PELAYANAN GAWAT DARURAT

download PELAYANAN GAWAT DARURAT

of 25

description

pelayanan gawat darurat

Transcript of PELAYANAN GAWAT DARURAT

CARUT MARUT PELAYANAN GAWAT DARURAT DI INDONESIA,SALAH SIAPA

AFTAR ISTILAH 1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. 2. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien di sarana dan tatanan kesehatan lainnya dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktek keperawatan. 3. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk melaksanakan praktek keperawatan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. 4. Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktek dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesional dengan sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN).5. Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya disebut Registered Nurse (RN).

Ners adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan sarjana di tambah dengan pendidikan profesi (Ners). 7. Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan paska sarjana (S2) dan ditambah pendidikan spesialis keperawatan. 8. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan (Perawat) yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. 9. Pasien / Klien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perawat. 10. Instalasi Gawat Darurat (IGD)adalah Instalasi pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multidisiplin ilmu 11. Kondisi gawat darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat atau mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera. 12. SMART adalah Spesifik, Measureable, Achieveable, Realiable, Time. 13. Presensi adalah kehadiran. 14. Triase adalah memilah tingkat kegawatan pasien untuk menentukan prioritas penanganan lebih lanjut. 15. Area dekontaminasi adalah area yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan dekontaminasi pada pasien yang terpapar bahan-bahan kimia. 16. Sistem Isolasi adalah suatu sistem pemisahan pasien yang menderita penyakit yang sangat menular dan mematikan dengan menggunakan ruangan dan situasi tertentu (Contoh: H1N1, H5N1, SARS) Response Timeadalah kecepatan penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan. 18. Rewardadalah penghargaan terhadap prestasi kinerja perawat, baik berupa imbalan jasa dan penghargaan lainnya. 19. Punishmentadalah pemberian sangsi yang bersifat pembinaan. 20. Sistem remunerasi adalah pemberian imbalan jasa dengan menggunakan sistem penghitungan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai faktor. 21. Primary surveyadalah pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual atau resiko tinggi dari kondisi life threatening(berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan. 22. Secondary surveyadalah pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah airway, breathing

dan circulationyang ditentukan pada pengkajian primer sebelumnya. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan dan pengkajian head to toe. 23. Emergency nursing basic2 adalah Pelatihan pelayanan keperawatan gawat darurat untuk perawat yang bekerja di instalasi gawat darurat. 24. Emergency nursing advanceadalah pelatihan pelayanan keperawatan gawat darurat lanjutan setelah pelatihan emergency nursing 2. 25. Sistim rujukan pasien adalah proses merujuk atau memindahkan pasien ke rumah sakit yang lain yang memiliki kemampuan SDM dan fasilitas peralatan yang lebih memadaiBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kegawatdaruratan memerlukan penanganan secara terpadu dari multi disiplin dan multi profesi termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan kegawatdaruratan saat ini sudah diatur dalam suatu sistem yang dikenal dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) baik SPGDT sehari- hari (SPGDT-S) dan akibat bencana (SPGDT-B). Sebagai bagian integral pelayanan kegawatdaruratan, pelayanan keperawatan mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi korban dengan tujuan untuk mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kematian dan kecacatan. Kemampuan perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan gawat darurat masih sangat terbatas untuk mendukung terwujudnya pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas. Saat bekerja di rumah sakit, perawat diharapkan mampu melakukan triase, resusitasi dengan atau tanpa alat, mengetahui prinsip stabilisasi dan terapi definitif, mampu bekerja dalam tim, melakukan komunikasi dengan tim, pasien beserta keluarganya. Permasalahan pelayanan kesehatan secara umum adalah belum merata dan dirasakan pelayanan kesehatan oleh seluruh lapisan masyarakat, pelayanan masih terfokus pada pengembangan puskesmas dan rumah sakit terutama pada upaya preventif dan pelayanan belum mengacu dalam satu sistem. Pada daerah kepulauan, terpencil dan tertinggal dimana jumlah, distribusi dan kemampuan SDM masih sangat kurang dari yang dibutuhkan, serta transportasi yang sangat terbatas. Berdasarkan kajian Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan pada tahun 2006 di 6 propinsi pusat regional, bantuan kesehatan menunjukkan bahwa hanya 37,76% perawat IGD RS dan 15,49% perawat puskesmas sudah mengikuti pelatihan gawat darurat. Karena pelayanan gawat darurat harus memprioritaskan penyelamatan nyawa dan mencegah kecacatan. Pasien yang masuk ke IGD Rumah Sakit membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat sehingga perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan keperawatan gawat darurat sesuai dengan kompetensi yang diharapkanCARUT MARUT PELAYANAN GAWAT DARURAT DI INDONESIA,SALAH SIAPA ?

===========================================

Oleh : Irawan Danismaya SKep.Ners

Bencana tsunami di Aceh beberapa tahun silam membuat kita teperangah tak percaya. Bumi Serambi Mekah dalam sekejap rata menyisakan kepiluan manakala hamparan jenazah saudara-saudara menusuk mata kita. Berita pesawat terbang jatuh, silih berganti dengan kabar duka lainnya : longsor, banjir bahkan bencana bom pernah melanda negeri ini. Sesaat kita terdiam merenung akan hakikat hidup yang menyadarkan kita. Semua sudah kehendakNya. Takdir memang diluar kuasa kita sebagai manusia. Namun terbenrsit pertanyaan besar, benarkah kita tidak berkontribusi terhadap tingginya jumlah kematian karena bencana massal itu ???

Seminggu yang lalu penulis merawat seorang pria berusia 23 tahun dan baru menikah di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Pengendara motor yang tidak ngebut namun karena tidak hati-hati jatuh ke dalam lembah curam sedalam 10 meter. Sangat miris karena cedera tulang thorakal dan lumbal yang dialaminya cukup parah. Prognosa menyatakan dia bakal lumpuh seumur hidupnya dari batas pusar ke bawah. Menurut cerita keluarga pertolongan di tempat kejadian dilakukan oleh teman-temanya. Penulis membayangkan korban diangkat dari dasar jurang entah dengan apa dan bagaimana, namun dapat diyakinkan bahwa mobilisasi dan tranportasi korban sangatlah merugikan dan memperburuk cedera tulang belakangnya. Usia produktif yang disia-siakan.

Kejadian gawat darurat dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja. Orang lain, teman dekat, keluarga ataupun kita sendiri dapat menjadi korbannya. Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.

Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem mengandung pengertian adanya komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta dampak yang diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan melalui proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan. Alasan kenapa upaya pertolongan penderita harus dipandang sebagai satu system dapat diperjelas dengan skema di bawah ini :

Injury &

Dissaster Pre Hospital StageHospital StageRehabilitation

First Responder

Ambulance Service 24 jam Emergency Room

Operating Room

Intensif Care Unit

Ward Care Fisical

Psycological

Social

Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal.

Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The Golden periode). Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal istilah The Golden Hour. Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang memadai, semakin kecil harapan hidup korban. Terdapat 3 faktor utama di Pre Hospital Stage yang berperan terhadap kualitas hidup penderita nantinya yaitu :

siapa penolong pertamanya

Berapa lama ditemukannya penderita,

kecepatan meminta bantuan pertolongan

Penolong pertama seharusnya orang awam yang terlatih dengan dukungan pelayanan ambulan gawat darurat 24 jam. Ironisnya penolong pertama di wilayah Indonesia sampai saat tulisan ini dibuat adalah orang awam yang tidak terlatih dan minim pengetahuan tentang kemampuan pertolongan bagi penderita gawat darurat.. Kecepatan penderita ditemukan sulit kita prediksi tergantung banyak faktor seperti geografi, teknologi, jangkauan sarana tranport dan sebagainya. Akan tetapi kualitas bantuan yang datang dan penolong pertama di tempat kejadian dapat kita modifikasi.

Pada fase rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.

Uraian singkat di atas kiranya cukup memberikan gambaran bahwa keberhasilan pertolongan bagi penderita dengan criteria gawat darurat yaitu penderita yang terancam nyawa dan kecacatan, akan dipengaruhi banyak factor sesuai fase dan tempat kejadian cederanya. Pertolongan harus dilakukan secara harian 24 jam (daily routine) yang terpadu dan terkordinasi dengan baik dalam satu system yang dikenal dengan Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Jika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana (SPGDB). Tak bisa ditawar-tawar lagi, pemerintah harus mulai memikirkan terwujudnya penerapan system pelayanan gawat darurat terpadu.

Komponen penting yang harus disiapkan diantaranya :

1. Sistem komunikasi

Kejelasan kemana berita adanya kejadian gawat darurat disampaikan, akan memperpendek masa pra rumah sakit yang dialami penderita. Pertolongan yang datang dengan segera akan meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan seperti syok hipovolemia akibat kehilangan darah yang berkelanjutan, hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya. Siapapun yang menemukan penderita pertama kali di lokasi harus tahu persis kemana informasi diteruskan. Problemnya adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah meminta tolong, bagaimana cara membimbing dan mobilisasi sarana tranportasi (Ambulan), bagaimana kordinasi untuk mengatur rujukan, dan bagaimana komunikasi selama bencana berlangsung.

2. Pendidikan

Penolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan menolong yang memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung meninggal ditempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan dengan mengalami kecacatan karena cara tranport yang salah. Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi & tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang menjadi penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :

Menguasai cara meminta bantuan pertolongan

Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)

Menguasai teknik mengontrol perdarahan

Menguasai teknik memasang balut-bidai

Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi

Golongan orang awam lain yang sering berada di tempat umum karena bertugas sebagai pelayan masyarakat seperti polisi, petugas kebakaran, tim SAR atau guru harus memiliki kemampuan tambahan lain yaitu menguasai kemampuan menanggulangi keadaan gawat darurat dalam kondisi :

Penyakit anak

Penyakit dalam

Penyakit saraf

Penyakit Jiwa

Penyakit Mata dan telinga

Dan lainya sesuai kebutuhan sistem

Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala dan berkelanjutan. Pelatihan formal di intansi-intansi harus diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal.

3. Tranportasi

Alat tranportasi yang dimaksud adalah kendaraannya, alat-alatnya dan personalnya. Tranportasi penderita dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Alat tranportasi penderita ke rumah sakit saat ini masih dilakukan dengan kendaraan yang bermacam-macam kendaraan tanpa kordinasi yang baik. Hanya sebagian kecil yang dilakukan dengan ambulan, itupun dengan ambulan biasa yang tidak memenuhi standar gawat darurat. Jenis-jenis ambulan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk pelayanan harian dan bencana.

4. Pendanaan

Sumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi yang kini berlaku di Indonesia. Pegawai negeri punya ASKES, pegawai swasta memiliki jamsostek, masyarakat miskin mempunyai ASKESKIN. Orang berada memiliki asuransi jiwa

5. Quality Control

Penilaian, perbaikan dan peningkatan system harus dilakukan secara periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.

KEPUSTAKAAN

PCCMI. -------- : Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Jakarta

Pusponegoro, Aryono D. 1995 : Organisasi PPGD. IKABI Jakarta

AGD 118, ______: Buku pelatihan PPGD bagi Perawat, tidak dipublikasikan

AB IPENDAHULUANA.Latar BelakangPelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakatPelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di nstalasi !awat Darurat perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien !D "# #umber #ejahtera khususnya.Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat di !D "# #umber #ejahtera harus berdasarkan standar pelayanan !awat Darurat "# #umber #ejahteraRuang Lingkup "uang lingkup pelayanan nstalasi !awat Darurat meliputi %$.Pasien dengan kasus &rue 'mergency (aitu pasien yang tiba ) tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya * akan menjadi cacat+ bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya.Pasien dengan kasus alse 'mergency(aitu pasien dengan %-eadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat -eadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya-eadaan tidak gawat dan tidak daruratB.Batasan Operasional 1.Instalasi Gawat Darurat /dalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.2.riage /dalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma 0 penyakit serta kecepatan penanganan 0 pemindahannya.!.Prioritas/dalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul. ".#ur$e% Pri&er/dalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.'.#ur$e% #ekun(er/dalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan ) perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.Pasien Gawat (aruratPasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya * akan menjadi cacat + bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.*.Pasien Gawat i(ak DaruratPasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut+.Pasien Darurat i(ak GawatPasien akibat musibah yang datang tiba ) tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.,.Pasien i(ak Gawat i(ak Darurat1isalnya pasien dengan ulcus tropium , &B2 kulit , dan sebagainya1-.e/elakaan 0 A//i(ent #uatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.ecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut %$.&empat kejadian %ecelakaan lalu lintasecelakaan di lingkungan rumah tanggaecelakaan di lingkungan pekerjaanecelakaan di sekolahecelakaan di tempat ) tempat umum lain seperti halnya % tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain ) lain..1ekanisme kejadian&ertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.Triase gawat darurat Lengkap PPGD

Triase gawat darurat - Pernahkah anda sakit dan harus masuk ruang IGD (Instalasi gawat darurat), dan kemudian anda tidak langsung mendapatkan penanganan? atau pernahkah anda merasa kenapa orang lain yang dilayani duluan?. nah jika pernah Kemungkinan salah satu alasan anda tidak langsung mendapatkan perawatan kesehatan karena mungkin ada pasien lain yang mengalami penyakit yang lebih serius dan membutuhkan pertolongan segera selain anda.

Ini merupakan salah satu prinsip Triase dan salah satu metode perawatan gawat darurat (PPGD) yang mana mereka mendahulukan pelayanan untuk pasien yang terancam jiwa atau beresiko kecacatan. Mari kita pelajari pembahasan ID Medis - Website kesehatan selengkapnya tentang apa itu triasedibawah ini:

Triase gawat darurat, triase PPGD

Pengertian dan definisi Triase

Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi. artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.

Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.

Tujuan Triase perawatan gawat darurat

1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, Ini lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan.

2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan

3. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah tiga alasan dan tujuan dilakukannya triase gawat darurat PPGDPrinsip-prinsip Triase dan Tata cara melakukan Triase

Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :

1. Pernafasan ( respiratory)

2. Sirkulasi (perfusion)

3. Status Mental (Mental State)

Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan Tag label Triase (Label Berwarna) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk tindakan medis terhadap korban.

Pengelompokan Triase berdasarkan Tag label

1. Prioritas Nol (Hitam)

Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk diselamatkan. pengelompokan label Triase2. Prioritas Pertama (Merah)

Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal nafas, henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.

3. Prioritas kedua (kuning)

Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. misalnya cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shok dan jenis-jenis penyakit lain.

4. Prioritas Ketiga (Hijau)

Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan. Nah mungkin anda masuk dalam kategori yang ini, jadi Jangan marah-marah dan jangan heran kenapa anda tidak langsung mendapatkan perawatan di Ruang UGD sementara mereka harus menolong pasien lain yang lebih parah.

Lihat juga artikel sebelumnya Kenali tanda dan gejala keracunan makanan.

Klasifikasi Triase

Triase di tempatDilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat penampungan, triase ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk ke tempat pelayanan medik lanjutan.

Triase MedicDilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik lanjutan yang bertujuan Untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan yang di butuhkan oleh korban. atau triase ini sering disebut dengan Triase Unit gawat daruratTriase EvakuasiTriase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit yang telah siap menerima korban. seperti Bencana massal contohnya Saat Tsunami, Gempa bumi, atau bencana besar lain. Next artikel Bantuan Hidup DasarCukup sekian pembahasan kita tentang Triase Gawat darurat lengkap (PPGD) semoga bermanfaat dan memudahkan anda dalam pembuatan Askep Triase PPGD.BAB 1. TRIASE & KONDISI GAWAT DARURAT (PEDIATRI GAWAT DARURAT)

Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat terhadap semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke dalam salah satu kategori berikut:

Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memerlukan penanganan kegawatdaruratan segera.

Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan prioritas dalam antrean untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada keterlambatan.

Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan kasus NON-URGENT sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan.

Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:

Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada, merintih, sianosis)?

Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat

dan lemah).

Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?

Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung, turgor menurun).

Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera untuk menghindari terjadinya kematian.

Tanda prioritas (lihat bagian selanjutnya) digunakan untuk mengidentifikasi anak dengan risiko kematian tinggi. Anak ini harus dilakukan penilaian segera.

BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT 1.1. Ringkasan langkah penilaian triase gawat darurat dan penanganannya

1.2. Catatan untuk penilaian tanda kegawatdaruratan dan prioritas

Menilai jalan napas (airway = A) dan pernapasan (breathing = B)Apakah pernapasan anak kelihatan tersumbat? Lihat dan dengar apakah ada aliran udara napas yang tidak adekuat selama bernapas.Apakah ada gangguan pernapasan yang berat? Pernapasan anak sangat berat, anak menggunakan otot bantu pernapasan (kepala yang menganggukangguk), apakah pernapasan terlihat cepat, dan anak kelihatan mudah lelah? Anak tidak bisa makan karena gangguan pernapasan.Apakah ada sianosis sentral? Terdapat perubahan warna kebiruan/keunguanpada lidah dan mukosa mulut.

Menilai sirkulasi (circulation = C) (untuk syok)Periksa apakah tangan anak teraba dingin? Jika ya:Periksa apakah capillary refill lebih dari 3 detik. Tekan pada kuku ibu jari tangan atau ibu jari kaki selama 3 detik sehingga nampak berwarna putih. Tentukan waktu dari saat pelepasan tekanan hingga kembali ke warnasemula (warna merah jambu).Jika capillary refill lebih dari 3 detik, periksa denyut nadi anak. Apakah denyut nadi anak tersebut lemah dan cepat? Jika denyut nadi pergelangan tangan (radius) kuat dan tidak terlalu cepat, anak tidak mengalami syok. Jika tidak dapat dirasakan adanya denyut nadi radius pada bayi (kurang dari 1 tahun), rasakan denyut nadi leher, atau jika bayi berbaring rasakan denyut nadifemoral. Jika tidak dapat dirasakan denyut nadi radius, cari karotis. Jika ruangan terlalu dingin, gunakan denyut nadi untuk menentukan apakah anak dalam keadaan syok.

Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau kelainan status mental lainnyaApakah anak koma? Periksa tingkat kesadaran dengan skala AVPU:

A: sadar (alert)

V: memberikan reaksi pada suara (voice)

P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)

U: tidak sadar (unconscious)

Jika anak tidak sadar, coba untuk membangunkan anak dengan berbicara atau mengguncangkan lengan anak. Jika anak tidak sadar, tetapi memberikan reaksi terhadap suara, anak mengalami letargis. Jika tidak ada reaksi, tanyakan kepada ibunya apakah anak mempunyai kelainan tidur atau susah untuk dibangunkan. Lihat apakah anak memberikan reaksi terhadap rasa sakit atau tidak. Jika demikian keadaannya berarti anak berada dalam keadaan koma (tidak sadar) dan memerlukan pengobatan gawat darurat.Apakah anak kejang? Apakah ada kejang berulang pada anak yang tidak memberikan reaksi?

Menilai dehidrasi (dehydration = D) berat pada anak diareApakah mata anak cekung? Tanyakan kepada ibunya apakah mata anak terlihat lebih cekung daripada biasanya.Apakah cubitan kulit perut (turgor) kembali sangat lambat (lebih lama dari 2 detik)? Cubit kulit dinding perut anak pertengahan antara umbilikus dan dinding perut lateral selama 1 detik, kemudian lepaskan dan amati.

Menilai tanda PrioritasPada saat melakukan penilaian tanda kegawatdaruratan, catat beberapa tanda prioritas yang ada:

Apakah ada gangguan pernapasan (tidak berat)? Apakah anak tampak lemah(letargi) atau rewel atau gelisah?Keadaan ini tercatat pada saat menilai koma.Catat juga tanda prioritas lain (lihat bagian 1.1)

1.1. Ringkasan langkah penilaian triase gawat darurat dan penanganannya 1.3. Catatan pada saat memberikan penanganan gawat-darurat pada anak dengan gizi buruk

PrintBack to topBAB 3. MASALAH-MASALAH BAYI BARU LAHIR DAN BAYI MUDA

Bab ini memberikan panduan untuk penanganan pengelolaan masalah neonatal dan bayi muda sejak dilahirkan sampai umur 2 bulan. Hal ini mencakup resusitasi bayi baru lahir, pengelolaan infeksi serta pengelolaan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan sangat rendah (BBLSR). Tabel mengenai obat yang umum digunakan untuk neonatal dan bayi muda berikut pemberian dosis untuk BBLR dan bayi kurang bulan dituliskan pada akhir bab.

BAB 2. PENDEKATAN DIAGNOSIS PADA ANAK SAKIT 3.1. Perawatan rutin bayi baru lahir saat KONSEP DASAR TRIAGE INSTALASI GAWAT DARURAT

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. Pasien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).

2. Pasien Gawat Tidak Darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.

3. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.

4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

5. Pasien Meninggal

Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat keadaan gawat darurat.

6. Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat

Cemas

cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.

Histeris

Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi

Mudah marah

Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di perbuat

I. Pendekatan Pelayanan keperawatan gawat Darurat

Tepat adalah melakukan tindakan dengan betul dan benar, Cermat adalah melakukan tindakan dengan penuh minat, perhatian, sabar, tanggap terhadap keadaan pasient, penuh ketelitian dan berhati-hati dalam bertindak serta hemat sesuai dengan kebutuhan sedangkan Cepat adalah tindakan segera dalam waktu singkat dapat menerima dan menolong pasien, cekatan, tangkas serta terampil.

Sementara itu urutan prioritas penanganan kegawatan berdasarkan pada 6-B yaitu :

B -1 = Breath system pernafasan

B -2 = Bleed system peredaran darah ( sirkulasi )

B -3 = Brain system saraf pusat

B -4 = Bladder system urogenitalis

B -5 = Bowl system pencernaan

B -6 = Bone system tulang dan persendian

Kegawatan pada system B-1, B-2, B-3, adalah prioritas utama karena kematian dapat terjadi sangat cepat, rangkin pertolongan ini disebut Live Saving First Aid yang meliputi :

Membebaskan jalan napas dari sumbatan

Memberikan napas buatan

Pijat jantung jika jantung berhenti

Menghentikan pendarahan dengan menekan titik perdarahan dan menggunakan beban

Posisi koma dengan melakukan triple airway menuver, posisi shock dengan tubuh horizontal, kedua tungkai dinaikan 200 untuk auto tranfusi

Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum bertindak, jangan panic

Lakukan pengkajian yang cepat terhadap masalah yang mengancam jiwa

Lakukan pengkajian yang siatematik sebelum melakukan tindakan secra menyeluruh.

Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan segera sesuai dengan standar dan fasilitas yang tersedia karena faktor waktu dan infornasi terbatas untuk mencegah kematian dan mencegah kecacatan.

II. PENGERTIAN

A. Pasien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

B. Pasien Gawat Tidak Darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.

C. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.

D. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya.

E. Kecelakaan (Accident)

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)

F. Cedera

Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.

G. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongar. dan bantuan.

III. PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)

1 Tujuan

a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.

b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai.

c. Menanggulangi korban bencana.

2 Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :

1. Susunan saraf pusat

2. Pernapasan

3. Kardiovaskuler

4. Hati

5. Ginjal

6. Pankreas

Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:

1. Trauma/cedera

2. lnfeksi

3. Keracunan (poisoning)

4. Degenerasi (failure)

5. Asfiksi

6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit)

7.Dan lain-lain.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan sistem/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Pendenta Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat

2. Kecepatan meminta pertolongan

3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam perjalanan kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit.

IV. SISTEM PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT

1. Tujuan

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.

Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:

a. Penanggulangan penderita di tempat kejadian

b. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih memadai.

c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita gawat darurat.

d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli

e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU).

f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.

2. Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat

Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur dalam pasal 51 UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenarnya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal (pasal 4).Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu.6 Tentunya upaya ini menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta). Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/ 1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam per hari. Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang spesifik. Secara umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik untuk pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit. Bentuk peraturan tersebut seyogyanya adalah peraturan pemerintah karena menyangkut berbagai instansi di luar sector kesehatan.

3. Masalah Lingkup Kewenangan Personil dalam Pelayanan Gawat Darurat

Hal yang perlu dikemukakan adalah pengertian tenaga kesehatan yang berkaitan dengan lingkup kewenangan dalam penanganan keadaan gawat darurat. Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:6 tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Melihat ketentuan tersebut nampak bahwa profesi kesehatan memerlukan kompetensi tertentu dan kewenangan khusus karena tindakan yang dilakukan mengandung risiko yang tidak kecil. Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenagakesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. 6 Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan pasien dapat dihindari, khususnya tindakan medis yang mengandung risiko. Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medik diatur dalam pasal 50 UU No.23/ 1992 tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.6 Pengaturan di atas menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di rumah sakit, di mana pada dasarnya setiap dokter memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan gawat darurat. Dalam hal pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus menerapkan standar profesi sesuai dengan situasi (gawat darurat) saat itu.6,10 Pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya tindakan pertolongan pertama dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak terlatih maupu yang terlatih di bidang medis. Dalam hal itu ketentuan perihal kewenangan untukmelakukan tindakan medis dalam undang-undang kesehatan seperti di atas tidak akan diterapkan, karena masyarakat melakukan hal itu dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu mereka tidak dapat disebut sebagai tenaga kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan di bidang kesehatan. Jika tindakan fase pra-rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang telah mendapat pendidikan khusus di bidang kedokteran gawat darurat dan yang memang tugasnya di bidang ini (misalnya petugas 118), maka tanggungjawab hukumnya tidak berbeda dengan tenaga kesehatan di rumah sakit. Penentuan ada tidaknya kelalaian dilakukan dengan membandingkan keterampilan tindakannya dengan tenaga yang serupa.

4. Masalah Medikolegal pada Penanganan Pasien Gawat Darurat

Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi hubungan hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat. Karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut The American Hospital Association (AHA) pengertian gawat darurat adalah: An emergency is any condition that in the opinion of the patient, his family, or whoever assumes the responsibility of bringing the patient to the hospital-require immediate medical attention. This condition continuesuntil a determination has been made by a health care professional that the patients life or well-being is not threatened.Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat darurat walaupun sebenarnya tidak demikian.Sehubungan dengan hal itu perlu dibedakan antara false emergency dengan true emergency yang pengertiannya adalah: A true emergency is any condition clinically determined to require immediate medical care. Such conditions range from those requiring extensive immediate care and admission to the hospital to those that are diagnostic problems and may or may not require admission after work-up and observation.Untuk menilai dan menentukan tingkat urgensi masalah kesehatan yang dihadapi pasien diselenggarakanlah triage. Tenaga yang menangani hal tersebut yang paling ideal adalah dokter, namun jika tenaga terbatas, di beberapa tempat dikerjakan oleh perawat melalui standing order yang disusun rumah sakit. Selain itu perlu pula dibedakan antara penanganan kasus gawat darurat fase pra-rumah sakit dengan fase di rumah sakit.4 Pihak yang terkait pada kedua fase tersebut dapat berbeda, di mana pada fase pra-rumah sakit selain tenaga kesehatan akan terlibat pula orang awam, sedangkan pada fase rumah sakit umumnya yang terlibat adalah tenaga kesehatan, khususnya tenaga medis dan perawat. Kewenangan dan tanggungjawab tenaga kesehatan dan orang awam tersebut telah dibicarakan di atas. Kecepatan dan ketepatan tindakan pada fase pra-rumah sakit sangat menentukan survivabilitas pasien.

5. Hubungan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat

Di USA dikenal penerapan doktrin Good Samaritan dalam peraturan perundang-undangan pada hampir seluruh negara bagian. Doktrin tersebut terutama diberlakukan dalam fase pra-rumah sakit untuk melindungi pihak yang secara sukarela beritikad baik menolong seseorang dalam keadaan gawat darurat.3,5 Dengan demikian seorang pasien dilarang menggugat dokter atau tenaga kesehatan lain untuk kecederaan yang dialaminya. Dua syarat utama doktrin Good Samaritan yang harus dipenuhi adalah :

1. Kesukarelaan pihak penolong. Kesukarelaan dibuktikan dengan tidak ada harapan atau keinginan pihak penolong untuk memperoleh kompensasi dalam bentuk apapun. Bila pihak penolong menarik biaya pada akhir pertolongannya, maka doktrin tersebut tidak berlaku.

2. Itikad baik pihak penolong. Itikad baik tersebut dapat dinilai dari tindakan yang dilakukan penolong. Hal yang bertentangan dengan itikad baik misalnya melakukan trakeostomi yang tidak perlu untuk menambah keterampilan penolong. Dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien menggugat tenaga kesehatan karena diduga terdapatkekeliruan dalam penegakan diagnosis atau pemberian terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa hanya kekeliruan itulah yang menjadi penyebab kerugiannya/cacat (proximate cause).5 Bila tuduhan kelalaian tersebut dilakukan dalam situasi gawat darurat maka perlu dipertimbangkan faktor kondisi dan situasi saat peristiwa tersebut terjadi.2 Jadi, tepat atau tidaknya tindakan tenaga kesehatan perlu dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berkualifikasi sama, pada pada situasi dan kondisi yang sama pula. Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis. Dalam keadaan gawat darurat di mana harus segera dilakukan tindakan medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien, tidak perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam bentuk tertulis, maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam medis.

KONSEP TRIAGE1.SOAL :Latar belakang dan pengertian triage!PEMBAHASAN :Kata triage berasal dari bahasa Perancis trier, yang berarti membagi/memisahkan.Cara pemisahan pasien dengan triage berdasarkan riwayat penyakit yang dialami. Asal dari triagemodern dapat ditelusuri pada era Napoleonic dimana Baron Dominique Jean Larry (1766-1842),seorang dokter bedah pada pasukan Napoleon, dikembangkan dan diterapkan pada tentara yangpaling membutuhkan perawatan yang paling darurat namun tidak dihiraukan. Sistem ini jugaditerapkan ketika perawatan luka saat di medan perang, sebelum dipindahkan ke rumah sakit.Sebelum Larrey, semua luka yang ada pada saat perang akan diabaikan sampai perang itu usai,setelah itu akan dipindahkan ke rumah sakit dimana mereka akan dirawat. Keterlambatanperawatan akan menghasilkan hasil yang tidak memuaskan.Pada 1846, John Wilson memperkenalkan kontribusi utama untuk triage saat ini. Diamenuliskan, untuk pembedahan darurat agar menjadi efektif, ini harus diutamakan pada pasienyang membutuhkan, hal ini diterapkan pada kedua jenis pasien yaitu pasien yang memerlukanperawatan segera(darurat) dan pasien yang penanganannya dapat ditunda.Perang Dunia I dan II membawa kemajuan pendekatan dan perawatan pada pasiendengan luka akut. Selama Perang Dunia I, pasien dipisahkan berdasarkan dari asalkedatangannya. Sedangkan pada Perang Dunia II pasien dipisahkan berdasarkan tingkatkeparahan lukanya. Pendekatan ini memungkinkan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa,terutama pada prajurit dengan luka pada abdomen daripada faktor lain selama Perang Dunia II.Saat perang Korea, evakuasi pasien melalui jalur udara setelah dilakukan triage menjadilebih umum untuk dilakukan, hal ini sangat meningkatkan jumlah penyelamatan yang dapatdilakukan. Sistem ini menjadi lebih baik ketika terjadi Konflik Vietnam, dimana triage cepat dankemajuan resusitasi di lapangan dikombinasikan dengan evakuasi menggunakan helikopter.Triage ini dan teknik evakuasi memperlihatkan penurunan jumlah kematian dari 4,7% padaPerang Dunia II menjadi 1% selama Konflik Vietnam. Sebagai seni dari triage yang telahdikembangkan, keadaan akhir pasien terdapat peningkatan. Satu variabel pertolongan ini telahmengurangi perawatan definitif dari waktu ke waktu. Selama Perang Dunia II, rata-rata waktuyang dibutuhkan dari terjadinya luka hingga perawatan definitif dari 12-18 jam, hal ini berkurangselama konflik Vietnam menjadi kurang dari 2 jam. (Departement Emergency HospitalSingapore, 2009).Gambar 1. Stasiun triase di Suippes, Perancis pada Perang Dunia I.Definisi/ PengertianKata triage berasal dari bahasa Perancis trier yang artinya mengelompokkan/mengklasifikasikan. Penggunaan awal kata trier mengacu pada penapisan screening di medanperang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajianyang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber dayamanusia, peralatan serta faslitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yangmemerlukan pertolongan di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Tujuan triage yaitumemilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritaspenanganannya. (Oman, 2000 : 1)Triage merupakan kunci utama dari managemen medis penanganan disaster. Denganpelaksanaan triage yang akurat akan membantu menyelamatkan banyak korban bencana maupunkorban perang secara maksimal.Triage juga berarti suatu sistem pemisahan pasien atau mengkategorikan pasienberdasarkan kegawatannya yang memerlukan tindakan segeraVISI, MISI, MOTTO, KEBIJAKAN MUTURUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOHAMAD SALEHKOTA PROBOLINGGOVISI

"

Terwujudnya pelayanan kesehatan paripurna yang efektif dan efisien"MISI

1.Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat.2.Mendayagunakan sumberdaya rumah sakit sebagai pelayanan kepadamasyarakat yang optimal3.Perluasan jangkauan pelayanan rumah sakit4.Pengelolaan rumah sakit dengan prinsip sosio ekonomi seara efektif danefisien

MOTTO

"!esembuhan Pasien Pengabdianku !epuasan Pasien !ebahagianku"

KEBIJAKAN MUTU

Memberikan pelayanan seara epat tepat dan profesional kepada masyarakat #

Meningkatkan mutu sumber daya manusia yang berkopeten melalui pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengan bidangnya #

Penyediaan sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang memadai dan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit #

Mengupayakan pendapatan rumah sakit optimal melalui pengelolaan keuangan yangefektif dan efisien.

Visi dan Misi IGDVisi IGDMenjadikan perawat kompeten dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan sebagai satu-satunya pusat rujukan di wilayah Pronolinggo dengan pelayanan yang cepat, tepat, tanggapmelalui sumber daya tenaga yang mandiri dan berkualitas.

Misi IGD1.Meberikan pelayanan yang berkualitas melalui pelayanan yang professional,dengan memperhatikan aspek budaya dan privacy penderita.2.Meningkatkan kualitas dan kemandirian sumber daya perawat sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan..Mewujudkan kepemimpinan yang berkualitas dan terbuka.!.Meningkatkan semangat kebersamaan dan solidaritas untuk menjalinpersatuan dan kesatuan dengan penuh kasih sayang untuk mencapai kesejahteraanperawat dan kenyamanan pasien"penderita.#.Meningkatkan partisifasi aktif, kreatif dan inovatif perawat dalam memberikanpelayanan kegawatdaruratan yang professional.$.Mewujudkan pendidikan berkelanjutan melalui incervice training danoutservice training.%.Mewujudkan lingkungan &nstalasi 'awat (arurat yang bersih dan nyaman.).Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan &nstalasi 'awat (arurat.Falsaa!Melayani (engan *ati

M"##"P+M /Profesional 0 amah 0 Manusiawi 0 anggap 0 dan epat

BAB I PENDAHULUAN1.2 LATAR BELAKANGGawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkantindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahankecacatan lebih lanjut. Sesuai dengan pasal 32 Undang-undang RepublikIndonesia no.3 tahun 2!!" tentang kesehatan menyebutkan bahwadalam keadaan darurat# $asilitas pelayanan kesehatan# baik pemerintahmaupun swasta# wajib memberikan pelayanan kesehatan bagipenyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.%alam pelayanan kesehatan tersebut juga harus dilengkapi denganperalatan-peralatan medis dan non medis yang memadai sesuai denganjenis pelayanan yang diberikan dan juga harus memenuhi standar mutu#keamanan dan keselamatan serta mempunya i&in edar sesuai denganketentuan perundangundangan.%alam peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor'()*menkes*per*I*2!'! tentang peri&inan rumah sakit menyebutkanbahwa untuk mendapatkan i&in operasional# rumah sakit harus memenuhipersyaratan yang meliputi + ,' Sarana dan prasarana# ,2 peralatan# ,3sumber daya manusia# dan ,( administrasi dan managemen. Salah satupersyaratan i&in rumah sakit lainnya adalah Rumah sakit memilikikewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 2(jam sehari. %alam melakukan pelayanan juga harus membutuhkansumber daya manusia yang berkompeten dalam melakukan upayakesehatan dengan pendekatan promoti$# preenti$# kurati$ dan rehabilitati$yang dilaksanakan secara terpadu# menyeluruh dan berkesinambungan.

%alam upaya peningkatan mutu pelayanan # khususnya dalamkasus Gawat %arurat# Rumah Sakit telah dilengkapi dengan $asilitas danperalatan sesuai yang dibutuhkan# namun perlu disertai denganpeningkatan pengetahuan dan ketrampilan secara terus menerus daritenaga kesehatan yang ada di IG%# sehingga dapat memberikanpelayanan kesehatan kegawat daruratan./dapun dasar hukum IG% adalah sebagai berikut +'.UU 0o. 23 1ahun '""2 tentang esehatan2.UU 0o. 23 1ahun '""" tentang tonomi %aerah.3.UU 0o. 24 1ahun '""" tentang 5ertimbangan euangan 5usat dan%aerah(.UU 0o. 24 1ahun 2!!! tentang ewenangan 5emerintah 5usat dan5ropinsi4.UU 0o. 1ahun '""" tentang 5erlindungan onsomen.UU 0o. 2" 1ahun 2!!( tentang 5raktek edokteran).55 0o. 22 1ahun '"" 1entang 1enga esehatan6.eputusan 5residen RI 0o. ''' 1ahun 2!!' 1entang 5erubahan dankeputusan 5residen no. 3 1ahun 2!!' tentang 7adan oordinasi0asional 5enanggulangan 7encana dan 5enanganan 5engungsian".eputusan 8entri esehatan RI no. 26*8enkes*S*I9*'""4 tentang5etunjuk 5elaksanaan Umum 5enanggulangan 8edik orban 7encana'!.eputusan 8entri esehatan RI no. ")"*8enkes*S*I:*2!!' tentang5rosedur 1etap 5elayanan esehatan 5enanggulangan 8edik orban7encana dan 5enanganan 5engungsian.''.eputusan 8entri esehatan RI no. '23"*8enkes*S*:I*2!!' tentangRegetrasi dan 5raktek 5erawat.'2.eputusan 8entri esehatan RI no. (2*8enkes*S*9*2!!2 tentangSa$e ;ommunity ,8asyarakat