LAP 6 Met Karbohidrat
Click here to load reader
-
Upload
yoanapuspita -
Category
Documents
-
view
131 -
download
5
Transcript of LAP 6 Met Karbohidrat
KARBOHIDRAT
Yoana Puspita Sari (G84110066)1, Syahrul Mustopa
2, Syaefudin
3
Mahasiswa Praktikum1, Asisten Praktikum
2, Dosen Praktikum
3
Metabolisme
Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Bogor
2013
ABSTRAK
Glukosa diperlukan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber gliserida-gliserol
berperan dalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di
seluruh jaringan tubuh. Glukosa dibentuk dari senyawa glukogenik yang
mengalami glukoneogenesis. Kadar glukosa darah dapat diukur dengan
menggunakan metode Folin-Wu. Kadar glukosa darah yang telah diketahui dapat
membantu memprediksi metabolisme dalam sel dengan kandungan gula yang
tersedia. Hasil konsentrasi glukosa sebesar 0.0105 mg/ml. Glikogen dapat
diisolasi dari hati, menghasilkan massa 0.5508 gram. Glikogen yang terhidrolisis
oleh enzim, optimum terjadi pada menit ke-15 dengan konsentrasi 8.0821
μmol/mg, sedangkan yang terhidrolisis enzim, optimum pada menit ke-45 dengan
konsentrasi 0.3358 μmol/mg
Kata kunci : glukosa, glikogen, glukoneogenesis, glikogenesis
Pendahuluan
Karbohidrat merupakan salah satu senyawa organik biomakromolekul
alam yang banyak ditemukan dalam makhluk hidup terutama tanaman. Pada
tanaman yang berklorofil, karbohidrat dibentuk melalui reaksi antara
karbondioksida dan molekul air dengan bantuan sinar matahari, disebut
fotosientesis. Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung unsur-unsur C,
H, dan O, terutama terdapat di dalam tumbuh – tumbuhan yaitu kira - kira 75%.
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber
energi utama bagi umat manusia dan hewan yang harganya relatif murah.
Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa (Almatsier
2010). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam
amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan (Susan dan Mikkelsen 2004). Karbohidrat merupakan zat
yang mempunyai sifat aktif optik, sedangkan gliseraldehid (HOCH2-CHOH-
CHO) adalah merupakan induk karbohidrat (Almatsier 2010).
Glukosa digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan metabolisme
sel. Umumnya, tingkat gula darah bertahan pada batas-batas rendah sekitar 4-8
mmol/L atau 70-150 mg/dL. Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup
digunakan untuk memprediksi metabolisme yang terjadi. Jika kandungan glukosa
dalam tubuh berlebih, maka glukosa akan mengalami reaksi katabolisme secara
enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun, jika kandungan glukosa tersebut di
bawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses
katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui
glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa (Sujarwoto 1993).
Bila konsentrasi glukosa menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon yang merupakan hormon
untuk menargetkan sel-sel di hati. Kemudian, sel-sel ini mengubah glikogen
menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis. Glukosa dilepaskan ke dalam
aliran darah hingga meningkatkan level gula darah.
Praktikum ini bertujuan mengetahui serta menentukan kadar glukosa
dalam darah dengan metode spektrofotometri dan melakukan pemisahan atau
isolasi suatu makromolekul polisakarida dalam darah hewan.
Metode Praktikum
Praktikum materi Karbohidrat dilakukan di Laboratorium Biokimia pada
hari Jumat, tanggal 15 November 2013 pukul 13.00-16.00 WIB.
Alat-alat yang diguanakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi,
penangas air, pipet volumetric, erlenmeyer, bulb hitam, gelas piala, spektrometer,
batang pengaduk, kertas saring, tabung Folin Wu, kertas saring, sentrifuse, kaca
arloji, dan kuvet.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain cairan filtrat
darah bebas protein, kupritartat, fosfomolibdat, akuades, Na-wolframat 10%,
H2SO4 0.67 N, standar glukosa, homogenat hati, TCA 10%, etanol 95%, buffer K-
fosfat 0.5 M pH 6.9, NaCl, K2HPO4 1 M, amilase, etil eter.
Penentuan Glukosa Darah (Metode Folin Wu). Darah dipipet 1 ml ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 7 ml akuades, 1 ml Na-Wolframat, dan 1 ml
H2SO4. Setelah dicampurkan, kemudian disaring dengan kertas saring. Tabung
Folin-Wu sebanyak tiga buah diisi. Tabung a diisi dengan filtrat dan kupritartat
masing-masing sebanyak 1 ml. Tabung b diisi masing-masing 1 ml standar
glukosa dan kupritartat. Tabung c diisi dengan akuades dan kupritartat masing-
masing 1 ml. Ketiga tabung dipanaskan hingga mendidih selama 8 menit. Setelah
didinginkan, diencerkan lagi dengan 7 ml akuades dan ditambahkan 1 ml
fosfomolibdat pada setiap tabung. Absorbansi ketiga tabung dibaca pada panjang
gelombang 660 nm.
Isolasi Glikogen. Homogenat hati sebanyak 30 ml dicampur dengan 19 ml
TCA 10% dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan
didekantasi ke dalam gelas ukur. Kemudian 2 ml etanol 95% ditambahkan ke
dalam ekstrak TCA dan didiamkan sampai endapan berflokulasi. NaCl
ditambahkan dan dimasukkan ke dalam waterbath sampai larutan tersebut
terbentuk endapan. Suspensi yang terjadi di dalam tabung dipindahkan ke dalam
tabung sentrifus dan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit.
Supernatan yang terbentuk dibuang dan residu dilarutkan ke dalam 5 ml air suling
dan dipresipitasi lagi dengan 2 ml etanol 96% untuk sentrifus selanjutnya.
Endapan dicuci dengan 3 ml etanol absolut dan 3 ml etil eter dan dikeringkan di
dalam kaca arloji, kemudian disimpan.
Hidrolisis Glikogen dengan Enzim. Larutan glikogen sebanyak 2 ml
dipipet ke dalam gelas kimia yang sudah berisi 1 ml buffer K-fosfat 0.5 M pH 6.9
dan 1 ml NaCl 0.2 M, diencerkan dengan akuades hingga volume 18 ml. Larutan
didiamkan pada suhu ruang selama lima menit. Sebanyak 0.5 ml larutan tersebut
dididihkan selama 1 menit, kemudian ditambahkan akuades hingga volume 5 ml.
Larutan enzim amilase yang berasal dari saliva ditambahkan sebanyak 2 ml dan
dibiarkan dalam waterbath. Menit ke-3, campuran diambil sebanyak 0.5 ml ke
dalam tabung reaksi, kemudian dididihkan lagi selama 1 menit dan ditambahkan
akuades hingga volume 5 ml. Pengambilan sampel diulangi pada menit ke 6, 9,
12, dan 15. Kadar glukosa dihitung dengan metode Folin-Wu.
Hidrolisis Glikogen dengan Asam. Larutan glukosa dipipet ke dalam
tabung reaksi sebanyak 2 ml dan ditambah 2 ml HCl 4 N. Setelah dikocok, 0.5 ml
larutan tadi dicampur ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 2.5 ml K2HPO4.
Larutan tersebut diencerkan sampai 10 ml. Sisa tabung larutan glikogen-HCl
dipanaskan di dalam penangas air. Setelah 15 menit pertama, larutan glikogen tadi
dipipet 0.5 ml ke dalam 2.5 ml K2HPO4, diencerkan hingga volume 10 ml. Ulangi
pada menit ke-30 dan 45. Larutan blanko dibuat dengan ditambahkannya 7.5 ml
akuades dalam 2.5 ml K2HPO4 1 M. Kadar glukosa dihitung dengan metode
Folin-wu.
Hasil dan Pembahasan
Metode yang banyak digunakan untuk perhitungan glukosa darah
bergantung pada kemampuan glukosa untuk mereduksi suatu larutan tembaga
alkali. Uji glukosa darah pada praktikum ini menggunakan metode
spektrofotometri yang merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi
radiasi elektromagnet. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum
Lambert-Beer, yaitu bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi
dipancarkan. Perubahan warna yang terjadi diamati dengan menggunakan panjang
gelombang 660 nm.
Tabel 1 Penentuan glukosa darah dengan metode Folin-Wu Bahan A terukur A terkoreksi [glukosa]
(mg/ml)
[glukosa]
rata-rata
(mg/ml)
blanko 0.237 - - -
Standar glukosa 1.585 1.348 1.0000 -
Filtrat 0.378 0.141 0.1046 0.0105
Contoh perhitungan:
Standar glukosa = 0.1 mg/ml
Absorbansi terkoreksi = absorbansi filtrat – absorbansi blanko
= 0.378 – 0.237
= 0.141
[glukosa darah] =
x [glukosa] standar
=
x 0.1 mg/ml
= 0.0105 mg/ml
Istilah gula darah analog dengan jumlah atau kadar glukosa di dalam
darah. Glukosa yang dialirkan melalui darah merupakan sumber energi utama
dalam metabolisme tubuh. Konsentrasi gula darah diatur secara ketat oleh tubuh
dan kegagalan pengaturan gula darah ini dapat menyebabkan penyakit diabetes
mellitus (Witasari et al. 2009). Metode Folin-Wu merupakan metode untuk
membuat filtrat darah yang bebas protein dengan mengendapkan protein oleh
asam tungstat. Selain metode folin-wu, penentuan glukosa darah dapat dilakukan
dengan metode enzimatik, metode kondensasi gugus amin, metode reduksi,
metode pemisahan glukosa. Endapan dapat terjadi akibat adanya kombinasi anion
asam dengan bentuk kationik dari protein. Metode Folin-Wu memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya adalah membutuhkan pelarut yang mudah didapatkan,
filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat (Susan dan
Mikkelsen 2004). Larutan yang dibutuhkan untuk metode ini antara lain
kupritartat, fosfomolibdat, standar glukosa, asam sulfat, akuades, dan Na-
wolframat. Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga
protein dalam darah akan larut oleh akuades. Penambahan Na-wolframat dapat
mengendapkan protein yang terlarut dalam air. Asam sulfat dapat berfungsi
sebagai pencipta suasana asam dan katalisator untuk mempercepat reaksi
pengendapan protein. Kupritartat digunakan untuk membentuk warna biru ketika
ditambahkan pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung asam laktat
dan ion Cu+. Pemanasan selama 8 menit dapat mempercepat terjadinya reaksi.
Sampel darah yang digunakan untuk pengujian kadar glukosa dalam darah
berasal dari darah ayam. Kadar gula darah normal pada ternak ruminansia
bervariasi, yaitu antara 40-60 mg per 100 ml dan 35-55 mg per 100 ml. Sumber
glukosa darah berasal dari karbohidrat makanan, senyawa glikogenik melalui
glikoneogenesis, dan dari glikogen hati oleh glikogenesis (Witasari et al. 2009)
Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar glukosa
yang diperoleh dari darah ayam sekitar 0.1046 mg/ml. Data ini sangat berbeda
jauh dibandingkan dengan literatur yang menyatakan kadar glukosa normal darah
ayam sekitar 0.35-0.55 mg/ml (Murray 2003). Kekurangan kadar glukosa ini
disebabkan oleh aktivitas tubuh, kesehatan, dan faktor genetik.
Tabel 2 Isolasi glikogen Bahan Kadar
Massa glikogen 0.5508 gram
Filtrat homogenat hati 13.5 ml
Contoh perhitungan:
Massa glikogen =
x glikogen terisolasi
=
x 0.34 gram
= 0.5508 gram
Percobaan penentuan kadar glukosa darah, darah yang digunakan harus
bebas dari protein. Keruhnya filtrat menunjukkan masih adanya protein yang
tertingal di dalam filtrat, sehingga perlu dilakukan pemurnian. Percobaan isolasi
glikogen menggunakan hati sebagai organ yang akan dianalisis. Hati yang
digunakan adalah hati ayam. Hati berfungsi sebagai tempat pembentukan glikogen
dari glukosa, sehingga cocok digunakan untuk mengisolasi glikogen (Poedjiadi &
Supriyanti 2007). Hati dipotong kecil-kecil sebelum dihomogenasi bertujuan
mempermudah berlangsungnya reaksi. Selanjutnya, penambahan larutan TCA
10% pada homogenat hati berfungsi untuk melarutkan kandungan protein, lemak,
dan asam nukleat sehingga diperoleh glikogennya saja (Witasari et al. 2009).
Setelah melalui proses sentrifugasi, penambahan larutan etanol 95% berfungsi
untuk mengendapkan glikogen yang terlarut dalam air.
Tabel 3 Hidrolisis glikogen oleh enzim Perlakuan A terukur A terkoreksi [glukosa]
mg/ml
Mol
glukosa
(µ mol)
µ mol
glukosa/mg
glikogen
Blanko 0.000 - - - -
Standar 0.031 0.031 0.1000 1.11 0.0020
Menit ke-3 0.103 0.103 299.0323 3.322.58 6.0323
Menit ke-6 0.095 0.095 275.8065 3.064,52 5.5638
Menit ke-9 0.053 0.053 153.8709 1.709,68 3.1039
Menit ke-12 0.047 0.047 136.4516 1.516,13 2.7526
Menit ke-15 0.138 0.138 400.6452 4.451,61 8.0821
Contoh perhitungan menit ke-3:
Faktor Pengenceran =
= 900
Absorbansi terkoreksi = absorbansi menit ke-3 – absorbansi blanko
= 0.103 – 0.000
= 0.103
[glukosa] sampel =
x [glukosa] standar x FP
=
x 0.1 mg/ml x 900
= 299.0323 mg/ml
Mol glukosa = [ ]
x V sampel x
x 10
6 mol
=
x 2 ml x
x 10
6 µmol
= 3.322,58 µmol
µmol glukosa/mg glikogen =
x
=
x
= 6.0323 μmol/mg
Glikogen terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan vertebrata lainnya
sebagai polisakarida cadangan. Glikogen merupakan polimer glukosa yang mirip
dengan amilopektin namun memiliki percabangan yang lebih banyak. Glikogen
terutama disimpan di dalam sel hati dan otot. Berdasarkan Murray et al (2003),
glikogen yang terdapat dalam hati bisa mencapai 6%, sementara di dalam otot
kurang dari 1%. Dalam Murray et al (2003) juga disebutkan bahwa jumlah
glikogen dalam hati dan otot manusia dewasa normal dengan berat 70 kg adalah
sebesar 72 gram dan 245 gram.
Metabolisme glikogen melibatkan dua proses, yaitu glikogenesis dan
glikogenolisis. Glikogenesis merupakan proses biosintesis glikogen, sedangkan
glikogenolisis merupakan proses penguraian atau degradasi glikogen. Witasari et
al. (2003) menyebutkan bahwa degradasi atau penguraian glikogen diawali
dengan reaksi antara enzim fosforilase yang dapat membatasi kecepatan
glikogenesis. Enzim ini spesifik untuk proses pemecahan fosforilasi rangkaian
1→4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal
pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai lebih
kurang ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1→6
(Lehninger 1982).
Gambar 1 Struktur glikogen (Haden 1923)
Kandungan karbohidrat dalam glikogen secara kuantitatif dapat diukur
dengan cara hidrolisis enzimatis oleh enzim α-amilase. Enzim α-amilase dapat
menghidrolisis glikogen dengan baik pada suhu sekitar 37 oC atau sama dengan
suhu tubuh manusia (Amerongen 1991). Jika berada pada suhu yang lebih tinggi
atau lebih rendah, enzim ini akan mengalami kerusakan dan tidak dapat
menghidrolisis glikogen (Murray 2003). Reaksi yang terjadi pada proses hidrolisis
glikogen adalah sebagai berikut:
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6
glikogen glukosa
Percobaan hidrolisis glikogen oleh enzim dengan penambahan larutan
buffer K-fosfat 0.5 M pH 6.9 berfungsi untuk mempertahankan pH agar tetap
asam. Sedangkan penambahan saliva dan inkubasi berfungsi untuk membiarkan
proses hidrolisis terjadi. Begitu juga halnya pada penambahan larutan HCl 4 N
pada percobaan hidrolisis glikogen dengan asam, yaitu untuk membiarkan proses
hidrolisis terjadi (Sujarwoto 1993).
Data pada tabel 3 menunjukkan kadar glukosa yang mendapat perlakuan
dengan enzim amilase, diketahui bahwa pada menit ke-3 hingga menit ke-12,
absorbansi menurun dari 0.103 hingga 0.047, sehingga perolehan µ mol
glukosa/mg glikogen juga menurun dari 6.0323 sampai 2.7526 µmol/mg.
Berdasarkan hasil pengamatan, hidrolisis paling optimal terjadi pada menit ke-15
karena menghasilkan konsentrasi glukosa paling besar, yaitu 8.0821 µmol
glukosa/mg glikogen.
Tabel 4 Hidrolisis glikogen oleh asam Perlakuan A terukur A terkoreksi [glukosa]
mg/ml
Mol glukosa
(µ mol)
µ mol
glukosa/mg
glikogen
Blanko 0.000 - - - -
Standar 0.031 0.031 0.10000 1.1111 0.0020
Menit ke-0 0.102 0.102 13.1613 146.2367 0.2655
Menit ke-15 0.116 0.116 14.9677 166.3078 0.3019
Menit ke-30 0.124 0.124 16.0000 177.7778 0.3228
Menit ke-45 0.129 0.129 16.6452 184.9467 0.3358
Contoh perhitungan menit ke-0 :
Faktor Pengenceran =
= 40
Absorbansi terkoreksi = absorbansi menit ke-0 – absorbansi blanko
= 0.102 – 0.000
= 0.102
[glukosa]sampel = sampel
standar x CStandarx FP
=
x 0.1 mg/mL x 40
= 13.1613 mg/mL
Mol glukosa = [ ]
x Vsampel x
x 10
6 μmol
=
x 2 mL x
x 10
6 μmol
= 146. 2367 μmol
µmol glukosa/mg glikogen =
x
=
x
= 0.2655 μmol/mg
Telah dijelaskan di atas bahwa glukosa merupakan sumber bahan bagi
proses glikolisis, karena glukosa terdapat dalam jumlah banyak bila dibandingkan
monosakarida lain. Jumlah glukosa yang berlebih akan disimpan dengan
mengubahnya menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot yang disebut proses
glikogenesis. Pembentukan glikogen dari glukosa, baik dalam hati maupun dalam
otot, dapat berlangsung karena adanya UDPG (uridin difosfat glukosa) (Indarti
2011).
Hidrolisis glikogen dengan asam, yaitu untuk membiarkan proses
hidrolisis terjadi secara sempurna. Hidrolisis glikogen dengan asam lebih cepat
terjadi dibandingkan dengan hidrolisis enzim, karena hidrolisis dengan asam dapat
menghidrolisis ikatan α-1,4 glikosidik dan ikatan α-1,6 glikosidik (Sujarwoto
1993).
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4, diketahui bahwa hidrolisis
optimal glikogen oleh asam terjadi pada menit ke-45 karena menghasilkan
konsentrasi paling besar, yaitu 0.3358 µmol glukosa/mg glikogen pada
pengenceran sebesar 40.
Simpulan
Glikogen merupakan polimer glukosa yang mirip dengan amilopektin
namun memiliki percabangan yang lebih banyak. Glikogen terutama disimpan di
dalam sel hati dan otot. Konsentrasi glukosa darah ayam diperoleh sebesar 0.0105
mg/ml. Massa glikogen yang telah diisolasi dari hati ayam didapatkan sebesar
0.5508 gram. Glikogen dapat dihidrolisis dengan enzim ataupun asam. Hidrolisis
glikogen dengan enzim mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu,
sehingga hidrolisis optimum terjadi pada menit ke-15 dengan perolehan
konsentrasi 8.0821 μmol glukosa/mg glikogen. Hidrolisis glikogen dengan asam
juga mengalami peningkatan absorbansi seiring bertambahnya waktu, sehingga
hidrolisis optimum terjadi pada menit ke-45 dengan konsentrasi 0.3358 µmol
glukosa/mg glikogen.
Daftar Pustaka
Almatsier S. 2010. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Amerongen AVN. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti Bagi Kesehatan Gigi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Haden RL. 1923. A Modification of The Folin-Wu Method for Making Protein-
Free Blood Filtrates. The Journal of Biological Chemistry. 937-943.
Indarti DA. 2011. Karakterisasi film nata de coco-benedict secara adsorpsi untuk
sensor glukosa dalam urin. Jurnal Ilmu Dasar 12: 200-209.
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Maggy Thenawijaya,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, dan Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper
Edisi ke-25. Andry Hartono, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari:
Harper’s Illustrated Biochemistry.
Poedjiadi A, Supriyanti FT. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Sujarwoto S. 1993. Uji Aktivitas Hipoglikemik dan Uji Fitokimia Daun Eugenis
polyantha wight dan Herba borreria LAEVIS GRISEB. [Skripsi]. Jurusan
Farmasi FMIPA Universitas Padjadjaran.
Susan R, Mikkelsen EC. 2004. Bioanalytical Chemistry. New Jersey. Inc
Hoboken.
Witasari U, Setyaningrum R, Siti Z. 2009. Hubungan tingkat pengetahuan, asupan
karbohidrat, dan serat dengan pengendalian kadar glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi.
Vol 10:130-138