Kumpulan Askep Gawat Darurat

8
Temukan ASKEP Kedaruratan yang anda cari di blog ini Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT Beranda Profil Disaster/Bencana Jadwal Serba-Serbi Lain-lain Minggu, 15 April 2012 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA SPINAL DAN SERVIKAL A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb ( Sjamsuhidayat, 1997). Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang sering kali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L12 dan/atau dibawahnya maka akan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. (Doengoes, 1999; 338) Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis. (smeltzer, 2001 ; ) Trauma tulang belakang adalah cedera pada tulang belakang (biasanya mengenai servikal dan lumbal) yang ditandai dengan memar, robeknya bagaian pada tulang belakang akibat luka tusuk atau fraktur/ dislokasi di kolumna spinalis. (ENA, 2000 ; 426) Trauma spinal cord adalah cedera yang mengakibatkan fungsi konduksi saraf terganggu, reflex dan fungsi motorik berkurang, terjadi perubahan sensasi, dan syok neurogenik. (Campbell, 2004 ; 130) Gambar 1. Cedera pata tulang belakang menyebabkan kerusakan fungsi dan nyeri akut 2. PENYEBAB Adapun penyebab dari trauma servikal dan spinal antara lain : Seseorang yang terpeleset di lantai, Menyelam di air yang dangkal. Terlempar dari kuda atau motor Jatuh dari ketinggian dalam posisi berdiri Kecelakaan motor. Terjatuh.Anakanak yang memakai sabuk bahu yang tidak sesuai di sekitar leher.Leher tergantung.(Campbell, 2004 ; 131) Berikut ini adalah mekanisme cedera tumpul spinal menurut Campbell (2004 ; 131) : Hiperektensi Kepala dan leher bergerak ke belakang / hiperektensi secara berlebihan. Hiperfleksi Ke pala di atas dada bergerak ke depan / heperfleksi dengan berlebihan. Kompresi Bobot tubuh dari kepala hingga pelvis mengakibatkan penekanan pada leher atau batang tubuh. Rotasi Rotasi yang berlebih dari batang tubuh atau kepala dan leher sehingga terjadi pergerakan berlawanan arah dari kolumna spinalis. Penekanan ke samping yafetgeu.blogspot.com Waingapu, NTT, Indonesia Jangan awali hari dengan penyesalan hari kemarin, karena akan menggangu hebatnya hari ini, dan akan merusak indahnya hari esok. Lihat profil lengkapku Profil Blogger Share this on Facebook Tweet this View stats (NEW) Appointment gadget >> Share it 2012 (9) Agustus (8) April (1) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA SPINA... 2011 (3) Arsip Blog Songgoriti Foto foto Join this site with Google Friend Connect Members (1) Already a member? Sign in Pengikut 0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

description

Kumpulan Askep Gawat Darurat

Transcript of Kumpulan Askep Gawat Darurat

Page 1: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 1/8

Temukan ASKEP Kedaruratan yang anda cari di blog ini

Kumpulan ASKEP GAWATDARURAT

Beranda Profil Disaster/Bencana Jadwal Serba-Serbi Lain-lain

Minggu, 15 April 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANTRAUMA SPINAL DAN SERVIKAL

A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. DEFINISI

Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalisakibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah ragadsb ( Sjamsuhidayat, 1997).

Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang sering kalidisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L12dan/atau dibawahnya maka akan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dansensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. (Doengoes, 1999; 338)

Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkanoleh benturan pada daerah medulla spinalis. (smeltzer, 2001 ; )

Trauma tulang belakang adalah cedera pada tulang belakang (biasanya mengenaiservikal dan lumbal) yang ditandai dengan memar, robeknya bagaian pada tulangbelakang akibat luka tusuk atau fraktur/ dislokasi di kolumna spinalis. (ENA, 2000 ;426)

Trauma spinal cord adalah cedera yang mengakibatkan fungsi konduksi sarafterganggu, reflex dan fungsi motorik berkurang, terjadi perubahan sensasi, dan syokneurogenik. (Campbell, 2004 ; 130)

Gambar 1. Cedera pata tulang belakang menyebabkan kerusakan fungsi dan nyeri akut2. PENYEBAB

Adapun penyebab dari trauma servikal dan spinal antara lain : Seseorang yang terpeleset di lantai, Menyelam di air yang dangkal. Terlempar dari kuda atau motor Jatuh dari ketinggian dalam posisi berdiri Kecelakaan motor. Terjatuh.Anakanak yang memakai sabuk bahu yang tidak sesuai di sekitar

leher.Leher tergantung.(Campbell, 2004 ; 131)

Berikut ini adalah mekanisme cedera tumpul spinal menurut Campbell (2004 ; 131) : Hiperektensi

Kepala dan leher bergerak ke belakang / hiperektensi secara berlebihan. Hiperfleksi

Kepala di atas dada bergerak ke depan / heperfleksi dengan berlebihan.

KompresiBobot tubuh dari kepala hingga pelvis mengakibatkan penekanan pada leher ataubatang tubuh.

RotasiRotasi yang berlebih dari batang tubuh atau kepala dan leher sehingga terjadipergerakan berlawanan arah dari kolumna spinalis.

Penekanan ke samping

yafetgeu.blogspot.comWaingapu, NTT, Indonesia

Jangan awali hari denganpenyesalan hari kemarin,karena akan mengganguhebatnya hari ini, dan akan

merusak indahnya hari esok.

Lihat profil lengkapku

Profil Blogger

Share this on Facebook

Tweet this

View stats

(NEW) Appointment gadget >>

Share it

2012 (9)

Agustus (8)

April (1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADAPASIEN DENGAN TRAUMA SPINA...

2011 (3)

Arsip Blog

Songgoriti

Foto foto

Join this sitewith Google Friend Connect

Members (1)

Already a member? Sign in

Pengikut

0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

Page 2: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 2/8

Pergerakan ke samping yang berlebih menyebabkan pergeseran dari kolumnaspinalis.

DistraksiPeregangan yang berlebihan dan kolumna spinalis dan spinal cord.

3. TANDA DAN GEJALAMenurut menurut ENA (2000 : 426), tanda dan gejala adalah sebagai berikut:

Pernapasan dangkal penggunaan otototot pernapasan pergerakan dinding dada Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg) Bradikardi Kulit teraba hangat dan kering Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhu tubuh, yang mana suhu tubuh

bergantung pada suhu lingkungan) kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak Kehilangan sensasi terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau quadriparesis/quadriplegia adanya spasme otot, kekakuan

Menurut menurut Campbell (2004 ; 133) Kelemahan otot Adanya deformitas tulang belakang adanya nyeri ketika tulang belakang bergerak terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat cedera Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses, terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism)

4. PATOFISIOLOGIAkibat kecelakaan, terpeleset, terjatuh dari motor, jatuh dari ketinggian dalam

posisi berdiri menyebabkan cedera pada kolumna vertebra dan medulla spinalis yangdapat menyebabkan gangguan pada beberapa system, diantaranya :

1) Kerusakan jalur simpatetik desending yang mengakibatkan terputusnya jaringansaraf medulla spinalis, karena jaringan saraf ini terputus maka akan menimbulkanparalisis dan paraplegi pada ekstremitas.

2) Dari cedera tersebut akan menimbulkan perdarahan makroskopis yang akanmenimbulkan reaksi peradangan, dari reaksi peradangan tersebut akanmelepaskan mediator kimiawi yang menyebabkan timbulnya nyeri hebat danakut, nyeri yang timbul berkepanjangan mengakibatkan syok spinal yang apabilaberkepanjangan dapat menurunkan tingkat kesadaran. Reaksi peradangantersebut juga menimbulkan juga menyebabkan edema yang dapat menekanjaringan sekitar sehingga aliran darah dan oksigen ke jaringan tersebut menjaditerhambat dan mengalami hipoksia jaringan. Reaksi anastetik yang ditimbulkandari reaksi peradangan tersebut juga menimbulkan kerusakan pada systemeliminasi urine.

3) Blok pada saraf simpatis juga dapat diakibatkan dari cedera tulang belakang yangmenyebabkan kelumpuhan otot pernapasan sehinggan pemasukan oksigen kedalam tubuh akan menurun, dengan menurunnya kadar oksigen ke dalam tubuhakan mengakibatkan tubuh berkompensasi dengan meningkatkan frekuensipernapasan sehingga timbul sesak.

Gambar 2. Cedera pada bagian tertentu tulang belakang mengakibatkankerusakan saraf

5. KLASIFIKASIHoldsworth membuat klasifikasi cedera spinal sebagai berikut :

Cedera fleksi

Page 3: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 3/8

Cedera fleksi menyebabkan beban regangan pada ligamentum posterior, danselanjutnya dapat menimbulkan kompresi pada bagian anterior korpus vertebra danmengakibatkan wedge fracture (teardrop fracture). Cedera semacam inidikategorikan sebagai cedera yang stabil

Cedera fleksirotasiBeban fleksirotasi akan menimbulkan cedera pada ligamentum posterior dan kadangjuga prosesus artikularis, selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya dislokasifraktur rotasional yang dihubungkan dengan slice fracture korpus vertebra. Cedera inimerupakan cedera yang paling tidak stabil.

Cedera ekstensiCedera ekstensi biasanya merusak ligamentum longitudinalis anterior danmenimbulkan herniasi diskus. Biasanya terjadi pada daerah leher. Selama kolumvertebra dalam posisi fleksi, maka cedera ini masih tergolong stabil.

Cedera kompresi vertikal (vertical compression)Cedera kompresi vertical mengakibatkan pembebanan pada korpus vertebra dandapat menimbulkan burst fracture.

Cedera robek langsung (direct shearing)Cedera robek biasanya terjadi di daerah torakal dan disebabkan oleh pukulanlangsung pada punggung, sehingga salah satu vertebra bergeser, fraktur prosesusartikularis serta ruptur ligamen.

Berdasarkan sifat kondisi fraktur yang terjadi, Kelly dan Whitesides mengkategorikan cederaspinal menjadi cedera stabil dan cedera nonstabil. Cedera stabil mencakup cedera kompresikorpus vertebra baik anterior atau lateral dan burst fracture derajat ringan. Sedangkan cedera yangtidak stabil mencakup cedera fleksidislokasi, fleksirotasi, dislokasifraktur (slice injury), danburst fracture hebat.

a. Cedera stabil Fleksi

Cedera fleksi akibat fraktura kompresi baji dari vertebra torakolumbal umumditemukan dan stabil. Kerusakan neurologik tidak lazim ditemukan. Cedera inimenimbulkan rasa sakit, dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumahsakit selama beberapa hari istorahat total di tempat tidur dan observasi terhadapparalitik ileus sekunder terhadap keterlibatan ganglia simpatik. Jika baji lebihbesar daripada 50 persen, brace atau gips dalam ekstensi dianjurkan. Jika tidak,analgetik, korset, dan ambulasi dini diperlukan. Ketidaknyamanan yangberkepanjangan tidak lazim ditemukan.

Fleksi ke Lateral dan EkstensiCedera ini jarang ditemukan pada daerah torakolumbal. Cedera ini stabil, dandefisit neurologik jarang. Terapi untuk kenyamanan pasien (analgetik dan korset)adalah semua yang dibutuhkan.

Kompresi VertikalTenaga aksial mengakibatkan kompresi aksial dari 2 jenis : (1) protrusi diskus kedalam lempeng akhir vertebral, (2) fraktura ledakan. Yang pertama terjadi padapasien muda dengan protrusi nukleus melalui lempeng akhir vertebra ke dalamtulang berpori yang lunak. Ini merupakan fraktura yang stabil, dan defisitneurologik tidak terjadi. Terapi termasuk analgetik, istirahat di tempat tidurselama beberapa hari, dan korset untuk beberapa minggu. Meskipun fraktura”ledakan” agak stabil, keterlibatan neurologik dapat terjadi karena masuknyafragmen ke dalam kanalis spinalis. CTScan memberikan informasi radiologikyang lebih berharga pada cedera. Jika tidak ada keterlibatan neurologik, pasienditangani dengan istirahat di tempat tidur sampai gejalagejala akut menghilang.Brace atau jaket gips untuk menyokong vertebra yang digunakan selama 3 atau 4bulan direkomendasikan. Jika ada keterlibatan neurologik, fragmen harusdipindahkan dari kanalis neuralis. Pendekatan bisa dari anterior, lateral atauposterior. Stabilisasi dengan batang kawat, plat atau graft tulang penting untukmencegah ketidakstabilan setelah dekompresi.

b. Cedera Tidak Stabil Cedera Rotasi – Fleksi

Kombinasi dari fleksi dan rotasi dapat mengakibatkan fraktura dislokasi denganvertebra yang sangat tidak stabil. Karena cedera ini sangat tidak stabil, pasienharus ditangani dengan hatihati untuk melindungi medula spinalis dan radiks.Fraktura dislokasi ini paling sering terjadi pada daerah transisional T10 sampai L1dan berhubungan dengan insiden yang tinggi dari gangguan neurologik. Setelahradiografik yang akurat didapatkan (terutama CTScan), dekompresi denganmemindahkan unsur yang tergeser dan stabilisasi spinal menggunakan berbagaialat metalik diindikasikan.

Fraktura ”Potong”Vertebra dapat tergeser ke arah anteroposterior atau lateral akibat trauma parah.Pedikel atau prosesus artikularis biasanya patah. Jika cedera terjadi pada daerahtoraks, mengakibatkan paraplegia lengkap. Meskipun fraktura ini sangat tidakstabil pada daerah lumbal, jarang terjadi gangguan neurologi karena ruang bebasyang luas pada kanalis neuralis lumbalis. Fraktura ini ditangani seperti padacedera fleksirotasi.

Cedera FleksiRotasiChange fracture terjadi akibat tenaga distraksi seperti pada cedera sabukpengaman. Terjadi pemisahan horizontal, dan fraktura biasanya tidak stabil.Stabilisasi bedah direkomendasikan.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Page 4: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 4/8

a. Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasib. CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejasc. MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinald. Foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan parue. Sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (Fraktur/Dislokasi)f. Tomogramg. Mielogramh. Odontoid View Filmsi. Spinal Films (lateral and oblique)

(ENA, 2000 ; 427)

7. KOMPLIKASIEfek dari cedera kord spinal akut mungkin mengaburkan penilaian atas cedera lain danmungkin juga merubah respon terhadap terapi. 60% lebih pasien dengan cedera kord spinalbersamaan dengan cedera major: kepala atau otak, toraks, abdominal, atau vaskuler. Berat serta jangkauan cedera penyerta yang berpotensi didapat dari penilaian primer yang sangat telitidan penilaian ulang yang sistematik terhadap pasien setelah cedera kord spinal. Dua penyebab

kematian utama setelah cedera kord spinal adalah aspirasi dan syok. (Wikipedia, Maret, 2009)

8. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN DAN TERAPI PENGOBATANNYA

a. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)b. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw

thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi),mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.

c. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar, imobilisasilateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.

d. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 C7) denganmenggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member lipatanselimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.

e. Menyediakan oksigen tambahan.f. Memonitor tandatanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.g. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.h. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari

hipotensi dan bradikardi.i. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

a. Berikan antiembolib. Tinggikan ekstremitas bawahc. Gunakan baju antisyok.

j. Meningkatkan tekanan daraha. Monitor volume infuseb. Berikan terapi farmakologi ( vasokontriksi)

k. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejalabradikardi.

l. Mengetur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.m. Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.n. Memberikan obatobatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord :

steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8jam setelah kejadian.

o. Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien.p. Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan aspirasi jika ada

indikasi.q. memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.r. Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.s. Memepersiapkan pasien ke pusat SCI (jika diperlukan).t. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien yang teridentifikasi secara konsisten

untuk menumbuhkan kepercayaan pasien pada tenaga kesehatan.u. Melibatkan orang terdekat untuk mendukung proses penyembuhan.

(ENA, 2000 ; 427)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN PENGKAJIAN PRIMER

Data Subyektif1. Riwayat Penyakit Sekarang

a) Mekanisme Cederab) Kemampuan Neurologic) Status Neurologid) Kestabilan Bergerak

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Page 5: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 5/8

a) Keadaan Jantung dan pernapasanb) Penyakit Kronis

Data Obyektif1. Airway

adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinalsehingga mengganggu jalan napas

2. Breathing Pernapasa dangkal, penggunaan otototot pernapasan, pergerakan

dinding dada3. Circulation

Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg), Bradikardi, Kulitteraba hangat dan kering, Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhutubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan)

4. Disability Kaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak,

kehilangan sensasi, kelemahan otot

PENGKAJIAN SEKUNDERa) Exposure

Adanya deformitas tulang belakangb) Five Intervensi

Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upayaventilasi

CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinal Foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan paru Sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang

(Fraktur/Dislokasi)c) Give Comfort

Kaji adanya nyeri ketika tulang belakang bergerakd) Head to Toe

Leher : Terjadinya perubahan bentuk tulang servikalakibat cedera

Dada : Pernapasa dangkal, penggunaan ototototpernapasan, pergerakan dinding dada, bradikardi, adanyadesakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal

Pelvis dan Perineum :Kehilangan control dalam eliminasi urin danfeses, terjadinya gangguan pada ereksi penis(priapism)

Ekstrimitas : terjadi paralisis, paraparesis,paraplegia atau quadriparesis/quadriplegia

e) Inspeksi Back / Posterior Surface Kaji adanya spasme otot, kekakuan, dan deformitas pada tulang

belakang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan

dispnea,terdapat otot bantu napas2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan aliran darah

ditandai dengan bradikardi, nadi teraba lemah, terdapat sianosis, akral terabadingin, CRT > 2 detik, turgor tidak elastis, kelemahan, AGD abnormal

3) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan neurologis4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular ditandai

dengan paralisis dan paraplegia pada ekstremitas.5) Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sensori motorik ditandai

dengan kehilangan kontrol dalam eliminasi urine.6) Risiko decera berhubungan dengan penurunan kesaradaran.

3. RENCANA TINDAKAN1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan

dispnea,terdapat otot bantu napasTujuan keperawatan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x15menit, diharapkan pola napas pasien efektif dengan kriteria hasil:a. Pasien melaporkan sesak napas berkurangb. Pernapasan teraturc. Takipnea tidak adad. Pengembangan dada simetris antara kanan dan kirie. Tanda vital dalam batas normal (nadi 60100x/menit, RR 1620 x/menit,

tekanan darah 110140/6090 mmHg, suhu 36,537,5 oC)f. Tidak ada penggunaan otot bantu napasIntervensiMandiri :1. Pantau ketat tandatanda vital dan pertahankan ABC

R/ : Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tandatanda vital2. Monitor usaha pernapasan pengembangan dada, keteraturan pernapasan

nafas bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan.R/ : Pengembangan dada dan penggunaan otot bantu pernapasanmengindikasikan gangguan pola nafas

Page 6: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 6/8

3. Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontra indiksiR/ : Mempermudah ekspansi paru

4. Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan dibawah tulang belakang.R/ : Stabilisasi tulang servikal

Kolaborasi :1. Berikan oksigen sesuai indikasi

R/ : Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan jaringan2. Berikan obat sesuai indikasi

R/ : Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan

2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan aliran darahditandai dengan bradikardi, nadi teraba lemah, terdapat sianosis, akral terabadingin, CRT > 2 detik, turgor tidak elastis, kelemahan, AGD abnormalTujuan Keperawatan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x5 menitdiharapkan perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :a. Nadi teraba kuatb. Tingkat kesadaran composmentisc. Sianosis atau pucat tidak adad. Nadi Teraba lemah, terdapat sianosis,e. Akral teraba hangatf. CRT < 2 detikg. GCS 1315h. AGD normal

Intervensi :1. Atur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway (jaw thrust). Jangan

memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkanpemasangan intubasi nasofaring.R/ : Untuk mempertahankan ABC dan mencegah terjadi obstruksi jalannapas

2. Atur suhu ruanganR/ : Untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.

3. Tinggikan ekstremitas bawahR/ : Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

4. Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan dibawah tulang belakang.R/ : Stabilisasi tulang servikal

5. Sediakan oksigen dengan nasal canul untuk mengatasi hipoksiaR/: Mencukupi kebutuhan oksigen tubuh dan oksigen juga dapat menurunkanterjadinya sickling.

6. Ukur tandatanda vitalR/: Perubahan tandatanda vital seperti bradikardi akibat dari kompensasijantung terhadap penurunan fungsi hemoglobin

7. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi :Peningkatan rasa nyeriKapilari refill . 2 detikKulit : dingin dan pucatPenurunanan output urineR/: Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan

8. Pantau GCSR/: Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunantingkat kesadaran

9. Awasi pemeriksaan AGDR/: Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark terhadap organjaringan

3. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan neurologisTujuan keperawatan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 15menit diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :a. Tandatanda vital dalam batas normal (Nadi 60100 x/menit),(Suhu 36,537,5),(

Tekanan Darah 110140/6090 mmHg),(RR 1620 x/menit)b. Penurunan skala nyeri( skala 010)c. Wajah pasien tampak tidak meringis Intervensi:1. Kaji PQRST pasien :

R/: pengkajian yang tepat dapat membantu dalam memberikan intervensiyang tepat.

2. Pantau tandatanda vitalR/: nyeri bersifat proinflamasi sehingga dapat mempengaruhi tandatandavital.

3. Berikan analgesic untuk menurunkan nyeriR/ : Analgetik dapat mengurangi nyeri yang berat (memberikan kenyamananpada pasien)

4. Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan dibawah tulang belakang.R/ : Stabilisasi tulang belakang untuk mengurangi nyeri yang timbul jikatulang belakang digerakkan.

Page 7: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 7/8

Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Diposkan oleh yafetgeu.blogspot.com di 05.50

Reaksi: menarik (0) keren (0) bermanfaat (0)

DAFTAR PUSTAKA

ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curriculum. 5thED. USA: WB.Saunders CompanyCampbell, Jhon Pe. 2004. Basic Trauma Life Support. New Jersy : Person Prentice Hall.Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, EGC : JakartaPrice, S. A. 2000. Patofisiologi : Konsep klinis Prosesproses Penyakit, Jakarta: EGCMuttaqin, Arif. 2007. Pengantar Asuhan Keperawatan Sistem Persyarafan. Jakarta:SalembaSmeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.Edisi 8.

Jakarta: EGCWikipedia, the free encyclopedia, 2009, Spinal cord injury, (Online), (http://en.wikipedia.

org/wiki/Triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).

Rekomendasikan ini di Google

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan Pratinjau

Poskan Komentar

Buat sebuah Link

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Apa yang anda cari? Koleksi Video

Page 8: Kumpulan Askep Gawat Darurat

4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT

http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 8/8

powered by

yafetgeu.blogspot.com. Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.