lapkas CHF

48
BAB 1 PENDAHULUAN Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Definisi gagal yaitu relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium, gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya. 1 Angka kejadian CHF semakin meningkat dari tahun ke tahun, tercatat 1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF dan 700.000 diantaranya harus dirawat di rumah sakit per tahun. Faktor risiko terjadinya gagal jantung yang paling sering adalah usia lanjut, 75 % pasien yang dirawat dengan CHF berusia antara 65 dan 75 tahun. Terdapat 2 juta kunjungan 1

description

2

Transcript of lapkas CHF

Page 1: lapkas CHF

BAB 1PENDAHULUAN

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai

pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.

Definisi gagal yaitu relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, penekanan arti

gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal

miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium, gagal miokardium

umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik

sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal

jantung dalam fungsi pompanya.1

Angka kejadian CHF semakin meningkat dari tahun ke tahun, tercatat

1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF dan 700.000

diantaranya harus dirawat di rumah sakit per tahun. Faktor risiko terjadinya gagal

jantung yang paling sering adalah usia lanjut, 75 % pasien yang dirawat dengan

CHF berusia antara 65 dan 75 tahun. Terdapat 2 juta kunjungan pasien rawat jalan

per tahun yang menderita CHF, biaya yang dikeluarkan diperkirakan 10 miliar

dollar per tahun. Faktor risiko terpenting untuk CHF adalah penyakit arteri

koroner dengan penyakit jantung iskemik. Hipertensi adalah faktor risiko

terpenting kedua untuk CHF. Faktor risiko lain terdiri dari kardiomiopati, aritmia,

gagal ginjal, dan penyakit katup jantung.2

1

Page 2: lapkas CHF

BAB 2LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama : Tn.S

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 76 Tahun

Alamat : Tanah Luas

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

No. MR : 40.64.65

TMRS : 10 April 2015

Tanggal Pemeriksaan : 10April 2015

2.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Sesak napas

2. Keluhan Tambahan : Mudah lelah,nyeri dada dan kaki bengkak.

3. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RSCM dengan keluhan sesak napas yang memberat

sejak satu malam sebelum masuk RS. Sesak dirasakan saat pasien beristirahat.

Sebelumnya pasien sudah mengeluhkan sesak sejak ±2 bulan belakangan yang

dirasakan saat pasien beraktifitas. Pasien merasakan sesak napas bila tidur

terlentang dan sering tidur menggunakan 2-3 bantal untuk menghilangkan sesak

napasnya. Pasien juga sering terbangun ditengah malam karena sesak napas.

2

Page 3: lapkas CHF

Pasien juga mengeluhkan mudah lelah sejak ±2 bulan yang lalu yang

timbul saat pasien beraktifitas ringan dan berkurang bila pasien istirahat. Nyeri

dada juga sering dirasakan pasien sejak ±2 bulan ini yang dirasakan diulu hati

yang menjalar sampai ke dada bahagian tengah seperti rasa terbakar setiap kali

pasien melakukan pekerjaan ringan selama 10-15 menit dan nyeri dada berkurang

ketika pasien istirahat.

Pasien juga mengalami bengkak di kedua belah kakinya. Bengkat sudah

dialami sejak ±1 bulan belakangan yang hilang timbul. Pasien juga mengeluhkan

batuk dimalam hari terutama sejak ±1 bulan yang lalu, batuk disertai dengan

dahak yang berwarna putih.

4. Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat Hipertensi disangkal

- Riwayat DM disangka

5. Riwayat Pengobatan

- Belum mendapat pengobatan sebelumnya

6. Riwayat Pola Makan

Pasien memiliki pola makan 3 kali sehari.Pasien juga sering

mengkonsumsi makanan-makanan bersantan dan goreng-gorengan, serta jarang

berolahraga.

3

Page 4: lapkas CHF

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Present

1. Keadaan umum : Lemah

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Pengukuran Tanda vital

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 62 kali/menit

Irama : irreguler

Tipe : kuat angkat

Isi : pulsus devisit

Suhu : 36,5° C

Respirasi : 32 kali/menit

Berat badan : 65 kg

Tinggi badan : 175 cm

Gizi : IMT = 21 (Normoweight)

B. Status Generalis

1. Kulit : Warna : Sawo matang

Sianosis : tidak ada

Turgor : cepat kembali

Kelembaban : cukup

Pucat : tidak ada

Lain-lain : tidak ada

2. Kepala : Bentuk : normosefali

4

Page 5: lapkas CHF

Lain-lain : -

Rambut :Warna : hitam

Tebal/tipis : tebal

Distribusi : merata

Lain-lain : tidak ada

Mata : Palpebra : edem (-/-)

Alis & bulu mata: tidak mudah dicabut

Konjungtiva : pucat (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Pupil : Diameter :isokor, normal

Reflek cahaya:(+/+)

Kornea : jernih/jernih

Telinga : Bentuk : simetris

Sekret : tidak ada

Serumen : minimal

Nyeri : tidak ada

Hidung : Bentuk : simetris

Pernafasan cuping hidung : tidak ada

Epistaksis : tidak ada

Sekret : tidak ada

Mulut : Bentuk : simetris

Bibir : mukosa bibir basah

Gusi : pembengkakan tidak ada, berdarah tidak ada

5

Page 6: lapkas CHF

Gigi-geligi : normal

Lidah : Bentuk : normal

Pucat/tidak : tidak pucat

Tremor/tidak : tidak tremor

Kotor/tidak : tidak kotor

Warna : kemerahan

Faring : Hiperemi : tidak ada

Edema : tidak ada

Tonsil : Warna : kemerahan

Pembesaran : T1/T1

Abses/tidak : tidak ada

Membran/pseudomembran : (-)

3. Leher :

Vena Jugularis, Pulsasi : 5+3 cmH2O

Pembesaran kelenjar : tidak ada

Kaku kuduk : tidak ada

Massa : tidak ada

4. Toraks :

a. Dinding dada/paru :

Inspeksi : Bentuk : simetris

Retraksi : tidak ada

Pernafasan : thorakal-abdominal

Palpasi : Fremitus fokal : simetris

6

Page 7: lapkas CHF

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi :

Suara Napas Dasar :Vesikuler

Suara Napas Tambahan : Rhonki basah halus di basal kedua paru (+/+),

Wheezing (-/-)

b. Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ics V linea axilla anterior sinistra

Palpasi : Apeks teraba di ICS V linea axilla anterior sinistra, thrill(-)

Perkusi :

Batas Atas : ICS II linea parasternal (S)

Batas Kanan : ICS V, 1cm lateral linea parasternal (D)

Batas Kiri : ICS V, 1cm lateral linea mid clavicula (S)

Auskultasi : Desah sistolik (+) di mitral, heart rate irreguler 90x/menit, pulsus

devisite

5. Abdomen :

Inspeksi : Bentuk : datar, simetris, benjolan (-)

Palpasi : Hati : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

Massa : tidak ada

Perkusi : Timpani/pekak : timpani

Asites : tidak ada

Auskultasi : bising usus (+) normal

7

Page 8: lapkas CHF

6. Ekstremitas :

- Umum : akral hangat,

Oedem pretibia (+/+)

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANGA. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

11 april 2015HEMATOLOGI KLINIK

Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHb 11,1 g% 13-18

LED -L : <15P : <20

Eritrosit 4,1 x 103/mm3 L : 4,5-6,5P : 3,8-5,8

Leukosit 8,3 x 103/mm3 4-11Hematokrit 35,4 % 37-47

MCV 84 fl 76-96MCH 26,7 pg 27-32

MCHC 31,8g% 30-35RDW 11,2,1 % 11-15

Trombosit 170 x 103/mm3 150-450URINALISA12 april 2015

Makroskopis Hasil Nilai NormalKekeruhan Jernih Jernih

Warna Kuning muda Kuning mudaBerat Jenis 1,015 1,010-1,035

pH 6 4,6-8,0Protein 25 mg (+) Negatif

Glukosa (Reduksi) Negatif NegatifBillirubin Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif NegatifKeton Negatif Negatif

Blood dan Hb Negatif Negatif

Leukosit Negatif NegatifMikroskopis

Eritrosit 0-2 0-3/LPBLeukosit 0-2 0-5/LPB

8

Page 9: lapkas CHF

Epitel 2-5 0-5/LPKKristal 0 0-2/LPK

METABOLISME KARBOHIDRATGlukosa Puasa 107 mg/dl 70-126

FUNGSI GINJAL

Ureum 84 mg/dl 20-40

Creatinin 1,51 mg/dl 0,6-1,6

Uric Acid 8,8 mg/dlL <7,2P <6,8

B. EKG

Irama irreguler, Heart Rate 74x/menit,T Inverted di lead II, III, AVF, PR

interval 0,2 detik tidak ditemukan, V1 atrial vibrilasi.

Kesan :atrial fibrilasi dan iskemik di inferior

C. FOTO THORAX

Kesan :

9

Page 10: lapkas CHF

Cardiomegali( CTR>56 %)

2.5 USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Echocardiography

b. Pemeriksaan Enzim Jantung (CK, CK-MB, Troponin T & I)

c. Angiografi koroner

2.6 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Congestive Heart Failure NYHA IV dengan Atrial fibrilasi NVR DD

1.PJK

2.kardiomiopati

2.7 TERAPI

1. Non Farmakologi

- Istirahat

- Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 gr pada gagal jantung

ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada

gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan)

2. Farmakologi

Oksigen 2-4 liter

IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/menit makro

Injeksi furosemide 40 mg 1amp/12 jam

Injeksi Ranitidin 50 mg 1 amp/12 jam

Injeksi Ondancetron 4mg 1 amp/12 jam

10

Page 11: lapkas CHF

Digoxin 0,25 mg 1x1

Aspilet 80 mg 1x1

Neurodex 1x1

Ambroxol 3x1C

2.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

2.9 STATUS FOLLOW UP

Tanggal S O A PSabtu11-4- 2015H+2

Sesak (+), cepat lelah (+),nyeri dada (+),Kaki bengkak (+) mual setiap makan (+), batuk (+)BAK (+), BAB (+)

Sens : CMTD : 90/60 mmHgHR : 70x/iNadi : 60x/iRR : 24x/iTemp 36.5oC

Desah sistolik (+), udem (-), ronkhi (+)

Congestive Heart Failure NYHA IV dengan Atrial fibrilasi NVR DD1.PJK2.kardiomiopati

Oksigen 2-4 literIVFD Nacl 0,9% 10 gtt/menit makroInjeksi furosemide 40 mg 1amp/12 jamInjeksi Ranitidin 50 mg 1 amp/12 jamInjeksi Ondancetron 4mg 1 amp/12 jam

Digoxin 0,25 mg 1x1Aspilet 80 mg 1x1Neurodex 1x1Ambroxol 3x1C

Minggu12-4- 2015H+3

Sesak (+), cepat lelah (+),nyeri dada (+),Kaki bengkak (↓) mual setiap makan (-), batuk (+)BAK (+), BAB (+)

Sens : CMTD:90/70 mmHgHR : 72x/iNadi : 60x/iRR : 24x/iTemp 36.5oC

Desah sistolik (+), udem (-), ronkhi (+)

Congestive Heart Failure NYHA IV dengan Atrial fibrilasi NVR DD1.PJK2.kardiomiopati

Oksigen 2-4 literIVFD Nacl 0,9% 10 gtt/menit makroInjeksi furosemide 40 mg 1amp/12 jamInjeksi Ranitidin 50 mg 1 amp/12 jamInjeksi Ondancetron 4mg 1 amp/12 jam

Digoxin 0,25 mg 1x1Aspilet 80 mg 1x1Neurodex 1x1Ambroxol 3x1C

11

Page 12: lapkas CHF

Senin13-4- 2015H+4

Sesak (+↓), cepat lelah (+↓),nyeri dada (+),Kaki bengkak (-), Nyeri kepala (+) mual setiap makan (-), batuk (+)

BAK (+), BAB (+)

Sens : CMTD : 80/60mmHgHR : 72x/iNadi : 61x/iRR : 22x/iTemp 36,7oC

Desah sistolik (+), udem (-), ronkhi (+↓),

Congestive Heart Failure NYHA III dengan Atrial fibrilasi NVR DD1.PJK2.kardiomiopati

Oksigen 2-4 liter AffIVFD Nacl 0,9% 10 gtt/menit makroInjeksi furosemide 40 mg 1amp/12 jam AffInjeksi Ranitidin 50 mg 1 amp/12 jamInjeksi Ondancetron 4mg 1 amp/12 jam

Digoxin 0,25 mg 1x1Aspilet 80 mg 1x1Neurodex 1x1

Ambroxol 3x1CSelasa14-4- 2015H+5

Lemas (+), Sesak (+↓),cepat lelah (+↓),nyeri dada (+↓),batuk (+)BAK (+), BAB(+)

Sens : CMTD : 80/60mmHgHR : 68x/iNadi : 54x/iRR : 22x/iTemp 36,6oC

Desah sistolik (+), udem (-), ronkhi (+↓),

Congestive Heart Failure NYHA III dengan Atrial fibrilasi NVR DD1.PJK2.kardiomiopati

Oksigen 2-4 literIVFD Nacl 0,9% 10 gtt/menit makroInjeksi Ranitidin 50 mg 1 amp/12 jamInjeksi Ondancetron 4mg 1 amp/12 jam

Digoxin 0,25 mg 1x1Aspilet 80 mg 1x1Neurodex 1x1Ambroxol 3x1C

Rabu15-4- 2015H+6

Lemas (+), Sesak (+↓),cepat lelah (+↓),nyeri dada (+↓),batuk (+)BAK (+), BAB(+)

Sens : CMTD : 110/90 mmHgHR : 74x/iRR : 22x/iNadi : 60x/iTemp 36.5 C

Desah sistolik (+), udem (-), ronkhi (+↓),

CHF e.c PJKNYHA III

Oksigen 2-4 liter AffIVFD Nacl 0,9% 10 gtt/menit makroInjeksi Ranitidin 50 mg 1 amp/12 jamInjeksi Ondancetron 4mg 1 amp/12 jam

Digoxin 0,25 mg 1x1Aspilet 80 mg 1x1Neurodex 1x1Ambroxol 3x1C

Kamis16-4- 2015H+7

Lemas (↓), Sesak (↓),cepat lelah (↓),nyeri dada (↓),batuk (+↓)

Sens : CMTD : 110/80mmHgHR : 70x/iRR : 22x/i

Congestive Heart Failure NYHA IIdengan Atrial fibrilasi NVR DD1.PJK2.kardiomiopati

IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/menit makroInjeksi Ranitidin 50 mg 1 amp/12 jamInjeksi Ondancetron 4mg 1 amp/12 jam

12

Page 13: lapkas CHF

BAK (+), BAB(+)

Nadi : 60x/iTemp 36,6oC

Desah sistolik (+), udem (-), ronkhi (↓),

Digoxin 0,25 mg 1x1Aspilet 80 mg 1x1Neurodex 1x1Ambroxol 3x1C

Jum’at17-4- 2015H+8

PBJ

Lemas (-), Sesak (↓),cepat lelah (↓),nyeri dada (-),batuk (+↓)BAK (+), BAB(+)

Sens : CMTD : 90/80mmHgHR : 72x/iRR : 20 x/iNadi : 62x/iTemp 36,5OC

Desah sistolik (+), udem (-), ronkhi (↓),

Congestive Heart Failure NYHA II dengan Atrial fibrilasi NVR DD1.PJK2.kardiomiopati

Ranitidin 150 mg 1x1Digoxin 0,25 mg 1x ½Aspilet 80 mg 1x1

Ambroxol 3x1C

BAB 3TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

13

Page 14: lapkas CHF

Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi

dapat memompakan cukup darah ke jaringan tubuh.Keadaan ini dapat timbul

dengan atau tanpa penyakit jantung.Gangguan fungsi jantung dapat berupa

gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau

ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian

pada pasien.Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal

jantung kanan.Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal

jantung kronis dekompensasi, serta gagal jantung kronis.2

3.2 Klasifikasi

Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam

pengenalan dan penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi tersebut antara lain

pembagian berdasarkan Killip yang digunakan pada Infark Miokard Akut,

klasifikasi berdasarkan tampilan klinis yaitu :

Klasifikasi Forrester

Stevenson

NYHA.2

Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard

akut, dengan pembagian:

Derajat I : tanpa gagal jantung

14

Page 15: lapkas CHF

Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop dan

peningkatan tekanan vena pulmonalis

Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.

Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik _ 90

mmHg) dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis) kongesti

paru, dan perbaikan oksigenasi jaringan.2

Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda

kongesti dan kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi

vena juguler, ronki basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung

pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atau square wave blood pressure pada manuver

valsava. Status perfusi ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit,

pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin dan penurunan

kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak

disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan

yang tidak disebut panas (warm).

Berdasarkan hal tersebut penderita dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

- Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)

- Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)

- Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)

- Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)

Menurut New York Heart Association ( NYHA ), gagal jantung di klasifikasikan

berdasarkan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari.

15

Page 16: lapkas CHF

Kelas I : sesak nafas ketika aktivitas berat

Kelas II : sesak nafas ketika aktivitas sedang

Kelas III : sesak nafas ketika aktivitas ringan

Kelas IV : sesak nafas ketika istirahat

3.3 Etiologi

Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi

cukup penting untung mengetahui penyebab dari gagal jantung, di negara

berkembang penyakit arteri koroner dan hipertensi merupakan penyebab

terbanyak sedangkan di negara berkembang yang menjadi penyebab terbanyak

adalah penyakit jantung katup dan penyakit jantung akibat malnutrisi.4

Pada beberapa keadaan sangat sulit untuk menentukan penyebab dari gagal

jantung.Terutama pada keadaan yang terjadi bersamaan pada penderita. Penyakit

jantung koroner pada Framingham Study dikatakan sebagai penyebab gagal

jantung pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita.4

Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor

yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat

badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan

sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung. Hipertensi telah

dibuktikan meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung pada beberapa

penelitian.Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa

mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri.Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan

dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko

terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu

16

Page 17: lapkas CHF

aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan

hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan perkembangan gagal jantung.4

Kardiomiopati didefinisikan sebagai penyakit pada otot jantung yang

bukan disebabkan oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung

kongenital, katup ataupun penyakit pada perikardial.

Kardiomiopati dibedakan menjadi empat kategori fungsional :

dilatasi (kongestif)

hipertrofi

restriktif

obliterasi.

Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit otot jantung dimana terjadi

dilatasi abnormal pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan.

Penyebabnya antara lain miokarditis virus, penyakit pada jaringan ikat seperti

SLE, sindrom Churg-Strauss dan poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertrofik

dapat merupakan penyakit keturunan (autosomal dominan) meski secara sporadik

masih memungkinkan.Ditandai dengan adanya kelainan pada serabut miokard

dengan gambaran khas hipertrofi septum yang asimetris yang berhubungan

dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati hipertrofik obstruktif).

Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta compliance ventrikel

yang buruk, tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan fungsi diastolik

(relaksasi) yang menghambat pengisian ventrikel.4,5

Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik, walaupun

saat ini sudah mulai berkurang kejadiannya di negara maju.Penyebab utama

17

Page 18: lapkas CHF

terjadinya gagal jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta.Regusitasi

mitral (dan regurgitasi aorta) menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan

preload) sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan

afterload).Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan

dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada

penderita hipertensi.Atrial fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul

bersamaan.Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan

gagal jantung akut maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial

fibrilasi).Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati

dilatasi (penyakit otot jantung alkoholik).Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 –

3% dari kasus.Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan defisiensi

tiamin.Obat – obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi

seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan

gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.5

3.4 Patofisiologi

Gagal jantung merupakan kelainan multisistem dimana terjadi gangguan

pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta

perubahan neurohormonal yang kompleks.Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan

pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal

ini menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem Renin –

Angiotensin – Aldosteron (sistem RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic

peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas

jantung dapat terjaga.6,7

18

Page 19: lapkas CHF

Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga

cardiac output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas

serta vasokonstriksi perifer (peningkatan katekolamin).Apabila hal ini timbul

berkelanjutan dapat menyeababkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi

simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit,

hipertofi dan nekrosis miokard fokal.6

Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin,

angiotensin II plasma dan aldosteron.Angiotensin II merupakan vasokonstriktor

renal yang poten (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik yang merangsang

pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis, menghambat tonus vagal dan

merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium

dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga memiliki efek

pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung.6,7

Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama

yeng memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat.

Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap

peregangan menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada manusia Brain

Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel,

kerjanya mirip dengan ANP.C-type natriureticpeptide terbatas pada endotel

pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan

vasodilatasi minimal.Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai respon

terhadap ekspansi volume dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis terhadap

angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi ladosteron dan reabsorbsi natrium di

19

Page 20: lapkas CHF

tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic peptide pada gagal jantung, maka

banyak penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker diagnostik dan

prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita gagal jantung.2,6

Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya

pada gagal jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga didpatkan pada

pemberian diuretik yang akan menyebabkan hiponatremia.2

Endotelin disekresikan oleh sel endotelpembuluh darah dan merupakan

peptidevasokonstriktor yang poten menyebabkan efekvasokonstriksi pada

pembuluh darah ginjal, yangbertanggung jawab atas retensi natrium.

Konsentrasiendotelin-1 plasma akan semakin meningkat sesuaidengan derajat

gagal jantung. Selain itu jugaberhubungan dengan tekanan pulmonary

arterycapillary wedge pressure, perlu perawatan dankematian. Telah

dikembangkan endotelin-1antagonis sebagai obat kardioprotektor yang

bekerjamenghambat terjadinya remodelling vaskular danmiokardial akibat

endotelin.2,6

Disfungsi diastolik merupakan akibatgangguan relaksasi miokard, dengan

kekakuandinding ventrikel dan berkurangnya complianceventrikel kiri

menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik.

Penyebabtersering adalah penyakit jantung koroner,hipertensi dengan hipertrofi

ventrikel kiri dankardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lainseperti infiltrasi

pada penyakit jantung amiloid.Walaupun masih kontroversial, dikatakan 30 – 40

%penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikelyang masih normal. Pada

20

Page 21: lapkas CHF

penderita gagal jantung sering ditemukan disfungsi sistolik dan diastolik yang

timbul bersamaan meski dapat timbul sendiri.

3.5 Diagnosis

Kriteria Framingham adalah kriteria epidemiologi yang telah digunakan

secara luas.Diagnosis gagal jantung kongestif mensyaratkan minimal 2 kriteria

mayor atau satu kriteria mayor disertai 2 kriteria minor. Kriteria minor tersebut

dapat diterima jika kriteria minor tersebut tidak berhubungan dengan penyakit

seperti hipertensi pulmonal, ppok, sirosis hati atau sindroma nefrotik.

Tabel 1. Kriteria FraminghamKriteria mayor Kriteria minor

Paroxysmal nocturnal dyspnea Edema malleolus bilateral

Distensi vena leher Dyspnea pada exersi biasa

Ronki basah basal Takikardia(.120/min)

S3 gallop Batuk nocturnal

Kardiomegali (rasio kardiotorak .50%

pada rontgen torak)

Hepatomegaly

Edema pulmonal akut Efusi pleura

Reflux hepatojugular Penurunan dalam kapasitas

vital dalam 1/3 dari maksimal

Peningkatan tekanan vena sentral

Penurunan berat badan .4,5 kg dalam 5

hari sebagai respon terhadap pengobatan

Secara klinis pada penderita gagal jantung dapat ditemukan gejala dan

tanda seperti sesak nafas saat aktivitas, edema paru, peningkatan JVP,

hepatomegali, edema tungkai.8-10

21

Page 22: lapkas CHF

Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk mendiagnosis adanya

gagal jantung antara lain foto thorax, EKG 12 lead, ekokardiografi, pemeriksaan

darah, pemeriksaan radionuklide, angiografi dan tes fungsi paru.2,11,12

Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran siluet

jantung (cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena pulmonalis

terutama di zona atas pada tahap awal, bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20

mmHg dapat timbul gambaran cairan pada fisura horizontal dan garis Kerley B

pada sudut kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran

batwing pada lapangan paru yang menunjukkan adanya udema paru bermakna.

Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila unilateral, yang

lebih banyak terkena adalah bagian kanan.8,10

Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada

hampir seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran normal dapat

dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering didapatkan antara lain

gelombang Q, abnormalitas ST – T, hipertrofi ventrikel kiri, bundle branch block

dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG dan foto dada keduanya menunjukkan

gambaran yang normal, kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab dispneu

pada pasien sangat kecil kemungkinannya.8

Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna

pada gagal jantung.Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif

mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang perlu dilakukan

ekokardiografi adalah : semua pasien dengan tanda gagal jantung, susah bernafas

yang berhubungan dengan murmur, sesak yang berhubungan dengan fibrilasi

22

Page 23: lapkas CHF

atrium, serta penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark miokard

anterior, hipertensi tak terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat

mengidentifikasi gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya

gangguan katup, serta mengetahui risiko emboli.8

Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai

penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta

komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan

mengeluarkan air sehingga dapat timbul hiponatremia dilusional, karena itu

adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantungyang berat.Pemeriksaan

serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan ginjal,

juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan serum

kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor dan diuretik

dosis tinggi.Pada gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. Hipokalemia dapat

terjadi pada pemberian diuretik tanpa suplementasi kalium dan obat

potassiumsparring. Hiperkalemia timbul pada gagal jantung berat dengan

penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE-inhibitor serta obat potassium

sparring. Pada gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH)

gambarannya abnormal karena kongesti hati.Pemeriksaan profil lipid,

albuminserum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan.

Pemeriksaaan penanda BNP sebagai penanda biologis gagal jantung

dengan kadar BNP plasma 100pg/ml dan plasma NT-proBNP adalah 300

pg/ml.2,8,12-14

23

Page 24: lapkas CHF

Pemeriksaan radionuklide atau multigated ventrikulografi dapat

mengetahui ejection fraction, laju pengisian sistolik, laju pengosongan diastolik,

dan abnormalitas dari pergerakan dinding.Angiografi dikerjakan pada nyeri dada

berulang akibat gagal jantung. Angiografi ventrikel kiri dapat mengetahui

gangguan fungsi yang global maupun segmental serta mengetahui tekanan

diastolik, sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan sebelah

kanan (atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta pulmonary

artery capillary wedge pressure.8,15

3.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penatalaksanaan

secara non farmakologis dan secara farmakologis, keduanya dibutuhkan karena

akan saling melengkapi untuk penatalaksaan paripurna penderita gagal jantung.

Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut dan kronik ditujukan untuk

memperbaiki gejala dan prognosis, meskipun penatalaksanaan secara individual

tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. Sehingga semakin cepat kita

mengetahui penyebab gagal jantung akan semakin baik prognosisnya.2,16

Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dikerjakan antara lain

adalah dengan menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan

serta pertolongan yang dapat dilakukan sendiri. Perubahan gaya hidup seperti

pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan pada penderita dengan kegemukan.

Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan

perlu dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal jantung kongestif

24

Page 25: lapkas CHF

berat.Penderita juga dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek yang

positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan

juga terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun efek terhadap kelangsungan

hidup belum dapat dibuktikan.Gagal jantung kronis mempermudah dan dapat

dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga vaksinasi terhadap influenza dan

pneumococal perlu dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi dan

prosedur gigi diperlukan terutama pada penderita dengan penyakit katup primer

maupun pengguna katup prostesis.16

Penatalaksanaan gagal jantung kronis meliputi penatalaksaan non

farmakologis dan farmakologis.Gagal jantung kronis bisa terkompensasi ataupun

dekompensasi.Gagal jantung terkompensasi biasanya stabil, dengan tanda retensi

air dan edema paru tidak dijumpai.Dekompensasi berarti terdapat gangguan yang

mungkin timbul adalah episode udema paru akut maupun malaise, penurunan

toleransi latihan dan untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup.

Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki prognosis serta penurunan angka

rawat.15

Gagal jantung pada eksaserbasi akut pada kondisi emergensi dimana

memerlukan penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui penyebab seperti :

perbaikan hemodinamik

menghilangan kongesti paru,

perbaikan oksigenasi jaringan2

Menempatkan penderita dengan posisi duduk dengan pemberian oksigen

konsentrasi tinggi dengan masker sebagai tindakan pertama yang dapat

25

Page 26: lapkas CHF

dilakukan.Monitoring gejala serta produksi kencing yang akurat dengan

kateterisasi urin serta oksigenasi jaringan dilakukan di ruangan khusus.Base

excess menunjukkan perfusi jaringan, semakin rendah menunjukkan adanya

asidosis laktat akibat metabolisme anerob dan merupakan prognosa yang buruk.

Koreksi hipoperfusi dan pemberian natrium bikarbonat utnuk memperbaiki

asidosis.16

Pemberian loop diuretik intravena seperti furosemid dengan dosis 40 mg-

80 mg IV/24 jam. Hal ini akan menyebabkan venodilatasi yang akan memperbaiki

gejala walaupun belum ada diuresis. Loop diuretik juga meningkatkan produksi

prostaglandin vasodilator renal. Efek ini dihambat oleh prostaglandin inhibitor

seperti obat antiflamasi nonsteroid, sehingga harus dihindari bila

memungkinkan.2,18

Opioid parenteral seperti morfin atau diamorfin dengan dosis 2,5-5 mg

IV / 24 jam ,hal ini penting dalam penatalaksanaan gagal jantung akut berat

karena dapat menurunkan kecemasan, nyeri dan stress, serta menurunkan

kebutuhan oksigen. Opiat juga menurunkan preload dan tekanan pengisian

ventrikel serta udem paru.2

Pemberian nitrat (sublingual, buccal dan intravenus) mengurangi preload

serta tekanan pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien dengan angina serta

gagal jantung.Pada dosis rendah bertindak sebagai vasodilator vena dan pada

dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasodilatasi arteri termasuk arteri

koroner.Sehingga dosis pemberian harus adekuat sehingga terjadi keseimbangan

antara dilatasi vena dan arteri tanpamengganggu perfusi jaringan. Kekurangannya

26

Page 27: lapkas CHF

adalah toleransi terutama pada pemberian intravena dosis tinggi, sehingga

pemberiannya hanya 16 – 24 jam.2,19

Pemberian inotropik dan vasodilator ditujukan pada gagal jantung akut

yang disertai hipotensi dan hipoperfusi perifer. Obat inotropik dan / atau

vasodilator digunakan pada penderita gagal jantung akut dengan tekanan darah 85

– 100 mmHg. Jika tekanan sistolik < 85 mmHg maka inotropik dan/atau

vasopressor merupakan pilihan.

Peningkatan tekanan darah yang berlebihan akan dapat meningkatkan

afterload. Tekanan darah dianggap cukup memenuhi perfusi jaringan bila tekanan

arteri rata - rata > 65 mmHg.1,2,16 Pemberian dopamin 2 μg/kg/mnt menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah splanknik dan ginjal. Pada dosis 2 – 5 μg/kg/mnt

akan merangsang reseptor adrenergik beta sehingga terjadi peningkatan laju dan

curah jantung. Pada pemberian 5 – 15 μg/kg/mnt akan merangsang reseptor

adrenergik alfa dan beta yang akan meningkatkan laju jantung serta

vasokonstriksi. Pemberian dopamin akan merangsang reseptor adrenergik 1 dan 2,

menyebabkan berkurangnya tahanan vaskular sistemik (vasodilatasi) dan

meningkatnyakontrkatilitas. Dosis umumnya 2 – 3 μg/kg/mnt, untuk

meningkatkan curah jantung diperlukan dosis 2,5 – 15 μg/kg/mnt. Pada pasien

yang telah mendapat terapi penyekat beta, dosis yang dibutuhkan lebih tinggi

yaitu 15 – 20 μg/kg/mnt.2

Penderita dengan syok kardiogenik biasanya dengan tekanan darah < 90

mmHg atau terjadi penurunan tekanan darah sistolik 30 mmHg selama 30 menit.

Obat yang biasa digunakan adalah epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin diberikan

27

Page 28: lapkas CHF

infus kontinyu dengan dosis 0,05 – 0,5 μg/kg/mnt. Norepinefrin diberikan dengan

dosis 0,2 – 1 μg/kg/mnt.2

Penanganan yang lain adalah terapi penyakit penyerta yang menyebabkan

terjadinya gagal jantung akut de novo atau dekompensasi. Yang tersering adalah

penyakit jantung koroner dan sindrom koroner akut.

Bila penderita datang dengan hipertensi emergensi pengobatan bertujuan

untuk menurunkan preload dan afterload. Loop diuretik yang sering digunakan

adalah furosemide dengan dosis diberikan dengan dosis 40-80 mg /24 jam IV

pada penderita dengan tanda kelebihan cairan. Terapi nitrat untuk menurunkan

preload dan afterload sehingga meningkatkan aliran darah koroner.

Penderita gagal jantung yang datang dengan Aritmia jantung harus

diterapi.2 Penanganan invasif yang dapat dikerjakan adalah Pompa balon intra

aorta, pemasangan pacu jantung, implantable cardioverter defibrilator,ventricular

assist device. Pompa balon intra aorta ditujukan pada penderita gagal jantung

berat atau syok kardiogenik yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan,

disertai regurgitasi mitral atau ruptur septum interventrikel. Pemasangan pacu

jantung bertujuan untuk mempertahankan laju jantung dan mempertahankan

sinkronisasi atrium dan ventrikel, diindikasikan pada penderita dengan

bradikardia yang simtomatik dan blok atrioventrikular derajat tinggi. Implantable

cardioverterdevice bertujuan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel dan takikardia

ventrikel.Vascular Assist Device merupakan pompa mekanis yang

mengantikansebgaian fungsi ventrikel, indikasi pada penderitadengan syok

kardiogenik yang tidak responterhadap terapi terutama inotropik.1,2Pada penderita

28

Page 29: lapkas CHF

gagal jantung konis obat – obat yang biasa digunakan antara lain: diuretik (loop

dan thiazide), angiotensin converting enzyme inhibitors, beta blocker (carvedilol,

bisoprolol, metoprolol), digoxin, spironolakton, vasodilator (hydralazine /nitrat),

antikoagulan, antiaritmia, serta obat positif inotropik.15-17 Berikut adalah algoritma

penanganan untuk pasien dengan gagal jantung sistolik kronik simtomatik

(NYHA fungsional kelas II-IV)

Algoritma Penanganan Pasien NYHA fungsional kelas II-IV

Obat-obatan pada penanganan gagal jantung kronis:

29

Page 30: lapkas CHF

1. Diuretik

Bilamana digunakan sebagai monoterapi, tingkat keefektifan mencapai

kira- kira 30-40% dari pasien- pasien dan paling membantu untuk menurunkan

tekanan darah sistolik. Harga murah dan berdasarkan hasil meta-analisa

menunjukkan terapi diuretic mampu menurunkan kadar mortalitas cardiac dan

juga stroke. Juga merupakan terapi antihipertensi efektif pada golongan tua.

Tabel 2. Dosis diuretik yang umum digunakan pada gagal jantung

2. Angiotensin- converting enzyme inhibitor

ACE-I bertindak sebagai agen pemblokir konversi angiotensin I inaktif

menjadi angiotensin II. Agen ini mempunyai kadar sukses 50%

sebagaimonoterapi dan bila digunakan sebagai terapi kombinasi dengan diuretic

30

Page 31: lapkas CHF

dosis rendah, beta bloker atau calcium channel blocker. ACE-I amatlah berkesan

dalam mengontrol tekanan darah pada hampir 80% pasien.

3. Beta- bloker

Penggunaan monoterapi beta- bloker efektif terhadap 50-60% pasien,

terutama di kalangan yang dengan system renin- angiotensin yang teraktivasi.Obat

ini menurunkan tekanan darah dengan menurunkan denyut jantung serta

menurunkan kontraktilitas jantung serta curah jantung.

4. Mineralokortokoid/ aldosterone receptor antagonist

Spironolactone dan eplerenone menblok reseptor yang berikatan dengan

aldosterone dan kortikosteroid yang lain.

5. Angiotensin receptor blocker

Agen ini secara selektif memblokir reseptor angiotensin II, memberikan

efek vasodilatasi yang mirip dengan ACE-I.agen ini sering digunakan jika pasien

tidak toleran terhadap ACE-I.

7. Digoxin dan glikosida digitalis lainnya

Pada pasien dengan simptomatik gagal jantung dan fibrilasi atrial, digoxin

dapat membantu menurunkan kecepatan ventrikel. Digoxin juga dapat digunakan

pada pasien dengan gagal jantung dan ejeksi fraksi jantung kiri <40%

Tabel 3 Dosis obat-obatan pada penanganan gagal jantung

31

Page 32: lapkas CHF

Pada penderita yang memerlukan perawatan, restriksi cairan (1,5 – 2

l/hari) dan pembatasan asupan garam dianjurkan pada pasien. Tirah baring jangka

pendek dapat membantu perbaikan gejala karena mengurangi metabolisme serta

meningkatkan perfusi ginjal.Pemberian heparin subkutan perlu diberikan pada

penderita dengan imobilitas. Pemberian antikoagulan diberikan pada penderita

dengan fibrilasi atrium, gangguan fungsi sistolik berat dengan dilatasi ventrikel.16

3.7 Prognosis

Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat terapi tidak diketahui. Sedangkan

prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu: 21

Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%

Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20%

Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%

Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%

32