laporan-8.docx
-
Upload
nenda-andintya -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of laporan-8.docx
1. Judul Praktikum : Hubungan Titik Didih dengan Konsentrasi
2. Hari/tanggal Praktikum : Rabu, 28 Desember 2011
3. Mata Kuliah : Kimia Dasar
4. Praktikum Ke : Delapan
A. Tujuan :
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara titik didih dengan konsentrasi
pada larutan.
B. Prinsip
Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka
tekanan uap akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunya
akan turun dibandingkan dengan pelarut murni.
C. Dasar Teori
Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zat cair sama dengan
tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Berdasarkan nilai titik didih zat terlarut, larutan
dapat dibagi dua yaitu titik didih zat terlarut lebih kecil daripada pelarutnya sehingga zat
terlarut lebih mudah menguap O2, NH2, H2S dan alkohol didalam air. Yang kedua yaitu zat
terlarut lebih besar daripada pelarutnya dan jika dipanaskan pelarut yang lebih dulu
menguap. Kenaikan titik didih larutan bergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi
larutan, tidakbergantung pada jenis zat terlarutnya. Untuk larutan yang sangat encer,
trekanan uap zat terlarut dapatdiabaika, sehingga yang mempengaruhi titik didih larutan
hanya pelarutnya.
Berlawanan dengan penurunan titik beku larutan. Kenaikan titik didih larutan
merupakan fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat
terlarut didalam pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil jika
dibandingkan dengan titik larutan. Sebagai contoh titik didih air murni adalah 100 C jika kita
melarutkan gula atau garam dapur ke dalam air maka titik didihnya akan lebih dari 100 C.
Bagaimana Kita Mengukur Kenaikan Titik Didih Larutan?
Kenaikan titik didih larutan merupakan salah satu sifat koligatif larutan, Untuk
menghitung perubahan titik didih larutan maka kita bisa menggunakan persamaan berikut
ini:
Tb = Kb. m . i
sedangkang titik didih larutan dicari dengan persamaan,
Tb = Tpelarut + Tb
dimana :
Tb= penurunan titik beku larutan
Tb = titik beku larutan
m = molalitas larutan
Kb = konstanta titik beku pelarut
i = Faktor Van’t Hoff
Di bidang themodinamika konstanta titik beku pelarut, Kb lebih dikenal dengan istilah
“Konstanta Ebulioskopik“. Ebulioskopik berasal dari bahasa Yunani yang artinya “mendidih”.
Faktor Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut
berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor Van’t Hoff dihitung dari besarnya konsentrasi
sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan dibanding dengan konsentrasi zat terlarut
hasil perhitungan dari massanya. Untuk zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya adalah 1
dan nonelektrolit adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor Van’t
Hoff secara teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
i = 1 + (n-1)?)
dengan ? adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika
suatu zat berada didalam larutan.
Data nilai Kf beberapa pelarut adalah sebagai berikut:
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya [1]. Sifat koligatif larutan
terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
nonelektrolit
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan
uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya[4]. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer [4]. Dari
hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya [4].
Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi
peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut[4]. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel
pelarut membutuhkan energi yang lebih besar[4]. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb)[4]. Persamaannya
dapat ditulis:
ΔTb = Tblarutan − Tbpelarut
Keterangan :
ΔTb = kenaikan titik didih
kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif
Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut
Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb)
Aseton 56,2 1,71
Benzena 80,1 02,53
Kamfer 204,0 05,61
Karbon tetraklorida 76,5 04,95
Sikloheksana 80,7 02,79
Naftalena 217,7 05,80
Fenol 182 03,04
Air 100,0 00,52
titik didih adalah suhu dimana terjadi perubahan wujud dari cair menjadi uap (gas).
normalnya titik didih zat cair terjadi pada suhu dimana tekanan uapnya adalah 1 atm.
Titik didih larutan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih pelarut murninya. Jadi
apabila kita membandingkan titik didih air murni dengan larutan gula maka titik didih larutan
gula akan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih air murni. Hal ini dapat disimpulkan
sebagai berikut,
Pelarut + zat terlarut non-volatil larutan tekanan uapnya rendah titik didih
menjadi lebih tinggi dibandingkan pelarut murni
Dari sini muncul istilah kenaikan titik didih larutan yang dirumuskan sebagai,
dimana:
Konsentrasi
Konsentrasi larutan didefinisikan dengan salah satu dari ungkapan berikut:
Ungkapan konsentrasi
1. persen massa (%) = (massa zat terlarut/ massa larutan) x 100
2. molaritas (konsentrasi molar) (mol dm-3) = (mol zat terlarut)/(liter larutan)
3. molalitas (mol kg-1) = (mol zat teralrut)/(kg pelarut)
Tekanan uap
Tekanan uap cairan adalah salah satu sifat penting larutan. Tekanan uap larutan juga
penting dan bermanfaat untuk mengidentifikasi larutan. Dalam hal sistem biner, bila
komponennya mirip ukuran molekul dan kepolarannya, misalnya benzen dan toluen,
tekanan uap larutan dapat diprediksi dari tekanan uap komponennya. Hal ini karena sifat
tekanan uap yang aditif. Bila larutan komponen A dan komponen B dengan fraksi mol
masing-masing adalah xA dan xB berada dala kesetimbangan dengan fasa gasnya tekanan
uap masing-masing komponen sebanding dengan fraksi molnya dalam larutan. Tekanan uap
komponen A, pA,diungkapkan sebagai:
pA = pA0 xA …
pA0 adalah tekanan uap cairan A murni pada suhu yang sama. Hubungan yang mirip
juga berlaku bagi tekanan uap B, pB. Hubungan ini ditemukan oleh kimiawan Perancis
Francois Marie Raoult (1830-1901) dan disebut dengan hukum Raoult. Untuk larutan yang
mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul individual kedua komponen sama dengan
interaksi antara molekul dalam tiap komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal.
Gambar 7.6 menunjukkan tekanan uap larutan ideal sebagai fungsi konsentrasi zat teralrut.
Tekanan total campuran gas adalah jumlah pA dan pB, masing-masing sesuai dengan hukum
Raoult.
Gambar Tekanan total dan parsial larutan ideal.
Larutan ideal dan nyata
Sebagaimana juga perilaku gas nyata berbeda dengan perilaku gas ideal, perilaku
larutan nyata berebeda dengan perilaku larutan ideal, dengan kata lain berbeda dari hukum
Raoult. Gambar (a) menunjukkan kurva tekanan uap sistem biner dua cairan yang cukup
berbeda polaritasnya, aseton Me2CO dan karbon disulfida CS2. Dalam hal ini, penyimpangan
positif dari hukum Raoult (tekanan uap lebih besar) diamati. Gambar (b) menunjukkan tekanan
uap sistem biner aseton dan khloroform CHCl3. Dalam kasus ini, penyimpangan negatif dari
hukum Raoult diamati. Garis putus-putus menunjukkan perilaku larutan ideal. Peilaku larutan
mendekati ideal bila fraksi mol komponen mendekati 0 atau 1. Dengan menjauhnya fraksi mol
dari 0 atau 1, penyimpangan dari ideal menjadi lebih besar, dan kurva tekanan uap akan
mencapai minimum atau maksimum.
Gambar Tekanan total dan parsial larutan nyata (25°C).
Penyebab penyimpangan dari perilaku ideal sebagian besar disebabkan oleh besarnya
interaksi molekul. Bila pencampuran komponen A dan B menyebabkan absorpsi kalor dari
lingkungan (endoterm), interaksi molekul antara dua komponen lebih kecil daripada pada
masing-masing komponen, dan penyimpangan positif dari hukum Raoult akan terjadi.
Sebaliknya, bila pencampuran menghasilkan kalor ke lingkungan (eksoterm), penyimpangan
negatif akan terjadi.
Bila ikatan hidrogen terbentuk antara komponen A dan komponen B, kecenderungan
salah satu komponen untuk meninggalkan larutan (menguap) diperlemah, dan penyimpangan
negatif dari hukum Raoult akan diamati. Kesimpulannya, penyebab penyimpangan dari hukum
Raoult sama dengan penyebab penyimpangan dari hukum gas ideal.
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku
Bila dibandingkan tekanan uap larutan pada suhu yang sama lebih rendah dari tekanan
uap pelarutnya. Jadi, titik didih normal larutan, yakni suhu saat fasa gas pelarut mencapai 1
atm, harus lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Fenomena ini disebut dengan kenaikan titik
didih larutan.
Dengan menerapkan hukum Raoult pada larutan ideal, kita dapat memperoleh hubungan
berikut:
pA = pA0 xA = pA
0 [nA /(nA + nB)]
(pA0- pA)/ pA
0 = 1 – xA = xB
xA dan xB adalah fraksi mol, dan nA dan nB adalah jumlah mol tiap komponen. Persamaan
ini menunjukkan bahwa, untuk larutan ideal dengan zat terlarut tidak mudah menguap,
penurunan tekanan uap sebanding dengan fraksi mol zat terlarut.
Untuk larutan encer, yakni nA + nB hampir sama dengan nA, jumlah mol nB dan massa
pada konsentrasi molal mB diberikan dalam ungkapan.
xB = nB/(nA + nB) = nB/nA= nB/(1/MA) = MAmB
MA adalah massa molar pelarut A. Untuk larutan encer, penurunan tekanan uap
sebanding dengan mB, massa konsentrasi molal zat terlarut B.
Perbedaan titik didih larutan dan pelarut disebut dengan kenaikan titik didih, Tb. Untuk
larutan encer, kenaikan titik didih sebanding dengan massa konsentrasi molal zat terlarut B.
Tb = Kb mB
Tetapan kesebandingan Kb khas untuk setiap pelarut dan disebut dengan kenaikan titik didih
molal.
Hubungan yang mirip juga berlaku bila larutan ideal didinginkan sampai membeku. Titik
beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Perbedaan antara titik beku larutan dan
pelarut disebut penurunan titik beku, Tf. Untuk larutan encer penurunan titik beku akan
sebanding dengan konsentrasi molal zat terlarut mB
Tf = Kf mB
Tetapan kesebandingannya Kb khas untuk tiap pelarut dan disebut dengan penurunan titik beku
molal.
Tabel Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal.
Pelarut titik didih (°C) Kb Pelarut titik beku (°C) Kf
CS2 46 2.40 H2O 0 1.86
aseton
55,91,69 Benzen 5,1 5,07
Benzen 79,8 2,54 asam asetat 16,3 3,9
H2O 100 0,51 Kamfer 180 40
Di Tabel ini beberapa nilai umum kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal
diberikan. Dengan menggunakan nilai ini dan persamaan dimungkinkan untuk menentukan
massa molar zat terlarut yang belum diketahui. Kini, penentuan massa molekul lebih mudah
dilakukan dengan spektrometer massa. Sebelum spektrometer massa digunakan dengan rutin,
massa molekul umumnya ditentukan dengan menggunakan kenaikan titik didih atau penurunan
titik beku. Untuk kedua metoda, derajat kesalahan tertentu tak terhindarkan, dan keterampilan
yang baik diperlukan agar didapatkan hasil yang akurat.
D. Alat dan Bahan
Bunsen
Pipet ukur
Gelas ukur
Gelas kimia
Kasa asbes
Kaki tiga
Termometer
Larutan
E. Prosedur Kerja
1. Siapkan larutan NaCl 60 %
2. Encerkan masing-masing menjadi 12%, 13% dan 16%
3. Panaskan dan catat titik didihnya
4. Buat grafik
F. Data Pengamatan
Grafik Hubungan Konsentrasi dengan titik didih :
12% 13% 16%90.5
91
91.5
92
92.5
93
93.5
94
94.5
95
95.5
G. Perhitungan
Perhitungan pengenceran larutan NaCl dari NaCl 60%
1. Larutan NaCl 12%
V1 . K1 = V2 . K2
V1 . 60% = 50 . 12%
V1 = 10 mL
Jadi, 10 mL NaCl 60% dalam 40 mL aquadest
2. Larutan NaCl 13%
V1 . K1 = V2 . K2
V1 . 60% = 50 . 13%
V1 = 10,83mL
Jadi, 10,83 mL NaCl 60% dalam 39,17 mL aquadest
3. Larutan NaCl 16%
V1 . K1 = V2 . K2
V1 . 60% = 50 . 16%
V1 = 10 mL
Jadi, 13,33 mL NaCl 60% dalam 36,67 mL aquadest
H. Pembahasan
NaCl yang semakin besar disebabkan oleh penambahan komposisi solute (NaCl)
dalam larutan. Semakin besar komposisi solute maka mol dari larutan juga
semakin tinggi. Akibatnya fraksi mol pun demakin tinggi sehingga tekanan
parsialnya semakin tinggi, seperti percobaan ini sesuai dengan hukum Roult.
Adapun bunyi hukum, ”semakin banyak zat yang terlarut di dalam larutan, maka
semakin besar pula titik didihnya”.
Dari hasil pengamatan titik didih larutan <100 0C disebabkan kadar kemurnian
NaCl yang tercampur dalam larutan sudah berkurang sehingga Tb larutan atau
titik didih larutan tersebut tidak mencapai 100 0C.
Menurut teori diketahui bahwa titik didih NaCl adalah 1465 0K, sehingga dapat
dilihat bahwa NaCl memiliki titik didih lebih tinggi dari akuades (titik didih
akuades : 373 0K).
I. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami bisa menentukan suhu titik didih
dari suatu larutan garam. Data yang kami dapat adalah senagai berikut
Semakin besar konsentrasi dan jumlah NaCl (solute non volatile) yang digunakan
maka tekanan uap parsial dari akuades (solvent) akan turun sehingga titik didih
dan kenaikan titik didih larutan akan semakin tinggi.
No Konsentrasi (%) Titik Didih (0 C)
1 12 % 92 0 C
2 13 % 93 0 C
3 16 % 95 0 C
J. Daftar Pustaka
1. http://putradnyana-kimia.blogspot.com/2010/08/rpp-1-sifat-koligatif-larutan-
xii1.html
2. source by :
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/cairan_dan_larutan/larutan/
3. Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika
(28)
4. kenaikan titik didih larutan , Sifat Koligatif Larutan http://belajarkimia.com/2010/07/
kenaikan-titik-didih-larutan/
5. Kimia.Penulis Nana Sutresna.Penerbit PT Grafindo Media Pratama
6. Praktis Belajar Kimia.Penulis Imam Rahayu.Penerbit PT Grafindo Media Pratama
7. Cerdas Belajar Kimia.Penulis Nana Sutresna.Penerbit PT Grafindo Media Pratama.
8. Kimia Sma.Penerbit Galangpress Group.
9. Kimia SMA/MA Kls XII (Diknas).Penulis Suyatno.Penerbit Grasindo.
10. Jago Kimia SMA. Penulis Esvandiari. Penerbit Niaga Swadaya.
11. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Rima_Nurmalasari_060505/ kenaikan_titik_didih_larutan.html