Lap Limbah 2

21
Laporan Praktek Penanganan Limbah “ANALISA ZAT PADAT DALAM AIR DAN AIR LIMBAH” Di Susun Oleh : Nama : Utin Nanda Ardhiantika Nim : 3201006071 Kelas / Kelompok : IV B / 4 Laboratorium Limbah PROGRAM STUDY TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Transcript of Lap Limbah 2

Page 1: Lap Limbah 2

Laporan Praktek Penanganan Limbah

“ANALISA ZAT PADAT DALAM AIR DAN AIR LIMBAH”

Di Susun Oleh :

Nama : Utin Nanda Ardhiantika

Nim : 3201006071

Kelas / Kelompok : IV B / 4

Laboratorium Limbah

PROGRAM STUDY TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2012

Page 2: Lap Limbah 2

ANALISA ZAT PADAT DALAM AIR DAN AIR LIMBAH

1. TUJUAN

Mahasiswa dapat menentukan macam-macam kandungan zat padat dalam air dan

air limbah.

2. DASAR TEORI

Dalam air, zat padat yang ditemui adalah zat terlarut seperti garam dan molekul

organik dan zat padat tersuspensi dan koloiadal seperti tanah liat dan kertas.

Perbedaannya karena ukuran ataupun diemeter partikel.

Zat padat total (Total Solid) ialah semua zat padat yang tersisa sebagai residu

setelah dikeringkan melalui proses penguapan air, atau menurut Rachman,1999, Total

Solid atau padatan total merupakan total dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi,

baik yang bersifat organik maupun anorganik. TS terdiri dari zat padat terlarut atau zat

padat tersuspensi.

Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir,

lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat

berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,

ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik(M.S.

Tarigan dan Edward, 2003 ).

Zat padat tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak

terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran

dan beratnya lebih kecil dari sedimen (Nasution, M.I., 2008 ). Zat padat tersuspensi

merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi

sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan

produksi zat organik di suatu perairan ( Anonim, 2012 ). Zat padat tersuspensi (TSS)

dibedakan menjadi zat padat terapung yang bersifat organis (VSS) dan zat padat terendap

yang dapat bersifat organis dan inorganis.

Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang

dan mengendap selama waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan zat

padat ini dapat melalui volum, yang disebut analisa volum lumpur (Sludge volume) dan

Page 3: Lap Limbah 2

dapat melalui beratnya (analisa lumpur kasar) disebut zat padat terendap (settleable

solids).

Zat padat terlarut ( Total Dissolved Solids) adalah jumlah nilai mineral, garam,

logam, kation dan anion yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam mg/l. Zat padat

terlarut berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalirdi bawah

atau dipermukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri

pertambangan dan pertanian, kandungan zar padat akan meningkat. Jumlah zat padat

terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran ( Anonim, 2012).

Analisis zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen – komponen

air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses – proses pengolahan

dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan. Dimensi zat padat tersebut

adalah mg/l atau g/l, namun sering pula ditemui % volume yaitu dm3 zat padat/liter

larutan ( Febry yursa putra, 2010 ).

3. METODE KERJA

3.1. Alat :

- Beaker gelas - Hot Plate

- Corong kaca - Neraca Analitik

- Erlenmeyer - Desikator

- Gelas ukur - Oven

- Cawan krus - Penjepit / gegep

- Kaca petri - Muffle furnance/tanur

3.2. Bahan :

- Kertas saring

- Air sungai raya dalam

- Air sungai sepakat

- Air limbah NKP

Page 4: Lap Limbah 2

3.3. Prosedur Kerja :

Prosedur kerja total zat padat (Total Solid)

Siapkan cawan krus

Masukkan kedalam desikator 15’

Ditimbang (a)

+ 50 sampel ke dalam cawan krus

Dikeringkan pada suhu 105 C ,30 ‘⁰

Masukkan kedalam desikator

Dioven pada suhu 105⁰C,60’

Ditimbang (b)

Hitung dengan rumus

TS=(b−a )gram×1000mg /L

volume (L)

Uapkan diatas hot plate

Page 5: Lap Limbah 2

Prosedur kerja padatan organis/inorganis

Dikeringka

Cawan krus

Ditimbang

Dioven 105⁰C,30’

+ 10 ml sampel

Didesikator 15’

Dioven 105⁰C,

Didesikator 15’

Ditimbang

Difurnace 550 ⁰C

Dioven 105⁰C,

Didesikator 15’

Ditimbang

Page 6: Lap Limbah 2

Prosedur kerja padatan terlarut ( Total Suspended Solid )

kertas saring

Disaring + 50 ml

air sampel

Dioven 105⁰C,30’

Ditimbang (y)

Dioven 105⁰C,60’

Didesikator 15’

Didesikator 15’

Ditimbang (z)

Hitung dengan rumus

TSS=(Z−Y )gram×1000mg /L

volume (L)

Page 7: Lap Limbah 2

Prosedur kerja Zat padat terlarut ( Total Dissolved Solids)

cawan petri

Dioven 105⁰C,30’

Didesikator 15’

Ditimbang (a)

Dikeringka

+ 25 ml air sampel yang telah disaring

Dioven 105⁰C,60’

Didesikator 15’

Ditimbang (b)

Hitung dengan rumus

TSDS=(b−a )gram×1000mg /L

volume (L)

Page 8: Lap Limbah 2

4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan :

NO PARAMETER

AIR SAMPEL

Air Sungai

Raya Dalam

Air Limbah

NKP

Air sungai

Sepakat

Air Limbah

NKP

1. TS 0,24 mg 0,208 mg 0,24 mg 0,196 mg

2. TSS 0,24 mg 0,184 mg 2,692 mg 0,028 mg

3. TDS 0,588 mg 0,584 mg 0,26 mg 0,18 mg

4. Padatan Organik 0,252 mg 0,07 mg 0,132 mg 0,04 mg

5. Padatan Inorganik - 0,232 mg - 0,03 mg - 0,124 mg - 0,01 mg

4.2. Perhitungan :

Total Solid ( TS )

1. TS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

TS=(51,4977−51,4917 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,24 mg

2. TS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

TS=(50,4619−50,4567 ) gram×1000mg /ml

25ml

= 0,208 mg

3. TS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

Page 9: Lap Limbah 2

TS=(21,8036−21,7976 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,24 mg

4. TS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

TS=(22,3294−22,3245 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,196 mg

Total Suspended Solid ( TSS )

1. TSS=(z− y )gram×1000mg /ml

V sampel

TSS=(0,6487−0,6364 )gram×1000mg /ml

50ml

= 0,246 mg

2. TSS=(z− y )gram×1000mg /ml

V sampel

TSS=(0,7242−0,7150 ) gram×1000mg /ml

50ml

= 0,184 mg

3. TSS=(z− y )gram×1000mg /ml

V sampel

TSS=(0,6960−0,5614 )gram×1000mg /ml

50ml

= 2,692 mg

Page 10: Lap Limbah 2

4. TSS=(z− y )gram×1000mg /ml

V sampel

TSS=(0,6696−6682 )gram×1000mg /ml

50ml

= 0,028 mg

Total Dissolved Solids ( TDS )

1. TDS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

TDS=(48,7115−48,6968 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,588 mg

2. TDS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

TDS=(51,0291−51,0145 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,584 mg

3. TDS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

TDS=(12,4283−12,4218 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,26 mg

4. TDS=(b−a )gram×1000mg /ml

V sampel

Page 11: Lap Limbah 2

TDS=(12,5237−12,5192 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,18 mg

Padatan Organik

1. PadatanOrganik=(b−c )gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(51,4942−51,4879 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,252 mg

2. PadatanOrganik=(b−c )gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(21,7996−21,7989 )gram×1000mg /ml

10ml

= 0,07 mg

3. PadatanOrganik=(b−c )gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(50,4576−50,4543 )gram×1000mg /ml

25ml

= 0,132 mg

4. PadatanOrganik=(b−c )gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(22,3258−22,3254 )gram×1000mg /ml

10ml

= 0,04 mg

Page 12: Lap Limbah 2

Padatan Inorganik

1. Padatan Inorganik=( c−a ) gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(51,4879−51,4937 )gram×1000mg /ml

25ml

= - 0,232 mg

2. Padatan Inorganik=( c−a ) gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(21,7986−21,7992 )gram×1000mg /ml

10ml

= - 0,03 mg

3. Padatan Inorganik=( c−a ) gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(50,4543−50,4574 )gram×1000mg /ml

25ml

= - 0,124 mg

4. Padatan Inorganik=( c−a ) gram×1000mg /ml

V sampel

PadatanOrganik=(22,3254−22,3255 )gram×1000mg /ml

10ml

= - 0,01 mg

Page 13: Lap Limbah 2

4.3. Pembahasan :

Dari hasil pengamatan diatas dapat dilihat ada sedikit kejanggalan pada hasil

analisa pada air limbah dari NKP, yaitu terdapat perbedaan yang cukup segnifikan pada

hasil pengamatan limbah NKP 1 dengan NKP 2 padahal sampel yang digunakan sama,

hal ini mungkin terjadi sedikit kekeliruan. Dan pada penentuan kadar padatan

tersuspensi di dalam sampel air ini digunakan metode gravimetri dengan cara

mengendapkan padatan tersuspensi yang terkandung di dalam sampel air yang dianalisa.

Pengendapan dilakukan dengan cara menyaring sampel air sehingga keduanya menjadi

terpisah, dimana padatan tersuspensi memiliki ukuran molekul yang lebih besar dari pada

padatan terlarut sehingga padatan tersuspensi ini akan tertinggal pada kertas saring saat

penyaringan dilakukan. Sebelum disaring, sampel air terlebih dahulu dikocok agar zat-

zat yang terkandung di dalamnya tersebar merata dan homogen. Endapan yang tertinggal

pada kertas saring yang telah diketahui beratnya sebagai padatan tersuspensi ini

kemudian diletakkan pada wadah berupa cawan porselen. Pemanasan ini dilakukan di

dalam oven dengan suhu 105⁰C selama 1 jam bertujuan untuk menghilangkan kadar air

yang terdapat pada kertas saring maupun endapan sehingga akan diperoleh berat padatan

tersuspensi yang akurat. Dan dari sini akan didapat zat padat terlarut yang terdapat dalam

air sampel.

Dari hasil penelitian kadar padatan tersuspensi yang paling tinggi pada air sungai

sepakat, yaitu 2,692 mg, sedangkan kadar padatan terlarut yang paling kecil terdapaat

pada air limbah NKP, yaitu berkisar antara 0,028 – 0,184. Hal ini dapat sudah dilihat dari

warna air sampel, air sungai sepakat yang berwarna kuning dan dapat juga disebabkan

oleh erosi tanah dan erosi dari saluran sungai, sedangkan air limbah NKP berwarna lebih

bening walaupun sedikit mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Dan pada  padatan terlarut juga dilakukan prosedur yang sama seperti pada

penentuan kadar padatan tersuspensi. Filtrat yang dihasilkan dari penyaringan ini yang

kemudian digunakan untuk menentukan kadar padatan terlarut. Filtrat ini dipindahkan ke

dalam cawan petri dan di keringkan diatas hot plate, setelah kering kemudian

Page 14: Lap Limbah 2

dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 C⁰ selama 1 jam selanjutnya didinginkan

dalam desikator dan dilakukan penimbangan hingga diperoleh berat yang konstan.

Pada hasil pengamatan padatan terlarut ini sedikit berbeda, karena pada air

limbah NKP didapat hasil total padatan terlarut yang berbeda yaitu 0,584 mg dan 0,18.

Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan sampel tidak dikocok terlebih dahulu

sehingga zat padat dalam air tidak dalam keadaan homogen saat diambil, yang

mengkibatkan perbedaan hasil analisa yang cukup signifikan pada semua hasil analisa

kali ini.

Pada penentuan total padatan dalam sampel air ini digunakan metode gravimetri,

dengan cara menguapkan air sambel terlebih dahulu diatas hot plate kemudian endapan

yang didapat dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam, setelah itu⁰

dinginkan dalam desikator kemudian barulah didapat berat padatan terlautnya. Dan dari

hasil pengamatan didapat hasil total padatan yang paling tinggi terdapat dalam air sungai

raya dan air sungai serdam, yaitu 0,24 mg sedangkan air limbah NKP 0,208-0,196 mg.

Dan pada penentuan padatan organik dan inorganik juga menggunkan metode

gravimetri, pertama air sampel di dalam cawan krus dikeringkan terlebih dahulu

kemudian endapan yang terdapat di cawan dioven selama 1 jam dengan suhu 105 C.⁰

Setelah itu didinginkan dan ditimbang, kemudian di abukan dengan tanur selama 20

menit dengan suhu 550 C setelah itu dinginkan dalam desikator dan ditimbang, barulah⁰

setelah itu dapat menghitung kadar padatan organik dan inorganik.

Pada hasil pengamatan padatan organik, didapat padatan organik yang paling

tinggi terdapat pada air sungai raya dalam, yaitu 0,252 mg dan yang paling rendah pada

air limbah NKP yaitu sekitar 0,07 – 0,04 mg. Hal ini mungkin dikarenakan pada air

sungai raya banyak yang menbuang limbah organik sembarangan, sedangkan pada air

limbah NKP telah mendapatkan perlakuan pemurnian terlebih dahulu sehingga dapat

mengurani kandungan padatan organik pada air limbah.

5. KESIMPULAN

Mahasiswa telah dapat menentukan macam-macam zat padat dalam air dan air

limbah.

Page 15: Lap Limbah 2

Air limbah NKP memiliki kandungan TS, TSS, TDS, padatan organik yang lebih

rendah dari pada air sungai raya dan air sungai serdam.

Air sungai sepakat memiliki kandungan TSS yang paling tinggi dari sampel air

lain, yaitu sekitar 2,692

Air sungai raya memiliki kandungan TDS dan padatan organik yang paling tinggi

dari pada sampel air lain yaitu TDS 0,588 dan padatan organik 0,252.

Air sungai serdam dan air sungai raya memiliki kandungan TS yang sama yaitu

sekitar 0,24

Daftar Pustaka :

Anonim, 2012, Analisa Kimia Sampel Air Sungai : Penentuan Zat Padat Tersuspensi

(TSS) dan Zat Padat Terlarut (TDS),

http://chemistryismyworld.blogspot.com/2011/05/analisa-kimia-sampel-air-sungai_07.html,

diakses tanggal 21 april, 2012

Anonim, 2012, Zat Padat Terlarut ( TDS ) Pada Air Tercemar ,

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/305-pencemaran-air,

diakses tanggal 21 april 2012

Febry yursa putra, 2010, Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS),

http://elandalucy.blogspot.com/2010/12/analis-zat-padat-tdstssfdsvdsvssfss.html, diakses

tanggal 21 april 2012

M.S. Tarigan dan Edward, 2003, KANDUNGAN TOTAL ZAT PADAT TERSUSPENS

(TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN RAHA, SULAWESI TENGGARA,

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/51a60aacf50ffb7763632bd9ac293c6fa5c3985

diakses tanggal 21 april 2012

Nasution, M.I., 2008, Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi Pada

Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok

Merangkir, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14242/1/09E00091.pdf,

diakses tanggal 21 april 2012

Page 16: Lap Limbah 2

Rahman, Azhari, Ir.,MT. (1999). Kamus Istilah dan Singkatan Asing “Teknik Penyehatan dan

Lingkungan”. Universitas Trisakti. Jakarta.