Lagi Dibaikin Bab 123

61
KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN AKURASI PEMBACAAN APUSAN PAP SMEAR MENGGUNAKAN COTTON SWAB (LIDI KAPAS) DENGAN CERVEX BRUSH (kemitraan dr. Indrayanti Sp.PA) Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh : Rintang Rengganis 20070310068

description

katei skripsi

Transcript of Lagi Dibaikin Bab 123

Page 1: Lagi Dibaikin Bab 123

KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN AKURASI PEMBACAAN APUSAN PAP SMEAR MENGGUNAKAN COTTON SWAB (LIDI KAPAS) DENGAN CERVEX BRUSH

(kemitraan dr. Indrayanti Sp.PA)

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Rintang Rengganis

20070310068

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Page 2: Lagi Dibaikin Bab 123

2010

HALAMAN PENGESAHAN KTI

AKURASI DIAGNOSTIK MENGGUNAKAN COTTON PADA PAP SMEAR TEST

(kemitraan dr. Indrayanti Sp.PA)

Disusun Oleh:

RINTANG RENGGANIS20070310068

Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal berapa Februari 2011

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Dosen Pembimbing/penguji

dr. Indrayanti Sp.PA

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr.H.Erwin Santosa, Sp.A.,M.Kes

Page 3: Lagi Dibaikin Bab 123

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Rintang Rengganis

NIM : 20070310068

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, brapa Febuari 2011

Yang membuat pernyataan,

Rintang Rengganis

Page 4: Lagi Dibaikin Bab 123

MOTTO

Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia dikehendaki. Mereka

bergembira dengan kehidupan di dunia padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan

akhirat hanyalah kesenangan (yang sedikit).

(QS. Ar Ra’d:26)

Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung

akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?

(QS Al An’am:32)

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang

melalaikan,perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berangga-banggaan tentang banyaknya

harta....Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

(QS Al Hadid:20)

”dengan ilmu hidup menjadi lebih mudah,dengan cinta hidup menjadi indah,dengan agama hidup

menjadi terarah”

(anonim)

Page 5: Lagi Dibaikin Bab 123

kehidupan ini adalah anugerah yang sangat berharga

hidup adalah tanggungjawab yang setiap detiknya bermakna ibadah

karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan untuk

Orang tua tercinta Teguh Raharjo dan Sri Yuswanti

Lantunan doa, dan harapan yang selalu mengiringi penulis

Menjadi pupuk di tengah keringnya hati menghadapi kehidupan, menjadi oase di tengah

gersangnya padang pasir dan penyejuk di musim kemarau

Semoga bapak dan ibu bahagia di dunia dan akhirat

Hanya ini yang bisa penulis persembahkan,belum sebanding dengan pengorbanan bapak ibu

Page 6: Lagi Dibaikin Bab 123

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan kehendakNya penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul”Akurasi Diagnostik Cotton Swab pada

pemeriksaan Pap Smear”. salawat dan salam penulis haturkan kepada Nabiullah Muhammad

SAW yang telah membawa risalah ilahi sebagai pedoman bagi manusia dalam segala aspek

kehidupan. Semoga sebuah Karya Tulis Ilmiah ini dapat menyumangkan hal yang bermanfaat

dala ilmu pengetahuan.

Pada lembaran ini penulis ingin menguapkan rasa terima kasih untuk semua pihak yang telah

memberikan bimbingan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah kepada:

1. Dr. H.Erwin Santosa Sp. A. M. Kes,. Selaku dekan Fakultas Kedokteran dan ilmu

kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Indrayanti, Sp.PA, selaku dosen pemiming yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, arahan, ilmu, kesabaran, dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Jazakallahu khairan katsiran.

3. Dr. Agus suharto yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat bermanfaat

bagi penulis.

4. Orangtua, ayahanda Teguh Raharjo dan bunda Sri Yuswanti yang telah memberikan

bimbingan,motivasi,dan doanya bagi penulis atas ide serta penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini. Jazakallahu khairan katsiran.

Page 7: Lagi Dibaikin Bab 123

5. Teman-teman dalam kelompok penelitian ini Karina, Bidayati, Chandra Erryandari,Triaji

Mudo Rumpoko,Hafid Hutama yang telah memberikan dorongan,semangat,inspirasi,

dan kerjasama, serta kebersamaan sehingga KTI ini dapat diselesaikan.

6. Teman teman geng OT Wenita permanasari, Indah Kusumaningrum Subroto,Siti

hardiyanti Adam, Fauzun Nadiya,Ellen Thetaryan yang telah memberikan motivasi dan

kebersamaannya sehingga KTI ini dapat terselesaikan.

7. Teman-teman kos putri Melati 1 yang telah memberikan dorongan,semangat,

inspirasi,dan kerjasama kepada penulis.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini mungkin jauh darisempurna, sehingga penulis

mengharapkan kritik dansaran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 2 Mei 2011

Hormat saya,

Penulis

Page 8: Lagi Dibaikin Bab 123

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.................................................................

MOTTO............................................................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

DAFTAR TABEL...............................................................................................................

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................

INTISARI.....................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan Penelitian....................................................................................................

D. Keaslian Penelitian.....................................................................................

Page 9: Lagi Dibaikin Bab 123

E. Manfaat Penelitian................................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pap smear

1. Definisi pap smear................................................................

2. Apa

3. Apa

4. Apa

5. Apa

B. Akurasi diagnostik

C. Cotton swab

D. ??

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian.......................................................................................

B. Subyek Penelitian........................................................................................

C. Variabel dan Definisi Operasional...................................................................

D. Instrumen Penelitian.........................................................................................

E. Cara Pengumpulan Data...............................................................................

F. Uji Validitas dan Reliabilitas..............................................................................

G. Analisis Data....................................................................................................

H. Etika Penelitian.............................................................................................

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 10: Lagi Dibaikin Bab 123

A. Hasil Penelitian......................................................................................

B. Pembahasan..........................................................................................................

C. Keterbatasan Penelitian................................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

LAMPIRAN................................................................................................................

Page 11: Lagi Dibaikin Bab 123

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK INDONESIA

ABSTRAK ENGLISH

Page 12: Lagi Dibaikin Bab 123

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kanker serviks banyak diderita para wanita di negara-negara dunia,kebanyakan di

negara berkembang termasuk Indonesia. kerugian yang dirasakan oleh pasien dan

keluarganya berupa dampak psikososial,ekonomi dan kesakitan secara fisik yang

dirasakan pasien. Di Indonesia terjadi sekitar 90 sampai 100 kasus baru kanker leher

rahim per 100.000 penduduk per tahun (Depkes, 2001). Kanker serviks pada periode

2005 masih menduduki peringkat pertama yaitu sebanyak 298 dari 502 kasus (54,9%)

sementara kanker payudara sebanyak 4,38% atau 22 dari 502 kasus (Departemen

Patologi Anatomi FK USU,2008). Kanker leher rahim 99,7% disebabkan oleh human

papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim.

Berdasar klasifikasi International of Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) kanker

serviks didiagnosis setelah stadium lanjut,yaitu: 13,2% kasus stadium I,29,4% stadium II, 51,5%

stadium III dan 5,9% stadium IV (Sarjadi & Tri hartini,2001).

Upaya menurunkan kematian karena kanker serviks terus dilakukan terutama

difokuskan dengan melakukan skrining. Skrinning kanker serviks tidak hanya

menyelamatkan jiwa tetapi juga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah.

(Bambang dalam Hilmansyah,2007). Keefektifan program skrinning kanker serviks

tergantung pada progresifitas penyakit dan tergantung manusia yang melakukan

pemeriksaan. Hasil negative palsu atau positif palsu tergantung pada proses

Page 13: Lagi Dibaikin Bab 123

pengambilan sampelnya bagaimana dan interpretasi hasilnya. Factor pemeriksa dan

alat mempengaruhi ketepatan pengambilan sampel (Parkin,1985).

Kanker leher rahim menduduki peringkat prevalensi tertinggi di Indonesia karena

sebagian besar kasus sudah terlambat untuk mendapat pengobatan/dalam stadium

lanjut. Hal ini bisa dimaklumi, karena kanker leher rahim dalam stadium dini adalah

asimptomatis. Ada beberapa cara deteksi dini kanker leher rahim, namun yang telah

dikenal di masyarakat adalah pap smear. Pap smear adalah metode tes sederhana

untuk memeriksa kesehatan leher rahim. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan

yang cepat, tidak sakit dan cukup akurat untuk menemukan sel-sel yang tidak normal

di mulut rahim.

Adanya resiko terjadinya kesalahan pada pemeriksaan pap smear dalam hal pengambilan specimen sampai proses membuat preparat menyebabkan sel-sel dalam obyek glass tidak sesuai dengan keadaan serviks yang sebenarnya. Yang menjadi standar baku petanda adekuat atau tidaknya pap smear selama ini adalah adanya sel endoserviks yang mencerminkan skuamocolumnar junction,tempat yang paling mudah untuk berkembangnya sel-sel abnormal. Kualitas pap smear yang adekuat minimal terdapat 10 sel endoserviks atau sel metaplasia (The Bethesda System 2001).

Berbagai macam alat pap smear mempengaruhi ketepatan hasil pap smear. Pap smear yang tidak adekuat mempunyai kharakteristik terkontaminasi darah mungkin sisa-sisa menstruasi,persebaran sel tidak merata dan terlalu tebal,adanya sel-sel inflamasi (Buntinx,1993). Jika suatu hasil pap smear inadekuat harus dilakukan pemeriksaan pap smear ulang karena menurut Paterson jika dibiarkan akan berkembang menjadi kanker serviks sebab tidak ketahuan.

Alat alat pap smear memiliki desain bentuk dan bahan yang bermacam-macam, yang memiliki keunggulan dan kerugian masing-masing. Cotton swab telah digunakan sejak lama sebagai alternative di daerah yang minim fasilitas karena mudah didapat dan murah dibanding alat lainnya. Sering digunakan di puskesmas di daerah terpencil dan bidan yang berada di daerah terpencil. Penggunaan cervex brush biasa digunakan dalam pemeriksaan pap smear di daerah

Cotton swab masih digunakan dalam pengambilan sampel pada pemeriksaan pap

smear di Indonesia. adanya keperluan untuk meneliti kemampuan cotton swab dan

cervexbrush dalam pengambilan sel endoserviks serta sel skuamosa. Pada pap smear

Page 14: Lagi Dibaikin Bab 123

jumlah sel skuamosa dikatakan adekuat jika telah mencapai jumlah 8000 sel

(Bethesda system 2001). dan alat manakah yang pada pengambilan sampel pada pap

smear mendapatkan jumlah endocerviks≥10 sel.

Pap smear pada penelitian kali ini peneliti akan menguji alat pengambil sampel yang

telah ditentukan yaitu cotton swab dan cervex. Dengan melihat dapatan sel skuamosa

dan endocervix menggunakan lidi kapas dan cervex dokter bidan maupun tenaga

kesehatan dapat mengetahui seberapa besar tingkat kesalahan pembacaan hasil dari

tes pap smear dari tiap alat yang diujikan dalam penelitian ini.

Dalam Islam upaya untuk menjaga kesehatan sangat dianjurkan, seperti

diterangkan dalam hadis berikut :

“Kejarlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara : …………………

(diantaranya) sehatmu sebelum datang sakitmu”(Al Hadis).

“Yang pertama kali ditanyakan kepada seseorang tentang ni’mat di hari Kiamat

ialah : bagaimana sehatmu?”(Al Hadis).

B. RUMUSAN MASALAH

Page 15: Lagi Dibaikin Bab 123

Berdasarkan latar belakang di atas,dapat dirumuskan bahwa seberapa

akuratkah pembacaan apusan pap smear jika alat yang digunakan untuk mengambil

sampel lender cervix adalah cotton swab/lidi kapas dan cervix brush,sehingga alat

manakah yang seharusnya digunakan dan alat mana yang harus dieliminasi dalam

praktek medis sehari-hari?

C. KEASLIAN PENELITIAN (CARILAH JURNAL YG LEBIH BAIK)

Penelitian yang berhubungan dengan tingkat keakuratan menggunakan cotton

bud pada pemeriksaan papsmear sudah ada yang melakukan. Penelitian tersebut

antara lain

1. An Abstract research: Papanicolaou smears To swab or not to swab. Vol 53:

August 2007.Canadian Family Physician. Dengan hasil penggunaan cotton bud

(cotton swab) tampaknya tidak mempengaruhi kualitas Pap smear konvensional

dalam hal kecukupan sel endoserviks. Ini berarti bahwa praktek mengusap atau

tidak menyeka lendir dari leher rahim sebelum melakukan Pap smear dapat

digunakan pada kebijaksanaan klinisi.

2. The efficiency of the cytobrush and cotton swab in obtaining endocervical ceils in

smears taken after conization of the cervix G. B. Kristensen , L. K. Jensen , D.

Ejersbo, and B. Holund Department of Gynaecology and Obstetrics, and

Department of Pathology, University Hospital,Odense, Denmark dengan hasil

3. A randomized clinical trial comparing cytobrush - spatula with cotton swab -

spatula for Papanicolaou smears Swamy MK, Patil Kamal P, Das

SouravDepartment of Obstetrics and Gynecology, J. N. Medical College,

Page 16: Lagi Dibaikin Bab 123

Belgaum. Dengan hasil Pap jumlah signifikan lebih memuaskan dilihat di

cytobrush bila dibandingkan dengan kapas.

4. Optimal Collection Technique and Devices for a quality papsmear. Oleh Lucile

Marchand,MD, Marlon Mundt,MS,Gail Klein,CT, Sonia Chadha

Agarwal,MD.Wisconsin Medical Journal 2005 vol.104,no.6. dengan hasil

kombinasi cytobrush untuk usapan endoserviks dengan spatula , untuk usapan

ektoserviks adalah yang paling unggul.

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum dari penelitian ini adalah:

Mengetahui akurasi pembacaan pap smear menggunakan lidi kapas

sebagai suatu upaya alternatif ekonomis dalam skrining kanker serviks.

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui sejauh mana kemampuan cotton swab/lidi kapas dalam

pengambilan sampel pada pemeriksaan pap smear yang ditunjukkan

dengan nilai akurasi.

b. Mengetahui sejauh mana kemampuan cervex brush dalam pengambilan

sampel pada pemeriksaan pap smear yang ditunjukkan dengan nilai

akurasi.

c. Mengetahui adanya kemungkinan mengeliminasi salah satu alat yang diuji

d. Membandingkan jumlah sel endoserviks dan sel skuamosa yang didapat

dari alat cervexbrush dan cotton swab.

Page 17: Lagi Dibaikin Bab 123

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan masukan yang berguna bagi perkembangan ilmu kedokteran

khususnya skrining kanker serviks terutama dalam upaya menekan jumlah

maupun stadium penyakit kanker serviks di masyarakat.

2. Manfaat bagi pengguna (Konsumen)

Memberikan masukan yang berguna bagi petugas kesehatan dan

pemerintah setempat sebagai umpan balik dalam rangka pemilihan dan

pengambilan keputusan lain yang berkaitan dengan upaya cara pencegahan

penyakit kanker serviks. Menambah pengetahuan dan memberikan informasi

tentang pemilihan cara penapisan dini prakanker serviks yang efektif dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan wanita.

3. Manfaat Bagi peneliti

Penelitian ini berguna untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat

sarjana kedokteran dan menambah pengalaman serta wawasan peneliti tentang

skrining kanker cerviks.

Page 18: Lagi Dibaikin Bab 123

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Serviks

Serviks pada manusia adalah suatu segmen paling bawah uterus yang

sempit, berbentuk silindris dengan ukuran panjang 2-4 cm. kanalis servikalis

memanjang keatas menyatu dengan rongga uterus melalui suatu penyempitan

yang disebut os uteri eksternum. Bagian serviks yang berawal dari os uteri

eksternum dan menonjol ke dalam vagina disebut portio vaginalis sedangkan

bagian yang terletak diatas rongga vagina disebut portio supra vaginalis

(Moechherdiyantiningsih,2000; Dallenbach-Hellweg et al.,2006).

2. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim yang berasal

dari epitel serviks,biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur 18-30 tahun

(Riono,1999; Ahdani,2004).Seringkali ditemukan juga pada wanita yang berumur

40-50 tahun (Wiknjosastro,1994; Ahdani 2004). Merupakan tumor ganas yang

berasal dari sel epitel serviks. Penyakit ini berawal dari suatu proses yang erat

kaitannya dengan dysplasia. Proses tersebut dimulai dari perubahan epitel di zona

transformasi (skuamocolumnar junction), yaitu daerah antara epitel torak dari

kanalis endoserviks dengan epitel skuamosa dari bagian porsio dan serviks (Bosch

dan Munoz,2000).

Page 19: Lagi Dibaikin Bab 123

B. HISTOLOGI SERVIKS UTERI

Berdasarkan jenis epitelnya serviks dibagi menjadi dua bagian yaitu

endoserviks dan ektoserviks. Ektoserviks adalah bagian yang menghadap keluar dari

portio vaginalis dan bagian dalamnya disebut endoserviks. Ektoserviks dilapisi oleh

epitel skuamosa stratifikatum,sedangkan endoserviks dilapisi oleh epitel kolumner

selapis (diSaia et al,1997 dalam Syaputra,2007). Endoserviks adalah bagian yang

menghadap kanalis servikalis dan dilapisi epitel kolumner tinggi penghasil mucus.

Epitel mukosa tersebut memiliki permukaan yang ireguler dan tersusun dalam lipatan

bercabang yang disebut plica palmata. Mukosa endoserviks atau bagian terluar portio

vaginalis,seperti vagina,dilapisi oleh epitel skuamosa stratificatum tanpa keratinisasi.

Istilah sambungan skuamocolumner digunakan untuk menunjukkan daerah

sambungan antara dua jenis epitelium diatas yang medialnya sama dengan letak os

uteri eksternum. Di daerah tersebut dapat terjadi metaplasia fisiologis yaitu perubahan

epitel kolumner menjadi epitel skuamosa sehingga disebut zona transformasi (Eifel et

al.,2001; Dallenbach-Hellweg et al.,2006)

Tingginya lapisan epitel ektoserviks dipengaruhi oleh produksi hormon

endogen sehingga bervariasi sesuai usia dan stimulasi hormon. Selama usia

reproduktif epitel ektoserviks tinggi dan berdiferensiasi baik.Epitel tersebut terdiri

dari beberapa lapisan sel yaitu satu lapisan sel basal, satu atau beberapa lapisan sel

parabasal, daerah luas sel intermedia dan lapisan penutup yang tipis dibentuk oleh sel

superficial. Sel basal memiliki nucleus memanjang tegak lurus membrane

basalis ,sitoplasma basofilik, berbentuk bulat dan berukuran lebih kecil dibanding sel

lainnya.Sel parabasal berbentuk bulat atau lonjong, nucleus vesikuler dan sitoplasma

Page 20: Lagi Dibaikin Bab 123

basofilik. Sel intermedia berbentuk poligonal dengan nucleus vesikuler dan

sitoplasma basofilik yang kaya glikogen. Sel superficial berbentuk poligonal pipih,

berukuran lebih besar dibanding sel lainnya, serta memiliki nucleus piknotik (padat)

dan sitoplasma eosinofilik atau basofilik. Semakin menuju ke superficial, rasio

nucleus terhadap sitoplasma seakin kecil. Pada anak-anak dan wanita pasca

menopause epitel skuamosa rendah karena tidak ada stimulasi hormone. Pada kondisi

ini, hanya ada sedikit lapisan sel dengan diferensiasi buruk dan tidak ada glikogen di

sitoplasma sel (Dallenbach-Hellweg et al.,2006).

Letak skuamocolumnar junction antara masa prepubertas,pubertas dan masa

pasca pubertas berbeda. Selama pubertas, sambungan skuamocolumner terletak di

kanalis endoservikalis. Perubahan fisiologis berupa eversi epitel permukaan mukosa

endoserviks ke portio vaginalis pada saat pubertas dan kehamilan menyebabkan

skuamcolumner junction terletak diatas dan pada spek vaginal os uteri eksternum

yang menghasilkan penampakan serviks yang disebut ektopia. Epitel yang eversi

tersebut dapat digantikan oleh epithelium skuamosa dengan dua cara yaitu dengan

pertumbuhan berlebih epitel ektoserviks regeneratif (perbaikan asendens) atau dengan

metaplasia skuamosa dari sel reverse pada epitel endoserviks (perbaikan

descendense). Kedua proses dapat terjadi secara simultan atau terpisah. Perbaikan

ascendens terutama distimulasi oleh estrogen sedangkan perbaikan descensdens

terutama dipengaruhi stimulasi gestagenik yang melibatkan pemaparan epitel

kolumner endoserviks dengan pH mukosa vagina yang rendah (Dallenbach-Hellweg

et al.,2006; Underwood,2007)

Page 21: Lagi Dibaikin Bab 123

C. PAPSMEAR TEST

1. Definisi Pap Smear

Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas atau deskuamasi dari

sistem alat kandungan wanita, meliputi sel-sel yang lepas dari

vagina,serviks,endoserviks,dan endometrium. Tujuannya untuk mengetahui ada

atau tidaknya proses infeksi,kelainan prakanker,dan kanker di vagina dan serviks.

Mengingat saat ini penyakit kanker serviks masih menduduki peringkat pertama

sebagai penyakit kanker yang terbanyak dijumpai pada wanita, dengan melakukan

pemeriksaan apusan pap, berarti telah melakukan isaha pencegahan dan deteksi

dini kanker serviks. Dengan mengetahui adanya penyakit tersebut melalui

pemeriksaan apusan pap dapat dilakukan pengobatan dengan seksama, sehingga

kibat lebih lanjut berupa timbulnya kanker serviks di kemudian hari dapat

dihindari. Pemeriksaanini seyogyanya dilakukan oleh setiap wanita yang telah

menikah sampaidengan umur kurang lebih 65 tahun bila dalam dua kali

pemerisaan apusan pap terakhir negatif dan tidakpernah punya riwayat

hasilpemeriksaan abnormal sebelumnya.

Papsmear 95% dapat dipercaya dalammenegakkan diagnosis tetapi terdapat 5%

kemungkinan negatif palsu. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara berkala

minimal setahun sekali walaupun tidak mempunyai keluhan di saluran

genital.Waktu pengambilan bahan pemeriksaan adalah diluar waktu menstruasi (±

1 minggu post haid) karena pada saat haid terjadi perybahan pH sehingga bila

dilakukan pemeriksaan,dapat beresiko terjadi radang. Selain itu untuk penderita

pasca persalinan,pasca operasi rahim dan pasca radiasi pengambilan sediaan

Page 22: Lagi Dibaikin Bab 123

paling cepat 6 minggu kemudian untuk menghindari padatnya sel radang yang

dapat mengacaukan pemeriksaan sitologi.

2. Kenapa musti dilakukan papsmear?

3. Syarat-syarat pengambilan pap smear

4. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil pap smear

Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim, test ini

mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu

pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim kemudian dilakukan

pemeriksaan dengan mikroskop.Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan alat

diagnosis adanya kanker serviks. Gordis (2000) menyebutkan bahwa tidak ada tes

skrining yang lebih banyak digunakan selain pap smear, karena telah terbukti secara

efektif menurunkan mortalitas yang disebabkan kanker leher rahim. Pap smear

merupakan tes skrining yang sekarang ini direkomendasikan oleh The International

Federation of Obstetrics andGynecology (FIGO) untuk masyarakat umum dan juga

merupakan bagian dari diagnostic untuk mengevaluasi wanita dengan gejala genital

(Bosch and Munoz,2000). Tujuan papsmear itu sendiri adalah untuk mendeteksi dini

penyakit kanker yang mungkin terjadi pada wanita, sehingga kalau diketahui sejak

dini maka penyembuhannya akan lebih maksimal (BKKBN,2010). Menurut Aziz

(2003) pap smear hanya skrining bukan diagnosis, dan pap smear tersebut mampu

Page 23: Lagi Dibaikin Bab 123

mendeteksi adanya kelainan sel, sehingga kasus kematian akibat kanker leher rahim

dapat diturunkan sampai 90 persenMenurut Riono (1999) tes ini pertamakali

ditemukan oleh Dr.George Papanicolou, sehingga dinamakan pap smear atau juga

dikenal dengan tes pap (pap smear test).Tes ini sangat bermanfaat untuk mendeteksi

secara dini sel-sel yang abnormal hingga resiko seseorang untuk menderita kanker

leher rahim dapat diturunkan.menurut Bosch dan Munoz (2000). Tes sitologi

eksfoliasi (sel-sel yang lepas) ini mempunyai beberapa keterbatasan,

yaitu:1)kurangnya smear yang diambil untuk preparasi; 2) kurang teliti dalam

pembacaan dan pelaporan hasil pemeriksaan smear; 3) kurangnya kesadaran untuk

follow up pada wanita yang mengalami abnormalitas smear (dari pihak

penderita/pasien).

Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang lepas yang diambil dari

lapisan lendir/mukosa leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk

melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sel tersebut. Tes ini hanya

memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan berbaring, sebuah alat

namanya speculum akan dimasukkan ke dalam liang vagina. Spekulum berfungsi

untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya terbuka, sehingga leher rahim

terlihat jelas. Sel-sel rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim

dengan sebuah alat. Usapan tersebut dioleskan pada objek glass,kemudian dikirim ke

Laboratorium Patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti (Peckham,1999).

Pap smear ini bahkan bisa dilakukan di puskesmas dengan biaya terjangkau.

American Cancer Society (ACS) menganjurkan pemeriksaan papsmear dilakukan

Page 24: Lagi Dibaikin Bab 123

secara rutin pada wanita yang tidak menunjukkan gejala sejak umur 20 tahun atau

lebih, atau kurang bila wanita aktif secara seksual.

Kegunaan diagnostik sitologi apusan pap :

1. Evaluasi hormonal

2. Mendiagnosis peradangan.

3. Indentifikasi jasad renik penyebab peradangan pada umumnya penyebab

peradangan pada vagina dan leher rahim, sulit diidentifikasi dengan pulasan

Papinicolaou

4. Mendiagnosa prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini

atau lanjut (karsinoma insitu / invasive).

5. Memantau hasil terapi.

Klasifikasi menurut Papanicolaou adalah sebagai berikut :

Kelas Pap

Klasifikasi Papanicolaou

Keteranganinterpretasi

I Normal Sel dalam batas normal Negatif

II Perubahan reaktif, Atypia, Koilocytosis

Ditemukan beberapa sel-sel abnormal(atipik), tidak tersangka keganasan, umumnya karena peradangan

Negatif

III Displasia (ringan, sedang, berat)

Ditemukan sl-sel abnormal yang meragukan untuk keganasan (pra kanker),

Inkoclusif (sugestif akan tetapi tidak diagnostik untuk keganasan)

Page 25: Lagi Dibaikin Bab 123

bisa disebabkan krn peradangan berat yang dapat disembuhkan

IV Kanker in situ, suspicious

Ditemukan sel-sel abnormal yang mencurigakan untuk keganasan (kanker dini),beberapa sel atipik.

Positif

V Kanker invasif Ditemukan sel-sel ganas (kanker invasif),banyak sel atipik.

Positif

D. KERANGKA TEORI

Pemeriksaan Sitologi Serviks

anamnesis

Page 26: Lagi Dibaikin Bab 123

E.F.

G.H.

Keterangan : diteliti

Tidak diteliti

I. HIPOTESIS

Akurasi Diagnostik

Pap smear konvensional

ThinprepPapnet

Sitologi

Sensitivitas Spesifisitas Positive Predictive

Value (PPV) Negative

Predictive Value (NPV)

Non sitologi

Cotton swab (lidi waten

Cervex brushSpatula ayre cytobrush

Page 27: Lagi Dibaikin Bab 123

Cotton bud tidak dapat dipakai sebagai alternatif karena alasan ekonomis dan

kemudahan untuk pengambilan sampel pap smear .

J. ANALISIS DATA

Data yang memenuhi kriteria akan dianalisa menggunakan Chi Square Test. Data

tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel yang ada.

Untuk menganalisa data hasil penelitian digunakan tabel distribusi frekuensi

menggunakan SPSS 15 data yang diperoleh akan dilihat dari tabel frekuensi dan

signifikansinya.

Page 28: Lagi Dibaikin Bab 123

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Merupakan jenis penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada

manusia dengan desain cross sectional untuk mengetahui perbandingan validitas antar

variabel bebas dalam mendapatkan specimen.. Pada uji klinis peneliti memberikan

perlakuan atau intervensi pada subyek penelitian, kemudian efek perlakuan tersebut

diamati dan dianalisis.(Sasroasmoro, 1995). Metode penelitian uji klinis ini termasuk

dalam criteria penelitian analitik Numerik Independen, dimana penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui akurasi antara dua jenis perlakuan (cotton swab dan cervexbrush)

dalam mendapatkan specimen (sel) pada screening kanker serviks. (Dahlan, 2005).

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Mini Hospital Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sedangkan pengecatan dilakukan

di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan pembacaan preparat dilakukan di

Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Instrumen Penelitian

Page 29: Lagi Dibaikin Bab 123

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Cotton swab/lidi kapas disterilkan.

b. Cervex

Dengan merk cervix-brum dari pabrik FJORD

c. Spekulum cocor bebek steril

d. Asam asetat 3-5%

e. Obyek glass dengan pemroduksi sail brand

f. Dek glas

g. Mikroskop

h. Alkohol 95 %

i. Povidon iodine

j. Aquades

3. Teknik Pengambilan Sediaan

a. Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test yaitu :

1). Formulir konsultasi sitologi.

2). Cotton swab dan cervexbrush.

3). Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan label alat dan

nomer pasien.

4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.

5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer,

2000).

b. Cara pengumpulan data penelitian

36

Page 30: Lagi Dibaikin Bab 123

Data penelitian ini diperoleh dari penghitungan jumlah sel yang

didapat dengan masing-masing metode. Penghitungan dilakukan setelah

hasil pengambilan specimen dicat menggunakan alcohol 95% di obyek

glass. Setiap subyek penelitian diberi 6 perlakuan yaitu pengambilan

specimen dengan cytobrush, cervex, cotton bud, spatula ujung tumpul,

spatula ujung lancip, dan inspeksi menggunakan asam asetat.

c. Cara pengambilan sediaan :

1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi tanggal dan

nama serta nomor identitas wanita.

2). Gunakan sarung tangan.

3) metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan pap smear dapat yang digunakan

Tempatkan mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan.

Ambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar cotton swab satu lingkaran penuh

(360 derajat). Langsung dioleskan ke objek glass pasien kemudian direndam dalam

alcohol 95%

Begitu asisten mengoleskan cotton swab ke objek glas langsung melakukan

pengambilan specimen dengan menggunakan cervexbrush dengan memutar cervexbrush

satu lingkaran penuh (360 derajat). Langsung dioleskan ke objek glass pasien kemudian

direndam dalam alcohol 95%

. Masukkan

cytobrush sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 90-1800.

4) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan

Page 31: Lagi Dibaikin Bab 123

pada cotton swab, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas

preparat dan usap 1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian cytobrush dan

tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap

satu kali sampai ujung preparat.

5) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam

tabung berisi larutan fiksasi.(Helen Varney, 2007).

6) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam

amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan

pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan

mikroskopik yang cermat, merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan

diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).

C. VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini dibedakan atas variable predictor dan variable outcome

1. Variabel independent

Dalam penelitian ini variabel prediktornya adalah hasil pemeriksaan menggunakan

cotton swab

2. Variabel dependent

Dalam penelitian ini variabel outcomenya adalah hasil pemeriksaan menggunakan

cervexbrush

D. SUBYEK PENELITIAN

Page 32: Lagi Dibaikin Bab 123

Subyek penelitian adalah orang yang memiliki resiko kanker serviks di lingkungan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ( karyawan UMY).

1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah dan pernah

melakukan hubungan sexual di wilayah Yogyakarta

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang merupakan sumber

subyek yang akan diteliti (Sugiono,2002)

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah dan sudah

melakukan hubungan suami istri di lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya karyawan UMY.

3. Kriteria Pemilihan

Dalam pemilihan sampel terbagi menjadi dua criteria pemilihan yaitu criteria inklusi

dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

Merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat

diikutsertakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini criteria inklusinya adalah

wanita yang sudah menikah dan pernah melakukan hubungan suami istri. Dan

bersedia untuk dilakukan pemeriksaan pap smear.

b. Kriteria Eksklusi

Merupakan keadaan yang mengakibatkan subyek yang memenuhi criteria inklusi

tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini

adalah wanita yang leher rahimnya sudah diangkat (histerektomi) dan wanita

Page 33: Lagi Dibaikin Bab 123

tanpa leher rahim,sedang haid,dan sedang mengkonsumsi atau dalam pengaruh

obat-obatan yang sekiranya dapat mengganggu keadaan hormonal calon

pasien,serta yang paling penting belum aktif secara seksual.

4. Besar Sampel

Penetapan besar sampel pada penelitian ini dihitung dari penelitian-penelitian

sebelumnya.

Pada penelitian terdahulu, peneliti mengambil 2 jurnal terdahulu untuk menentukan

berapa jumlah sampel yang dipakai. Pada penelitian terdahulu didapatkan :

Jurnal untuk mendapatkan sampel perbandingan

Dengan judul Comparison Of Pap Smears From Cotton Swab-spatula And Cervex Brush ethodsyang dilakukan oleh Afsaneh Ghasemi1, Ali Davati2, Saloumeh Peyvandi3 Dari

jurnal tersebut didapatkan (P = 0.002). Sehingga jumlah sampel yang bisa

dihitung :

N= (Zα/2) 2 x p x (1-p) d2

dari rumus diatas didapatkan N = (1,96) 2 x 0,002 x 0,998 (0,05)2

= 30,67 dibulatkan menjadi 31

E. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Semua penelitian dengan subyek manusia baru dapat dilaksanakan apabila telah diperoleh

persetujuan setelah penjelasan (PSP) atau informed consent dari calon subyek penelitian

atau keluarganya. (Sastroasmoro,dkk. 2002). Pada penelitian ini kami melampirkan

formulir persetujuan atau pendaftaran penelitian.

Page 34: Lagi Dibaikin Bab 123

F. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

1. Kanker serviks

Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam

leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina) dan

sekitar 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuaomosa yang melapisi serviks dan

10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju

kedalam rahim. (DEPKES RI, 2007).

2. Pap smear

Pap smear (juga dikenal sebagai tes Pap) adalah suatu tindakan medis dengan mengambil

sampel sel dari serviks seorang wanita, kemudian dioleskan pada slide dan dilakukan

pemeriksaan sitopatologi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan morfologi

dari sel-sel epitel serviks yang ditemukan dalam keadaan prekanker dan kanker serviks

(DEPKES RI, 2007). Pengambilan sampelpada serviks sesuai dengan protokol.

3. Pemeriksa

4. Laboratorium patologi anatomi

5. Sel endoserviks

Sel endoserviks adalah sel epitel kolumner penghasil mucus yang terdapat pada zona

transformasi di kanalis serviks uteri. Criteria adekuat minimal 10 sel dalam satu apusan

pap smear. Kharakteristiknya mempunyai bentuk dan jumlah sitoplasma yang

bervariasi,tergantung perbedaan kondisi dan adanya degenerasi. Sel endoserviks yang

terfiksasi baik, sitoplasmanya bentuk torak dengan sedikit silia di ujungnya dengan inti

yang letaknya eksentrik. Jika sel-sel endoserviks dilihat dari atas seperti sarang tawon.

Page 35: Lagi Dibaikin Bab 123

Inti bulat atau melonjong dengan letak eksentrik. Bila sel berdegenerasi,sitoplasma

menghilang dan yang terlihat adalah inti-inti telanjang dengan kromatin yang utuh.

6. Sel skuamosa

Sel skuamosa adalah sel epitel yang melapisi ektoserviks uteri. Criteria cukup adalah

terdapat 10% dari apusan pap smear.

7. Cotton swab/lidi kapas

Digunakan secara luas karena murah. Di amerika penggunaan kombinasi antara spatula dan cotton swab masih sangat banyak digunakan oleh para klinisi sebagai alat pengambilan sampel sitologi pada cervix. Kerugian terbesar dari penggunaan relates to intertwining cotton fibers where exfoliated cells can be trapped to reduce cellular transfer from cotton tip to glass slide. The use of an unmoistened applicator tip, therefore, can result in absorbency entrapment of collected cellular material. There is no discomfort

to the patient with its use, and minimal cervical trauma

occurs due to the soft cotton surface. When a clinician

chooses to use a cotton swab, we recommend that the tip of

the applicator be moistened slightly and squeezed to remove

excess moisture. The tip of the device can then be placed

into the endocervical canal, rotated, and used to transfer the

endocervical sampling onto a glass slide. When combined

with the spatula, the entire cervical area extending from the

Page 36: Lagi Dibaikin Bab 123

upper endocervical canal to the lateral ectocervix are thus

sampled

8. Cervexbrush The Cervex Brush™ combines features of both the spatula and the

cytobrush and allows simultaneous sampling of both the endo- andectocervix. Plastic bristles extend parallel to the plastic handle andare attached to a base in a “V” shape. The bristles are softer and thickerthan those of the cytobrush, and taper toward the end of the base. Thelonger strands, when carefully positioned into the ectocervical os, canextend into the canal, while the shorter strands will spread over theportio and lateral ectocervix.The technique for use of the Cervex Brush™ is the most meticulousof the four devices. (See “Collecting a Pap Smear” illustration.)The cervix must first be wiped with a large cotton swab in order toremove any mucus from the endocervical canal. The brush is appliedto the cervix with the central bristles inserted into the canal and rotated.It is then smeared longitudinally across the glass slide in a singlemotion, rotated 180°, and again swept across the slide. If done correctly,the endocervical sample will be located in the center of the slide,and the ectocervix component will be toward the edges. Although thetechnique is deliberate, it can be quickly accomplished with minimalair drying by using “Tom-Sawyer-Painting-the-Fence” motions. The

Page 37: Lagi Dibaikin Bab 123

major advantage of the Cervex Brush™ is placement of an adequateamount of very well preserved cytologic material from both the ectoandendocervix on one slide. In our experience, the cellular yield approachesthe numbers removed by the Cytobrush™ (“bottle” brush),with far less trauma to both patient and cells, resulting in better preservedcellular monolayers having less blood. This instrument, however,is the most expensive of all the available sampling devices. It canalso be used in combination with a swab or “bottle” brush as extrainsurance to provide a component of endocervical cells.

9. Akurasi Diagnostik

Akurasi diagnostik dalam penelitian ini adalah daya/ kemampuan suatu

metode penapisan pada papsmear (dengan spatula ayre sudut lancip dan cervex brush)

dalam menentukan atau mendeteksi adanya lesi prekanker secara dini pada wanita

yang beresiko menderita kanker serviks, sehingga dapat dilakukan pengobatan segera

guna menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan sumber-sumber yang

tersedia, meliputi sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif.

(Bertiani,2009)

10. Akurasi pembacaan

Kegiatan jaga mutu pengambilan dan pengoles pindahan spesimen, pembuatan dan

pengiriman sediaan pap smear dilakukan terutama untuk mencegah diagnosis negatif

palsu dan positif palsu. Negatif palsu, disebabkan pengambilan apusan pap smear

yang kurang dalam, dan atau tidak mencapai lingkaran squamo columner junction,

Page 38: Lagi Dibaikin Bab 123

sehingga oles pindah apusan ke gelas obyek tidak mencakup seluruh spesimen yang

diambil, hapusan ke gelas objek terlalu tebal dan tidak merata, fiksasi terlambat

dilakukan, set rusak, dan/atau kesalahan pembuatan label, sehingga preparat tertukar

dan gesekan pengepakan pada pengiriman preparat. Sedangkan positif palsu terjadi

karena fiksasi sediaan pap smear kurang sempuma, sel-sel membengkak, tertukamya

preparat, dan pemakaian satu spatula untuk lebih dari satu responden. Negatif palsu

(lost case) lebih mudah terjadi dan sangat merugikan penderita dan mengancam

keberhasilan program pemasyarakatan pap smear (Lundberg, 1989, Wagini, dan

Endardjo, 1993). Berkaitan dengan hal ini, perlu ditegaskan bahwa scraping

pengambilan specimen pap smear dikatakan telah mencapai lingkaran squamo

columner junction secara optimal, apabila pada pengamatan mikroskopis sediaan di

Laboratorium Patologi diketemukan sel kelenjar endoserviks dan sel-sel metaptasi

yang cukup. Bahkan dilaporkan, adanya korelasi yang bermakna antara penemuan

banyaknya sel endoserviks dengan peluang didapatkannya sel- sel epitel dysplasia

dan ganas (Lundberg, 1989; Davey et als., 1992, Endardjo dan Wagini, 1996). Di

dalam Klasifikasi Diagnosis Sitologi Sistem Bethesda-pun, ditekankan bahwa yang

pertama kali harus ditegakkan oleh ahli patologi adalah sediaan tersebut harus tepat

(Sianturi, 1996); di dalam hal ini, ditekankan bahwa pengamatan kolposkopi hanya

mungkin dilakukan jika lesi berada di bawah squamo columner junction, dan

menganjurkan agar pengambilan pap smear sebaiknya menggunakan kombinasi

Spatula Ayre dan Cyrobrush atau Cervexbrush, sekaligus untuk melacak adanya lesi

glandular serviks. Dalam penelitiannya di USA, Gay et al., mendapatkan angka false

negative pap smear sebesar 18,6%, sensitivitas 84,3%, sedang Husain et al.,

Page 39: Lagi Dibaikin Bab 123

mendapatkan angka false negatif sebesar 14,9%, sensitivitas 87,0% (cit. Lundberg,

1989). Sedangkan Soebroto (1992) mendapatkan angka 34% dari tinjauan ulang 1000

sediaan pap smear kiriman BKKBN lewat bidan Puskesmas, ternyata secara

mikroskopis tidak ditemukan set endoserviks, hal ini berarti bahwa scraping kurang

dalam, sehingga tidak mencapai endoserviks. (Soebroro, Ahmad, Evi, 2000)

Persyaratan mutlak dalam pengambilan pap smear yang harus menjangkau squamo

columner junctions yang lokasinya relatif dalam, lewat saluran kecil "tersembunyi"

ini menjadi perhatian serius para ahli yang secara terus menerus berlomba-lomba

menciptakan modifikasi dan melakukan penelitian untuk menilai efektifitas alat

pengambil pap smear. Berbagai alat terus dicoba mulai dari lidi kapas, Ayre Spatula

tradisional, Aylesbury spatula, BSCC spatula, Lemer spatula (Husain, 1986), Sikat

borstel Mathilde Boon (Hoepoedio, 1980), Nylon brush (Dotters, et als., 1988),

Cervexbrush, endocervical brush, Bayne brush, Cotton tipped swab (Pretorius et al.,

1991). Di Indonesia saat ini dianjurkan pemakaian Ayre scraper/Spatula,

Cervexbrush dan Cytobrush (Soebroto et al, 2000)

Dari penjelasan diatas dapat ditari kesimpulan bahwa semakin banyak suatu metode

dalam mendapatkan sel endoserviks, maka semakin bagus metode tes tersebut.

G. JALANNYA PENELITIAN

1. Tahap persiapan

Menentukan judul karya tulis ilmiah untuk disetujui oleh pembimbing

Page 40: Lagi Dibaikin Bab 123

Menentukan judul proposal dan menyusunnya untuk disetujui dokter pembimbing

Menyusun surat ijin peminjaman laboratorium dan tempat untuk melakukan pap

smear

Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Dilakukan 3 perlakuan untk setiap subyek penelitian antara lain :

- Pengambilan specimen dengan menggunakan cotton swab

- Pengambilan specimen dengan menggunakan cervexbrush

Pengecatan masing-masing specimen yang didapat dengan alcohol 95%

Pengamatan masng-masing hasil pengecatan dengan menghitung jumlah sel

endocervix dan sel squamosa yang didapat pada setiap metode screening.

Pencatatan hasil pengamatan

3. Tahap Akhir

Setelah semua data terkumpul kemudian dilanjutkan analisis data dengan

membandingkan jumlah sel endocerviks dan sel skuamosa yang didapat dari alat

cotton swab dan cervexbrush.

H. ANALISIS DATA

Analisis data menggunakan SPSS 15 menggunakan Chi Square Test dan table Frequency.

Membandingkan kedua alat pengambil sampel yaitu cotton swab dan cervex brush dalam

hal dapatan jumlah sel endocerviks dan sel skuamousa.

I. ETIKA PENELITIAN

Page 41: Lagi Dibaikin Bab 123

Semua penelitian dengan subyek manusia baru dapat dilaksanakan apabila telah

diperoleh persetujuan setelah penjelasan (PSP) atau informed consent dari calon subyek

penelitian atau keluarganya. (Sastroasmoro,dkk. 2002). Pada penelitian ini kami

melampirkan formulir persetujuan atau pendaftaran penelitian.