LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN...
Transcript of LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN...
i
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR
BAGI GURU-GURU SD DI GUGUS II
KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG
Oleh:
1. Luh Putu Sri Lestari, S.Pd.,M.Pd (Ketua)
2. Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd (Anggota)
3. Dra. Made Sulastri, M.Pd (Anggota)
Dibiayai dari Daftar Isian pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha
dengan SPK Nomor :61/UN48.16/PM/2016 tanggal 25 Februari 2016
BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2016
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya
maka kegiatan dan laporan kemajuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan sebagai
wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai
berikut :
1. LPPM Undiksha yang telah memfasilitasi kami dalam menyediakan dana sehingga
kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik.
2. Kepala UPP Kecamatan Banjar yang telah memberikan fasilitas tempat untuk
pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan ini.
3. Seluruh Guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar yang telah berpartisipasi sebagai peserta
dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang juga telah mendukung
kegiatan pengabdian ini.
Semoga kegiatan pengabdian kepada masyarkat ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
Bapak/Ibu guru yang terlibat langsung dalam kegiatan ini, sehingga harapan kita untuk untuk
meningkatkan kompetensi guru SD dalam memberikan layanan bimbingan dapat terwujud.
Singaraja, Agustus 2016
Tim pelaksana
iv
DAFTAR ISI
Halaman Muka……………………………………………………………......................
Halaman Pengesahan……………………………………………………….....................
Kata Pengantar……………………………………………………………………..........
Daftar Isi……………………………………………………………………...................
Daftar Tabel......................................................................................................................
Daftar Gambar..................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..........
1.2 Analisis Situasi..........................................................................................
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah.........................................................
1.4 Tujuan Kegiatan........................................................................................
1.5 Manfaat kegiatan........................................................................................
Bab II Metode Pelaksanaan
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah……………………………………..........
2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan.................................................................
2.3 Rancangan Evaluasi.................................................................................
Bab III Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil........................................................................................................
3.2 Pembahasan............................................................................................
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan............................................................................................
4.2 Saran......................................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
i
ii
iii
iv
v
vi
1
6
7
7
7
8
8
10
11
14
15
15
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan.......................................................................................................11
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah...................................................................................8
Gambar 2. Metode Pelaksanaan Kegiatan...................................................................................9
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7 sampai
dengan 13 tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan untuk
pertama kalinya menerima pendidikan formal. Sebagai pendidikan di tingkat dasar, pendidikan
di SD dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,
sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa. Disinilah siswa sekolah dasar ditempa berbagai
bidang studi yang kesemuanya harus mampu dikuasai siswa. Masa ini juga disebut sebagai
“masa matang untuk bersekolah”, karena pada tahap ini anak sudah mempunyai kecakapan-
kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah. Anak sudah siap menjelajahi lingkungannya.
Ia ingin mengetahui lingkungannya, mengetahui tata kerjanya, menjadi bagian dari
lingkungannya. Ia tidak puas lagi kalau sebagai penonton saja.
Dalam (Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
dijelaskan bahwa Tujuan pendidikan nasional adalah mengarahkan berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta memiliki tanggung jawab. Sedangkan tujuan pendidikan sekolah dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan SD harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan nasional dan
memperhatikan tahap dan karakteristik perkembangan siswa, serta selalu diarahkan untuk
pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa sekolah dasar. Tugas perkembangan adalah suatu
tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas
itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas berikutnya; sementara gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam
menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
2
Adapun tugas perkembangan anak SD (usia 6,0 – 12,0 tahun) menurut Yusuf
(2011: 69-71) sebagai berikut :
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, makin
mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot,
sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi dan permainan-permainan ringan,
seperti sepak bola, loncat tali, berenang, dan sebagainya.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis.Hakikat tugas ini adalah (1) mengembangkan kebiasaan untuk memelihara
badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan; (2) mengembangkan sikap
positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa
wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif.
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.Yakni belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di
sekolah atau teman sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara
kebetulan temannya itu berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai oleh perasaan tidak
senang karena teman sepermainannya suka mengganggu atau nakal.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Apabila anak sudah masuk
sekolah, perbedaan jenis kelamin akan semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya
akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan perempuan mengikuti
permainannya yang khas laki-laki, seperti main layang-layang, sepak bola, kelereng, dan
lain sebagainya.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab
masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat
hidup dalam masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar
(SD), karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh keterampilan dalam membaca,
menulis dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh
dari melihat, mendengar, mengecap, mencium sesuatu, tinggallah suatu ingatan pada kita.
Ingatan mengenai pengamatan masa lalu disebut konsep (tanggapan). Tugas sekolah
3
yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelasdan benar. Konsep itu meliputi kaidah-
kaidah ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan sebagainya. Untuk
mengembangkan tugas perkembagan anak ini maka guru dalam mendidik anak di sekolah
sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk: a.) Banyak melihat, mendengar,
dan mengalami sebanyak-banyak tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan
ilmu dan kehidupan bermasyarakat; b) Banyak membaca buku-buku atau media-media
cetak lainnya.
g. Mengembangkan kata hati. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan
yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan
penghargaan terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk
melakukan atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan
masalah benar-salah, boleh-tidak, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.Hakikat tugas ini adalah untuk dapat
menjadi orang yang berdiri sendiri dalam arti membuat rencana, berbuat untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orang tua dan orang lain.
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-
lembaga. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap sosial dan demokratis dan
menghargai hak orang lain. Umpamanya, mengembangkan sikap tolong-menolong,
tenggang rasa, mau bekerja sama dengan orang lain, teleransi terhadap pendapat orang
lain dan menghargai hak orang lain.
Dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya, seringkali siswa menemui hambatan
dan permasalahan yang mengakibatkan anak bergantung pada orang lain, terutama pada orang
tua dan guru. Supriadi (1997), mengidentifikasi masalah yang dialami anak sekolah dasar adalah
(1) masalah dalam hubungannya dengan orang tua, (2) masalah yang bersumber dari kesulitan
belajarnya, (3) masalah pergaulan dengan teman sebaya atau pergaulan di sekolah, dan (4)
masalah yang bersumber dari latar belakang sosial ekonomi keluarga yang mengakibatkan
terhambatnya perkembangan siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di Sekolah Dasar agar pribadi
siswa dan segenap potensi siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan tersebut perlu
disesuaikan dengan pendidikan di Sekolah Dasar, terutama yang menyangkut kekhususan peserta
didik, tujuan pendidikanserta kemampuan guru kelas sebagai pelaksana bimbingan. Munandir
4
(1996), mengharapkan agar bimbingan di Sekolah Dasar ditekankan untuk mengembangkan
ranah afektif belajar, yaitu pengembangan sikap, nilai dan kepribadian. Ini merupakan
penciptaan kondisi emosional dalam diri siswa yang memiliki pendukung bagi keberhasilan
belajar mereka. Demikian pula diharapkan guru Sekolah Dasar dapat memahami hambatan dan
permasalahan yang dialami oleh siswa baik yang menyangkut masalah pribadi, hubungan sosial,
kegiatan dan hasil belajarnya serta kondisi keluarga dan lingkungannya.
Selama ini telah ada beberapa penelitian tentang pelaksanaan layanan bimbingan
konseling di Sekolah Dasar. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Christiani, (2012) tentang
Implementasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SD, yang menemukan bahwa
implementasi pelayanan bimbingan dan konseling di SD telah dilaksanakan oleh guru kelas
namun belum sesuai dengan pola pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SD yang
seharusnya. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan antara lain pemahaman, kemauan, serta
keterampilan guru kelas dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling. Penelitian
lain dilakukan oleh Fajaryanti, (2013) yang mengidentifikasi bahwa permasalahan pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang meliputi tahap persiapan, proses
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut, secara keseluruhan menunjukkan rata-rata tingkat
permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling rendah. Penelitian lain dilakukan
oleh Yeni dan Nursalim (2009) di SD Muhamadiyah Surabaya yang menunjukkan bahwa
program layanan bimbingan dan konseling di SD telah menggunakan program yang diadopsi dari
program umum pemerintah untuk sekolah menengah yaitu pola 17 plus, yang dikurang ataupun
ditambah sesuai dengan kebutuhan anak didik di sekolah masing- masing. Sedangkan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Dari tiap sekolah didapatkan hasil yang
berbeda karena isi program dan pelaksanaannya pun berbeda di tiap sekolah, walaupun demikian
dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di SD sudah
terprogram dan terencana meski belum berjalan dengan baik dan maksimal. Berdasarkan hasil
penelitian beberapa peneliti tesrsebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan
konseling di sekolah dasar belum terlaksana secara optimal walaupun sudah berjalan. Hal ini
disebabkan karena adanya beberapa faktor, seperti beragamnya masalah yang dihadapi oleh
siswa dan juga karena faktor pemahaman, kemauan, serta keterampilan guru kelas dalam
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling.
5
Hasil-hasil penelitian tersebut, dikuatkan dengan adanya hasil observasi dan diskusi
dengan beberapa guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar, bahwa ada beragam permasalahan
siswa yang ditemui di sekolah. Masalah yang dihadapi siswa, tidak hanya masalah belajar tapi
juga menyangkut masalah kepribadian dan penyesuaian diri. Sebagai contoh, masalah siswa
yang berhasil diidentifikasi di SD Negeri 1, 2 dan 3 Tigawasa, yaitu (1) masalah belajar seperti
lemah dalam belajar, motivasi belajar rendah dan hasil belajar yang rendah, (2) masalah moral
seperti bicara porno, suka mencontek, mencuri, berbohong, menipu dan lari dari tanggung jawab.
Selain itu ada juga (3) masalah penyesuaian diri yang dialami oleh siswa seperti berperilaku
agresif, suka mengganggu, dan tidak mau bekerja sama. Ragam masalah yang dihadapi oleh
siswa Sekolah Dasar sebagaimana telah disebutkan di atas, adalah beban yang tidak ringan bagi
guru Sekolah Dasar. Dari hasil diskusi, beban ini dirasa cukup berat karena disamping tidak
memiliki dasar yang kuat tentang bimbingan, juga terkendala waktu yang mereka miliki untuk
melakukan layanan bimbingan tidak tersedia secara khusus. Di sisi lain, disamping bertugas
mengajar, mereka juga dituntut menyelesaikan tugas-tugas berkaitan dengan administrasi sebagai
seorang guru.
Hasil penelitian di atas mengisyaratkan bahwa guru Sekolah Dasar sangat penting
menguasai keterampilan layanan Bimbingan dan Konseling. Sebagaimana disampaikan di atas,
bahwa masalah siswa Sekolah Dasar tidak terbatas pada masalah belajar saja tetapi masih banyak
masalah lain seperti masalah pribadi, masalah sosial yang semuanya memerlukan bimbingan
guru untuk memecahkannya. Menyikapi hasil observasi dan diskusi dengan guru-guru di Gugus
II Kecamatan Banjar, penulis merancang pelatihan dan pendampingan pelaksanaan layanan
bimbingan konseling di sekolah dasar bagi guru-guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar.
Pelatihan dan Pendampingan ini, dilaksanakan menggunakan panduan strategi layanan
bimbingan di sekolah dasar yang dikembangkan oleh Sedanayasa (2010) dalam bukunya yang
berjudul Bimbingan Di Sekolah Dasar. Melalui pelatihan dan pendampingan ini, guru-guru SD
di Gugus II Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng diharapkan dapat memiliki pemahaman dan
keterampilan dalam merancang dan melaksanakan layanan bimbingan konseling di Sekolah
Dasar.
6
1.2. Analisis Situasi
Gugus II Kecamatan Banjar, terletak di Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng. Gugus II terdiri dari 6 Sekolah Dasar yang tersebar di dua desa. Tiga sekolah yaitu SD
Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus dan SD Negeri 5 Temukus berada di wilayah Desa
Temukus. Sedangkan tiga sekolah lainnya, yaitu SD Negeri 1 Tigawasa, SD Negeri 2 Tigawasa,
dan SD Negeri 3 Tigawasa berada di wilayah Desa Tigawasa. Masing-masing sekolah memiliki
jumlah siswa yang tergolong “gemuk” dan memiliki karakteristik permasalahan siswa yang
beragam. Keberagaman karakteristik masalah siswa ini, juga disebabkan karena letak sekolah
yang tersebar di dua desa, yang tentu saja memiliki karakteristik dan budaya yang berbeda.
Permasalahan yang dihadapi siswa di Gugus II Kecamatan Banjar, tidak hanya masalah belajar
tapi juga menyangkut masalah kepribadian dan penyesuaian diri. Masalah-masalah tersebut yaitu
(1) masalah belajar seperti lemah dalam belajar, motivasi belajar rendah dan hasil belajar yang
rendah, (2) masalah moral seperti bicara porno, suka mencontek, mencuri, berbohong, menipu
dan lari dari tanggung jawab. Selain itu ada juga (3) masalah penyesuaian diri yang dialami oleh
siswa seperti berperilaku agresif, suka mengganggu, dan tidak mau bekerja sama.
Menyikapi keberagaman permasalahan yang dihadapi oleh siswa Sekolah Dasar, guru
diharapkan dapat memahami hambatan dan permasalahan yang dialami oleh siswa-siswanya baik
yang menyangkut masalah pribadi, hubungan sosial, kegiatan dan hasil belajarnya serta kondisi
keluarga dan lingkungannya. Sebagai upaya memahami hambatan dan permasalahan siswa
tersebut, selain mengajar, guru Sekolah Dasar juga dituntut untuk memahami dan memiliki
keterampilan dalam merancang layanan bimbingan konseling di Sekolah Dasar.
Kendala yang dihadapi oleh guru-guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar dalam
melaksanakan tugas tersebut adalah karena tidak memiliki dasar yang kuat tentang bimbingan,
selain itu terkendala waktu yang mereka miliki untuk melakukan layanan bimbingan yang tidak
tersedia secara khusus. Di sisi lain, disamping bertugas mengajar, mereka juga dituntut
menyelesaikan tugas-tugas berkaitan dengan administrasi sebagai seorang guru. Untuk
membantu mengatasi kendala ini, maka dilaksanakan P2M berupa pelatihan dan pendampingan
pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah dasar bagi guru-guru SD di Gugus II
Kecamatan Banjar melalui seminar dan workshop.
7
1.3. Identifikasi dan Perumusan masalah
Berdasarkan analisis situasi yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi bahwa
masalah yang hendak ditanggulangi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah
kurangnya pemahaman dan keterampilan guru-guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar dalam
merancang dan melaksanakan layanan bimbingan konseling di Sekolah Dasar. Berdasarkan
identifikasi tersebut, maka permasalahan yang menjadi perhatian khusus dalam program P2M ini
adalah: “Bagaimana solusi untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan merancang dan
melaksanakan layanan bimbingan konseling pada guru SD”
1.4. Tujuan Kegiatan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pelatihan ini adalah meningkatnya pemahaman dan
keterampilan guru-guru Sekolah Dasar di Gugus II Kecamatan Banjar dalam merancang dan
melaksanakan Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Dengan meningkatnya
pemahaman dan keterampilan guru-guru Sekolah Dasar di Gugus II Kecamatan Banjar dalam
merancang dan melaksanakan Layanan Bimbingan Konseling, akan berdampak pula pada
peningkatan minat guru dalam melakukan proses bimbingan pada siswa
1.5. Manfaat kegiatan
Pengabdian pada masyarakat ini dapat memberikan manfaat pada guru-guru
Sekolah Dasar di Gugus II Kecamatan Banjar, terutama dalam kegiatan bimbingan. Melalui
pelatihan dan pendampingan ini, -guru akan lebih bersemangat dan percaya diri untuk
melakukan bimbingan karena mereka sudah memiliki pemahaman mengenai cara melakukan
bimbingan di SD. Selain itu, pengabdian ini akan dapat meningkatkan keterampilan guru-guru
dalam melakukan bimbingan, sehingga dapat mengoptimalkankanperkembangan siswa-siswinya.
8
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1. Kerangka pemecahan masalah
Berdasarkan rasional analisis situasi dan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
program pengabdian ini, kerangka pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah
Seperti yang ditunjukkan gambar 1 di atas, pelatihan dan pendampingan pelaksanaan
layanan bimbingan konseling di Sekolah Dasar ini bermaksud untuk meningkatkan
kompetensi guru-guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar dalam merancang dan
melaksanakan layanan bimbingan konseling di Sekolah Dasar.
2.1. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Program pengabdian ini dirancang sebagai bentuk upaya meningkatkan kompetensi guru-
guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar dalam merancang dan melaksanakan layanan bimbingan
konseling di Sekolah Dasar. Dari rasional tersebut, program ini dilaksanakan dengan pelayanan
yang benar-benar dapat dirasakan oleh guru sehingga berimbas kepada siswa dan pihak sekolah.
Pelatihan dan
Pendampingan
Pelaksanaan
Layanan BK di
SD
Guru-guru SD di Gugus II
Kecamatan Banjar belum
mampu merancang dan
melaksanakan layanan
bimbingan konseling di
Sekolah Dasar.
Fasilitas
TIM P2M Undiksha
(Narasumber dan
fasilitator pelatihan)
Guru-guru SD di Gugus
II Kecamatan Banjar
sudah mampu
merancang dan
melaksanakan layanan
bimbingan konseling di
Sekolah Dasar.
9
Berikut disajikan bagan Metode Pelaksanaan Program Pengabdian Pada Masyarakat bagi guru-
guru SD di Gugus II Kecamatan Banjar:
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Gambar 2. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Secara garis besar kegiatan pengabdian ini dibagi menjadi tiga tahap:
a. Tahap Pertama :
Dengan memberikan pelatihan bagaimana merancang pelaksanaan layanan bimbingan di
sekolah dasar. Untuk tahap awal kegiatan, peserta diberikan teori-teori pendukung yang
berkaitan dengan aspek-aspek yang akan dilatihkan. Selanjutnya, guru-guru diberikan
pendampingan dalam merancang pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah dasar.
b. Tahap Kedua :
Setelah kegiatan pelatihan dan pendampingan selesai, kemudian hasilnya diseminarkan.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap akhir saat implementasi program di sekolah, dilakukan monitoring dan
observasi untuk dianalisis sejauh mana efektivitas layanan bimbingan bagi siswa.
Wawancara juga dilakukan kepada perwakilan guru untuk mengetahui bagaimana kesan
atau manfaat yang diperoleh melalui program pengabdian ini.
PELATIHAN DAN
PENDAMPINGAN
SEMINAR DAN WORKSHOP
IMPLEMENTASI DAN MONITORING
10
2.3. Rancangan evaluasi
Untuk melihat keberhasilan pelaksanaankegiatan, perlu diadakan evaluasi. Evaluasi yang
dilaksanakan dalam kegiatan ini adalahsebagai berikut :
a. Evaluasi Program, dilakukan sebelum dan setelah kegiatan dilaksanakan.Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui apakah program kegiatan sudah sesuai dengan tujuan
yang akan dilaksanakan.
b. Evaluasi Proses, dilakukan pada saat kegiatan dilaksanakan. Aspek yang dievaluasi
adalah kehadiran dan aktivitas peserta dalam mengikuti pelatihan. Keberhasilan dapat
dilihat dari kehadiran peserta yang mencapai 100% dan aktivitasnya selama kegiatan
tinggi.
c. Evaluasi Hasil, dilaksanakan pada akhir kegiatan. Aspek yang dievaluasi adalah
pemahaman dan keterampilan peserta dalam merancang pelaksanaan layanan
bimbingan di sekolah dasar.
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Program pengabdian ini secara menyeluruh dilaksanakan selama 8 bulan (April s/d
Nopember 2016) mulai dari tahap analisis situasi hingga pelaporan kegiatan P2M. Untuk saat ini,
pelaksanaan kegiatan sudah terlaksana sampai bulan Agustus. Secara rinci jadwal kegiatannya
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
Bulan/Tahun 2016
April-Mei Juni-Juli Agst-Sept Okt-Nop
1 Identifikasi dan Analisis
Situasi √
2 Alur Adiministrasi Birokrasi √ 3 Penyusunan Rancangan
Program √ √
4 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan √ 5 Pelaksanaan Kegiatan √ 6 Monitoring dan Evaluasi √ √ 7 Penyusunan Laporan √
Khalayak sasaran strategis pelaksanaan kegiatan ini adalah Guru-guru SD di Gugus II
Kecamatan Banjar yang belum memiliki pemahaman dan keterampilan dalam merancang dan
melaksanakan layanan bimbingan konseling di Sekolah Dasar. Khalayak sasaran ini cukup
produktif dalam upaya pengembangan inovasi dan strategi pelaksanaan bimbingan, khususnya
pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar dan diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan
siswa.
Pada saat pelaksanaan kegiatan pengabdian secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap
yaitu: Pelatihan dan Pendampingan, Seminar dan Workshop serta Implementasi dan Monitoring.
Secara lebih rinci dipaparkan sebagai berikut:
a. Tahap Pertama :
Pelatihan dan pendampingan pertama dilaksanakan pada tanggal 27 dan 28 Juli 2016
bertempat di SD Negeri 1 Tigawasa yang diikuti oleh guru-guru SD Negeri 1, 2 dan 3
Tigawasa. Sedangkan pelatihan dan pendampingan kedua dilaksanakan pada tanggal 29
12
Juli 2016 bertempat di SD Negeri 4 Temukus yang diikuti oleh guru-guru SD Negeri 1, 4
dan 5 Temukus. Untuk tahap awal kegiatan, peserta diberikan teori-teori pendukung yang
berkaitan dengan aspek-aspek yang akan dilatihkan. Materi yang disampaikan yaitu jenis
bimbingan apa saja yang dibutuhkan oleh siswa sekolah dasar. Jenis bimbingan yang
diperlukan oleh siswa SD meliputi bimbingan pribadi, bimbingan sosial dan bimbingan
belajar. Selain itu, disampaikan juga teknis pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah
dasar. Selain itu, disampaikan juga materi tentang teknis pelaksanaan layanan bimbingan
di sekolah dasar. Teknis pelaksanaan layanan dapat dilakukan dengan terintegrasi dalam
proses belajar mengajar di kelas, terintegrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas,
penciptaan hubungan yang humanis, melalui penciptaan iklim kelas yang kondusif,
melalui layanan informasi langsung dan melalui perilaku keteladanan dan ucapan
langsung yang manusiawi yang bernuansa bimbingan.
Pada tahap ini dipersiapkan beberapa perangkat/instrumen pelatihan untuk dijadikan
sebagai referensi dalam perancangan pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah dasar.
Peserta diberikan form strategi layanan bimbingan anak sekolah dasar, untuk diisi secara
teori tentang ide mereka terkait dengan strategi layanan bimbingan pada anak sekolah
dasar. Rancangan ini merupakan usaha preventif (pencegahan) terahadap munculnya
prilaku siswa yang kurang terpuji. Rancangan ini nantinya diimplementasikan pada siswa
sesuai dengan teknis pelaksanaan layanan yang sudah dijelaskan.
Khusus untuk penanganan siswa yang menunjukkan perilaku yang menyimpang dan
memerlukan penanganan khusus, peserta diberikan form studi kasus. Hal ini sebagai
usaha kuratif (pengentasan) terhadap siswa yang sudah memiliki permasalahan. Form ini
bisa diisi oleh guru untuk merancang pelaksanaan layanan bimbingan bagi siswa yang
memerlukan penanganan khusus, dan selanjutnya bisa dimplementasikan pada siswa.
b. Tahap Kedua:
Setelah kegiatan pelatihan dan pendampingan selesai, peserta yang merupakan guru-guru
SD di Gugus II Kecamatan Banjar, diundang untuk mengikuti seminar dan workshop
hasil pelatihan dan pendampingan. Seminar workshop ini diselenggarakan di Aula UPP
Kecamatan Banjar pada tanggal 30 dan 31 Juli 2016. Dalam kegiatan ini, tim pelaksana
menyampaikan kembali materi tentang layanan bimbingan di sekolah dasar. Selanjutnya
peserta menyampaikan hasil rancangan masing-masing dan mendiskusikannya.
13
Rancangan strategi layanan bimbingan anak sekolah dasar yang merupakan usaha
preventif (pencegahan) dan studi kasus yang merupakan usaha kuratif (pengentasan) hasil
rancangan salah seorang peserta diberikan masukan oleh peserta yang lain. Sebagai
contoh, studi kasus yang disampaikan oleh ibu Ni Made Sutini dari SD Negeri 1
Temukus. Beliau menyampaikan kasus seorang siswa kelas 3 yang sudah berusia 11
tahun, namun belum bisa membaca, menulis dan berhitung. Sebagai upaya untuk
memecahkan masalah tersebut, ada beberapa masukan yang disampaikan oleh peserta
lain. Masukan pertama disampaikan oleh Bapak Kadek Dian Supriyadi dari SD Negeri 3
Tigawasa. Masukan beliau yaitu harus ditetapkan kategori siswa tersebut, perlu
pendekatan kepada kelurga dan memfokuskan materi pada anak. Masukan kedua
disampaikan oleh Bapak Agus Sudiandika. Masukan beliau yaitu dengan menyesuaikan
materi pelajaran dengan hobby anak tersebut. Dengan demikian diharapkan anak bisa
antusias belajar. Dari hasil identifikasi dan diskusi terhadap kasus, siswa tersebut
memiliki kebutuhan khusus. Oleh sebab itu, anak tersebut harus bersekolah di sekolah
khusus/luar biasa. Dalam kegiatan ini, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang
dialami oleh siswa SD yang penanganan khusus. Balikan diberikan kepada para peserta
dalam bentuk analisis hasil yang langsung disampaikan kepada peserta pelatihan. Hasil
analisis yang diberikan oleh penyaji kepada seluruh peserta pelatihan membuat peserta
mengetahui letak kesalahan yang dilakukan. Hal ini juga menjadi dasar dan bahan
refleksi bagi peserta dalam merancang pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah dasar
ke depannya.
c. Tahap Ketiga
Tahap akhir yaitu monitoring dan observasi implementasi program di sekolah.
Berdasarkan hasil monitoring dan observasi ke sekolah, rencana program layanan
bimbingan sudah diterapkan oleh para guru, baik dalam proses pembelajaran maupun di
luar proses pembelajaran. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru,
disampaikan bahwa rencana layanan yang disusun memudahkan guru dalam memimbing
siswa sekaligus terintegrasi dalam proses pembelajaran.
14
3.2. Pembahasan
Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini, telah dapat meningkatkan minat dan rasa
percaya diri peserta dalam merancang pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah dasar. Peserta
sebagian besar tampak antusias dan tekun mengikuti kegiatan sampai akhir. Pemberian sistem
pemodelan berupa format sederhana strategi layanan bimbingan beserta langkah-langkah studi
kasus yang harus diisi oleh peserta dalam tahap pelaksanaan bimbingan sangat memudahkan
peserta dalam bekerja.
Selama ini, peserta yang merupakan guru-guru SD merasa bahwa mereka kurang
memperoleh informasi lengkap tentang strategi dalam melaksanakan bimbingan di sekolah dasar.
Setelah peserta mengikuti pelatihan ini, peserta akhirnya memiliki gambaran tentang rancangan
pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah dasar baik yang bersifat preventif maupun kuratif.
Balikan kepada para peserta dalam bentuk analisis hasil yang langsung disampaikan kepada
peserta pelatihan juga memberikan dampak positif kepada peserta pelatihan. Hasil analisis yang
diberikan oleh penyaji kepada seluruh peserta pelatihan membuat peserta mengetahui letak
kesalahan yang dilakukan. Hal ini juga menjadi dasar dan bahan refleksi bagi peserta dalam
merancang pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah dasar ke depannya. Hal-hal yang dirasa
masih keliru ataupun kurang disempurnakan berdasarkan hasil analisis yang telah diberikan.
Peserta juga akan merasa bahwa tugas yang mereka buat memang benar-benar diperhatikan dan
disikapi dengan cepat. Secara umum, para peserta pelatihan menanggapi positif kegiatan
pelatihan ini. Hal ini dibuktikan dari terjadinya interaksi aktif antara penyaji dengan peserta, dan
antar peserta satu dengan peserta yang lainnya pada saat pelaksanaan pelatihan,pendampingan
dan seminar workshop.
.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Simpulan yang dapat diuraikan pada laporan ini antara lain:
1. Program Pengabdian pada Masyarakat dengan judul “Pelatihan dan Pendampingan
Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar bagi Guru-Guru SD Di
Gugus II Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng” dapat terlaksana dengan baik dan
lancar.
2. Strategi Layanan Bimbingan di Sekolah Dasar sangat diperlukan oleh guru-guru sekolah
dasar untuk melaksanakan layanan bimbingan di sekolah.
4.2. Saran
1. Diharapkan, dengan adanya strategi layanan bimbingan di sekolah dasar, guru-guru bisa
lebih optimal dalam membimbing siswa, sehingga siswa dapat berkembang lebih optimal.
2. Pemerhati dan praktisi pendidikan hendaknya dengan komitmen yang tinggi dalam
mensukseskan pendidikan untuk senantiasa menyebarluaskan pentingnya layanan
bimbingan di sekolah dasar, sehingga benar-benar dapat merasakan kebermanfaataannya
dalam menunjang proses belajar mengajar pada khususnya dan sistem pendidikan dalam
mengoptimalkan perkembangan siswa.
3. LPPM hendaknya selalu menjembatani program sejenis untuk terus dapat dilaksanakan
dan dikembangkan dengan anggaran yang lebih memadai sehingga mampu menambah
khasanah pengabdian sebagai salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun, 2003, Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, Bandung : Rosda Karya
Ahman.1998.BimbinganKonseling Perkembangan di Sekolah Dasar.Disertasi Doktor
pada FPS IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan.
Christiani, Henny Juanita. 2012. Implementasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di
SD Swasta Kristen/Katolik se-Kecamatan Semarang Selatan. Thesis (tidak
diterbitkan). Semarang: Unnes.
Depdikbud.1990.Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
---------------.1990. Peraturan pemerintah tentang Pendidikan Dasar
---------------.1995. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, Jakarta:
DitjenDikdasmen. Depdikbud.
Fajaryanti, Mare Asia .2013. Identifikasi Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Mutihan Wates Kulon Progo.
Thesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: UNY.
Munandir.1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta Depdikbud.
Muro JJ. Kottman.1995. Guidance and Counseling in the Elementary and Midle Schools:
A Practical Approach. Medison :Brown & Benchmark
Nurihsan, Juntika, 2005, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung :
Refika Aditama
Rochman,Natawidjaja (1988). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. FIP IKIP
Bandung. CV Abardin
Sedanayasa, Gede.2010. Bimbingan Di Sekolah Dasar: Buku Ajar Cetak .Diperbanyak untuk
Kepentingan Jurusan.Undiksha Singaraja.
Solehuddin.2000. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung : UPI
Supriadi,D.1997. Profesi Konseling dan Keguruan. Program Pasca Sarjana IKIP
Bandung.
Yeni dan Nursalim. 2009. Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan konseling di
SD Muhammadiyah Se Surabaya. Surabaya. Unesa.
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
17
LAMPIRAN 1
DAFTAR HADIR PESERTA
18
19
20
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI KEGIATAN
21
22
23
24
LAMPIRAN 3
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
PENERAPAN IPTEKS
1 Bahan Habis Pakai (ATK) Vol Satuan Harga Jumlah
Kertas HVS A4 gr 8 Rim 35.000 280.000
Chatridge 2 Buah 250.000 500.000
Tinta Printer 6 Buah 50.000 300.000
Spidol Snowman 2 Kotak 75.000 150.000
Note Book 40 Buah 7.500 300.000
Ballpoint Faster 40 Buah 4.000 160.000
Name Tag 40 Buah 8.500 340.000
Flasdisk 3 Buah 180.000 540.000
Total biaya ATK 2.570.000
2 Perjalanan Jumlah
Orang Satuan
Tarif
Perjalanan Jumlah
Transport observasi 1 Ok 100.000 100.000
Transport Pelaksanaan 1 3 Ok 100.000 300.000
Transport Pelaksanaan 2 3 Ok 100.000 300.000
Transport Pendampingan 1 3 Ok 100.000 300.000
Transport Pendampingan 2 3 Ok 100.000 300.000
Transport Pendampingan 3 3 Ok 100.000 300.000
Jumlah Perjalanan 1.600.000
3 Konsumsi Vol Satuan Harga Jumlah
Snack 2 x 40 Ktk 10.000 800.000
Nasi 2 x 40 Ktk 25.000 2.000.000
Air Mineral 7 Dus 30.000 210.000
Total Konsumsi 3.010.000
4 Biaya Cetak Vol Satuan Harga Jumlah
Spanduk 1 Bh 250.000 250.000
Piagam 40 Bh 8.000 320.000
Cetak Materi Pelatihan 40 Eks 20.000 800.000
Cetak Foto 30 Lbr 5.000 150.000
Fotocopy 400 Lbr 125 50.000
Total Biaya Cetak 1.570.000
Total Biaya Keseluruhan (70%) 8.750.000
25
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
PENERAPAN IPTEKS
1 Bahan Habis Pakai (ATK) Vol Satuan Harga Jumlah
Kertas HVS A4 gr 3 Rim 45..000 135.000
Kertas HVS F4 70 gr 5 Rim 50.000 250.000
Flasdisk USB 16 GB 2 Buah 300.000 600.000
CDR 1 Box 150.000 150.000
Chatridge 2 Buah 250.000 500.000
Tinta Printer 6 Buah 50.000 300.000
Staples Besar 2 Buah 25.000 50.000
Staples Kecil 2 Buah 10.000 20.000
Isi Staples 2 Kotak 10.000 20.000
Total biaya ATK 2.025.000
2 Perjalanan Jumlah
Orang Satuan
Tarif
Perjalanan Jumlah
Transport Monitoring dan Evaluasi 1 Ok 100.000 100.000
Jumlah Perjalanan 100.000
3 Konsumsi Monitoring dan evaluasi Vol Satuan Harga Jumlah
Snack 10 Ktk 10.000 100.000
Nasi 10 Ktk 25.000 250.000
Air Mineral 1 Dus 30.000 30.000
Total Konsumsi 380.000
4 Biaya Cetak Vol Satuan Harga Jumlah
Laporan Akhir 10 Eks 50.000 500.000
Laporan Kemajuan 10 Eks 32.000 320.000
Rancangan Luaran 5 Eks 25.000 125.000
Artikel Jurnal 10 Eks 25.000 250.000
Fotocopy 400 Lbr 125 50.000
Total Biaya Cetak 1.245.000
Total Biaya Keseluruhan (30%) 3.750.000
26
LAMPIRAN 4
CONTOH PIAGAM
27
LAMPIRAN 5
RANCANGAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DI SD
28
29
30
31
LAMPIRAN 6
CONTOH STUDI KASUS
32
33
34