Kumpulan Askep Gawat Darurat
-
Upload
restantie-f-hadiyanto -
Category
Documents
-
view
78 -
download
0
description
Transcript of Kumpulan Askep Gawat Darurat
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 1/8
Temukan ASKEP Kedaruratan yang anda cari di blog ini
Kumpulan ASKEP GAWATDARURAT
Beranda Profil Disaster/Bencana Jadwal Serba-Serbi Lain-lain
Minggu, 15 April 2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANTRAUMA SPINAL DAN SERVIKAL
A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. DEFINISI
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalisakibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah ragadsb ( Sjamsuhidayat, 1997).
Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang sering kalidisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L12dan/atau dibawahnya maka akan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dansensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. (Doengoes, 1999; 338)
Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkanoleh benturan pada daerah medulla spinalis. (smeltzer, 2001 ; )
Trauma tulang belakang adalah cedera pada tulang belakang (biasanya mengenaiservikal dan lumbal) yang ditandai dengan memar, robeknya bagaian pada tulangbelakang akibat luka tusuk atau fraktur/ dislokasi di kolumna spinalis. (ENA, 2000 ;426)
Trauma spinal cord adalah cedera yang mengakibatkan fungsi konduksi sarafterganggu, reflex dan fungsi motorik berkurang, terjadi perubahan sensasi, dan syokneurogenik. (Campbell, 2004 ; 130)
Gambar 1. Cedera pata tulang belakang menyebabkan kerusakan fungsi dan nyeri akut2. PENYEBAB
Adapun penyebab dari trauma servikal dan spinal antara lain : Seseorang yang terpeleset di lantai, Menyelam di air yang dangkal. Terlempar dari kuda atau motor Jatuh dari ketinggian dalam posisi berdiri Kecelakaan motor. Terjatuh.Anakanak yang memakai sabuk bahu yang tidak sesuai di sekitar
leher.Leher tergantung.(Campbell, 2004 ; 131)
Berikut ini adalah mekanisme cedera tumpul spinal menurut Campbell (2004 ; 131) : Hiperektensi
Kepala dan leher bergerak ke belakang / hiperektensi secara berlebihan. Hiperfleksi
Kepala di atas dada bergerak ke depan / heperfleksi dengan berlebihan.
KompresiBobot tubuh dari kepala hingga pelvis mengakibatkan penekanan pada leher ataubatang tubuh.
RotasiRotasi yang berlebih dari batang tubuh atau kepala dan leher sehingga terjadipergerakan berlawanan arah dari kolumna spinalis.
Penekanan ke samping
yafetgeu.blogspot.comWaingapu, NTT, Indonesia
Jangan awali hari denganpenyesalan hari kemarin,karena akan mengganguhebatnya hari ini, dan akan
merusak indahnya hari esok.
Lihat profil lengkapku
Profil Blogger
Share this on Facebook
Tweet this
View stats
(NEW) Appointment gadget >>
Share it
2012 (9)
Agustus (8)
April (1)
ASUHAN KEPERAWATAN PADAPASIEN DENGAN TRAUMA SPINA...
2011 (3)
Arsip Blog
Songgoriti
Foto foto
Join this sitewith Google Friend Connect
Members (1)
Already a member? Sign in
Pengikut
0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 2/8
Pergerakan ke samping yang berlebih menyebabkan pergeseran dari kolumnaspinalis.
DistraksiPeregangan yang berlebihan dan kolumna spinalis dan spinal cord.
3. TANDA DAN GEJALAMenurut menurut ENA (2000 : 426), tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
Pernapasan dangkal penggunaan otototot pernapasan pergerakan dinding dada Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg) Bradikardi Kulit teraba hangat dan kering Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhu tubuh, yang mana suhu tubuh
bergantung pada suhu lingkungan) kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak Kehilangan sensasi terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau quadriparesis/quadriplegia adanya spasme otot, kekakuan
Menurut menurut Campbell (2004 ; 133) Kelemahan otot Adanya deformitas tulang belakang adanya nyeri ketika tulang belakang bergerak terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat cedera Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses, terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism)
4. PATOFISIOLOGIAkibat kecelakaan, terpeleset, terjatuh dari motor, jatuh dari ketinggian dalam
posisi berdiri menyebabkan cedera pada kolumna vertebra dan medulla spinalis yangdapat menyebabkan gangguan pada beberapa system, diantaranya :
1) Kerusakan jalur simpatetik desending yang mengakibatkan terputusnya jaringansaraf medulla spinalis, karena jaringan saraf ini terputus maka akan menimbulkanparalisis dan paraplegi pada ekstremitas.
2) Dari cedera tersebut akan menimbulkan perdarahan makroskopis yang akanmenimbulkan reaksi peradangan, dari reaksi peradangan tersebut akanmelepaskan mediator kimiawi yang menyebabkan timbulnya nyeri hebat danakut, nyeri yang timbul berkepanjangan mengakibatkan syok spinal yang apabilaberkepanjangan dapat menurunkan tingkat kesadaran. Reaksi peradangantersebut juga menimbulkan juga menyebabkan edema yang dapat menekanjaringan sekitar sehingga aliran darah dan oksigen ke jaringan tersebut menjaditerhambat dan mengalami hipoksia jaringan. Reaksi anastetik yang ditimbulkandari reaksi peradangan tersebut juga menimbulkan kerusakan pada systemeliminasi urine.
3) Blok pada saraf simpatis juga dapat diakibatkan dari cedera tulang belakang yangmenyebabkan kelumpuhan otot pernapasan sehinggan pemasukan oksigen kedalam tubuh akan menurun, dengan menurunnya kadar oksigen ke dalam tubuhakan mengakibatkan tubuh berkompensasi dengan meningkatkan frekuensipernapasan sehingga timbul sesak.
Gambar 2. Cedera pada bagian tertentu tulang belakang mengakibatkankerusakan saraf
5. KLASIFIKASIHoldsworth membuat klasifikasi cedera spinal sebagai berikut :
Cedera fleksi
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 3/8
Cedera fleksi menyebabkan beban regangan pada ligamentum posterior, danselanjutnya dapat menimbulkan kompresi pada bagian anterior korpus vertebra danmengakibatkan wedge fracture (teardrop fracture). Cedera semacam inidikategorikan sebagai cedera yang stabil
Cedera fleksirotasiBeban fleksirotasi akan menimbulkan cedera pada ligamentum posterior dan kadangjuga prosesus artikularis, selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya dislokasifraktur rotasional yang dihubungkan dengan slice fracture korpus vertebra. Cedera inimerupakan cedera yang paling tidak stabil.
Cedera ekstensiCedera ekstensi biasanya merusak ligamentum longitudinalis anterior danmenimbulkan herniasi diskus. Biasanya terjadi pada daerah leher. Selama kolumvertebra dalam posisi fleksi, maka cedera ini masih tergolong stabil.
Cedera kompresi vertikal (vertical compression)Cedera kompresi vertical mengakibatkan pembebanan pada korpus vertebra dandapat menimbulkan burst fracture.
Cedera robek langsung (direct shearing)Cedera robek biasanya terjadi di daerah torakal dan disebabkan oleh pukulanlangsung pada punggung, sehingga salah satu vertebra bergeser, fraktur prosesusartikularis serta ruptur ligamen.
Berdasarkan sifat kondisi fraktur yang terjadi, Kelly dan Whitesides mengkategorikan cederaspinal menjadi cedera stabil dan cedera nonstabil. Cedera stabil mencakup cedera kompresikorpus vertebra baik anterior atau lateral dan burst fracture derajat ringan. Sedangkan cedera yangtidak stabil mencakup cedera fleksidislokasi, fleksirotasi, dislokasifraktur (slice injury), danburst fracture hebat.
a. Cedera stabil Fleksi
Cedera fleksi akibat fraktura kompresi baji dari vertebra torakolumbal umumditemukan dan stabil. Kerusakan neurologik tidak lazim ditemukan. Cedera inimenimbulkan rasa sakit, dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumahsakit selama beberapa hari istorahat total di tempat tidur dan observasi terhadapparalitik ileus sekunder terhadap keterlibatan ganglia simpatik. Jika baji lebihbesar daripada 50 persen, brace atau gips dalam ekstensi dianjurkan. Jika tidak,analgetik, korset, dan ambulasi dini diperlukan. Ketidaknyamanan yangberkepanjangan tidak lazim ditemukan.
Fleksi ke Lateral dan EkstensiCedera ini jarang ditemukan pada daerah torakolumbal. Cedera ini stabil, dandefisit neurologik jarang. Terapi untuk kenyamanan pasien (analgetik dan korset)adalah semua yang dibutuhkan.
Kompresi VertikalTenaga aksial mengakibatkan kompresi aksial dari 2 jenis : (1) protrusi diskus kedalam lempeng akhir vertebral, (2) fraktura ledakan. Yang pertama terjadi padapasien muda dengan protrusi nukleus melalui lempeng akhir vertebra ke dalamtulang berpori yang lunak. Ini merupakan fraktura yang stabil, dan defisitneurologik tidak terjadi. Terapi termasuk analgetik, istirahat di tempat tidurselama beberapa hari, dan korset untuk beberapa minggu. Meskipun fraktura”ledakan” agak stabil, keterlibatan neurologik dapat terjadi karena masuknyafragmen ke dalam kanalis spinalis. CTScan memberikan informasi radiologikyang lebih berharga pada cedera. Jika tidak ada keterlibatan neurologik, pasienditangani dengan istirahat di tempat tidur sampai gejalagejala akut menghilang.Brace atau jaket gips untuk menyokong vertebra yang digunakan selama 3 atau 4bulan direkomendasikan. Jika ada keterlibatan neurologik, fragmen harusdipindahkan dari kanalis neuralis. Pendekatan bisa dari anterior, lateral atauposterior. Stabilisasi dengan batang kawat, plat atau graft tulang penting untukmencegah ketidakstabilan setelah dekompresi.
b. Cedera Tidak Stabil Cedera Rotasi – Fleksi
Kombinasi dari fleksi dan rotasi dapat mengakibatkan fraktura dislokasi denganvertebra yang sangat tidak stabil. Karena cedera ini sangat tidak stabil, pasienharus ditangani dengan hatihati untuk melindungi medula spinalis dan radiks.Fraktura dislokasi ini paling sering terjadi pada daerah transisional T10 sampai L1dan berhubungan dengan insiden yang tinggi dari gangguan neurologik. Setelahradiografik yang akurat didapatkan (terutama CTScan), dekompresi denganmemindahkan unsur yang tergeser dan stabilisasi spinal menggunakan berbagaialat metalik diindikasikan.
Fraktura ”Potong”Vertebra dapat tergeser ke arah anteroposterior atau lateral akibat trauma parah.Pedikel atau prosesus artikularis biasanya patah. Jika cedera terjadi pada daerahtoraks, mengakibatkan paraplegia lengkap. Meskipun fraktura ini sangat tidakstabil pada daerah lumbal, jarang terjadi gangguan neurologi karena ruang bebasyang luas pada kanalis neuralis lumbalis. Fraktura ini ditangani seperti padacedera fleksirotasi.
Cedera FleksiRotasiChange fracture terjadi akibat tenaga distraksi seperti pada cedera sabukpengaman. Terjadi pemisahan horizontal, dan fraktura biasanya tidak stabil.Stabilisasi bedah direkomendasikan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 4/8
a. Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasib. CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejasc. MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinald. Foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan parue. Sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (Fraktur/Dislokasi)f. Tomogramg. Mielogramh. Odontoid View Filmsi. Spinal Films (lateral and oblique)
(ENA, 2000 ; 427)
7. KOMPLIKASIEfek dari cedera kord spinal akut mungkin mengaburkan penilaian atas cedera lain danmungkin juga merubah respon terhadap terapi. 60% lebih pasien dengan cedera kord spinalbersamaan dengan cedera major: kepala atau otak, toraks, abdominal, atau vaskuler. Berat serta jangkauan cedera penyerta yang berpotensi didapat dari penilaian primer yang sangat telitidan penilaian ulang yang sistematik terhadap pasien setelah cedera kord spinal. Dua penyebab
kematian utama setelah cedera kord spinal adalah aspirasi dan syok. (Wikipedia, Maret, 2009)
8. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN DAN TERAPI PENGOBATANNYA
a. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)b. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw
thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi),mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.
c. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar, imobilisasilateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.
d. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 C7) denganmenggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member lipatanselimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.
e. Menyediakan oksigen tambahan.f. Memonitor tandatanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.g. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.h. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari
hipotensi dan bradikardi.i. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
a. Berikan antiembolib. Tinggikan ekstremitas bawahc. Gunakan baju antisyok.
j. Meningkatkan tekanan daraha. Monitor volume infuseb. Berikan terapi farmakologi ( vasokontriksi)
k. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejalabradikardi.
l. Mengetur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.m. Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.n. Memberikan obatobatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord :
steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8jam setelah kejadian.
o. Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien.p. Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan aspirasi jika ada
indikasi.q. memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.r. Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.s. Memepersiapkan pasien ke pusat SCI (jika diperlukan).t. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien yang teridentifikasi secara konsisten
untuk menumbuhkan kepercayaan pasien pada tenaga kesehatan.u. Melibatkan orang terdekat untuk mendukung proses penyembuhan.
(ENA, 2000 ; 427)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN PENGKAJIAN PRIMER
Data Subyektif1. Riwayat Penyakit Sekarang
a) Mekanisme Cederab) Kemampuan Neurologic) Status Neurologid) Kestabilan Bergerak
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 5/8
a) Keadaan Jantung dan pernapasanb) Penyakit Kronis
Data Obyektif1. Airway
adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinalsehingga mengganggu jalan napas
2. Breathing Pernapasa dangkal, penggunaan otototot pernapasan, pergerakan
dinding dada3. Circulation
Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg), Bradikardi, Kulitteraba hangat dan kering, Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhutubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan)
4. Disability Kaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak,
kehilangan sensasi, kelemahan otot
PENGKAJIAN SEKUNDERa) Exposure
Adanya deformitas tulang belakangb) Five Intervensi
Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upayaventilasi
CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinal Foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan paru Sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(Fraktur/Dislokasi)c) Give Comfort
Kaji adanya nyeri ketika tulang belakang bergerakd) Head to Toe
Leher : Terjadinya perubahan bentuk tulang servikalakibat cedera
Dada : Pernapasa dangkal, penggunaan ototototpernapasan, pergerakan dinding dada, bradikardi, adanyadesakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal
Pelvis dan Perineum :Kehilangan control dalam eliminasi urin danfeses, terjadinya gangguan pada ereksi penis(priapism)
Ekstrimitas : terjadi paralisis, paraparesis,paraplegia atau quadriparesis/quadriplegia
e) Inspeksi Back / Posterior Surface Kaji adanya spasme otot, kekakuan, dan deformitas pada tulang
belakang
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
dispnea,terdapat otot bantu napas2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan aliran darah
ditandai dengan bradikardi, nadi teraba lemah, terdapat sianosis, akral terabadingin, CRT > 2 detik, turgor tidak elastis, kelemahan, AGD abnormal
3) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan neurologis4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular ditandai
dengan paralisis dan paraplegia pada ekstremitas.5) Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sensori motorik ditandai
dengan kehilangan kontrol dalam eliminasi urine.6) Risiko decera berhubungan dengan penurunan kesaradaran.
3. RENCANA TINDAKAN1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
dispnea,terdapat otot bantu napasTujuan keperawatan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x15menit, diharapkan pola napas pasien efektif dengan kriteria hasil:a. Pasien melaporkan sesak napas berkurangb. Pernapasan teraturc. Takipnea tidak adad. Pengembangan dada simetris antara kanan dan kirie. Tanda vital dalam batas normal (nadi 60100x/menit, RR 1620 x/menit,
tekanan darah 110140/6090 mmHg, suhu 36,537,5 oC)f. Tidak ada penggunaan otot bantu napasIntervensiMandiri :1. Pantau ketat tandatanda vital dan pertahankan ABC
R/ : Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tandatanda vital2. Monitor usaha pernapasan pengembangan dada, keteraturan pernapasan
nafas bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan.R/ : Pengembangan dada dan penggunaan otot bantu pernapasanmengindikasikan gangguan pola nafas
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 6/8
3. Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontra indiksiR/ : Mempermudah ekspansi paru
4. Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan dibawah tulang belakang.R/ : Stabilisasi tulang servikal
Kolaborasi :1. Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ : Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan jaringan2. Berikan obat sesuai indikasi
R/ : Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan aliran darahditandai dengan bradikardi, nadi teraba lemah, terdapat sianosis, akral terabadingin, CRT > 2 detik, turgor tidak elastis, kelemahan, AGD abnormalTujuan Keperawatan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x5 menitdiharapkan perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :a. Nadi teraba kuatb. Tingkat kesadaran composmentisc. Sianosis atau pucat tidak adad. Nadi Teraba lemah, terdapat sianosis,e. Akral teraba hangatf. CRT < 2 detikg. GCS 1315h. AGD normal
Intervensi :1. Atur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway (jaw thrust). Jangan
memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkanpemasangan intubasi nasofaring.R/ : Untuk mempertahankan ABC dan mencegah terjadi obstruksi jalannapas
2. Atur suhu ruanganR/ : Untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.
3. Tinggikan ekstremitas bawahR/ : Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
4. Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan dibawah tulang belakang.R/ : Stabilisasi tulang servikal
5. Sediakan oksigen dengan nasal canul untuk mengatasi hipoksiaR/: Mencukupi kebutuhan oksigen tubuh dan oksigen juga dapat menurunkanterjadinya sickling.
6. Ukur tandatanda vitalR/: Perubahan tandatanda vital seperti bradikardi akibat dari kompensasijantung terhadap penurunan fungsi hemoglobin
7. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi :Peningkatan rasa nyeriKapilari refill . 2 detikKulit : dingin dan pucatPenurunanan output urineR/: Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
8. Pantau GCSR/: Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunantingkat kesadaran
9. Awasi pemeriksaan AGDR/: Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark terhadap organjaringan
3. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan neurologisTujuan keperawatan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 15menit diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :a. Tandatanda vital dalam batas normal (Nadi 60100 x/menit),(Suhu 36,537,5),(
Tekanan Darah 110140/6090 mmHg),(RR 1620 x/menit)b. Penurunan skala nyeri( skala 010)c. Wajah pasien tampak tidak meringis Intervensi:1. Kaji PQRST pasien :
R/: pengkajian yang tepat dapat membantu dalam memberikan intervensiyang tepat.
2. Pantau tandatanda vitalR/: nyeri bersifat proinflamasi sehingga dapat mempengaruhi tandatandavital.
3. Berikan analgesic untuk menurunkan nyeriR/ : Analgetik dapat mengurangi nyeri yang berat (memberikan kenyamananpada pasien)
4. Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan dibawah tulang belakang.R/ : Stabilisasi tulang belakang untuk mengurangi nyeri yang timbul jikatulang belakang digerakkan.
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 7/8
Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Diposkan oleh yafetgeu.blogspot.com di 05.50
Reaksi: menarik (0) keren (0) bermanfaat (0)
DAFTAR PUSTAKA
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curriculum. 5thED. USA: WB.Saunders CompanyCampbell, Jhon Pe. 2004. Basic Trauma Life Support. New Jersy : Person Prentice Hall.Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, EGC : JakartaPrice, S. A. 2000. Patofisiologi : Konsep klinis Prosesproses Penyakit, Jakarta: EGCMuttaqin, Arif. 2007. Pengantar Asuhan Keperawatan Sistem Persyarafan. Jakarta:SalembaSmeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.Edisi 8.
Jakarta: EGCWikipedia, the free encyclopedia, 2009, Spinal cord injury, (Online), (http://en.wikipedia.
org/wiki/Triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).
Rekomendasikan ini di Google
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Account
Publikasikan Pratinjau
Poskan Komentar
Buat sebuah Link
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Apa yang anda cari? Koleksi Video
4/14/2015 Kumpulan ASKEP GAWAT DARURAT
http://yafetgeu.blogspot.com/2012/04/asuhankeperawatanpadapasiendengan.html 8/8
powered by
yafetgeu.blogspot.com. Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.