi, kebersihan, ketertiban, kenyamanan, tata ruang SKPD, pemeliharaan barang.

(3)

Menyiapkan administrasi perjalanan dinas.

(4)

Mempersiapkan bahan kehumasan.

e.

Melaksanakan urusan perlengkapan dan perawatan

(1)

Merencanakan dan mengolah inventaris kantor.

(2)

Menginvetarisasikan, memelihara administrasi barang serta peralatan.

f.

Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian

(1)

Menyusun rencana kebutuhan pegawai, peningkatan SDM, pengembangan pegawai, usulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji dan pensiun.

(2)

Melaksanakan penyusunan DUK, penilaian DP3, penyusunan formasi/pengangkatan dan mutasi pegawai.

g.

Mempersiapkan bahan dalam rangka melakukan pembinaan dibidang hukum dan penyelesaian masalah dan kedudukan hukum dibidang lingkungan hidup.

h.

Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Badan Lingkungan Hidup.

II.2.

TUGAS SUB BAGIAN PERENCANAAN

a.

Membantu Sekretaris Badan Lingkungan Hidup dibidang tugasnya.

b.

Mengumpulkan data dan informasi sebagai bahan dalam rangka penyusunan rencana program pengendalian dampak lingkungan.

c.

Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk penyusunan rencana dan pelaksanaan program pengendalian dampak lingkungan.

d.

Menyusun rencana program dalam data base dan mengidentifikasikan bahan sesuai dengan keperluannya.

e.

Menyajikan data, informasi dan bahan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan laporan dan evaluasi pelaksanaan program.

II.3.

TUGAS SUB BAGIAN KEUANGAN

a.

Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.

b.

Menghimpun dan mengevaluasi hasil pelaksanaan anggaran rutin dan pembangunan.

c.

Menyampaikan usulan konsep anggaran setelah berkoordinasi dengan bidang lain melalui Sekretaris Badan Lingkungan Hidup.

d.

Menyelesaikan proses administrasi kegiatan pembangunan dan rutin.

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Badan Lingkungan Hidup.

III.

TUGAS KEPALA BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

a.

Melaksanakan tugas badan Lingkungan Hidup dibidang pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan.

b.

Menyusun bahan kebijakan operasional pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan.

c.

Melaksanakan pembinaan dan koordinasi pengembangan kapasitas dan laboratorium pengendalian dampak lingkungan.

d.

Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dibidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.

e.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

III. TUGAS SUB BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

1. PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

a.

Membantu Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian.

b.

Menyusun rencana dan program sub bidang Pengawasan dan Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

c.

Menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan pengawasan dan pengendalian serta pencegahan kerusakan lahan, hutan dan tata air serta kerusakan keanekaragaman hayati.

d.

Melaksanakan bimbingan teknis pengendalian kerusakan lahan, hutan, tata air dan keanekaragaman hayati dengan berkoordinasi pada bidang lain melalui Kepala Bidang.

e.

Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan.

f.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian.

III.2.

TUGAS SUB BIDANG PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN PENATAAN LINGKUNGAN

a.

Membantu Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian.

b.

Menyusun rencana dan program Sub Bidang Pengembangan Kapasitas dan Penataan Lingkungan.

c.

Menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan Pengembangan Kapasitas dan Penataan Lingkungan.

d.

Mengumpulkan bahan dan mempersiapkan bahan pembinaan teknis pengendalian dan penataan lingkungan.

e.

Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan.

f.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian.

IV.

TUGAS KEPALA BIDANG PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN

a.

Melaksanakan tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang Pencegahan dampak lingkungan.

b.

Menyusun bahan kebijakan operasional dalam bidang pencegahan dampak lingkungan.

c.

Menyusun bahan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan operasional bidang analisa dan pencegahan dampak lingkungan.

d.

Menyelenggarakan pembinaan teknis dalam bidang AMDAL dan perizinan.

e.

Menyusun bahan dalam rangka pengkajian teknis analisa dampak lingkungan.

f.

Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dibidang pencegahan dampak lingkungan.

g.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

IV.1.

TUGAS SUB BIDANG PENGKAJIAN TEKNIS ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

a.

Membantu Kepala Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan di bidang tugasnya.

b.

Menyusun rencana dan program Sub Bidang Pengkajian teknis analisa mengenai Dampak Lingkungan.

c.

Menghimpun dan mempersiapkan bahan kebijakan operasional dalam rangka pengkajian teknis AMDAL.

d.

Melaksanakan koordinasi dan pembinaan pengkajian AMDAL bersama instansi terkait dalam rangka penyusunan pedoman teknis AMDAL.

e.

Menyusun dan mengumpulkan bahan standardisasi pengkajian teknis AMDAL dalam rangka pengkajian kelayakan lingkungan.

f.

Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan.

g.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan.

IV.2

TUGAS SUB BIDANG EVALUASI DAN PERIZINAN

a.

Membantu Kepala Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan di bidang tugasnya.

b.

Menyusun rencana dan program Sub Bidang evaluasi dan perizinan.

c.

Menghimpun dan mempersiapkan bahan kebijakan operasional dalam rangka evaluasi mengenai dampak lingkungan.

d.

Melaksanakan pembinaan dan pengendalian teknis dalam bidang evaluasi AMDAL sesuai dengan dokumen yang berlaku.

e.

Menyiapkan bahan koordinasi dan kebijakan perizinan pembuangan limbah.

f.

Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pembuangan limbah dengan berkoordinasi pada bidang lain melalui Kepala Bidang.

g.

Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan.

h.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan.

V.

TUGAS KEPALA BIDANG PEMANTAUAN DAN PEMULIHAN

a.

Melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang Pemantauan dan pemulihan lingkungan.

b.

Menyusun bahan kebijakan operasional dalam bidang Pemantauan dan pemulihan lingkungan.

c.

Menyelenggarakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan operasional bidang Pemantauan dan pemulihan lingkungan.

d.

Pembinaan teknis pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

e.

Pelaporan hasil pelaksanaan tugas di bidang Pemantauan dan pemulihan lingkungan.

f.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

V.1.

TUGAS SUB BIDANG PEMANTAUAN DAN PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN

a.

Membantu tugas Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan di bidang tugasnya.

b.

Menyusun rencana dan program Pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan.

c.

Mengumpulkan bahan kebijakan operasional Pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan.

d.

Mempersiapkan bahan kebijakan dalam rangka pembinaan teknis Pemantauan dan pemulihan lingkungan.

e.

Melaksanakan pembinaan pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan secara terjadwal sesuai dengan kebutuhan.

f.

Pelaporan hasil pelaksanaan tugas sub bidang Pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan.

g.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan sesuai dengan bidang tugasnya.

V.2.

TUGAS SUB BIDANG PERAN SERTA MASYARAKAT

a.

Membantu tugas Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan di bidang tugasnya.

b.

Menyusun rencana dan program sub bidang peran serta masyarakat.

c.

Mengumpulkan bahan kebijakan operasional pembinaan dan pemberdayaan peran serta masyarakat.

d.

Mempersiapkan bahan dalam rangka pembinaan teknis peran serta masyarakat dan koordinasi pelaksanaan operasional bidang Pemantauan dan pemulihan lingkungan.

e.

Melaksanakan pembinaan teknis peran serta masyarakat.

f.

Pelaporan hasil pelaksanaan tugas sub bidang peran serta masyarakat.

g.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala bidang pemantauan dan pemulihan sesuai dengan bidang tugasnya.

VI.

TUGAS KEPALA BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN

a.

Melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Sumber Daya Lingkungan.

b.

Menyusun bahan kebijaksanaan peningkatan sarana teknis dan pendidikan lingkungan hidup.

c.

Menyelenggarakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan dan koordinasi pelaksanaan pengadaan dan peningkatan sarana teknis.

d.

Merumuskan pengembangan dan menyelenggarakan informasi kualitas lingkungan.

e.

Menyusun bahan dan melakukan pembinaan bimbingan teknis dan pendidikan, penyuluhan, penerbitanbuletin, brosur dan lain-lain.

f.

Berkoordinasi dengan dinas instansi lain dalam upaya meningkatkan sumber daya lingkungan.

g.

Pelaporan hasil pelaksanaan tugas di bidang pembinaan sarana teknis dan peningkatan sumber daya lingkungan kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup.

h.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan bidang tugasnya.

VI.1.

TUGAS SUB BIDANG PENINGKATAN SARANA TEKNIS DAN PENDIDIKAN

a.

Membantu tugas Kepala Bidang Pembinaan sarana teknis dan peningkatan sumber daya lingkungan di bidang tugasnya.

b.

Menyusun rencana dan program sub bidang peningkatan sarana teknis dan pendidikan.

c.

Mempersiapkan bahan peningkatan pengembangan sarana teknis dan pendidikan.

d.

Mengumpulkan bahan dan mempersiapkan bahan kebijaksanaan operasional pembinaan melalui pendidikan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan.

e.

Mempersiapkan rumusan kebijaksanaan teknis dan koordinasi dengan dinas instansi terkait dalam rangka pengembangan teknologi tepat guna.

f.

Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan tugas sub bidang peningkatan sarana teknis dan pendidikan.

g.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala bidang pembinaan sarana teknis dan sumber daya lingkungan sesuai dengan bidang tugasnya.

VI.2

TUGAS SUB BIDANG DATA DAN INFORMASI LINGKUNGAN

a.

Membantu tugas Kepala Bidang Pembinaan sarana teknis dan peningkatan sumber daya lingkungan di bidang tugasnya.

b.

Menyusun rencana dan program sub bidang data dan informasi lingkungan.

c.

Mengumpulkan data dan informasi lingkungan kemudian menyusunnya ke dalam database informasi lingkungan.

d.

Pengelolaan perpustakaan lingkungan.

e.

Melakukan penerbitan buletin informasi lingkungan kota Bengkulu, pembuatan brosur, pamflet dan lain-lain.

f.

Melakukan koordinasi dengan pihak lain yaitu media cetak dan elektronik dalam rangka pengembangan teknologi informasi lingkungan.

g.

Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan tugas sub bidang data dan informasi lingkungan.

h.

Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala bidang pembinaan sarana teknis dan sumber daya lingkungan sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

BAB I Ketentuan Umum :

a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian

umum.

b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

dapat langsung diminum.

c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

d. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

e. Air Pemandian Umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

f. Kakandep adalah Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kotamadya.

g.Kakanwil adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi.

h.Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan.

Bab II Syarat-Syarat :

1.Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, Fisika, kimia, dan radioaktif.

2.Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam lampiran I, II, III, dan IV peraturan ini.

Bab III Pengawasan

1. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air.

2.Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam syarat-syarat diatas dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II.

Tujuan Praktek Lapangan

Tujuan Umum :

Mengembangkan potensi pribadi mahasiswa secara optimal.Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja, yang dapat dibuktikan dengan surat keterangan kerja (referensi).Membandingkan dan menerapkan pengetahuan akademik yang telah diperoleh di kampus pada dunia kerja dengan memberikan kontribusi pengetahuan secara jelas dan konsisten disertai dengan komitmen yang tinggi.Memperoleh pengalaman dalam penerapan konsep dan keterampilan manajerial pada dunia kerja nyata, seperti hubungan atasan-bawahan, hubungan sesama kolega, bekerja dalam tim, pemecahan masalah, penerapan lapangan yang terkadang tidak sesuai dengan teori akademik, dan lain-lain.

Tujuan Khusus :

Mahasiswa mengetahui cara pengoperasian alat-alat yang ada pada Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.Mahasiswa mengetahui cara pengolahan pemeriksaan kualitas air bersih melalui sampel air sungai yang ada di Kota Bengkulu.Mahasiswa memperoleh pengalaman bekerja dalam tim, serta hubungan antara atasan dan bawahan.Mahasiswa mengetahui cara menguji kualitas air (air hulu sungai, air baku dan air olahan) secara fisika dan kimia.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan mulai tanggal 12 Januari 2014 sampai 12 Februari 2015.Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air adalah benda cair, yang senantiasa bergerak kearah tempat yang lebih rendah, yang dipengaruhi oleh gradien sungai dan gaya gravitasi bumi. Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil dan atau besar, yang disebut dengan istilah alur sungai (badan sungai). Lebih jauh dikemukakan bahwa aliran sungai dibagian luarnya dibatasi oleh bagian batuan yang keras yang disebut dengan tanggul sungai. Indonesia memiliki banyak sungai dengan berbagai tipe morfologi dan strukturnya.

Menuru Widarto (1996); dan Supiyati et al (2012) bahwa kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115:Tahun 2003), kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter fisik karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam karakteristik air sungai ini yaitu sedimentasi dan salinitas.

Pengamatan kualitas air dapat diketahui dengan pengamatan dari segi parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika meliputi temperatur, residu terlarut, residu tersuspensi, kekeruhan, warna, rasa, bau, DHL, salinitas, dan kecerahan. Parameter kimia meliputi pH, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan total fosfat sebagai P. Lingkungan yang baik (higienis bagi hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Kegiatan usaha budidaya ikan dalam keramba, tidak akan berhasil jika tidak mengetahui kondisi kualitas air yang ada. kualitas air merupakan suatu syarat penting dan dapat mempengaruhi pengelolaan. kelangsungan hidup, perkembangan, pertumbuhan, dan produksi ikan (Cholik et al,. 1991; Minggawati dan Lukas,. 2012).

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air adalah benda cair, yang senantiasa bergerak kearah tempat yang lebih rendah, yang dipengaruhi oleh gradien sungai dan gaya gravitasi bumi.

Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil dan atau besar, yang disebut dengan istilah alur sungai (badan sungai). Lebih jauh dikemukakan bahwa aliran sungai dibagian luarnya dibatasi oleh bagian batuan yang keras yang disebut dengan tanggul sungai. Saluran air kecil dan atau besar yang saling ketemu membentuk pola aliran sungai tertentu, yang dipengaruhi oleh jenis batuan dan bentuk morfologi medan (Thornbury, 1954; Barstra, 1982). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa jenis batuan dan morfologi medan badan sungai, selain mempengaruhi kerapatan aliran sungai, juga dapat mencirikan karakteristik sungai yang meliputi perkembangan profil, pola aliran dan genetis sungainya. Di daerah yang tersusun oleh batuan intrusif, dengan tekstur kasar, menunjukkan kerapatan aliran sungai yang rendah. Namun sebaliknya pada aliran sungai yang didominansi oleh batuan sedimen, memperlihatkan kerapatan yang tinggi (Sandy, 1985).

2.1 Struktur Sungai

Menurut Forman dan Gordon (1983), morfologi pada hakekatnya merupakan bentuk luar, yang secara rinci digambarkan sebagai berikut;

Gambar-1. Bentuk Morfologi Sungai (dimodifikasi)

Keterangan :

A = Bantaran sungai. B = tebing/jering sungai. C = badan sungai. D = batas tinggi air semu. E = dasar sungai. F = vegetasi riparian

Lebih jauh Forman (1983), menyebutkan bahwa bagian dari bentuk luar sungai secara rinci dapat dipelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang sering disebut dengan istilah struktur sungai. Struktur sungai dapat dilihat dari tepian aliran sungai (tanggul sungai), alur sungai, bantaran sungai dan tebing sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut:

A. Alur dan Tanggul Sungai

Alur sungai (Forman & Gordon, 1983), adalah bagian dari muka bumi yang selalu berisi air yang mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air dan air bawah tanah (base flow). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa alur sungai dibatasi oleh bantuan keras, dan berfungsi sebagai tanggul sungai.

B. Dasar dan Gradien sungai

Forman dan Gordon (1983), menyebutkan bahwa dasar sungai sangat bervariasi, dan sering mencerminkan batuan dasar yang keras. Jarang ditemukan bagian yang rata, kadangkala bentuknya bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya; sering terendapkan matrial yang terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar sungai sangat dipengaruhi oleh batuan dasarnya. Dasar sungai dari hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi), dan pada jarak tertentu atau keseluruhan sering disebut dengan istilah gradien sungai yang memberikan gambaran berapa presen

rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air.

C. Bantaran sungai

Forman dan Gordon (1983) menyebutkan bahwa bantaran sungai merupakan bagiandari struktur sungai yang sangat rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul sungai, mulai dari tebing sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif sebagai penyaring (filter) nutrien, menghambat aliran permukaan dan pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai merupakan habitat tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tetumbuhan yang komunitasnya tertentu mampu

mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau.

D. Tebing sungai

Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungaidisebut dengan tebing sungai. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau sudut lereng, yang sangat tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang terbentuk. Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian, kadangkala sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas. Sandy (1985), menyebutkan apabila ditelusuri secara cermat maka akan dapat diketahui hubungan antara lereng tebing dengan pola aliran sungai.

E. Kerapatan sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti yang dikemukan Sandy (1985) adalah bagiandari muka bumi yang dibatasi oleh topografi dan semua air yang jatuh mengalir kedalam sungai, dan keluar pada satu outlet. Sedangkan kerapan sungai yang dimaksutkan adalah ratio (perbandingan) jumlah panjang sungai dalam (km) terhadap luas Daerah Aliran Sungai.

2.2 Karakteristik sungai

Karakteristik sungai memberikan gambaran atas profil sungai, pola aliran sungai dan genetis sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut;

A. Profil sungai

Berdasarkan perkembangan profil sungai (Lebeck, 1939; Pannekoek, 1957 dan Sandy, 1985), dalam proses pengembangnnya mengalami tiga taraf yaitu: Periode muda, terdapat di daerah hulu sungai, yang mempunyai ketinggian relief yang cukup besar. Ciri spesifiknya terdapatnya sayatan sungai yang dalam, disebabkan oleh penorehan air yang kuat dari air yang mengalir cepat dan daya angku yang besar. Erosi tegak sering dijumpai, sehingga lebah curam berbentuk huruf (V) sering juga ditemukan.

Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut (Triatmodjo, 1999). Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran / pembuangan debit sungai, terutama pada waktu banjir ke laut. Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya yaitu faktor gelombang, debit sungai, dan pasang surut.

2.3 Parameter Kualitas air

Kualitas air adalah sifat air secara fisika, kimiawi, biologis, radioaktivitas, dan organoleptik (Hehannusa et al, 2001). Parameter fisika diantaranya adalah kecerahan air, suhu air dan udara, derajat keasaman (pH), kecerahan, dan warna perairan. Sedangkan parameter kimia adalah alkalinitas, O2 terlarut, konduktivitas dan CO2 bebas. Air merupakan fasa cair dari persenyawaan kimia yang dibentuk oleh dua bagian berat hidrogen dan 16 bagian berat oksigen, di dalam air itu terkandung pula sejumlah kecil air berat, gas dan zat padat, terutama bentuk garam dan larutan (Hehanusa, 2001).

Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen didalam air (Wisnu, 2004). Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang kesungai atau danau akan mempengaruhi pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme didalam air ( Wisnu, 2004).

Air dapat dinentralkan dengan basa NaOH atau asam HCl dengan indikator PP dan MO, PP berubah warna pada pH 8,3. dan MO berubah warnanya pada pH 4,5 (Syafriadiman et al, 2005).

2.4 Parameter fisika

2.4.1 Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.

Menurut Agrifishery (2010) strtifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1.Lapisan epilimion yaitu lapisan sebelum atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil dari 320 menjadi 280.

2.Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajamdari 280C menjadi210C.

3.Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimion yaitu lapisan yang paling bawah dimana pada lapisan ini perbedan sangan kecil relatif konstan.

Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya dan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 300C.

Metode Pengujian Sampel

Analisis Temperatur dengan metode SNI (Standar Nasional Indonesia) Tahun 2005

Cara uji ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan termometer air raksa.

Alat: a. Termometer

Bahan : a. Sampel Air Sungai

Prosedur Kerja :

Siapkan alat termometer, dengan membilas alat terlebih dahulu dengan aquades.Keringkan alat termometer tersebut dengan kertas tissue.Lakukan pengujian suhu dengan mencelupkan termometer tersebut kedalam air sungai.Hasil uji suhu diperoleh yaitu 320C.Hasil analisa thermometer dicatat di hasil analisa.

2.4.2 Residu Terlarut dan Tersuspensi

Analisis Residu Terlarut dan Residu Tersuspensi dengan metode Gravimetri sesuai dengan SNI 06-6989.3-2004

Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uj air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral.

Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

Bahan :

a) Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis:

1) Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5 m ( Standar for TSS in water analysis).

2) Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0 m ( Standar filter for TSS/TDS testing in sanitary water analysis procedures).

3) E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161) dengan ukuran pori (Particle Retention)1,1 m ( Recommended for use in TSS/TDS testing in water and wastewater).

4) Saringan dengan ukuran pori 0,45 m.

b) Air suling.

Alat :

a) desikator yang berisi silika gel;

b) oven, untuk pengoperasian pada suhu 103C sampai dengan 105C;

c) timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;

d) pengaduk magnetik;

e) pipet volum;

f) gelas ukur;

g) cawan aluminium;

h) cawan porselen/cawan Gooch;

i) penjepit;

j) kaca arloji; dan

k) pompa vacum.

Persiapan contoh uji :1. Pisahkan partikel besar yang mengapung 2. Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering membentuk kerak dan menjebak air, untuk itu batasi contoh uji agar tidak menghasilkan residu lebih dari 200mg3. untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu yang menempel dalam kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah benar benar dihilangkan.4. Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama sebab untuk mencegah penyumbatan oleh zat koloidal yang terperangkap pada saringan.Persiapan pengujian : persiapan kertas saring kosong:1. Letakkan keratas saring pada alat penyaring2. Bilas kertas saring dengan air suling demineralisasi sebanyak 20 ml berturut-turut sebanyak 3 kali menggunakan alat penyaring (pompa vacum)3. Ambil kertas saring dan letakkan di cawan porselin 4. Keringkan kertas saring dalam oven pada suhu 103C sampai 105C selama 1 jam5. Dinginkan dalam desikator sampai suhu ruang 6. Timbang dengan timbangan analitik dan catat hasil penimbangan 7. Bila diperlukan ulangi langkah 4,5,6 sampai memperoleh berat konstan8. Taruh kertas saring dalam desikator atau pada tempat yang bersih.Cara uji :1. Siapkan kertas saring yang telah diketahui beratnya pada alat penyaring2. Basahi kertas saring dengan air suling demineralisasi3. Kocok contoh uji sampai homogen. Volume contoh uji yang diambil disesuaikan (maksimal 1000 ml) sehingga berat residu di kertas saring 2,5 mg sampai 200 mg4. Saring contoh uji, kemudian bilas kertas saring dengan air suling demineralisasi sebanyak 10 ml dan dilakukan sebanyak 3 kali pembilasan. Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan pembilasan tambahan.5. Ambil kertas saring dan letakkan di atas cawan porselen.6. Keringkan kertas saring dalam oven pada suhu 103C sampai 105C selama 1 jam7. Dinginkan dalam desikator sampai suhu ruang8. Timbang dengan timbangan analitik dan catat hasil penimbangan9. Bila diperlukan ulangi langkah 6,7 sampai diperoleh berat konstan

Perhitungan Hitung kadar padatan tersuspensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: mg/l padatan tersuspensi = (A-B) x 1000 / VKeterangan :A adalah berat kertas saring berisi padatan tersuspensi (mg)B adalah berat kertas saring kosong (mg)V adalah volume contoh uji (ml)

2.4.3 Analisis Kekeruhan

Analisis dengan metode Turbidimetry

Bahan

Asam khlorida atau asam sulfat, (1:1); campur volume yang sama antara asam dan air.Pelarut organik

Pelarut organik sebaiknya tidak meninggalkan residu pada proses destilasi

n-heksana dengan titik didih 690C.methyl tert buthyl eter (MTBE) titik didih 550C sampai dengan 560C.Kristal natrium sulfat, Na2SO4 anhidrat.Campuran pelarut, 80% n-heksana: 20% MTBE v/v.Pelarut lain: petroleum benzene atau n-heksana atau petroleum ether atau dichloro methane (DMC).Air sungai yang diambil di kawasan Hilir dekat muara sungai bengkulu.

Peralatan

Neraca analitikCorong pisah, 2000 mlLabu destilasi, 125 mlCorong gelasKertas saring, diameter 11 cmAlat sentrifugal, yang mampu mencapai putaran sampai 2400 rpmPompa vakumAdapter destilasi dengan drip tipPenangas air yang dilengkapi pengatur suhu dan dapat diatur suhunyaWadah buangan pelarutDesikatorBotol gelas mulut lebar

Catatan: Semua peralatan gelas yang akan digunakan harus dicuci dengan detergen, lalu dibilas dengan air, dan terakhir bila perlu dibilas dengan pelarut organik yang akan digunakan.

Persiapan dan pengawetan contoh uji

Persiapan contoh

Masukkan contoh uji sebanyak 500 mL sampai dengan 1000 ml yang mewakili ke dalam botol gelas mulut lebar yang telah bersih.Ambil contoh uji hanya untuk penentuan minyak-lemak dan wadah jangan diisi penuh.

Pengawetan contoh uji

Awetkan contoh uji dengan mengasamkan contoh uji sampai pH 2 atau lebih kecil dengan 1 : 1 HCl atau 1 : 1 H2SO4.Contoh uji disimpan pada pendingin 40C dengan waktu simpan 28 hari.

Prosedur

Pindahkan contoh uji ke corong pisah. Tentukan volume contoh uji seluruhnya (tandai botol contoh uji pada meniskus air atau timbang berat contoh uji). Bilas botol contoh uji dengan 30 ml pelarut organik dan tambahkan pelarut pencuci ke dalam corong pisah.Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah, keluarkan lapisan air.Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah dipasang kertas saring dan 10 g Na2SO4 anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan pelarut, ke dalam labu bersih yang telah ditimbang.Jika tidak dapat diperoleh lapisan pelarut yang jernih (tembus pandang), dan terdapat emulsi lebih dari 5 ml, lakukan sentrifugasi selama 5 menit pada putaran 2400 rpm. Pindahkan bahan yang disentrifugasi ke corong pisah dan keringkan lapisan pelarut melalui corong dengan kertas saring dan 10 g Na2SO4, yang keduanya telah dicuci sebelumnya, ke dalam labu bersih yang telah ditimbang.Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah. Ekstraksi 2 kali lagi dengan pelarut 30 ml tiap kalinya, sebelumnya cuci dahulu wadah contoh uji dengan tiap bagian pelarut.Ulangi pada langkah e jika terdapat emulsi dalam tahap ekstraksi berikutnya.Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi yang telah ditimbang, termasuk cucian terakhir dari saringan dan Na2SO4 anhidrat dengan tambahan 10 ml sampai dengan 20 ml pelarut.Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 850C. Untuk memaksimalkan perolehan, pelarut dilakukan destilasi lagi.Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan labu dari penangas air. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit pastikan labu kering dan timbang sampai diperoleh berat tetap.

Perhitungan

Jumlah minyak-lemak dalam contoh uji:

Keterangan:

A = berat labu + ekstrak (mg)

B = berat labu kosong (mg)

2.4.4 Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran transporansi perairan yang ditentukan secara visual dengan mengunakan secchi disk satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter (Effendi, 2003 dalam kiki, 2011).

Kecerahan merupakan tingkat penetrasi cahaya matahari yang dinyatakan dengan satuan panjang. Alat yang bias digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan air adalah sechi disk, yaitu berupa pirigan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Pada perairan tambak, kecerahan erat dikaittanya dan berbanding terbalik dengan jumlah fitoplankton didalamnya ( Morindro, 2008).

2.4.5 Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

2.4.6 Rasa

Analisis Rasa dengan metode Organoleptik

Rasa adalah dimana air tersebut sudah melebihi bakumutu yang sudah ditetapkan maka rasa akan identik dengan rasa tawar.

2.4.7WarnaAnalisis Warna dengan metode Spektrofotometri

Bahan

Sampel air sungai 10 mlLarutan Blanko, Aquades 10 ml

Peralatan

Spektrofotometri

Prosedur Kerja

Siapkan sampel air sungaiMasukkan sampel air sungai ke dalam kuvetSebelum kuvet yang berisi larutan blanko dimasukkan ke dalam alat spektrofotometri, bersihkan kuvet dengan kertas tissue agar diperoleh hasil pembacaan warna yang benar.Catat hasil pembacaan angka pada tampilan dari spektrofotometri.

2.5 Parameter Kimia

2.5.1 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa. Perubahan pH di suatu perairan sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya. Nilai pH menggambarkan kondisi keasaman (konsentrasi ion hidrogen) pada air. Skala pH berkisar antara 1-14. Kisaran pH 1-7 termasuk kondisi asam, nilai pH 7-14 merupakan kondisi basa, sedangkan pH 7 adalah kondisi netral (Effendi, 2003).

Analisis pH (derajat keasaman)

Metode ini meliputi, cara uji derajat keasaman (Ph) air dan air limbah dengan mengunakan pH meter.

Bahan

Sampel air sungai

Peralatan

pH dan kelengkapan alatnya

Persiapan pengujian

Lakukan kalibrasi pada alat pH meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.

Prosedur

Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.Bilas elektroda dengan contoh uji.Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

BAB III

METODE ANALISA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dari tanggal 12 Januari 2015 sampai dengan 12 Februari 2015, bertempat di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Bengkulu. Waktu pelaksanaan kegiatan PKL dilakukan sesuai dengan hari kerja efektif yang berlaku pada instansi yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Jumat.

Untuk pengujian analisa kualitas air sungai berdasakan parameter kimia dan fisika telah dilakukan sebelumnya pada hari Rabu pada tanggal 4 Februari 2015 bertempat di Sungai Bengkulu.

Analisis dengan metode BOD Track

Analisis BOD5

Kebutuhan oksigen biologis atau lebih dikenal dengan BOD didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik (carboneous demand) dan senyawa nitrogen (nitrogeneous demand). Karena penguraian bahan organik sukar terurai membutuhkan waktu yang sangat lama, maka waktu inkubasi hanya dilakukan selama 5 hari (sesuai kesepakatan para ahli kualitas air) untuk bahan organik yang mudah terurai (Hutagalung dkk. dalam Sukarno, 2009).

PENGUJIAN BOD

SNI 6989.72:2009 / SNI 06-6989.14-2004

PERSIAPAN

Bakteri (Polyseed)

1 kapsul polyseed di larutkan dalam 500 mL akuades

Larutkan sampai homogen

Saring hingga diperoleh larutan polyseed jernih

Air Pengencer

Atur suhu ruangan berkisar 202 C

Siapkan akuades bebas kontaminasi dengan pH netral dan DHL di bawah 2 /cm

Aerasi akuades selama 1 jam

Tambahkan larutan Nutrisi A B C D 1 mL masing-masing ke dalam 1 L akuades

Tambahkan 40 mL larutan Polyseed

Akuades

1 L

1 mL Buffer Fospat

1 mL MgSO4

1 mL CaCl2

1 mL FeCl3

40 mL Polyseed

Catatan: Larutan air pengencer, harus dibuat langsung saat akan digunakan. (SNI 6989.72:2009 catatan 2 hal 4)

Larutan Induk (Glukosa Asam Glutamat)Keringkan Glukosa p.a dan Asam Glutamat p.a pada suhu 103 C selama 1 jam.Timbang 0,1500 gram Glukosa dan Asam GlutamatKemudian larutkan dengan akuades hingga 1 L

Larutan Standar BODKondisikan contoh uji pada suhu 203 C

Masukkan 20 mL larutan induk glukosa asam glutamat ke dalam labu ukurEncerkan dengan air pengencerAduk sampai homogen

Sampel / Contoh UjiKondisikan contoh uji pada suhu 203 C

Lakukan pengukuran pH contoh uji pada kisaran 6 8 dengan penambahan H2SO4 atau NaOHPenambahan asam / basa tidak boleh mengakibatkan pengenceran lebih dari 0,5 %

Standarisasi Larutan Natrium Thio Sulfat (Na2S2O3 0,0125 N)

Dengan KH(IO3) 0,0125 N)

10 mL KH(IO3) 0,0125 N

+2 mL H2SO4 (1:1)

+ 1g KI

Titrasi dengan Larutan Na2S2O3 0,0125 N s.d warna kuning muda

+ 1mL Ind Kanji

Titrasi dilanjutkan s.d warna biru hilang

Perhitungan Normalitas Na2S2O3

Normalitas Na2S2O3

Keterangan :

A = Vol. Larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan KH(IO3), dinyatakan dalam mililiter (mL)

B = Vol. Larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko, dinyatakan dalam mililiter (mL)

PENGUJIAN CONTOH UJI

100 mL contoh uji

+ 0,33 mL Lar Alkali

+ 0,33 mL Lar Manganase

Kocok kuat-kuat, biarkan hingga terbentuk endapan coklat

+1 mL H2SO4

Kocok sampai endapan larut semua

Ukur sampel 50 mL

Titrasi dengan Larutan Na2S2O3 0,0125 N s.d warna kuning muda

+ 1 mL indikator kanji

Titasi dilanjutkan s.d warna biru hilang

QUALITY CONTROL

Penurunan konsentrasi oksigen terlarut maksimum < 0,4 mg/L% Oksigen : 40 70 %Larutan Standar BOD berkisar 198 30,5 mg/L% RPD < 10 %

PERHITUNGAN NILAI BOD

Konsentrasi DO (mg/L)

=

Kadar Oksigen

= x 100 %

BOD (mg/L) = [(DO0 DO5)contoh uji (DO0 - DO5)blanko] x Fp

% RPD

=

YANG HARUS DI PERHATIKAN DALAM ANALISA BOD

Pastikan Inkubator hidup dan berada pada suhu 20oc.Kondisikan contoh uji atau sampel dalam suhu ruang dan berada pada range pH 6,5 8,5 dengan penambahan NaOH atau H2SO4. Penambahan NaOH atau H2SO4 tidak boleh dari 5% dari volume sampel.Aerasi air pengencer selama 1 jamLarutan A B C D dibuat seperlunya.

Apabila sudah mengalami perubahan warna, bau dan konsentrasi, diharapkan larutan dibuat baru dan disimpan dalam botol reagen gelap.

Larutan standar (Glukosa Asam Glutamat) disimpan di lemari pendingin dan dapat tahan maksimal selama 3 bulan.Glukosa dan Asam Glutamat di panaskan dalam oven pada suhu 103 105oc selama 1 jam dan dinginkan dalam desikator selama 1 jam.Larutan induk standar Glukosa As.Glutamat dibuat dalam labu ukur gelas gelap, tera atau paskan dengan aquadestUntuk membuat larutan standar pipet 10 mL ke dalam labu 500 mL dan tera dengan air pengencerTio Sulfat / Larutan Standar pada konsentrasi 0,0125 N Tio sulfat dibuat dalam keadaan fresTio sulfat di buat dalam labu ukur dan disimpan dalam botol reagen gelas gelapSebelum digunakan, Tio sulfat di tentukan Konsentrasinya atau Normalitas dengan di standarisasi menggunakan KIO3 0,01 NBuat amylum dalam keadaan fres.

Analisis dengan metode Spektroskopi

Analisis COD

Kebutuhan oksigen kimiawi adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi seluruh bahan organik dan anorganik baik yang mudah urai maupun sulit urai secara kimiawi (Hutagalung dkk. dalam Agustiadi, 2002). Mahida dalam Agustiadi (2002) menjelaskan bahwa nilai kebutuhan oksigen kimiawi perlu diketahui dalam pendugaan pencemaran. Hal ini disebabkan banyaknya senyawa organik yang tidak atau sulit diuraikan secara biologis harus diuraikan secara kimia.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisa

1. Hasil analisa air sungai di Bengkulu

Lokasi : Hilir dekat muara

Diambil oleh : Staf Laboratorium BLH Kota Bengkulu

Hari / Tgl Pengambilan Sampel: Rabu / 4 Februari 2015

Hari / Tgl Analisa Sampel: Rabu / 4 Februari 2015

Parameter Diperiksa

Satuan

Baku Mutu

(Kadar Max yang diperbolehkan)

Hasil Analisa

Limbah cair (outlet)

Metode Uji

Koordinat

S 03o 46 19.9

E 102o 1549.9

FISIKA

Temperatur

oC

Deviasi 3

32

SNI 06-6989.23-2005

Residu terlarut

mg/L

1000

45.8

Gravimetri

Residu tersuspensi

mg/L

50

59

SNI 06-6989.3-2004

Kekeruhan

NTU

25 (*)

90

Turbiditymeter

Warna

TCU

50 (*)

467

Spektrofotometri

Rasa

-

Tidak Berasa (*)

Tidak Berasa

Organoleptik

Bau

-

Tidak Berbau (*)

Tidak berbau

Organoleptik

DHL

mS

-

0.052

SNI 06-6989.1-2004

Salinitas

-

0

Salinity

Kecerahan

m

< 3

0.3

Sechi Disk

KIMIA ANORGANIK

pH

-

6,0 9,0

6.54

SNI 06-6989.11-2004

BOD5

mg/L

3

19.8

BOD Track

COD

mg/L

25

31

Spektrofotometri

Total Fosfat sbg P

mg/L

0,2

1.71

Spektrofotometri

MIKROBIOLOGI

Fecal coliform/Coliform

Jml/100 mL

1000

< 103

Water Test Kit Mikrobiologi

Total Coli

Jml/100 mL

5000

< 103

Water Test Kit Mikrobiologi

Hari / Tgl Selesai Analisa : Jumat / 13 Februari 2015

Keterangan :

Kondisi Lapangan

Baku Mutu

:

:

:

Suhu Udara = 270 C, P = 1010 hpa, Cuaca Cerah, lebar sungai rata-rata 32 meter, Ketinggian dari permukaan laut 1 meter.

Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu No.6 tentang Penetapan Baku Mutu Air dan Kelas Air Sungai Lintas Kabupaten/Kota Dalam Provinsi Bengkulu

(*) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih

Pembahasan

Berdasarkan analisa kualitas air sungai di lokasi hilir dekat muara sungai bengkulu hasil analisa disajikan dalam bentuk tabel terdiri dari parameter yang diperiksa, baku mutu, dan hasil analisa. Pada laporan ini, dilakukan pengukuran berdasarkan parameter fisika yaitu; Temperatur,TDS,TSS,kekeruhan,warna,rasa,DHL, dan kecerahan Sedangkan parameter kimia

yaitu; pH (derajat keasaman), BOD, dan COD. dari air sungai di lokasi hilir dekat muara sungai bengkulu dan akan dilaporkan hasil pengukuran Temperatur,TDS,TSS,kekeruhan,warna,rasa,DHL,kecerahan, pH (derajat keasaman), BOD, dan COD serta hasil pengukuran lainnya yang telah dilakukan sebelumnya oleh BLH Kota Bengkulu.

Air sungai yang telah di analisa berdasarkan parameter yang diselidiki yaitu parameter fisika diantaranya: Temperatur,TDS,bau,DHL,Salinitas dan kecerahan. Dimana hasil yang di peroleh tidak melewati baku mutu air sungai yang telah di tetapkan KepMen LH. No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sedangkan parameter kimia yang telah dianalisa untuk air sungai yaitu pH(derajat keasaman). Dimana pada hasil ini ada yang mengalami ambang batas atau baku mutu yang telah di tetapkan KepMen LH. No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pada pengamatan ini, parameter yang diperiksa hanya parameter BOD. Tetapi secara keseluruhan berdasarkan tabel pengamatan ada beberapa parameter yang melebihi ambang batas yaitu BOD melewati baku mutu yang telah di tetapkan yaitu sebagai berikut :

Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan mahkluk hidup yang berupa ikan tawar dan ikan-ikan kecil yang hidup disekitar hilir dekat muara sungai Bengkulu tersebut. Pengukuran pH air laut yaitu 8,18 nilai ini hampir mencapai batasan standar pH air sungai yaitu pada kisaran 6,54 tetapi masih dapat dikatakan tidak berbahaya bagi kehidupan ikan-ikan kecil di dalamnya.

Mengacu kepada Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup ditetapkan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan, keserasian dan kesimbangan antara manusia dan lingkungan hidup dengan mempertimbangkan generasi kini dan yang akan datang serta terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa hak setiap anggota masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang diikuti dengan kewajiban untuk memelihara dan melestarikan fungsi lingkungan hidup. Sehingga setiap orang mempunyai peran yang jelas di dalam hak dan kewajibannya mengelola lingkungan hidup. Dalam peraturan pemerintah ini juga diatur hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat serta setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan agar dalam setiap langkah kegiatannya tetap menjaga dan memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis Temperatur,TDS,TSS,kekeruhan,warna,rasa,DHL, dan kecerahan serta pH (derajat keasaman), BOD, dan COD. maka dapat disimpulkan bahwa :

Ada beberapa parameter yang melewati baku mutu standar yang telah ditetapkan yaitu untuk TSS melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 59 mg/L, kekeruhan melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 90 NTU,warna melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 467TCU,Rasa melewati baku mutu hasil yang di peroleh bahwa air sungai tersebut berasa,BOD melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 19.8,COD melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 31,dan Total Fosfat melewati baku mutu hasil yang di peroleh sebesar 1.71. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan mahkluk hidup disekitar. Pengukuran BOD air sungai di hilir dekat muara sungai Bengkulu yaitu 19,8 mg/LAir sungai di kawasan hilir dekat muara sungai bengkulu berdampak bahaya terhadap lingkungan ikan-ikan tawar kecil disekitarnya dan kesehatan bagi manusia jika air tersebut dikonsumsi.

5.2 Saran

Pemerintah setempat atau pemerintah terkait hendaknya lebih peduli terhadap permasalahan lingkungan khususnya di kawasan pelabuhan air laut.Masyarakat dan pihak industri hendaknya lebih menjaga dan memelihara lingkungan sekitarnya .Bagi dinas terkait Dislautkan, BLH dan DPU, perlu melakukan pemantauan kualitas air Sungai Bengkulu karena berhubungan dengan kelestarian lingkungan muara dan laut, perlu mensosialisasikan dan menyampaikan informasi kepada masyarakat sekitar muara Sungai Bengkulu tentang kondisi kualitas air muara Sungai Bengkulu yang telah melebihi baku mutu yang diperbolehkan.