Nitrat, Fosfat, BOD

33
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang sangat kompleks. Interaksi faktor biotik dan abiotik ini akan menyebabkan perubahan-perubahan yang cukup rumit. Kelangsungan hidup faktor biotik atau makhluk hidup yang mendiami perairan akan sangat tergantung pada dinamika yang terjadi di dalam badan perairan tersebut. Perairan yang memiliki kualitas baik atau subur maka akan ditemukan biota-biota yang sangat beragam, sebaliknya, jika biota yang ditemukan kurang beragam, maka dapat diindikasikan bahwa suatu perairan kurang subur untuk keberlangsungan biota akuatik. Salah satu aspek yang dapat digunakan untuk memperlihatkan hal tersebut adalah produktivitas perairan. Produktivtas perairan secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu perairan menghasilkan bahan organik maupun bahan anorganik dalam suatu runutan rantai makanan yang saling berhubungan dalam jaring-jaring makanan. Hal ini sekaligus

description

merupaan hasil dari praktikum matakuliah produktivitas peraian mengenai nitrat, fosfat dan BOD

Transcript of Nitrat, Fosfat, BOD

Page 1: Nitrat, Fosfat, BOD

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang sangat kompleks. Interaksi

faktor biotik dan abiotik ini akan menyebabkan perubahan-perubahan yang cukup

rumit. Kelangsungan hidup faktor biotik atau makhluk hidup yang mendiami

perairan akan sangat tergantung pada dinamika yang terjadi di dalam badan

perairan tersebut. Perairan yang memiliki kualitas baik atau subur maka akan

ditemukan biota-biota yang sangat beragam, sebaliknya, jika biota yang

ditemukan kurang beragam, maka dapat diindikasikan bahwa suatu perairan

kurang subur untuk keberlangsungan biota akuatik. Salah satu aspek yang dapat

digunakan untuk memperlihatkan hal tersebut adalah produktivitas perairan.

Produktivtas perairan secara umum dapat didefinisikan sebagai

kemampuan suatu perairan menghasilkan bahan organik maupun bahan anorganik

dalam suatu runutan rantai makanan yang saling berhubungan dalam jaring-jaring

makanan. Hal ini sekaligus menekankan bahwa produktivitas suatu perairan erat

kaitannya dengan sistem aliran makanan atau energi antar biota yang ada dalam

suatu ekosistem perairan. Rantai makanan yang ada di suatu ekosistem

menunjukkan peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan

tertentu dikenal dengan istilah rantai makanan. Terdapat makhluk hidup yang

berperan sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer dalam suatu rantai

makanan.

Penilaian produktivitas suatu perairan dapat dilakukan dengan tiga

pendekatan yaitu pendekatan fisika, kimia dan biologi. Pendekatan fisika meliputi

Page 2: Nitrat, Fosfat, BOD

2

faktor-faktor fisik seperti suhu, salinitas, cahaya, kecerahan, kekeurahan dan pH.

Faktor kimia seperti DO, COD maupun nutrien. Adapun faktor biologi adalah

biota yang berada di perairan tersebut. Beberapa parameter ini akan dibahas

secara rinci dalam laporan ini.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum produktivitas perairan mengenai pengamatan nitrat,

fosfat dan BOD5 ini adalah agar praktikan dapat mengetahui serta melihat jumlah

kadar nitrat, fosfat dan BOD yang ada di dalam perairan kolam budidaya

perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Kegunaannya adalah agar

praktikan dapat mengetahui cara menentukan kadar nitrar, fosfat dan BOD dalam

perairan serta metode pengukurannya.

Page 3: Nitrat, Fosfat, BOD

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di

alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,

yaitu ion nitrat (ion-NO)3, kalium nitrat (KNO3), dan nitrogen nitrat (NO3-N).

Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung

nitrogen organik pertama – tama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan

menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan

menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam

air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk

nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun

manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang

mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi

dengan air bawah tanah. (Harry Wahyudhy Utama, 2009).

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrien bagi pertumbuhan lamun. Nitrat sangat mudah larut dalam air

dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa

nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia

menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan

berlangsung pada kondisi. Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokan tingkat

kesuburan perairan. Perairan oligtrofik memiliki kadar nitrat antara 0 – 5 mg/L,

perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1 – 5 mg/L, dan perairan eutrofik

memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5 – 50 mg/L ( Effendi, 2003).

Nitrifikasi adalah proses dimana ammonium (NH4+) yang dioksidasi ke

nitrat (NO2-) dan kemudian menjadi nitrat (NO3-). Rataan nitrifikasi juga di

Page 4: Nitrat, Fosfat, BOD

4

pengaruhi oleh kelembaban tanah dan cenderung menjadi sangat lambat pada

tanah kering, dimana air encer membatasi difusi dari NH4+ ke nitrifiers. Secara

spontan nitrifikasi adalah proses keasaman dalam oksidasi dari NH4+ ke NO3-

menghasilkan ion H+. Sedangkan ini juga sensitif untuk mengubah pH perairan,

nitrifikasi tak berarti dibawah pH 4,5. Tetapi rataan nitrifikasi cenderung menjadi

lemah pada temperatur perairan rawa (Bardgett, 2008).

Dalam keadaan menguntungkan berlangsungnya kedua reaksi tersebut,

transformasi dari amonium menjadi benuk nitrit berlangsung sangat cepat

menyusul reaksi pertama, sehingga tidak sempat terjadi penimbunan nitrit. Hal ini

sangat menguntungkan karena bentuk nitrit bersifat racun bagi tanaman, akibatnya

bentuk nitrat cenderung diakumulasikan di dalam tanah. Sebagai catatan bahwa

bentuk ion nitrit ini tidak umum terdapat di dalam tanah dalam jumlah yang

banyak (Damanik, 2011).

Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan nutrien bagi

berbagai organisme akuatik. Fosfatmerupakan salah satu zat hara yang diperlukan

dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup

organisme di laut (Romimohtarto dan Juana,2003 dalam Nybakken, 1992).

Sumber fosfat di perairan laut pada wilayah pesisir dan paparan

benuaadalah sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber

fosfatdaratan lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar

darisekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa

ionisasiantara lain dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi

olehfitoplankton dan seterusnya masuk ke dalam rantai makanan. Sumber

antropogenik fosfor adalah dari limbah industri dan limbah domestik, yakni

berasal dari deterjen (Effendi, 2003).

Page 5: Nitrat, Fosfat, BOD

5

Fosfat dalam air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada

proses fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan

nukleotid koenzim). Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun

dalam keadaan gelap. Ortofosfat (H3PO4-) adalah bentuk fosfat anorganik yang

paling banyak terdapat dalam siklus fosfat. Distribusi bentuk yang beragam dari

fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Di permukaan air,

fosfat di angkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Di perairan unsur

fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam

bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa

organik yang berupa partikulat (Effendi, 2003).

Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan dan ikan. Keberadaan

fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat

menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom). Algae yang

berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air yang selanjutnya

dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang

menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada saat perairan cukup mengandung

fosfor, algae mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya.

Fenomena ini dikenal istilah konsumsi berlebih (luxury consumption). Kelebihan

fosfor yang diserap akan dimanfaatkan pada saat perairan mengalami defisiensi

fosfor sehingga algae masih dapat hidup untuk beberapa waktu selama periode

kekurangan pasokan fosfor (Effendi, 2003).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad

hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen

Page 6: Nitrat, Fosfat, BOD

6

juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses

aerobik (Salmin, 2005).

Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen

terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada

banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan

anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung

pada jenis, stadium dan aktifitasnya (Ulqodry, dkk., 2010).

Dalam pengukuran DO dilakukan dua metode yaitu metode titrasi dan

metode elektrokimia dimana kedua-duanya dapat menghitung jumlah DO di suatu

perairan yang apabila nilai DO kecil maka dapat dipastikan suatu perairan tersebut

menjadi tercemar (Saeful, 2010).

BOD5 merupakan suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara

global proses mikrobiologis yang benar - benar terjadi dalam air. Pemeriksaan

BOD520 diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan

untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (Alerts dan Santika, 1987

dalam Rahmawati dan Azizah, 2005).

BOD5 merupakan  merupakan salah satu indikator pencemaran organik

pada suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa

air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara

biologi dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik

(Marganof, 2007).

Hal ini disebabkan BOD5 dapat menggambarkan jumlah bahan organik

yang dapat diuraikan secara biologis, yaitu jumlah oksigen terlarut yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan atau mengoksidasi bahan-

bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Nilai BOD5 yang tinggi

Page 7: Nitrat, Fosfat, BOD

7

menunjukkan semakin besarnya bahan organik yang terdekomposisi

menggunakan sejumlah oksigen di perairan (Rahmawati dan Azizah, 2005).

Lee et al. (1978) dalam Nurullita dan Mifbakhuddin (2011) menyatakan

bahwa tingkat pencemaran suatu perairan dapat dinilai berdasarkan nilai BOD5-

nya, seperti disajikan pada Tabel 1.

No Nilai BOD5 (ppm) Status Kualitas Air

1. ≤ 2,9 Tidak Tercemar

2. 3,0 – 5,0 Tercemar Ringan

3. 5,1 – 14,9 Tercemar Sedang

4. ≥ 15 Tercemar Berat

Tabel 1. Status kualitas air berdasarkan nilai BOD5 (Lee et al., 1978 dalam Nurullita dan Mifbakhuddin (2011).

Pemeriksaan parameter BOD5 didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik

dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya

bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari untuk

50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi

tercapai. Dengan kata lain tes BOD5 berlaku sebagai simulasi proses biologi

secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama

5 hari pada suhu 28 °C (Kale and Mehrotra, 2009).

Pengukuran akurat dari BOD5 memerlukan penentuan yang akurat DO.

Permintaan biokimia oksigen mewakili jumlah oksigen dikonsumsi oleh bakteri

dan mikroorganisme lainnya sementara bakteri dan mikroorganisme lainnya

melakukan pembusukan bahan organik di bawah aerobik pada kondisi suhu yang

ditentukan (Delzer and McKenzie, 2005).

Page 8: Nitrat, Fosfat, BOD

8

III. METODE PRATIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah Produktifitas Perairan tentang nitrat, fosfat dan

BOD5 dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 April 2015, pada pukul 13.00

WIB dan 23 April 2015 pada pukul 10.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan

dikolam budidaya perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Riau, kemudian dilakukan analisis dilaboratarium Produktifitas Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pratikum ini adalah botol BOD, kertas saring

whatman no.42, kertas saring milipore, pipet tetes, suntik, gelas piala,

spektrofotometer, ember, aerator, gelas ukur, kantong plastic hitam, stopwatch

dan vacuum pupm

Baham yang digunakan adalah NaOH, H2SO4, NaOH-KI, MnSO4,

tiosulfat, amilum, brucine, aquades, NH4OH pekat, Ammonium molibdate dan

SnCl2.

3.3. Metode Pratikum

Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan kegiatan peninjauan,

pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui

pengamatan langsung dilapangan. Serta dilanjutkan dengan analisis dan

pengolahan data dilakukan di laboratorium Produktifitas Perairan.

Page 9: Nitrat, Fosfat, BOD

9

3.4. Prosedur Pratikum

3.4.1. Prosedur pengukuran Nitrat

Dalam pengukuran nitrat sampel air diambil dari kolam budidaya

perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Air sampel

yang diambil sekitar 25-50 ml atau setara dengan volume botol BOD. Selanjutnya

air disaring dengan menggunakan kertas saring whatman no 42, ambil 2 ml air

sampel yang telah disaring kemudian masukan kedalam gelas piala. Tambahkan

0,2 ml larutan brucine lalu diaduk, kemudian ditambah lagi dengan larutan asam

sulfat pekat sebanyak 1 ml. Buat larutan blanko dengan aquades sebanyak 5 ml

kemudian ditambah dengan larutan brucine 2 ml dan asam sulfat pekat 1 ml.

sebelum pengenceran sampai 100 ml tambahkan 20-30 ml aquades dan 8 ml asam

sulfat pekat. Kamudian lanjutkan dengan prosedur sebelumnya. Dengan larutan

blanko dan panjang gelombang 410 nm, set spektofotometer pada 0,000

Absorbance kemudian ukur sampel dan larutab setandar.

3.4.2. Prosedur pengukuran Fosfat

Ambil air sampel sebanyak 25-50 ml kemudian disaring dengan

menggunakan kertas saring milipore dengan menggunakan vakum pump. Hasil

dari penyaringan kemudian diambil sebanyak 5 ml kemudian dimasukan kedalam

gelas piala. Tambahkan larutan ammonium molybdate sebanyak 4 tetes lalu

diaduk dan tambahkan lagi 1 tetes SnCl2 lalu diamkan selama 10 menit. Buat

larutan blanko dari 25 aquades kemudian lakukan prosedur sebelumnya. Buat

larutan standar orthofosfat dengan konsentrasi 0,01; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75

dan 1,00 ppm dari larutan setandar 5 ppm-p. setelah didiamkan selama 10 menit

ukur dengan spektofotometer pada panjnag gelombang 690 nm.

Page 10: Nitrat, Fosfat, BOD

10

3.4.3. Prosedur pengukuran BOD5

Ambil air sampel dengan memasukkan sampel air ke dalam sebuah botol

BOD tanpa ada gelembung udara. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan NaOH 1

ml, aduk botol BOD tersebut hingga merata sampai tidak ada endapan. Kemudian

tambahkan larutan H2SO4 sampai endapan hilang dan masukan 50 ml air

tersebut ke gelas ukur , yang kemudian dilanjutkan dengan menuangnya di tabung

Erlenmeyer. Pada tabung Erlenmeyer, tambahkan larutan tiosulfat sebanyak 1 ml

atau sampai air tersebut berubah warna kuning. Setelah itu tambahkan larutan

amilum sebanyak 2 tetes sampai bewarna biru pekat dan titrasi dengan larutan

tiosulfat sebnyak 1 ml sampai air tersebut bening. Kemudian hitung DO nya.

Selanjutnya sampel dibawa ke Labiratorium untuk dilakukan pengenceran,

pengenceran dilakukan sebanyak 100 kali dengan menggunakan akuades.

Tingkatkan kadar oksigen air sampel dengan aerasi menggunakan aerator selama

6 menit. Masukkan air sampel yang telah dilakukan peningkatan oksigen tersebuat

kedalam wadah untuk selanjutnya dimasukkan kedalam botol BOD jangan sampai

terjadi bubling. Selanjutnya botol BOD di tutup dengan plastic hitam dan

disimpan selama lima hari, selanjutnya dilakukan pengukuran kembali.

Page 11: Nitrat, Fosfat, BOD

11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pengamatan Trasmitan (%) Absorbance Konsentrasi (mg/L)

Nitrat 97,0 0,0143 0,03

Fosfat 95,5 0,0211 0,04

Tabel 1. Hasil pengukuran Nitrat dan Fosfat

Pengamatan mL titran mL reagen Hasil (DO)

DO1 2,4 6,5 10,12 mg/L

DO5 1.3 5 5,42 mg/L

BOD5 47,06 mg/L

Tabel 2. Hasil pengukuran DO1 dan DO5

4.2. Pembahasan

Nitrat merupakan zat hara yang juga sangat penting bagi perairan dimana

nitrat merupakan parameter yang menentukan tingkat kesuburan perairan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kandungan nitrat yang dilakukan

terhadap periaran kolam budidaya perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan yakni 0,03 mg/L, hasil ini termasuk rendah. Rendahnya kandungan

nitrat menunjukkkan bahwa perairan ini masih bebas dari buangan sampah yang

mengandung Nitrat sehingga tidak membahayakan bagi organisme yang ada di

perairan tersebut. Keberadaan nitrat sama halnya dengan fosfat disuatu perairan,

apabila dalam suatu perairan memiliki kandungan nitrat yang rendah maka akan

Page 12: Nitrat, Fosfat, BOD

12

mengurangi tingkat kesuburan suatu perairan dan sebaliknya. Apabila nitrat

disuatu perairan kosentrasinya tinggi dapat menyebabkan blooming di perairan

tersebut. Menurut Muchtar (1980) dalam Simanjuntak (1996), Nitrat pada

kosentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tidak

terbatas sehingga air akan mengalami kekurangan oksigen terlarut yang

menyebabkan kematian organisme air.

Untuk hasil pengamatan dari fosfat didapat hasil 0,04 mg/L, hasil yang

didapat dapat dikatekan rendah sehingga bisa dikatakan perairan tersebut masih

baik untuk dilakukan budidaya perikanan. Menurut Ulqodry (2010) senyawa nitrat

dan fospat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses

penguraian pelapukan atau dekomposisi tumbuhan-tumbuhan yang dengan adanya

bakteri terurai menjadi zat hara. Selain berpengaruh terhadap kualitas perairan,

kandungan fosfat juga berpengaruh terhadap organisme yang hidup diperairan

tersebut tersebut, dikarenakan fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan

mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti

Fitoplankton.

Dalam pengamatn untuk hasil BOD5 didapat hasil 47,06 mg/L, nilai yang

didapat dari pengukuran BOD ini tergolong tinggi. Semakin besar nilai BOD pada

suatu perairan, maka kemungkinan penguraian bahan organik akan semakin cepat

dan berlangsung secara terus menerus. Hal ini sesuai degan pernyataan Linsley

dkk (1985) bahwa pengujian BOD adalah pengujian yang paling umum

dipergunakan di bidang pengolahan air limbah. Bila terdapat oksigen dalam

jumlah yang cukup, maka pembusukan biologis secara aerobik dari limbah

organik akan terus berlangsung sampai semua limbah terkonsumsi.

Page 13: Nitrat, Fosfat, BOD

13

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Nitrat merupakan zat hara yang dapat dijadikan sebuah parameter tingkat

kesuburan periran. Sementara fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan

mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti

Fitoplankton. Hasil pengukuran terhadap nitrat 0,03 mg/L sementara untuk fosfat

didapat hasil 0,04 mg/L. Kandungan nitrat dan fosfat ini dikatakan baik dan layak

untuk dilakukan budidaya prikanan. Sementara untuk BOD5 didapat hasil 47,06

mg/L, nilai yang didapat dari pengukuran BOD ini tergolong tinggi. Semakin

besar nilai BOD pada suatu perairan, maka kemungkinan penguraian bahan

organik akan semakin cepat dan berlangsung secara terus menerus.

5.2. Saran

Dalam melaksanakan pratikum kerjasama antar kelompok sangat

diperlukan untuk itu perlu ditingkatkan lagi.

Page 14: Nitrat, Fosfat, BOD

14

DAFTAR PUSTAKA

Bardgett,R.D. 2008. The Biology of Soil : A community and Ecosystem Approach. Oxford University Press. London

Damanik, M.M.B ; B.E. Hasibuan ; Fauzi ; Sarifuddin ; H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius.

Kale, M. M. & Mehrotra, I. 2009. Rapid Determination of Biochemical Oxygen Demand.International Journal of Civil and Environmental Engineering 1:1 2009. Pp 15 -22.

Marganof, 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 39 – 47.

Nurulita, U dan Mifbakhuddin. 2011. Manipulasi Waktu Tinggal dan Tebal Media Filter Tempurung Kelapa Terhadap Penurunan BOD (Biochemical Oxygen Demand) Dan Tss (Total Suspended Solid) Air Limbah Rumah Tangga. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010. Hal 137 – 144.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rahmawati, A. A. dan Azizah, R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, Tss, dan Mpn Coliform pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Juli 2005:97 – 110.

Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksgen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta. Oseana, Vol. XXX, No. 3, 2005: 21-26.

Ulqodry, T. Z., Yulisman, Syahdan, M., dan Santoso, 2010. Karakteristik dan Sebaran Nitrat, Fosfat dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sains, Vol. 13 No. 1(D): 35 – 41.

Page 15: Nitrat, Fosfat, BOD

15

LAMPIRAN

Page 16: Nitrat, Fosfat, BOD

16

1. Alat dan Bahan yang digunakan

Page 17: Nitrat, Fosfat, BOD

17

Gelas Ukur Botol BOD

Erlenmeyer H2SO4

Amilum MnSO4 dan NaOHKI Thiosulfat Vacuum pump

spektofotometer Bruncine

Page 18: Nitrat, Fosfat, BOD

18

2. Perhitungan DO dan BOD5

DO1 =  

ml titran× N thiosulfat ×8000mlsampel x mlBOD−mlreagen terpakai

mlbotol BOD¿

¿

=

2,4×0,025×800050 x125−6,5

125¿

¿

= 48047,4

= 10,12 mg/L

DO5 =  

ml titran× N thiosulfat ×8000mlsampel x mlBOD−mlreagen terpakai

mlbotol BOD¿

¿

=

1,3×0,025×800050x 125−5

125¿

¿

= 46048

= 5,416 mg/L

BOD5 = ( DO1 – DO5 ) x Faktor pengenceran

= ( 10,12 - 5,416 ) x10

= 4,706 x 10

= 47,06 ppm

Page 19: Nitrat, Fosfat, BOD

19

Page 20: Nitrat, Fosfat, BOD

20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum............................................ 16

2. Pertitungan ............................................................................................ 17

Page 21: Nitrat, Fosfat, BOD

21

DAFTAR TABEL

Lampiran Halaman

1. Hasil pengukuran Nitrat dan Fosfat........................................................ 11

2. Hasil pengukuran DO1 dan DO5.............................................................. 11

Page 22: Nitrat, Fosfat, BOD

22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan laporan praktikum

Produktivitas Perairan yang berjudul nitrat, fosfat dan BOD5 dapat diselesaikan

tepat pada waktunya.

Semoga laporan ini dapat membantu pembaca dalam menambah referensi

bacaan ataupun pengetahuan dalam bidang perikanan dan kelautan. Penulis

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun untuk

kesempurnaan tulisan ilmiah ini.

Pekanbaru, April 2015

Penulis

Page 23: Nitrat, Fosfat, BOD

23

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. iii

DAFTAR TABEL..................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 11.2 Tujuan dan Manfaat....................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

III. METODE PRAKTIKUM.................................................................. 8

3.1 Waktu dan Tempat......................................................................... 83.2 Bahan dan Alat............................................................................... 83.3 Metode Pratikum............................................................................. 8

3.4 Prosedur Praktikum........................................................................ 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 11

4.1 Hasil............................................................................................... 114.2 Pembahasan................................................................................... 11

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 13

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 135.2 Saran.............................................................................................. 13

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA