Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

download Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

of 22

Transcript of Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    1/22

    MANAJEMEN LINTAS BUDAYA

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    2/22

    PENGERTIAN MANAJEMEN LINTAS BUDAYA

    Manajemen Lintas Budaya adalah ilmu yang berusaha

    untuk memahami bagaimana budaya nasional

    mempengaruhi praktek manajemen, mengidentifikasi

    persamaan dan perbedaan lintas budaya dalampraktek manajemen dan berbagai konteks organisasi,

    serta meningkatkan efektivitas dalam manajemen

    global.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    3/22

    Salah satu dampak globalisasi adalah semakin tingginya

    intensitas manusia dari berbagai Negara, bangsa, suku,

    bahasa.

    Disatu sisi kita melihat betapa dunia tampak sepertisemakin menjadi satu, atau yang biasa disebut-sebut

    sebagai suatu globalvillage.

    Disisi lain kita juga semakin ter-expose dengan berbagai

    ragam budaya dari segala penjuru dunia.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    4/22

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    5/22

    Ironisnya , seorang manajer yang piawai berinteraksi ditingkat internasional dan bisa mengelola team ataukelompok multikultur, belum tentu bisa piawai mengelolaall-indonesia team yang terdiri dari orang-orang dari

    beragam suku.

    Dan ketika team atau kelompok orang-orang Indonesia itugagal maka tak jarang kegagalan itu diatribusikan kepadaahmemang dasar orang Indonesia.

    Padahal bisa jadi murni karena kekurang pahaman kitaterhadap budaya, cara pikir , dan cara pandang saudara-saudara dari suku lain.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    6/22

    Makanan, cara berpakaian dan bahasa hanyalah sekelumit darielemen-elemen yang membentuk sebuah budaya atau peradaban.

    Elemen terbesar yang justru memiliki pengaruh kepada elemen-

    elemen lain adalah watak atau cara berpikir.

    Manajemen lintas budaya ( cross cultural management) yang sejati

    adalah bagaimana mengelola perbedaan cara pikir dan cara

    pandang yang beragam.

    Manajemen lintas budaya yang hanya mengelola tatanan fisik

    apresiasi makanan, tradisi, dan bahasa tidak akan menghasilkanhasil optimal dari sebuah kelompok yang multi-kultur.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    7/22

    Satu hal teramat penting yang perlu disadari para manajer dan siapapunyang berhadapan dengan keadaan lintas budaya adalah manajemenlintas budaya bukan berarti menyatukan cara pikir dan cara pandang.

    Dengan begitu justru kita menegaskan keunggulan keragaman budayadan keragaman berpikir.

    Sesuai namanya , manajemen lintas budaya adalah mengelolakeragaman. Ketika kita bekerja dengan orang Amerika dan Eropa, kitaperlu paham cara berpikir mereka yang memang jauh lebih individualisdaripada kita.

    Mereka juga memerlukan lebih banyak kepastian dalam bekerja danantara atasan dengan bawahan dianggap lebih setara dibandingkan

    dengan budaya Asia.

    Seorag pakar cross cultural management bernama Geert Hofstede telahmencoba merangkum beragam budaya di dunia dalam beberapa dimensiseperti tersebut tadi.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    8/22

    Peningkatan intensitas secara drastis dalam hubunganinternasional, baik hubungan politik, diplomasi, militer,

    hukum atau ekonomi membawa konsekuensi pada

    peningkatan intensitas hubungan lintas budaya.

    Dalam konteks ini, terutama dalam hubungan bisnis,fenomena tersebut memunculkan kebutuhan akan perlunya

    pemahaman atas manajemen lintas budaya.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    9/22

    Manajemen lintas budaya menyajikan topik bahasan

    tentang strategi dan kecakapan khusus tentang seluk

    beluk perbedaan-perbedaan budaya untuk menuju sinergi

    budaya, baik dalam kepentingan bisnis, ekonomi, politik,

    maupun kepentingan-kepentingan lainnya.

    Bagi pihak-pihak yang berkepentingan (terutama para

    manajer MNC), pemahaman atas manajemen lintas

    budaya merupakan bekal yang mutlak dikuasai untuktetap mampu bersaing dalam kompetisi bisnis

    internasional yang semakin keras dan ketat.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    10/22

    Dalam perkembangannya, analisis ini terkategori dalam duamodel pemikiran mengenai penjelasan keberadaan budayadalam ilmu manajemen, yaitu model Farmer-Richman (1965)dan model Negandhi-Prasad (1971).

    Model Farmer-Richman dikembangkan pada saat berbagaipihak (termasuk MNC yang sudah terbentuk pada saat itu)masih mengabaikan akan perlunya pengkajian atas aspekbudaya dalam hubungan internasionalnya.

    Sedangkan model Negandhi-Prasad muncul pada saatberbagai pihak mulai memperhatikan perlunya analisisbudaya.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    11/22

    Pada kedua model tersebut terdapat beberapa perbedaan

    pendekatan dalam hal menunjukan penting tidaknya

    kedudukan budaya dalam manajemen.

    Model Farmer-Richman menegaskan bahwa budaya

    merupakan variabel utama dalam menentukan efektifitas

    manajerial dan organisasional,

    Sedangkan model Negandhi-Prasad menyatakan bahwa

    philosophy of management adalah merupakan suatu variabel

    yang bersifat independen dan cenderung tidak terpengaruh

    secara langsung oleh aspek budaya.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    12/22

    Perbedaan berikutnya adalah dalam menyebut danmengkategorisir faktor-faktor pembentuk budaya.

    Kedua model tersebut menunjukan bahwa aspek-aspek

    pendidikan, sosiologi, politik dan legal membentuk

    sesuatu yang mereka kategorikan sebagai budaya.

    Dimana Farmer-Richman menyebutnya dengan external

    costraints,

    sedangkan Negandhi-Prasad menyebut aspek-aspek

    tersebut sebagai environmental factor.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    13/22

    Model Negandhi-Prasad tersebut pada dasarnyaadalah merupakan kontra argumen terhadap modelFarmer-Richman.

    Menurut Farmer-Richman, bila faktor budayadianggap sebagai faktor penentu pokok dalamkemangkusan manajemen, maka kemangkusan dikeseluruhan sektor dalam suatu negara (denganbudaya yang sama) akan sama pula.

    Negandhi-Prasad menyatakan bahwa anggapanpemikiran tersebut adalah merupakan suatukejanggalan.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    14/22

    Pada dasarnya model-model dalam anasisis cross cultural

    bertujuan untuk mencari jawaban atas pengaruh (baik yang

    bersifat langsung atau tidak langsung) terhadap kemangkusan

    dan kesangkilan manajemen.

    Pada setiap model ditemukan bahwa bagaimanapun juga pada

    akhirnya pelaksanaan keseluruhan fungsi manajemen sangat

    ditentukan oleh pola pikir para pelaksana fungsi-fungsi

    tersebut, yang secara alamiah telah terbentuk oleh latar

    belakang budaya mereka.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    15/22

    Kepemimpinan dalam Manajemen Lintas

    Budaya

    Kepemimpinan adalah penciptaan struktur yang memungkinkan

    orang-orang untuk mengambil bagian dalam mencapai tujuan-

    tujuan yang bernilai.

    Manajemen dapat dirumuskan sebagai harapan/pengawasan,

    yang berarti bahwa para manajer harus mangkus dalammenciptakan dan memperjelas harapan atas pelaksanaan tugas

    dengan para bawahan atau rekan sekerja, kemudian mereka

    mengadakan perundingan dan melakukan pengawasan untuk

    meyakinkan bahwa pekerjaan diselesaikan dengan baik.

    Amatlah disayangkan bahwa prasangka, kefanatikan, kebodohan

    dalam organisasi atau manajemen dibiarkan merongrong

    sumbangan dan perkembangan maksimal karyawan.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    16/22

    Kemajuan pesat dibidang ilmu pengetahuan, yang kemudian diwujudkan menjadiperkembangan dibidang teknologi, serta ledakan demokrasi di Negara-negara yangsemula di bawah tekanan kolonialisme, komunisme, dictatorial, dan feodalismepolitik, memberi peluang dan kesempatan bagi ratusan juta manusia di duniauntuk terjun dan terlibat dengan bebas dalam hubungan internasional, terutama dibidang ekonomi dan bisnis internasional.

    Di bidang ekonomi dan bisnis internasional, masing-masing pihak berusahamendapatkan keuntungan yang maksimal dalam hubungan dengan pihak mitranya.

    Untuk mencapai tujuan itu, segala macam akal dan usaha digunakan, baik melaluikekuatan modal, teknologi, posisi persaingan dalam pasar, dan adakalanya dengankekuatan diplomasi dan bahkan senjata.

    Namun , didalam semua usaha itu ada sebuah kekuatan yang relative belumbanyak disadari dan diungkapkan maknanya dalam ekonomi dan bisnis, khusunyabisnis internasional, yaitu kekuatan budaya.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    17/22

    Sistem budaya ini terakulturasi dalam entitas bisnis multibudaya yang menjamurdi fase global ini.

    Bisnis pada era ini menempatkan budaya-budaya stakeholders-nya dalam suatumelting pot yaitu organisasi bisnis.

    Manajer yang dapat mengorganisasi kondisi ini adalah manajer yang memahami

    betul manajemen lintas budaya dalam organisasinya sehingga harmoni antarbudaya terwujud dalam iklim bisnis yang dibangun.

    Manajer tersebut memahami bahwa organisasi bisnis memiliki 2 faktor utama,yaitu organisasi dan pelaku didalamnya.

    Oleh karena itu, pemahaman atas dinamika entitas bisnis ini adalah pemahaman

    atas faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi dalam membangun iklim,system, dan budaya serta pemahaman atas faktor-faktor yang mempengaruhimanusia dalam berperilaku dalam dan diorganisasi di entitas bisnis tersebut.

    Tentu saja, standar internasional menjadi standar berperilaku di organisasi.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    18/22

    Culture management merupakan area dari kebijakan dan praktek-praktek sumber daya manusia (SDM).

    Di dalam manajemen SDM hal ini menyediakan suatu kerangkareferensi dimana sejumlah proses seperti rekrutmen, seleksi danpenilaian, manajemen kinerja dan pemberian reward serta

    pengembangan terjadi.

    Inisiatif-inisiatif culture management dilakukan ketika organisasiharus berhadapan dengan beberapa perubahan besar didalamlingkungan bisnisnya, bahkan jika culture management dipandangsangat memungkinkan, masih terdapat pertanyaan-pertanyaanyang mendasari asumsi-asumsi, tetapi perspektif yang masihterbatas pada budaya adalah dimana kebanyakanpenyokong/pondasi perubahan budaya malahan membatasidirinya sendiri serta membawanya ke dalam permasalahanetika.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    19/22

    Bahkan , McCelland & Burnham menyatakan bahwa banyak para

    manajer sebagai penyokong/penganjur culture management lebih

    menghargai nilai-nilai humanitarian, akulturasi diri dan individualism

    sehingga mereka lebih banyak membantu di dalam memecahkan

    masalah.

    Hal ini secara khusus mengkhawatirkan mengingat bahwa culture

    management tidak hanya menjadi bagian dari manajemen SDM saja,

    tetapi juga menyangkut semua level/fungsi di dalam suatu organisasi

    karena untuk menyusun arah dan iramadari para pegawai (anggota

    organisasi) haruslah terdapat koordinasi kebijakan dengan semuafungsi yang ada di dalam organisasi.

    Dua area utama dimana isu ini muncul terutama terletak di dalam

    peran agen-agen perubahan(the role of change agents) dan outcomes

    etika dari proses.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    20/22

    Menurut Fisher Jr, change agents seharusnya tidak

    merasa takut terhadap peringatan manajemen

    ketika mereka menjadi begitu antusias tentang

    pentingnya pembentukan tim kerja atau intervensi-

    intervensi lain yang mungkin ingin dicapai.

    Mereka harus mengetahui keterbatasan mereka

    dan menterjemahkan menjadi bahasa yang

    manajemen memahami dan berurusan dengan haltersebut.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    21/22

    Change agents harus membantu manjemen

    menciptakan iklim dimana orang dibiarkan untuk

    melakukan protes secara periodic tetapi dengan sopan

    daripada terjadi ketidakkonsistenan dan kasar, dan

    menginstruksikan kebijakan manajemen untukmelibatkan pihak ketiga, dan bagaimana hal itu dapat

    membantu manajemen menjadi mengerti, suportif,

    dan konsisten dengan pesan-pesannya dan pada

    akhirnya menciptakan suatu iklim di mana semua

    pegawai berpikir sebagai pemilik.

  • 8/12/2019 Kuliah VI Manajemen Lintas Budaya

    22/22