LAPKAS ONKOLOGI 2014.doc
-
Upload
rizky-rezaldi-syahrullah -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
Transcript of LAPKAS ONKOLOGI 2014.doc
LAPORAN KASUS
CARSINOMA MAMMAE DEKSTRA
Oleh
PRISCILLIA TONDOLAMBUNG
PINGKAN SUWU
NATALIA LIMEN
FRANGKY NGANTUNG
REYNALDI HADIWIJAYA
MARIA FITRICILIA
ZULKARNAIN ZAINUDDIN
ANDRE SIMANJUNTAK
MARCELLA MERUNG
RICHIE CIANDRA
RONALD TAMPUBOLON
Supervisor Pembimbing:
dr. Victor Pontoh, SpB (K) Onk
BAGIAN ILMU BEDAH FK UNSRAT
RSUP. DR. R.D. KANDOU MANADO
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan
berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel - sel (jaringan) payudara.
Kanker payudara merupakan keganasan yang berasal dari parenkim, stroma,
areola dan papilla mammae. Hal ini bisa terjadi terhadap wanita maupun pria.
Keganasan kanker payudara paling sering pada wanita di negara maju dan nomor
dua setelah kanker serviks di negara berkembang dan merupakan 29% dari
seluruh kanker yang di diagnosis tiap tahun.1,2
Insiden kanker payudara adalah tertinggi pada perempuan dengan latar
belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi. Di Amerika Serikat pada tahun 2005,
ditemukan kasus baru berkisar 212.930 kasus dan sekitar 40.870 meninggal. Saat
ini rata-rata insidensi meningkat kira-kira 400 per 100.000 wanita di atas 50
tahun, biasanya pada usia dimana skrining populasi ditawarkan.3 Menurut
National Cancer Institute’s Surveillance, Epidemiology and Result Program
insiden kanker payudara meningkat cepat selama dekade ke empat kehidupan.
Setelah menopause insiden terus meningkat tapi lebih lambat, puncaknya pada
dekade 7 dan 8 dan menurun setelah umur 80 tahun.1,2
Kanker payudara suatu penyakit yang lazim terjadi. Saat ini sekitar 1 dari
setiap 14 wanita (7%) akan menderita kanker payudara. Lima puluh persen wanita
akan meninggal karena penyakit ini. Dari seluruh penjuru dunia, penyakit kanker
payudara (Breast Cancer/Carcinoma mammae) diberitakan sebagai salah satu
penyakit kanker yang menyebabkan kematian nomor lima (5) setelah; kanker
paru, kanker rahim, kanker hati dan kanker usus. Walaupun belakangan ini wanita
melaporkan massa mencurigakan lebih dini ke dokternya, namun angka mortalitas
tetap tinggi dan berhubungan langsung dengan stadium penyakit saat diagnosis.1,2,4
Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi
nomor dua setelah kanker serviks dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun
insidennya meningkat. Jumlah kanker payudara di Indonesia didapatkan kurang
lebih 23140 kasus baru setiap tahun (200 juta populasi). Hal ini mungkin karena
kurangnya informasi, letak geografis, pendidikan, banyaknya iklan yang
2
menerangkan tentang pengobatan alternatif, kurangnya alat diagnosis seperti
mamografi, USG dan kurangnya ketrampilan tenaga medis dalam mendiagnosis
keganasan payudara.1,2
Modified radical mastectomy merupakan suatu tindakan operasi
mastektomi yang mengkombinasikan eksisi jaringan dari seluruh jaringan
payudara dari payudara yang terkena bersamaan dengan pengangkatan nodus
limfe dari ketiak payudara yang mengalami perubahan keganasan yang
bersangkutan. Tujuan dari MRM yaitu pengangkatan karsinoma mammae. MRM
merupakan prosedur bedah yang paling sering dilakukan untuk karsinoma
mammae stadium dini.5
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Embriologi dan Anatomi Payudara
Kelenjar payudara (mammae) merupakan kelenjar yang mulai tumbuh sejak
minggu keenam masa embrio berupa penebalan pada ektodermal sepanjang milk
line yang terletak dari aksila sampai pertengahan pelipatan paha/inguinal. Dalam
perkembangannya pertumbuhan di milk line itu akan mengalami rudimenter dan
hanya menetap di daerah dada saja. Kelenjar payudara menjadi fungsional saat
pubertas dan akan meberikan respons terhadap estrogen pada perempuan.
Kelenjar payudara mencapai puncak perkembangan saat kehamilan dan berfungsi
memproduksi air susu setelah melahirkan. Selanjutnya kelenjar payudara
mengalami involusi pada saat menopause.6
Payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adiposa yang
tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis
mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Ukuran
payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan ikat, bukan pada
jumlah glandularnya. Struktur payudara terdiri dari :6
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferus yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligamen
suspensorium Cooper ( berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus major bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di 10-100
alveoli sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1
cm sampai 2 cm untuk membentuk areola.
e. Jaringan ikat, pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf merupakan
stroma payudara.6
Batas anatomi payudara
4
Batas superior : Kosta II atau Kosta III (atau garis subclavicula)
Batas Inferior : Kosta VI atau VII (submammary fold line)
Medial : Garis parasternal
Lateral : Garis aksila anterior6
Gambar 1. Anatomi Payudara (sumber: Atlas of Breast Surgery 2006)7
5
Gambar 2. Anatomi Payudara dan beberapa penyakit pada payudara (sumber:
Atlas of Breast Surgery 2006)7
Pengenalan batas payudara ini sangat penting pada waktu akan dilakukan operasi
mastektomi.
Pendarahan dan aliran limfatik payudara
a. Suplai darah berasal dari arteri mamaria interna, yang merupakan cabang A.
Subklavia. Pendarahan tambahan berasal dari A. Aksilaris melalui cabang
A. Torakalis lateralis, A. Torako dorsalis, dan A. Torako Akromialis. Aliran
6
darah balik melalui vena mengikuti perjalanan arteri ke V. Mammaria
interna dan cabang-cabang vena aksilaris menuju V. Kava Superior.
b. Aliran limfe pada payudara dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
aksila dan kelompok mamaria interna, 97% aliran limfatik menuju ke
kelenjar getah bening aksila, Tampak sakitkan 3% menuju ke kelenjar getah
bening mamaria interna.6
1. Kelompok Aksila
Merupakan jalur utama penyebaran regional kanker payudara primer. Kelompok
aksial dikelompokan menjadi :
a. Kelompok apikal atau subklavikula
b. Kelompok Vena Aksilaris
c. Kelompok Interpectoral atau Rotter’s
d. Kelompok Skapula
e. Kelompok Sentral\6
Cara lain untuk memudahkan kepentingan pemeriksaan patologi anatomi adalah
pembagian menjadi 3 Kelompok menurut Berg, yaitu level 1 (lateral m. Pektoralis
minor), level 2 (posterior m. Pektoralis minor), dan level 3 ( medial m. Pektoralis
minor).6
2. Kelompok mamaria interna.
Terletak retrosternal di ruang antar iga di daerah parasternal, di sepanjang
vasa mamaria interna.6
Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan fase pertama terjadi di ketika kelahiran hingga pubertas, fase kedua
yaitu pada masa reproduksi hingga masa klimakterium dan fase ketiga terjadi pada
saat menopause. Perubahan pada fase pertama dipicu oleh estrogen dan
7
progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan yang diatur oleh hipofisis.
Perubahan kedua terjadi pada usia reproduksi yang mengikuti siklus haid. Sekitar
hari ke-8 haid, payudara membesar dan beberapa hari sebelum haid terjadi
pembesaran maksimal. Pada saat kehamilan dan menyusui terjadi hiperplasi dan
hipertrofi duktus alveoli. Sekresi hormon prolaktin memicu alveolus
menghasilkan air susu dan disalurkan ke sinus, selanjutnya dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. Pada fase ketiga, yaitu pada masa pasca menopause terjadi
involusi kelenjar payudara dimana struktur kelenjar hilang diganti oleh lemak.6
II.2 Etiologi
Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk
berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki
beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko tersebut:6
Umur :
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata
pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause.
Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35 tahun,
tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan
stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.6,8
Riwayat kanker payudara :
Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara
mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang
lainnya.6
Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi
jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun.
8
Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau
ibu) yang menderita kanker payudara.6
Perubahan payudara tertentu :
Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang terlihat
abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan meningkat bila
memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical hyperplasia dan lobular
carcinoma in situ [LCIS].6
Perubahan Genetik :
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1
and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1
beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma, poorly differentiated, dan tidak
mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan invasive
ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan mengekspresikan reseptor
hormon.Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko
kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung
untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.6
Riwayat reproduksi dan menstruasi :
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko
untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru
memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah siklus
menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas, dan
menopause yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan juga dengan
peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari epitel payudara yang terjadi
pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua umur
seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker meningkat. Wanita
yang mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen, atau
mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga
meningkatkan risiko kanker.6
9
Ras :
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,
dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada
wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.6
Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :
Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara)
sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan
meningkat di kemudian hari.6
Kepadatan jaringan payudara :
Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang pemeriksaan
mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih padat, risiko untuk
menjadi kanker payudaranya meningkat.6
Overweight atau Obese setelah menopause:
Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause
meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen
utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi androstenedione menjadi
estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas berhubungan
dengan peningkatan paparan estrogen jangka panjang.6
Kurangnya aktivitas fisik :
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnyakurang, risiko untuk menjadi
kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu mengurangi
peningkatan berat badan dan obesitas.6
Diet
10
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan
meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak
dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan
meningkatkan risiko kanker.6
II.3 Diagnosis Karsinoma Mammae
a. Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mengidentifikasi identitas penderita, faktor
risiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan
dan riwayat penyakit yang pernah diderita. Keluhan utama yang sering umumnya
berupa benjolan di payudara.6
Keluhan-keluhan kanker payudara pada umumnya adalah:
Sebagian besar berupa benjolan yang padat keras
Perubahan bentuk puting
o Retraksi puting
o Puting mengeluarkan darah (nipple discharge)
o Eksem sekitar puting
Perubahan kulit
o Lesung pada kulit
o Retraksi kulit
o Berkerut seperti kulit jeruk
o Borok
o Eritema, edema
o Nodul satelit
Benjolan di aksila6
b. Pemeriksaan fisik
11
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
sistemik. Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis
(tanda vital pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya
metastase dan atau kelainan medis sekunder. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
untuk menilai status lokalis dan regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara
sistematik, berupa inspeksi dan palpasi.6
Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan
posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang. Inspeksi pada
kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis di kelenjar
getah bening.6
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang lengan
ipsilateral dia tas kepala dan punggung diganjal bantal, kedua payudara dipalpasi
secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular maupun radial. Palpasi
aksila dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang
lengan pasien. palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikular.6
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang, lengan
ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal, kedua payudara dipalpasi
secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial. Palpasi
aksila dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang
lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.6
II.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Pencitraan
o Mammografi diagnostik
Mammografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil
mammografi. Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang
baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45
derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Tujuan mammografi
adalah skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan
follow up pengobatan.6
12
Skrining pada wanita dilakukan pada
o Wanita dengan risiko rata-rata untuk karsinoma mammae, skrining
per tahun dari usia 40 tahun
o Wanita dengan risiko yang meningkat untuk karsinoma mammae,
yaitu pada wanita dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2, atau pada
wanita dengan saudara dekat yang terbukti memiliki mutasi BRCA
(ibu, saudari atau anak). Skrining dilakukan mulai usia 30 tahun.7
Gambaran mammografi untuk lesi ganas dibagi menjadi tanda primer
dan tanda sekunder.
Tanda primer
o Densitas yang meninggi pada tumor
o Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi
ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
o Gambaran translusen di sekitar tumor
o Gambaran stelata
o Adanya mikroklasifikasi sesuai kriteria Egan
o Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis
Tanda sekunder
o Retraksi kulit atau penebalan kulit
o Bertambahnya vaskularisasi
o Perubahan posisi puting
o Kelenjar getah bening aksila (+)
o Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
o Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas
o USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
Serupa dengan mammografi. Gambaran USG pada benjolan yang
harus dicurigai ganas di antaranya.6
o Permukaan tidak rata
13
o Taller than wider
o Tepi hiperekoik
o Echo interna heterogen
o Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam
tumor membentuk sudut 90 derajat.6
o MRI Payudara
Pada MRI payudara akan terlihat kontras antara jaringan payudara dan
lemak karena perbedaan mobilitas dan lingkungan magnet dari atom
hidrogen di air dan lemak.
b. Pemeriksaan Patologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku untuk diagnosis
definitif. Pemeriksaan ini dilakukan pada spesimen biopsi jaringan dan
spesimen mastektomi.
c. Pemeriksaan Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk kanker
payudara adalah:
o Reseptor hormon yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor
progesteron (PR)
o HER2
o Ki-67
d. Penggunaan Triple Diagnostik pada Karsinoma Mammae
Triple diagnostic pada kanker payudara adalah usaha yang dilakukan
untuk membantu menentukan keganasan pada kanker payudara. Triple
diagnostic yang dikerjakan: pemeriksaan fisik, pemeriksaan pencitraan,
dan pemeriksaan sitologi.
Keadaan berikut merupakan indikasi untuk dilakukan triple diagnostic:
o Semua tumor padat pada usia > 35 tahun
o Semua tumor yang diragukan sebagai tumor jinak pada semua usia
o Nipple discharge yang berupa darah disertai atau tanpa disertai tumor14
II.5 Stadium Karsinoma Mammae
Sistem derajat anatomis telah dikenal dan bersifat kompleks dengan
memperhatikan berbagai faktor penting seperti gambaran klinik, prosedur
pembedahan dan patologinya.2,4
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor ,
"N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). 2,4,9
T: Ukuran Tumor. Dalam gambar (mammogram atau USG) dari tumor,
ahli radiologi dapat membuat pengukuran ukuran tumor. Kadang hal ini sulit
untuk dilakukan, tergantung pada sudut dari tumor dalam kaitannya dengan film
gambar, atau jika tumor jauh di dalam payudara. Cara yang paling akurat untuk
mendapatkan ukuran tumor adalah operasi dan kemudian mengukurnya. Tumor
primer (T), staging tergantung pada ukuran tumor ada tidaknya fiksasi ke kulit,
fasia pektoralis dan costa dibawahnya. Tumor primer seharusnya digambarkan
secara memungkinkan menggunakan ukuran dalam sentimeter, bentuk,
konsistensi, lokasi dan hubungan dengan struktur jaringan sekitar. Ukuran Tumor
dibagi menjadi empat kelas: T-1 adalah 0-2 cm, T-2 yaitu dari 2 - 5 cm, T-3 lebih
besar dari 5 cm, dan T-4 adalah tumor dari berbagai ukuran yang telah menembus
(ulserasi) kulit, atau melekat pada dinding dada. 2,7,9
N: Node/ kelenjar getah bening. Ada dua cara untuk memeriksa kelenjar
getah bening: dengan sentuhan, dan dengan operasi. Jika kelenjar getah bening
diperiksa dengan sentuhan, dokter bedah Anda akan meraba (rasa) kulit tepat di
atas kelenjar getah bening, dan menilainya. Jika ahli bedah tidak dapat merasa
node bengkak, rating adalah N-0, jika ahli bedah dapat merasakan beberapa
pembengkakan dan berpikir bahwa node yang negatif (tidak kanker) rating adalah
N-1a, dan jika node bengkak dan muncul positif ( kanker) rating adalah N-1b. Jika
kelenjar getah bening merasa seperti mereka cukup bengkak dan berkumpul
15
bersama-sama (agak kental), mereka dinilai N-2, atau jika terletak dekat tulang
selangka, mereka dinilai N-3. Cara kedua untuk mengevaluasi kelenjar getah
bening adalah dengan biopsi sentinel node.
M: Metastasis. Metastasis mempengaruhi stadium kanker. Jika sampel
dari node pembedahan dan diuji, dan jelas dari kanker, dinilai M-0, tetapi jika
memiliki sel-sel kanker atau micrometastasis di dalamnya, dinilai M-1.
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan
dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan
klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union
Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC (American Joint
Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan
American College of Surgeons). 2,9,10
Ukuran Tumor
(T)
Interpretasi
Tx
T0
Tis
Tmic
T1
T1a
T1b
Tumor primer tidak dapat dinilai
Tidak adanya bukti adanya tumor
Lobular carcinoima in situ, ductus carcinoma in situ, Paget’s disease
Adanya mikro invasi ≤ 0,1 cm
Diameter ≤ 2 cm
Diameter 0,1 – 0,5 cm
Diameter >0,5 – 1 cm
16
T1c
T2
T3
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
Diameter >1 – 2 cm
Diameter tumor >2-5 cm
Diameter tumor > 5 cm
Berapapun diameternya dengan ekstensi ke dinding dada atau kulit dengan
fiksasi ke dinding dada
Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk muskulus pektoralis
Edema (termasuk peau d’orange) atau terdapat ulserasi a tau nodul satelit
pada payudara yang sama
Mencakup kedua hal diatas
Inflammatory carcinoma
17
Lymph Node (N) Interpretasi
Nx
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai (misal sudah diangkat
sebelumnya)
Kanker belum menyebar ke limfonodus
Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila ipsilateral dan dapat digerakkan
Kanker telah menyebar ke kelenjar ipsilateral, melekat satu sama lain
(konglomerasi) atau adanya pembesaran kelenjar mamaria interna
ipsilateral tanpa adanya metastasis ke kelenjar aksila
Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, terfiksir, atau berkonglomerasi
dengan struktur sekitar
Metastasis pada kelenjar mamaria interna ipsilateral tanpa metastasis ke
kelenjar aksila
Kanker telah menyebar ke kelanjar limfe infraklavikularis ipsilaterla, atau
terdapat metastyasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar lomfe supraklavikula ipsilateral
Metastasis ke kelenjar infraklavikular ipsilateral
Metastasis ke kelenjar mamaria interna dan aksila
18
Metastasis ke kelenjar supraklavikula
Metastase (M) Interpretasi
Mx
M0
M1
Metastasis jauh belum dapat dinilai
Tidak ada metastase ke organ jauh
Metastase organ jauh
Stage T N M
0 Tis N0 M0
IA T1a N0 M0
IB T0 N1mi M0
T1a N1mi M0
IIA T0 N1b M0
T1a N1b M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1a N2 M0
19
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC Any T N3 M0
IV Any T Any N M1
II.6 Penatalaksanaan Kanker Payudara Menurut Stadium
a. Stadium Dini
o Pembedahan pada kanker payudara stadium dini:
1. Breast conserving therapy (BCT)
2. Mastektomi radikal modifikasi
3. Skin sparring mastectomy
4. Nipple sparring mastectomy
5. Mastektomi dengan teknik onkoplasti.6
Suatu penelitian menunjukkan bahwa mastektomi radikal modifikasi dapat
menyebabkan komplikasi seperti infeksi luka terutama pada 5 hari pasca
operasi. Dengan melakukan peningkatan deteksi dini karsinoma mammae
pada stadium dini, breast conserving therapy dipertimbangkan sebagai
terapi yang tepat pada pasien stadium I adan II. BCS dilaporkan dapat
menurukan penderitaan pasien dengan mengurangi batas reseksi bedah dan
tidak mengurangi efektifitas terapi, sehingga dapat memenuhi keperluan
kosmetik dan dapat meningkatkan kualitas hidup.11,12
o Terapi adjuvan pada kanker payudara stadium dini
20
Terapi adjuvan pasca MRM dapat berupa kemoterapi, radioterapi, terapi
hormon, serta terapi target. Setiap terapi mempunyai indikasi dan syarat
tertentu. Terapi sistemik adjuvan diberikan dengan pertimbangan risiko
relaps dan kematian atau keuntungan yang akan diperoleh. Banyak faktor
prognostik yang memprediksi rekurensi atau kematian akibat kanker
payudara. Faktor prognostik yang paling kuat adalah usia pasien,
kormobiditas, ukuran tumor, grading tumor, jumlah KGB yang terlibat dan
status HER2.6
o Stadium Lanjut Lokal
Modalitas terapi yang dianjurkan adalah kemoterapi neoadjuvan atau
hormonal (dipilih berdasarkan pemeriksaan imunohistokimia yang diambil
pada biopsi jaringan tumor payudara sebelumnya), diikuti dengan
pembedahan dan atau terapi radiasi.
o Stadium Lanjut
Tatalaksana pada kanker payudara stadium lanjut merupakan terapi paliatif.
Pasien dengan reseptor hormon positif harus diberikan terapi hormon lebih
dahulu. Pada kasus dengan reseptor hormon negatif maka diberikan
kemoterapi atau terapi target. Pemberian obat-obatan kemoterapi lebih
disukai dalam bentuk monoterapi. Pemilihan kemoterapi kombinasi sesuai
dengan kombinasi pada kemoterapi adjuvan. Dari evidence based medicine
terapi kombinasi tidak lebih baik daripada monoterapi.6
21
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. MM
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat tinggal : Lumpias Kec. Dimembe
Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan dan luka pada payudara sebelah
kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Benjolan pada payudara sebelah kanan penderita pertama kali dialami
sejak 10 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit (tahun 2004).
Benjolan awalnya sebesar bola kelereng, konsistensi keras, bisa digerak-
gerakkan dan tidak disertai nyeri. Benjolan kemudian diakui penderita
semakin membesar setelah dilakukan pemeriksaan biopsi patologi anatomi
pada penderita 5 tahun yang lalu (tahun 2009). Sejak saat itu penderita
hanya berusaha berobat dengan menggunakan obat-obatan herbal.
Benjolan pada payudara mulai disertai rasa nyeri sejak 4 tahun yang lalu
(tahun 2010). Nyeri dirasakan hilang timbul pada benjolan dan sekitar
payudara. Benjolan pada payudara kemudian mulai disertai luka dan terasa
semakin nyeri sejak kira-kira 1 tahun yang lalu (tahun 2013). Benjolan
saat itu diakui penderita sudah sebesar bola tenis. Benjolan disertai luka
22
dan sering berdarah. Penderita kemudian dibawa ke RSUP Prof Kandou
Manado. Penderita lalu mulai menjalani kemoterapi pertama di RSUP Prof
Kandou sekitar bulan September 2014, kemoterapi kedua sekitar bulan
November 2014, dan kemoterapi ketiga 3 hari yang lalu (Desember 2014).
Riwayat haid pertama pasien pada usia 14 tahun, pasien merupakan ibu
dari tiga orang anak dengan riwayat menyusui (pasien lebih sering
menyusui dengan payudara sebelah kiri daripada sebelah kanan). Pasien
juga menggunakan kontrasepsi hormonal selama 14 tahun (tahun 2000
sampai sekarang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit diabetes melitus diakui penderita sejak 3 tahun yang
lalu.
Riwayat penyakit hipertensi juga diakui penderita sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit jantung, asam urat, ginjal disangkal oleh penderita.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini dalam keluarga.
Riwayat Pengobatan :
Penderita sempat minum obat-obatan herbal sebelum berobat dan
menjalani kemoterapi di RSUP Prof Kandou.
Riwayat Sosial :
Riwayat merokok, alkohol, disangkal penderita
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
R : 24 x/menit
S : 36,5 oC
2. Status Generalis
Kepala : normocephal
23
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Pupil kanan/kiri : bulat isokor, diameter 3mm/3mm
Lidah : beslag (-)
Gigi : caries (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Status lokalis
Regio mammae sinistra : Benjolan disertai luka berukuran 8 x 5
cm, konsistensi keras, fixed, nodul (-)
Regio Axilla d et s : Tidak teraba pembesaran KGB
Regio supraclavicular d et s: Tidak teraba pembesaran KGB
Auskultasi :
Paru-paru: Sp vesikular kiri = kanan, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : SI-II normal, bising (-), gallop (-)
Perut : Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Perkusi : timpani
Palpasi : lemas
Hati : tidak dievaluasi
Limpa : tidak dievaluasi
Kulit : Sawo matang
Kelamin : Perempuan, Normal
Tangan : Deformitas (-)
Kaki : Deformitas (-)
24
Status neorologis : Refleks Fisiologis ++ ++ Refleks Patologis -- --
++ ++ -- --
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (22 November 2014)
MCH 22,9 (pg)
MCHC 29,2 (g/dL)
MCV 78,3 (fl)
Leukosit 6.800 (/mm3)
Eritrosit 4,37 (/mm3)
Hemoglobin 10 (g/dL)
Hematokrit 34,2 (%)
Trombosit 234.000 (/mm3)
Creatinin Darah 0,9 (mg/dL)
Ureum Darah 15 (mg/dL)
Protein Total 7,7 (g/dL)
SGOT 13 (U/L)
SGPT 8 (U/L)
Natrium 144 (mmol/L)
Kalium 3,78 (mmol/L)
Chlorida 104,6 (mmol/L)
GDS 291 (mg/dL)
Foto Thorax PA (15 November 2014)
Kesan: Massa pada soft tissue
Massa pada mammae dextra
Hasil Pemeriksaan FNAB
25
Makroskopik : massa mammae dextra berbenjol-benjol, kenyal, berulkus hampir seluruh mammae, aspirasi 2 kali keluar sedikit darah.
Mikroskopik : hapusan tampak sel-sel epitel duktal anaplastik dengan inti pleomorfik, kromatin agak kasar, tersusun berkelompok dengan kohesi kurang baik dan tersebar. Latar belakang sel - sel darah merah.
Kesimpulan : suatu Karsinoma Duktal mengarah invasif.
D. Resume Masuk
Penderita perempuan umur 43 tahun masuk rumah sakit tanggal 20
November 2014, dengan keluhan benjolan disertai luka pada payudara
sebelah kanan. Benjolan dialami penderita pertama kali tahun 2004 (10
tahun yang lalu). Benjolan awalnya hanya sebesar kelereng dan tidak
nyeri. Lama kelamaan benjolan semakin besar sampai sebesar bola tenis,
disertai luka dan nyeri. Penderita didiagnosa dengan Ca mammae dextra.
Pada pemeriksaan fisik didapati TD 120/80 mmHg, Nadi 84 x/menit,
Respirasi 24 x/menit, Suhu 36,5 oC. Terdapat benjolan di regio mammae
dekstra dengan ukuran 8 x 5 cm, konsistensi keras, fixed, nodul (-).
E. Diagnosa Klinis
Karsinoma mammae dextra
F. Terapi
Rencana dilakukan Modified Radical Masectomy (MRM)
G. Follow Up Pasien
20/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
26
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 kali per menit
Respirasi : 22 kali per menit
Suhu badan : 36,60C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : MRM Selasa
Periksa DL, Na, K, CL, GDS, Albumin
Konsul toleransi operasi
21/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
27
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu badan : 36,60C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : MRM Selasa
Periksa DL, Na, K, CL, GDS, Albumin
Konsul toleransi operasi
22/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu badan : 36,50C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
28
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : MRM Selasa
Periksa DL, Na, K, CL, GDS, Albumin
Konsul toleransi operasi
23/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 20 kali per menit
Suhu badan : 36,50C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
Hasil FNAB: Carcinoma ductal mengarah invasif
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM29
Konsul Kardiologi ulang untuk toleransi operasi karena hasil DL,
Na, K, Cl sudah ada
24/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Respirasi : 20 kali per menit
Suhu badan : 36,60C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM
25/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit30
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu badan : 36,30C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM
26/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu badan : 36,60C
31
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM
27/11-2014
Jam 10.45 pasien di dorong ke OK 7 diukur tekanan darah 168/96, jam 10.50
tekanan darah 161/92, jam 10.55 tekanan darah 168/95
Lapor ke anestesi, operasi ditunda
28/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 82 kali per menit
Respirasi : 24 kali per menit
Suhu badan : 36,30C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
32
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM hari Senin 1/12-2014
Amlodipin 2x10 mg
29/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 20 kali per menit
Suhu badan : 36,50C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM hari Senin 1/12-2014
Amlodipin 2x10 mg
33
30/11-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 110 kali per menit
Respirasi : 20 kali per menit
Suhu badan : 36,80C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM hari Senin 1/12-2014
Amlodipin 2x10 mg
1/12-2014
S : Benjolan di payudara kanan
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
34
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 20 kali per menit
Suhu badan : 36,80C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: Benjolan berukuran 8 x 5 cm, retraksi
puting (+), nipple discharge (+), eritema (+), edema (+), ulkus (+)
A : Karsinoma mammae dekstra
P : Rencana MRM hari ini
H. Laporan Operasi (1 Desember 2014)
Penderita tidur terlentang dengan GA.
Asepsis dan antisepsis lapangan operasi.
Dilakukan insisi stewart 2 cm dari tepi tumor kemudian dibuat flap
Flap atas sampai bawah klavikula, flap medial sampai parasternal,
flap bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi
anterior M. Latisimus dorsi
Masectomy dimulai dari medial menuju lateral.
Dilakukan diseksi KGB level I, level II, dan level III A
Vena dan arteri menuju jaringan mammae diligasi sambil
diidentifikasi vasa dan M. Pectoralis longus dan thoracalis dorsalis
serta jaringan mammae dan KGB dilepaskan
Lapangan operasi dicuci dengan aquadest serta pasang drain 2
buah
Luka operasi ditutup lapis demi lapis.
Operasi selesai.
35
Instruksi post operasi:
IVFD RL: D5 2:1 28 gtt/menit
Ceftriaxone 2x1gr IV (ST)
Ranitidin 2x1 amp IV
Ketorolac 3x1 amp IV
Cek DL 2 jam post operasi
Hasil Lab 1/12-2014
Leukosit : 22.200/µL
Eritrosit : 5,1 x 106/µL
Hemoglobin: 10,6 g/dL
Hematokrit: 33,9 %
Trombosit : 355.000/µL
Na : 137 mEq/L
K : 2,8 mEq/l
Cl : 105 mEq/l
I. Follow Up Post Op
2/12-2014
S : Nyeri luka operasi
Anggota gerak kanan atas digerakkan (+)
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
36
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Respirasi : 20 kali per menit
Suhu badan : 36,50C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: terpasang drain 2 buah
Produksi atas 50 cc/ 24 jam, warna serroheroyl
Produksi bawah 25 cc / 24 jam, warna serroheroyl
A : Post MRM ec Karsinoma mammae dekstra H 1
P : IVFD RL: D5 2:1 28 gtt/menit
Ceftriaxone 2x1gr IV (ST)
Ranitidin 2x1 amp IV
Ketorolac 3x1 amp IV drips dalam NaCl 0,9% 500cc/24 jam
3/12-2014
S : Nyeri luka operasi ↓
Anggota gerak kanan atas digerakkan (+)
O :
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
37
Respirasi : 20 kali per menit
Suhu badan : 36,50C
Kepala: Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Regio mammae dekstra: terpasang drain 2 buah
Produksi atas 60 cc/ 24 jam, warna serroheroyl
Produksi bawah 30 cc / 24 jam, warna serroheroyl
A : Post MRM ec Karsinoma mammae dekstra H 2
P : IVFD RL: D5 2:1 23 gtt/menit
Ceftriaxone 2x1gr IV (ST)
Ranitidin 2x1 amp IV
Ketorolac 3x1 amp IV
Rawat luka
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Ca mammae merupakan suatu keganasan payudara dimana terjadi
pertumbuhan yang berlebihan dari sel payudara yang merupakan keganasan
terbesar kedua di Negara berkembang seperti Indonesia. Ca mammae dapat
didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang teliti.13,14
Penderita datang ke RSUP Prof Kandou dengan keluhan benjolan dan luka
di payudara kanan. Benjolan sudah dirasakan sejak 10 tahun SMRS, dengan
ukuran seperti kelereng yang tidak bertambah besar selama 5 tahun. Sekitar 5
tahun yang lalu, benjolan dirasakan semakin membesar dan disertai nyeri dan
luka. Ciri ini sesuai dengan ciri keganasan pada payudara. Benjolan pada
payudara yang tidak mengalami perubahan sebelumnya namun tiba-tiba terjadi
pembesaran, dapat dicurigai suatu keganasan.14
Faktor risiko yang dapat berperan dalam terjadinya kanker payudara yaitu
usia, riwayat keluarga dengan kanker payudara atau kanker ovarium, paritas, usia
menarche, penggunaan kontrasepsi hormonal, obesitas, riwayat kanker payudara
atau kanker ovarium sebelumnya, serta faktor lingkungan (merokok, konsumsi
alkohol, diet, serta paparan terhadap karsinogen di lingkungan).13,14 Pada kasus ini
didapatkan faktor risiko berupa usia yang lebih dari 40 tahun, dimana akan terjadi
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara pada wanita berusia di atas 40
tahun.15,16 Dari riwayat keluarga diketahui hanya pasien yang menderita sakit
seperti ini. Pasien memiliki anak 3 orang dan riwayat menyusui (+). Dari
kepustakaan mengatakan bahwa riwayat menyusui memiliki hubungan dengan
penurunan risiko menderita kanker payudara. Berdasarkan anamnesis ditemukan
39
bahwa pasien menggunakan kontrasepsi hormonal selama 14 tahun. Lebih dari
70% kanker payudara mengekspresikan kadar reseptor estrogen yang tinggi, dan
banyak dari tumor ini membutuhkan estrogen untuk mempertahankan
pertumbuhan dan perkembangannya. Reseptor estrogen memediasi proliferasi
kanker payudara melalui mekanisme transkripsi yang melibatkan rekrutmen dari
kompleks spesifik ko regulator untuk mempromosikan gen siklus sell. Coactivator
assosiated arginin methyltransferase (CARM1) merupakan regulator positif
aktivasi transkripsi yang dimediasi oleh ER. CARM1 penting dalam progresi
siklus sel yang diinduksi oleh ER. Dengan mekanisme di atas maka penggunaan
kontrasepsi hormonal meningkatkan resiko proliferasi sel yang berlebihan dan
kemudian menyebabkan timbulnya kanker.16 Faktor risiko lingkungan seperti
merokok dan mengkonsumsi alkohol juga disangkal oleh penderita.
Ciri khas Ca mammae yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik yaitu
adanya massa pada payudara, atau terjadi perubahan pada bentuk dan ukuran
payudara. Selain itu juga bisa terdapat skin dimpling, retraksi putting, peau d’
orange dan kadang dapat disertai dengan ulserasi. Massa pada payudara yang
ditemukan pada palpasi harus diperhatikan ukuran, konsistensi, serta mobilitas.
Massa yang keras serta terfiksasi data meningkatkan kecurigaan keganasan.6,14
Pada kasus ditemukan adanya massa pada payudara kanan dengan ukuran 8 x 5
cm, keras dan terfiksir. Selain itu juga ditemukan adanya ulkus pada payudara
kanan. Skin dimpling dan peau d’ orange juga ditemukan pada kasus ini. Hal
inilah yang meningkatkan kecurigaan Ca mammae pada kasus ini.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis Ca mammae yaitu pemeriksaan radiologi serta sitologi. Pemeriksaan
radiologi yang dapat dilakukan diantaranya ultrasonografi, mamografi, MRI serta
PET scan. Ultrasonografi merupakan salah satu pemeriksaan yang umum
dilakukan karena keterjangkauannya, meskipun spesifisitasnya rendah (34%).
Pemeriksaan penunjang yang paling baik dilakukan adalah mamografi atau PET
scan mengingat spesifisitas dan sensitivitasnya yang tinggi.6,13,14
Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan menggunakan biopsy aspirasi
jarum halus (FNAB).6,14 Pada kasus ini dilakukan FNAB dengan gambaran
mikroskopik sel-sel epitel duktal anaplastik dengan inti pleomorfik, kromatin agak
40
kasar, tersusun berkelompok dengan kohesi kurang baik dan tersebar. Latar
belakang sel – sel darah merah yang dapat disimpulkan suatu karsinoma ductal
mengarah invasif.
Terapi operatif merupakan terapi utama pada kanker payudara stadium
awal. Tujuan operasi pada kanker payudara mencakup reseksi komplit tumor
primer dengan tepi negatif untuk mengurangi risiko rekurensi lokal dan
pemeriksaan patologi tumor dan kelenjar getah bening aksila untuk mengetahui
prognosis. Terapi tambahan pada kanker payudara bertujuan untuk menangani
mikrometastasis. Terapi tambahan ini mencakup terapi radiasi dan terapi sistemik
seperti kemoterapi, dan hormonal terapi.6,14 Pada kasus ini diputuskan untuk
dilakukan modified radical mastectomy untuk mengurangi risiko terjadinya
rekurensi lokal.
41
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada
wanita. Diagnosis kanker payudara harus dilakukan secara dini untuk dilakukan
penatalaksanaan secara dini juga serta mencegah terjadinya metastase ke organ
lainnya. Diperlukan kesadaran dari pada wanita untuk dapat mengenali gejala-
gejala dari kanker payudara serta dapat melakukan deteksi dini terjadinya kanker
payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh wanita
itu sendiri untuk menentukan kelainan pada payudara yang mengarah ke kanker
payudara.
V.2 Saran
Deteksi dini pada kanker payudara perlu dilakukan agar pengobatan dapat
segera dilakukan saat stadium penderita masih dalam tahap awal.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba I. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta: Sagung Seto.
2010.
2. Casciato Dennis A. Penyunting. Manual of Clinical Oncology. Lippincot
William & Wilkin. United Kingdom: Philadelphia; 2012
3. 130 (105) Rutgers E. Screen-detected breast cancer. In: Graeme P,
Beauchamp D, Ruers (editors). Text Book of Surgical Oncology. United
Kingdom: Informa Health Care; 2007. h. 105-10.
4. Kanker Payudara. Available from: http://makalah-kesehatan-
online.blogspot.com/2009/01/kanker-payudara.html
5. Shaikh K, Shabbir MN, Ahmed I, Soomro S, dkk. Frequency of early
complication after modified radical mastectomy in breast cancer in tertiary
care centre. Pak J Surg 2013; 29(1): 17-22.
6. Kurnia A, Brahma B, Kusuma B, dkk. Panduan penatalaksanaan kanker
payudara. Jakarta: Peraboi; 2014.
7. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J. Atlas of Breast Surgery. Germany: Springer;
2006.
8. Lee CH, Dershaw D, Kopans D, dkk. Breast cancer screening with
imaging recommendations from the society of breast imaging and the ACR
on the use of mammograhy, breast MRI, breast ultrasound, and other
technologies for the detection of clinically occult breast cancer. J Am Coll
Radiol 2010;7:18-27.
9. Hoftsttater EW, Chung GG, Harris LN. Breast Cancer. In: Devita VT,
Hellman S, Rosenberg S (editors). Cancer Principles & practice of
43
Oncology: Primer of the Molecular Biology of Cancer. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2011.
10. Haryono S, Sukasah C, Swantari NM, dkk. Payudara. In: Sjamsuhidayat R,
Karnadihardja W, Prasetyono T, dkk (editors). Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 3, Jakarta: EGC; 2007. h. 471-89.
11. Hadi N, Soltanipour S, Abdolrasol T. Impact of modified radical
mastectomy on health related quality of life in women with early stage
breast cancer. Arch Iran Med. 2012; 15(8): 504 – 507.
12. Sun MQ, Meng AF, Huang XE, dkk. Comparison of psychological
influence on breast cancer patients between breast conseving surgery and
modified radical mastectomy. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention.
2013; 14: 149-152.
13. World Health Organization. Guidelines for management of breast cancer.
World Health Organization. Kairo; 2006.
14. Stopeck AT. Breast Cancer. Medscape; 2014. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1947145
15. Zimmerman BT. Understanding Breast Cancer Genetics. United States of
America: University Press of Mississippi; 2004.
16. Phipps AI, Chlebowski RT, Prentice R, McTiernan A, Wactawski-Wende
J, Kuller LH, dkk. Reproductive history and oral contraceptive use in
relation to risk of triple negative breast cancer. JNCI. 2011;103(6): 470-
477.
44