Bab 123 Anastesi

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sectio Caesarea menurut adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi melalui insisi trans abdominal. Menurut (Mochtar, 1998) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. 1

description

t76

Transcript of Bab 123 Anastesi

Page 1: Bab 123 Anastesi

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Sectio Caesarea menurut adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi

melalui insisi trans abdominal Menurut (Mochtar 1998) Sectio Caesarea adalah suatu cara

melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut

atau vagina atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam

rahim

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus

1

BAB II

PEMBAHASAN

SECTIO CAESAREA

21 Definisi

Seksio sesaria atau persalinan sesaria didefinisikan sebagai melahirkan janin melalui

insisi dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) Definisi ini tidak

mencakup pengangkatan janin dari kavum abdomen dalam kasus ruptur uterikehamilan

abdominal Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kematian ibu dan bayi karena

kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat timbul bila persalinan tersebut

berlangsung pervaginam

22 Epidemiologi

Seksio sesarea atau persalinan sesaria adalah prosedur pembedahan untuk melahirkan

janin melalui sayatan perut dan dinding rahim Seksio sesaria makin meningkat sebagai

tindakan akhir dari berbagai kesulitan persalinan Indikasi yang banyak dikemukakan adalah

persalinan lama sampai persalinan macet ruptura uteri iminens gawat janin janin besar dan

perdarahan antepartum

23 Klasifikasi Seksio Sesarea

Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu

a Seksio sesarea transperitoneal profunda merupakan suatu pembedahan dengan

melakukan insisi pada segmen bawah uterus Hampir 99 dari seluruh kasus seksio

sesarea dalam praktek kedokteran dilakukan dengan menggunakan teknik ini karena

memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak

menimbulkan perlekatan Adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan dalam

2

mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadinya perluasan luka insisi dan dapat

menimbulkan perdarahan

b Seksio sesarea klasik (corporal) yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri

Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman

(misalnya karena perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat pembedahan

sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau karsinoma serviks

invasif) bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah)

Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian yaitu kesembuhan luka insisi relatif sulit

kemungkinan terjadinya ruptur uteri pada kehamilan berikutnya dan kemungkinan

terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar

c Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio

sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain pada uterus

miomatousus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi

dengan jahitan

d Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam

rongga uterus Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam praktek obstetri

e Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum

dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke

garis tengah

kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah

Keuntungan dan kerugian jenis- jenis sectio Caesarea Abdominalis

a Sectio Caesarea Klasik (Korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm

3

Kelebihan

1 Mengeluarkan janin lebih cepat

2 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

1 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperinonealisasi

yang baik

2 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

b Sectio Caesarea Ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang pada segmen bawah rahim (low

cervical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan

1 Penjahitan luka lebih mudah

2 Penutupan luka dengan reperitonealisasi

3 Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke

rongga peritoneum

4 Perdarahan kurang

5 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kuranglebih

kecil

Kekurangan

4

1 Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi

24 Indikasi Seksio Sesarea

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu

persalinan yaitu passage (jalan lahir) passenger (janin) power (kekuatan ibu) psikologi ibu

dan penolong Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan

persalinan tidak

berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan

ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba 1999)

Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi

1 Indikasi Medis

Terdiri dari 3 faktor power passanger passage

2 Indikasi Ibu

a Usia

b Tulang Panggul

c Persalinan sebelumnya dengan section caesarea

d Faktor hambatan jalan lahir

e Kelainan kontraksi rahim

f Ketuban pecah dini

g Rasa takut kesakitan

3 Indikasi Janin

a Ancaman gawat janin (fetal distress)

b Bayi besar (makrosemia)

c Letak sungsang

d Faktor plasenta plasenta previa solution plasenta plasenta accreta

5

e Kelainan tali pusat prolapsus tali pusat terlilit tali pusat

25 Kontraindikasi Seksio Sesarea

Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin sehingga

dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea Dalam hal ini adanya

gangguan mekanisme pembekuan darah ibu persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena

insisi yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin

26 Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janinnya

Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

pervaginam Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan

anastesi keadaan sepsis yang berat serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus

urinarius infeksi pada luka

Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 3850C Demam

pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan

adanya suatu komplikasi serius Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pasca pembedahan seksio seksarea

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari 1000 ml Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis

di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri Komplikasi pada bayi

dapat menyebabkan hipoksia depresi pernapasan sindrom gawat pernapasan dan trauma

persalinan

27 Perawatan Pasca Sectio caesarea

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi

6

1 Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya lalu ditutup

dengan kain penutup luka Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan

2 Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat

khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari Bila pasca

bedah kondisi gawat segera pindahkan ke ICU untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih lengkap Setelah pulih

barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat

3 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi maka pemberian cairan

perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

dehidrasi

4 Nyeri

Nyeri pasca operasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang

pernah menjalani operasi termasuk bedah Caesar Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh

perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di

hilangkan 100 ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih

atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan penenang

7

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 2: Bab 123 Anastesi

BAB II

PEMBAHASAN

SECTIO CAESAREA

21 Definisi

Seksio sesaria atau persalinan sesaria didefinisikan sebagai melahirkan janin melalui

insisi dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) Definisi ini tidak

mencakup pengangkatan janin dari kavum abdomen dalam kasus ruptur uterikehamilan

abdominal Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kematian ibu dan bayi karena

kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat timbul bila persalinan tersebut

berlangsung pervaginam

22 Epidemiologi

Seksio sesarea atau persalinan sesaria adalah prosedur pembedahan untuk melahirkan

janin melalui sayatan perut dan dinding rahim Seksio sesaria makin meningkat sebagai

tindakan akhir dari berbagai kesulitan persalinan Indikasi yang banyak dikemukakan adalah

persalinan lama sampai persalinan macet ruptura uteri iminens gawat janin janin besar dan

perdarahan antepartum

23 Klasifikasi Seksio Sesarea

Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu

a Seksio sesarea transperitoneal profunda merupakan suatu pembedahan dengan

melakukan insisi pada segmen bawah uterus Hampir 99 dari seluruh kasus seksio

sesarea dalam praktek kedokteran dilakukan dengan menggunakan teknik ini karena

memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak

menimbulkan perlekatan Adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan dalam

2

mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadinya perluasan luka insisi dan dapat

menimbulkan perdarahan

b Seksio sesarea klasik (corporal) yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri

Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman

(misalnya karena perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat pembedahan

sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau karsinoma serviks

invasif) bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah)

Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian yaitu kesembuhan luka insisi relatif sulit

kemungkinan terjadinya ruptur uteri pada kehamilan berikutnya dan kemungkinan

terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar

c Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio

sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain pada uterus

miomatousus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi

dengan jahitan

d Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam

rongga uterus Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam praktek obstetri

e Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum

dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke

garis tengah

kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah

Keuntungan dan kerugian jenis- jenis sectio Caesarea Abdominalis

a Sectio Caesarea Klasik (Korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm

3

Kelebihan

1 Mengeluarkan janin lebih cepat

2 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

1 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperinonealisasi

yang baik

2 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

b Sectio Caesarea Ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang pada segmen bawah rahim (low

cervical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan

1 Penjahitan luka lebih mudah

2 Penutupan luka dengan reperitonealisasi

3 Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke

rongga peritoneum

4 Perdarahan kurang

5 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kuranglebih

kecil

Kekurangan

4

1 Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi

24 Indikasi Seksio Sesarea

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu

persalinan yaitu passage (jalan lahir) passenger (janin) power (kekuatan ibu) psikologi ibu

dan penolong Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan

persalinan tidak

berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan

ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba 1999)

Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi

1 Indikasi Medis

Terdiri dari 3 faktor power passanger passage

2 Indikasi Ibu

a Usia

b Tulang Panggul

c Persalinan sebelumnya dengan section caesarea

d Faktor hambatan jalan lahir

e Kelainan kontraksi rahim

f Ketuban pecah dini

g Rasa takut kesakitan

3 Indikasi Janin

a Ancaman gawat janin (fetal distress)

b Bayi besar (makrosemia)

c Letak sungsang

d Faktor plasenta plasenta previa solution plasenta plasenta accreta

5

e Kelainan tali pusat prolapsus tali pusat terlilit tali pusat

25 Kontraindikasi Seksio Sesarea

Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin sehingga

dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea Dalam hal ini adanya

gangguan mekanisme pembekuan darah ibu persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena

insisi yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin

26 Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janinnya

Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

pervaginam Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan

anastesi keadaan sepsis yang berat serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus

urinarius infeksi pada luka

Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 3850C Demam

pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan

adanya suatu komplikasi serius Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pasca pembedahan seksio seksarea

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari 1000 ml Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis

di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri Komplikasi pada bayi

dapat menyebabkan hipoksia depresi pernapasan sindrom gawat pernapasan dan trauma

persalinan

27 Perawatan Pasca Sectio caesarea

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi

6

1 Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya lalu ditutup

dengan kain penutup luka Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan

2 Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat

khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari Bila pasca

bedah kondisi gawat segera pindahkan ke ICU untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih lengkap Setelah pulih

barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat

3 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi maka pemberian cairan

perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

dehidrasi

4 Nyeri

Nyeri pasca operasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang

pernah menjalani operasi termasuk bedah Caesar Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh

perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di

hilangkan 100 ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih

atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan penenang

7

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 3: Bab 123 Anastesi

mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadinya perluasan luka insisi dan dapat

menimbulkan perdarahan

b Seksio sesarea klasik (corporal) yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri

Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman

(misalnya karena perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat pembedahan

sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau karsinoma serviks

invasif) bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah)

Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian yaitu kesembuhan luka insisi relatif sulit

kemungkinan terjadinya ruptur uteri pada kehamilan berikutnya dan kemungkinan

terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar

c Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio

sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain pada uterus

miomatousus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi

dengan jahitan

d Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam

rongga uterus Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam praktek obstetri

e Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum

dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke

garis tengah

kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah

Keuntungan dan kerugian jenis- jenis sectio Caesarea Abdominalis

a Sectio Caesarea Klasik (Korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm

3

Kelebihan

1 Mengeluarkan janin lebih cepat

2 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

1 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperinonealisasi

yang baik

2 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

b Sectio Caesarea Ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang pada segmen bawah rahim (low

cervical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan

1 Penjahitan luka lebih mudah

2 Penutupan luka dengan reperitonealisasi

3 Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke

rongga peritoneum

4 Perdarahan kurang

5 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kuranglebih

kecil

Kekurangan

4

1 Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi

24 Indikasi Seksio Sesarea

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu

persalinan yaitu passage (jalan lahir) passenger (janin) power (kekuatan ibu) psikologi ibu

dan penolong Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan

persalinan tidak

berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan

ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba 1999)

Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi

1 Indikasi Medis

Terdiri dari 3 faktor power passanger passage

2 Indikasi Ibu

a Usia

b Tulang Panggul

c Persalinan sebelumnya dengan section caesarea

d Faktor hambatan jalan lahir

e Kelainan kontraksi rahim

f Ketuban pecah dini

g Rasa takut kesakitan

3 Indikasi Janin

a Ancaman gawat janin (fetal distress)

b Bayi besar (makrosemia)

c Letak sungsang

d Faktor plasenta plasenta previa solution plasenta plasenta accreta

5

e Kelainan tali pusat prolapsus tali pusat terlilit tali pusat

25 Kontraindikasi Seksio Sesarea

Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin sehingga

dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea Dalam hal ini adanya

gangguan mekanisme pembekuan darah ibu persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena

insisi yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin

26 Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janinnya

Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

pervaginam Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan

anastesi keadaan sepsis yang berat serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus

urinarius infeksi pada luka

Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 3850C Demam

pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan

adanya suatu komplikasi serius Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pasca pembedahan seksio seksarea

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari 1000 ml Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis

di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri Komplikasi pada bayi

dapat menyebabkan hipoksia depresi pernapasan sindrom gawat pernapasan dan trauma

persalinan

27 Perawatan Pasca Sectio caesarea

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi

6

1 Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya lalu ditutup

dengan kain penutup luka Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan

2 Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat

khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari Bila pasca

bedah kondisi gawat segera pindahkan ke ICU untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih lengkap Setelah pulih

barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat

3 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi maka pemberian cairan

perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

dehidrasi

4 Nyeri

Nyeri pasca operasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang

pernah menjalani operasi termasuk bedah Caesar Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh

perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di

hilangkan 100 ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih

atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan penenang

7

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 4: Bab 123 Anastesi

Kelebihan

1 Mengeluarkan janin lebih cepat

2 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

1 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperinonealisasi

yang baik

2 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

b Sectio Caesarea Ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang pada segmen bawah rahim (low

cervical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan

1 Penjahitan luka lebih mudah

2 Penutupan luka dengan reperitonealisasi

3 Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke

rongga peritoneum

4 Perdarahan kurang

5 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kuranglebih

kecil

Kekurangan

4

1 Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi

24 Indikasi Seksio Sesarea

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu

persalinan yaitu passage (jalan lahir) passenger (janin) power (kekuatan ibu) psikologi ibu

dan penolong Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan

persalinan tidak

berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan

ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba 1999)

Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi

1 Indikasi Medis

Terdiri dari 3 faktor power passanger passage

2 Indikasi Ibu

a Usia

b Tulang Panggul

c Persalinan sebelumnya dengan section caesarea

d Faktor hambatan jalan lahir

e Kelainan kontraksi rahim

f Ketuban pecah dini

g Rasa takut kesakitan

3 Indikasi Janin

a Ancaman gawat janin (fetal distress)

b Bayi besar (makrosemia)

c Letak sungsang

d Faktor plasenta plasenta previa solution plasenta plasenta accreta

5

e Kelainan tali pusat prolapsus tali pusat terlilit tali pusat

25 Kontraindikasi Seksio Sesarea

Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin sehingga

dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea Dalam hal ini adanya

gangguan mekanisme pembekuan darah ibu persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena

insisi yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin

26 Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janinnya

Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

pervaginam Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan

anastesi keadaan sepsis yang berat serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus

urinarius infeksi pada luka

Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 3850C Demam

pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan

adanya suatu komplikasi serius Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pasca pembedahan seksio seksarea

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari 1000 ml Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis

di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri Komplikasi pada bayi

dapat menyebabkan hipoksia depresi pernapasan sindrom gawat pernapasan dan trauma

persalinan

27 Perawatan Pasca Sectio caesarea

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi

6

1 Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya lalu ditutup

dengan kain penutup luka Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan

2 Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat

khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari Bila pasca

bedah kondisi gawat segera pindahkan ke ICU untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih lengkap Setelah pulih

barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat

3 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi maka pemberian cairan

perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

dehidrasi

4 Nyeri

Nyeri pasca operasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang

pernah menjalani operasi termasuk bedah Caesar Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh

perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di

hilangkan 100 ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih

atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan penenang

7

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 5: Bab 123 Anastesi

1 Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi

24 Indikasi Seksio Sesarea

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu

persalinan yaitu passage (jalan lahir) passenger (janin) power (kekuatan ibu) psikologi ibu

dan penolong Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan

persalinan tidak

berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan

ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba 1999)

Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi

1 Indikasi Medis

Terdiri dari 3 faktor power passanger passage

2 Indikasi Ibu

a Usia

b Tulang Panggul

c Persalinan sebelumnya dengan section caesarea

d Faktor hambatan jalan lahir

e Kelainan kontraksi rahim

f Ketuban pecah dini

g Rasa takut kesakitan

3 Indikasi Janin

a Ancaman gawat janin (fetal distress)

b Bayi besar (makrosemia)

c Letak sungsang

d Faktor plasenta plasenta previa solution plasenta plasenta accreta

5

e Kelainan tali pusat prolapsus tali pusat terlilit tali pusat

25 Kontraindikasi Seksio Sesarea

Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin sehingga

dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea Dalam hal ini adanya

gangguan mekanisme pembekuan darah ibu persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena

insisi yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin

26 Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janinnya

Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

pervaginam Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan

anastesi keadaan sepsis yang berat serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus

urinarius infeksi pada luka

Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 3850C Demam

pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan

adanya suatu komplikasi serius Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pasca pembedahan seksio seksarea

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari 1000 ml Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis

di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri Komplikasi pada bayi

dapat menyebabkan hipoksia depresi pernapasan sindrom gawat pernapasan dan trauma

persalinan

27 Perawatan Pasca Sectio caesarea

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi

6

1 Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya lalu ditutup

dengan kain penutup luka Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan

2 Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat

khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari Bila pasca

bedah kondisi gawat segera pindahkan ke ICU untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih lengkap Setelah pulih

barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat

3 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi maka pemberian cairan

perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

dehidrasi

4 Nyeri

Nyeri pasca operasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang

pernah menjalani operasi termasuk bedah Caesar Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh

perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di

hilangkan 100 ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih

atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan penenang

7

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 6: Bab 123 Anastesi

e Kelainan tali pusat prolapsus tali pusat terlilit tali pusat

25 Kontraindikasi Seksio Sesarea

Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin sehingga

dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea Dalam hal ini adanya

gangguan mekanisme pembekuan darah ibu persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena

insisi yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin

26 Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janinnya

Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

pervaginam Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan

anastesi keadaan sepsis yang berat serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus

urinarius infeksi pada luka

Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 3850C Demam

pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan

adanya suatu komplikasi serius Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pasca pembedahan seksio seksarea

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari 1000 ml Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis

di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri Komplikasi pada bayi

dapat menyebabkan hipoksia depresi pernapasan sindrom gawat pernapasan dan trauma

persalinan

27 Perawatan Pasca Sectio caesarea

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi

6

1 Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya lalu ditutup

dengan kain penutup luka Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan

2 Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat

khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari Bila pasca

bedah kondisi gawat segera pindahkan ke ICU untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih lengkap Setelah pulih

barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat

3 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi maka pemberian cairan

perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

dehidrasi

4 Nyeri

Nyeri pasca operasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang

pernah menjalani operasi termasuk bedah Caesar Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh

perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di

hilangkan 100 ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih

atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan penenang

7

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 7: Bab 123 Anastesi

1 Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya lalu ditutup

dengan kain penutup luka Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan

2 Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat

khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari Bila pasca

bedah kondisi gawat segera pindahkan ke ICU untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih lengkap Setelah pulih

barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat

3 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi maka pemberian cairan

perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

dehidrasi

4 Nyeri

Nyeri pasca operasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang

pernah menjalani operasi termasuk bedah Caesar Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh

perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di

hilangkan 100 ibu akan mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih

atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan penenang

7

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 8: Bab 123 Anastesi

seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-

15 mg atau secara perinfus

5Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli

Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar Latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar Pada

hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta untuk bernafas dalam-

dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)selanjutnya

secara berturut-turut hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari belajar

berjalan dan berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah

RA SAB (Regional Anastesi Subarachnoid Blok)

31 Definisi

Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan anestesi

dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra lumbalis

yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal 4

32 Indikasi

Untuk pembedahandaerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah

papila mamae kebawah ) Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama maksimal 2-3 jam

33 Kontra Indikasi

Kontra indikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu

kontra indikasi absolut dan relatif

8

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 9: Bab 123 Anastesi

Kontra indikasi absolut

Infeksi pada tempat suntikan Infeksi pada sekitar tempat suntikan bisa

menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural

Hipovolemia berat karena dehidrasi perdarahan muntah ataupun diare Karena

pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya hipovolemia

Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

Tekanan intrakranial meningkat dengan memasukkan obat kedalam rongga

subaraknoid maka bisa makin menambah tinggi tekanan intracranial dan bisa

menimbulkan komplikasi neurologis

Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim pada anestesi spinal bisa terjadi

komplikasi seperti blok total reaksi alergi dan lain-lain maka harus dipersiapkan

fasilitas dan obat emergensi lainnya

Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla spinalis

keterampilan dokter anestesi sangat penting

Pasien menolak

Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik jika terjadi infeksi sistemik perlu diperhatikan apakah

diperlukan pemberian antibiotic Perlu dipikirkan kemungkinan penyebaran

infeksi

Infeksi sekitar tempat suntikan bila ada infeksi di sekitar tempat suntikan bisa

dipilih lokasi yang lebih kranial atau lebih kaudal

Kelainan neurologis perlu dinilai kelainan neurologis sebelumnya agar tidak

membingungkan antara efek anestesi dan deficit neurologis yang sudah ada pada

pasien sebelumnya

Kelainan psikis

9

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 10: Bab 123 Anastesi

Bedah lama Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih 90-120 menit

bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi bisa bertahan hingga 150

menit

Penyakit jantung perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah jantung

akibat efek obat anestesi local

Hipovolemia ringan sesuai prinsip obat anestesi memantau terjadinya

hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan

Nyeri punggung kronik kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan Hal ini

berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang dapat

membuat pasien tidak nyaman

34 Persiapan Anestesi Spinal

Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih sederhana dibanding

melakukan anestesi umum namun selama operasi wajib diperhatikan karena terkadang jika

operator menghadapi penyulit dalam operasi dan operasi menjadi lama maka sewaktu-waktu

prosedur secara darurat dapat diubah menjadi anestesi umum

Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah

Informed consent Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

consent) meliputi tindakan anestesi kemungkinan yang akan terjadi selama operasi

tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat

penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi Perhatikan

juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau kifosisatau pasien terlalu

gemuk sehingga tonjolan processus spinosus tidak teraba

10

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 11: Bab 123 Anastesi

Pemeriksaan laboratorium anjuran Pemeriksaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah penilaian hematokrit Hb masa protrombin(PT) dan masa

tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan

darah

Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat dan obat-

obatan Peralatan dan obat yang digunakan adalah

1 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah Pulse oximetri EKG

2 Peralatan resusitasi anestesia umum

3 Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcingquincke

bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

dipersiapkan dua ukuran Dewasa 26G atau 27G

4 Betadine alkohol untuk antiseptic

5 Kapas kasa steril dan plester

6 Obat-obatan anestetik lokal

7 Spuit 3 ml dan 5 ml Infus set

35 Obat-Obatan Pada Anestesi Spinal

Obat-obatan pada anestesi spinal pada prinsipmnya merupakan obat anestesi local

Anestetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan pada jaringan

saraf dengan kadar cukup Paralisis pada sel saraf akibat anestesi local bersifat reversible

Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap jaringan

sarafBatas keamanan harus lebar dan onset dari obat harus sesingkat mungkin dan masa

kerja harus cukup lamaZat anestesi local ini juga harus larut dalam air

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid dan

golongan ester Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun hanya berbeda pada

11

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 12: Bab 123 Anastesi

struktur ikatan kimianya Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat

pembentukan atau penghantaran impuls saraf Tempat utama kerja obat anestesi local adalah

di membrane sel Kerjanya adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal Na+

sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri[8]

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1003-1008

Anastetik local dengan berat jenis sama dengan LCS disebut isobaric Anastetik local dengan

berat jenis lebihbesar dari LCS disebut hiperbarikAnastetik local dengan berat jenis lebih

kecil dari LCS disebut hipobarikAnastetik local yang sering digunakan adalah jenis

hiperbarik diperolehdengan mencampur anastetik local dengan dextroseUntuk jenis

hipobarik biasanyadigunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi [8]

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di Indonesia dan umum digunakan

Lidokaine5 dalam dextrose 75 berat jenis 1003 sifat hyperbaric dosis 20-

50mg(1-2ml)

Bupivakaine 05 dlm air berat jenis 1005 sifat isobaric dosis 5-20mg

Bupivakaine 05 dlm dextrose 825 berat jenis 1027 sifat hiperbarikdosis 5-

15mg(1-3ml)

Obat Anestesi local memiliki efek tertentu di setiap system tubuh manusiaBerikut adalah

beberapa pengaruh pada system tubuh yang nantinya harus diperhatikan saat melakukan

anesthesia spinal

1 Sistem Saraf Pada dasarnya sesuai dengan prinsip kerja dari obat anestesi local

menghambat terjadinya potensial aksi Maka pada system saraf akan terjadi paresis

sementara akibat obat sampai obat tersebut dimetabolisme

12

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 13: Bab 123 Anastesi

2 Sistem Respirasi Jika obat anestesi local berinteraksi dengan saraf yang bertanggung

jawab untuk pernafasan seperti nervus frenikus maka bisa menyebabkan gangguan

nafas karena kelumpuhan otot nafas

3 Sistem Kardiovaskular Obat anestesi local dapat menghambat impuls saraf Jika

impuls pada system saraf otonom terhambat pada dosis tertentu maka bisa terjadi

henti jantung Pada dosis kecil dapat menyebabkan bradikardia Jika dosis yang

masuk pembuluh darah cukup banyak dapat terjadi aritmia hipotensi hingga henti

jantung Maka sangat penting diperhatikan untuk melakukan aspirasi saat

menyuntikkan obat anestesi local agar tidak masuk ke pembuluh darah

4 Sistem Imun Karena anestesi local memiliki gugus amin maka memungkinkan

terjadi reaksi alergi Penting untuk mengetahui riwayat alergi pasien Pada reaksi local

dapat terjadi reaksi pelepasan histamine seperti gatal edema eritema Apabila tidak

sengaja masuk ke pembuluh darah dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

5 Sistem Muskular obat anestetik local bersifat miotoksik Apabila disuntikkan

langsung kedalam otot maka dapat menimbulkan kontraksi yang tidak teratur bisa

menyebabkan nekrosis otot

6 Sistem Hematologi obat anestetik dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

Jika terjadi perdarahan maka membutuhkan penekanan yang lebih lama saat

menggunakan obat anestesi local

Dalam penggunaan obat anestesi local dapat ditambahkan dengan zat lain atau adjuvant Zat

tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya pada anestesi spinal

Tambahan yang sering dipakai adalah

1 Vasokonstriktor Vasokonstriktor sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat

berfungsi sebagai penambah durasi Hal ini didasari oleh mekanisme kerja obat

anestesi local di ruang subaraknoid Obat anestesi local dimetabolisme lambat di

13

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 14: Bab 123 Anastesi

dalam rongga subaraknoid Dan proses pengeluarannya sangat bergantung kepada

pengeluaran oleh vena dan saluran limfe Penambahan obat vasokonstriktor bertujuan

memperlambat clearance obat dari rongga subaraknoid sehingga masa kerja obat

menjadi lebih lama

2 Obat Analgesik Opioid digunakan sebagai adjuvant untuk mempercepat onset

terjadinya fase anestetik pada anestesi spinal Analgesic opioid misalnya fentanyl

adalah obat yang sangat cepat larut dalam lemak Hal ini sejalan dengan struktur

pembentuk saraf adalah lemak Sehingga penyerapan obat anestesi local menjadi

semakin cepat Penelitian juga menyatakan bahwa penambahan analgesic opioid pada

anestesi spinal menambah efek anestesi post-operasi

3 Klonidin Pemberian klonidin sebagai adjuvant pada anestesi spinal dapat menambah

durasi pada anestesi Namun perlu diperhatikan karena klonidin adalah obat golongan

Alfa 2 Agonis maka harus diwaspadai terjadinya hipotensi akibat vasodilatasi dan

penurunan heart rate

Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk melakukan anestesi spinal terdapat

pada table dibawah ini

36 Teknik Anestesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah

posisi yang paling sering dikerjakan Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa

dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien

1 Pasang IV line Berikan Infus DextrosaNaClRinger laktat sebanyak 500 -

1500 ml (pre-loading)

2 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 LMenit

14

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 15: Bab 123 Anastesi

3 Setelah dipasang alat monitor pasien diposisikan dengan baik Dapat

menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral

4 Raba krista Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista

iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5

5 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk mengidentifikasi ligamen

interspinous

6 Cari ruang interspinous cocok Pada pasien obesitas anda mungkin harus

menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus

7 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol

8 Beri anastesi lokal pada tempat tusukanmisalnya dengan lidokain 1-2 2-

3ml

9 Cara tusukan adalah median atau paramedian Untuk jarum spinal besar 22G

23G atau 25G dapat langsung digunakan Sedangkan untuk jarum kecil 27G

atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer) yaitu jarum

suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc Jarum akan menembus kutis

subkutis ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum ligamentum

flavum epidural duramater subarachnoid Setelah mandrin jarum spinal

dicabut cairan serebrospinal akan menetes keluar Selanjutnya disuntikkan

obat analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut

10 Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median dan

paramedianPada teknik medial penusukan dilakukan tepat di garis tengah

dari sumbu tulang belakang Pada tusukan paramedial tusukan dilakukan

15cm lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke

kaudal

15

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 16: Bab 123 Anastesi

37 Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal

Saat melakukan anestesi spinal ada beberapa komplikasi yang harus

diperhatikanSesuai dengan kerja obat dan pengaruhnya pada siste tubuh seperti Beberapa

komplikasi tersebut diantaranya adalah

1 Komplikasi Kardiovaskular

Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40 Hipotensi terjadi

karena vasodilatasi akibat blok simpatis yang menyebabkan terjadi penurunan

tekanan arteriola sistemik dan vena makin tinggi blok makin berat hipotensi Cardiac

output akan berkurang akibat dari penurunan venous return Hipotensi yang signifikan

harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat

vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrinCardiac arrest pernah dilaporkan pada

pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinalHenti jantung bisa terjadi tiba-

tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

dalam keadaan yang stabil Pada kasus seperti inihipotensi atau hipoksia bukanlah

penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek

bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-Jarisch Pencegahan hipotensi

dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl Ringerlaktat) secara

cepat sebanyak 10-15mlkgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia

spinal Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati

dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit

sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki Bradikardia dapat terjadi karena

aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatisdapat diatasi dengan sulfas

atropine 18-14mg IV

16

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 17: Bab 123 Anastesi

2 Blok Tinggi atau Total

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis

yang diperlukan untuk satu suntikan Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah

hipotensi henti nafas penurunan kesadaran paralisis motor dan jika tidak diobati

bisa menyebabkan henti jantung Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi

arterial dan kapasitas pembuluh darah vena hipotensi adalah komplikasi yang paling

sering terjadi pada anestesi spinal Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi

darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang cenderung menimbulkan sequel

lain Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan

terjadi henti nafas pada anestesi spinal total Walau bagaimanapun terdapat

kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic

interkostal Aktivitas saraf phrenikus biasanya dipertahankanBerkurangnya aliran

darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran Jika hipotensi ini

tidak di atasi sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan

henti jantung Pengobatan yang cepat sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang

lebih serius termasuk pemberian cairan vasopressor dan pemberian oksigen

bertekanan positifSetelah tingkat anestesi spinal berkurang pasien akan kembali ke

kedaaan normal seperti sebelum operasi Namun tidak ada sequel yang permanen

yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat

3 Komplikasi Sistem Respirasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan anestesi

spinal adalah

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi bila fungsi

paru-paru normal

17

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 18: Bab 123 Anastesi

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

tinggi

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

hipotensi berat dan iskemia medulla

Kesulitan bicarabatuk kering yang persistensesak nafasmerupakan tanda-

tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

pernafasan buatan

4 Komplikasi Gastointestinal

Nausea dan muntah karena hipotensihipoksiatonus parasimpatis

berlebihanpemakaian obat narkotikreflek karena traksi pada traktus gastrointestinal

serta komplikasi delayedpusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala

dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbaldengan kekerapan yang

bervariasiPada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkatUntuk

menangani komplikasi ini dapat diberikan obat tambahan yaitu ondansetron atau

diberikan ranitidine

5 Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

kepalaNyeri kepala inibisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural

pada anestesi epiduralInsidenterjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti

ukuran jarum yang digunakanSemakin besar ukuran jarum semakin besar resiko

untuk terjadi nyeri kepalaSelain ituinsidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi

pada wanita muda dan pasien yang dehidrasiNyeri kepala post suntikan biasanya

18

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 19: Bab 123 Anastesi

muncul dalam 6 ndash48 jam selepas suntikan anestesi spinal Nyeri kepala yang

berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital dan sering

disertai dengan tanda diplopia mual dan muntah Tanda yang paling signifikan nyeri

kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah

posisi dari tiduransupinasi ke posisi duduk dan akan berkurang atau hilang total bila

pasien tiduran Terapi konservatif dalam waktu 24 ndash48 jam harus dicoba terlebih

dahulu seperti tirah baring rehidrasi (secara cairan oral atau intravena)analgesic dan

suport yang kencang pada abdomen Tekanan pada vena cava akan menyebabkan

terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural seterusnya menghentikan

kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extraduralJika

terapi konservatif tidak efektif terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam

epidural untuk menghentikan kebocoran

6 Komplikasi Sistem Respirasi

Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari

tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur

ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous Nyeri punggung akibat dari

trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang dalam

beberapa waktu yang singkat saja

7 Komplikasi Sistem Respirasi

Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendahKomplikasi

neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik Sindrom ini muncul dalam

waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam rigiditas nuchal dan

fotofobia Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan

19

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 20: Bab 123 Anastesi

biasanya akan menghilang dalambeberapa hariSindrom cauda equina muncul setelah

regresi dari blok neuraxial Sindrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa

regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulanIa ditandai dengan defisit

sensoris pada area perineal inkontinensia urin dan fekal dan derajat yang bervariasi

pada defisit motorik pada ekstremitas bawahKomplikasi neurologic yang paling

serius adalah arachnoiditis adesifReaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau

bulan setelah anestesi spinal dilakukanSindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan

kelemahan motorik pada tungkai yang progresifPada penyakit initerdapat reaksi

proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari vasculature korda spinalIskemia

dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang

lamaPenggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke

korda spinalKerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum

pada spinal maupun epidural kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal

intraneural sangat jarang tapi tetap mungkin terjadi

20

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 21: Bab 123 Anastesi

DAFTAR PUSTAKA

1 Cunningham FG Gant NF Leveno KJ Gilstrap LC Hauth JC Wenstrom KD Kehamilan

multijanin Dalam Hartono A Suyono YJ Pendit BU (alih bahasa) Obstetri Williams

Volume 1 edisi 21 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2006 h 852-897 33

2 Zach T Multiple births Dalam emedicine from WebMD 2006 Available at URL

httpwwwemedicinecommedtopic2599htm

3 Morales AJ et al Multifetal pregnancy reduction Dalam Ethics in Obstetric and

Gynecology 1999 Available at URL

httpwwwacogcomfrom_homepublicationsethicsethics041pdf

4 Suririnah Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu 2005

Available at URL httpwwinfoibucommodphp

5 Guttmacher AF Schuyler GK The Fetus of Multiple Gestations Obstet Gynecol 1958

528-41

6 Kalaichandran S Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Jay Lecturere Unversity

of Ottawa Obstetric and Gynaecology 1999 in httpwwwteinspregnancyobstetrichtml

7Kliegman RM Kehamilan multipel Dalam Wahab AS editor bahasa Indonesia Ilmu

kesehatan anak Nelson Volume 1 edisi 15 Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC 2000 h

559-561Thilo EH Rosenberg AA Multiple births Dalam Hay WW (ed) Current pediatric

diagnosis amp treatment 16thedition Europe McGraw Hill Education 2002 h 56-57

8 Liewellyn-Jones D Kelainan presentasi janin Dalam Hadyanto editor edisi bahasa Indonesia Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6 Hipokrates Jakarta 2002 160-162

9 Medscape Reference [Internet] Subarachnoid Spinal Block [Updated on Aug 5 2013]

Available at httpemedicinemedscapecomarticle2000841-overview Accessed on 2013

Oct 15

21

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 22: Bab 123 Anastesi

10 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 123

11 S Kristanto Anestesia Regional Anestesiologi- Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ndash Jakarta CV Infomedika 2004 125-8

12 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 146

13 Netter H Franks Interactive Digital Atlas Anatomy [Digital E-Book] Vertebral Column

Section Icon Learning System Rochester Section 154A

14 NYSORA ndash New York School of Regional Anesthesia [Internet] Subarachnoidal Block

[Last Update Oct 4 2013] Available at httpwwwnysoracomtechniquesneuraxial-and-

perineuraxial-techniqueslandmark-basedspinal-epidural-cse3423-spinal-anesthesiahtml

Accessed on 2013 Oct 15

15 University of Pittsburgh Online Reference [Internet] Subarachnoid spinal block

anesthesia[Last Update Jan 2013] Available at

httpwwwpittedu~regionalSpinalSpinalhtm Accessed on 2013 Oct 15

16 Gan Gunawan Sulistya et al Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Balai Penerbit FKUI

259-72

17 Khangure Nicole in TOTW Anesthesia- World Federation of Societies of

Anesthesiologist [Internet Journal] Neuraxial Anesthesia Adjuvant [Last Update on July 4

2011] Available at httptotwanaesthesiologistsorgwp-contentuploads201107230-

Neuraxial-adjuvantspdf

18 Christiansson Lennart in Periodicum Biologorum Update on Adjuvant in Regional

Anesthesi UDC 5761 CODEN PDBIAD 2009 VOL 111 No 2 161ndash70

22

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23

Page 23: Bab 123 Anastesi

19 G Edward Morgan Jr Maged S Mikhail Michael J Murray Clinical Anesthesiology

4th Edition [Digital E-Book] Section Spinal Epidural and Caudal Anesthesia Appleton and

Lange 2005 California McGraw-Hill Publishing

23