Lap Aklimatisasi

14
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH AKLIMATISASI NAMA : LAILI NURROHMAH NIM :135040200111168 PRAKTIKUM : KAMIS, 06.00-7.30 WIB ASISTEN : BIMA FIKRI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

description

TPB

Transcript of Lap Aklimatisasi

Page 1: Lap Aklimatisasi

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

AKLIMATISASI

NAMA : LAILI NURROHMAH

NIM :135040200111168

PRAKTIKUM : KAMIS, 06.00-7.30 WIB

ASISTEN : BIMA FIKRI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Lap Aklimatisasi

AKLIMATISASI ANGGREK

I. PENDAHULUAN

Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga yang banyak disukai oleh

konsumen. Bunga tanaman anggrek sangat menarik karena sangat bervariasi dalam bentuk,

warna, dan corak bunganya. Disamping itu bunga anggrek mempunyai keistimewaan

dibandingkan bunga potong lainnya, karena dapat bertahan segar lama sebagai bunga

rangkaian. Sebagai bunga dalam pot, bunga anggrek juga cukup lama bertahan tidak cepat

layu, bahkan ada beberapa spesies tanaman yang dapat bertahan segar sampai satu bulan.

Keanekaragaman anggrek membuat tanaman ini memiliki potensi untuk terus

dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan yang semakin

meningkat. Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai nilai US$

1.756.156. Anggrek tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, kompot, dan individu),

tanaman berbunga, maupun bunga potong.

Berdasarkan bentuk pertumbuhanya, anggrek dibedakan menjadi anggrek

monopodial dan anggrek simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang ujung

batangnya memilikki pertumbuhan yang tidak terbatas, dengan pertumbuhan satu arah ke

atas walaupun kadang muncul tunas baru pada bagian batangnya. Jenis anggrek yang

termasuk anggrek monopodial adalah anggrek Vanda, Arachnis dan Phalaenopsis. Tipe

pertumbuhan simpodial adalah anggrek yang pertumbuhannya kesamping. Termasuk

dalam anggrek simpodial adalah Dendrobium, Bulbophuyllum, Coelogyne, Eria dan

Cymbidium.

Anggrek dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Secara vegetatif

dapat dilakukan dengan pemisahan rumpun pada tanaman simpodial, stek batang pada

tanaman monopodial, dan dengan menggunakan keiki yaitu tunas yang sering tumbuh pada

batang semu tanaman anggrek Dendrobium sp. Perkembangbiakkan melalui kultur

jaringan dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif

dengan biji sering dilakukan secara in vitro atau kultur jaringan, karena biji anggrek tidak

dapat tumbuh secara alamiah kecuali bersimbiose dengan micorhiza.

Kultur jaringan dapat diartikan sebagai budidaya suatu jaringan tanaman sehingga

dapat tumbuh menjadi tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Budidaya jaringan

juga dinamakan budidaya in vitro, yaitu suatu budidaya serba steril, memakai media steril,

bahan tanaman yang hidup tapi telah disteril, dan ditanam pada botol yang juga telah

Page 3: Lap Aklimatisasi

disteril. Dasar teori kultur jaringan adalah teori totipotensi sel yang dikemukakan oleh

Schwan dan Schleiden, bahwa setiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi

individu yang sempurna apabila diletakkan pada lingkungan yang sesuai.

Beberapa keuntungan dari teknik kultur jaringan ini adalah (1) memperbanyak

tanaman lebih cepat dibandingkan metode lainnya, (2) memperbanyak tanaman yang sulit

diperbanyak dengan cara konvensional, (3) menghasilkan tanaman yang lebih kuat, bebas

pathogen dan penyakit lainnya, (5) pelaksanaanya dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa

harus mempertimbangkan musim.

Salah satu tahap dari metode kultur jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah

masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya

terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi,

disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke

tanama autotrop.

Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi

merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang

diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa

faktor antara lain :

1. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau

ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot

sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan

habitatnya.

2. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki

kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman

sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan

kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik

secara endogenous (Adiputra, 2009).

Adapun kriteria planlet yang siap untuk diaklimatisasi adalah sebagai berikut:

a.      Organ planlet lengkap ( akar, batang, daun )

b.      Warna pucuk batang hijau mantap artinya  tidak tembus pandang

c.      Pertumbuhannya kekar

d.      Akar memenuhi media

e.      Ukuran tinggi tanaman 3 – 4 cm  ( tergantung jenis tanaman )

f.       Umur tanaman ( anggrek 4 bulan)

Page 4: Lap Aklimatisasi

Prosedur Aklimatisasi Secara Umum

1. Menyiapkan wadah

Wadah merupakan tempat yang berisi media tumbuh tanaman hasil kultur. Jenis

wadah yang dapat digunakan meliputi ; Pot terbuat dari tanah liat atau plastik, sabut

kelapa tua, tempurung kelapa tua dan batang pakis. Wadah yang digunakan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Harus memiliki lubang pembuangan air (draenase)

b. Harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembaban media tanam

c. Tidak mudah lapuk

d. Harus bersih dan bebas dari berbagai penyakit

e. Mudah diperoleh dan harganya murah

2. Menyiapkan media

Media merupakan tempat tumbuh dan berdiri tegaknya tanaman. Persyaratan

Media tanam Untuk aklimatisasi adalah :

a. Mampu mengikat air dan unsur hara secara baik

b. Harus memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban

c. Mempunyai aerasi yang baik

d. Tahan lama /Tidak mudah lapuk

e. Tidak menjadi sumber penyakit

f. Derajat keasaman (pH) 5 – 6

g. Mudah didapat dan harganya murah

Media yang biasa digunakan Untuk tanaman hasil kultur meliputi ; Pakis

( anggrek ), Moss, Potongan kayu pinus, Arang sekam (pisang), Pasir steril ( Jati) dan

Sabut Kelapa. Sebelum digunakan media tersebut harus diseterilkan dengan cara

disiram air panas agar serangga, mikroba, serta biji-bijian gulma mati.

3. Menyiapkan tempat

Tempat yang digunakan untuk memelihara tanaman hasil kultur harus mempunyai

Intensitas cahaya matahari : 35 – 45%, Suhu : malam 18-240 C, siang 21-320 C,

Ketinggian tempat : 0 – 700 mdpl, Kelembaban : 60 – 85% dan mempunyai Aerasi /

sirkulasi udara. Dalam memilih tempat harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Lingkungan harus bersih dan bebas dari segala hama dan penyakit

b. Kondisi lingkungan disesuaikan dengan kondisi tanaman: suhu, kelembaban dan

cahaya

Page 5: Lap Aklimatisasi

4. Pemindahan planlet dari botol ke pot

Bibit yang masih ada di dalam botol dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan

kawat atau dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas. Bibit

kemudian dibilas diatas tempat plastik berlubang sebelum disemprot dengan air

mengalir untuk membersihkan sisa media agar. Air yang masih menempel pada bibit

ditiriskan dengan meletakkan bibit yang sudah bersih di atas kertas koran. Bibit

ditanam secara berkelompok dalam kompot (community pot) dengan media tanam

pakis, kemudian tempatkan di tempat teduh yang memiliki sirkulasi udara yang baik.

Setelah bibit tanaman dalam kompot berumur 1 - 1.5 bulan, bibit dapat ditanam secara

individual pada pot tunggal (single pot) dengan menggunakan media pakis atau sabut

kelapa.

5. Pemeliharaan

Setelah tanaman tampak tegak dan sudah mulai tumbuh baik, sudah boleh diberi

pupuk dan fungisida. Pupuk diberikan lewat daun, dengan pupuk yang kandungan

nitrogennya tinggi (misal pupuk gandasil D, yang warnanya hijau). Pupuk & fungisida

diberikan sekali seminggu, dengan konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Gambar1. Anggrek dalam kompot

Page 6: Lap Aklimatisasi

Gambar 2. Anggrek dalam Single Pot

II. TUJUAN

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara

(tahapan-tahapan) aklimatisasi anggrek hasil kultur jaringan.

III. METODOLOGI

Bahan dan alat

Alat : Bahan :

1. Pinset / kawat Air

2. Hand sprayer Planlet tanaman anggrek hasil kultur in vitro

3. Pot Media sabut kelapa

4. Koran bekas Sterofoam

5. Kawat Fungisida

Cara Keja:

a. Melepaskan bibit dari media agar

Isi botol berisi bibit dengan air kira-kira hingga separo botol, kemudian botol

digoyang, supaya media agar dalam terlepas dari akar

Buang air dan media agar yang sudah terlepas

b. Tahap mengeluarkan bibit dari botol

Keluarkan bibit dengan menggunakan kawat

Keluarkan bibit satu per satu dengan menarik bagian akarnya yang akan keluar

dulu supaya daun tidak rusak

Letakkan bibit pada wadah berisi air bersih

Bersihkan bibit dari media agar yang menempel pada akar

Ganti air dalam wadah dan bersihkan bibit sampai benar-benar bersih

c. Merendam bibit dalam fungisida dan tiriskan di koran supaya air yang berlebihan

menempel pada bibit terserap oleh kertas koran

d. Penanaman dalam pot (single pot)

Siapkan pot anggrek

Isi pot dengan sterofoam kurang lebih 1/3 pot

Tambahkan sabut kelapa di atas sterofoam sebanyak 1/3 pot

Page 7: Lap Aklimatisasi

Tanam bibit pada pot, usahakan bibit berdiri tegak dengan menahan akar dengan

sabut kelapa (jangan menanam bibit telalu dalam karena dapat menyebabkan bibit

mati karena busuk)

Sungkup pot 100%, dihari kedua buka sungkup 25%, hari ke 6 50%, hari ke 14

75%, hari ke 21 buka sungkup.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Pengamatan

Planlet Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati

Tabel Pengamatan Anggrek Kelompok 3

Planlet Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati

1 - - - -

2 - - - -

Planlet 2 pada 9hst muncul anakan baru

Planlet 1 pada 13hst muncul anakan baru

Pembahasan

Dari hasil praktikum kelompok kami didapatkan hasil setelah 4 minggu

pengamatan tanaman anggrek yang diaklimatisasi tetap hidup sampai minggu ke 4.

Kondisi lingkungan dan media tanam anggrek yang berupa sabut kelapa dan sterofoam

menjadi faktor yang mempengaruhi bibit tanaman anggrek tersebut tetap hidup. Disamping

itu faktor lain yang mempengaruhi anggrek adalah pembukaan sungkup secara berkala,

sehingga bibit anggrek secara perlahan dapat beradaptasi pada lingkungan sekitar

Page 8: Lap Aklimatisasi

tempatnya tumbuh. Media tanam anggrek yang digunakan juga mampu mempertahankan

kelembapan dan kandungan air yang dibutuhkan oleh anggrek.

Menurut Soeryowinoto dan Soeryowinoto (1995) Pemindahan dilakukan secara hati-hati

dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari

udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap

serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan

barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara

yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

Media tumbuh anggrek yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas

melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat

hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya

(Gunawan, 1985). Maka untuk memenuhi syarat media tumbuh tanaman anggrek tersebut

digunakan perpaduan sabut kelapa dan sterofoam, karena sabut kelapa yang mudah melapuk dan

mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit maka media tumbuh anggrek digunakan

pula sterofoam agar menutupi dampak negatif yang dengan digunakannya sabut kelapa.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari praktikum yang telah dilakukan adalah Aklimatisasi

merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng, tahapan

ini merupakan tahapan yang paling sulit dilakukan karena memindahkan tanaman pada

kondisi lingkungan yang baru. Dalam mengaklimatisasi tanaman anggrek banyak hal yang

sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman ini diantaranya kondisi tanaman itu saat

diaklimatisasi, kondisi lingkungan, dan perawatan yang intensif serta media yang

digunakan. Pada praktikum tanaman anggrek tumbuh dengan baik dan tidak terkendala

sehingga tanaman anggrek tetap hidup sampai pengamatan minggu ke empat.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, W.L. 1985. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta

Soeryowinoto, S.M., dan M. Soeryowinoto. 1995. Perbanyakan Vegetatif pada Anggrek. Kanisius.

Yogyakarta.

Page 9: Lap Aklimatisasi

LAMPIRAN

Dokumentasi

Hari ke 2 bukaan 25%

Hari ke 6 bukaan 50%

Hari ke 14 bukaan 75% (minggu ke-2)

Hari ke 21 bukaan 100% (minggu 3)

Hari ke 28 (minggu ke 4)