Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN DAN …sakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA SETDIT...

66
Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 65 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR OUT PUT/SUB OUT PUT 4.6 Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura Meningkatnya kapasitas manajemen administrasi, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana anggaran serta piranti lunak organisasi pengembangan produksi hortikultura 1 Pelayanan Manajemen Layanan Perkantoran 2 Pengelolaan Laporan Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan 3 Pengelolaan Dokumen Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pelaksanaan 4 Pemberdayaan LM3 Bantuan Pengembangan Usaha Hortikultura Kepada LM3 5 Pemberdayaan Konsorsium Hortikultura Bantuan Pengembangan Usaha Hortikultura Kepada PMD

Transcript of Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN DAN …sakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA SETDIT...

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 65

Lampiran 1.

TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2014

KEMENTERIAN PERTANIAN

NO PROGRAM/KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR OUT PUT/SUB OUT PUT

4.6 Dukungan manajemen dan teknis

lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura

Meningkatnya kapasitas

manajemen administrasi, sumberdaya manusia, sarana

dan prasarana anggaran serta

piranti lunak organisasi pengembangan produksi

hortikultura

1 Pelayanan Manajemen Layanan Perkantoran

2 Pengelolaan Laporan Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

3 Pengelolaan Dokumen Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pelaksanaan

4 Pemberdayaan LM3 Bantuan Pengembangan Usaha Hortikultura

Kepada LM3

5 Pemberdayaan Konsorsium

Hortikultura

Bantuan Pengembangan Usaha Hortikultura

Kepada PMD

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 66

Lampiran 1.

SATUAN TARGET

ALOKASI ANGGARAN BASELINE

KEGIATAN PRIORITAS TOTAL

(Milyar Rp)

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Bulan 12 12 12 12 12

Laporan 176 209 7 176 176

Dokumen 7 7 22 7 7

Lembaga 400 200 110 200 200

Lembaga 60 20 280 20 20

94,39 134,59 119,40 143,28 179,10 670,77

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 1

BAB I.

PENDAHULUAN

Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang cukup

berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dilihat

dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga

yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor hortikultura,

peningkatan pendapatan masyarakat, perdagangan internasional, sumber

pangan masyarakat. Namun demikian kinerja pembangunan hortikultura

masih dibawah potensinya.

Pembangunan hortikultura yang modern, tangguh dan efisien hanya bisa

diwujudkan apabila didukung oleh sistem administrasi dan manajemen

pembangunan yang efektif dan efisien, dan SDM aparatur pertanian yang

profesional. Pembangunan pertanian yang berorientasi pada penerapan

sistem dan usaha agribisnis menuntut dukungan manajemen yang mampu

mewujudkan sistem administrasi pembangunan yang makin andal,

profesional serta tanggap terhadap aspirasi rakyat dan dinamika perubahan

lingkungan strategis. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan dan ditingkatkan

penataan organisasi, penyempurnaan ketatalaksanaan dan peningkatan

kualitas manajemen.

Perkembangan lingkungan global yang bercirikan keterbukaan, kecepatan

dan ketepatan, berdampak pada tumbuhnya suasana kompetitif. Dalam

rangka mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan penerapan manajemen

modern. Manajemen modern memiliki ciri perencanaan yang matang,

pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang ketat. Salah satu syarat yang

harus dipenuhi dalam penerapan manajemen modern adalah adanya

dukungan Sistem Informasi Manajemen yang handal dan sistem jaringan

informasi pertanian, sehingga nantinya diharapkan dapat menjamin kualitas

pengambilan keputusan/kebijakan dan pelayanan kepada stakeholders.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 2

Penerapan sistem penganggaran terpadu berbasis kinerja, membawa

konsekuensi akan pentingnya pengaturan sistem dan mekanisme

perencanaan pembangunan yang mengakomodasi semangat reformasi yang

lebih demokratis, desentralistik, sinergis, komprehensif dan berkelanjutan.

Sistem penganggaran yang lebih responsif diperlukan guna memenuhi

tuntutan peningkatan kinerja dalam bentuk hasil pembangunan, kualitas

layanan, dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya serta mempermudah

pencapaian sasaran program pembangunan pertanian, khususnya subsektor

hortikultura secara efektif, efisien, akuntabel dan terukur.

Dalam rangka mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan

anggaran kinerja subsektor hortikultura, menselaraskan antara rancangan

program dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan serta untuk mengurangi

terjadinya perubahan rancangan kegiatan yang semula sudah tersusun,

diperlukan suatu acuan pelaksanaan kegiatan pengembangan hortikultura.

1.1 Kondisi Umum Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 2005-2009

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan guna

memperbaiki taraf kehidupan masyarakat melalui peningkatan peran serta,

efisiensi dan produktivitas rakyat dalam rangka meningkatkan kesadaran

dan kesejahteraan rakyat. Upaya untuk mencapai tujuan dimaksud

seringkali mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan karena tidak diindahkan

dan diterapkannya nilai-nilai dan prinsip – prinsip Good Governance dalam

sistem kelembagaan pemerintahan baik di tingkat nasional maupun daerah

yang pada akhirnya menimbulkan krisis multidimensi.

Implikasi dari otonomi daerah tersebut adalah adanya pergeseran

mekanisme perencanaan pembangunan agribisnis hortikultura dari semula

yang dominan top-down menjadi bottom-up yang diselaraskan dengan

kepentingan nasional, sebagai kesatuan yang sinergis. Orientasi

pengembangan hortikultura juga mengalami pergeseran dari orientasi

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 3

produksi menjadi orientasi pasar, sehingga mampu meningkatkan

pendapatan petani. Dengan adanya pergeseran tersebut, maka

pengembangan manajemen pembangunan hortikultura perlu penyesuaian.

Reorientasi pembangunan pertanian dari pendekatan produksi

kependekatan sistem dan usaha agribisnis, menuntut pula reorientasi

pembinaan dan pengembangan kebijakan pertanian.

Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai institusi yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan pelayanan teknis dan administratif

pembangunan hortikultura dituntut untuk berperan mampu memfasilitasi

Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai leading subsektor yang mampu

mengkoordinasikan dan mensinergiskan berbagai program pengembangan

hortikultura baik tingkat pusat maupun dengan tingkat daerah.

Kegiatan pembangunan hortikultura pada era reformasi pembangunan di

segala bidang juga mengalami perubahan sejalan terjadinya perubahan

paradigma manajemen pembangunan yang disebabkan hal – hal sebagai

berikut:

1) Pelaksanaan pembangunan nasional termasuk pembangunan

hortikultura dituntut lebih demokratis, transparan dan desentralisasi

dalam rangka mewujudkan good governance

2) Pelaksanaan pembangunan diarahkan kepada peningkatan peran

serta masyarakat sebesar- besarnya, pemerintah hanya berperan

sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator.

3) Penyelenggara negara dituntut akuntabilitas kinerjanya sesuai dengan

terbitnya Inpres Nomor 7 tahun 1999, sebagai tindak lanjut Ketetapan

MPR Nomor XI/MPR/1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

1999.

Untuk mewujudkan kepemerintahan yang memiliki akuntabilitas dan

pelayanan prima maka diperlukan dukungan manajemen yang kuat yang

didukung dengan rencana yang mampu mengantisipasi terhadap

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 4

perubahan-perubahan lingkungan strategis internal maupun eksternal yang

semakin kompleks.

1.1.1. Perkembangan Pegawai

Berdasarkan data kepegawaian per tanggal 1 September 2011 jumlah

pegawai pada Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura berjumlah 134

orang PNS, dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dan

kepangkatan yang terlihat dalam Tabel 1 dan 2 berikut :

Tabel 1. Komposisi Pendidikan PNS pada Sekretariat Direktorat

Jenderal Hortikultura sampai dengan 1 September 2011

No TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

(ORANG) Persentase %

1

2

3

4

5

6

7

8

9

S3

S2

S1

Sarjana Muda

D3

D2

SLTA

SLTP

SD

2

18

62

3

3

-

38

4

4

1,49

13,43

46,27

2,24

2,24

-

28,36

2,99

2,99

Jumlah 134 100

Sumber : Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 5

Tabel 2. Komposisi Kepangkatan PNS pada Sekretariat Direktorat

Jenderal Hortikultura sampai dengan 1 September 2011

Sumber : Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

Berdasarkan tabel di atas jika dilihat dari jumlahnya cukup memadai, namun

kualitas perlu mendapat perhatian termasuk kompetensi serta tingkat

produktivitas untuk dapat menciptakan kinerja yang optimal.

Pengembangan sub sektor hortikultura kedepan harus didukung petugas

yang mempunyai kompetensi tinggi di bidangnya masing-masing. Petugas

sebagai fasilitator dan dinamisator harus mempunyai integritas moral yang

tinggi, kemampuan intelektual, ketajaman analisis dan naluri bisnis yang

baik, yang akan mendukung tugas-tugasnya. Kemampuan petugas tersebut

diharapkan dapat menciptakan petani sebagai pelaku terpenting pada sub

sistem on-farm yang mempunyai kompetensi tinggi di bidang budidaya

sehingga produk hortikultura yang akan dihasilkannya bermutu tinggi,

sesuai dengan preferensi konsumen yang dinamis.

No Gol A

(orang)

B

(orang)

C

(orang)

D

(orang)

E

(orang) Jumlah

1

2

3

4

IV

III

II

I

3

44

4

-

3

28

7

-

2

13

9

2

-

10

5

3

1

-

-

-

9

95

25

5

Jumlah 135

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 6

1.1.2. Organisasi dan Tatalaksana Sekretariat Direktorat

Jenderal Hortikultura

Berdasarkan Permentan No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang

organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian; Sekretariat Direktorat

Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi

kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal

Hortikultura.

Dalam melaksanakan tugas Sekretariat Direktorat Jenderal

menyelenggarakan fungsi :

a. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerja

sama di bidang hortikultura;

b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan

urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-

undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi

publik;

d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang hortikultura; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Hortikultura.

Struktur organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura terdiri atas

:

a. Bagian Perencanaan

b. Bagian Keuangan dan Perlengkapan

c. Bagian Umum

d. Bagian Evaluasi dan Pelaporan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagian perencanaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana

dan program, anggaran, dan kerja sama di bidang hortikultura. Dalam

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 7

melaksanakan tugas, bagian perencanaan menyelenggarakan fungsi : a)

penyiapan penyusunan rencana dan program, b) penyiapan penyusunan

anggaran, c) penyiapan penyusunan kerja sama.

Bagian keuangan dan perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan

urusan keuangan dan perlengkapan. Dalam melaksanakan tugas, Bagian

Keuangan dan Perlengkapan menyelenggarakan fungsi : a) pelaksanaan

urusan perbendaharaan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan

penyiapan pengujian dan penerbitan surat perintah membayar (SPM), b)

pelaksanaan urusan akuntasi dan verifikasi anggaran dan c) pelaksanaan

urusan perlengkapan.

Bagian umum mempunyai tugas melaksanakan evaluasi dan

penyempurnaan organisasi, ketatalaksanaan, penyusunan rancangan

peraturan perundang-undangan, urusan kepegawaian, dan hubungan

masyarakat, serta tata usaha dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas,

menyelenggarakan fungsi : a) penyiapan evaluasi dan penyempurnaan

organisasi dan tata laksana, serta pelaksanaan urusan kepegawaian, b)

penyiapan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan c)

pelaksanaan hubungan masyarakat dan pelaksanaan urusan tata usaha dan

rumah tangga.

Bagian evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas melaksanakan evaluasi

dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang hortikultura. Dalam

melaksanakan tugas, Bagian Evaluasi dan Pelaporan menyelenggarakan

fungsi : a) pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi, b)

penyiapan analisis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan program dan c)

penyiapan laporan pelaksanaan kegiatan dan tindaklanjuti hasil

pengawasan di bidang hortikultura.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional

terdiri atas beberapa jabatan fungsional yang mendukung pelaksanaan tugas

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 8

kesekretariatan yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan

bidang keahliannya. Masing-masing kelompok jabatan fungsional

dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh

Sekretaris Direktorat Jenderal.

1.1.3. Perkembangan Program, Kegiatan dan Anggaran

Pembangunan Hortikultura

Program dan kegiatan yang ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan

sasaran Direktorat Jenderal Hortikultura yang mengalami perubahan setiap

tahunnya. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan dari Kementerian Pertanian

setiap tahunnya.

Sesuai pedoman dalam Reformasi Perencanaan dan Penganggaran periode

2010-2014, Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai satu program yaitu

“Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman

Hortikultura Berkelanjutan yang diturunkan kegiatan yang mencerminkan

Tupoksi dari masing-masing Eselon II. Tabel 3. menggambarkan

perkembangan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan Direktorat

Jenderal Hortikultura dalam 6 tahun terakhir :

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 9

Tabel 3. Perkembangan Program dan Kegiatan Utama periode 2005 – 2010

SASARAN

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Program 2 Program:

1. Pengembangan Agribisnis (PA)

2. Ketahanan Pangan (KP)

2 Program:

1.Pengembangan

Agribisnis (PA)

2. Ketahanan

Pangan (KP)

2 Program :

1. Pengembangan

Agribisnis (PA)

2. Penyelenggara-

an Pimpinan

Kenegaraan

dan Kepe-

merintahan

(P2K2).

4 Program :

1. Pengembangan

Agribisnis (PA)

2. Ketahanan

Pangan (KP),

3. Kesejahteraan

Petani (KP)

4. Penerapan

Kepemerintahan

yang Baik (KB)

4 Program :

1. Ketahanan

Pangan (KP)

2. Pengembangan

Agribisnis (PA)

3. Peningkatan

Kesejahteraan

Petani (KP)

4. Kepemerintahan

Yang Baik (KB)

1 Program :

Peningkatan

Produksi,

Produktivitas,

dan Mutu

Produk

Tanaman

Hortikultura

Berkelanjutan

Kegiatan

Utama

11 Kegiatan

Utama:

Program PA:

1. Penyediaan benih hortikultura bermutu varietas unggul,

2. Pengembangan sentra produksi komoditas hortikultura

11 kegiatan

Utama:

Program PA:

1. Penyediaan benih hortikultura bermutu varietas unggul,

2.Pengembang-an sentra

11 Kegiatan

Utama:

Program PA :

1.Peningkatan produksi dan produktivitas hortikultura

2.Penguatan kelembagaan perbenihan

3.Mekanisasi (sarana)

17 Kegiatan

Utama :

Program PA :

1. Peningkatan produksi dan produktivitas hortikultura

2. Penguatan Kelembagaan perbenihan

3. Mekanisasi (sarana) kegiatan

9 Kegiatan

Utama :

Program PA :

1. Pengembang-an pertanian organik dan lingkungan hidup

2. Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan dan

6 Kegiatan

Utama :

1. Peningkatan

Produksi,

Produktivitas,

Mutu Produk

Tanaman buah

Berkelanjutan

2. Peningkatan

Produksi,

Produktivitas,

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 10

SASARAN

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010

unggulan,

3. Bimbingan teknis sistem produksi hortikultura sesuai standar SPO dan GAP,

4. Penyusunan peta wilayah komoditas,

5. Pembinaan pengembangan komoditas komersial,

6. Pembinaan pola kemitraan usaha di bidang hortikultura,

7. Pembinaan penerapan sistem jaminan mutu,

8. Pembinaan perlindungan hortikultura,

9. Penyediaan kebijakan dan peraturan yang melindungi usaha

produksi komoditas hortikultura unggulan,

3. Bimbingan teknis sistem produksi hortikultura sesuai standar SPO dan GAP,

4. Penyusunan peta wilayah komoditas,

5.Pembinaan pengembangan komoditas komersial,

6. Pembinaan pola kemitraan usaha di bidang hortikultura,

7. Pembinaan penerapan sistem jaminan mutu,

8. Pembinaan perlindungan hortikultura,

kegiatan produksi komoditas pertanian primer

4.Pengendalian OPT hortikultura

5.Penguatan kelembagaan ekonomi petani mendukung Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dan Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3)

6.Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan dan penghargaan pertanian

7.Pengembangan fasilitas pelayanan terpadu agribisnis

8.Pengembangan

produksi komoditas pertanian primer

4.Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan dan penghargaan petani

5. Pengembangan fasilitas pelayanan terpadu agribisnis

6. Pengembangan pertanian organik dan lingkungan hidup

7.Kegiatan lain di luar kegiatan utama, namun ada di dalam RKP tahun 2008

Program KP

yaitu:

8. Peningkatan produksi dan produktivitas hortikultura

9. Penguatan

penghargaan pertanian

3. Pengembang-an fasilitas pelayanan terpadu agribisnis

Program KP:

4. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian, serta pengembangan kawasan

5. Pengendalian OPT, penyakit hewan, karantina dan peningkatan keamanan pangan

6. Bantuan benih/bibit kepada petani

7. Mekanisasi dan sarana pertanian

Program

Kesejahteraan

Mutu Produk

Tanaman

Sayuran dan

tanaman Obat

Berkelanjutan

3. Peningkatan

Produksi,

Produktivitas,

Mutu Produk

Tanaman

Florikultura

Berkelanjutan

4. Pengembang-

an Sistem

Perbenihan

Hortikultura

5.Pengembang-

an Sistem

Perlindungan

Tanaman

hortikultura

6. Dukungan

Manajemen dan

teknis Lainnya

Pada Direktorat

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 11

SASARAN

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010

petani,

10.Pengembangan manajemen pengembangan hortikultura.

Program KP :

11.Pengembangan sarana prasarana hortikultura

9. Penyediaan kebijakan dan peraturan yang melindungi usaha petani,

10.Pengemba-ngan Manajem-en pengemba-ngan Hortikul-tura.

Program KP :

1. Pengemba-ngan sarana prasarana hortikultura

pertanian terpadu

9.Pengembangan pertanian organik dan lingkungan hidup

10. Kegiatan lain di luar kegiatan utama, namun ada di dalam RKP 2007.

Program KP :

11.Kegiatan lain di luar kegiatan utama, namun ada di dalam RKP 2007

kelembagaan perbenihan

10. Mekanisasi (sarana) kegiatan produksi komoditas pertanian primer

11. Pengendalian OPT hortikultura

12. Penguatan kelembagaan ekonomi petani mendukung Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dan lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3)

13. Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan dan penghargaan pertanian

14.Pengembangan fasilitas pelayanan terpadu agribisnis

15. Kegiatan lain di

Petani:

8. Penguatan kelembagaan ekonomi pedesaan melalui Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3).

Program

Kepemerintahan

yang Baik) hanya

1 (satu) kegiatan

yaitu:

9. Penyelengara-

an Kepemerintah-

an.

Jenderal

Hortikultura

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 12

SASARAN

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010

luar kegiatan utama, namun ada di dalam RKP 2008

Program

Peningkatan

Kesejahteraan

Petani :

16. Penguatan

kelembagaan

ekonomi petani

mendukung

Penguatan Modal

usaha Kelompok

(PMUK) dan

Lembaga yang

Mandiri dan

Mengakar di

Masyarakat.

Program

Kepemerintahan

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 13

SASARAN

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010

yang Baik hanya 1

(satu) kegiatan

yaitu:

17. Kegiatan lain di luar kegiatan utama, namun ada di dalam RKP 2008.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 14

Adapun program dan kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

turut mengalami beberapa perubahan yakni dari Program Kepemerintahan

yang baik dari tahun 2009 menjadi Program Peningkatan Produksi,

Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan

dengan Kegiatan “Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada

Direktorat Jenderal Hortikultura”pada tahun 2010.

1.1.4. Laporan Realisasi Keuangan

Sekretariat Direktorat Jenderal dalam menyelenggarakan fungsi evaluasi

dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang hortikultura dengan

melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan

realisasi keuangan di bidang hortikultura. Pelaporan realisasi keuangan

merupakan merupakan tolok ukur kinerja dan akuntabilitas setiap instansi

pemerintah.

Perkembangan realisasi keuangan Satker Direktorat Jenderal Hortikultura

setiap tahunnya mengalami perubahan yang signifikan, hal ini dikarenakan

pengaruh reformasi penganggaran berbasis kinerja. Adapun anggaran dan

realisasi keuangan Satker Direktorat Jenderal Hortikultura periode 5 tahun

terakhir terlihat pada Tabel 5.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 15

Tabel 5. Realisasi Anggaran Ditjen Hortikultura Periode 2005 - 2009.

Tahun Anggaran (Rp.

000)

Realisasi (Rp. 000) Persentase

(%)

2005 83.844.191 44.119.945 52,62

2006 52.430.405 50.280.162 95,90

2007 94.687.260 78.512.131 82,92

2008 96.497.678 91.276.559 94,61

2009 153.183.047 144.464.347 94,31

Sedangkan realisasi keuangan tahun 2010 per kegiatan sampai dengan 31

Desember 2010 ditampilkan pada Tabel 6 di bawah ini.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 16

Tabel 6. Realisasi Keuangan Berdasarkan Kegiatan, Sub Kegiatan dan Anggaran sampai dengan

31 Desember 2010.

KODE

FUNGSI/

SUB

FUNGSI/

PROGRAM/

KEGIATAN

PROGRAM/URAIAN KEGIATAN

ANGGARAN

(Rp)

REALISASI

(Rp)

(%)

625875 DIREKTORAT JENDERAL

HORTIKULTURA

263.586.850.000 243.614.588.749 92,42

625875 DIREKTORAT JENDERAL

HORTIKULTURA (APBN MURNI)

260.894.300.000 243.234.030.469 93,23

01.01.09 PENERAPAN KEPEMERIN-

TAHAN YANG BAIK

25.188.585.000

23.952.777.612 95,09

0001 Pengelolaan Gaji, Honorarium dan

Tunjangan

18.440.731.000 17.695.964.159 95,96

0002 Penyelenggaraan Operasional dan

Pemeliharaan Perkantoran

6.387.362 5.957.763.853 93,27

0003 Pelayanan Publik atau Birokrasi 360.492.000 299.049.600 82,96

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 17

KODE

FUNGSI/

SUB

FUNGSI/

PROGRAM/

KEGIATAN

PROGRAM/URAIAN KEGIATAN

ANGGARAN

(Rp)

REALISASI

(Rp)

(%)

04.03.03 PENGEMBANGAN AGRIBISNIS 9.446.401.000 9.007.087.593 95,35

0089 Pengadaan Peralatan dan

Perlengkapan Gedung

411.800.000 383.414.570 93,11

0100 Rehabilitasi/Peningkatan/Renova

si Gedung/Laboratorium/

Perpustakaan

1.886.436.000 1.820.358.000 96,50

1558 Pengembangan Pertanian, Organik

dan Pertanian Berkelanjutan

946.082.000 926.368.680 97,92

1562 Peningkatan Kegiatan Eksibisi,

Perlombaan, dan Penghargaan

Kepada Petani/Pelaku Agribisnis

4.714.942.000 4.483.843.510 95,1

1583 Pengembangan Agro Industri

Terpadu (TP)

1.487.141.000 1.393.102.833 93,97

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 18

KODE

FUNGSI/

SUB

FUNGSI/

PROGRAM/

KEGIATAN

PROGRAM/URAIAN KEGIATAN

ANGGARAN

(Rp)

REALISASI

(Rp)

(%)

04.03.04 PROGRAM PENINGKATAN

KETAHANAN PANGAN

139.589.064.000 125.757.174.890 90,09

0089 Pengadaan Peralatan dan

Perlengkapan Gedung

712.700.000 423.880.000 59,48

1520 Bantuan Benih/Bibit, Sarana

Produksi Pertanian dan Penguatan

Kelembagaan Perbenihan

71.998.858.000 63.022.446.060 86,7

1564 Pengendalian Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT) ,

Penyakit Hewan, Karantina dan

Peningkatan Keamanan Pangan

24.230.000.000 23.105.802.302 95,36

1569 Mekanisasi Pertanian Pra dan

Pasca Panen

610.850.000 598.226.818 97,93

1589 Peningkatan Produksi, 42.036.656.000 38.606.819.710 93,38

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 19

KODE

FUNGSI/

SUB

FUNGSI/

PROGRAM/

KEGIATAN

PROGRAM/URAIAN KEGIATAN

ANGGARAN

(Rp)

REALISASI

(Rp)

(%)

Produktivitas dan Mutu Produk

Pertanian, Serta Pengembangan

Kawasan (TP)

04.03.08 PROGRAM PENINGKATAN

KESEJAHTERAAN PETANI

86.670.250.000 84.516.990.374 97,52

1574 Penguatan Kelembagaan Ekonomi

Petani Melalui PMUK dan LM3

86.670.250.000 84.516.990.374 97,52

625875 DIREKTORAT JENDERAL

HORTIKULTURA (HIBAH)

2.692.550.000 380.558.280 14,13

04.03.04 PROGRAM PENINGKATAN

KETAHANAN PANGAN

2.692.550.000 380.558.280 14,13

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 20

KODE

FUNGSI/

SUB

FUNGSI/

PROGRAM/

KEGIATAN

PROGRAM/URAIAN KEGIATAN

ANGGARAN

(Rp)

REALISASI

(Rp)

(%)

1520 Bantuan Benih/ Bibit, Sarana

Produksi Pertanian dan Penguatan

Kelembagaan Perbenihan

692.550.000 386.112.736 55,75

1589 Peningkatan Produksi,

Produktivitas, dan Mutu Produk

Pertanian, serta Pengembangan

Kawasan (TP)

2.000.000.000 380.558.280 19,03

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 21

Realisasi keuangan (SPM) Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura

Tahun 2010 sampai dengan tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp.

243.614.588.749,- (92,42%) dari anggaran sebesar Rp. 263.586.850.000,-

(100%) dengan pengembalian belanja sebesar Rp. 239.433.246,- dari dana

rupiah murni dan Rp. 151.052.970,- dari dana hibah Luar Negeri. Total

pengembalian negara bukan hibah (PNBP) TA. 2010 sebesar Rp

484.328.035,-.

Realisasi keuangan satker Direktorat Jenderal Hortikultura sejak tahun

2006 hingga tahun 2010 cenderung mengalami peningkatan rata-rata di

atas 80 % sebagai dampak dari semakin pahamnya para petugas pengelola

satker dalam penggunaan alokasi dana APBN sub sektor hortikultura.

1.1.5. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Dalam upaya peningkatan sistem akuntabilitas kinerja di lingkungan

Direktorat Jenderal Hortikultura dan mewujudkan good governance, semua

unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura harus membuat

perencanaan dan capaian kinerja yang dilaporkan dalam Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Penyusunan LAKIP

Direktorat Jenderal Hortikultura merupakan tugas dan kewajiban bersama

seluruh jajaran Direktorat Jenderal hortikultura sebagai pelaksana kegiatan

dan pengelola anggaran negara. Sekretariat Direktorat Jenderal sebagai

penanggungjawab dalam penyusunan LAKIP dengan melakukan koordinasi

dengan unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura dan Satker

daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang mendapat alokasi dana

APBN subsektor horikultura.

Hasil evaluasi yang dilakukan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian

ditetapkan dalam penilaian indikator evaluasi terhadap penerapan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang meliputi evaluasi

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 22

atas Renstra, Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Akuntabilitas Pengukuran

Kinerja, Informasi atas LAKIP, dan indikator evaluasi akuntabilitas kinerja.

1.2 Potensi dan Permasalahan

Beberapa potensi dan masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan

kegiatan sangat mempengaruhi kinerja suatu organisasi. Jawaban untuk

mengatasi berbagai kendala dan masalah itu terletak pada kebijakan dan

peraturan perundangan yang kondusif serta kualitas manajemen terpadu

dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi Direktorat Jenderal

Hortikultura, dalam hal ini Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

merupakan leading dalam pelaksanaan manajemen terpadu.

1.2.2. Potensi

Beberapa potensi utama Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura yang

masih dapat dikembangkan dan dioptimalkan dalam rangka meningkatkan

kinerja organisasi meliputi (1) Landasan hukum, (2) Sumberdaya Manusia,

(3) Teknologi Informasi dan Komunikasi, (4) Pedoman Umum/ Teknis, dan

(5) Kelembagaan (PMD dan LM3).

1.2.1.1. Landasan Hukum

Landasan hukum merupakan salah satu potensi yang dapat

dioptimalisasikan dalam kebijakan pengembangan hortikultura secara

menyeluruh dan terpadu. Adanya dukungan kebijakan pemerintah terhadap

pengembangan hortikultura dengan diterbitkannya Undang-undang

Budidaya Pertanian No. 12 Tahun 1992, yang didukung dengan Peraturan

Presiden Nomor 9 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden No. 20 Tahun 2008 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,

Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 23

organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian, Peraturan Menteri

Pertanian No. 12/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Kelengkapan

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Undang-undang Nomor

28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah.

1.2.1.2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan potensi yang berkewajiban dalam

mewujudkan peningkatan kinerja dan kualitas manajemen terpadu dalam

memberikan pelayanan prima mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi

Direktorat Jenderal Hortikultura. Kualitas pelaksanaan tugas pokok sangat

ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik yang telah diwujudkan

dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat potensial yang dapat

dikembangkan. Jumlah pegawai di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura dengan berbagai tingkatan pendidikan dari SD sampai jenjang

S3 dan golongan I sampai golongan III merupakan potensi besar dalam

upaya membangun manajemen terpadu. Disamping pendidikan formal,

sebagian besar pegawai telah mengikuti diklat penjenjangan/diklat PIM,

pelatihan teknis, dan non teknis, serta beberapa pegawai sedang mengikuti

tugas belajar baik dalam maupun luar negeri, yang diharapkan akan

mendukung peningkatan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura.

Adanya tenaga fungsional di lingkup Setditjen Hortikultura merupakan

potensi besar dalam meningkatkan pelaksanaan kinerja tugas pokok dan

fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura. Peningkatan kualitas,

moral dan etos kerja pegawai, lingkungan kerja yang kondusif, penerapan

sistem karir yang terprogram dan transparan dalam rangka mewujudkan

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 24

petugas yang profesional, pengembangan kemampuan dan sikap yang

proaktif dalam mewujudkan pelayanan prima merupakan arah organisasi

yang hendak dicapai.

1.2.1.3. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor penting pendukung

dalam terwujudnya sistem manajemen terpadu. Untuk itu, Sekretariat

Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai leading dalam mengembangkan

sistem informasi dan komunikasi bidang hortikultura baik berupa media

massa maupun elektronik seperti website dan e-mail sehingga dapat

dimanfaatkan oleh institusi dan stakeholder terkait di bidang hortikultura.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi subsektor hortikultura

akan berdampak pada pertukaran informasi yang lebih cepat dan lebih

efisien, lebih luas sebaran informasinya dan lebih aman dan lama waktu

penyimpanan data dan informasi terkait hortikultura dan

perkembangannya. Perangkat teknologi informatika yang telah tersedia saat

ini di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura diantaranya

adalah website Direktorat Jenderal Hortikultura, Sistem Informasi

Manajemen Pegawai (SIMPEG), Sistem Akuntansi Instansi (SAI), dan Sistem

Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV). Selain itu informasi disajikan dalam

bentuk fisik seperti buku statistik, majalah hortikultura, Renstra Direktorat

Jenderal Hortikultura, dan pusat informasi hortikultura sebagai sumber

informasi dan komunikasi sub sektor hortikultura antar stakeholder terkait.

1.2.1.4. Pedoman Umum/Teknis

Agar pelaksanaan kegiatan di Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

tidak bertentangan dan sesuai dengan peraturan perundangan terkait tugas

pokok dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura, untuk itu

perlu disusun Pedoman Umum dan Teknis pelaksanaan kegiatan yang

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 25

berisikan penjelasan terkait pelaksanaan pelayanan manajemen,

pengelolaan laporan, pengelolaan dokumen, pemberdayaan LM3,

pemberdayaan konsorsium dan peningkatan mutu pembinaan untuk

kegiatan dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal

Hortikultura.

1.2.1.5. Kelembagaan (PMD dan LM3)

Dalam rangka pencapaian program manajemen terpadu dilakukan melalui

optimalisasi potensi yang ada di masyarakat terutama pemberdayaan

kelembagaan. Beberapa kelembagaan di bidang hortikultura telah tumbuh

mengakar dan berkembang secara mandiri di masyarakat seperti LM3 dan

PMD. Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat diharapkan bisa

menjadi penggerak roda pengembangan agribisnis di sentra pengembangan

hortikultura dan sekaligus bertindak sebagai motivator pelaksanaan

pengembangan hortikultura. Penggerak Membangun Desa (PMD)

diharapkan bisa menjadi champion dan sekaligus sebagai pendamping

kelompok binaan di sentra pengembangan hortikultura. Kelembagaan ini

dapat dimanfaatkan dan dijadikan penggerak dan penghela pembangunan

pertanian khususnya hortikultura bagi masyarakat di sekitarnya sehingga

dapat berdampak pada peningkatan kinerja Direktorat Jenderal

Hortikultura.

1.2.2. Permasalahan

Meskipun memiliki potensi yang besar dan masih dapat digali untuk

mendukung terwujudnya manajemen terpadu subsektor hortikultura, masih

terdapat kelemahan dan permasalahan yang meliputi :

1. Pelayanan

2. Koordinasi

3. Alokasi Anggaran

4. Monitoring dan Pelaporan

5. Sarana dan Prasarana,

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 26

6. Sistem Informasi Manajemen dan Sumber Daya Manusia

1.2.2.1. Pelayanan

Pelayanan yang dilaksanakan Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura pada umumnya belum memenuhi standar pelayanan

prima secara optimal sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.81 Tahun 1993 dan

Inpres No. 1 Tahun 1995. Kelemahan pelayanan tersebut tercermin

dari belum diterapkannya standar operasional prosedur (SOP) secara

penuh, law enforcement yang masih lemah, kualitas, moral dan etos

kerja yang belum optimal.

1.2.2.2. Koordinasi

Koordinasi merupakan proses pengintegrasian antara tujuan dan

kegiatan dalam kesatuan yang terpisah untuk mencapai tujuan

organisasi secara efisien. Belum optimalnya koordinasi di lingkup

Sekretariat Direktorat Jenderal, baik internal, institusi terkait maupun

dengan daerah merupakan kelemahan yang harus mendapat

perhatian serius.

1.2.2.3. Alokasi Anggaran

Manajemen terpadu yang efektif dan efisien diperlukan fasilitasi

sarana dan prasarana pendukung agar pelaksanaan kegiatan

manajemen dapat berjalan secara optimal. Untuk itu diperlukan

sejumlah anggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan di lingkup

Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura. Namun masih

terbatasnya alokasi anggaran untuk kegiatan dukungan manajemen

masih merupakan kendala dalam pelaksanaannya.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 27

1.2.2.4. Monitoring dan Pelaporan

Adanya peraturan terkait dengan monitoring dan pelaporan seperti

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri

Pertanian No. 431/Kpts/RC.210/ 7/2004 tentang Sistem Monitoring,

Evaluasi dan Pelaporan Program/ Kegiatan lingkup Kementerian

Pertanian dan Peraturan Menteri Keuangan No. 59/PMK.06/2005

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, namun dalam

penanganan dan penyampaian laporan pelaksanaan kegiatan baik

pusat maupun daerah belum termonitor dengan baik dan

pelaporannya masih sering terlambat.

1.2.2.5. Sarana dan Prasarana

Keterbatasan sarana dan prasarana menjadi kelemahan lainnya dalam

mendukung kinerja pegawai. Pada umumnya sarana dan prasarana

yang tersedia untuk setiap pegawai belum memenuhi standar yang

ada. Selain itu, pemeliharaan alat-alat yang ada masih kurang optimal.

1.2.2.6. Sistem Informasi Manajemen dan Sumber Daya

Manusia

Meskipun sistem informasi manajemen telah dibangun namun

operasionalnya dirasakan kurang optimal. Disamping itu jumlah

tenaga teknis lingkup Setditjen Hortikultura yang kompeten masih

kurang, sistem manajemen belum memperoleh prioritas utama.

1.3 Peluang dan Tantangan

1.3.1. Peluang

Faktor yang membuka peluang untuk meningkatkan kapasitas

manajemen administrasi, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana

anggaran serta piranti lunak organisasi pengembangan produksi

hortikultura lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 28

diantaranya potensi pelaku usaha, koordinasi dengan seluruh

pemangku kepentingan, pengembangan sistem informasi, proses

mengarah ke pelayanan prima, ketersediaan asset di Pusat dan

ketersediaan pendanaan.

1.3.1.1. Pelaku Usaha

Masih banyaknya pelaku usaha di bidang hortikultura yang masih

belum tersentuh dan terkoordinir oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura meliputi perusahaan besar, koperasi, asosiasi petani,

asosiasi eksportir merupakan peluang besar dalam pengembangan

hortikultura. Suasana investasi dapat dibangun secara lebih kondusif

dan dapat dipertahankan, maka peran masing-masing pelaku usaha

dapat diingatkan dalam rangka mendukung pengembangan

hortikultura.

1.3.1.2. Koordinasi

Koordinasi yang didefinisikan sebagai suatu yang sinkron dan teratur

untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan

pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan

harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi dengan

seluruh pemangku kepentingan dalam segala aspek yang terkait baik

managerial maupun teknis merupakan peluang lain yang bisa

dikembangkan dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi.

1.3.1.3. Teknologi Informasi

Agar dapat mengikuti perkembangan teknologi dan memperlancar

aksesibilitas terhadap informasi, maka sistem informasi manajemen

yang mencakup kemampuan menyusun, memperoleh dan

menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai SDM, teknologi,

peluang pasar, manajemen, permodalan, usaha hortikultura dalam

mendorong dan menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan

masyarakat, perlu terus dimutakhirkan dan dikembangan secara terus

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 29

menerus sehingga dapat meningkatkan jejaring kerja dengan institusi

terkait.

1.3.1.4. Pelayanan

Peningkatan pelayanan organisasi yang berkualitas sampai dengan

memenuhi kriteria layanan prima adalah peluang utama dalam upaya

peningkatan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura.

Pelayanan prima meliputi (1) kesederhanaan dalam artian mudah,

lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan; (2) kejelasan dan kepastian mengenai prosedur,

persyaratan, unit kerja yang berwenang, rincian biaya, jadual waktu

penyelesaian dan hak serta kewajiban pemberi dan penerima

pelayanan; (3) keamanan dalam arti memberikan keamanan dan

kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum; (4)

keterbukaan, dalam arti diinformasikan secara terbuka agar mudah

diketahui dan dipahami; (5) efisien dalam arti persyaratan pelayanan

hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung pencapaian

sasaran pelayanan; (6) ekonomis dalam arti biaya ditetapkan secara

wajar; (7) keadilan yang merata dalam arti diusahakan secara luas,

adil dan merata; dan (8) ketepatan waktu dalam arti diselesaikan

dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

1.3.1.5. Ketersediaan Aset Pusat

Ketersediaan asset pusat merupakan modal dan sarana utama yang

digunakan untuk mendukung pelayanan prima organisasi terutama

dalam memberikan dukungan manajemen dan teknis lingkup

Direktorat Jenderal Hortikultura.

1.3.1.6. Anggaran

Ketersediaan anggaran merupakan faktor utama dalam mendukung

peningkatan kinerja suatu organisasi. Perencanaan penganggaran

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 30

yang baik dan penggunaan yang efektif dan efisien dapat

meningkatkan kinerja suatu organisasi.

1.3.2. Tantangan

Adapun tantangan yang dihadapi Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura adalah lambatnya penyelesaian status asset dan

penanganan kerugian negara yang ada di beberapa daerah,

optimalisasi potensi daerah yang belum sesuai dengan sasaran,

pelayanan informasi dan pelaporan yang belum cepat dan akurat,

belum lengkapnya peraturan perundangan-undangan pelaksanaan UU

No. 18/2004, ketidaksesuaian perencanaan kegiatan pusat dan daerah

serta koordinasi lintas sektoral dan daerah yang belum optimal.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 31

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS

2.1 Visi Pembangunan Hortikultura

Pembangunan hortikultura sebagai bagian dari pembangunan

pertanian harus menjabarkan secara operasional komitmen tersebut

yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani

serta memberi kontribusi dalam pembangunan ekonomi nacional.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura yang diselaraskan dengan upaya untuk mewujudkan

pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintah yang

bersih (clean government) maka norma-norma pokok dalam

kepemerintahan yang baik dan pemerintah yang bersih mendasari

spirit Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura dalam melakukan

pembinaan dan memberikan pelayanan teknis serta administratif

kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. Kepedulian

kepada masyarakat petani sebagai pelaku pembangunan hortikultura

harus merupakan prioritas utama dalam melakukan pembangunan

pertanian khususnya hortikultura. Di samping itu, aparatur pembina

selaku fasilitator, regulator dan dinamisator pembangunan dalam

melaksanakan tugasnya harus dilandasi dengan ketulusan hati dan

semangat pengabdian yang tinggi. Oleh karena itu aparatur pembina

hortikultura dalam melaksanakan pembangunan dilandasi oleh ruh

atau nilai, berupa jiwa yang Bersih, pikiran yang peduli dan hati yang

tulus.

Bersih berarti bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),

amanah, transparan dan akuntabel. Peduli berarti memberikan

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 32

perhatian, fasilitasi, pelayanan, perlindungan, pembelaan,

pemberdayaan dan keberpihakan terhadap kepentingan

masyarakat/petani hortikultura di atas kepentingan pribadi dan

golongan (demokratis) dan aspiratif. Tulus berarti ikhlas, penuh

pengabdian, jujur dan memiliki integritas.

Dengan memperhatikan prioritas pembangunan hortikultura dan

dinamika lingkungan strategis maka visi Sekretariat Direktorat

Jenderal Hortikultura adalah : “Menjadi fasilitator yang handal

menunjang pengembangan usaha produksi hortikultura yang berdaya

saing, berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat pertanian”.

2.2 Misi Pembangunan Hortikultura Untuk mencapai visi pembangunan hortikultura, Direktorat Jenderal

Hortikultura mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu :

1. Mewujudkan pengembangan kawasan hortikultura yang

berkelanjutan, efisien, berbasis IPTEK dan sumber daya lokal serta

berwawasan lingkungan melalui pendekatan agribisnis.

2. Mewujudkan ketersediaan sarana produksi secara tepat

3. Meningkatkan penerapan teknik budidaya dan pascapanen yang

baik dan ramah lingkungan

4. Menjadikan sumberdaya manusia (SDM) dan kelembagaan yang

professional

5. Mewujudkan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan

pangan segar asal hortikultura

6. Mendorong terciptanya kebijakan dan regulasi untuk

pengembangan agribisnis hortikultura serta meningkatnya

investasi hortikultura

7. Mendorong tersedianya infrastruktur kawasan dan sistem

distribusi hortikultura

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 33

8. Mendorong terbinanya sistem penyuluhan, sistem informasi

teknologi, pembiayaan dan pelayanan lainnya

9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan

komoditas hortikultura yang transparan, jujur dan berkeadilan.

Sedangkan dalam rangka mencapai visi, Sekretariat Direktorat

Jenderal Hortikultura mengemban misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan profesionalisme aparatur Direktorat Jenderal

Hortkultura.

2. Merumuskan kebijakan dan perencanaan program pengembangan

hortikultura yang operasional dan efisien.

3. Meningkatkan dan melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi

program pengembangan hortikultura yang obyektif dan akuntabel.

4. Meningkatkan sarana dan prasarana Direktorat Jenderal

Hortikultura mendukung pengembangan hortikultura.

5. Mengembangkan data dan informasi hortikultura.

6. Meningkatkan sistem dan penyebaran informasi pembangunan

hortikultura

7. Merumuskan peraturan perundang-undangan bidang

pengembangan hortikultura dan pengembangan kelembagaan.

2.3 Tujuan Pembangunan Hortikultura Tujuan Pengembangan Hortikultura tahun 2010-2014 adalah :

1. Meningkatkan sistem produksi hortikultura yang ramah

lingkungan

2. Meningkatkan ketersediaan produk hortikultura bermutu dan

aman konsumsi

3. Meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar domestik

maupun internasional

4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 34

Sesuai dengan visi dan misi, Sekretariat Ditjen Hortikultura

mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan SDM aparatur.

2. Meningkatnya perencanaan pengembangan hortikultura.

3. Meningkatnya evaluasi dan pelaporan pengembangan

hortikultura.

4. Meningkatnya penyediaan dan kualitas data serta informasi

hortikultura.

5. Meningkatnya ketersediaan fasilitas/sarana mendukung

pengembangan agribisnis hortikultura .

6. Meningkatnya pemasyarakatan informasi hasil pembangunan

agribisnis hortikultura.

7. Meningkatnya peraturan perundang-undangan di bidang

hortikultura dan kelembagaan.

2.4 Sasaran Pembangunan Hortikultura Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan hortikultura maka

sasaran strategis tahun 2010-2014 adalah meningkatnya produksi,

produktivitas dan mutu produk tanaman hortikultura yang aman

konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan.

Sasaran yang ingin dicapai oleh Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura adalah sebagai berikut :

1. Terdidik dan terlatihnya SDM aparatur Ditjen Hortikultura

2. Tersedianya rumusan kebijakan dan program pengembangan

agribisnis hortikultura yang operasional dan efisien

3. Tersedianya laporan dan evaluasi program pengembangan

agribisnis hortikultura yang meningkat kualitasnya (obyektif dan

akuntabel)

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 35

4. Tersedianya data dan informasi hortikultura yang meningkat

kualitasnya (lengkap, akurat dan up to date)

5. Tercukupinya fasilitas dan sarana pendukung pengembangan

agribisnis hortikultura

6. Tersosialisasinya hasil-hasil pembangunan agribisnis hortikultura

7. Tersusunnya rancangan peraturan perundang-undangan di bidang

hortikultura

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara

serta susunan organisasi, tugas dan fungsi Eselon I Kementerian

Negara; Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis

di bidang hortikultura. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Direktorat Jenderal Hortikultura menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,

perlindungan, dan pascapanen hortikultura;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,

perlindungan, dan pascapanen hortikultura;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen hortikultura;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan,

budidaya, perlindungan, dan pascapanen hortikultura; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Hortikultura

2.6 Nilai-Nilai

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura yang diselaraskan dengan upaya untuk mewujudkan

pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintah yang

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 36

bersih (clean government) maka norma-norma pokok dalam

kepemerintahan yang baik dan pemerintah yang bersih mendasari

spirit Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura dalam melakukan

pembinaan dan memberikan pelayanan teknis serta administratif

kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. Kepedulian

kepada masyarakat petani sebagai pelaku pembangunan hortikultura

harus merupakan prioritas utama dalam melakukan pembangunan

pertanian khususnya hortikultura. Di samping itu, aparatur pembina

selaku fasilitator, regulator dan dinamisator pembangunan dalam

melaksanakan tugasnya harus dilandasi dengan ketulusan hati dan

semangat pengabdian yang tinggi. Oleh karena itu aparatur pembina

hortikultura dalam melaksanakan pembangunan dilandasi oleh ruh

atau nilai, berupa jiwa yang Bersih, pikiran yang Peduli dan hati yang

Tulus.

Bersih berarti bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),

amanah, transparan dan akuntabel. Peduli berarti memberikan

perhatian, fasilitasi, pelayanan, perlindungan, pembelaan,

pemberdayaan dan keberpihakan terhadap kepentingan

masyarakat/petani hortikultura di atas kepentingan pribadi dan

golongan (demokratis) dan aspiratif. Tulus berarti ikhlas, penuh

pengabdian, jujur dan memliki integritas.

Dengan memperhatikan prioritas pembangunan hortikultura dan

dinamika lingkungan strategis maka visi Sekretariat Direktorat

Jenderal Hortikultura adalah : “Menjadi fasilitator yang handal

menunjang pengembangan usaha produksi hortikultura yang berdaya

saing, berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat pertanian”.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 37

2.7 Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal

Hortikultura tergambar pada bagan di bawah ini :

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 38

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

HORTIKULTURA 2010-2014

3.1. Arah Kebijakan Pembangunan Hortikultura

Arah kebijakan pengembangan hortikultura mengacu pada arah

kebijakan pengembangan pertanian yang diselaraskan dengan tugas

pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Hortikultura. Adapun arah

kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri (konsumsi, industri dan substitusi impor) dan meningkatkan ekspor melalui penerapan GAP/SOP, penerapan PHT, GHP, perbaikan kebun, penerapan teknologi maju, penggunaan benih bermutu varietas unggul.

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk hortikultura melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pasca panen hortikultura.

3. Penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura melalui revitalisasi Balai Benih, penguatan kelembagaan penangkar, penataan BF dan BPMT, meningkatkan kapasitas kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura

4. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri perbenihan

5. Pemberdayaan petani/pelaku usaha hortikultura melalui bantuan sarana, sekolah lapang, magang, studi banding dan pendampingan.

6. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap teknologi maju antara lain kultur jaringan, rekayasa genetik,

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 39

somatik embrio genetik, nano teknologi dan teknologi pasca panen serta pengolahan hasil;

7. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap pasar modern, pasar ekspor melalui pembenahan manajemen rantai pasokan, pembenahan rantai pendingin, kemitraan usaha.

8. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap permodalan bunga rendah seperti PKBL/CSR, Skim kredit bersubsidi (KKPE), skim kredit penjaminan (KUR) serta bantuan sosial seperti PUAP, LM3, PMD.

9. Mendorong investasi hortikultura melalui fasilitasi investasi terpadu, promosi baik di dalam maupun di luar negeri dan dukungan iklim usaha yang kondusif melalui pengembangan dan penyempurnaan regulasi.

10. Pembangunan dan pengutuhan kawasan hortikultura yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait.

11. Promosi dan kampanye meningkatkan konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh FAO.

12. Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu melalui pengembangan SLPHT, pengembangan agens hayati, mitigasi dampak iklim.

13. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional melalui konservasi, domestikasi dan komersialisasi. Penanganan pasca panen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing.

14. Berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar internasional melalui pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan mendorong perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 40

15. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis hortikultura.

16. Pengembangan kelembagaan yang dapat membantu petani/pelaku usaha dalam mengakselerasi pertumbuhan agribisnis hortikultura.

17. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel, tranparansi, disiplin anggaran, efisien dan efektif, pencapaian indikator kinerja secara optimal.

3.2. Strategi Pembangunan Sekretariat Direktorat

Jenderal Hortikultura

Keberhasilan pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran dipengaruhi

oleh faktor kunci keberhasilan, yaitu peningkatan kualitas SDM

aparatur melalui Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), peningkatan

pelayanan/fasilitasi pengembangan hortikultura, peningkatan

monitoring dan evaluasi, peningkatan produk hukum di bidang

hortikultura, peningkatan sosialisasi hasil pembangunan hortikultura,

peningkatan Sistem Informasi Manajemen dan data hortikultura, dan

peningkatan sistem pengarsipan dan administrasi.

3.2.1. Strategi Umum

Strategi yang dirumuskan dalam rangka mewujudkan visi dan misi

Setditjen Hortikultura adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan Kualitas SDM dan Optimalisasi Sarana Kerja

Untuk dapat membina, sumberdaya manusia petani pelaku

usaha, pembina di Dinas Pertanian dalam memanfaatkan

ketersediaan teknologi, maka SDM Ditjen Hortikultura harus

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 41

ditingkatkan kompetensinya, dibarengi pembinaan mental dan

moral agar memiliki kejujuran, kepedulian dan ketulusan hati,

integritas yang tinggi, untuk dapat menjadi pembina dan pelaku

usaha hortikultura yang berhasil.

Oleh karena itu peningkatan kualitas SDM petugas di bidang

hortikultura menjadi hal yang sangat penting untuk ditangani.

Melalui kegiatan magang, pelatihan, kursus, studi banding dan lain-

lain yang dilakukan di dalam dan di luar negeri diharapkan mampu

meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagaimana yang

diharapkan sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Kualitas SDM yang baik harus didukung dengan ketersediaan

sarana kerja yang memadai. Oleh karena itu, fasilitasi sarana kerja

dalam menunjang pengembangan hortikultura akan mendapat

perhatian serius sejalan dengan pemanfaatan sumberdaya manusia

yang tersedia.

2. Pemasyarakatan Hasil Pembangunan Hortikultura

Pemasyarakatan hasil pembangunan hortikultura dilakukan

melalui peningkatan frekuensi promosi, kampanye, sosialisasi atau

pemasyarakatan baik di dalam maupun di luar negeri, melalui media

cetak maupun elektronik untuk menginformasikan dan

menanamkan rasa kecintaan dan kebanggaan terhadap produk

hortikultura nasional.

3. Sinkronisasi dan Koordinasi Perencanaan

Sinkronisasi dan koordinasi perencanaan merupakan wadah yang

tepat untuk menyatukan aspirasi daerah yang beragam sejalan

dengan program pembangunan nasional. Upaya sinkronisasi dan

koordinasi perencanaan dilakukan melalui penyusunan rencana

kerja, pertemuan nasional, pertemuan regional yang bersifat internal

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 42

dan lintas sub sektor-sektor, konsultasi, dan advokasi perencana

program.

4. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura

Pengelolaan sumberdaya yang bijaksana, efektif dan efisien

dilakukan melalui pengendalian teknis dan administrasi pelaksanaan

program, sosialisasi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan yang

mengacu kepada prinsip-prinsip akuntabilitas.

5. Pengembangan Data Statistik Hortikultura

Pengembangan data dan informasi dilakukan melalui

penyempurnaan metode pengumpulan data dan informasi

hortikultura, pengembangan sistem informasi manajemen, pelatihan

petugas, sinkronisasi data statistik hortikultura serta penyediaan

sarana prasarana yang memadai bagi pengumpulan, pengolahan dan

pengujian data.

6. Pemantapan Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan dimaksudkan untuk mendukung

pengembangan agribisnis hortikultura dengan melakukan

perlindungan terhadap petani produsen, pengusaha dan eksportir

dalam menciptakan / menghasilkan produk hortikultura yang

berdaya saing.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 43

3.3. Pencermatan Lingkungan Strategis

Tabel 7. Faktor-faktor Strategi Internal pada Ditjen Hortikultura

No Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Nilai

KEKUATAN

1 Sumber Daya Manusia 0.10 3 0.30

2 Koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan 0.05 2 0.10

3 Sistem Informasi Manajemen 0.05 2 0.10

4 Ketersediaan Aset 0.05 2 0.10

5 Pelayanan 0.10 2 0.20

6 Pusat Informasi Agribisnis Hortikultura 0.05 3 0.15

7 Landasan Hukum/regulasi dan kebijakan 0.15 4 0.60

8 Kelembagaan (LM3 dan PMD) 0.10 3 0.30

KELEMAHAN

1 Penataan aset belum optimal 0.05 3 0.15

2 Pelayanan belum optimal 0.05 3 0.15

3 Belum memadai sarana prasarana 0.05 2 0.10

4 Belum optimalnya tenaga teknis 0.05 3 0.15

5 Belum optimalnya sistem informasi manajemen 0.10 3 0.30

6 Belum optimalnya monitorng dan pelaporan 0.05 2 0.10

1.000 2.80

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 44

Tabel 7. Faktor-faktor Strategi Ekternal pada Ditjen Hortikultura

No Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Nilai

TANTANGAN

1 Pendanaan masih bisa

dioptimalkan 0.15 4 0.60

2

Koordinasi dengan pemangku kepentingan lain dapat ditingkatkan 0.05 2 0.10

3 Pengembangan Informasi dan

Teknologi 0.10 3 0.30

4 Ketersediaan aset di Daerah 0.10 3 0.30

5 Optimalisasi Potensi daerah 0.15 3 0.45

ANCAMAN

1 Intervensi pengembangan

kebijakan 0.05 3 0.15

2 lambatnya penyelesaian status aset

daerah 0.05 2 0.10

3 Ketidaksesuain perencanaan kegiatan pusat dan daerah 0.15 3 0.45

4 Koordinasi dengan daerah masih

lemah 0.10 2 0.20

5

Kemitraan dengan pelaku usaha domestik dan luar negeri masih rendah 0.10 2 0.20

1 2.85

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 45

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor internal dan eksternal maka

dapat ditarik kesimpulan yang mempengaruhi kinerja Sekretariat

Direktorat jenderal Hortikultura adalah sebagai berikut:

1. Landasan Hukum/Regulasi dan kebijakan telah tersedia

2. Sumber Daya Manusia memadai

3. Kelembagaan (LM3 dan PMD) memadai

4. Belum optimalnya system informasi manajemen

5. Pelayanan yang memadai

6. Tersedianya pusat informasi agribisnis hortikultura

7. Pengoptimalan pendanaan

8. Optimalisasi potensi daerah

9. Ketidaksesuaian perencanaan kegiatan pusat dan daerah

10. Pengembangan informasi dan teknologi

11. Ketersediaan asset di daerah

12. Koordinasi dengan daerah masih lemah

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 46

Analisis SWOT Ditjen Hortikultura

INTERNAL/

EKSTERNAL

KEKUATAN:

- Landasan

Hukum/Regulasi dan

Kebijakan telah tersedia

- Sumber Daya Manusia

memadai

- Kelembagaan (LM3 dan

PMD) memadai

- Pelayanan yang

memadai

- Tersedianya pusat

informasi agribisnis

hortikultura

KELEMAHAN:

- Belum optimalnya sistem

informasi manajemen

PELUANG:

- Pengoptimalan

pendanaan

- Optimalisasi

potensi daerah

- Pengembangan

informasi dan

teknologi

- Ketersediaan asset

STRATEGI (SO):

- Mengoptimalkan dan

mengimplementasikan

peraturan perundang-

undangan terkait

hortikultura untuk

meningkatkan peran

serta daerah dalam

mendukung

pengembangan

hortikultura

STRATEGI (WO):

- Mewujudkan sistem

informasi yang prima

melalui optimalisasi

pendanaan dan potensi

daerah

- Mengkoordinasikan

sistem informasi melalui

optimalisasi ketersediaan

aset

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 47

di daerah - Pengembangan SDM

dalam rangka

mengoptimalkan

pengembangan

informasi dan teknologi

- Mengoptimalkan

kelembagaan

hortikultura di daerah

untuk optimlasasi

potensi daerah

TANTANGAN:

- Ketidaksesuaian

perencanaan

kegiatan pusat dan

daerah

- Koordinasi dengan

daerah masih

lemah

STRATEGI (ST):

- Meningkatkan kualitas

SDM untuk menata

perencanaan kegiatan

pusat dan daerah sesuai

dengan ketentuan

kebijakan

- Meningkatkan pelayanan

dan informasi untuk

mengoptimalkan

koordinasi dengan

daerah

STRATEGI (WT):

- Menyediakan sistem

informasi yang prima dan

actual untuk penyelaras

kebijakan pusat dan

daerah

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 48

BAB V

PROGRAM, KEGIATAN DAN KELUARAN

5.1. Program Pembangunan Hortikultura

Sesuai pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran, Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai satu program yaitu:

“Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan”

5.2. Kegiatan Pembangunan Hortikultura

Adapun kegiatan dari program Direktorat Jenderal Hortikultura diantaranya :

a. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Buah Berkelanjutan;

b. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan;

c. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Florikultura Berkelanjutan;

d. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura;

e. Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura;

f. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 49

5.3. Kegiatan pada Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

Dengan adanya reformasi perencanaan dimana setiap Eselon I hanya

mempunyai satu program yang kemudian dijabarkan dalam beberapa

kegiatan sesuai dengan Eselon II yang tercakup di dalamnya, maka

kegiatan pada Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura adalah

“Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal

Hortikultura “

5.4. Keluaran (Output) dan Sub Output

5.4.1. Pelayanan Manajemen

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :

299/KPT.140/7/2005 jo Nomor :

11/PERMENTAN/OT.140/2/2007 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Departemen Pertanian menyatakan bahwa Sekretariat

Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian

mempunyai tugas pokok dan fungsi memberikan dukungan

manajemen dan dukungan teknis lainnya bagi Ditjen Hortikultura

dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pelayanan teknis di

bidang hortikultura. Untuk mendukung kinerja Direktorat Jenderal

Hortikultura dalam melaksanakan kegiatan diperlukan sarana dan

prasarana yang baik dan memadai maka diperlukan

perawatan/perbaikan terhadap sarana dan prasarana berupa

peralatan (meja, kursi), hal tersebut sesuai dengan PP Nomor : 6

tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN.

Dalam rangka menunjang kegiatan administrasi dan operasional

perkantoran yang ada pada Direktorat Jenderal Hortikultura dan

Satker di daerah, maka dibutuhkan kelengkapan pendukung dan

fasilitas yang memadai dengan kondisi layak agar penyelenggaraan

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 50

kegiatan berjalan dengan baik. Selain itu perlunya pemberian

imbalan berupa gaji/penghasilan sesuai jabatan, pangkat/golongan

terhadap dukungan petugas/pegawai yang merencanakan,

melaksanakan, mengawasi/ memonitor, mengevaluasi jalannya

kegiatan di bidang kerjanya masing-masing.

5.4.2. Pengelolaan Laporan

Berdasarkan 1) Undang-undang No 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, 2)

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah, 3) Peraturan Presiden Nomor 10

Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1

Kementerian Negara Republik Indonesia, 4) Instruksi Presiden

Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, dan 5) Permentan No.31 Tahun 2011 tentang Pedoman

Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan

Pertanian maka masing-masing institusi pemerintah selaku

pelaksana dan pengelola anggaran negara wajib menyusun dan

melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan serta pengelolaan

penggunaan anggaran secara berjenjang. Disamping itu sejalan

dengan reformasi perencanaan dan penganggaran yang dimulai

tahun 2011 setiap Kementerian/Lembaga harus merestrukturisasi

program dan kegiatan sebagai wujud pelaksanaan performance

based budgeting sehingga setiap unit kerja harus memiliki indikator

kinerja, merencanakan program/kegiatan, melaksanakan dan

mengevaluasi capaian kinerjanya sendiri yang kemudian

dituangkan dan disusun dalam suatu laporan perkembangan

pelaksanaan kegiatan.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 51

Dalam rangka penyusunan laporan perkembangan pelaksanaan

kegiatan pelaporan pembangunan hortikultura yang akurat dan

informatif tentunya diperlukan data/informasi yang memadai dan

disesuaikan dengan perkembangan pelaksanaan kegiatan yang telah

berakhir, kegiatan yang sedang berjalan, dan tentunya proyeksi

kegiatan yang akan datang, oleh karenanya diperlukan berbagai

komponen penyusun laporan yang komprehensif.

5.4.3. Pengelolaan Dokumen

Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan

Hortikultura terdiri dari 3 komponen utama yaitu : 1) penyusunan

dokumen perencanaan dan pelaksanaan, 2) penyusunan dokumen

kerjasama dan 3) Penyusunan Pengelolaan Kepegawaian.

Penyusunan Dokumen perencanaan dan pelaksanaannya

dimaksudkan untuk menyiapkan beberapa dokumen yang

diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

pengembangan hortikultura. Adapun dokumen yang akan

dipersiapkan meliputi : Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Rencana

Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian dan Lembaga

(Renja-KL), Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga (RKA-KL), Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

(DIPA), Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) serta penyusunan

Penetapan Indikator Kinerja.

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan dokumen perencanaan

tahunan yang memuat tentang program dan outcome, kegiatan dan

output yang merupakan tahapan awal perencanaan tahunanan yang

selanjutnya dijadikan sebagai salah acuan untuk penyusunan RKP

dan Renja-KL.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 52

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan dokumen

perencanaan tahunan yang memuat kerangka makro dan program-

program pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi

masyarakat untuk kurun waktu 1 (satu) tahun. Rencana Kerja

Tahunan (RKT) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya mengacu

dan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN).

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga merupakan

dokumen perencanaan yang merupakan pedoman tugas bagi

pelaksanaan tugas kementerian dan merupakan penjabaran dari

RKP dan rencana strategis (Renstra) kementerian yang

bersangkutan dalam satu tahun anggaran.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen lain yang

dipersamakan dengan DIPA adalah suatu dokumen pelaksanaan

anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan lembaga atau satuan

kerja serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau

Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan atas nama Menteri

Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan kegiatan.

Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen yang

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari DIPA dan RKA-KL

yang memuat kegiatan secara rinci dan dijadikan acuan dalam

pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam rangka menjabarkan dan mensinergikan beberapa usulan

kegiatan dari daerah (propinsi dan kabupaten/kota) maka

penelaahan proposal pengembangan hortikultura tahun 2011 perlu

dan mutlak untuk dilaksanakan.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 53

Penyusunan dokumen kerjasama dimaksudkan untuk memfasilitasi

berbagai bentuk kerjasama khususnya dengan negara lain yang

harus dituangkan dalam bentuk dokumen yang meliputi

pengembangan kerjasama bilateral, pengembangan kerjasama

multilateral, serta sosialisasi indikasi geografis produk

hortikultura. Penyusunan dokumen ini sangat penting dalam rangka

mengaktualisasikan berbagai bentuk kerjasama yang ada pada

lingkup Kementerian Pertanian khususnya Direktorat Jenderal

Hortikultura.

Penyusunan dokumen pengelolaan kepegawaian meliputi dokumen

analisis sumber daya manusia hortikultura dan dokumen

pengembangan kepegawaian. Dokumen ini sangat diperlukan

mengingat data dan potensi kepegawaian yang dimiliki Ditjen

Hortikultura akan sangat terkait dengan program pengembangan

hortikultura. Selain itu dokumen kepegawaian Ditjen Hortikultura

juga akan akan menjadi salah satu acuan dalam rangka peningkatan

kompetensi dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

dalam pengembangan hortikultura selanjutnya.

5.4.4. Pemberdayaan LM3

Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) adalah

lembaga yang tumbuh di tengah masyarakat dan telah berperan

dalam pembinaan dan pengembangan sosial ekonomi masyarakat.

Lembaga keagamaan tersebut sebagian besar berada di daerah

pedesaan yang mempunyai basis utama perekonomian dalam

bidang usaha pertanian. Dengan demikian lembaga tersebut dinilai

strategis dapat berperan dalam pembangunan pertanian.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 54

Program pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3

bertujuan untuk memberdayakan kelembagaan keagamaan seperti

Pondok Pesantren, Paroki, Seminari, Vihara, Pasraman, Subak,

dalam pengembangan usaha agribisnis di perdesaan. Program ini

diharapkan dapat meningkatkan aktivitas agribisnis perdesaan

sebagai upaya mengurangi kemiskinan dan pengangguran

masyarakat di perdesaan.

Pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3, adalah

upaya peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pengelola

usaha agribisnis LM3, opimalisasi potensi agribisnis yang tersedia

di LM3, penguatan kapasitas kelembagaan LM3, dan penguatan

modal usaha agribisnis LM3. Dengan pemberdayaan tersebut

diharapkan LM3 dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya

secara mandiri dan berkelanjutan serta dapat berperan secara

optimal sebagai agen pembangunan bagi masyarakat di sekitarnya.

Kegiatan pemberdayaan LM3 sub sektor hortikultura mencakup

berbagai aspek mulai dari produksi hingga ke pemasaran sesuai

prinsip agribisnis. Melalui kegiatan tersebut, LM3 dapat menjadi

lembaga yang lebih berkembang dan mandiri sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan

anggaran LM3 pada khususnya.

5.4.5. Pemberdayaan Konsorsium

Pengembangan hortikultura difokuskan pada pengembangan

kawasan untuk mensinergikan berbagai komponen pengembangan

kawasan diantaranya kegiatan penggerak pembangunan

hortikultura. Komponen di dalam kawasan hortikultura seperti

petani, kelompok tani, gapoktan, asosiasi termasuk para pelaku

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 55

usaha seperti pemasok, eksportir, pemodal (bandar), pengepul dan

lain-lain, baik yang sudah tergabung dalam kesatuan rantai pasok

ataupun yang belum tergabung perlu dilibatkan dalam

pengembangan hortikultura. Demikian pula keterlibatan para

peneliti dan akademisi yang kompeten di bidang komoditas untuk

mengembangkan kawasan sebagai bagian dari pengabdian

masyarakat. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang berbasis

jejaring kerja (networking) yang kuat dalam sebuah wadah yang

dinamakan “Konsorsium Hortikultura”. Komponen dalam

konsorsium yang terdiri dari Masyarakat, Pengusaha, Pakar dan

Pemerintah/Pelayan Publik yang bersinergi secara nyata mencapai

tujuan bersama untuk pengembangan hortikultura di kawasan

hortikultura. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan

konsolidasi kelompok tani atau kelompok-kelompok yang sudah

berkembang di masyarakat yang bergerak dalam usaha tani

komoditas hortikultura tertentu di bawah koordinasi penggerak

(champion) khususnya dalam rangka menggerakkan dan

mengembangkan roda agribisnis. Dengan demikian peran

penggerak menjadi strategis karena bertugas menjaga

keberlangsungan komitmen bisnis antara petani dan pengusaha

melalui koordinasi kelompok-kelompok tersebut. Pada prinsipnya

konsolidasi kelompok di dalam kawasan adalah mendorong

partisipasi para pemangku kepentingan seperti pemerintah,

peneliti, akademisi dan pelaku usaha.

Peningkatan daya saing produk hortikultura tidak terlepas dari

peningkatan kemampuan petani sebagai pelaku bisnis di tingkat

desa dengan meningkatkan nilai tambah. Untuk mencapai kondisi

tersebut, petani berhadapan dengan berbagai permasalahan, antara

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 56

lain kemiskinan materiil, kurangnya informasi terhadap akses

sumber permodalan, lemahnya kelembagaan petani dan

keterbatasan pendidikan dan kemampuan manajerial.

Atas dasar kondisi tersebut dan dalam rangka pemberdayaan

kelembagaan petani hortikultura, pada tahun 2011 Direktorat

Jenderal Hortikultura mengalokasikan dana untuk mendukung

Kegiatan Penggerak Membangun Desa (PMD) yang diharapkan

dapat mengurangi permasalahan yang dihadapi petani hortikultura.

Kegiatan tersebut melibatkan pelaku usaha sebagai manajer

(champion) dan kelompok binaan (kelompok/kelompok

tani/Gapoktan/Asosiasi/BUMP) yang perlu terus didorong, dibina

dan ditumbuhkembangkan. Fasilitasi dana APBN berfungsi sebagai

stimulan yang disalurkan dalam bentuk dana bantuan sosial

(Bansos).

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 57

BAB VI

MANAJEMEN PERENCANAAN STRATEGIS

6.1. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah

Tugas pemerintah pusat adalah menfasilitasi, menyusun pedoman,

standar, kriteria dan prosedur penyelenggaraan pembangunan

hortikultura secara nasional serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan

program pemerintah. Sedangkan tugas provinsi adalah melakukan

pembinaan, pengawasan dan penyusunan petunjuk pelaksanaan

(Juklak) serta mengkordinasikan pembangunan hortikultura antar

kabupaten/kota di wilayahnya. Selanjutnya kabupaten/kota tugasnya

adalah menyusun petunjuk teknis (Juknis) dan menyelenggarakan

pembangunan hortikultura di wilayahnya. Pokok-pokok kegiatan

penyelenggaraan pembangunan hortikultura sesuai dengan

kewenangan tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota adalah sebagai

berikut :

1) Pemerintah Pusat : menetapkan kebijakan, menyusun perencanaan

nasional, penyediaan data informasi, norma, kriteria, strategi,

pedoman, standar teknis, kajian serta pengembangan model,

introduksi dan demonstrasi pembangunan hortikultura, melakukan

koordinasi lintas sektor dan lintas sub sektor di tingkat pusat dan

koordinasi lintas wilayah provinsi serta melakukan monitoring dan

evaluasi pelaksanaan program.

2) Pemerintah Propinsi : menetapkan kebijakan pembangunan

hortikultura, menyusun perencanaan dan petunjuk pelaksanaan

serta melakukan koordinasi lintas sektor, lintas sub sektor dan

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 58

lintas wilayah tingkat propinsi serta monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program.

3) Pemerintah Kabupaten/Kota : menyusun perencanaan, petunjuk

teknis pelaksanaan, dan penyediaan fasilitas penunjang serta

melakukan koordinasi dan pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota

serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

6.2. Peran Serta Masyarakat

Pembangunan hortikultura pada dasarnya dilaksanakan oleh masyarakat

dan dunia usaha, sedangkan fungsi pemerintah lebih bersifat fasilitasi

dan pembinaan. Terwujudnya peran serta masyarakat, pekebun dan

dunia usaha pada pembangunan hortikultura yang sinergi di semua

tingkatan perlu di dorong secara maksimal. Untuk itu ditempuh upaya

yang terencana melalui konsultasi, koordinasi dan pengembangan

jejaring kerja yang baik.

6.3. Dukungan Instansi Terkait

Dukungan yang diharapkan dari institusi terkait lainnya dalam

pembangunan hortikultura secara garis besar adalah dalam hal

dukungan sarana dan prasarana serta regulasi baik dari institusi di

lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar Kementerian Pertanian,

sebagai berikut :

1) Dukungan Sarana dan Prasarana

2) Kebutuhan Regulasi

- Adanya jaminan kepastian hukum dan keamanan berusaha bagi

pelaku usaha sesuai karakteristik agribisnis hortikultura.

- Dukungan dan fasilitasi pendanaan dari pemerintah dengan

skema pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik agribisnis

hortikultura.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 59

3) Data Statistik

- Data statistik hortikultura

6.4. Mekanisme Perencanaan

Mekanisme perencanaan pembangunan hortikultura dibangun dengan

mengacu pada arah dan kebijakan nasional serta mensinergikan dengan

perencanaan dari daerah. Rujukan yang digunakan adalah Undang-

Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, Undang-Undang No. 7 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (2005-2025), Undang-Undang No. 4

Tahun 2010 tentang Hortikultura, Peraturan Pemerintah RI No. 40 tahun

2006 tentang tatacara penyusunan Rencana Pembangunan Nasional,

dan Peraturan Pemerintah RI No. 39 tahun 2006 tentang tatacara

pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional II 2005-2009 yang dikeluarkan Bappenas, dan

Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN tahun 2010-2014 dan

Peraturan Menteri Pertanian No. 15/Permentan/RC.110/1/2010 tentang

Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014.

Pemerintah Kabupaten/Kota dibawah koordinasi Bappeda melakukan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian termasuk

hortikultura sebagai bahan yang akan diusulkan ke tingkat propinsi.

Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian juga dilakukan di

tingkat propinsi sebagai media koordinasi dan evaluasi atas usulan

pemerintah Kabupaten/Kota. Bappeda provinsi berperan

mengkoordinasikan pembangunan pertanian termasuk hortikultura

terutama dalam memadukan kegiatan, pengembangan wilayah dan

sumber pembiayaan pembangunan.

Pemerintah Pusat melakukan pertemuan regional sinkronisasi dan

perencanaan pembangunan hortikultura guna mensosialisasikan

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 60

kebijakan nasional dan membangun komitmen dengan pemerintah

daerah propinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah Pusat memfasilitasi

rencana pembangunan hortikultura daerah yang sejalan dengan

kebijakan nasional berdasarkan pertimbangan kesesuaian rencana

daerah dengan : (a) Rencana Pembangunan Nasional, (b) Rencana tata

ruang wilayah, (c) kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah

untuk usaha hortikultura, (d) Perkembangan Iptek , (e) Sosial budaya, (f)

lingkungan hidup, (g) kepentingan masyarakat, (h) pasar, (i) aspirasi

daerah dengan tetap menjunjung tinggi kebutuhan bangsa dan negara,

(j) Rencana Strategis Ditjen Hortikultura.

6.5. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian

6.5.1. Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian terhadap implementasi Renstra dilakukan melalui

pengawasan internal yang merupakan tanggung jawab dari unit

kerja. Sistem pengawasan internal yang efektif dilakukan melalui

pengendalian operasional dan finansial, manajemen resiko,

sistem informasi manajemen dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan.

Pengawasan internal dilaksanakan untuk mengarahkan unit

kerja di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,

membantu menghasilkan laporan keuangan yang dapat

dipertanggungjawabkan, serta dapat memberikan rambu agar

unit kerja dalam mengimplementasikan Renstra mematuhi

undang-undang dan peraturan.

Melalui program dan kegiatan pengawasan yang efektif dan

efisien, baik dengan pemeriksaan maupun pembinaan teknis,

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 61

unit kerja pelaksana Renstra dapat menghasilkan laporan

penggunaan keuangan dengan WTP.

6.5.2. Pemantauan dan Evaluasi

Pemerintah pusat mempunyai kewenangan dalam menyusun

standar dan prosedur monitoring evaluasi, pengawasan, dan

pengendalian dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi fasilitasi

pembangunan. Monitoring dan evaluasi serta pelaporan wajib

dilakukan oleh pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari implementasi Renstra. Pemantauan dan

evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian dan

kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dalam Renstra

Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura 2010-2014 dengan

hasil yang dicapai berdasarkan kebijakan yang dilaksanakan

melalui kegiatan dan/atau program setiap tahunnya.

Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan

kemajuan yang telah dicapai dari setiap kegiatan pembangunan.

Evaluasi dilaksanakan sebagai upaya pengawasan, penilaian dan

perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan agar berjalan sesuai

dengan tujuan dan terselenggaranya secara efektif dan efisien.

Melalui pemantauan dan evaluasi dapat diketahui berbagai hal

yang berkaitan dengan tingkat pencapaian tujuan

(keberhasilan), ketidakberhasilan, hambatan, tantangan, dan

ancaman tertentu dalam mengelola dan menyelenggarakan

kegiatan dan/atau program.

Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang

sesuai dengan tahapan kegiatan, sehingga dilakukan pada saat

sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 62

going), dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post). Ketaatan,

kelengkapan pelaporan akan dijadikan pertimbangan

pengalokasian anggaran pada tahun berikutnya.

6.5.3. Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi

Dalam melaksanakan program pengembangan agribisnis

hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura secara berkala

harus menyampaikan laporan perkembangan, kinerja

keberhasilan, masalah dan hambatan ke Menteri Pertanian,

Presiden, DPR dan Publik. Oleh karena itu, penyiapan laporan

perkembangan kegiatan dan kinerja pelaksanaan program

pengembangan agribisnis hortikultura harus dilakukan secara

berkala dengan konsisten. Pelaporan hasil kegiatan program

dan anggaran kinerja ini, merupakan suatu bentuk penyampaian

informasi dari serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari

persiapan kegiatan sampai pada akhir pelaksanaan. Melalui

laporan itu juga akan dapat dilihat sejauhmana tingkat

keberhasilannya.

Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu pada

Peraturan Menteri Pertania No: 31/2010 tentang Pedoman

Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan

Pertanian. Hal ini dirumuskan dengan mengacu kepada

Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 tahun 2006 tentang Tatacara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Selanjutnya dalam pelimpahan pengelolaan anggaran dana

dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan ke gubernur, bupati

dan walikota, masalah ini juga ditegaskan lagi.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 63

Dinas yang membidangi hortikultura tingkat

propinsi/kabupaten/kota secara berkala melakukan

pemantauan implementasi kebijakan teknis dan administrasi

bidang hortikultura, sehingga diketahui secara cepat dari

berbagai hal yang terjadi di wilayahnya. Dinas yang membidangi

hortikultura tingkat propinsi/kabupaten/kota juga berkewajiban

untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi dan

memberikan saran-saran untuk perbaikan yang dipandang perlu

kepada Gubernur/Bupati/Walikota, stakeholder terkait dan

pihak-pihak lain yang terkait. Pemantauan dan evaluasi tingkat

kabupaten dan kota harus mampu menyajikan data, informasi

dan peta secara aktual, lengkap, dan rinci di setiap kecamatan

maupun informasi dan data hortikultura secara keseluruhan di

propinsi.

Rencana Strategis Sekditjen Hortikultura 2010-2014 64

BAB VII

PENUTUP

Permasalahan dalam pembangunan hortikultura adalah bersifat kompleks

sehingga membutuhkan penanganan yang melibatkan berbagai fungsi dan

kebijakan. Hanya saja berbagai fungsi dan kebijakan. Hanya saja berbagai fungsi

dan kebijakan tersebut tidak sepenuhnya berada di bawah wewenang

Direktorat Jenderal Hortikultura dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang

membidangi hortikultura.

Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Hortikultura, Visi, Misi, Tujuan dan

sasaran strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura diarahkan untuk

mendukung tercapainya sasaran program peningkatan produksi, produktivitas

dan mutu produk tanaman hortikultura berkelanjutan.

Sasaran program berupa outcome akan menjadi pedoman bagi pemerintah,

pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam menetapkan

sasaran pembangunan hortikultura di tingkat nasional dan regional yang

disesuaikan dengan potensi sumber daya serta karakteristik permasalahan yang

dihadapi di lapangan.

Disadari bahwa untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut tidaklah mudah,

namun berdasarkan keragaan dan kinerja pembangunan hortikultura periode

2005-2009 dan dengan tekad kerja keras, sasaran tersebut optimis dapat dicapai

apabila para pemangku kepentingan dapat bekerja sama mengatasi berbagai

masalah dan kendala yang menjadi faktor penghambat utama serta

memberikan dorongan yang diyakini akan menjadi faktor kunci pengungkit

keberhasilan.