Wawan Kti Bab 123 Perbaikan 7

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dengan kekayaan alam dan budaya yang beraneka ragam mempunyai warisan pusaka pengobatan tradisional yang digunakan turun temurun. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman yang berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan pada masyarakat, World health organization (WHO) merekomendasikan pengunaan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat, mencegah, dan pengobatan penyakit. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam meningkatkan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (khunaifi,2010). Obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina, dan mengobati penyakit sehingga obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya telah diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat (Balitro, 2006). Salah satu bahan alam yang telah lama dikenal dan dibudidayakan adalah tanaman kunyit. Rimpang kunyit

description

NBmnX

Transcript of Wawan Kti Bab 123 Perbaikan 7

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia dengan kekayaan alam dan budaya yang beraneka ragam mempunyai warisan pusaka pengobatan tradisional yang digunakan turun temurun. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman yang berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan pada masyarakat, World health organization (WHO) merekomendasikan pengunaan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat, mencegah, dan pengobatan penyakit. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam meningkatkan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (khunaifi,2010).Obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina, dan mengobati penyakit sehingga obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya telah diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat (Balitro, 2006).Salah satu bahan alam yang telah lama dikenal dan dibudidayakan adalah tanaman kunyit. Rimpang kunyit terutama digunakan untuk keperluan dapur (bumbu dan zat warna makanan), kosmetika maupun dalam pengobatan tradisional, salah satunya sebagai obat luka. Beberapa penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan, kunyit mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi (antiperadangan), aktivitas terhadap peptic ulcer, antitoksik, antihiperlipidemia, aktivitas antikanker, dan pengobatan luka akibat dari sayatan benda tajam (Sumiati dan Adnyana, 2007).Dari hasil penelitan yang dilakukan oleh Anggraeni R. Dewi (2008) Kajian aktivitas fraksi air rimpang kunyit (curcuma longa linn). Dalam proses persembuhanluka pada mencit (mus musculus albinus) di buat dalam sediaan salep dapat mempercepat proses reepitelisasi.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Almira, M. Rivina (2008) Kajian aktivitas fraksi hexan rimpang kunyit(curcuma longa linn.) Terhadap proses persembuhan Luka pada mencit (mus musculus albinus) yaitu pada rimpang kunyit mengandung senyawa alkaloid, kuinon, saponin yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan luka dengan konsentrasi 5%. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan Formulasi dan Evaluasi Kestabilan Fisik Sediaan Gel Serbuk Kering Rimpang Kunyit (Curcuma longa linn).

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah formulasi sediaan gel dari serbuk kering rimpang kunyit (Curcuma longa linn) stabil secara fisik?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kestabilan fisik formulasi sediaan gel dari serbuk kering rimpang kunyit (Curcuma longa linn) dalam berbagai kosentrasi basis gel.

1.4 Manfaat PenelitianHasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :1) Dapat menambah wawasan bagi peneliti mengenai formulasi sediaan gel dari serbuk kering rimpang kunyit (Curcuma longa linn).2) Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai khasiat serbuk kering rimpang kunyit (Curcuma longa linn) dalam pengobatan tradisional.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Tanaman kunyit Curcuma longa LinnTanaman kunyit (Curcuma longa Linn) adalah tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian1300-1600 m di atas permukaan laut (dpl). Pendapat lain mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata curcuma berasal dari bahasa Arab yaitu kurkum dan Yunani yaitu karkom. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina (Anonim, 2008).

Gambar 2. Rimpang kunyit (Curcuma longga linn)Kunyit merupakan tanaman herba dengan tinggi dapat mencapai 100 cm. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, dan berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal, lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau pucat. Bunga tumbuh dari ujung batang semu, panjang 10-15 cm, bunga berwarna kuning atau kuning pucat, mekar secara bersamaan. Rimpang induk berbentuk bulat telur, rimpang cabang letaknya lateral lurus atau sedikit melengkung, keseluruhan rimpang membentuk rumpun yang rapat, berwarna jingga, dan tunas muda berwarna putih. Akar serabut berwarna coklat muda (Syukur dan Hernani, 2002).

2.1.1 Klasivikasi Tanaman Curcuma Longa (Dalimartha, 2009)Tanaman curcuma longa diklasifikasikan sebagai berikut:Kingdom: PlantaeSuperdivisi: AngiospermaeDivisi: SpermatophytaKelas: MonocotyledonaeOrdo: ZingiberalesFamilia: ZingiberaceaeGenus: CurcumaSpecies: Curcuma longa Linn.

2.1.2 Habitat Kunyit dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian 240-2.000 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan curah hujan 2.000- 4.000 mm/tahun merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit dapat pula tumbuh di daerah dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm/tahun, tetapi diperlukan pengairan yang cukup dan tertata dengan baik (Syukur dan Hernani, 2002).2.1.3 Nama DaerahKunyir, koneng, kunir (Jawa), kunit, jahar, henda, cahang (Kalimantan), kukunye, kunyet, kuning (Sumatera), Alawahu, kuni, Hamu (Sulawesi), Kurlai, lulu malai, ulin, trun (Maluku), Rame, kandeifu, nikwai (Irian) (Dalimartha, 2009).2.1.4 Khasiat KunyitRimpang kunyit banyak digunakan untuk keperluan dapur (bumbu dan zatwarna makanan), kosmetika maupun dalam pengobatan tradisional. Selain itu, rimpang kunyit bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, antioksidan, meluruhkan haid, antiradang, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, antibakteri, rematik dan mempercepat penyembuhn luka (Dalimartha, 2009).2.1.5 Kandungan Kimia Kunyit2.1.5.1 AlkaloidAlkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dengan bahaya yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol jadi digunakan secara luas dalam pengobatan (Harbone, 1987). Alkaloid secara kimia merupakan golongan heterogen berkisar dari senyawa sederhana seperti koniina yaitu alkaloid utama Conium maculatum, sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina yaitu racun kulit Strychnos (Harbone, 1987). Alkaloid tertentu mempunyai kemampuan mengurangi rasa nyeri dan bersifat sebagai penenang (Kalsum et al., 2008).Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995).2.1.5.2 KuinonKuinon adalah senyawa berwarna (pigmen) yang terdapat pada tumbuhan. Kuinon termasuk dalam kelompok fenolat, berfungsi sebagai kofaktor. Senyawa fenolat pada tumbuhan umumnya dalam bentuk terikat dengan molekul lain, seringkali dengan residu glucosyl, sulphate atau asetil. Dalam keadaan bebas dan terdetoksifikasi secara parsial bersifat toksik. Kuinon memiliki efek menghilangkan rasa sakit (Daris, 2008).2.1.5.3 SaponinMenurut Harbone (1987) saponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin ada pada banyak tanaman. Saponin bersifat iritan pada mukosa tubuh (Sayekti, 2008; Jenkins et al., 1957). Fungsi saponin dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui secara pasti tapi fungsinya bagi tubuh telah diketahui dari berbagai hasil penelitian. Saponin berfungsi sebagai hipokolesterolemik, imunostimulator, dan anti karsinogenik. Mekanisme anti karsinogenik saponin meliputi efek anti oksidan dan sitotoksik langsung pada sel kanker. Saponin juga berfungsi sebagai anti bakteri (Sayekti, 2008).2.2 GelGel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989). Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik digunakan sebagai sediaan untuk perawatan kulit, shampo, sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, 1994).Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik. 1. Dasar gel hidrofobik Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989). 2. Dasar gel hidrofilik Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994). Keuntungan sediaan gel Beberapa keuntungan sediaan gel adalah kemampuan penyebarannya baik pada kulit, efek dingin yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit, tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis, kemudahan pencuciannya dengan air yang baik, dan Pelepasan obatnya baik (Voigt, 1994).Kerugian sediaan gelBeberapa kerugian sediaan gel adalah harus menggunakan zat aktif yang larut dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, gel mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, dan Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi (Lachman, 1994).2.3 Evaluasi Sediaan Gel (Balsam, 1972)Evalusi sediaan gel yaitu organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pengukuran pH, penentuan viskositas.2.3.1 Pengamatan OrganoleptisSediaan diamati terjadinya pemisahan fase (sinersis) atau tidak, bau serta perubahan warna.2.3.2 Pemeriksaan homogenitasSediaan diletakkan diantara dua kaca objek lalu diperhatikan adanya partikel partikel kasar atau ketidak homogenan dibawah cahaya. 2.3.3 Pengukuran pHpH diukur dengan menggunakan pH meter yang dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7. Pengukuran pH dilakukan pada suhu ruang.2.3.4 Penentuan Viskositas dan Sifat AlirKekentalan adalah besarnya tahanan yang dialami suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar kekentalan suatu cairan maka semakin besar tahanannya untuk mengalir. Kekentalan larutan dapat berubah dengan adanya kecepatan kocok. Pengukuran viskositas dilakukan dengan pengukuran viskometer brookfield. 2.4 Uji Stabilitas (Djajadisastra, 2002)Uji stabilitas sediaan gel terdiri dari metode cycling test, penyimpanan suhu rendah, suhu kamar dan suhu tinggi.2.4.1 Metode Cycling TestSampel gel disimpan pada suhu (42C) selama 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu 4030C selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan sebanyak 6 siklus atau selama 12 hari kemudian diamati adanya pemisahan fase. Pada setiap tahapan dilakukan pemeriksaan adanya sineresis.2.4.2 Suhu Rendah Sampel gel disimpan pada suhu rendah (42C) selama 4 minggu, kemudian dilakukan pengamatan organoleptis, pengukuran pH, setiap minggu serta dilakukan pemeriksaan adanya sinersis. 2.4.3 Suhu Kamar Sampel gel disimpan pada suhu rendah (3015C) selama 4 minggu, kemudian dilakukan pengamatan organoleptis, pengukuran pH setiap minggu. Pengukuran viskositas dan konsistensi dilakukan pada minggu ke-0 dan ke-4 serta dilakukan pemeriksaan adanya sinersis. 2.4.4 Suhu TinggiSampel gel disimpan pada suhu tertinggi (40C) selama 4 minggu, kemudian dilakukan pengamatan organoleptis, pengukuran pH setiap minggu serta dilakukan pemeriksaan adanya sinersis.

2.5 Preformulasi2.5.1 Carbopol (Rowe, 2009)Nama latin Carbomer, Sinonim acrylic acid polymer, carbomera, Carbopol, Pemerian Serbuk halus, putih, sedikit berbau karakteristik, higroskopis (Depkes, 1995). Kelarutan setelah netralisi dengan alkali hidroksida atau amina larut dalam air, dalam etanol dan gliserol (Depkes, 1995). Inkompatibilitas karbomer tidak kompatibel dengan polimer kationik, asam kuat, dan tingkat tinggi elektrolit (Rowe, 2009). Stabilitas karbomer stabil dalam penyimpanan dan merupakan bahan yang dapat dipanaskan pada suhu di bawah 104C sampai 2 jam tanpa mempengaruhi kekentalannya. Namun, paparan suhu yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan warna dan stabilitas berkurang. Penambahan antimikroba seperti benzalkonium klorida atau natrium benzoat, dalam konsentrasi tinggi (0,1% b/v) dapat menyebabkan kekeruhan dan pengurangan viskositas dispersi karbomer. Pada suhu kamar, dispersi karbomer mempertahankan viskositasnya selama disimpan dalam waktu lama. Paparan langsung cahaya dapat menurunkan dispersi viskositas. Penggunaan wadah kaca, wadah plastik, atau resin berlapis dianjurkan untuk penyimpanan formulasi yang mengandung karbomer (Rowe, 2009) Kelarutan larut dalam air, dalam etanol dan gliserol, penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, khasiatSebagai gelling agent / pembentuk gel, range konsentrasi 0,5 2 % (Rowe, 2009).2.5.2 Triethanolamine (Rowe, 2009)Nama lain Triaethanolaminum, Triethylolamine, Trolaminum, Sinonim Trietanolamina, Rumus molekul(C2H4OH)3 (Depkes 1979)

NHO OH

OHGambar 2 : Rumus strukturPemerian Cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik (Depkes 1979). Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P,Incompatibilitas trietanolamin adalah merupakan amina tersier melainkan yang mengandung gugus hidroksi, mampu menjalani reaksi khas amina tersier dan alcohol. Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral hingga membentuk garam Kristal dan ester, dengan asam lemak tinggi, trietanolamin membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. Perubahan warna dan curah hujan dapat terjadi di keberadaan garam-garam logam berat (Rowe, 2009). StabilitasTrietanolamin dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya, trietanolamin 85% cenderung homogen dibawah 15C, dapat dikembalikan dengan pemanasam dan pencampuran sebelum digunkan (Rowe, 2009). penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, Khasiat Alkalizing agen, Range konsentrasi: 2 - 4 %2.5.3 Propylenglikol (Depkes, 1995)Nama latin Propylenglycolum, Sinonim Propilen glikol, Rumus struktur C3H8O2, Rumus molekul CH3CH(OH)CH2OH, Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab, Kelarutan dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak, Inkompatibilities Propilenglikol tidak kompatibel dengan oksidator reagen seperti kalium permanganate (Rowe, 2009).

C3H8O2Gambar 2 : Rumus struktur Stabilitas Pada suhu dingin, propilenglikol stabil di tempat yang tertutup rapat. Tetapi pada suhu tinggi di tempat terbuka, maka propilenglikol akan cenderung untuk mengoksidasi, sehingga menimbulkan produk seperti propionaldehida, asam laktat, piruvat asam, dan asam asetat. Propyleneglycol secara kimiawi stabil saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air (Rowe, 2009). Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Khasiat zat pembawa atau pembasah atau humektan, Range konsentrasi: 5 20 %.

2.5.4Methyl paraben (Depkes, 1995)Nama latin Methylis Parabenum, Sinonim Metil Paraben, nipagin M, Rumus Molekul C8H8O3, rumus Struktur Metil-p-hidroksibenzoat.

C8H8O3Gambar 2 : Rumus strukturPemerian hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Inkompatibilitas Aktivitas mikroba metil paraben dan paraben lainnya jauh berkurang dengan adanya surfaktan non ionik, seperti polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization. Namun, propilen glikol (10%) telah ditunjukkan untuk mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben di hadapan nonionik surfaktan dan mencegah interaksi antara Methylparaben dan polisorbat 80. Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, bedak, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin. Itu juga bereaksi dengan berbagai gula dan gula alkohol terkait. Penyerapan Methylparaben oleh plastik juga telah dilaporkan; jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik dan kendaraan. Telah menyatakan bahwa kepadatan rendah dan kepadatan tinggi botol polyethylene tidak menyerap methylparaben. Methylparaben berubah warna dengan adanya besi dan tunduk terhadap hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. (Rowe, 2009). Stabilitas Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan pada larutan berair pada pH 8 atau di atas akan terhidrolisis dengan cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu kamar) (Rowe, 2009). Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, khasiat Zat tambahan ( Zat Pengawet), range konsentrasi 0,02 -0,3 %.2.5.5Aquadest (Rowe, 2009)Nama latin Aqua Destillata, nama lain air suling, rumus kimia H2OBerat Molekul 18,02, pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak Berasa, penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, khasiat sebagai pelarut.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Lokasi Dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika, Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014.3.2 Alat dan Bahan3.2.1 AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pengaduk, cawan porselin, digital stirer, gelas kimia 100 ml, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 10 ml, gelas ukur 500 ml, kaca arloji, lemari pendingin, neraca analitik, oven, pipet, viskometer, water bath.3.2.2 BahanBahan yang digunakan aluminium foil, aquadest, serbuk kering rimpang kunyit (Curcuma longa Linn), karbopol 940, kertas saring, kertas label, metil paraben, propilenglikol, trietanolamin (TEA). 3.3 Prosedur penelitian3.3.1 Preparasi sampel Sampel berupa serbuk rimpang kunyit (Curcuma longa Linn) yang diperoleh dari pabrik obat tradisional di makassar.3.3.2 Analisis KualitatifSerbuk dimasukan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas kedalam tabung reaksi. Setelah dingin dikocok secara vertikal selama 10 detik, jika terbentuk busa yang stabil menunjukan adanya saponin dalam serbuk kering rimpang kunyit (curcuma longa linn).3.3.3 Pembuatan Gel Pada pembuatan sediaan gel, gelling agent (carbopol 940) didespersikan dalam sejumlah air bersuhu 70c dan didiamkan selama 15 sampai menit, kemudian aduk menggunakan stirer pada kecepatan 300 rpm selama 10 menit (campuran 1). Serbuk rimpang kunyit dilarutkan dalam sejumlah air sesuai dalam formula sampai homogen ( campuran 2). Kemudian campuran 2 ditambahkan kedalam camuran 1 diaduk menggunakan stirer dengan kecepatan 300 rpm selama 10 menit, ditambahkan TEA, propilenglikol, metil paraben, sesuai dengan masing- masing formula dan diaduk sampai homogen.3.3.4 Uji Stabilitas Fisik Sediaan GelSebelum melakukan uji kestabilan pada gel dari serbuk kering rimpang kunyit (Curcuma longga Longa) diberi perlakuan penyimpanan dipercepat pada suhu 4oC dan 40oC secara bergantian dengan 6 siklus selama 24 jam. Adapun uji kestabilan gel serbuk kering rimpang kunyit adalah: 1. Pemeriksaan OrganoleptikOrganoleptik meliputi tekstur, warna dan bau pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah kondisi dipercepat.2. Pengukur pHpH diukur dengan menggunakan pH meter yang dikalibrasi dengan pH dapar standar pH 4 dan pH 7. Pengukuran pH dilakukan pada suhu hangat dan suhu dinggin.3. Pengukuran ViskositasPengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Viskometer Brookfield spindel No.4,5,6 kecepatan 50 rpm, pengukuran dilakukan pada suhu hangat dan suhu dinggin.

LampiranTabel Rancangan Formula Gel Serbuk Kering Rimpang KunyitBahanFormula

F1(%)F2(%)F3(%)

Serbuk kering rimpang kunyit2,52,52,5

Carbopol 9400,50,751

Trietanolamin222

Propilenglikol101010

Metil paraben0,20,20,2

AquadestAd 100 gAd 100 gAd 100 g

Skema Kerja Pembuatan Basis GelPembuatan basis Gel

Bahan-bahan basis gel: Aquadest,Carbopolahan gel :

DitimbangDitaburkan pada suhu 70C

Larutan air + CarbopolDidiamkan 15 menitDistirer 10 menit

Basis gel Carbopol

Pembuatan Gel

Bahan-bahan gel :Metil paraben, Propilenglikol, TrietanolaminBahan-bahan gel :Ekstrak daun binahong, gliserin dan propilenglikol

Ditimbang dan diukurDicampur hingga homogen

Serbuk kering rimpang kunyit

Dicampur hingga homogen

Larutan serbuk kering rimpang kunyit + basis gel

Distirer hingga homogen

Gel serbuk kering rimpang kunyit Dituang dalam wadah gel