Lap Drosopila

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Genetika merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang gen. Ilmu ini mempelajari tentang pewarisan sifat yang diturunkan pada keturunannya atau (F 1 ). Banyak terjadi beberapa kasus adanya perselisihan tentang anak yang dipunyai tersebut merupakan anak kandung atau tidak. Fenomena ini dapat terpecahkan dengan menggunakan penerapan hukum ini. Hukum ini diciptakan dan sekaligus ditemukan oleh Gregor Johann Mendel. Mendel dikenal dengan hasil dari penemuannya yang sangat fenomenal ini. Mendel menyebutnya unit genetic atau gen, dengan persyaratan sebagai berikut: 1. membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi dan sifat biologi yang lain. ( Henuhili, 2002) 2. diwariskan dari generasi ke generasi dimana keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi genetik induk (P 1 ). Menurut hukum ini, penurunan sifat dengan satu sifat beda (monohibrid) menghasilkan F1 dengan perbandingan 50% untuk tiap sifat beda. Jadi tiap 1

Transcript of Lap Drosopila

Page 1: Lap Drosopila

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Genetika merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi yang

mempelajari tentang gen. Ilmu ini mempelajari tentang pewarisan sifat yang

diturunkan pada keturunannya atau (F1). Banyak terjadi beberapa kasus

adanya perselisihan tentang anak yang dipunyai tersebut merupakan anak

kandung atau tidak. Fenomena ini dapat terpecahkan dengan menggunakan

penerapan hukum ini.

Hukum ini diciptakan dan sekaligus ditemukan oleh Gregor

Johann Mendel. Mendel dikenal dengan hasil dari penemuannya yang sangat

fenomenal ini. Mendel menyebutnya unit genetic atau gen, dengan

persyaratan sebagai berikut:

1. membawa informasi yang berkaitan dengan struktur,

fungsi dan sifat biologi yang lain. ( Henuhili, 2002)

2. diwariskan dari generasi ke generasi dimana

keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi genetik induk (P1).

Menurut hukum ini, penurunan sifat dengan satu sifat beda

(monohibrid) menghasilkan F1 dengan perbandingan 50% untuk tiap sifat

beda. Jadi tiap sifat beda memiliki kesempatan yang sama untuk

diekspresikan.

Percobaan dasar Mendel telah dicoba berulang kali dengan

menggunakan berbagai jenis organisme. Banyak di antara eksperimen tersebut

membutuhkan jangka waktu yang lama untuk mendapatkan generasi F1

maupun F2. Tetapi dengan menggunakan Drosophila sp, waktu yang

dibutuhkan kurang dari satu bulan. Alasan lain yang membuat peneliti

menggunakan Drosophila sp. Sebagai organisme terbaik untuk percobaan

hereditas sebab :

a. Lalat ini mudah sekali dipelihara di laboratorium, sebab makanan lalat

ini sangat sederhana dan ruang yang dibutuhkan sangat kecil.

1

Page 2: Lap Drosopila

b. Siklus hidup lalat ini pendek, 7-8 hari (untuk Indonesia).

c. Keturunan sangat banyak.

d. Memiliki banyak variasi yang herediter.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kami ingin meneliti

tentang kebenaran Hukum Mendel dengan satu sifat beda pada Drosophila sp.

Sifat beda yang dimaksud di sini adalah jenis kelamin Drosophila sp, yaitu

jantan dan betina.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah siklus dari perkembangbiakan hingga

menghasilkan keturunan (F1) Drosophila ?

2. Berapakah perbandingan keturunan (F1) yang jantan (♂)

dan betina (♀) dari perkawinan Drosophila ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui siklus dari Drosophila.

2. Untuk mengetahui perbandingan keturunan (F1) yang

jantan (♂) dan betina (♀) dari perkawinan Drosophila.

2

Page 3: Lap Drosopila

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Umum Drosophila sp

Lalat buah (Drosophila sp) merupakan salah satu hama pada

tanaman holtikultura, yang sasaran utamanya antara lain; belimbing manis,

jambu air, mangga, nangka, dan buah-buahan yang terlalu masak. Sifat

khas dari lalat buah adalah hanya dapat bertelur dalam buah, sehingga

buah menjadi busuk dan jatuh dari pohon.

Terdiri atas ± 4000 spesies yang terbagi dalam 5000 genus.

Stadium lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva, yang pada

umumnya berkembang dalam buah.

Secara biologis lalat buah memiliki empat stadium metamorfosis,

yaitu telur, larva, pupa, dan imago (lalat dewasa). Adapun ciri-cirinya

sebagai berikut :

Telur, diletakkan di dalam buah dengan memasukkan ovipositor-nya

(alat peletak telur). Dan memiliki ciri-ciri ysaitu: telur berwarna

putih, bentuk lonjong dan diletakkan berkelompok, yang mana di

setiap sekali bertelur dapat menghasilkan 1-40 butir /hari.

Larva, dengan ciri bentuk dan ukuran pada umumnya bermacam-

macam, tergantung pada zat gizi esensial dalam media makanannya.

Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dengan

salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah terdiri dari tiga bagian:

yaitu kepala, toraks (3 ruas dan 8 abdomen). Larva membuat saluran-

saluran di dalam media makanan dan juga menghisap cairan di

media.

Pupa, adapun ciri-ciri pupa adalah berbentuk oval, warnanya

kecoklatan, panjang nya ± 4mm. masa pupa adalah 4-10 hari dan

setelah itu menjadi lalat dewasa.

Imago, imago lalat buah rata-rata 0,7mm X 0,3mm dan terdiri atas

kepala, toraks, dan abdomen. Di mana toraks terdiri dari tiga ruas:

berwarna orange, merah kecoklatan, coklat, atau hitam; dan memiliki

3

Page 4: Lap Drosopila

sepasang sayap transparan. Sedangkan pada ujung abdomen pada

lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur,

sebaliknya pada lalat jantan tubuhnya lebih bulat.

B. Klasifikasi Drosophila sp.

Lalat buah memiliki klasifikasi sebagai berikut ini :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Dipterae

Family : Drosophilidae

Subfamily : Drosophilinae

Genus : Drosophila

Species : Drosophila melanogaster

C. Penentuan Jenis Kelamin

Jenis kelamin pada makhluk hidup umumnya dibedakan atas jenis

jantan dan betina. Banyak makhluk hidup yang memiliki satu jenis kelamin

atau seksnya terpisah, jadi ada individu jantan dan individu betina. Di alam

juga terdapat tumbuhan dan hewan tingkat tinggi yang hermaprodit artinya

dalam satu tubuh makhluk hidup tersebut dihasilkan gamet-gamet jantan

maupun betina. Terjadinya perbedaan seks pada makhluk hidup dipengaruhi

oleh faktor genetik dan lingkungan.

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan biasanya ditentukan oleh keadaan fisiologis.

Bila kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang dapat

mmpengaruhi penampilan fenotipnya, sehingga jenis kelamin suatu

makhluk hidup dapat berubah.

2. Faktor Genetik

Faktor genetik ditentukan oleh komposisi kromosom, karena

kromosom mengandung bahan genetik.

4

Page 5: Lap Drosopila

Pada lalat buah, sel tubuhnya hanya memiliki 8 kromosom (4

pasang), 8 kromosom yang ada dalam inti sel itu dibedakan atas : 6 buah

kromosom (3 pasang) yang bentuknya sama pada jantan maupun betina dan

karena itu disebut autosom (kromosom tubuh), disingkat A. Sedangkan 2

kromosom lainnya disebut kromosom kelamin (kromosom seks) sebab

anggota dari sepasang kromosom ini tidak sama bentuknya antara lalat jantan

dan betina.

Prinsip dan pola pewarisan sifat dapat diketahui dengan

penyilangan atau mengawinkan organisme-organisme yang berbeda satu sama

lain dalam sifat-sifat menurun yang tertentu, diikuti oleh tabulasi yang diteliti

ari keturunan yang dihasilkan, kemudian menganalisis hasilnya untuk

mengetahui atau menentukan cara penurunan sifat tersebut. Banyak sekali

prinsip dan pola pewarisan sifat yang diperoleh melalui eksperimen dengan

menggunakan Drosophila dalam persilangannya. Di antara prinsip-prinsip

pewarisan sifat tersebut adalah :

1. Sifat-sifat bakal diwariskan kepada keturunannya melalui gen-gen

di dalam kromosom.

2. Kebanyakan sifat akan berkembang dengan dukungan lingkungan.

3. Penurunan sifat kepada anaknya bukan melalui darah

4. Sifat-sifat didapat dari lingkungan tak dapat diturunkan kepada

anaknya.

5. Cacat menurun bukan karena kejadian pada waktu hamil. Dalam

pewarisan sifat dari induk kepada anaknya banyak dijumpai pola-

pola pewarisan sifat, diantaranya adalah pola dominasi penuh,

intermediet, pola yang dipengaruhi jenis kelamin dan sebagainya.

Pola pewarisan tersebut sangat ditentukan oleh banyak hal,

diantaranya adalah : sifat. keberadaan/ letak, jumlah yang terlibat

dari gen-gen dalam kromosom dan sebagainya.

5

Page 6: Lap Drosopila

Thomas Hunt Morgan adalah perintis dalam penggunaan

organisme kecil ini sebagai obyek dalam penelitian genetika. Pilihannya tepat

sekali karena, pertama lalat ini kecil sehingga suatu populasi yang besar dapat

dipelihara dalam laboratorium. Kedua, daur hidup sangat cepat. Tiap 2

minggu dapat dihasilkan satu generasi dewasa yang baru. Ketiga, lalat ini

sangat subur, yang betina dapat menghasilkan ratusan telur yang dibuahi

dalam hidupnya yang pendek ini. Dengan demikian populasi besar yang

dihasilkan tersebut memudahkan analitik statistik yang mudah dan dapat

dipercaya. Masih ada kemungkinan keempat yang ditemukan yaitu adanya

kromosom raksasa di dalam kelenjar ludah larva. Kromosom raksasa ini

memperlihatkan detail struktur yang jauh lebih jelas dari pada kromosom

badan normal. Di samping itu kromosom raksasa ini terdapat dalam masa

interfase, suatu masa di mana biasanya kromosom tidak kelihatan. Meskipun

seekor lalat buah betina mempunyai 4 pasang kromosom homolog, tetapi lalat

jantan mempunyai 3 pasang kromosom homolog. Dua (2) kroosom lainnya

tidak homolog.

Satu anggota dari pasangan kromosom keempat ini wujudnya

identik dengan pasangan kromosom keempat pada betina. Kromosom ini

disebut kromosom X. Anggota lainnya wujudnya sangat berlainan dan

disebut kromosom Y. Kedua kromosom itu disebut kromosom kelamin,

karena kehadirannya selalu berkolerasi dengan kelamin lalat itu. Kromosom

lainnya disebut autosom. Sebagai akibat dari pemsahan pasangan homolog

pada waktu meiosis maka telur lalat buah mempunyai satu dari tiap autosom

ditambah satu kromosom X. Sel sperma yang dihasilkan oleh jantan

mempunyai tiga autosom dan satu kromosom X atau Y. Kita dapat

menggambarkan hasil penyatuan acak dari sel telur dengan sperma ini dengan

mempergunakan segi empat Punnet. Kita segera melihat keturunannya kira-

kira akan terdiri atas jantan dan betina dengan jumlah yang sama banyak.

Kromosom seks pada Drosophila sp. ada 2 macam, yaitu

kromosom x dan kromosom y. Kromosom x bentuknya batang, sedangkan

kromosom y bentuknya agak bengkok. Ternyata Drosophila betina

mempunyai 2 kromosom x (ditulis dengan simbol XX), dan yang jantan

6

Page 7: Lap Drosopila

mempunyai 1 kromosom x dan 1 kromosom y tidak homolog artinya tidak

sama panjang (ditulis dengan simbol XY).

Lalat buah jantan cukup ditulis dengan simbol XY, dan untuk yang

betina ditulis dengan simbol XX, sedangkan pasangan autosomnya tidak

ditulis. Berikut ini akan dibastarkan lalat jantan dengan lalat buah betina :

Parental (P) : Jantan (♂) >< (♀) Betina

XY XX

Gamet (G) : X dan Y X

Sperma Sel telur

Keturunan (F1) : XX XY

Betina Jantan

50% 50%

Pembastaran lalat buah jantan dengan betina akan menghasilkan

keturunan F1 yang berjenis kelamin jantan (XY) dan betina (XX), masing-

masing 50%. Hal tersebut di atas dapat ditengkan sebagai berikut : lalat buah

jantan akan menghasilkan 2 macam sel sperma, yaitu yang mempunyai X dan

Y. Lalat buah betina akan menghasilkan sel telur 1 macam, yaitu yang

mempunyai X. Bila sel telur X dibuahi oleh sel sperma Y, akan terjadi lalat

buah jantan, akan tetapi bila sel telur X dibuahi oleh sel sperma X, akan terjadi

lalat buah betina. Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin suatu

individu (pada lalat buah) ditentukan oleh kromosom seks, yaitu X dan Y.

Dengan demikian bahwa kromosom menentukan jenis kelamin.

Perbedaan kelamin ditandai dengan sifat-sifat meurun tertentu

yang jelas. Pola pigmentasi pada perut yang jantan, penis dan bulu kelenjar

pada ruas tarsal pertama dari kaki depan adalah beberapa sifat yang nyata

yang membedakan lalat jantan dari lalat betina. Fakta bahwa ada atau tidak

adanya sifat-sifat ini selalu berhubungan dengan kromosom kelamin yang

merupakan bukti dari teori keturunan.

Mekanisme khusus apapun yang berlangsung, kelamin dalam alam

binatang tampaknya langsung berhubungan dengan penyatuan kromosom-

kromosom tertentu dan dengan demikian memperkuat teori bahwa kromosom

adalah pembawa penentu sifat-sifat organisme.

7

Page 8: Lap Drosopila

Ada beberapa tipe penentuan jenis kelamin :

Type xy, pada lalat Drosophila melanogaster.

1. 3 pasang (6buah kromosom) pada lalat jantan maupun betina bentuknya

sama. kromosom ini disebut kromosom tubuh (autosom) di singkat dengan

huruf A.

2. 1 pasang (2buah) kromosom yang disebut kromosom kelamin (sex-

kromosom).

X = yang berbentuk batang lurus. lalat betina mempunyai 2 kromosom X.

Y = yang lebih pendek daripada kromosom X dan sedikit membengkok

pada salah satu ujungnya.

Lalat jantan mempunyai sebuah kromosom X dan sebuah

kromosom Y.

Formula untuk lalat buah adalah sebagai berikut:

Lalat betina = 3 AAXX (3 pasang autosom + 1 pasang kromosom

X)

Lalat jantan = 3 AAXY (3 pasang autosom + 1 kromosomX + 1

kromosom Y)

Terjadinya anak lalat jantan dan betina

P : jantan >< betina

AAXX AAXY

G : AX AX,AY

F1 : AAXX , AAXY

(betina) , (jantan)

Prosentase kemungkinan terjadinya anak jantan dan betina adalah 50% : 50%

8

Page 9: Lap Drosopila

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengamatan, karena dalam

penelitian ini tidak menggunakan variabel-variabel yang biasa digunakan.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada laboratorium Mikrobiologi C9

Jurusan Biologi FMIPA UNESA Surabaya.

C. Alat dan Bahan

Membuat medium pemeliharaan Drosophila

Alat dan Bahan :

Botol kultur

Timbangan

Lumpang dan mortil atau blender

Pengaduk

Kompor

Panci/ gelas kimia

Agar-agar

Pisang raja

Air

Ragi roti/ fermipan.

Plastik

Karet gelang

Membius lalat Drosophila

Alat dan Bahan :

Botol kultur

Selang

Kain kasa

Plastik penutup

Eter

9

Page 10: Lap Drosopila

Karet gelang

Isolasi lalat virgin

Alat dan Bahan

Kultur Drosophila yang sudah jadi

Eter

Botol pembius

Kuas ukuran 1-3

Cawan Petri tereterisasi

Botol kultur berisi medium

Determinasi Drosophila

Alat dan Bahan :

Kultur lalat Drosophila

Botol pembius

Eter

Kuas ukuran 1-3

Loupe

MIkroskop binokuler

Pengenalan Drosophila

Alat dan Bahan :

Mikroskop stereo dan monokuler

Kaca obyek dan kaca penutup

Jarum serangga

Stock Drososphila

Botol eterisasi

Cawan Petri re-eterisasi

Larutan detergen

Eter

B. Prosedur Penelitian

10

Page 11: Lap Drosopila

Cara Membuat medium pemeliharaan Drosophila

1. Merebus 3 gelas air sampai mendidih lalu

memasukkan 7 gr agar-agar (1 bungkus) ke dalamnya, lalu diaduk rata.

2. Menghaluskan 1 kg pisang ambon atau

pisang raja dengan lumping-mortil/ blender, kemudian

memasukkannya kedalam campuran lalu di masak sampai matang.

3. Apabila sudah atang, maka didinginkan

sebentar, kemudian dituangkan ke dalam gelas mineral masing-masing

sampai 1,5 cm dan memberinya fermipan masing-masing 3-5 butir

sebagai zat anti jamur.

4. Menutupnya dengan plastik dan dirapatkan

dengan karet gelang dan dilubangi kecil-kecil.

Cara Membius lalat Drosophila

1. Menyentakkan botol kultur pelan-pelan pada bantalan karet atau

sterofoam agar semua lalat yang ada dalam ruangan botol sebelah atas

akan jatuh ke bawah.

2. Membuka sumbatnya, kita pertautkan botol esterisasi dihadapan mulut

botol biakan tersebut. Mengarahkan kedua botol dengan mulut saling

berhadapan ke arah datangnya cahaya (Drosophila bersifat fototaksis

positif) dengan memegang botol itu pada tempat pertautan dengan

tangan kiri.

3. Dengan tangan yang masih bebas, kita memutar botol kultur dengan

perlahan-lahan untuk merangsang lalat agar berpindah ke botol

eterisasi.

4. Apabila sejumlah Drosophila telah masuk kedalam botol eterisasi,

maka kita akan menyumbat kedua botol tersebut dengan cepat tetapi

dengan hati-hati.

5. Meneteskan beberapa tetes eter pada lubang yang berisi kapas pada

botol eterisasi, dan jangan sampai eter tersebut menetes kedalam botol.

Membiarkan beberapa saat dan menunggu sampai semua lalat pingsan

(sekitar 30-60 detik).

11

Page 12: Lap Drosopila

6. Lalat yang sudah pingsan dikeluarkan dan dapat diamati selama

kurang lebih 5 menit. Lalat yang terbangun sebelum selesai

penghitungan/ pengamatan dapat dibius kembali ke dalam cawan petri

berkapas (re-eterisasi).

7. Dalam melakukan pemisahan atang penghitungan, kita menggunakan

kuas kecil. Dan memasukkan ke dalam botol masing-masing.

Cara Mengisolasi Drososphila virgin

1. Menyiapkan kultur Drosophila yang sudah jadi, berisi imago,

pupa, dan larva.

2. Mengosongkan botol kultur tersebut (imagonya dikeluarkan)

sehingga yang tertinggal hanyalah pupa dan larva.

3. Menjelang jam kedelapan, pupa yang berwarna gelap akan berubah

menjadi imago, yang dapat dipastikan belum pernah kawin.

4. Memisahkan imago betina virgin dari yang jantan, kemudian

memasukkan kedalam botol kultur lain dan imago ini dapat dipakai

untuk menyilangkan.

Isolasi Drosophila virgin dapat pula dilakukan pada stadium pupa dengan teknik

sebagai berikut :

1. Mengambil pupa yang sudah tua dari botol kultur dengan menggunakan

kuas.

2. Meletakkan pupa tersebut pada cawan Petri, dan memeriksa dibawah

mikroskop.

3. Mengamati pupa, apabila terdapat warna hitam dibagian tengah (sex

comb) maka menunjukkan calon lalat jantan. Sedangkan apbila tidak

ada warna hitam menunjukkan calon lalat betina.

4. Memisahkan pupa jantan dari pupa betina tersebut dan memindahkan

kedalam cawan Petri yang lembab (diisi kertas basah).

5. Kurang lebih satu hari kemudian, pupa betina akan menetas menjadi

imago dan siap untuk dipakai dalam percobaan penyilangan.

12

Page 13: Lap Drosopila

Cara Determinasi Drosophila

1. Menyediakan lalat Drosophila liar hasil tangkapan yang

telah dikultur.

2. Mengetuk botol kultur, kemudian menutupnya dan segera

pertautkan dengan mulut botol pembius, membiarkan lalat berpindah

tempat ke botol bius, lalu segera menutup botol kultur dan juga botol

bius.

3. Melakukan pembiusan dengan melakukan meneteskan

eter melalui tutup botol bius.

4. Apabila lalat sudah pingsan, kemudian memindahkan

kedalam cawan petri dan melakukan pengamatan dengan

menggunakan loupe atau mikroskop.

Cara Mengenali Drosophila sp.

1. Menyediakan Drosophila tipe mutan dari botol

stock.

2. Membius sebagian mutan tersebut dengan hati-hati.

Menghindari terlepsnya Drosophila mutan ke luar.

3. Setelah dibius di masukkan ke dalam cawan petri

untuk diamati morfologinya.

4. Melakukan pengamatan secara cermat dengan selalu

membandingkannya dengan tipe liar.

5. Mentabulasikan hasil pengamatan dan

mendeskripsikan setiap tipe mutan berdasarkan hasil pengamatan.

13

Page 14: Lap Drosopila

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

I. Ciri dan Bentuk Drosophila sp.

a. Telur : - berukuran kecil

- bentuk bulat

- warna kuning dan pada saat akan menetas

berwarna kehitaman.

b. Larva : - warna putih kekuningan

- bentuk lonjong, memanjang dan bersegmen

- kulit agak transparan

- berukuran lebih besar dari pada kepompong

c. Kepompong : - berukuran lebih kecil dari larva

- bentuk lonjong bersegmen

- warna pada saat pertama kali menjadi

kepompong adalah putih transparan; kemudian

lama-lama menjadi coklat muda dan pada saat

akan menetas berwarna coklat tua.

d. Lalat : - warna hitam

- jantan berukuran lebih kecil dari pada betina;

pada bagian ujung posterior membulat/ tumpul

- betina berukuran lebih besar dari pada jantan,

bagian ujung posterior meruncing.

II. Waktu

a. Lalat bertelur : ± 2 hari

b. Telur → larva : ± 2-3 hari

c. Larva → kepompong : 2 hari

d. Kepompong → lalat : 4 hari

14

Page 15: Lap Drosopila

III. Jumlah

Keturunan F1 jantan (♂) adalah 25 ekor dan betina (♀) adalah 27 ekor. Total

52 ekor.

Jantan (♂) Betina (♀)

Keturunan F1 25 ekor 27 ekor

Total 52

B. Analisis Data/ Hasil

Penangkapan Drosophila atau lalat buah, dilakukan dengan

memberi umpan berupa buah-buahan yang sudah matang dan busuk serta yang

berbau tajam seperti mangga, nanas, papaya, jeruk, pisang dan sebagainya.

Setelah ditangkap kemudian lalat atau Drosophila dibius untuk didentifikasi

jenis kelaminnya dengan menggunakan eter. Setelah diketahui jenis

kelaminnya lalat buah mulai dikawinkan, namun sebelum ditempatkan pada

media lalat buah atau Drosophila dipindahkan pada gelas plastik atau gelas

bekas air mineral yang kosong agar sadar terlebih dahulu. Kemudian setelah

menungggu hingga 2 hari, mulai nampak telur yang timbul pada kipas yang

kami letakkan di atas medium kultur Drosophila, kemudian setelah 3 hari

kemudian nampak adanya larva dan induknya dilepas ke alam. Setelah

berubah menjadi kepompong setelah 2 hari kemudian, kami memindahkannya

pada medium yang baru. Setelah 4 hari kemudian, mulai nampak perubahan

pada kepompong menjadi imago atau lalat (Drosophila) yang dewasa, imago

ini kami ambil dengan selang dan dibius untuk diamati dibawah mikroskop

dan dengan kaca pembesar.

Dari pengamatan yang telah kami lakukan dengan melakukan

pembastaran Drosophila jantan dan betina dapat diketahui jumlah keturunan

F1 dari lalat buah, yaitu jantan (♂) adalah 25 ekor dan betina (♀) adalah 27

ekor. Total 52 ekor. Dan dari pengamatan dapat diketahui pula ciri-ciri

15

Page 16: Lap Drosopila

morfologi telur, larva, kepompong dan lalat dewasa Drosophila sp. yang

dimulai dari telur : yang berukuran kecil, bentuk bulat, warna kuning dan pada

saat akan menetas berwarna kehitaman ; larva : berwarna putih kekuningan,

bentuk lonjong, memanjang dan bersegmen, kulit agak transparan, berukuran

lebih besar dari kepompong ; Kepompong : berukuran lebih kecil dari larva,

bentuk lonjong bersegmen, warna pada saat pertama kali menjadi kepompong

adalah putih transparan ; kemudian lama-lama menjadi coklat muda dan pada

saat akan menetas berwarna coklat tua ; Lalat ; warna hitam, jantan berukuran

lebih kecil dari pada betina, bagian ujung posterior membulat/ tumpul, betina

berukuran lebih besar dari pada jantan, bagian ujung posterior meruncing serta

waktu lalat bertelur sampai menjadi lalat dewasa memerlukan waktu kurang

lebih (±) 12 hari.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan diatas, diketahui

bahwa perbandingan lalat buah jantan dan betina hasil persilangan dari (F1)

kurang lebih sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh prinsip Mendell. Pada

percobaan kami memperoleh hasil keturunan (F1) sebanyak 52 ekor. Lalat

jantan sebanyak 25 ekor sedangkan betina 27 ekor. Menurut prinsip

persilangan dari hukum Mendell, keturunan (F1) harus mempunyai

perbandingan 50% dan 50% dari jumlah total yang dihasilkan, yaitu masing-

masing 26 ekor jantan (♂) dan 26 ekor betina (♀).

Lalat buah jantan cukup ditulis dengan simbol XY, dan untuk yang

betina ditulis dengan simbol XX, sedangkan pasangan autosomnya tidak

ditulis. Berikut akan dibastarkan lalat buah jantan dengan lalat buah betina :

Parental (P) : Jantan (♂) >< (♀) Betina

XY XX

Gamet (G) : X dan Y X

Sperma Sel telur

Keturunan (F1) : XX XY

Betina Jantan

50% 50%

16

Page 17: Lap Drosopila

Pembastaran lalat buah jantan dengan betina akan

menghasilkan turunan F1 yang berjenis kelamin jantan (XY) dan betina (XX),

masing-masing 50%. Hal tersebut di atas dapat diterangkan sebagai berikut :

lalat buah jantan akan menghasilkan 2 macam sel sperma, yaitu yang

mempunyai X dan Y. Lalat buah betina akan menghasilkan sel telur 1 macam,

yaitu yang mempunyai X. Bila sel telut X dibuahi oleh sel sperma Y, akan

terjadi lalat buah jantan.

Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin suatu individu (pada

lalat buah) ditentukan oleh kromosom seks, yaitu X dan Y. Dengan demikian

bahwa kromosom menentukan jenis kelamin.

Adanya selisih ini dimungkinkan adanya ketidaktepatan kami

dalam mengamati lalat buah ini sejak percobaan, yaitu pada saat berupa

keturunan (F1). Dalam mengidentifikasi kami mungkin kurang teliti dalam

mengamati dan menentukan apakah Drosophila ini jantan atau betina. Hal

yang lain adalah disebabkan karena kecepatan terbangnya Drosophila yang

bisa dikatakan sangat cepat yang menyebabkan kami kesulitan dalam

memindahkannya ke media yang baru, selain itu juga ukurannya yang sangat

kecil sehingga memudahkan lalat buah tersebut untuk melesat terbang tanpa

sepengetahuan kami.

Lalat dewasa dari generasi F1 bermunculan dalam waktu 12 hari,

yaitu lalat bertelur membutuhkan waktu ± 2 hari; telur menjadi larva ± 2-3

hari; larva menjadi kepompong 2 hari dan; kepompong menjadi lalat

membutuhkan 4 hari. Kalau di Amerika waktu yang dibutuhkan untuk

lahirnya lalat dewasa F1 adalah 10-12 hari, berarti dalam percobaan kami

selama pengamatan sama dengan penyataan tersebut. Jumlah keturunan F1

Drosophila yang diperoleh adalah Drosophila jantan 25 ekor dan Drosophila

betina 27 ekor, sehingga perbandingan Drosophila jantan dan betina kurang

lebih sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu sesuai dengan prinsip Mendel,

sebab hampir 50% dari 52 ekor jumlah total keturunannya.

17

Page 18: Lap Drosopila

Di bawah ini adalah silsilah perkawinan Drosophila betina dari alam dan

jantan dari alam :

P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam

Telur

Ulat (larva)

Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas

Lalat muda

Lalat dewasa (imago)

P1 : Lalat ♀ virgin >< Lalat ♂ virgin

Telur

Ulat (larva)

Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas

Lalat muda

Lalat dewasa (imago)----- inilah yang kami sebut F1

Bila hasil tersebut dihitung dengan Tes Chi-Kuadrat, maka hasilnya

adalah sebagai berikut ;

Fenotip Ratio

harapan

Hasil

pengamatan

Hasil yang

diharapkan

Penyimpanga

n/ Deviasi (d)

d2 d2/e

Jantan ½ 25 26 -1 1 0,038

18

Page 19: Lap Drosopila

Betina ½ 27 26 +1 1 0,038

Total 1 52 52 0 2 0,076

Pada persilangan dengan menggunakan 2 fenotip, sehingga derajat

kebebasannya (dk) adalah 2-1 = 1

Dari hasil tes Chi-kuadrat dapat disimpulkan bahwa pada persilangan di

atas diperoleh nilai X2 sebesar 0,076 yang mana nilai ini terletak di sebelah kiri

kolom 0,05. Berarti pada data percobaan persilangan ini dapat dianggap sesuai

ratio 1:1.

19

Page 20: Lap Drosopila

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan serta

pembahasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk

siklus hidup Drosophila mulai dari lalat bertelur sampai menjadi lalat dewasa

memerlukan waktu kurang lebih (±) 12 hari. Dengan silsilah siklus hidup

Drosophila sebagai berikut :

P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam

↓ ± 2 hari

Telur

↓ ± 2-3 hari

Ulat (larva)

↓ 2 hari

Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas

↓ 4 hari

Lalat muda

Lalat dewasa (imago)

P1 : Lalat ♀ virgin >< Lalat ♂ virgin

↓ ± 2 hari

Telur

↓ ± 2-3 hari

Ulat (larva)

↓ 2 hari

Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas

↓ 4 hari

Lalat muda

Lalat dewasa (imago)

20

Page 21: Lap Drosopila

Dan untuk perbandingannya, diketahui bahwa perbandingan lalat buah

jantan (♂) dan betina (♀) hasil persilangan dari (F1) kurang lebih sesuai dengan

hasil yang diinginkan oleh prinsip Mendell. Pada percobaan kami memperoleh

hasil keturunan (F1) sebanyak 52 ekor. Lalat jantan (♂) sebanyak 25 ekor

sedangkan betina (♀) 27 ekor. Menurut prinsip persilangan dari hukum Mendell,

keturunan (F1) harus mempunyai perbandingan 50% dan 50% dari jumlah total

yang dihasilkan, yaitu masing-masing 26 ekor jantan (♂) dan 26 ekor betina (♀).

Jadi hasil perbandingan yang kami dapatkan kurang lebih hampir sama dengan

prinsip hukum Mendell.

B. Saran

1. Dalam mencari lalat buah atau Drosophila yang virgin dapat juga

dipindahkan ke media yang baru pada saat menjadi ulat (larva) bila takut

nantinya kebablasan menjadi lalat muda dan sudah kawin.

2. Sebaiknya lalat atau Drosophila yang akan dikawinkan harus benar-benar

virgin agar hasilnya valid.

3. Dalam pembuatan media untuk kultur Drosophila sp. dalam pemberian

fermipan jangan terlalu banyak, karena dapat menyebabkan terjadinya

proses fermentasi yang berlebihan, sehingga mengandung banyak alkohol

dan menjadi panas, sehingga lalat atau Drosophila menjadi cepat mati.

21

Page 22: Lap Drosopila

DAFTAR PUSTAKA

Henuhili, Victoria dan Suratsih. 2002. Common Textbook Genetika.

Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Kimbal, John. 1987. Biologi Edisis Kelima. Jakarta : Erlangga.

Pratiwi, D. A, dkk. 2003. Buku Penuntun Biologi SMU Jilid 3 Kelas 3. Jakarta ;

Erlangga.

Prawoto, dan Koesnadi Wiryosoemarto. 1993. Materi Pokok Genetika dan

Evolusi Modul 1-9. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Peningkatan

Mutu Guru SLTP setara D-III.

Suratsih. 2000. Petunjuk Praktikum Semester 5 Genetika, Asistensi Praktikum

Genetika, Entomologi, Ilmu Tanah, Pendidikan Biologi, Reproduksi

Embriologi, Reproduksi-Embriologi Hewan, Reproduksi-Embriologi

Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Suryo, Ir. 2001. Genetika Manusia. UGMPres. 539: 6-274.

John W. Kimball. 1992. Biologi. Bandung : Penerbit Erlangga IPB.

22