LAPKAS PINGUEKULA.doc

21
LAPORAN KASUS PINGUEKULA Dosen Pembimbing : dr. Hj. Ratna Mahyudin, Sp.M Disusun oleh : Suci Lestari ( 2010730102 ) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013/2014 1 | Case Presentation – Pinguekula

Transcript of LAPKAS PINGUEKULA.doc

LAPORAN KASUS

PINGUEKULA

Dosen Pembimbing : dr. Hj. Ratna Mahyudin, Sp.MDisusun oleh :

Suci Lestari

( 2010730102 )FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013/2014

BAB IPENDAHULUANPinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Insiden Pinguekula cukup tinggi di Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%. Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter.Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral. Pinguekula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits) dan tak berbentuk (amorphous). Diagnosis pinguekula biasanya ditegakkan dengan observasi eksternal, secara umum menggunkan slit lamp. Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis. Eksisi jaringan pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula mengganggu tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi meradang secara kronis. Penggunaan dari steroid topical dapat juga dipertimbangkan pada pasien dengan inflamasi kronis. BAB II

LAPORAN KASUS1. Identitas PasienNama

: Tn. SUmur

: 42 tahunJenis Kelamin

: Laki-lakiPekerjaan

: TNI-ADAgama

: IslamSuku

: JawaAlamat

: CakungTanggal Pemeriksaan : 6 oktober 20142. AnamnesisA. Keluhan Utama: Benjolan pada mata kanan.B. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik Mata RSIJ pondok kopi dengan keluhan terdapat benjolan pada mata kanan sejak sekitar satu bulan yang lalu. Benjolan ini muncul tiba-tiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak beberapa mingu yang lalu. Sebelumnya pasien mengaku matanya merah namun sekarang tidak merah lagi. Gatal, kotoran mata, mata berair, penglihatan buram disangkal oleh pasien. C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit mataPasien menyangkal belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya dan menyangkal riwayat trauma pada mata. Pasien mengaku bahwa sering mengalami mata merah sebelumnya.

D. Riwayat PengobatanPasien belum pernah berobat sebelumnya

E. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien.F. Riwayat AlergiPasien menyangkal riwayat alergi obat.

Pasien menyangkal alergi makananPasien menyangkal alergi debu/bulu binatang

G. Riwayat Psikosisoal

Pasien mengaku bahwa sehari-harinnya sering terpapar sinar matahari dan debu di jalan.3. Pemeriksaan FisikA. Status Generalis

Keadaan Umum: BaikKesadaran

: Compos mentisB. Status Lokalis

ODOS

6/ 20Visus6/20

OrtoforiaKedudukan Bola MataOrtoforia

Baik kesegala arahPergerakan Bola MataBaik ke segala arah

TAKPalpebraTAK

TAKKonjungtiva Tarsalis SuperiorTAK

Pinguekula (+)Konjungtiva BulbiPinguekula (+)

TAKKonjungtiva Tarsalis InferiorTAK

Jernih KorneaJernih

Sedang COASedang

coklat, kripte (+)Iriscoklat, kripte (+)

Bulat, isokor, reflex cahaya (+)PupilBulat, isokor, reflex cahaya (+)

JernihLensaJernih

4. Resume

Pasien datang ke poliklinik Mata RSIJ pondok kopi dengan keluhan terdapat benjolan pada mata kanan sejak sekitar satu bulan yang lalu. Benjolan ini muncul tiba-tiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak beberapa mingu yang lalu. Sebelumnya pasien mengaku matanya merah namun sekarang tidak merah lagi.

Konjungtiva bulbi : OD : Pinguekula (+)5. Penatalaksanaan

a. terapi eksisi pinguekula b. Edukasi :

- Lindungi mata dari sinar matahari, debu dan polusi dengan menggunakan kacamata- Menjaga kebersihan mata- Rajin kontrol mata tiap bulan

6. Pronosis Prognosis pada pasien ini, meliputi : Prognosis pengelihatan (ad functionam)Bonam Prognosis nyawa (ad vitam)BonamBAB IVTINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi

Pinguekula adalah suatu tumor jinak berupa penonjolan bewarna putih kekuningan di konjuntiva yang biasanya tumbuh di daerah nasal konjungtiva.2

2.5 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya pinguekula.

Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter.4

1. Radiasi ultraviolet

Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguekula adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. Letak lintang, waktu di luar rumah, penggunaan kacamata dan topi juga merupakan faktor penting.3,5

2. Faktor Genetik

Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pinguekula dan berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan pinguekula, kemungkinan diturunkan autosom dominan. 3. Faktor lain

Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesis dari pinguekula. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu, dry eye juga dapat menyebabkan pinguekula.22.6 Patogenesa

Lesi degeneratif dari konjungtiva bulbar ini terjadi sebagai hasil dari radiasi sinar ultraviolet (UV), namun sering juga dihubungkan dengan iritasi benda iritan seperti debu. Sel epithelium yang melapisi pinguekula dapat saja normal, menipis, atau menebal. Sementara kalsifikasi jarang terjadi.3

Pinguekula biasanya terjadi secara bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinan yang sama untuk kontak dengan sinar ultra violet, debu dan kekeringan.3

Daerah nasal konjungtiva relatif mendapat sinar ultra violet yang lebih banyak dibandingkan dengan konjungtiva yang lain, karena disamping kontak langsung, juga dari pantulan hidung. Hal ini mengakibatkan pinguekula lebih sering terjadi pada daerah nasal konjungtiva.2,3

Pinguekula dianggap terjadi akibat degenerasi atau degradasi serat kolagen dalam konjungtiva. Degenerasi konjungtiva menciptakan deposit dan pembengkakan jaringan yang biasanya akan datar.Pinguekula lebih umum terjadi pada orang paruh baya atau lebih tua. Hal ini karena seiring bertambahnya usia, kelenjar lakrimalis mulai menurun fungsinya untuk membasahi mata sehingga mata cenderung kering dan tidak terlindungi. Namun, mereka bisa muncul lebih awal jika seseorang di bawah sinar matahari sangat sering. Pinguekula mungkin bertambah parah dari waktu ke waktu dan tumbuh lebih besar terutama jika perlindungan terhadap matahari tidak digunakan.2.7 Manifestasi Klinis

Pinguekula sering bermanifestasi di dekat limbus pada zona interpapebral, paling sering daerah nasal, berupa penonjolan putih kekuningan, deposit subepithelial yang amorf. Pinguekula dapat membesar secara bertahap dalam periode waktu yang lama. Inflamasi berulang dan iritasi okuli mungkin dijumpai.2

Gambar 2.3 Pinguekula

Sumber: www.ocularpathology.com

Gambar 2.4 Pinguekula

Sumber: http://www.stlukeseye.com

2.8 Diagnosis

Seorang dokter mata biasanya dapat mendiagnosa pinguekula dengan observasi eksternal, secara umum menggunkan instrumen yang disebut slit lamp. Slit lamp adalah sebuah mikroskop dengan sumber cahaya dan dapat memperjelas struktur mata bagi pemeriksa. Bagaimanapun, karena pinguekula dapat saja terlihat seperti pertumbuhan jaringan mata yang serius, penting bagi penderita untuk memeriksakan mata mereka pada ahli mata yang profesional.Evaluasi Laboratorium

Secara histopatologi, jaringan kolagen subepitelial menjadi berfragmen, bergelombang, dan lebih basofilik dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Jaringan juga diwarnai dengan pewarna jaringan elastic dan bukan jaringan yang tidak elastic. Jaringan ini biasanya tidak elastik terhadap terapi dengan elastase yang tidak mencegah pewarnaan positif untuk elastin. Jenis degenerasi kolagen ini, sebagaimana karakteristik pewarnaan pada jaringan elastic disebut elastoid atau degenerasi elastotik atau secara sederhana, elastosis.

Ada 3 karakteristik pinguekula yang konsisten:1. Degenerasi basofilik kolagen (elastosis). Perubahan ini bermanifestasi sebagai nodul dari degenerasi basofilik terfragmentasi (panah berlabel di fotomikrograf mag rendah di bawah dan panah no. 1). Juga disebut degenerasi kolagen elastotic karena akan merosot noda hitam dengan Verhoeff-van Gieson noda dan memberikan penampilan serat elastis. Kontroversi muncul karena beberapa peneliti percaya sudah ada serat elastis yang terlibat sementara yang lain menunjukkan elastase yang tidak menghilangkan noda tersebut. Ada juga mungkin degenerasi kolagen urat saraf yang tidak basofilik.

Gambar 2.5 Histopatologi Pinguekula

Sumber: www.ocularpathology.org

2. Peradangan kronis di substantia propria. Peradangan biasanya dimediasi oleh limfosit dan sel-sel inflamasi mononuklear (panah No. 2 di pembesaran tinggi).3. Peningkatan vaskularisasi (panah No. 2 dan panah No. 3 pada perbesaran tinggi). Tidak ada dari temuan ini yang khusus, namun mereka hampir tidak berubah. Selain epitel yang melapisi dikatakan menipis, epitel dapat pula hiperplastik atau displastik (dalam hal diagnosis utama adalah displasia). Mungkin terdapat pula fokus keratinisasi.

Gambar 2.6 Histopatologi Pinguekula

Sumber: www.ocularpathology.com

2.9 Penatalaksanaan

Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis. Eksisi jaringan pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula mengganggu tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi meradang secara kronis. Penggunaan dari steroid topical dapat juga dipertimbangkan pada pasien dengan inflamasi kronis.2,3

Bagaimanapun, proses penyembuhan pasca operasi pengangkatan jaringan pinguekula, walaupun tidak sakit, biasanya membutuhkan waktu yang lama. Biasanya juga terdapat angka kekambuhan yang tinggi (50-60% di beberapa daerah). Sehingga, operasi biasanya dihindari jika masalah yang timbul akibat pinguekula tidak begitu signifikan.2,5,6

Komplikasi pinguekula termasuk; merah, iritasi, skar kronis pada konjungtiva dan kornea, pada pasien yang belum eksisi, distorsi dan penglihatan sentral berkurang, skar pada otot rektus medial yang dapat menyebabkan diplopia.2,5,6

Komplikasi sewaktu operasi antara lain perforasi korneosklera, graft oedem, graft hemorrhage, graft retraksi, jahitan longgar, korneoskleral dellen, granuloma konjungtiva, epithelial inclusion cysts, skar konjungtiva, skar kornea dan astigmatisma, disinsersi otot rektus. Komplikasi yang terbanyak adalah rekuren pinguekula post operasi.2,6

Beberapa metode telah digunakan untuk mengurangi kekambuhan pasca operasi. Satu metode yang dapat dipertimbangkan adalah radiasi beta. Walaupun metode ini efektif pada pertumbuhan ulang pinguekula yang lambat, metode ini dapat menimbulkan katarak. Metode yang aman digunakan adalah penggunaan agen antikanker topikal yakni mitomycin-C.2,3

2.10 Pencegahan

Belum ada hal yang begitu pasti untuk mencegah timbulnya kelainan ini, ataupun mencegah pinguekula berkembang jadi pterigium. Bagaimanapun, timbulnya pinguekula dan pterigium telah dihubungkan dengan radiasi sinar ultraviolet. Oleh karena itu, paparan terhadap sinar matahari harus dikurangi. The American Optometric Association (AOA) menyarankan bahwa sunglasses yang dipakai harus mampu menahan 99-100% dari sinar UV-A dan UV-B. Pasien juga dapat menghindari debu dan iritan lain yang terdapat di lingkungan.2,4

2.11 Prognosis

Biasanya pinguekula tumbuh secara lambat dan jarang sekali menyebabkan kerusajan yang signifikan sehingga prognosis terbilang baik. Sekali lagi, sebuah diagnosis harus dibuat untuk menyingkirkan kelainan yang serius.2,5DAFTAR PUSTAKA1. Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy of opthalmology

2. Gerhand K. 2004. Lang. Ophtalmology : A Pocket Book Atlas. 2nd Edition. Germany : Theime. 3. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

4. J.Kankski. 2010 . Signs in Ophthalmology : Causes and Differential Diagnosis. United Kingdom : Elsevier.5. J.Kanski & Bowling. 2011. Clinical Opthalmology : A Systemic Approach. 7th Edition. United Kingdom : Elsevier. 6. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran. Perdami

7. Vaughan & Asbury dkk. 2010. Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC.

7 | Case Presentation Pinguekula