2- Pendidikan Dan Lap Kerja

77
LAPORAN PENELITIAN TENTANG KETERKAITAN PENDIDIKAN DAN PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA DI JAWA TENGAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH 2008

Transcript of 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

Page 1: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

LAPORAN PENELITIAN TENTANG KETERKAITAN PENDIDIKAN

DAN PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA DI JAWA TENGAH

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH

2008

Page 2: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang: (1) Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa PELMO; (2) Implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (4) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; serta (5) Pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK di Jawa Tengah rata-rata menggunakan sistem blok. Hanya saja sistem yang digunakan tidak sepenuhnya model blok atau dapat dikatakan sebagai sistem blok modifikasi. (2) Jumlah lulusan SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah antara 95% sampai dengan 100%, dari rentang kelulusan tersebut yang terserap ke lapangan kerja yang cocok dengan program keahliannya adalah 30% sampai dengan 50%,; masa tunggu mendapatkan pekerjaan pertama rata-rata adalah 1-6 bulan; sisanya melanjutkan ke Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui kegiatannya; (3) Lulusan SMK PELMO yang dibutuhkan oleh industri adalah operator mesin perkakas manual, operator mesin CNC, las listrik, las argon, pengecoran logam serta telematika atau ICT, di samping itu di butuhkan soft skill berupa ketekunan, komitmen, disiplin, serta kemampuan bekerjasama (team work); (4) Sertifikat keahlian siswa SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah diperoleh melalui tiga cara, yaitu Prakerin/PSG, Proyek Tugas Akhir (PTA), serta uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat yang diperoleh dari pelaksanaan Prakerin/PSG dan sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai pelengkap Ujian Nasional. Sementara itu sertifikat yang diperoleh dari LSP merupakan bekal tambahan siswa dalam rangka melamar pekerjaan.

Rekomendasi yang dapat diberikan : (1) Penyelarasan kurikulum (2) Tugas Akhir (TA) disusun di tempat prakerin dengan mengamati salah satu permasalahan di industri dan diuji dengan melibatkan pihak industri (3) Komunikasi antara BKK, Disnakertrans dan Dinas Pendidikan perlu ditingkatkan kembali. Rekomendasi untuk sekolah : (1) bahwa penyelenggaraan pembelajaran teori kejuruan dan praktik kejuruan dilaksnakan secara fleksibel, tidak perlu mengikuti kelaziman, untuk mengoptimalkan pemanfaatan bengkel (2) Model magang untuk SMK Negeri dapat menggunakan block release modifikasi (3) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama dengan industri dan asosiasi yang kompeten; (4) Memberdayakan semua komponen sekolah kearah pencapaian visi dan misi sekolah. Rekomendasi untuk pemerintah (1) Memberikan fasilitasi aksesibilitas kemitraan antara sekolah dan industri (2) Memberikan fasilitasi guru untuk melakukan in service training dalam bidang keterampilan produktif.

Kata kunci : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); PELMO; Penyerapan Tenaga Kerja

Page 3: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan kejuruan, termasuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) saat ini memasuki fase penting, yaitu fase lulusan pendidikan

kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga kerja di wilayah

regional Asia, baik dalam konteks Asean Free Trade Association (AFTA) maupun

Asean Free Labor Association (AFLA). Untuk ini upaya yang harus dilakukan

adalah melakukan penataan dan pembenahan semaksimal mungkin dalam sektor

pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekrutmen, pengembangan program

pendidikan dan pelatihan atau kurikulum, inovasi proses pendidikan dan pelatihan,

pengembangan evaluasi serta sertifikasi (Suryadi,1999 )

Isu penting yang harus selalu dikedepankan dalam konteks ini adalah

seberapa besar penyelenggaraan pendidikan kejuruan (SMK) sejalan dan relevan

dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan tenaga kerja, dunia usaha

maupun industri. Dalam bahasa yang populer, seberapa besar dan kuat “link and

match” antara keduanya. Jika pertanyaan mendasar ini terjawab, maka pada

dasarnya bentuk pendidikan kejuruan apapun akan sangat ”matching” dan

mendukung kebutuhan dunia usaha atau industri, khususnya dalam penyediaan

lulusan yang terampil.

Fakta di lapangan saat ini mengindikasikan bahwa penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan kejuruan berjalan dengan programnya sendiri, di sisi lain

dunia kerja/industri dan asosiasi profesi sering mengeluh bahwa kualitas tenaga

(lulusan) belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang diharapkan. Gejala

“mismatch” antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia

usaha/industri, pada akhirnya melahirkan lulusan “underqualified”. Keadaan seperti

ini sudah cukup lama terjadi, bahkan sampai saat ini (Samsudi, 2004).

Gejala “mismatch” antara program keahlian SMK di Jawa Tengah dengan

dunia usaha/industri saat ini masih juga dirasakan, termasuk program keahlian

Perkayuan, Elektronika dan Listrik, Mesin, serta Otomotif (Samsudi, 2004).,

Page 4: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

3

Program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah merupakan unggulan, hal ini

dibuktikan dengan ditetapkannya program keahlian ini sebagai Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI) oleh Depdiknas. Gejala di atas memperlihatkan

adanya paradoks antara penetapan program keahlian unggulan dengan fakta adanya

“mismatch”, sehingga muncul pertanyaan bagaimanakah sesungguhnya kualitas

penyelenggaraan pendidikan program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah?.

Data program keahlian yang menjadi unggulan SMK di Jawa Tengah seperti

tersaji dalam Tabel I.1 di bawah ini.

Tabel I.1 Data program keahlian unggulan SMK RSBI Tahun 2007

No Propinsi Kab. / Kota SMK Program Unggulan 1. Jawa Tengah Kota Salatiga SMKN 2

Salatiga a. Mekanik Otomotif b. Elektronika Industri c. Perkayuan

2. Jawa Tengah Kabupaten Tegal SMKN 1 Adiwerna Tegal

Mekanik otomotif

3. Jawa Tengah Kota Surakarta SMKN 5 Surakarta

Mesin Perkakas

4. Jawa Tengah Kabupaten Kudus

SMK Muh. Kudus

a. Otomotif b. TKJ

5. Jawa Tengah Kabupaten Sukoharjo

SMK Muh. I Sukoharjo

Otomotif

Sumber: Depdiknas 2007

Keterkaitan antara pendidikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lapangan

kerja di industri merupakan kombinasi pengaruh antara variabel-variabel pengatur,

peserta pendidikan, penyelenggara pendidikan serta dunia kerja. Keterkaitan antar

variabel-variabel itu bersifat timbal balik, dan masing-masing berpengaruh terhadap

variabel yang lain. Ketimpangan partisipasi atau keterlibatan secara aktif di salah

satu variabel, misalnya variabel penyelenggara pendidikan dapat menyebabkan

sistem tidak bekerja optimal yang akan mengakibatkan hubungan antara pendidikan

dan dunia kerja tidak harmonis, artinya secara fisik akan terjadi pengangguran

secara berkelanjutan. Hubungan timbal balik diantara keempat variabel-variabel itu

disajikan dalam Gambar 1 di bawah ini.

Page 5: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

4

Gambar 1. Hubungan timbal balik antar empat variabel relevansi pendidikan kejuruan (SMK) dan dunia kerja

Sumber : Balitbang Provinsi Jawa Timur, 2006

Merujuk uraian di atas, maka penelitian tentang ”Keterkaitan pendidikan

dan Penyediaan lapangan Kerja di Jawa Tengah” penting untuk dilaksanakan.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan

(SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan

Otomotif (PELMO) dilakukan untuk mempersiapkan lulusan yang terampil?

2. Bagaimanakah implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilakukan

oleh Dinas Pendidikan terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa

pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif

(PELMO)?

3. Bagaimanakah jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa

pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif

(PELMO)?

4. Bagaimanakah kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan

otomotif (PELMO)?

Page 6: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

5

5. Bagaimanakah sertifikasi yang dilakukan sehingga diperoleh tenaga terlatih

yang standar?

6. Bagaimanakah kondisi kebutuhan tenaga kerja di industri yang berhubungan

dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika,

Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)?

7. Bagaimanakah kondisi penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan

dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika,

Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)?

C. Tujuan

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah

menyediakan informasi tentang:

1. Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Rekayasa

pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif

(PELMO);

2. Implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan,

Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO);

3. Jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang

studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO);

4. Kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada

bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO);

5. Pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi

Profesi (LSP);

6. Kondisi kebutuhan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan

SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan

Otomotif (PELMO);

7. Kondisi penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan

SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan

Otomotif (PELMO)?

Page 7: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

6

D. Manfaat

Manfaat hasil penelitian adalah sebagai masukan untuk Dinas Pendidikan

Propinsi Jawa Tengah mengenai kondisi (1) penyelenggaraan pendidikan di SMK

Rekayasa pada bidang studi PELMO; (2) implementasi kebijakan ”link and match”

yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada

bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan kemampuan lulusan SMK Rekayasa pada

bidang studi PELMO; (4) pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan

Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP); (5) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga

kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang

studi PELMO; dengan demikian dapat segera mengambil kebijakan operasional

dalam rangka mengurangi kelima persoalan tersebut.

E. Hasil yang Diharapkan

Adanya data dan kajian hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai

rekomendasi mengenai upaya menjembatani antara dunia pendidikan (SMK)

dengan lapangan kerja di industri, terutama pada bidang Perkayuan, Elektronika,

Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO) termasuk kesesuaian kompetensi kebutuhan

oleh industri, peluang kerja dan pengajaran di sekolah dan industri.

F. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian meliputi sepuluh wilayah yang memiliki SMK yang telah

mampu menerapkan program ”Link and Match” diantaranya :

1. Kota Magelang

2. Kota Surakarta

3. Kota Salatiga

4. Kabupaten Klaten

5. Kabupaten Kudus

6. Kabupaten Pati

7. Kabupaten Tegal

8. Kabupaten Banyumas

9. Kabupaten Cilacap

10. Kabupaten Kendal

Page 8: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

7

G. Definisi Operasional

Pendidikan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

khususnya untuk kategori atau kelompok teknologi, yang berada di Jawa Tengah.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15

diuraikan bahwa SMK sebagai bentuk satuan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam

PP 29/1990, pendidikan kejuruan dijelaskan pada tiga tempat. Pasal 1 Ayat 3

menyatakan "pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang

pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa

untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu". Sementara itu, pada Pasal 3 Ayat 2

disebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa

untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

Kemudian, pada Pasal 7 diatur syarat-syarat pendirian sekolah menengah kejuruan.

Di samping itu definisi SMK merujuk kepada Keputusan Mendikbud No.

323/U/1997. Keputusan ini isinya lebih lengkap dibanding PP 29/90 yang meliputi

komponen-komponen dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda, yang

terdiri dari ketentuan umum, tujuan, penyelenggaraan, program, kerjasama, peserta,

instruktur, Majelis Pertimbangan Kejuruan, penilaian dan sertifikasi, pengelolaan,

pengawasan, insentif, serta pengembangan dan peningkatan mutu.

Lapangan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri atau

perusahaan yang berpasangan dengan SMK PELMO di Jawa Tengah maupun di

luar Jawa Tengah sekaligus merekrut lulusannya. Hal ini dikarenakan tidak semua

lulusan SMK PELMO di Jawa Tengah dapat diserap oleh industri di provinsi ini,

sehingga lapangan kerja mencakup industri di tingkat nasional yang berada di

Jakarta, misalnya PT. KOMATSU, PT. Hanken, PT. United Tracktor, serta PT.

Karya Hidup Sentoso yang berada di Yogyakarta.

Page 9: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

8

H. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

Siswa SMK

Proses Pembelajaran

Kualitas Lulusan

Guru dan Tenaga Kependidikan

Diklat Industri

Sarana dan prasarana

- Industri - Wirausaha

Dinas Pendidikan

Disnaker

Page 10: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Fase Penting Pendidikan Kejuruan

Pada awal millenium ketiga ini dunia pendidikan Indonesia khususnya

pendidkan kejuruan, dihadapkan pada tiga tantangan utama, yaitu tantangan global,

internal, dan praksis pendidikan kejuruan itu sendiri. Dengan berlakunya pasar bebas

pada tingkat regional Asia melalui AFTA yang dimulai pada tahun 2003 dan tingkat

dunia pada tahun 2020, berimplikasi pada terjadinya interaksi antar negara dalam

investasi, bisnis barang dan jasa, sehingga memperketat dan mempertajam

persaingan (Suryadi, 1999). Di samping itu pendidikan kejuruan di Indonesia juga

berhadapan dengan tantangan internal seperti terjadinya pergeseran struktur ekonomi

sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kalau pada dekade 1970

hingga menjelang akhir tahun 1990-an struktur ekonomi bergeser dari sektor

pertanian menuju pada sektor industri manufakturing dan jasa, kini tengah

mengalami distorsi dan mulai ada kecenderungan untuk dikembangkan kearah

“resourse based”, dan itu akan mengalami “set back” (Sidi, 2002).

Sementara itu dari praksis pendidikan kejuruan yang berkembang selama ini

belum mampu memenuhi harapan masyarakat dan para pengguna lulusan. Hal ini

dapat dibaca dari setidaknya tiga hal, yaitu; (1) tamatan SMK masih sering dikritik

kurang mampu mengikuti perubahan, karena kurang memperoleh bekal keterampilan

dasar untuk belajar – “basic learning tools” (Indra Djati Sidi,2002); (2) system

pendidikan di sekolah kejuruan sering kurang sesuai dengan tuntutan dunia

usaha/industri, masih ada mismatch antara keluaran sistem pendidikan dan kebutuhan

dunia kerja (Sukamto, 1998), dan (3) masih banyak kebiasaan salah yang dilakukan

oleh guru SMK yang tidak disadari, misalnya; tidak mengajarkan pelajaran praktek

dasar sesuai dengan prinsip dasar yang benar, membiarkan siswa menghasilkan karya

asal jadi, bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan, serta tanpa memperhatikan

keselamatan kerja (Sidi,2002).

Sementara itu dipertajam pendapat dalam banyak hal misalnya, aspek

pendidikan seperti pengelolaan dan pelayanan pendidikan. Menurut Tilaar yang

Page 11: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

10

dikutip oleh Suryadi (1991) proses menuju masyarakat industri modern bergerak

dalam suatu jalinan beberapa poros transformasi seperti globalisasi, perubahan

struktur ekonomi, pemantapan kehidupan politik dan ideologi bangsa, kebudayaan

nasional, termasuk pendidikan nasional. Pendidikan nasional dalam hal ini berfungsi

untuk mempersiapkan manusia dan masyarakat Indonesia untuk kehidupan masa kini

dan masa mendatang, dimana hal tersebut merupakan suatu proses yang kontinum.

Lebih lanjut, Tilaar yang dikutip oleh Suryadi (1991) menyatakan bahwa pendidikan

nasional kini mengalami beberapa krisis yang bersumber pada (1) kualitas

pendidikan yang masih rendah, (2) pendidikan yang belum relevan dengan

kebutuhan pembangunan akan tenaga terampil, (3) pendidikan yang masih bersifat

elitisme serta (4) manajemen pendidikan yang belum ditata secara efisien.

Berdasar sumber krisis tersebut, ada beberapa indikator yang dapat

dipergunakan sebagai rambu-rambu untuk mengukur kualitas pendidikan dan

pelatihan, misalnya mutu pengajar yang masih rendah serta alat bantu mengajar

(buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja yang belum memadai). Dalam

hal relevansi diklat atau efisiensi eksternal suatu sistem diklat dapat diukur dengan

”sampai sejauh mana sistem diklat dapat memasok kebutuhan tenaga-tenaga terampil

dalam jumlah yang memadai yang diperlukan oleh berbagai sektor-sektor

pembangunan?” Khusus dalam hal masalah tidak relevansinya diklat kejuruan, bukan

saja disebabkan oleh adanya kesenjangan antara ”supply ” dan ”demand” semata,

namun bisa jadi disebabkan oleh isi kurikulum kurang mengacu pada kompetensi

keterampilan serta kurang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perkembangan Iptek

dan perkembangan ekonomi.

Secara umum keberhasilan dalam melaksanakan program latihan kejuruan tidak

hanya tergantung pada kurikulum, namun faktor lain yang terkait seperti kualitas dan

jumlah tenaga pengajar/instruktur, sarana dan prasarana praktek yang memadai serta

efektivitas penggunaan jam mengajar di kelas/laboratorium/bengkel yang dapat

mempengaruhi.

Page 12: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

11

B. Arah Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK)

Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan

umum, baik ditinjau dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran, maupun

lulusannya. Kriteria yang melekat pada sistem pendidikan kejuruan menurut Finch

dan Crunkilton (1984: 12-13) antara lain (1) orientasi pendidikan dan pelatihan; (2)

justifikasi untuk eksistensi dan legitimasi; (3) fokus pada isi kurikulum; (4) kriteria

keberhasilan pembelajaran; (5) kepekaan terhadap perkembangan masyarakat; dan 6)

hubungan kerjasama dengan masyarakat. Nolker (1983), menyatakan bahwa dalam

memilih substansi pelajaran, pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti

perkembangan IPTEK, kebutuhan masyarakat, kebutuhan individu, dan lapangan

kerja. Karakteristik di atas menegaskan bahwa pendidikan kejuruan harus dirancang

dan dikelola sesuai dengan visi dan orientasi yang jelas, terutama berkaitan dengan

kebutuhan individu, masyarakat dan perkembangan IPTEK.

Arah baru pengembangan pendidikan kejuruan merujuk kepada rumusan

”Kompetensi Menjelang 2020” seperti yang tergambarkan oleh Tabel II.1 di bawah

ini.

Tabel II.1 Kompetensi menjelang 2020

No. Keterampilan menjelang 2020

Masa lalu Masa Depan 1. Supply driven Demand driven 2. Berbasis sekolah Berbasis kompetensi 3. Alur dan proses kaku Alur lentur dan prinsip ”multy entry

dan multy exit” 4. Tidak mengakui keterampilan

sebelumnya Mengakui kemampuan sebelumnya

5. Orientasi program studi Diklat mengacu kepada profesi dan keterampilan kejuruan

6. Pendidikan dan pelatihan berfokus pada sektor formal

Diklat berfokus pada sektor formal dan informal

7. Pemisahan antara pendidikan dan pelatihan

Mengintegerasikan pendidikan dan pelatihan

8. Sistem pengelolaan terpusat Pengelolaan terdesentralisasi Sumber: Depdiknas 1999, Keterampilan Menjelang 2020

Untuk menghadapi persaingan keahlian tenaga kerja pada era persaingan bebas,

pendidikan kejuruan melalui SMK dituntut meningkatkan kualitas pendidikan serta

mengembangkan konsep pembelajaran yang memberikan hasil signifikan terhadap

Page 13: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

12

peningkatan keahlian atau kompetensi. SMK, sebagai salah satu satuan pelaksana

pendidikan, perlu melakukan pembenahan dalam proses pembelajaran atau diklat.

Salah satu aspek pokok yang perlu dilakukan pembenahan secara dinamik adalah

kurikulum dan pembelajaran. Beberapa pembenahan sampai saat ini memang telah

dilakukan, namun baru dapat dijangkau oleh sebagian kecil sekolah. Hal ini akibat

kendala struktural dan kultural, sebagian besar SMK belum dapat

mengimplementasikan perbaikan dalam kurikulum maupun pembelajaran.

C. Kurikulum SMK dan Diklat berbasis Kompetensi

Kompetensi, secara substansial mengandung beberapa ciri dan cakupan yang

bersifat spesifik. Seperti dijelaskan Syaodih (1997:6), bahwa kompetensi setidaknya

ditunjukkan oleh tiga ciri sebagai berikut: (1) menunjukkan kebiasaan, kemampuan

nyata, tindakan aktivitas dan performansi dalam bidang atau keahlian tertentu; (2)

dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (TPU) yang harus dikuasai atau ditampilkan

peserta didik setelah selesai proses pembelajaran; (3) dirumuskan dalam kalimat

yang terdiri atas kata kerja/verb dan obyek seperti, melakukan pemetaan wilayah,

menganalisis masalah lingkungan, serta menyusun rencana kerja.

Lingkup dan cakupan kompetensi (profesional) dijelaskan oleh Burke (1995:13)

sebagai berikut: (1) kompetensi didasarkan pada analisis peran profesional dan

formulasi teoritis tanggungjawab profesional; (2) kompetensi menjelaskan hasil

belajar yang ditunjukkan oleh kinerja (performansi) yang ditunjukkan secara

profesional; (3) aspek kompetensi menjelaskan kriteria penilaian; (4) kompetensi

diciptakan sebagai prediktor tentatif tentang keefektifan profesional dan mengarah

kepada prosedur validasi.

Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi secara substansial berimplikasi

terhadap pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Implikasi ini secara tegas

menyebut bahwa perlu dikembangkan kurikulum yang mendukung proses

pendidikan dan pelatihan serta memberikan kontribusi terhadap hasil pembelajaran

siswa. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran dalam rangka competency based

education and training (CBET), setidaknya akan menyentuh prinsip relevansi dan

fleksibilitas. Prinsip relevansi menjadi demikian penting dalam kurikulum

pendidikan kejuruan berbasis kompetensi, karena menyangkut kesesuaian isi

Page 14: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

13

kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau industri, serta kesesuaian mutu

lulusan dengan standar pengguna. Prinsip ini sejalan dengan arah pembaharuan

pendidikan kejuruan yang bersifat demand driven dan market driven. Fleksibilitas

atau kelenturan kurikulum pendidikan kejuruan sangat perlu diwujudkan, terutama

dalam kaitan melayani keragaman kebutuhan pengguna (dunia usaha/industri), serta

kelenturan dalam melayani perbedaan kemampuan dan pengalaman peserta didik.

Prinsip fleksibilitas akan memberikan arahan untuk melahirkan beberapa program

pembelajaran yang sesuai, misalnya pola multyentry-multyexit, program eklektif,

serta pembelajaran bervariasi.

Kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan, kompetensi lebih

spesifik mengarah kepada ukuran-ukuran kinerja dan performansi lulusan dalam

menghadapi tugas profesionalnya. National training board Australia (1995)

mendeskripsikan bahwa Competency based Educational and Training (CBET)

adalah pendidikan dan pelatihan yang menitikberatkan pada penguasaan suatu

pengetahuan dan keterampilan khusus serta penerapannya di lapangan kerja.

Pengetahuan dan keterampilan ini harus dapat didemonstrasikan dengan standar

industri yang ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh keberhasilan seseorang

di dalam suatu kelompok. Pengukuran keberhasilannya menggunakan ”criterion

referenced” bukan ”norm referenced”.

D. Kompetensi Produktif dalam Pengembangan Kurikulum SMK

Penerapan prinsip pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, memiliki

konsekuensi adanya pengembangan kurikulum SMK dengan menggunakan beberapa

pendekatan. Dua diantaranya yang pokok adalah pendekatan kompetensi dan

pendekatan produktif. Dalam pelaksanaannya, kedua pendekatan ini pada dasarnya

terintegerasi menjadi satu dalam bentuk paket keahlian produktif, terutama diberikan

pada kelas 3 SMK. Bentuk pembelajaran dalam pendekatan ini adalah pelatihan

keahlian yang mengarah pada pencapaian kompetensi lulusan, dengan memberikan

pengalaman produksi (pada lini produksi) bagi siswa, baik dalam praktik kerja

industri, maupun pengembangan unit produksi sekolah. Integrasi pendekatan di atas,

memerlukan kemampuan dan sikap proaktif sekolah (SMK) terutama dalam

Page 15: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

14

menggalang kerjasama dengan stakeholders untuk bersama-sama menyelaraskan

kurikulum yang akan diimplementasikan di sekolah.

Kompetensi produktif dengan demikian adalah pendekatan pendidikan dan

pelatihan yang merujuk kepada kriteria keahlian dunia usaha/industri yang

pencapaiannya melalui pelatihan pada proses produksi atau menggunakan proses

produksi sebagai wahana pembelajaran, Pelatihan ini dapat berlangsung di industri,

melalui keterlibatan langsung siswa dalam proses produksi, atau di sekolah melalui

keterlibatan siswa dalam proses produksi di unit produksi.

Untuk mencapai sasaran pendekatan di atas, diperlukan rancangan program

(kurikulum) yang sinkron dan relevan, sebagai panduan dan pedoman pembelajaran.

Upaya-upaya sinkronisasi kurikulum memerlukan model yang teruji, baik secara

konsepsional maupun operasional, sehingga dapat menjadi acuan bagi sebagian besar

SMK, yang ternyata sampai dengan saat ini belum memiliki pola yang efektif dan

efisien.

Salah satu kelemahan pelaksanaan pendidikan menengah kejuruan sampai saat

ini masih berkisar pada relevansi dan fleksibilitas isi program kurikulum. Studi

Samsudi (1999) menemukan bahwa sering program atau kurikulum pendidikan dan

pelatihan masih disusun sepihak oleh penyelenggara, belum melibatkan dunia usaha

atau industri. Penelitian Sudana (1998) menyimpulkan bahwa (1) dalam hal

implementasi kurikulum, SMK masih bersifat sentralistik, artinya masih bertumpu

pada kurikulum nasional, belum banyak terjadi pengembangan kurikulum di

lapangan yang melibatkan DU/DI; (2) SMK masih memiliki penafsiran yang

bervariasi tentang pola sinkronisasi kurikulum pembelajaran; (3) SMK belum

memiliki pola yang efektif dan efisien dalam pengembangan kurikulum, khususnya

dalam bersinergi dengan dunia usaha/industri

Dua studi di atas setidaknya menggambarkan betapa sinkronisasi kurikulum

yang melibatkan stakeholders (DU/DI) belum banyak dilakukan oleh kalangan SMK.

Walaupun dalam penelitian Sudana disebutkan ada satu dua SMK yang melakukan

sinkronisasi, namun belum secara intens melibatkan DU/Di. Dikemukakan bahwa

kendala yang menyolok adalah pemahaman pihak sekolah yang masih mengambang,

di samping rasa kurang percaya diri, terutama karena terbatasnya peralatan SMK jika

harus menyelaraskan program pembelajarannya dengan DU/DI.

Page 16: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

15

E. Model Sinkronisasi Kurikulum SMK dengan Industri

Secara eksplisit perancangan kurikulum SMK edisi 1999 dan kurikulum SMK

2004 memberikan arahan perlunya dilakukan penyelarasan terhadap kurikulum

sebagai program pembelajaran atau mata diklat. Arahan itu memberikan pengertian

bahwa kurikulum, sebagai suatu program pembelajaran/diklat, untuk dapat

diimplementasikan di lapangan, perlu dilakukan penyelarasan dengan kondisi dan

kebutuhan lingkungan khususnya dunia kerja. Dengan demikian penyelarasan

kurikulum pada dasarnya merupakan bagian dari proses pengembangan kurikulum

SMK sehingga menjadi kurikulum yang siap dilaksanakan. Dalam hubungan ini

dapat dikatakan bahwa penyelarasan kurikulum memiliki kaitan yang erat dengan

konsepsi model pengembangan kurikulum , seperti yang dikenal dalam berbagai

literatur.

Dalam beberapa literatur (Syaodih, 1997:161-170), dapat dijelaskan bahwa

model pengembangan kurikulum pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua

kelompok besar, yaitu pertama, model pengembangan yang berkaitan dengan sistem

pendidikan/pengelolaan kurikulum yang diterapkan. Dalam hubungan ini dikenal tiga

model, yaitu (a) the administrative/line staff model; (b) the demonstrative model.

Line staff atau administrative model pada umumnya diterapkan pada sistem

pendidikan yang bersifat sentralistik. Dalam model ini inisiatif dan gagasan

pengembangan datang dari para administratur pendidikan dan menggunakan

prosedur administrasi. Dengan wewenang adminsitrasinya, administratur pendidikan

membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Tugas tim ini

adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijakan dan strategi

utama dalam pengembangan kurikulum.

Sebaliknya, grass-root dan The demonstration model pada umumnya

diterapkan pada sistem pendidikan yang bersifat desentralistik. Dalam model ini

seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan

upaya-upaya pengembangan kurikulum. Penyempurnaan dan pengembangan

kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh

komponen kurikulum. Kedua, model pengembangan kurikulum yang berkaitan

dengan fokus isi atau substansi kurikulum. Dalam hubungan ini dikenal beberapa

model yaitu: (a) Subject academic curriculum, yang terfokus pada bahan pelajaran

Page 17: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

16

yang berasal dari disiplin ilmu; (b) humanistic curriculum, yang menekankan

kebutuhan pribadi, serta kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa; (3)

technological/competence based curriculum, menekankan penguasaan kompetensi,

dan dalam proses pembelajaran/diklat dibantu dengan alat-alat teknologi; dan (4)

social reconstruction curriculum, yang berfokus pada masalah sosial dan dalam

pembelajarannya menekankan belajar kelompok.

Mendasarkan penjelasan di atas, maka penyelarasan kurikulum SMK berbasis

kompetensi produktif, dipandang dari sistem pendidikan/pengelolaan kurikulum,

pada dasarnya merupakan Grass-root model, serta dipandang dari sisi fokus

isi/substansi merupakan competence-based curriculum. Ciri grass root model, karena

dalam penyelarasan kurikulum SMK diterapkan semangat kolaborasi dengan

lapangan, komite sekolah dan dunia industri, khususnya dalam menyepakati

rumusan-rumusan kurikulum yang siap dilaksanakan di depan kelas. Demikian juga

ciri competence-based, ditunjukkan oleh kesesuaiannya dengan karakteristik

kurikulum SMK yang berbasis kompetensi.

F. Penyerapan Dunia Industri terhadap Lulusan SMK

Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai

investasi jangka panjang. Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan

ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen

pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-

ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis

merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya

pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang

kompetitif.

Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat

pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang

berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.

Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang

diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh

pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah

Page 18: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

17

kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang

dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang

yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar,

master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan

lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang

sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan

perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta

rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.

Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang

lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah

perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan

dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki

dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai

balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik

yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi

pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %.

Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang

terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya

dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan

menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi.

Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain

fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi

budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada

kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada

berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan

membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan

membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.

Kontribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi terjadi melalui

kemampuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan

ekonomi tidak hanya ditentukan oleh investasi modal, tetapi juga tenaga kerja yang

memiliki fleksibilitas dalam menguasai keterampilan baru untuk melaksanakan

pekerjaan baru, sejalan dengan perubahan struktur ekonomi dan lapangan kerja (The

Page 19: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

18

World Bank, 1991). Sementara itu, Hicks (1991), dengan menggunakan data dari

Bank Dunia, menyimpulkan bahwa, negara-negara dengan tingkat pendidikan yang

lebih tinggi, memiliki tingkat income yang lebih tinggi pula.

Hicks (1991) menjelaskan bagaimana memahami kontribusi pendidikan

dalam pertumbuhan ekonomi, dengan cara mengetahui sebab-sebab pertumbuhan

serta proses pertumbuhan itu sendiri. Menurut Hicks, para ahli ekomomi

mengidentifikasikan tiga faktor produksi, yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal.

Dalam proses pertumbuhan ekonomi, lahan diasumsikan tidak mengalami

perubahan. Sehingga, dua faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi adalah tenaga

kerja dan modal.

Pemerintah terus mendorong minat lulusan SLTP untuk melanjutkan studi di

sekolah menengah kejuruan (SMK) namun sejauh ini daya serap lapangan kerja

terhadap lulusan SMK masih relatif rendah. Dosen Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang (Unnes) Dr. Samsudi dalam pidato Dies Natalis ke-43 Unnes,

mengatakan, idealnya secara nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki

dunia kerja sekitar 80-85%, sedangkan selama ini yang terserap baru 61%. Ia

menyebutkan, pada tahun 2006 lulusan SMK di Indonesia mencapai 628.285 orang,

sedangkan proyeksi penyerapan atau kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK tahun

2007 hanya 385.986 orang atau sekitar 61,43%. "Jumlah ini belum ideal, harus

diupayakan peningkatan daya serap untuk memasuki lapangan kerja maupun

menciptakan peluang kerja," kata Samsudi. Menurutnya, daya serap ideal lulusan

SMK seharusnya mencapai 80-85%, sedangkan sekitar 15-20% lulusan SMK lainnya

dimungkinkan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Ia menjelaskan,

kecenderungan daya serap lapangan kerja menurut program keahlian sejak tahun

2000 hingga 2007 berubah-ubah, menyesuaikan dengan kondisi lapangan kerja pada

waktu tertentu. Pada tahun 2000, misalnya, lulusan Jurusan Teknik Elektronika daya

serapnya 87% namun melorot menjadi 50,5% pada 2006 sebelum akhirnya sedikit

naik menjadi 62%. Daya serap lulusan Jurusan Teknik Mesin juga mengalami nasib

sama, dari 84,86% pada tahun 2000 melorot daya serapnya pada tahun 2007 tinggal

76,52%. Daya serap tinggi ditunjukkan lulusan Jurusan Teknik Perkapalan, yang

mencapai 94,69%. Ia memperkirakan, daya serap lulusan Jurusan Teknologi

Informasi dan Komunikasi masih cukup tinggi. Kebutuhan SDM di bidang teknologi

Page 20: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

19

komunikasi dan informasi (ICT) di berbagai jenjang, mulai dari menengah, ahli,

hingga profesional, menurut dia, terus membengkak di masa mendatang. Mengutip

data Aizirman Djusan, kebutuhan tenaga ICT pada tahun 2008 diperkirakan

mencapai 32,6 juta orang, sedangkan tenaga ICT yang tersedia hanya 19,8 juta atau

baru terisi 61%.

Page 21: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, induktif, lebih menonjolkan proses dan

makna, serta laporan dirancang dalam bentuk narasi, dan mendalam. Namun

demikian penelitian ini juga menggunakan data-data yang sifatnya kuantitatif,

misalnya dalam bentuk nilai-nilai statistik serta tabel-tabel silang. Dengan demikian

penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

B. Sumber dan Informan Penelitian

Sumber data penelitian ini dapat berupa orang, dokumen, atau laboratorium.

Dokumen dapat berupa teks, gambar, film, cetakan, ataupun sketsa. Laboratorium

dapat berupa ruang praktek, praktikum berserta kelengkapan yang ada di dalamnya.

Laboratorium dapat berada di sekolah, industri, atapun bengkel-bengkel yang

digunakan praktik magang oleh siswa dan guru praktik.

Informan adalah sumber data yang berupa orang, yaitu orang yang

diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk melengkapi atau

memperjelas jawaban subyek penelitian. Pada penelitian ini informan kadang-

kadang juga bertindak sebagai subyek penelitian. Keabsahan informasi tidak cukup

jika hanya berasal dari satu informan saja, oleh karena itu, informasi digali dari

beberapa informan yang memahami secara luas dan dalam subyek penelitian.

Subyek penelitian ini adalah keterkaitan antara pendidikan dengan

ketenagakerjaan. Oleh karena itu, subyek penelitian ini adalah sekolah dan industri

beserta pengelola yang ada di dalamnya. Jika subyek penelitian ini adalah

kurikulum maka informan yang berkaitan dengan hal ini adalah Kepala Sekolah,

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, pengelola Bursa Kerja Khusus (BKK)

serta guru-guru yang ada di sekolah itu. Jika subyek penelitian adalah laboratorium,

maka informan yang kompeten adalah Kepala Bengkel, guru praktik, foreman, serta

siswa.

Page 22: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

21

C. Langkah-langkah Penelitian

Gambar 3. Langkah-langkah penelitian

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Fakta dan data yang akan digali dalam penelitian ini bermacam-macam,

oleh karena itu dibutuhkan metode dan alat pengumpul data (instrument) yang

bervariasi juga, misalnya adalah teknik dan lembar wawancara, teknik dan lembar

observasi, check list, serta dokumentasi dan dokumen. Uraian detil masing-masing

metode dan alat pengumpulan data yang digunakan seperti tersaji di bawah ini.

Pengumpulan Data

- Disnaker - Industri/Wirausaha

Dinas Pendidikan

Diklat dan Produksi

Seminar

Penyusunan Laporan

Sekolah

Page 23: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

22

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang mempunyai maksud tertentu, percakapan

ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberi jawaban atas pertanyaan.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang tidak

terstruktur atau wawancara bebas terpimpin.

b. Obeservasi

Penelitian ini menerapkan metode observasi langsung, yaitu di sekolah, industri,

Dinas Pendidikan, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pengamatan

dilakukan sendiri menggunakan lembar pengamatan secara langsung ditempat

subyek penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara memperoleh informasi mengenai hal-hal yang

berwujud catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

paper, lagger, serta agenda. Metode ini digunakan karena beberapa alasan (1)

dokumen merupakan sumber yang stabil dan kaya, (2) berguna sebagai bukti

untuk suatu pengujian, (3) sesuai dengan metode penelitian kualitatif, sebab

mempunyai sifat alamiah, dan (4) hasil pengkajian isi akan membuka

kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap subyek yang diteliti.

Dalam penelitian ini dokumen yang dibutuhkan adalah semua yang berkaitan

dengan kebijakan Dinas Pendidikan terhadap SMK, proses pembelajaran di

SMK, proses magang di industri, serta kemampuan lulusan SMK dalam bekerja

di industri.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir

penelitian, oleh sebab itu, teknik untuk memeriksa keabsahan data adalah

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan atau perbandingan

atas data yang telah dikoleksi. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa

dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber. Trianggulasi ini berarti

membandingkan dan memeriksa balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berlainan. Hal ini dapat dicapai dengan

Page 24: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

23

langkah (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)

membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pandangan orang sebagai

rakyat biasa, orang-orang yang berpendidikan, orang kaya, pemerintah, serta (5)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Pada proses pengumpulan data, keikutsertaan peneliti menjadi suatu hal

yang sangat penting dan menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan

peneliti membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tujuan agar data yang digali

menjadi jenuh. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal ini dilakukan

maka akan membatasi (1) gangguan peneliti terhadap konteks, (2) bias, (3) dari

kejadian-kejadian yang tidak lazim atau sesat.

F. Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu

(1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, dan (4) penarikan

kesimpulan atau verifikasi data. Keempat tahapan itu digambarkan dalam bagan di

bawah ini.

Gambar 4. Alur teknik analisis data

Pengumpulan Data

Sajian Data Emik dan Etik

Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan

Reduksi Data

Page 25: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

24

F. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1. Fokus (substansi)

Penelitian ini difokuskan kepada relevansi atau keterkaitan pendidikan dengan

kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja di industri, yang lebih khusus pada

bidang Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO).

Kesesuaian kompetensi kebutuhan oleh industri, peluang kerja dan pengajaran

di sekolah dan industri.

2. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di sekolah, industri, serta lembaga pemerintah yang

berkaitan langsung dengan ketenagakerjaan. Sekolah yang dijadikan populasi

adalah SMK bidang rekayasa, terutama untuk program studi Perkayuan,

Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif. Penentuan lokasi mendasarkan pada

asumsi bahwa memiliki SMK yang maju serta didukung oleh adanya industri-

industri yang selaras dengan program studi PELMO, meliputi 10 lokasi di

Jawa Tengah. Industri yang dijadikan populasi penelitian bisa berada di Jawa

Tengah maupun di luar Jateng. Lembaga pemerintah dalam penelitian ini

adalah Disnakertrans dan Dinas Pendidikan baik propinsi maupun

kabupaten/kota serta Kota tertentu pusat industri penampung lulusan SMK.

Page 26: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN SMK DI JAWA TENGAH

Program normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk

peserta didik menjadi pribadi yang utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan

sebagai mahkluk individu maupun mahkluk sosial baik sebagai warga negara

Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program ini berisi mata diklat yang lebih

menitikberatkan pada norma sikap dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan

dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan pengetahuan dan

keterampilan di dalamnya. Mata diklat pada kelompok normatif berlaku sama

untuk semua program keahlian.

Pada penelitian ini disajikan contoh untuk pelajaran Bahasa Indonesia.

Pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan untuk mendidik siswa agar dapat

bersikap positif, bertutur bahasa yang halus serta menghargai orang lain. Bersikap

positif adalah bersikap yang mempunyai manfaat untuk kepentingan orang lain

dan terbuka untuk menerima masukan atau kritik yang membangun. Bertutur

bahasa yang halus adalah bertutur kata yang tidak menyinggung perasaan orang

lain yang sedang kita ajak bicara.

Media yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran bahasa

Indonesia adalah buku cetak, CD pembelajaran, papan tulis, kapur dan penghapus.

Buku cetak adalah buku yang yang berisi materi pelajaran Bahasa Indonesia guna

menunjang proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. CD pembelajaran

untuk Bahasa Indonesia berisi materi pembelajaran yang ditampilkan dalam

bentuk materi-materi inti, yang penjelasannya akan disampaikan oleh guru.

Contoh materi yang disampaikan adalah cara pembuatan surat permohonan atau

surat ijin melaksanakan Prakerin di industri.

Di samping media pembelajaran di atas, dalam proses pembelajaran bahasa

Indonesia juga disiapkan ruang perpustakaan. Di dalam perpustakaan selain

menyediakan fasilitas peminjaman buku teks dan buku paket juga disediakan satu

Page 27: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

26

ruangan yang dilengkapi dengan televisi untuk menanyangkan CD pembelajaran

yang akan disampaikan guru.

Metode yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran mata

diklat Bahasa Indonesia adalah ceramah, diskusi, serta penugasan. Sifat

penugasan adalah mandiri, kelompok serta tugas yang harus diselesaikan di

rumah. Metode ceramah digunakan oleh guru dalam menjelaskan suatu materi,

sifatnya searah, yaitu siswa mendengarkan terlebih dahulu materi yang

disampaikan. Metode diskusi digunakan pada saat setelah materi disampaikan

oleh guru, yang selanjutnya dibuka tanya jawab, atau guru memberikan

pertanyaan kepada dan siswa memberikan tanggapan. Guru akan meluruskan

jawaban yang diberikan siswa jika jawaban siswa masih belum lengkap atau

menyimpang. Pemberian tugas dilakukan agar siswa secara berkelompok atau

sendiri memperdalam pemahaman materi yang disajikan pada hari itu. Tugas

rumah diberikan agar siswa mempunyai pemahaman yang lebih dalam terhadap

permasalahan-permasalahan yang kompleks.

Evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan pada akhir pertemuan

pada setiap pokok bahasan, hal ini tergantung dari sempit dan luasnya materi yang

ada. Di samping itu evaluasi dilakukan pada akhir semester yang berbentuk tes

tertulis dalam bentuk pilihan ganda serta tes uraian. Kadang-kadang tes dilakukan

secara lesan, yaitu dalam bentuk tes tanya jawab secara langsung antara guru dan

siswa secara individual. Nilai minimal yang harus diperoleh siswa adalah 7,00,

jika kurang maka guru memberikan tugas tambahan kepada siswa yang belum

dapat mencapainya. Siswa yang belum mencapai nilai minimal dianggap belum

tuntas dalam mengikuti mata diklat Bahasa Indonesia. Tugas tambahan lazim

disebut sebagai remedial.

Program adaftif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk

peserta didik sebagai individu agar mempunyai dasar pengetahuan yang luas serta

kuat dalam menyesuaikan diri atau mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan

diri serta beradaftasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya, di samping

itu mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Program

adaftif berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan

Page 28: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

27

kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep/prinsip dasar ilmu

serta teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan.

Program adaftif diberikan agar siswa tidak hanya memahami dan menguasai

”apa” dan ”bagaimana” suatu pekerjaan itu dilakukan, tetapi juga memberikan

pemahaman dan penguasaan tentang ”mengapa”. Program adaftif terdiri dari

kelompok mata diklat yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata

diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan

kebutuhan masing-masing program keahlian.

Dalam penelitian ini diberikan contoh mata diklat Keterampilan Komputer

dan Pengolahan Informasi (KKPI). Mata diklat ini mempunyai tujuan untuk

membekali siswa agar dapat menggunakan teknologi komputer dalam kehidupan

sehari-hari dan memiliki kemampuan aplikasi komputer sesuai Standar

Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) pada bidang permesinan.

Media yang dipakai dalam pembelajaran ini berupa buku cetak, kapur,

papan tulis, modul, serta seperangkat komputer. Modul diberikan oleh guru

sebagai panduan saat pelaksanaan pembelajaran, yang mana berisi cara

pengoperasian komputer. Buku penunjang mata diklat ini tersedia di

perpustakaan, sedangkan komputer tersedia di laboratorium. Pembelajaran

langsung dilakukan di dalam laboratorium yang sudah dilengkapi dengan audio

visual, sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara optimal.

Metode pembelajaran yang diterapkan dalam mata diklat KKPI ini adalah

ceramah, diskusi, serta tugas mandiri. Metode ceramah digunakan pada saat guru

menjelaskan langkah-langkah pengoperasian komputer, metode ini dilengkapi

dengan media audio visual yang telah tersedia. Metode diskusi dilakukan

lazimnya pada saat siswa menemukan hambatan dalam mengoperasikan kompuetr

atau perangkat lunak yang diajarkan, di samping itu jika pada saat ceramah oleh

guru ada beberapa materi yang dirasakan belum jelas. Tugas mandiri diterapkan

setelah pokok bahasa tertentu selesai, hal ini mempunyai tujuan agar siswa

memahami materi dan terampil dalam mengoperasikan perangkat lunak yang

diajarkan oleh guru.

Mata diklat ini bersifat keterampilan, sehingga evaluasi yang dilakukan

adalah berupa praktik mengoperasikan piranti lunak yang diajarkan. Evaluasi

Page 29: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

28

dilakukan dengan cara melihat tugas yang telah dikerjakan, untuk kemudian

diberikan penilaian. Di samping itu pada akhir semester dilakukan ujian yang

berupa penugasan, yaitu guru memberikan soal yang selanjutnya diselesaikan oleh

siswa. Siswa yang mempunyai nilai minimal 7,00 dianggap telah mencapai tugas

ketuntasan mata diklat KKPI, bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal akan

diberikan tugas tambahan oleh guru untuk dikerjakan di rumah.

2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINK AND MATCH SMK DI JAWA

TENGAH

a. Prosedur Penyelarasan Kurikulum SMK Negeri dan Swasta di Jawa

Tengah

Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi

membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar

Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif bersifat melayani

permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia industri

atau asosiasi profesi. Program produktif diajharkan secara spesifik sesuai

dengan kebutuhan tiap program keahlian.

Evaluasi dalam pembelajaran produktif ini dilakukan pada setiap satu

pokok bahasan atau setiap jenis pekerjaan yang diberikan selesai dikerjakan

dengan tujuan untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana siswa telah

menguasai bidang keahlian yang diajarkan sesuai dengan target

kelulusan.Lazimnya nilai yang menjadi patokan adalah 7,00, jika kurang dari

nilai ini maka siswa yang bersangkutan diwajibkan untuk melakukan remidial.

Waktu remidial lazimnya dilakukan pada saat liburan semester, sehingga

nilainya menjadi 70.

Kurikulum yang digunakan untuk mata diklat produktif ini disusun

bersama antara sekolah dan industri. Kegiatan ini lazimnya diwadahi dalam

bentuk kegiatan berupa In House Training (IHT), yaitu suatu wadah untuk

mensinkronkan antara kurikulum sekolah dengan keterampilan yang sama di

industri, sehingga ditemukan suatu kurikulum terstandar. Kurikulum inilah

yang biasanya digunakan untuk pembelajaran produktif.

Page 30: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

29

Gambar 5. Prosedur Penyelarasan Kurikulum Program Adaftif dan Produktif SMK Negeri di Jawa Tengah

KELOMPOK GURU PRODUKTIF PROGRAM

KEAHLIAN MESIN PERKAKAS

KONDISI DAN KEBUTUHAN

INDUSTRI

KTSP MAPEL ADAFTIF DAN PRODUKTIF

IN HOUSE TRAINING (IHT)

KURIKULUM ALTERNATIF

KEPALA SEKOLAH

WAKA SEKOLAH

INDUSTRI PASANGAN

KURIKULUM TERSTANDAR YANG

DILAKSANAKAN

Page 31: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

30

Gambar 6. Prosedur Penyelarasan Kurikulum Program Adaftif dan Produktif di SMK Mikail Surakarta

ATMI SURAKARTA

KTSP MAPEL ADAFTIF DAN PRODUKTIF

KURIKULUM ALTERNATIF

KUNJUNGAN KE INDUSTRI PERMESINAN

WAKA SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH

KURIKULUM TERSTANDAR YANG DILAKSANAKAN

INDUSTRI MILIK

YAYASAN MIKAIL

KELOMPOK GURU PRODUKTIF PROGRAM

KEAHLIAN MESIN PERKAKAS

Page 32: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

31

b. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di Beberapa SMK Negeri

di Jawa Tengah

1) Kasus SMK Mikail Surakarta

Di SMK Mikael, pengembangan kurikulum tidak dilakukan dengan

industri di luar kampus. Artinya sinkronisasi kurikulum dilakukan secara

internal bersama-sama dengan ATMI. Di kampus ini, sekolah mempunyai

perusahaan atau industri, lazim disebut juga sebagai ”unit produksi”. Unit

produksi yang sifatnya sudah pabrikasi ini mengerjakan order dari luar.

Pekerjaaanya berkisar pada produk-produk mesin industri beserta

komponen-komposekolah secara otomatis dapat langsung terserap, sehingga

SMK Mikael tidak harus membutuhkan masukan dari industri di luar unit

produksinya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, SMK Mikael

melakukan sinkronisasi secara tidak langsung yaitu pada saat mereka

berkunjung di Pabrik Rokok Gudang Garam, yaitu bahwa siswa-siswa

mereka seharusnya belajar juga mengenai kelistrikan industri. Masukan ini

diakomodasikan di dalam kurikulum, yang saat ini sudah diajarkan di SMK

Mikael.

SMK Mikael Solo memiliki unit produksi yang terintegrasi dengan

pembelajaran mata pelajaran produktif di sekolah. Sejak 2002 sekolah

memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Standar Internasional ISO

9001-2000. Sekolah juga dipercaya menjadi Sister dari Indonesian German

Institute (IGI) untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia di

Indonesia melalui Program Pendidikan SMK dan Social Grassroot Training

Center (SGTC). Di samping itu sekolah memiliki tim penjamin mutu, yaitu

Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI). SMK yang mempunyai kerjasama

dengan dunia usaha dan industri, unit produksi, sistem manajemen mutu

standar internasional ISO

Siswa SMK Mikael tidak ada pemagangan layaknya SMK negeri atau

swasta yang lain. Saat ini pemagangan disebut sebagai kegiatan Prakerin

(Praktik Kerja Industri). Siswa SMK Mikael melaksanakan Prakerin di unit

produksi sekolah yang mekanismenya adalah 5 siswa dikirim ke unit

produksi selama tiga minggu, setelah itu ganti kelompok berikutnya sebesar

Page 33: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

32

5 siswa juga selama tiga minggu. Pelaksanaan Prakerin seperti ini disebut

sebagai sistem blok, yaitu 3 minggu di unit produksi dan selanjutnya di

kelas teori.

2) Kasus SMK Cilacap, Pati, Tegal, Magelang dan Kudus

Pelaksanaan Prakerin pada keahlian mesin Perkakas SMKN 2 Cilacap,

SMKN 2 Pati, SMKN 2 Slawi , keahlian otomotif di SMKN 1 Magelang

dan SMKN 2 Kudus di lakukan pada semester pertama di kelas tiga selama

tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua

tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan

tahap kedua bulan November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan

jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri.

Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh

pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di

sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman

kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa

pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,

keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan

dilaksanakan selama dua hari.

Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke

industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat

prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. PERMIKO Cilacap, PT.

Karya Hidup Sentosa (KHS) Yogyakarta, PT. Saka Nusantara Cilacap, CV.

Sederhana Cilacap, bengkel bubut Prima Teknik Cilacap, PT. Safari Jaya

Cilacap, CV. Bubut Batas Jaya Cilacap, PT. Katshiro Indonesia jakarta, PT.

Sinar Pratama CilacapBengkel bubut Men Jaya Purbalingga, PT. Daihatsu

Motor Pati, PT. NIKOO MAS Cikarang, PT. Komatsu Cikarang, PT.

Polytron Kudus, Pabrik Kacang Garuda Pati, pabrik pengecoran logam di

Adiwerna Kabupaten Tegal, dan Karoseri New Armada Magelang

Di bawah ini disajikan Gambar IV.4 tentang pola pelaksanaan Prakerin yang

diterapkan di SMKN 2 Cilacap, SMKN 2 Pati dan SMKN 2 Slawi, SMKN 1

Magelang dan SMKN 2 Kudus.

Page 34: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

33

Gambar 7. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK N 2 Cilacap, SMK N 2 Pati, SMK N 2 Slawi, SMKN 1 Magelang dan SMKN 2 Kudus tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008

I II III

(1) (1) (3c)

(2) (2)

(3a) (3a) (1)

(3b) (3b) (2)

Pada tahun ajaran 2008/2009, khusus untuk SMKN 2 Cilacap pola

pelaksanaan prakerin diubah menjadi empat gelombang, yaitu gelombang

pertama pada tanggal 30 Juni 2008 sampai dengan 27 September 2008,

gelombang kedua 29 September 2008 sampai dengan 27 Desember 2008,

gelombang ketiga 29 Desember 2008 sampai dengan Maret 2009, serta

gelombang keempat 30 Maret 2009 sampai dengan 27 Juni 2009. Pola

penyelenggaraannya seperti tersaji dalam Gambar 8. di bawah ini.

Gambar 8. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK 2 Cilacap tahun ajaran 2008/2009

I II III

(1) (3c) (1)

(2) (3c) (2)

(3a) (1) (3a)

(3b) (2) (3b)

Prakerin dilaksanakan sejak kelas dua, yaitu pada bulan Desember

sampai dengan bulan Juni bergantian, artinya diadakan dua gelombang yaitu

Desember sampai dengan Maret dan Maret sampai dengan Juni. Prakerin

dibimbing oleh tiga sampai dengan empat guru pembimbing, yaitu satu

koordinator dan dua atau tiga gur pembimbing yang berasal dari kelompok

Kerja PSG (Pendidikan Sistem Ganda).

Guru pembimbing melaksanakan monitoring lazimnya dilakukan dua

kali, untuk tempat prakerin yang jauh, misalnya Jakarta dan Yogyakarta

dilakukan sekali. Monitoring dilakukan untuk mengamati permasalahan

siswa di industri, hal in lebih ke permasalahan mental dan psikologis siswa.

Page 35: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

34

Evaluasi kemampuan siswa di industri diserahkan langsung kepada

pembimbing lapangan. Dalam hal ini industri atau perusahaan sudah

mempunyai format penilaian masing-masing yang tidak jauh dari tuntutan

sekolah. Bagi industri yang belum memiliki format penilaian, biasanya

menggunakan format yang dimiliki oleh sekolah yang merujuk kepada buku

panduan penyelenggraan prakerin dari Direktorat pendidikan Menengah

Kejuruan.

3) Kasus SMKN 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal

Pelaksanaan Prakerin pada keahlian teknik perkayuan SMKN 2

Salatiga dan SMKN 2 Kendal di lakukan pada semester pertama di kelas

tiga selama tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan

dalam dua tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan

September; dan tahap kedua bulan November sampai dengan Januari.

Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara

sekolah dengan industri.

Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh

pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di

sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman

kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa

pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,

keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan

dilaksanakan selama dua hari.

Pelaksanaan prakerin di SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal untuk

program keahlian teknik perkayuan menggunakan sistem blok. Artinya

siswa selama tiga bulan berada di industri perkayuan, tidak ada kegiatan

pembalajaran di kelas, siswa tinggal di sekitar industri, lazimnya adalah

kost. Sistem ini digunakan agar keterampilan yang diperoleh di industri

tidak terganggu oleh mata diklat yang ada di sekolah, sehingga diharapkan

keterampilan yang diperoleh adalah bulat. Setelah masa tiga bulan terpenuhi

siswa dikembalikan ke sekolah. Di bawah ini disajikan model

Page 36: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

35

penyelenggaraan prakerin yang dilakukan oleh program keahlian teknik

perkayuan SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal.

Kegiatan monitoring yang dilakukan sekolah hanya dilakukan sekali

selama tiga bulan, hal ini dilakukan agar sekolah tidak mengganggu proses

pembelajaran di industri. Di samping itu pembimbing dari sekolah biasanya

menanyakan mengenai hambatan yang dialami siswa di industri, ada

permasalahan tidak dalam beradaptasi. Demikian juga sekolah menanyak

hal itu kepada industri, apakah siswa dari sekolahnya mengalami

permasalahan, etika, moral atau semangat kerja misalnya. Guru pembimbing

tidak mempunyai wewenang membarikan penilaian keterampilan siswa.

Kegiatan penilaian dilakukan sepenuhnya oleh industri.

Gambar 9. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal program keahlian Teknik Perkayuan

I II III

(1) (1) (3c)

(2) (2) (1)

(3a) (3a) (2)

(3b) (3b) (3a) dan

(3b)

Bentuk penilaian yang dilakukan oleh industri adalah berkaitan

dengan kinerja siswa dalam menyelesaikan bahan menjadi produk jadi.

Penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang ditempuh siswa di

industri. Misalnya untuk industri yang bergerak di bidang permebelan,

kompetensi yang dinilai antara lain adalah hasil kerja siswa menggunakan

kerja bangku dan mesin. Di samping itu diberikan juga penilaian mengenai

menegenai sikap, etika, semangat kerja, yang mana penilaian ini

dimasukkan dalam jurnal harian, yang nantinya dari industri diberikan

kepada sekolah.

Setelah penarikan, siswa biasanya diminta sekolah untuk membuat

laporan pelaksanaan prakerin di industri. Setelah laporan jadi, selanjutnya

siswa diuji oleh pembimbing yang berasal dari sekolah. Siswa memperoleh

hasil nilai prakerin dari sekolah, yang mana nilai dari siswa merupakan

Page 37: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

36

rerata dari kedua nilai itu, yaitu nilai ujian prakerin dan nilai dari

pembimbing lapangan.

4) Kasus di SMK TELKOM Sandhy Putra Purwokerto

Berdasarkan naskah perjanjian kerjasama yang tertuang dalam

perjanjian kerjasama antara PT. TELKOM dengan Yayasan Sandhykara

Putra Telkom (YSPT) No. Tel.518/PD000/SDM-23/1999 dan nomor:

01/PDD/DPP-YSPT, tanggal 2 November 1999, tentang Pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yang mana PT. TELKOM sebagai salah

satu institusi pasangan dan telah sepakat mengikat diri untuk membantu

penyelenggaraan/pengelolaan pendidikan SMK TELKOM, sehingga

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dengan cara Praktik kerja

Industri dapat terwujud.

Tujuan Umum PSG di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto

adalah: (1) menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian profesional yaitu

lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan etos kerjasama

dengan tuntutan lapangan kerja yang makin kompetitif; (2) keterkaitan dan

kesepadanan (Link and Match) antara sekolah dengan dunia usaha atau

industri dapat tercapai; (3) meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses

pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional; dan

(4) memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja

sebagai bagian dari proses pendidikan.

Tujuan khusus adalah (1) mempersiapkan siswa untuk belajar, bekerja

mandiri, bekerjasama dalam bentuk tim dan mengembangkan potensi dan

kreativitas sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing; (2)

meningkatkan status dan kepribadian siswa sehingga mampu berorientasi,

berkomunikasi dan meiliki rasa tanggungjawab serta disiplin yang tinggi;

dan (3) memberi kesempatan bagi siswa yang berpotensi untuk menjadi

tenaga terampil dan produktif berdasarkan pengakuan standar profesi.

Kerjasama antara SMK dengan dunia industri dan usaha dilaksanakan

dalam prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk

keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan PSG akan

Page 38: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

37

memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama, seperti

dijelaskan beberapa paragraf di bawah ini.

Nilai tambah bagi industri atau perusahaan adalah (1) industri dapat

mengenal kualitas peserta PSG yang belajar dan bekerja di perusahaannya;

(2) pada umumnya peserta PSG telah mengikuti proses produksi secara

aktif, sehingga pada penegertian tertentu peserta PSG adalah tenaga kerja

yang memberikan keuntungan; (3) selama proses pendidikan melalui kerja

di industri, peserta PSG lebih mudah diatur dalam al disiplin berupa

kepatuhan terhadap aturan industri, karena itu sokap peserta PSG dapat

dibentuk sesuai ciri khas tertentu dari perusahaan yang mana peserta

melaksanakan PSG; (4) industri dapat memberi tugas kepada peserta PSG

untuk mencari pengetahuan dan teknologi (sekolah) untuk kepentingan

perusahaan; dan (5) memberikan kepuasan bagi industri atau perusahaan

karena diakui ikut serta menentukan hari depan bangsa, melalui PSG.

Nilai tambah bagi sekolah adalah (1) tujuan pendidikan untuk

memberi keahlian profesional bagi peserta didik lebih terjamin

pencapaiannya; (2) terdapat kesesuaian yang lebih tinggi antara program

pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja, hal ini sesuai dengan prinsip

link and match; (3) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan atau

sekolah karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang

bermakna, baik untuk kepentingan tamatan, industri, serta bangsa.

Nilai tambah bagi peserta praktik PSG adalah (1) hasil belajar peserta

di industri akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul

memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf

hidup dan sebagai bekal untuk mengembangkan dirinya secara

berkelanjutan; dan (2) keahlian profesional yang diperoleh dapat

mengangkat harga diri dan rasa percaya diri tamatan yang selanjutnya akan

mendorong siswa untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat

yang lebih tinggi.

Pelaksanaan Prakerin pada keahlian teknik informatika dan teknik

jaringan di lakukan pada semester pertama di kelas dua selama dua bulan

penuh di industri (Bulan Januari sampai dengan Februari). Prakerin lanjutan

Page 39: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

38

dilaksanakan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh (Juli, Agustus, dan

September). Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan

antara sekolah dengan industri.

Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh

pembekalan dari sekolah dan industri (PT. TELKOM). Biasanya kegiatan

ini dilakukan di sekolah. Industri (PT. TELKOM) didatangkan ke sekolah

untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang profil industri mereka,

serta gambaran kegiatan siswa pada saat ada di industri. Di samping itu,

disampaikan juga norma, keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan

Prakerin. Pembekalan dilaksanakan selama tiga hari. Di bawah ini disajikan

Tabel IV. 1. tentang materi pembekalan dalam rangka PSG di PT.

TELKOM

Tabel IV.1 Materi pembekalan dalam rangka PSG di PT. TELKOM

No. Hari ke- Materi Petugas 1. Pertama 1. Teknik pelaksanaan PSG

2. Pengantar umum tentang Teknik Jaringan dan Akses Pelanggan;

3. Pengantar umum tentang Teknik Komputer Jaringan.

Sekolah PT. TELKOM PT. TELKOM

2. Kedua 1. Penyampaian project work untuk proyek tugas akhir;

2. Etika pergaulan dan penyesuaian diri di lingkungan kerja;

3. Penyampaian format penilaian PSG dan pembagian surat pengantar PSG

Sekolah Psikolog Sekolah

3. Ketiga 1. Pengarahan pelaksanaan PSG; 2. Pengenalan PT. TELKOM; 3. Pembagian dan pengambilan surat

pengantar PSG.

Kepala Sekolah PT. TELKOM Sekolah

Sumber: Program PSG SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto

Pelaksanaan prakerin SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto untuk

program keahlian teknik jaringan menggunakan sistem semi blok.

Penyelenggaraan prakerin dibagi menjadi dua tahapan, yaitu yang pertama

dilaksanakan pada kelas dua, di samping itu diadakan juga pada kelas tiga.

Kelas dua dilaksanakan selama dua bulan, sedangkan kelas tiga

dilaksanakan selama tiga bulan. Semi blok disini merupakan bentuk dari

Page 40: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

39

pelaksanaan PSG tipe blok yang dimodifikasi, jika sistem blok pelaksanaan

PSG dilakukan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh, maka semi blok

merupakan modifikasinya. Dalam hal ini pada tahap pertama yang

dilakukan di kelas dua siswa selama dua bulan berada di PT. TELKOM,

tidak ada kegiatan pembelajaran di kelas, siswa tinggal di sekitar industri,

lazimnya adalah kost. Sistem ini digunakan agar keterampilan yang

diperoleh di industri tidak terganggu oleh mata diklat yang ada di sekolah,

sehingga diharapkan keterampilan yang diperoleh adalah bulat. Setelah

masa dua bulan terpenuhi siswa dikembalikan ke sekolah. Kegiatan ini

diulangi lagi pada saat siswa kelas tiga, bahkan waktunya lebih lama lagi

yaitu selama tiga bulan penuh di PT. TELKOM. Di bawah ini disajikan

model penyelenggaraan prakerin yang dilakukan oleh program keahlian

teknik jaringan di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto.

Gambar 10. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK Telkom Sandy Putra Purwokerto

Klas I Klas II Klas III (1) (3c) (1)

(3c) (1)

(2) (2) (2)

(3a) (3a) (3c) (3c) (3c)

(3b) (3b) (3a) dan (3b)

Tata tertib siswa yang melaksanakan PSG di lingkungan Divre IV

Jawa Tegah dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah (1) hari dan jam kerja

praktik siswa disesuaikan dengan jam kerja pegawai yaitu untuk hari Senin

sampai dengan Kamis mulai pukul 07.30 sampai dengan 17.00 WIB,

sedangkan hari Jumat mulai pukul 08.00 sampai dengan 16.00, hari Sabtu

libur; (2) siswa diharuskan memakai pakaian seragam OSIS atau pakaian

kerja lapangan dan tidak diperkenankan memakai pakaian lain di luar

pakain tersebut; (3) siswa diwajibkan menyerahkan laporan PSG dalam

bentuk makalah, dibuat rangkap tiga; (4) siswa dilarang menyebarkan hasil

Page 41: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

40

laporan atau penelitiannya kepada pihak lain; (5) siswa di lokasi PSG harus

menandatangani surat pernyataan di atas materai Rp. 6000,-; (6)

menyerahkan dua lembar pas foto hitam putih ukuran 3x4; (7)

melaksanakan dan mengisi daftar hadir setiap hari serta diparaf oleh Kepala

Unit kerja atau pembimbing lapangan; (8) menjaga nama abaik sekolah,

selalu bersikap santun dan ramah terhadap sesama; dan (9) dilarang

menggunakan fasilitas atau sarana PT. TELKOM tanpa ijin, seperti telepon,

foto copy, komputer untuk kepentingan pribadi.

Kegiatan monitoring yang dilakukan sekolah hanya dilakukan sekali

selama tiga bulan, hal ini dilakukan agar sekolah tidak mengganggu proses

pembelajaran di PT. TELKOM. Di samping itu pembimbing dari sekolah

biasanya menanyakan mengenai hambatan yang dialami siswa di industri,

ada permasalahan tidak dalam beradaptasi. Demikian juga sekolah

menanyakan hal itu kepada industri, apakah siswa dari sekolahnya

mengalami permasalahan, etika, moral atau semangat kerja misalnya. Guru

pembimbing tidak mempunyai wewenang memberikan penilaian

keterampilan siswa. Kegiatan penilaian dilakukan sepenuhnya oleh industri.

Bentuk penilaian yang dilakukan oleh industri adalah berkaitan

dengan kinerja siswa dalam menyelesaikan bahan menjadi produk jadi.

Penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang ditempuh siswa di

industri. Misalnya untuk PT. TELKOM yang bergerak di bidang jaringan,

kompetensi yang dinilai antara lain adalah hasil kerja siswa dalam bidang

sistem penyambungan kabel. Di samping itu diberikan juga penilaian

mengenai menegenai sikap, etika, semangat kerja, yang mana penilaian ini

dimasukkan dalam jurnal harian, yang nantinya dari industri diberikan

kepada sekolah.

Aspek yang dinilai dalam laporan kemajuan siswa peserta PSG di PT.

TELKOM seperti tersaji dalam Tabel IV. 2 di bawah ini.

Page 42: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

41

Tabel IV.2. Aspek penilaian PSG siswa SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto

No. Aspek yang Dinilai

Kriteria Penilaian Bobot

1. Disiplin a. Ketentuan jam kerja b. Penggunaan pakaian seragam dan

atribut; c. Sikap sopan santun

40 30 30

Sub Total 100 2. Kerjasama a. Kemampuan bekerjasama;

b. Penyesuaian pendapat; c. Pertimbangan dan penerimaan usul

orang lain

40 30 30

Sub Total 100 3. Inisiatif a. Mencari tata kerja baru;

b. Pemberian saran yang baik; c. Mampu mengemukakan pendapat

25 25 50

Sub Total 100 4. Kerajinan a. Mempelajari setiap hal baru;

b. Membentu pelaksanaan tugas kelompok;

c. Membantu pelaksanaan tugas pembimbing

40 30 30

Sub Total 100 5. Tanggungjawab a. Memelihara barang milik perusahaan;

b. Penyelesaian tugas sampai tuntas; c. Tidak melempar tanggungjawab

40 30 30

Sub Total 100 6. Sikap a. Keiklasan dalam melaksanakan tugas;

b. Penghargaan terhadap bidang tugas orang lain;

c. Jujur dan bertanggungjawab

30 30 40

Sub Total 100 7. Prestasi a. Kesungguhan;

b. Kecakapan; c. Hasil kerja

30 30 40

Sub Total 100 Sumber: Program PSG SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto

Setelah penarikan, siswa biasanya diminta sekolah untuk membuat

laporan pelaksanaan prakerin di PT. TELKOM Setelah laporan jadi,

selanjutnya siswa diuji oleh pembimbing yang berasal dari sekolah. Siswa

memperoleh hasil nilai prakerin dari sekolah, yang mana nilai dari siswa

merupakan rerata dari kedua nilai itu, yaitu nilai ujian prakerin dan nilai dari

pembimbing lapangan.

Page 43: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

42

5).Kasus SMKN 2 Klaten

Pelaksanaan Prakerin pada keahlian mesin Perkakas SMKN 2 Klaten

di lakukan pada semester kedua di kelas tiga selama tiga bulan penuh di

industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap

pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan tahap kedua bulan

November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan jam kerja

disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri.

Program Keahlian Mesin Perkakas di SMKN 2 Klaten dirancang

dalam empat tahun. Klas satu sampai dengan klas tiga muatan kurikulumnya

sama dengan Program Keahlian Mesin Perkakas di SMK tiga tahun. Pada

kelas empat siswa melaksanakan prakerin di industri selama satu tahun, di

samping Prakerin yang diadakan di kelas tiga. Pada siswa yang tidak

memperoleh tempat Prakerin, atau mengikuti Prakerin tetapi sebelum masa

satu tahun sudah selesai, maka SMK membekali mereka dengan praktik

produktif hingga mencapai satu tahun. Pada akhir semester delapan siswa

yang memiliki keterampilan kategori sangat baik, didaftarkan mengikuti

ujian kompetensi di ATMI Surakarta. Biasanya jumlah peserta yang

diikutsertakan ujian kompetensi sekiutar 10 siswa. Hal ini dilakukan, karena

biaya untuk ujian kompetensi sangat besar untuk ukuran sekolah, yaitu per

peserta adalah 1,5 juta rupiah. Jika pihak panitia ujian kompetensi dalam hal

ini ATMI Surakarta meminta sekolah menyediakan mesin ujinya, maka

jumlah pesertanya menjadi berkurang, karena jumlah mesin yang memenuhi

syarat untuk ujian kompetensi hanya tiga unit. Pada tahun 2007 jumlah

siswa yang lulus ujian kompetensi adalah tiga orang.

Siswa yang mengikuti Prakerin selama di kelas empat di PT. KHS,

biasanya memperoleh sertifikat yang setara dengan hasil ujian kompetensi.

Namun demikian menurut guru SMKN 2 Klaten Program Keahlian Mesin

Perkakas, kualitas sertifikat dari PT. KHS masih di bawah sertifikat yang

diperoleh dari ATMI Surakarta. Selanjutnya dikatakan bahwa, nilai rata-rata

hasil uji kompetensi dari ATMI sebesar 5,5 lebih dihargai dibanding nilai

delapan atau sembilan yang diperoleh dari PT. KHS. Hal ini disebabkan

Page 44: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

43

industri tempat Prakerin merasa “hutang budi” kepada siswa karena sudah

dibantu, sehingga ketika memberikan nilai dalam sertifikat cenderung tinggi

yaitu antara delapan sampai dengan sembilan.

Siswa yang melaksanakan Prakerin di sekolah juga memperoleh

sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah. Hal ini sangat dimungkinkan,

karena salah satu guru Program Keahlian Mesin Perkakas di SMKN2 Klaten

telah memiliki sertifikat asesor sebagai penguji ujian kompetensi.

Meskipun kualitas sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah masih kurang

dihargai, namun dirasakan sangat berarti bagi siswa.

Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh

pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di

sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman

kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa

pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,

keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan

dilaksanakan selama dua hari.

Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke

industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat

prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. Karya Hidup Sentosa

(KHS) Yogyakarta, PT. Katshiro Indonesia jakarta. Pada tahun 2006, 2007

siswa diberangkatkan dalam dua gelombang secara bersama-sama, namun

pada tahun 2008 ini jumlah gelombang lebih banyak lagi, semua itu

tergantung kepada industri pasangan. Di bawah ini disajikan gambar tentang

pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMKN2 Klaten.

Gambar 11. Prakerin Model 1 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di PT. KHS Gelombang pertama

I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3c) (3b) (3b) (3b)

Page 45: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

44

Gambar 12. Prakerin Model 2 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di PT. KHS Gelombang kedua

I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3b) (3b) (3b) (3c)

Gambar 13. Prakerin Model 3 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah

dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3c) (3b) (3b) (3b)

Gambar 14. Prakerin Model 4 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah

I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3b) (3b) (3b) (3c)

Keterangan:

: Prakerin di industri

: Ujian kompetensi dengan ATMI atau dengan SMK 3

: Prakerin di industri atau di sekolah

Pada saat kelas tiga, semua siswa mengikuti Ujian Nasional (UN).

Jadi UN tidak dilaksanakan pada klas empat. Pada kelas tiga itulah siswa

memperoleh ijasah atau STTB, namun demikian mereka belum dianggap

tamat, sebab masih ada waktu satu tahun untuk menyelesaikan studi di

Program Keahlian Mesin perkakas. Pada tahun keempat itulah mereka

melaksanakan Prakerin yang kedua, sedapat mungkin sampai memperoleh

Page 46: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

45

sertifikat kompetensi dari industri ataupun dari lembaga tempat uji

kompetensi, misalnya ATMI Surakarta.

3. JUMLAH DAN KEMAMPUAN LULUSAN SMK DI JAWA TENGAH

a. Kasus SMK St. Mikail Surakarta

Di SMK Mikael Solo tingkat angka mengulang kelas sebesar 0,8% dan

terjadi pada tahun pelajaran 2005/2006, sedangkan pada tahun pelajaran

2004/2005 dan 2006/2007 angka mengulang kelas nol persen. Nilai rerata UN

Bahasa Inggris tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007)

berturut-turut 6,82; 8,04; dan 8,29. Nilai rerata UN untuk mata pelajaran

Matematika tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007)

berturut-turut 7,75; 7,68; dan 8,23. Persentase lulusan empat tahun terakhir

(2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut-turut 95%; 97,5%; 100%; dan 100%.

Dengan demikian angka pengulang kelas, jumlah DO, nilai UN, dan jumlah

lulusan yang demikian di kedua sekolah tersebut menjadi salah satu good

practice dan ciri keberhasilan pengelolaan SMK bertaraf internasional.

Di SMK Mikael Solo jumlah lulusan empat tahun terakhir (2004, 2005,

2006, dan 2007) yang mengisi kesempatan kerja sesuai dengan program

studinya berturut-turut sebanyak 43 orang, 57 orang, 59 orang, 60 orang.

Sisanya lebih kurang 50% lulusan dari tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007

melanjutkan ke perguruan tinggi. Mayoritas ke Akademik Teknik Mesin dan

Industri (ATMI) Solo, Universitas Sanata Dharma, Atmajaya Yogyakarta, dan

sejumlah perguruan tinggi negeri. Masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan

pertama maksimal 1-3 bulan. Di samping itu permintaan tenaga kerja oleh

industri selama empat tahun terakhir (2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut-

turut 42 orang, 50 orang, 43 orang, dan 50 orang. Dari permintaan tersebut

hanya dapat dipenuhi sebanyak 10 orang, 16 orang, 13 orang, dan 15 orang,

sehingga terdapat surplus permintaan sebesar 32 orang, 34 orang, 30 orang,

dan 35 orang tenaga kerja. Dengan demikian banyaknya lulusan yang terserap

oleh dunia kerja, surplus permintaan tenaga kerja, dan masa tunggu yang relatif

pendek untuk mendapatkan pekerjaan pertama merupakan good practice

pengelolaan SMK bertaraf internasional.

Page 47: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

46

b. Kasus SMKN 2 Cilacap

Gambaran kemampuan lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap dapat diprediksi

dari data lulusan, serta status kelulusannya. Di bawah ini disajikan Tabel IV.

Tentang data lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2004/2005;

2005/2006; dan 2006/2007.

Tabel IV.3. Data lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2004/2005; 2005/2006; dan 2006/2007

No. Tahun Pelajaran

Jumlah Peserta Ujian

Jumlah Lulusan

Status Pekerjaan Dikontrak sebelum

lulus

Bekerja Setelah Lulus

Tidak tahu

1. 2004/2005 395 393 (99,5) 116 (29,5) 132 (33,6) 145

2. 2005/2006 400 396 (99) 67 (16,9) 101 (25,5) 228

3. 2006/2007 397 394

(99,25)

97 (24,6) 2 (0,5) 295

Sumber: Data lulusan SMK Negeri 2 Cilacap Tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa jumlah lulusan berturut-turut

mulai tahun 2004 sampai dengan 2007 adalah 99,5%; 99% dan 99,25%, ini

berarti bahwa terdapat fluktuasi prosentase jumlah lulusan, meskipun

fluktuasinya sangat kecil. Meskipun demikian prosentase jumlah siswa yang

lulus dibandingkan angka kelulusan Propinsi Jawa Tengah adalah lebih besar,

sebab tahun 2005/2006 (99%>87,46%), serta tahun pelajaran 2006/2007

(99,25%>91,88%). Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar di

SMK Negeri 2 Cilacap relatif baik.

Berdasarkan tabel di atas nampak juga bahwa prosentase siswa yang

dikontrak bekerja di industri terjadi fluktuasi yaitu naik turun antara tahun

2004 sampai dengan 2007. Secara agregatif nampak bahwa pada tahun

2004/2005 lulusan yang dikontrak bekerja di industri sebesar 29,5%, sementara

lulusan tahun pelajaran 2005/2006 menurun menjadi 16,9% serta pada tahun

pelajaran 2006/2007 naik lagi menjadi 24,6%. Hal ini selaras dengan kondisi

industri di bidang rekayasa yang berfluktuatif antara tahun 2004 sampai dengan

2007. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan sekolah dalam

berkomunikasi dengan industri terjadi cukup baik, sehingga belum lulus pun

siswa sudah banyak yang dikontrak oleh industri.

Page 48: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

47

Secara kasus per kasus, di alinea di bawah ini akan disajikan dinamika

perekrutan tenaga kerja yang dilakukan oleh BKK SMK Negeri 2 Cilacap.

Sebanyak 310 siswa kelas III Bidang Keahlian Teknik Mesin dan Listrik dari

SMK negeri dan SMK swasta di Kabupaten Cilacap mengikuti seleksi calon

karyawan yang diselenggarakan perusahaan shock absorber PT Showa

Indonesia MFG Industri.Seleksi yang berlangsung di aula SMK Negeri 2 Jl

Budi Utomo 8, Cilacap itu dilaksanakan secara ketat. Setiap siswa harus

mengikuti ujin tertulis sesuai dengan bidang keahliannya, tes fisik, sikap

mental, dan penampilan. Selain itu, setiap peserta juga harus memenuhi

persyaratan bebas narkoba, tidak bertato, dan tidak ada lubang tindik di

telinganya. Seleksi berlangsung selama dua hari dan baru berakhir Rabu petang

31 Maret 2008. Selain diikuti 310 siswa kelas III, proses seleksi calon

karyawan PT Showa Indonesia MG Industri juga diikuti 28 alumni SMK

Negeri 2 Cilacap. Peserta sebanyak itu yang dinyatakan lolos seleksi 106 anak.

''Mereka sekarang hanya tinggal mengikuti medical test. Dalam usianya yang

masih muda, saya kira mereka akan lolos medical test semua,'' kata

Koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 2 Cilacap, Sudirman

SPd.

Sampai tahun 2008 sudah ada lima perusahaan yang mengadakan seleksi

calon karyawan bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 2. Yaitu, PT Paraso,

PT Astra Motor, PT Berjaya Bintang Samudera, PT Kinoria Gayu Mukti, dan

PT Showa Indonesia MFG Industri. Jumlah siswa yang telah berhasil direkrut

sebagai karyawan di perusahaan tersebut sebanyak 414 anak yang terdiri atas

243 siswa kelas III yang belum lulus dan 171 alumni. ''Lima orang yang lulus

seleksi yang diadakan oleh PT Berjaya Bintang Samudera akan dipekerjakan di

Jepang. Mereka seluruhnya berasa dari Program Keahlian Nautika Perikanan

Laut,'' katanya.

BKK SMK Negeri 2 Cilacap, mulai melakukan kerja sama dengan pihak

ketiga dalam hal penyaluran lulusan SMK sejak 2001. Sampai saat ini jumlah

lulusan SMK, baik negeri maupun swasta, yang telah berhasil ditempatkan di

sejumlah industri di Jakarta 1.913 orang. Dari jumlah itu, 782 di antaranya dari

SMK Negeri 2 Cilacap. Kepala SMK Negeri 2 Drs H Kisyamto MM

Page 49: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

48

mengatakan, kerja sama dengan pihak ketiga itu dilakukan sebagai wujud

kontribusi sekolah terhadap Cilacap, khususnya dalam hal menyalurkan tenaga

kerja. Dia juga mengatakan, para pelaku industri sengaja melakukan perekrutan

sejak siswa masih duduk di kelas III. Tujuannya agar setelah lulus mereka

tidak bekerja di tempat lain. Alumni yang sudah bekerja lebih dulu ternyata

mampu menunjukkan etos kerja yang tinggi dan mau bekerja lembur.

Berhubung mereka mau bekerja lembur maka setiap bulan gaji yang diterima

pun dapat mencapai Rp 1,8 juta.

c. Kasus SMKN 2 Salatiga

Gambaran kemampuan lulusan SMK Negeri 2 Salatiga dapat diprediksi

dari data lulusan, serta status kelulusannya. Di bawah ini disajikan Tabel IV.

Tentang data lulusan SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2004/2005;

2005/2006; 2006/2007, dan 2007/2008.

Pada UN tahun 2008 ini SMK Negeri 2 Salatiga berhasil meluluskan

100% siswa tingkat 3-nya dengan nilai yang memuaskan. 200 siswa, pada mata

pelajaran yang di UAN-kan, pelajaran matematika : nilai rata-ratanya 8,87

dengan nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 11 orang, adalah 10,00.

Pelajaran Bahasa Indonesia, nilai tertinggi yang diraih 9,40, dengan rata-rata

keseluruhan 8,02, sedangkan untuk pelajaran bahasa Inggris, nilai rata-rata

8,08, dan nilai tertinggi adalah 9,40. Kabar ini sungguh membanggakan dan

menggembirakan bagi seluruh civitas akademika SMK Negeri 2 Salatiga.

Dengan demikian pada tahun 2008 ini SMK 2 Salatiga rerata jumlah siswa

yang lulus di atas rerata jumlah siswa SMK yang lulus di Jawa Tengah. Hal ini

menunjukkan bahwa proses pembelajaran di SMK 2 Salatiga dalam kategori

baik. Ditunjukkan juga bahwa dalam setiap tahun prosentase jumlah siswa

yang tersalur ke tempat pekerjaan selalu meningkat yaitu mulai dari 47%, 55%

dan data terakhir adalah 66%. Hal ini memperkuat dugaan bahwa pembelajaran

yang berlangsung cenderung mengarah ke kemampuan yang dituntut oleh

kurikulum.

Page 50: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

49

Tabel IV.4 Data lulusan SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2004/2005; 2005/2006; 2006/2007 dan 2007/2008

No. Tahun Pelajaran Jumlah yang Lulus Jumlah yang Tersalur

1. 2004/2005 199 95 (47%)

2. 2005/2006 198 110 (55%)

3. 2006/2007 200 132 (66%)

4. 2007/2008 260 Belum diketahui

Sumber: Data lulusan SMK Negeri 2 Salatiga Tahun 2008

Ujian kompetensi keahlian tahun 2007 ini akan menjadi bagian dari

Ujian Nasional (UN) bagi para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pada tahun sebelumnya UN untuk SMK hanya meliputi tiga mata pelajaran,

yakni matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sedangkan ujian

kompetensi keahlian masuk dalam ujian sekolah. Jadi nilai UN untuk SMK

berasal dari nilai matematika ditambah dengan nilai Bahasa Indonesia, nilai

Bahasa Inggris dan nilai ujian kompetensi keahlian dibagi empat. UN

kompetensi keahlian diselenggarakan paling lambat seminggu sebelum

dilaksanakannya UN teori.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Salatiga Jurusan Teknik

Perkayuan mendapat kepercayaan dari Pusat Pengembangan Penataran Guru

(PPPG) Teknologi Bandung sebagai tempat pelaksanaan Uji Kompetensi Siswa

(UKS). Sebanyak 18 siswa membuktikan kepiawaian membuat mebel

berstandar industri. hasil karya mereka langsung dinilai oleh beberapa staf

manajemen perusahaan mebel. "Kami mampu menghasilkan tenaga perkayuan

yang siap diserap oleh industri. Di Indonesia hanya ada lima SMK yang dipilih

sebagai pelaksanaan uji kompetensi, salah satunya sekolah kami ini," kata

Kepala SMK 2 Salatiga, Drs Reza Pahlevi.

Kemampuan siswa dan lulusan program keahlian teknik perkayuan

ditunjukkan dengan perolehan berbagai kejuaraan tingkat propinsi, nasional

maupun internasional. Di bawah ini disajikan mengenai catatan prestasi

kejuaraan yang telah dicapai sekolah itu.

Page 51: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

50

Tabel IV.5 Prestasi yang dicapai siswa pragram teknik perkayuan SMK 2 Salatiga

No. Tahun Jenis Lomba Skala Kejuaraan Ranking

1. 2002 Teknik Perkayuan Provinsi 2

2. 2003 Teknik Perkayuan Provinsi 2

3. 2004 Teknik Perkayuan Provinsi 2

4. 2004 Teknik Perkayuan Provinsi 2

5. 2005 Teknik Perkayuan Provinsi 1

6. 2006 Cabinet Making Asia Tenggara 1

7. 2007 Cabinet Making Provinsi 2

Sumber:Profil SMK 2 Salatiga

Siswa yang mampu mengukir sejarah sebagai juara lomba Cabinet

Making adalah Asba’i, yang akan maju pada ajang world skill compwtition

pada 15 sampai 22 November 2007 di Jepang, yang pada akhirnya menjadi

juara dunia. Saat ini asba’i melanjutkan kuliah di program Studi Teknik Sipil

Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 52: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

51

4.

PE

NY

EL

EN

GG

AR

AA

N S

ER

TIF

IKA

SI S

MK

DI J

AW

A T

EN

GA

H

Gam

bar 1

5. P

rose

s da

n va

rias

i ser

tifik

asi S

MK

Neg

eri d

an S

was

ta d

i Jaw

a T

enga

h

Sisw

a SM

K

PSG

di I

nstit

usi

Pasa

ngan

Pr

oyek

Tug

as A

khir

LS

P (L

emba

ga

Sert

ifik

asi P

rofe

si)

Has

il Pe

nila

ian

di

Tem

pat P

rake

rin

Peny

usun

an L

apor

an

PSG

Sert

ifik

at D

iuji

Sert

ifik

at

Diu

ji

Lulu

s

Sert

ifik

at

Lulu

s

Uji

Kom

pete

nsi

Tid

ak L

ulus

T

idak

Lul

us

Page 53: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

Gambar 16. Proses dan variasi sertifikasi di SMK Mikail Surakarta

a. Kasus di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto

Berdasarkan Gambar di atas, sertifikat keahlian yang diperoleh oleh siswa

SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto melalui tiga cara, yaitu melalui PSG,

melalui proyek Tugas Akhir, serta melalui uji kompetensi yang diselenggarakan

oleh LSP BNSP. Sertifikat yang diperoleh dari pelaksanaan PSG dan sertifikat

yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai pelengkap Ujian Nasional. Artinya

kedua sertifikat masuk dalam hasil UN. Sementara itu sertifikat yang diperoleh

dari LSP merupakan bekal tambahan siswa dalam rangka melamar pekerjaan.

Sertifikat yang diperoleh dari PSG melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut: (1) siswa melaksanakan PSG di PT. TELKOM; (2) siswa memperoleh

nilai dari PT. TELKOM; (3) siswa menyusun laporan PSG; (4) siswa diuji oleh

sekolah berkaitan dengan laporan PSG; (5) siswa dinyatakan lulus ujian laporan

Siswa SMK Mikail Surakarta

PSG di Bidang Mesin Perkakas/Industri

Milik Yayasan ATMI

Proyek Tugas Akhir

Hasil Penilaian/uji kompetensi

Penyusunan Laporan PSG

Sertifikat

Diuji

Sertifikat

Diuji

Lulus

Page 54: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

2

PSG; (6) nilai yang diperoleh dari PT. TELKOM dan ujian laporan PSG dirata-

ratakan; (7) siswa memperoleh sertifikat. Surat keterangan ini ditandatangani

atau disyahkan oleh Kepala Kandatel serta Kepala Sekolah.

Proyek Tugas Akhir (PTA) merupakan pendekatan ujian nasional

produktif pada akhir masa pendidikan SMK, yang merupakan integerasi dan

aktualisasi terhadap penguasaan kompetensi atau subkompetensi yang telah

dikuasai. Strategi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan relevansi. Uji

kompetensi jenis ini masuk ke dalam kategori internal. Melalui PTA ini

diharapkan siswa mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif

untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan pasar, persyaratan standar

mutu, serta standar operasional prosedur (SOP).

Produk PTA disesuaikan dengan karakteristik paket atau program

keahlian, yang dapat berupa: (1) produk barang, misalnya Program Sistem

Informasi Akademik berbasis Web, program PSB on-line, Bidang Pertanian,

Bidang Kesenian, dan lain-lain; (2) produk jasa misalnya pemasangan server,

Mail server, Gateway, pemasangan jaringan lokal untuk warung internet, bidang

teknik survei dan pemetaan, otomotif, serta lain-lain.

Pelaksanaan kegiatan PTA melalui beberapa tahapan masing-masing

adalah (1) penyusunan proposal; (2) proses pelaksanaan; (3) kegiatan kulminasi;

(4) proses verifikasi; dan (5) pemberian sertifikat.

Pada tahap penyusunan proposal, guru pembimbing dan penguji bersama-

sama menentukan judul proyek tugas akhir, selanjutnya ditindaklanjuti dengan

penyusunan rancangan kerja tugas akhir/proposal. Proses pelaksanaan adalah

proses kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rambu-rambu yang telah

ditetapkan dalam proposal, dengan bimbingan dan pengawasan. Proses ini

menekankan pada pencapaian kompetensi yang dibuktikan dengan bukti belajar

(learning evidence) dan diorganisir dalam portofolio sebagai bahan verifikasi.

Kegiatan kulminasi PTA oleh penguji dapat dilakukan dengan cara presentasi,

penyajian, pengujian, serta display. Proses verifikasi internal dan eksternal

terhadap penguasaan kompetensi penguji dilaksanakan pada akhir proses

pelaksanaan proyek tugas akhir dengan cara verifikasi portofolio, presentasi

proposal, wawancara, demonstrasi serta unjuk kerja. Tahapan yang terakhir

Page 55: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

3

adalah pemberian sertifikat yaitu kegiatan setelah dilakukan verifikasi eksternal.

Sertifikat PTA disyahkan oleh verifikator eksternal yang biasanya adalah PT.

TELKOM serta Kepala Sekolah.

Sertifikat yang diperoleh dari LSP, dicapai dengan tahapan yang lebih

rumit. Sertifikasi ini tidak diikuti oleh seluruh siswa SMK, hanya kepada siswa

yang berminat atau menurut pilihan sekolah. Sertifikasi ini dikenakan biaya

adminstrasi, bagi siswa yang tidak dipilih oleh sekolah biasanya membayar

sendiri. Besaran biaya yang sesungguhnya adalah Rp. 250.000,- namun

demikian hal ini tergantung pada kekompleksan keterampilan yang diujikan.

Besaran yang dipatok oleh LSP lazimnya mencapai nilai Rp. 1.500.000,-,

Tahapan pertama dari uji kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP adalah

(1) sekolah menentukan siswa yang akan mengikuti uji kompetensi ini; (2)

sekolah menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam rangka uji

kompetensi; (3) sekolah juga menyiapkan ruangan yang akan digunakan; (4)

sekolah menentukan LSP yang akan melaksanakan uji kompetensi, tahapan ini

biasanya sekolah berhubungan dengan BKSP yang ada di Provinsi Jawa Tengah;

(5) BKSP menunjuk kepada LSP yang telah diberikan wewenang; (6) LSP yang

relevan dan telah ditunjuk melaksanakan uji kompetensi; (7) LSP yang ditunjuk

memutuskan siswa yang berhak lulus atau yang gagal; dan (8) siswa yang lulus

diberikan sertifikat keahlian tertentu.

Sertifikat dari LSP tidak wajib bagi lulusan SMK. Biasanya industri tidak

mensyaratkan sertifikat ini. Industri lazimnya melaksanakan rekrutmen dengan

cara melaksanakan seleksi sendiri. Lulusan yang lolos seleksilah yang kemudian

direkrut oleh industri, meskipun yang bersangkutan tidak memiliki sertifikat

keahlian yang diperoleh dari LSP. Namun demikian sebagian industri ada yang

mensyaratkan sertifikat yang berasal dari LSP ini, hanya saja jumlahnya sedikit.

Kendala yang dialami siswa berkaitan dengan sertifikat yang berasal dari

LSP ini adalah besarnya biaya yang harus dibayar oleh siswa, yaitu Rp. 1,5 juta.

Sementara Depdiknas hanya membantu lima puluh ribu rupiah per siswa,

sisanya harus dibayar sendiri. Oleh karena itu, jumlah pesertanya menjadi

sedikit. Padahal peralatan dan tempat penyelenggaraan disediakan oleh sekolah.

Hal inilah yang menyebabkan minat siswa rendah. Di samping itu, sekolah juga

Page 56: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

4

menakar kemampuan keterampilan siswanya, sekolah mempunyai target semua

yang ikut uji kompetensi harus lulus, hal ini demi prestise sekolah. Oleh karena

itu, siswa yang mempunyai kemampuan produktif yang tinggi saja yang dipilih

dan dibiayai oleh sekolah. Hal ini menjadi tidak adil.

b. Kasus SMK St. Mikail

Berdasarkan Gambar 16. di atas, sertifikat keahlian yang diperoleh oleh

siswa SMK St. Mikail Surakarta melalui dua cara, yaitu melalui prakerin dan

melalui proyek Tugas Akhir. Sertifikat yang diperoleh dari pelaksanaan PSG dan

sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai pelengkap Ujian Nasional.

Artinya kedua sertifikat masuk dalam hasil UN.

Sertifikat yang diperoleh dari prakerin melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut: (1) siswa melaksanakan prakerin di industri milik yayasan; (2) siswa

memperoleh nilai dari hasil prakerin; (3) siswa menyusun laporan prakerin; (4)

siswa diuji oleh sekolah berkaitan dengan laporan prakerin; (5) siswa dinyatakan

lulus ujian laporan prakerin; (6) siswa memperoleh sertifikat.

Proyek Tugas Akhir (PTA) merupakan pendekatan ujian nasional

produktif pada akhir masa pendidikan SMK, yang merupakan integerasi dan

aktualisasi terhadap penguasaan kompetensi atau subkompetensi yang telah

dikuasai. Strategi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan relevansi. Uji

kompetensi jenis ini masuk ke dalam kategori internal. Melalui PTA ini

diharapkan siswa mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif

untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan pasar, persyaratan standar

mutu, serta standar operasional prosedur (SOP).

Pelaksanaan kegiatan PTA melalui beberapa tahapan masing-masing

adalah (1) penyusunan proposal; (2) proses pelaksanaan; (3) kegiatan kulminasi;

(4) proses verifikasi; dan (5) pemberian sertifikat.

Pada tahap penyusunan proposal, guru pembimbing dan penguji bersama-

sama menentukan judul proyek tugas akhir, selanjutnya ditindaklanjuti dengan

penyusunan rancangan kerja tugas akhir/proposal. Proses pelaksanaan adalah

proses kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rambu-rambu yang telah

ditetapkan dalam proposal, dengan bimbingan dan pengawasan. Proses ini

Page 57: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

5

menekankan pada pencapaian kompetensi yang dibuktikan dengan bukti belajar

(learning evidence) dan diorganisir dalam portofolio sebagai bahan verifikasi.

Kegiatan kulminasi PTA oleh penguji dapat dilakukan dengan cara presentasi,

penyajian, pengujian, serta display product. Proses verifikasi internal dan

eksternal terhadap penguasaan kompetensi penguji dilaksanakan pada akhir

proses pelaksanaan proyek tugas akhir dengan cara verifikasi portofolio,

presentasi proposal, wawancara, demonstrasi serta unjuk kerja. Tahapan yang

terakhir adalah pemberian sertifikat yaitu kegiatan setelah dilakukan verifikasi

eksternal.

5. KONDISI KEBUTUHAN TENAGA KERJA LULUSAN PELMO DI

INDUSTRI

Menurut Kepala Human Resources Development (HRD) PT. KOMATSU

Jakarta bahwa pada tahun 2008 dan 2009, PT. KOMATSU sudah menerima

pesanan alat berat yang sangat besar. Kebutuhan alat berat yang sangat besar ini

diduga bukan merupakan perilaku konsumen yang spekulatif, namun

merupakan kebutuhan riil di lapangan, misalnya sebentar lagi akan dicanangkan

proyek trans Kalimantan, trans Papua, dan proyek jalan yang sangat besar di

Pakanbaru. Staff HRD PT. KOMATSU mengatakan bahwa saat ini terjadi

permasalahan ‘Bottle Neck’ di produksi, sebab tenaga kerja bidang mesin

produksi jumlahnya sedikit sehingga pekerjaanya menumpuk, ia harus segera

melakukan ‘set up’ tenaga kerja agar dicapai efektifitas kerja. Penumpukan

terjadi karena komponen-komponen yang masih kasar sudah banyak diproduksi,

namun tenaga dalam bidang mesin produksi belum mampu mengimbanginya. Di

samping itu komponen-komponen penting alat berat tidak dapat dikerjakan oleh

tangan manusia, tetapi harus dikerjakan dengan mesin, namun tenaga terampil

dalam bidang mesin produksi masih sangat terbatas oleh karena itu terjadi

penumpukan. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga operator mesin perkakas

manual dan operator mesin Computer Numerical Control (CNC) yang sangat

besar. Di sisi lain, PT. KOMATSU membutuhkan juga tenaga lulusan yang

terampil dalam pengecoran logam.

Page 58: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

6

Menurut Kepala Human Resources Development (HRD) PT. HANKEN

Jakarta bahwa pada tahun 2008 dan 2009, mereka memperoleh pesanan

komponen alat berat yang sangat besar. Komponen itu untuk mendukung pabrik

alat berat yang ada di Jakarta. Pada saat ini, mereka masih kekurangan tukang

las listrik. Lulusan SMK yang memiliki keterampilan las listrik masih sangat

dibutuhkan. Di samping itu, lulusan SMK yang memiliki keterampilan las

tambahan misalnya las argon lebih diutamakan.

Kebutuhan tenaga kerja bidang perkayuan agak unik. Banyak lulusan

PIKA dalam usia yang masih sangat muda (23 tahun) sudah diberikan

tanggungjawab oleh perusahaan untuk menjadi supervisor. Hal ini disebabkan

rekam jejak mereka dalam proses produksi mempunyai kualitas yang sangat

baik. Prestasi inilah yang justru menjadi permasalahan. Pada saat mereka

menimba ilmu di PIKA bekal kemampuan berkomunikasi dengan orang lain,

misalnya karyawan, konsumen, dan rekanan tidak diperoleh. Di SMK PIKA,

siswa hanya dididik untuk menjadi operator ahli. Dengan demikian kesenjangan

ini menjadi penghambat karir mereka. Keadaan ini membuat pengelola SMK

PIKA untuk memasukkan mata pelajaran ”Keterampilan Berkomunikasi” ke

dalam kurikulumnya.

Berdasarkan wawancara dengan Romo Kepala Sekolah SMK Pendidikan

Kayu Atas (PIKA) dikatakan bahwa kebutuhan tenaga operator mesin kayu

masih sangat tinggi. Tiga perusahaan mebel besar di Indonesia diantaranya

Olympic dan LIGNA, masih membutuhkan tenaga ini. Kompetensi tambahan

yang diinginkan adalah kompetensi personal seperti disiplin, tanggungjawab,

kemampuan bekerjasama, dan rapi.

Menurut staff Human Resources Development (HRD) PT. Karya Hidup

Santoso (PT. KHS) Yogyakarta, jumlah tenaga kerja operator lulusan SMK

sebanyak 800 orang. Mereka tersebar ke dalam berbagai pekerjaan misalnya las,

perkakas, pengecoran logam, serta pengecatan atau finishing. Rata-rata kualitas

pekerjaan lulusan SMK memenuhi persyaratan produk, artinya tamatan

mempunyai keterampilan yang sudah cukup. Semua operator yang masih baru

selalu diberikan pelatihan, sebelum mereka bekerja menghasilkan produk,

lamanya dua minggu sampai dengan dua bulan. Dikatakan selanjutnya, justru

Page 59: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

7

yang sangat dibutuhkan dalam pekerjaan adalah kualitas personal, artinya orang

yang memegang teguh komitmen, disiplin, serta mampu bekerjasama.

Berdasarkan hal ini, pengelaman selama ini justru tamatan SMK yang

mempunyai kategori biasa-biasa saja mempunyai kualitas yang lebih baik, hal

ini diduga mereka berusaha lebih keras untuk meningkatkan kualitas hasil

kerjanya.

PT. KHS menerima karyawan lulusan SMK terakhir pada bulan November

tahun 2008, sampai saat ini belum menerima karyawan baru lagi, sebeb masih

dilanda krisis keuangan. Batas waktunya tidak ditentukan. Biasanya PT. KHS

menerima karyawan setiap bulan sampai dengan 30 orang dari berbagai

keterampilan. Kebutuhan yang sangat besar ada di pengecoran logam. Di

samping itu kebutuhan untuk operator mesin atau robot las dan mesin Computer

Numerical Control (CNC) juga sangat besar. Pengecoran logam bahkan tidak

mensyaratkan lulusan dari program keahlian ini, semua program keahlian

diterima, setelah mereka menjadi karyawan barulah dididik dalam keterampilan

ini di perusahaan.

Menurut staff HRD dikatakan juga bahwa yang terutama dari calon

karyawan adalah kualitas atau kualifikasi pribadi. Karakter karyawan yang

mempunyai ketekunan, komitmen, disiplin, serta mampu bekerjasama yang lebih

dibutuhkan. Keterampilan yang masih agak rendah, oleh perusahaan akan

ditingkatkan melalui pelatihan. Dengan demikian sesungguhnya bekal yang

berasal dari sekolah sudah cukup untuk bekal bekerja di PT. KHS.

Menurut direktur Formulatrix Salatiga, krisis keuangan global tidak

memberikan dampak terhadap aktivitas perusahaannya yang bergerak dalam

bidang industri telematika. Menurut Kepala Bidang Perindustrian , Perdagangan,

dan Usaha Kecil Menengah Kota Salatiga bidang telematika masih menjadi

andalan pengembangan industri di Kotanya. Telematika yang dimaksud adalah

integerasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal dengan

Information and Communications Technology (ICT). Industri ini berhubungan

dengan komputer, telekomunikasi, atau multimedia. Keterampilan yang masih

sangat dibutuhkan itu selaras dengan kurikulum pada program keahlian Teknik

Komputer dan Jaringan di SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto.

Page 60: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

8

6. DESKRIPSI PERANAN DISNAKER KABUPATEN/KOTA DALAM

PEMBINAAN BKK SMK DI JAWA TENGAH

a. Proses Penempatan Lulusan SMK Di Industri yang Diinginkan

Disnakertrans

Proses penempatan siswa lulusan SMK di industri, dimulai dari

keinginan industri untuk merekrut mereka. Industri berkomunikasi dengan

Disnakertrans Kabupaten/Kota asal mereka berdomisili, sampai dengan

diperoleh surat ijin. Industri selanjutnya berkomunikasi dengan Disnakertrans

tempat lokasi asal tenaga kerja dalam hal ini adalah lulusan SMK. Industri

juga berkomunikasi dengan SMK. Biasanya antara SMK dengan industri

sudah lama berpasangan. Disnakertrans Kabupaten/Kota asal tenaga kerja

saling memberitahukan dengan SMK.

Gambar 17. Proses Penempatan Lulusan SMK Di Industri yang Diinginkan Disnakertrans

Industri/perusahaan

Surat Disnaker asal industri/perusahaan

Disnakertrans SMK

Seleksi

Persiapan penempatan

Penempatan

Bekerja di Industri

Kontrak perjanjian Hak-hak pekerja

Asuransi

Terlibat

Monitoring

Laporan Perkembangan Pekerjaan oleh lulusan

SMK

Page 61: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

9

SMK melalui Bursa Kerja Khsusus (BKK) mempersikapkan Kartu

Kuning untuk setiap siswa. Industri selanjutnya melakukan seleksi dengan

melibatkan Disnakertrans, bukan sebagai undangan, tetapi aktif terlibat dalam

proses seleksi. Biasanya materi seleksi adalah tes keterampilan dan tes

psikologi, jika kedua tes lolos, selanjutnya diadakan tes kesehatan. Tes

keterampilan lazimnya lulusan SMK lolos, tes psikologi banyak yang mulai

gugur, dan tes yang paling berat adalah tes kesehatan.

Setelah beberapa siswa lolos ketiga tes tersebut di atas, sekolah

mempersiapkan penempatan. Dalam proses penempatan Disnakertrans

mempersiapkan beberapa hal mengenai hak-hak karyawan, pemahaman

industri tentang perlindungan tenaga kerja, serta asuransi. Sekolah dan

industri mempersiapkan kontrak kerja. Setelah semua syarat pekerjaan

dipersiapkan selanjutnya lulusan SMK siap untuk ditempatkan.

Penempatan yang pertama lazimnnya sekolah mengantarkan sisnya ke

industri, selanjutnya diserahkan kepada pihak industri. Dalam proses bekerja,

siswa diharapkan selalu berkomunikasi dengan sekolah, sementara sekolah

berkomunikasi dengan Disnakertrans. Lulusan SMK yang sudah bekerja

diharapkan selalu memberikan laporan perkembangan kondisi mereka, jika

terdapat permasalahan maka sekolah harus mencoba untuk menemukan

solusinya. Di samping itu, jika terdapat permasalahan yang agak rumit,

Disnakertrans terlibat dalam menyelesaikannya. Pada kondisi yang baik, jika

industri nampak membutuhkan tenaga kerja baru, maka lulusan SMK

diharapkan selalu memberitahukan sekolah agar adik-adik kelas dapat ikut

melamar.

Kasus yang sering terjadi adalah adanya ketidaksetujuan masyarakat di

sekitar industri dalam menerima karyawan baru di industri yang

bersangkutan. Industri biasanya beralasan, keterampilan warga sekitar tidak

memenuhi syarat kompetensi, sehingga industri tidak merekrut mereka.

Biasanya masyarakat sekitar tidak terima, bahkan kadang-kadang masyarakat

sekitar secara langsung mengadakan razia. Kadang-kadang razia juga

dilakukan ditempat penginapan, untuk selanjutnya mengusir pekerja. Hal

Page 62: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

10

inilah yang menyebabkan Disnakertrans Kabupaten/Kota mensyaratkan surat

ijin dari Disnakertrans asal domisili industri itu.

b. Proses Penempatan Lulusan SMK Di Industri yang Dilakukan SMK

Pada kenyataannya industri tidak menginginkan kerepotan, lazimnya

mereka langsung berkomunikasi dengan sekolah. Hal ini dilakukan dengan

alasan takut birokrasi yang berbelit-belit. Mereka menginginkan prosedur

yang sederhana, ke sekolah, rekrutmen melalui tes keterampilan, tes

psikologi, serta tes kesehatan, maka siswa lolos menjadi karyawan.

Selanjutnya, perusahaan menyiapkan kontrak kerja dengan siswa yang

diketahui oleh sekolah. Berikutnya siswa menjadi karyawan.

Gambar 18. Proses Penempatan Lulusan SMK Di Industri yang Dilakukan SMK

Industri/perusahaan

SMK Disnakertrans

Kartu Kuning

Seleksi Karyawan

Persiapan Penempatan Kontrak

Penempatan

Tamu Undangan

Page 63: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

11

Industri enggan berkomunikasi dengan Disnakertrans Kabupaten/kota,

sebab mereka pasti akan dikenai prosedur Angkatan kerja Antar Propinsi

(AKAP) atau Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD), yang mana

mengharuskan perusahaan untuk lebih rumit dan terinci menyiapkan

administrasi. Nampaknya, sekolah berkeinginan seperti industri, sekolah

harus segera menyalurkan lulusannya, sehingga segera mendapatkan

pekerjaan. Jika sekolah terlalu rumit mengurusi administrasi, mengakibatkan

berlarut-larut dan siswa tidak segera mendapatkan pekerjaan, ini merupakan

beban mental tersendiri bagi sekolah.

Sesungguhnya, prosedur seperti yang dirancang oleh Disnakertrans

sangat baik, terutama berkaitan dengan perlindungan kerja bagi masyarakat di

Kabupaten/Kota yang memiliki sekolah. Banyak kasus yang menimpa tenaga

kerja yang berasal dari daerahnya, misalnya permasalahan pemutusan

hubungan kerja, atau kecelakaan kerja, banyak industri yang akhirnya lepas

tangan atau tidak bertanggungjawab, sehingga yang dirugikan adalah lulusan

SMK sendiri. Muara akhirnya lazimnya mereka, orang tua, sekolah bahkan

lulusan SMK sendiri yang memohon pertimbangan Disnakertrans. Sekolah

dalam kasus seperti ini, biasanya hanya mencoba untuk menjembatani antara

industri dan lulusan SMK, tetapi sering tidak memuaskan kedua belah

pihak.Oleh karena itu, langkah pemerintah dalam hal ini Disnakertrans sangat

dimaklumi.

Contoh kasus penyimpangan yang dilakukan oleh BKK sekolahj yaitu

SMK Bina Tunas Bakti Juwana kontak dengan Daihatsu dalam hal perekrutan

calon karyawan, ternyata sekolah itu merekrut SMK luar kota juga, kebetulan

adalah SMK di Salatiga.Hal ini barangkali karena tuntutan perusahaan yaitu

mengenai jumlah yang direkrut. Sebab, kalau nanti tidak memenuhi target

akan membuat tidak simpatik pihak Daihatsu.

Kenyataan di atas yaitu mengenai dilema antara mengikuti peraturan

pemerintah dan ketatnya kompetisi dalam meraih lapangan kerja perlu

diantisipasi oleh sekolah. Pemerintah dalam hal ini Disnakertrans

Kabupaten/Kota perlu lebih menyederhanakan prosedur, tanpa mengurangi

kerugian yang diderita oleh kedua belah pihak, yaitu industri dan pekerja.

Page 64: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

12

Hal-hal yang sifatnya krusial, misalnya perijinan dari Disnakertrans domisili

industri wajib untuk dipenuhi. Hal ini untuk menjaga terjadinya kasus razia

yang dilakukan oleh penduduk setempat industri terhadap karyawan dari

lulusan SMK luar domisili industri. Hal ini untuk menjaga kenyamanan,

keamanan dan produktivitas pekerja. Hal-hal yang sifatnya tidak penting

misalnya permasalahan keikutsertaan dalam rekrutmen, serta

disederhanakannya prosedur AKAP atau AKAD tanpa mengurangi hal-hal

prinsip, rasanya dapat dilakukan.

c. Pembinaan yang Dilakukan Oleh Disnakertrans kepada BKK SMK

Pembinaan yang dilakukan Disnaker wujudnya adalah

menginformasikan ke sekolah. Namun demikian industri kadang-kadang ada

yang langsung ke sekolah. Hal ini terjadi sebab Eks siswa mereka pernah

diterima di suatu industri, selanjutnya mereka langsung datang ke sekolah.

Mereka langsung bekerjasama, mereka datang ke SMK sendiri. Kalau salah

satu SMK yang di Juwana masih ikut tes ditempat kami. Di Pati terdapat 11

unit BKK, selama ini mereka sudah melibatkan rekan-rekan pengawas dari

Disnaker. Bentuk pembinaan yang lain adalah dalam hal bimbingan tes

psikologi bagi calon tenaga kerja, kabupaten Pati meminta bantuan propinsi

dalam penyelenggaraanya. Hal ini penting dilakukan yaitu untuk mengatasi

kesulitan pada saat tes bakat dan minat. Di samping itu, pengumuman atau

informasi lowongan pekerjaan lewat radio dan BKK masing-masing sekolah.

Hal ini dilakukan agar informasi segera cepat diterima oleh siswa.

Siswa SMK yang belum lulus uji kompetensi, biasanya mengulangi,

dan ini diwadahi oleh sekolah ke dalam LPKS (Lembaga Pelatihan

Keterampilan Sekolah) yang dikoordinatori oleh BKK sekolah itu. Misalnya

di SMK Muhamadyah Pati, memiliki LPKS “Surya Komputer”, lembaga

inilah yang melakukan uji kompetensi dan bekerjasama dengan Disnaker.

Pihak Disnaker nantinya yang akan memberikan sertifikat keterampilan bagi

siswa sekolah itu. Dalam hal ini LATAS (latihan dan produktivitas) dan IPK

Disnaker dilibatkan sebagai penguji. Mereka menggunakan peraturan yang

ada di Disnaker, misalnya standar kelulusan, serta standar penilaiannya

Page 65: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

13

menggunakan tata tertib Disnaker, yang pada kenyataanya berbeda dengan uji

kompetensi yang dilakukan oleh SMK regular. Menurut Pak Kusno (Disnaker

Kabupaten Pati) , kalau kita bisa mengoperasikan komputer kita dapat

menguji siswa SMK untuk memperoleh sertifikat, meskipun kami belum

bersertifikat sebagai penguji”.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Materi pendidikan yang dipelajari di sekolah meliputi (1) komponen

pendidikan umum (normatif), dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi warga

negara yang baik, yang memiliki watak dan kepribadian sebagai warga negara

bangsa Indonesia; (2) komponen pendidikan dasar (Adaftif), untuk memberi bekal

penunjang bagi penguasaan keahlian dan bekal kemampuan pengembangan diri

untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi; (3) komponen pendidikan dan

pelatihan kejuruan, berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan

keahlian sesuai program keahlian untuk bekal memasuki lapangan kerja, yang

mempunyai subkomponen teori kejuruan dan praktik dasar kejuruan. Teori kejuruan

untuk membekali pengetahuan tentang teori kejuruan bidang keahlian, sementara itu

praktik dasar kejuruan berupa latihan dasar untuk menguasai dasar-dasar teknik

bekerja secara baik dan benar sesuai dengan persyaratan keahlian.

Mata diklat komponen pendidikan normatif terdiri dari Pendidikan Agama,

Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olah Raga dan

Kesehatan, serta Seni dan Budaya yang memiliki total jam pelajaran sebesar 896 jam

waktu. Mata diklat komponen adaftif terdiri dari Matematika, Bahasa Inggris, Ilmu

Pengetahuan Alam, Fisika, Kimia, Ilmu Pengetahuan Sosial, KKPI, dan

Kewirausahaan yang memiliki total jam pelajaran sebesar 2138 jam waktu. Mata

diklat komponen produktif yang terdiri dari Dasar Kompetensi kejuruan sebesar 140

jam waktu serta Kompetensi Kejuruan sebesar 1320 jam waktu. Komponen muatan

local sebanyak 192 jam waktu, serta kompoinen pengembangan diri sebesar 192 jam

waktu. Jumlah jam keseluruhan sebesar 4686 jam waktu.

Komponen pendidikan normatif, adaftif, serta komponen dasar kompetensi

kejuruan tidak dikembangkan sendiri oleh sekolah. Namun, kurikulum yang berisi

komponen-komponen di atas dikembangkan secara bersama dengan industri.

Page 66: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

14

Kegiatan ini diwadahi dalam In House Training (IHT). Kegiatan ini dilakukan setiap

lima tahun sekali, yang idealnya dilakukan dalam setiap tahun. Namun, berhubung

ketersediaan waktu serta kepadatan industri serta sekolah, maka tidak dapat

dilakukan per tahun. Ganti dari kegiatan itu adalah guru berkunjung ke industri

dengan membawa instrument atau perangkat lunak silabus, untuk selanjutnya

meminta industri mengkritisinya. Hasil kritikan industri untuk kemudian digunakan

sebagai bahan untuk memperbaiki kurikulum dalam komponen di atas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran mata diklat produktif di sekolah ditemukan

beberapa pendekatan yaitu (1) pembelajaran berbasis kompetensi; (2) pembelajaran

berbasis produksi, serta (3) pembelajaran berbasis di dunia kerja. Ketiga pendekatan

pembelajaran telah dilaksanakan, yang penerapannya dilakukan di sekolah dan

industri. Pembelajaran berbasis produksi dan dunia kerja sebagian besar

dilaksanakan di industri dalam situasi nyata. Pembelajaran berbasis kompetensi

dilakukan di sekolah dalam wujud simulasi dan industri dalam kondisi nyata. Siswa

yang tidak mempunyai kompetensi dalam keterampilan membubut, tidak mungkin

diberikan tanggungjawab mengoperasikan mesin bubut.

Pembelajaran yang menerapkan tiga pendekatan sekaligus tidak dirancang oleh

sekolah tanpa melibatkan industri. Sekolah tidak mungkin mampu merancang

kurikulum sendirian, sebab sekolah tidak berhadapan dengan kebutuhan nyata di

lapangan pekerjaan. Industri memiliki pengalaman, berhadapan dengan kebutuhan

masyarakat dalam produksi barang. Oleh karena itu, dibutuhkan kegiatan

penyelarasan kurikulum atau sinkronisasi kurikulum, yang mana kegiatan ini sudah

dilakukan oleh SMK di Jawa Tengah.

Penyelarasan kurikulum pada program produktif pada dasarnya tidak sekedar

permasalahan administratif, melainkan yang lebih esensial adalah permasalahan

komitmen guru, Ka prodi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Kepala

Sekolah. Di samping itu, penyelarasan kurikulum merupakan permasalahan industri

sebagai institusi pasangan sekolah. Dalam kenyataannya, penyelarasan kurikulum ini

dilakukan dalam waktu yang lama, rata-rata dalam waktu lima tahun; padahal

perubahan keterampilan dan kebutuhan masyarakat atas suatu produk berubah dalam

satu tahun. Dengan demikian, kurikulum sekolah selalu saja ketinggalan

dibandingkan dengan industri, yang tentu saja ketinggalan juga dalam sarana

Page 67: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

15

praktiknya. Hal ini berkaitan dengan pola lama penyelenggaran pendidikan kejuruan

yang menerapkan prinsip supply driven dan school-based program. Prinsip lama

tersebut beranggapan bahwa menghasilkan lulusan sebanyak-banyaknya adalah suatu

prestasi bagi sekolah, tanpa perlu merujuk kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.

Saat ini, sekolah sebagian sudah menerapkan paradigma baru pengembangan

pendidikan kejuruan, terjadi perubahan mendasar terutama dalam orientasi

pendidikan, yaitu yang semula supply driven menjadi demand driven, serta semula

menerapkan kurikulum berbasis sekolah menjadi berbasis kompetensi. Orientasi ini

menyebabkan kegiatan penyelarasan kurikulum menjadi langkah yang penting dan

telah dilakukan oleh sekolah, namun demikian kegiatan ini tidak saja dalam rangka

menuju ke prinsip demand driven tetapi juga menjadi dasar dalam pelaksanaan

pembelajaran yang berbasis kompetensi, produksi, serta dunia kerja.

Langkah-langkah penyelarasan kurikulum sudah dilakukan secara sistematik,

yang telah mempertimbangkan keberadaan guru program produktif, KTSP, Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), serta kondisi industri dan kebutuhannya. Di samping itu,

telah mempertimbangkan juga asosiasi profesi, Kepala Sekolah, serta Komite

Sekolah. Tahapan itu dimulai dari kelompok guru produktif dan Ketua Program

Diklatnya, yang mana mereka menjadi inisiator penyelarasan kurikulum program

produktif. Hal ini dikarenakan merekalah yang setiap kali bersingungan dengan

kurikulum. Pada kegiatan penyelarasan, guru dan ka prodi, mempertimbangkan

keberadaan KTSP, SKL, serta kondisi kebutuhan institusi pasangan. Peran Kepala

Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum yaitu dalam hal

mengkoordinasi dan menjembatani pengembangan kurikulum di tingkat program

keahlian. Peran Kepala Sekolah tidak saja dalam melegalisasi hasil penyelarasan

kurikulum, tetapi fungsi yang sesungguhnya adalah motor dan manajer secara

keseluruhan di sekolah yang mencakup beberapa program diklat.

Tahapan pelaksanaan praktik industri (prakerin) terdiri dari lima kegiatan yaitu

perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring, serta penarikan siswa

dan pemberian sertifikat oleh industri. Di bawah ini diuraikan masing-masing

tahapan kegiatan prakerin.

Pada tahapan perencanaan sekolah melaksanakan kegiatan (1) mengumpulkan

data-data industri yang dapat digunakan sebagai tempat prakerin; (2) sekolah

Page 68: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

16

menyiapkan lembar ketersediaan industri untuk bekerjasama; (3) kesiapan industri

menerima siswa prakerin ditandai dengan surat kesediaan; (4) sekolah menyiapkan

surat undangan untuk industri sebagai salah satu tutor dalam pembekalan prakerin.

Pada tahapan persiapan sekolah mengadakan pembekalan prakerin, adapun

tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi di industri. Pada

tahap pembekalan ini perwakilan dari industri menyampaikan materi tentang

manajemen kerja serta keselamatan kerja di industri. Pada tahap ini juga wali kelas

sebagai wakil sekolah menyampaikan materi tentang etika dan tata tertib mengikuti

prakerin serta menyampaikan menegenai cara pengisian jurnal dan cara menyusun

laporan prakerin. Pada tahapan ini sekolah telah menyiapkan surat tugas dan

perjalanan dinas dalam proses monitoring guru ke industri. Sekolah juga menyiapkan

format sertifikat setelah siswa menyelesaikan prakerin, hal ini dilakukan jika industri

belum menyediakannya. Pada faktanya, banyak industri yang telah memiliki sendiri

format sertifikat. Di samping itu, sekolah telah menyiapkan juga rancangan uji

kompetensi yang melibatkan industri yang sudah ditunjuk oleh BNSP atau BKSP.

Setelah tahap perencanaan dan persiapan dilaksanakan maka siswa peserta

prakerin diberangkatkan ke industri. Pemberangkatan prakerin ini didampingi oleh

pembimbing dari sekolah. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan ini dilaksanakan

pada awal semester satu kelas tiga selama waktu kerja tiga bulan penuh di industri.

Model yang digunakan dengan demikian disebut sebagai sistem blok modifikasi.

Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK di Jawa Tengah rata-rata menggunakan

sistem blok. Hanya saja sistem yang digunakan tidak sepenuhnya model blok atau

dapat dikatakan sebagai sistem blok modifikasi. Pada sistem blok murni, pelaksanaan

prakerin selama delapan bulan, namun pada praktiknya banyak yang melaksanakan

selama tiga bulan saja. Pelaksanaan prakerin selama tiga bulan ini adalah persyaratan

minimal, jika dilaksnakan lebih dari tiga bulan malahan dianjurkan oleh kurikulum.

Beberapa sekolah melaksanakan prakerin sampai dengan enam bulan bahkan ada

yang sampai dengan satu tahun. Pada sekolah empat tahun misalnya SMK Negeri 3

Klaten, prakerin dilaksanakan selama satu tahun, bahkan sampai dilaksanakan uji

kompetensi yang dilakukan sekolah dan industri tempat prakerin. Pada prakerin yang

dilaksanakan selama tiga bulan, industri lazimnya belum mampu melaksanakan uji

kompetensi. Industri hanya mampu memberikan sertifikat sebagai tanda terselesainya

Page 69: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

17

kegiatan prakerin, meskipun demikian di dalamnya telah dilengkapi nilai-nilai

keterampilan siswa.

Setelah tahap pelaksanaan, pada pertengahan kegiatan prakerin, sekolah

mengadakan monitoring. Guru pembimbing tidak berhak memberikan nilai prakerin.

Pemberian nilai mutlak diberikan oleh industri. Guru pembimbing hanya

melaksanakan monitoring, kegiatannya adalah menanyakan mengenai kesulitan dan

kendala yang dihadapi siswa di industri. Di samping itu, guru pembimbing meminta

informasi kepada industri tentang etika dan moral siswa mereka di industri, jika

terdapat permasalahan maka pada saat itu juga dicarikan solusinya. Pada tahap itu

juga guru pembimbing memeriksa jurnal masing-masing siswa dari sekolahnya,

selanjutnya memberikan saran-saran jika terdapat perbedaan antara prakerin dan tata

tertib yang telah diatur oleh sekolah.

Pada tahap terakhir adalah pemberian nilai atau sertifikat tanda siswa telah

melaksanakan prakerin. Sertifikat ini diberikan oleh industri. Format sertifikat dapat

berasal dari sekolah atau industri tempat prakerin telah memiliki sendiri format

sertifikat. Format yang berasal dari industri yang justru dianjurkan, sebab lebih

mempunyai kredibilitas, terutama pada saat digunakan untuk melamar pekerjaan

setelah siswa lulus. Pada industri yang telah ditunjuk oleh BNSP sebagai tempat uji

kompetensi, biasanya kegiatan prakerin dilanjutkan uji kompetensi. Sertifikat yang

dikeluarkan berbeda, artinya setiap siswa bias memperoleh dua sertifikat sekaligus

yaitu sertifikat prakerin dan sertifikat kompetensi. Pada industri yang tidak ditunjuk

oleh BNSP sebagai tempat uji kompetensi, maka siswa hanya memperoleh sertifikat

telah melaksanakan prakerin.

Lulusan SMK Mikael Surakarta, kurang lebih 50% terserap di dunia kerja

sesuai dengan program keahliannya dan sisanya melanjutkan ke perguruan tinggi dan

masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan pertama maksimal 1-3 bulan. Di samping

itu permintaan tenaga kerja oleh industri belum dapat terpenuhi atau terdapat surplus

permintaan tenaga kerja. Artinya, outcome di SMK St. Mikail Surakarta merupakan

kriteria keberhasilan sekolah kejuruan (out-of-school success). Banyaknya lulusan di

SMK St. Mikail Surakarta yang terserap oleh dunia kerja, surplus permintaan tenaga

kerja, dan masa tunggu yang relatif pendek untuk mendapatkan pekerjaan pertama

Page 70: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

18

merupakan good practice, sehingga wajar jika termasuk dalam kategori SMK

bertaraf internasional.

Sementara itu, lulusan SMK 2 Salatiga yang terserap ke lapangan kerja sesuai

dengan program keahliannya adalah 34%, sedangkan lulusan SMK 2 Cilacap adalah

30%, sisanya melanjutkan ke Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui,

karena sampai saat ini informasi dengan mereka belum kembali tersambung. Masa

tunggu mendapatkan pekerjaan pertama untuk kedua SMK rata-rata adalah 1-6

bulan. Jika dibandingkan dengan SMK Mikail Surakarta, nampak kemampuan kedua

SMK masih jauh, oleh karena itu ke depan sekolah harus berusaha secara keras agar

kemampuan mereka makin meningkat, sehingga keterserapan lulusan menjadi makin

tinggi.

Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK di Jawa Tengah berdasarkan penelitian telah

melaksanakan fungsinya yaitu memberikan informasi pasar kerja kepada siswa,

mendaftar siswa pencari kerja, memberikan penyuluhan dan bimbingan jabatan

kepada siswa serta menyalurkan dan menempatkan siswa di industri. Permasalahan

yang dihadapi BKK sekolah dan Dinas Tenaga Kerja Kota atau Kabupaten adalah

tidak tertibnya sekolah dalam memberikan laporan. Laporan dalam 1 tahun harus

disampaikan oleh sekolah sebanyak empat kali, atau laporan secara triwulanan. Pada

praktiknya sekolah hanya memberikan laporan satu kali dalam satu tahun. Di

samping itu terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh sekolah berkaitan dengan

Pasal 5 tentang Petunjuk Teknis BKK bahwa BKK disuatu sekolah dilarang

menyalurkan pencari kerja yang bukan berasal dari satuan pendidikan dan lembaga

pelatihan kerjanya. Pada praktiknya banyak SMK dalam proses seleksi calon

karyawan di suatu industri misalnya di PT. Daihatsu Motor, mengundang SMK

bahkan dari luar kabupaten atau kota. Proses rekrutmen seperti dijelaskan di atas

sampai sekarang tetap dilaksanakan oleh sekolah, namun demikian disisi yang lain

Disnaker kabupaten dan kota tetap membiarkan pelanggaran itu. Dengan demikian

pelanggaran ini dianggap legal.

Struktur organisasi BKK SMK di Jawa Tengah rata-rata tidak lengkap.

Biasanya BKK tidak dilengkapi dengan tata usaha. TU BKK biasanya melekat pada

tata usaha sekolah. Kondisi ini merupakan pelanggaran terhadap Pasal 2 ayat 5

tentang Petunjuk Teknis BKK, bahwa struktur organisasi BKK terdiri dari pimpinan,

Page 71: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

19

urusan pendaftaran dan lowongan, urusan informasi pasar kerja dan kunjungan

perusahaan, urusan penyuluhan bimbingan jabatan, serta urusan analisis jabatan serta

tata usaha BKK. Beberapa sekolah bahkan tidak memiliki struktur organisasi, BKK

hanya dikelola oleh satu guru saja.

Page 72: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

20

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

1. Materi pendidikan yang dipelajari di sekolah meliputi (1) komponen pendidikan

umum (normatif), dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi warga negara

yang baik, yang memiliki watak dan kepribadian sebagai warga negara bangsa

Indonesia; (2) komponen pendidikan dasar (Adaftif), untuk memberi bekal

penunjang bagi penguasaan keahlian dan bekal kemampuan pengembangan diri

untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi; (3) komponen pendidikan

dan pelatihan kejuruan, berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan

kemampuan keahlian sesuai program keahlian untuk bekal memasuki lapangan

kerja, yang mempunyai subkomponen teori kejuruan dan praktik dasar kejuruan.

Teori kejuruan untuk membekali pengetahuan tentang teori kejuruan bidang

keahlian, sementara itu praktik dasar kejuruan berupa latihan dasar untuk

menguasai dasar-dasar teknik bekerja secara baik dan benar sesuai dengan

persyaratan keahlian. Pola penyelenggaraan mata pelajaran normatif dan adaftif

dilaksanakan menggunakan berbagai metode antara lain tugas kelompok dan

mandiri; digunakan media pembelajaran berupa CD, buku teks, dan buku ajar; di

samping itu, menerapkan evaluasi pembelajaran yang berupa tes essay, atau

pilihan berganda;

2. Langkah-langkah penyelarasan kurikulum sudah dilakukan secara sistematik,

yang telah mempertimbangkan keberadaan guru program produktif, KTSP,

Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta kondisi industri dan kebutuhannya. Di

samping itu, telah mempertimbangkan juga asosiasi profesi, Kepala Sekolah,

serta Komite Sekolah. Tahapan itu dimulai dari kelompok guru produktif dan

Ketua Program Diklatnya, yang mana mereka menjadi inisiator penyelarasan

kurikulum program produktif. Hal ini dikarenakan merekalah yang setiap kali

bersingungan dengan kurikulum. Pada kegiatan penyelarasan, guru dan ka prodi,

mempertimbangkan keberadaan KTSP, SKL, serta kondisi kebutuhan institusi

pasangan. Peran Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum

Page 73: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

21

yaitu dalam hal mengkoordinasi dan menjembatani pengembangan kurikulum di

tingkat program keahlian. Peran Kepala Sekolah tidak saja dalam melegalisasi

hasil penyelarasan kurikulum, tetapi fungsi yang sesungguhnya adalah motor

dan manajer secara keseluruhan di sekolah yang mencakup beberapa program

diklat;

3. Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK di Jawa Tengah rata-rata menggunakan

sistem blok. Hanya saja sistem yang digunakan tidak sepenuhnya model blok

atau dapat dikatakan sebagai sistem blok modifikasi. Pada sistem blok murni,

pelaksanaan prakerin selama delapan bulan, namun pada praktiknya banyak

yang melaksanakan selama tiga bulan saja. Pelaksanaan prakerin selama tiga

bulan ini adalah persyaratan minimal, jika dilaksnakan lebih dari tiga bulan

malahan dianjurkan oleh kurikulum. Beberapa sekolah melaksanakan prakerin

sampai dengan enam bulan bahkan ada yang sampai dengan satu tahun. Pada

sekolah empat tahun misalnya SMK Negeri 3 Klaten, prakerin dilaksanakan

selama satu tahun, bahkan sampai dilaksanakan uji kompetensi yang dilakukan

sekolah dan industri tempat prakerin. Pada prakerin yang dilaksanakan selama

tiga bulan, industri lazimnya belum mampu melaksanakan uji kompetensi.

Industri hanya mampu memberikan sertifikat sebagai tanda terselesainya

kegiatan prakerin, meskipun demikian di dalamnya telah dilengkapi nilai-nilai

keterampilan siswa;

4. Jumlah lulusan SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah antara 95% sampai

dengan 100%, dari rentang kelulusan tersebut yang terserap ke lapangan kerja

yang cocok dengan program keahliannya adalah 30% sampai dengan 50%,;

masa tunggu mendapatkan pekerjaan pertama rata-rata adalah 1-6 bulan; sisanya

melanjutkan ke Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui kegiatannya;

5. Lulusan SMK PELMO yang dibutuhkan oleh industri adalah operator mesin

perkakas manual, operator mesin CNC, las listrik, las argon, pengecoran logam

serta telematika atau ICT, di samping itu di butuhkan soft skill berupa

ketekunan, komitmen, disiplin, serta kemampuan bekerjasama (team work);

6. Sertifikat keahlian siswa SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah diperoleh

melalui tiga cara, yaitu Prakerin/PSG, Proyek Tugas Akhir (PTA), serta uji

kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Badan

Page 74: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

22

Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat yang diperoleh dari pelaksanaan

Prakerin/PSG dan sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai

pelengkap Ujian Nasional. Artinya kedua sertifikat masuk dalam hasil UN.

Sementara itu sertifikat yang diperoleh dari LSP merupakan bekal tambahan

siswa dalam rangka melamar pekerjaan.

B. REKOMENDASI

1. Penyelarasan kurikulum dalam komponen normatif, adaftif, dan dasar kejuruan

sebaiknya dilaksanakan dalam waktu dua tahun sekali agar terjadi

pembaharuan materi pembelajaran sehingga tidak ketinggalan dibandingkan

kondisi di industri. Wadah kegiatan ini sebaiknya adalah IHT, industri

diundang ke sekolah untuk bersama-sama menyusun kurikulum;

2. Penyelarasan kurikulum dalam komponen produktif, sebaiknya dilaksanakan

dalam setiap tahun, sebab perkembangan keterampilan di industri sangat cepat,

metode yang digunakan adalah guru produktif berkunjung ke industri dengan

membawa draft kurikulum yang selama ini telah dilaksanakan, industri diminta

memberikan masukan, yang kemudian digunakan sebagai rujukan untuk

perubahan kurikulum;

3. Tugas Akhir (TA) yang disusun oleh siswa sebaiknya berasal dari industri

tempat prakerin, siswa diminta untuk mengamati salah satu permasalahan di

industri untuk diselesaikan dalam TA, selanjutnya penguji TA salah satunya

berasal dari industri tempat siswa prakerin; tidak seperti yang selama ini

dilakukan yaitu TA tidak berhubungan dengan prakerin;

4. Komunikasi antara BKK dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

sebaiknya ditingkatkan kembali, dengan cara BKK secara tertib memberikan

laporan yaitu tiga bulan sekali, di sisi yang lain Disnakertrans secara rutin

melakukan monitoring ke sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang

dinamika BKK.

5. Rekomendasi untuk Sekolah

a. Penyelenggaraan pembelajaran teori kejuruan dan praktik kejuruan dasar

dapat dilaksanakan di awal semester, tidak perlu mengikuti kelaziman, hal

ini berkaitan dengan jadwal pemanfaatan bengkel, yaitu agar optimal, sebab

Page 75: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

23

kadang-kadang sebagaian alat dan mesin ada yang rusak di permulaan

semester;

b. Model Prakerin untuk SMK Negeri dapat digunakan block release

modifikasi, yaitu diadakan mulai klas satu pada akhir semester genap,

selama satu bulan dalam tiga tahun, khususnya untuk keterampilan yang

tidak menuntut sekuens materi yang sistematik, jumlah waktu magang tetap

selama tiga bulan;

c. Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama dengan industri

dan asosiasi yang kompeten;

d. Memberdayakan semua komponen sekolah kearah pencapaian visi dan misi

sekolah

6. Rekomendasi untuk Pemerintah

a. Memberikan fasilitasi aksesibilitas kemitraan antara sekolah dan industri,

terutama dalam proses magang dan penempatan lulusan;

b. Memberikan fasilitasi guru untuk melakukan in service training dalam

bidang keterampilan produktif.

7. Komunikasi antara BKK dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

sebaiknya ditingkatkan kembali, dengan cara BKK secara tertib memberikan

laporan yaitu tiga bulan sekali, di sisi yang lain Disnakertrans secara rutin

melakukan monitoring ke sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang

dinamika BKK.

Page 76: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

24

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, Kenneth B, 1989, Methods of Social Research, The Free Press, Collier

Macmillan, London Balitbang Provinsi Jawa Timur, 2004, “Peluang dan Tantangan Mengatasi Pencaker di

Jatim” Jurnal Cakrawala, Edisi I, Bulan ke-6. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, PP No 31 2006 tentang Sistem Pelatihan

Kerja nasional. Depdiknas, 2001, Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020, Jakarta, Ditjen,

Dikdasmen, Dit Dikmenjur. Dunn, William, 2004, Public Policy Analyisis : An Introduction, Prentice Hall, Simin &

Shuster Company Engelwood Clifts, New York. Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R., 1984, Curriculum Development in Vocational

and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Gatot PH 2000 “Pendidikan Kejuruan” Makalah pada Konvensi Pendidikan Nasional di

UNJ.

Gusrizal 2002, “Pelaksanaan Uji Kompetensi SMK dan Implikasinya pada Instrumen Mata Uji” dalam Buletin Pembelajaran No. 02 Tahun 25 Juni 2002.

Nolker, H., 1983, Pendidikan Teknologi Kejuruan : Pengajaran, kurikulum, dan

perencanaan, Jakarta, PT. Gramedia. PP No. 23 Th. 2004 tentang “Badan Nasional Sertifikat Profesi”, Lembaran Negara R.I.

Tahun 2004 No 78, Tambahan Lembaran Negara R.I. No. 4408.

Purwadi, A. 1998, “Beberapa Gagasan tentang Reformasi Pendidikan Menengah Kejuruan” Kajian Pendidikan dan Kebudayaan No. 014/V/September 1998 Jakarta, Balitbang, Depdikdbud.

Samsudi, 2004, “Pengembangan Model Sinkronisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Produktif SMK Bidang Rekayasa”, Laporan Penelitian Hibah Bersaing XII, Lembaga Penelitian UNNES, Semarang.

Sidi, I., 2002 Menuju Masyarakat Pembelajar, Menggagas Paradigma Baru

Pendidikan, Jakarta, Paramadina bekerjasama dengan Logos Wacana Ilmu.

Syaodih, N., 1997, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.

Page 77: 2- Pendidikan Dan Lap Kerja

25

Sudana, I Made, 1998, Pola Sinkronisasi Kurikulum SMK di Jawa Tengah, Laporan Penelitian BBI, Jakarta, DP2M.

Sukamto, 1988, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi

Kejuruan, Jakarta, Proyek P2LPTK. Suryadi, A., 1999, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan, Jakarta, Balai

Pustaka. Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming

Inefficiency and Inequity, USA, University of Illionis, 1982, h.121. Yin Cheong Cheng, 1996, School Effectiveness and School-Based Management: A

Mechanism for Development, Washington D.C, The Palmer Press.