PENGANGGARAN PUBLIK

24
3 PENGANGGARAN PUBLIK 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Adalah rencana keuangan negara yang disusun berdasarkan pada kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan negara dari penerimaan pendapatan negara yang berlalu untuk masa satu tahun. Dalam prosesnya APBN diusulkan oleh pemerintah yang kemudian mendapatkan persetujuan dari DPR. Atas persetujuan DPR tersebut maka APBN yang diusulkan oleh pemerintah baru dapat dilaksanakan dengan ditetapkan oleh UU. Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan tahap awal dari suatu siklus anggaran. Jangka waktu/masa siklus anggaran lebih panjang daripada jangka waktu/masa tahun anggaran. Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sedangkan siklus anggaran lebih dari satu tahun, yaitu jangka waktu berputarnya anggaran yang dimulai dari saat penyusunan RAPBN sampai dengan saat Perhitungan Anggaran Negara (PAN) disahkan menjadi Undang-Undang PAN. Secara garis besar, tahap-tahap siklus anggaran dapat digambarkan sebagai berikut:

description

Anggaran Publik

Transcript of PENGANGGARAN PUBLIK

3 PENGANGGARAN PUBLIK1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)Adalah rencana keuangan negara yang disusun berdasarkan pada kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan negara dari penerimaan pendapatan negara yang berlalu untuk masa satu tahun.Dalam prosesnya APBN diusulkan oleh pemerintah yang kemudian mendapatkan persetujuan dari DPR. Atas persetujuan DPR tersebut maka APBN yang diusulkan oleh pemerintah baru dapat dilaksanakan dengan ditetapkan oleh UU.Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan tahap awal dari suatu siklus anggaran. Jangka waktu/masa siklus anggaran lebih panjang daripada jangka waktu/masa tahun anggaran. Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai 1 Januarisampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sedangkan siklus anggaran lebih dari satu tahun, yaitu jangka waktu berputarnya anggaran yang dimulai dari saat penyusunan RAPBN sampai dengan saat Perhitungan Anggaran Negara (PAN) disahkan menjadi Undang-Undang PAN.Secara garis besar, tahap-tahap siklus anggaran dapat digambarkan sebagai berikut:1. penyusunan RAPBN oleh pemerintah;2. penyampaian RAPBN kepada DPR/pengesahannya;3. pelaksanaan APBN oleh pemerintah;4. pengawasan pelaksanaan APBN oleh BPK;5. pertanggungjawaban/Perhitungan Anggaran Negara (PAN);6. persetujuan RUU PAN menjadi UU PAN oleh DPR.Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN sesuai dengan Undang-Undang tentang Keuangan Negara adalah sebagai berikut:1. penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah;2. penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran;3. pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran;4. penyempurnaan klasifikasi anggaran;5. penyatuan anggaran dan6. penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.Berkaitan dengan fungsi penganggaran pemerintah, penganggaran mempunyai tiga tujuan utama yaitu:1. stabilitas fiskal makro,2. alokasi sumber daya sesuai prioritas, dan3. pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. Struktur APBN yang sekarang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia secara garis besar adalah :1. Anggaran pendapatana. Penerimaan pajak (termasuk pungutan bea masuk dan cukai)b. Penerimaan bukan pajakc. Hibah2. Anggaran belanjaa. Belanja pemerintah pusatb. Belanja daerah dalam rangka perimbangan keuangan3. Pembiayaana. Penerimaan pembiayaanb. Pengeluaran pembiayaanBelanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat. Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Dalam rangka penyusunan anggaran berbasis prestasi kerja (kinerja) sebagaimana telahdiuraikan di muka, penyusunan anggaran juga dikelompokkan menurut program-program yang telah ditetapkan pemerintah. Selanjutnya, program-program tersebut dirinci lagi ke dalam kegiatan-kegiatan yang dilengkapi dengan anggaran dan indikator keberhasilannya.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD serta ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Selain merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, APBD juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka penyusunan APBD agar memperhatikan prinsip dan kebijakan sebagai berikut:1. Prinsip Penyusunan APBDa. Partisipasi masyarakatHal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan APBD.b. Transparansi dan Akuntabilitas AnggaranPrinsip transparansi dan akuntabilitas anggaran mengandung arti bahwa APBD yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat, meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan.c. Disiplin Anggaran Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan adalah:1) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur yang secara rasional dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;2) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit angarannya dalam APBD atau Perubahan APBD;3) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah.d. Keadilan AnggaranPemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. Sebagai contoh, pajak/retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar. Masyarakat yang mempunyai kemampuan pendapatan rendah secaraproporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi harus diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat menerapkan diskriminasi tariff secara rasional guna menghilangkan rasa ketidak-adilan. Selain itu dalam mengalokasikan belanja daerah, pemerintah daerah harusmempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan.e. Efisiensi dan Efektivitas AnggaranPenyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi dan tepat guna. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.Oleh karenanya, untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas anggaranmaka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan: (a) penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil, dan manfaat serta indikator kinerja yang ingin dicapai; (b) penetapan prioritas kegiatandan penghitungan beban kerja serta penetapan haga satuan yang rasional.f. Taat AsasTata asas mengandung arti bahwa penyusunan APBD tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.2. Kebijakan Penyusunan APBDKebijakan penyusunan anggaran didasarkan pada struktur dari APBDyang terdiri:a. Pendapatan Daerah ;b. Belanja Daerah, dan:c. Pembiayaan Daerah.Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah.Belanja daerah mencakup semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan uang yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 27, belanja daerah diklasifikasikan berdasarkan:1) Organisasi;2) Fungsi;3) Program dan kegiatan, serta;4) Jenis belanja.Klasifikasi belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah, sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari: klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan, dan; klasifikasi berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara.PerMendagri 13/2006 menggunakan istilah Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.1) Belanja Langsung, meliputi:a. Belanja Pegawai;b. Belanja Barang dan Jasa, dan;c. Belanja Modal.2) Belanja Tidak Langsung, terdiri dari:a. Belanja Pegawai;b. Bunga;c. Subsidi;d. Hibah, Bantuan Sosial;e. Belanja Bagi Hasil;f. Bantuan Keuangan, dan;g. Belanja Tak Terdugac. Pembiayaan DaerahPembiayaan daerah dipersiapkan untuk menganggarkan setiap penerimaanyang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam Permendagri N0.26/2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2007 disebutkan baghwa Pembiayaan Daerah terdiri dari : PenerimaanPembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah, Penerimaan Pembiayaan Daerah, meliputi:1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Lalu;2) Pencairan/Transfer dari Dana Cadangan;3) Hasil Penjualan Aset Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;4) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi;5) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman;6) Penerimaan Piutang Daerah, dan;7) Peneriman Kemali Penyertaan Modal Investasi Daerah.Pengeluaran Pembiayaan Daerah, meliputi:1) Pembentukan Dana Cadangan;2) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah;3) Pembayaran Utang Pokok yang jatuh tempo;4) Pemberian Pinjaman Daerah, dan;5) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA).3. Teknis Penyusunan APBDSebagaimana telah diamanatkan dalam Permendagri No.13/2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunanAPBD tahun 2007-pun tetap berorientasi pada angaran berbasiskinerja. Suatu hal yang harus sangat diperhatikan adalah bahwa dalampenyusunan APBD Tahun 2007 yang dilandasi oleh PERMENDAGRINo. 26/2006 tidak lagi dikenal adanya Anggaran Belanja Publik danBelanja Aparatur yang telah dikenal selama ini.Melalui Permendagri No.13/2006, penyusunan APBD 2007 ditekankanpada penyusunan anggaran terpadu (unified budgeting) dimana dalampenyusunan rencana keuangan tahunan dilakukan secara terintegrasiuntuk seluruh jenis belanja.Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalammenyusun APBD tahun anggaran 2007 adalah sebagi berikut:a. Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon AnggaranSementara (PPAS), termasuk:1) Pembahasan dan Penetapan Kesepakatan Bersama mengenaiKUA antara Pemerintah Daerah dan DPRD;2) Pembahasan dan Penetapan Kesepakatan Bersama mengenaiPPAS antara Pemerintah Daerah dan DPRD;b. Penyusunan dan Penyampaian Surat Edaran Kepala Daerah tentangPedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh SKPD;c. Pembahasan RKA-SKPD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah(TAPD) dengan SKPD terkait;d. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang APBD,dan;31PERENCANAAN DAN ANGGARANe. Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentangPenjabaran APBD.Dalam kaitannya dengan Permendagri No.13/2006, ada beberapapenyesuaian yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan APBDTahun Anggaran 2007, yaitu:a. Kebijakan Umum APBD (KUA);b. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS);c. Penyesuaian Format KUA dan PPAS, serta Nota Kesepakatan KUAdan PPAS;d. Pengkodean Rekening dalam Masa Transisi, dan;e. Penyusunan RKA-SKPD.a. Kebijakan Umum APBD (KUA)Berdasarkan pada pedoman penyusunan APBD tahun anggaranberkenaan yang ditetapkan oleh Manteri Dalam Negeri setap tahun(dalam hal ini Permendagri No. 26/2006), kepala daerah dengandibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah menyusunrancangan KUA.Rancangan KUA yang telah disusun disampaikan oleh SekretarisDaerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepaladarah paling lambat awal bulan Juni.Pada pertengaan bulan Juni, kepala daerah menyerahkan rancanganKUA tersebut kepada DPRD untuk dibahas bersama-sama TimAnggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dalam pembicaraan pendahuluanAPBD. Apabila sudah disepakati, rancangan KUA tersebutditetapkan menjadi KUA.b. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)Berdasarkan KUA yang telah disepakati seperti tercantum pada butir(1) pemerintah daerah segera menyusun rancangan Prioritas danPlafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disusun dengan tahapansebagai berikut:1) Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusanpilihan;2) Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan, dan;3) Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masingprogram.Rancangan PPAS yang telah disusun selanjutnya disampaikan kepadaDPRD untuk dibahas bersama TAPD paling lambat pertengahan32MODUL 2bulan Juli, dan apabila tidak ada masalah rancangan PPAS tersebutditetapkan menjadi PPA pada akhir bulan Juli. Tahapan selanjutnyaadalah menuangkan KUA dan PPA yang telah disepakati tersebut kedalam Nota Kesepakatan KUA dan PPA yang ditandatangani bersamaantara kepala daerah dan pimpinan DPRD.c. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPDKarena fokus penulisan bahan ajar Diklat Perencanaan dan PengelolaanKeuangan ini ditujukan untuk Kasubag Keuangan dilingkunganSatuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), maka bahasan secara rincitentang penyusunan anggaran juga dititik-beratkan pada kegiatandilingkungan SKPD, khususnya untuk tingkat pemerintah kabupaten/kota.Berdasarkan Permendagari No.26/2006 tentang Pedoman PenyusunanAPBD, RKA-SKPD disusun melalui tahapan sebagai berikut:1) Penyusunan anggaran berdasarkan perkiraan maju (forwardesimate)Pasal 37 dari Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 menegaskanbahwa penyusunan RKA-SKPD melalui pendekatan pengeluaranjangka menengah dilakukan dengan menyusun perkiraanmaju yang berisi perkiraan kebutuhan angaran untuk programdan kegiatan yang direncanakan untuk tahun anggaran berikutnyadari tahun anggaran yang direncanakan, dan merupakanimplikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatantersebut pada tahun berikutnya.Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menganggarkan belanjauntuk mendanai kegiatan yang sama dan/atau kegiatanyang ada keterkaitan dalam pencapaian sasaran program, supayamencantumkan perkiraan kebutuhan anggaran pada tahunmendatang yang dituangkan dalam kolom (n + 1) pada RKA-SKPD2.1. dan RKA-SKPD 2.2.Suatu hal yang harus diingat adalah bahwa untuk kelengkapanpengisian formulir RKA-SKPD diperlukan juga kelengkapan formulir-formulir sebagai berikut:a) Formulir RKA-SKPD 1: Ringkasan jumlah pendapatan menurutkelompok dan jenis;b) Formulir RKA-SKPD 2.1: Jumlah Belanja tidak langsungmenurut kelompok dan jenis;c) Formulir RKA-SKPD2.2.1: Penggabungan dari seluruh kelompokdan jenis belanja langsung;33PERENCANAAN DAN ANGGARANd) Formulir RKA-SKPD 3.1: Penerimaan Pembiayaan, dane) Formulir RKA-SKPD 3.2: Pengeluaran Pembiayaan.Namun demikian, karena terlalu banyaknya halaman untukmencantumkan Formulir RKA-SKPD 1 s/d 3.2 berikut penjelasannya,maka untuk selengkapnya formulir-formulir tersebutdapat dilihat pada lanjutan dari Lampiran X.IV dari PermendagriNo.13/2006 mulai halaman 116 dan seterusnya.2) Penganggaran belanja tidak langsung pada SKPD dan SKPKDBelanja tidak langsung yang dianggarkan dalam SKPD hanyabelanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilanlainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yangditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.Belanja tidak langsung yang dianggarkan dalam SKPKD mencakup:a) Belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilanlainya yang diberikan kepada pegawai negeri sipilyang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;b) Belanja subsidi;c) Belanja bunga;d) Belanja hibah;e) Belanja bantua sosial, termasuk bantuan untuk partai politik;f) Belanja bagi hasil;g) Belanja bantuan keuangan, dan;h) Belanja tak terduga.3) Bagi urusan pemerintahan yang telah ditetapkan StandarPelayanan Minimal (SPM) oleh departemen teknis terkait,supaya dijadikan pedoman bagi daerah dalam menganggarkansetiap program dan kegiatan yang dituangkan dalam RKA-SKPD;4) Analisis Standar Belanja (ASB) dan Standar Satuan HargaDalam penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK), setiap usulanprogram dan kegiatan serta anggarannya perlu dinilai kewajarannya.Dalam kaitannya dengan hal tersebut, perlu terlebih dahuluditetapkan dulu Standar Analisis Belanja (ASB) sebagai pedomanyang digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja ataubiaya setiap program atau kegiatan yang dilaksanakan dalamsatu tahun anggaran.5) Pembahasan RKA-SKPD oleh TAPD34MODUL 2RKA-SKPD yang telah disusun oleh setiap SKPD selanjutnya disampaikankepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut dengan TimAnggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Pembahasan tersebut dilakukanuntuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan :a) Kebijakan Umum APBD (KUA);b) Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA);c) Perkiraan maju yang telah disetujui tahun sebelumnya, dan;d) Dokumen perencanaan lainnya.Selain itu penelaahan RKA-SKPD ditekankan pada capaian kinerja,kelompok sasaran kegiatan, analisis standar belanja, standarsatuan harga, standar pelayanan minimal, serta sinkronisasiprogram dan kegiatan antar SKPD.4. Penetapan APBDPenetapan APBD untuk pemerintah kabupaten/kota dilakukan melaluitahapan sebagai berikut:a. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang APBD;b. Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD;c. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan KepalaDaerah tentang Penjabaran APBD, dan;d. Penetapan Perda tentang APBD serta Peraturan Kepala Daerahtentang Penjabaran APBD.a. Penyiapan Raperda tentang APBDRKA-SKPD yang telah dibahas dan disetujui selanjutnya disampaikankepada PPKD untuk dijadikan bahan penyusunan RancanganPeraturan Daerah (Raperda) tentang APBD serta Rancangan PeraturanKepala Daerah tentang Penjabaran APBD.Raperda tentang APBD dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagaiberikut:1) Ringkasan APBD;2) Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan dan organisasi;3) Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,pendapatan, belanja, dan pembiayaan;4) Rekapitulasi belanja urusan pemerintahan daerah, organisasi,program dan kegiatan;5) Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduanurusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangkapengelolaan keuangan negara;35PERENCANAAN DAN ANGGARAN6) Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;7) Daftar piutang daerah;8) Daftar penyertaan modal investasi) daerah;9) Daftar perkiraan penambahan dan/atau pengurangan aset lainlain;10) Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yangbelum terselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahunanggaran ini;11) Daftar dana cadangan daerah, dan;12) Daftar pinjaman daerah.Format Raperda tentang APBD beserta kelengkapan lampirannyadapat dilihat pada Lampiran A.XV Permendagri No. 13/2006.b. Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBDRaperda tentang APBD yang telah disusun selanjutnya disampaikankepada DPRD untuk dibahas bersama dengan perkiraan waktu padabulan Oktober sebelum tahun anggaran baru dimulai.Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkanRancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBDdisertai dengan Nota Keuangan.Lampiran-lampiran yang perlu dicantumkan pada Rancangan PeraturanKepala Daerah tentang Penjabaran APBD pada dasarnyasama dengan lampiran yang harus disertakan pada saat penyampaianRaperda tentang APBD seperti tersebut pada butir 1 diatas.c. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan KepalaDaerah tentang Penjabaran APBDSebelum ditetapkan menjadi Perda, maka Raperda kabupaten/kotatentang APBD dan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentangpenjabaran APBD dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja harusdisampaikan kepada Gubernur terkait untuk dievaluasi.Apabila gubernur menetapkan bahwa hasil evaluasi sudah sesuaidengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi, makabupati/walikota dapat menetapkan kedua rancangan tersebut menjadiPerda tentang APBD dan Peraturan bupati/walikota tentangpenjabaran APBD.d. Penetapan Raperda tentang APBD dan Rancangan PeraturanKepala Daerah tentang Penjabaran APBDPenetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah ten36MODUL 2tang Penjabaran APBD seperti tercantum pada butir 3 tersebut diatas harus dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember sebelumtahun anggaran baru dimulai.Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka dapat ditunjukpejabat yang berwenang untuk menetapkan Perda tersebut untukkemudian disampaikan kepada gubernur yang bersangkutan untukdiketahui