KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN...

59
KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN Bacillus circulans UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA NARISWARI FIDARA PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1441 H

Transcript of KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN...

Page 1: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN

MENGGUNAKAN Bacillus circulans UNTUK PAKAN TERNAK

RUMINANSIA

NARISWARI FIDARA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1441 H

Page 2: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

ii

KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN

Bacillus circulans UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

NARISWARI FIDARA

11150950000043

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1441 H

Page 3: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi
Page 4: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi
Page 5: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi
Page 6: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

vi

ABSTRAK

Nariswari Fidara. Kualitas Amoniasi Jerami Padi dengan Menggunakan

Bacillus circulans Untuk Pakan Ternak Ruminansia. Skripsi. Program Studi

Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2019. Dibimbing oleh Wahidin Teguh Sasongko, M.Sc

dan Etyn Yunita, M.Si.

Jerami padi adalah limbah pertanian yang berpotensi untuk digunakan sebagai

pakan ternak ruminansia. Teknologi pakan ternak ruminansia berupa amoniasi

jerami padi biasa dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi tersebut.

Inovasi penambahan mikroorganisme pada proses amoniasi dapat mempercepat

proses tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas hasil

amoniasi jerami padi dengan penambahan Bacillus circulans untuk pakan ternak

ruminansia serta mengetahui konsentrasi Bacillus circulans yang dapat

meningkatkan kualitas amoniasi jerami padi untuk pakan ternak ruminansia.

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dengan penambahan B.

circulans (0,075%, 0,1% dan 0,125%) dan empat pengulangan digunakan dalam

penelitian ini. Sampel dilakukan analisis kualitas amoniasi, profil nutrisi dan fraksi

serat jerami padi setelah inkubasi selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa jerami padi amoniasi yang ditambahkan dengan B. circulans dapat

meningkatkan kualitas amoniasi jerami padi yaitu dengan peningkatan amonia

(NH3). Perlakuan jerami padi amoniasi dengan penambahan B. circulans 0,1%

menunjukkan keunggulan dari perlakuan lainnya dengan penurunan kadar BK dan

Neutral Detergent Fibre (NDF) serta peningkatan protein kasar (PK) dan amonia

(NH3).

Kata kunci : amoniasi, Bacillus circulans, jerami padi

Page 7: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

vii

ABSTRACT

Nariswari Fidara. Quality of Ammoniated Rice Straw with Bacillus circulans

as Ruminant Livestock Feed. Undergraduated Thesis. Department of Biology.

Faculty of Science and Technology. State Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2019. Advised by Wahidin Teguh Sasongko, M.Sc and

Etyn Yunita, M.Si.

Rice straw was an agricultural waste that has potential to be used as ruminant

livestock feed. Technology for ruminant livestock feed in the form of ammoniated

rice straw is usually done to improve the quality of rice straw. Innovation of adding

microorganisms to the process of ammoniation can accelerate the process. The

purpose of this study was to improve the quality of ammoniated rice straw by adding

Bacillus circulans and to know the concentration of Bacillus circulans that can

improve the quality of ammoniated rice straw as ruminant livestock feed.

Completely Randomized Design with four treatments by adding B. circulans

(0,075%, 0,1% and 0,125%) and four replications was applied in this study.

Samples were conducted analysis of amoniation quality, nutrition profile and

fraction of crude fiber of rice straw after incubation for 21 days. Results showed

that ammoniated rice straw with B. circulans had improve qualities such as

increased ammonia (NH3). The best treatmeat was ammoniated rice straw with

0,1% B. circulans. Ammoniated rice straw with B. circulans 0,1% was the best

treatment with decreased dry matter (DM) and Neutral Detergent Fibre (NDF) also

increased crude protein (CP) and ammonia (NH3).

Keywords : amoniation, Bacillus circulans, rice straw

Page 8: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Kualitas Amoniasi Jerami Padi dengan Menggunakan Bacillus circulans

Untuk Pakan Ternak Ruminansia”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

skripsi ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

3. Wahidin Teguh Sasongko, M.Sc. selaku pembimbing I dan Etyn Yunita, M.Si.

selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta saran yang

membangun dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku penguji I dan Dr. Dasumiati, M.Si selaku penguji

II ujian skripsi yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si. selaku penguji I dan Dr. Fahma Wijayanti,

M.Si. selaku penguji II seminar proposal dan hasil yang telah memberikan

masukan serta arahan yang bermanfaat kepada penulis.

6. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) - Badan Tenaga Nuklir Nasional

(BATAN) Jakarta Selatan selaku instansi tempat penulis mengadakan penelitian.

7. Nana Mulyana, S.ST, Teguh Wahyono, S.Pt, M.Si., Shintia Nugrahini Wahyu

Hardani, A.Md., Yunida Maharani, A.Md., Dr. Irawan Sugoro, M.Si. dan Pak

Dedi yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama melakukan penelitian

hingga penulisan skripsi.

8. Kedua orang tua Bapak Supriatna dan Ibu Siti Romlah, serta adik tercinta yakni

Mella Tamara atas segala doa dan motivasi yang senantiasa diberikan kepada

penulis.

9. Anak Agung Ngr. Surya Dinata Kusuma yang tak pernah lelah memberikan

semangat dan menjadi pendengar yang baik untuk penulis.

Page 9: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

ix

10. Santika Indriyani, Nurdia Ekani dan Austina Luthfiyanti sebagai rekan kerja

selama penelitian.

11. Eva, Puspy, Kirana, Luftiara dan Dede yang telah memberikan bantuan dan

dorongan moril kepada penulis selama pembuatan skripsi.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi para pembaca.

Saya ucapkan terima kasih atas peran serta setiap pihak yang telah membantu dalam

pembuatan skripsi ini.

Jakarta, November 2019

Penulis

Page 10: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Hipotesis ................................................................................................ 2

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

1.6 Kerangka Berfikir .................................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1 Jerami Padi ............................................................................................ 5

2.2 Dedak ..................................................................................................... 6

2.3 Urea ....................................................................................................... 7

2.4 Molases .................................................................................................. 7

2.5 Bacillus circulans .................................................................................. 8

2.6 Amoniasi ................................................................................................ 9

BAB III. METODOLOGI ..................................................................................... 11

3.1 Waktu dan Lokasi .................................................................................. 11

3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 11

3.3 Rancangan Penelitian............................................................................. 12

3.4 Cara Kerja .............................................................................................. 12

3.6 Parameter Pengamatan........................................................................... 19

3.7 Analisis Data .......................................................................................... 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 21

4.1 Hasil Analisis Kualitas Amoniasi Jerami Padi ...................................... 21

4.2 Hasil Profil Nutrisi Jerami Padi ............................................................. 27

4.3 Hasil Fraksi Serat Jerami Padi ............................................................... 30

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 32

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 32

5.2 Saran ...................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

LAMPIRAN .......................................................................................................... 37

Page 11: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persyaratan mutu ternak ruminansia ....................................................... 6

Tabel 2. Hasil Total Plate Count (TPC)................................................................ 26

Tabel 3. Hasil profil nutrisi jerami padi ................................................................ 27

Tabel 4. Hasil analisis fraksi serat jerami padi ..................................................... 30

Page 12: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian................................................................ 4

Gambar 2. Bacillus circulans ................................................................................ 8

Gambar 3. Hasil pengukuran pH ........................................................................... 21

Gambar 4. Hasil pengukuran Total Volatile Fatty Acid (TVFA).......................... 22

Gambar 5. Hasil pengukuran amonia (NH3) ......................................................... 24

Gambar 6. Hasil pengukura amonium (NH4+) ...................................................... 25

Page 13: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada pH kualitas amoniasi jerami padi

......................................................................................................... 37

Lampiran 2. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada Total Volatile Fatty Acid (TVFA)

kualitas amoniasi jerami padi .......................................................... 38

Lampiran 3. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada amonia (NH3) kualitas amoniasi

jerami padi ....................................................................................... 39

Lampiran 4. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada amonium (NH4+) kualitas

amoniasi jerami padi ........................................................................ 40

Lampiran 5. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada bahan kering (BK) jerami padi

......................................................................................................... 41

Lampiran 6. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada bahan organik (BO) jerami padi

......................................................................................................... 42

Lampiran 7. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada lemak kasar (LK) jerami padi 43

Lampiran 8. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada Neutral Detergent Fibre (NDF)

jerami padi ....................................................................................... 44

Lampiran 9. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada Acid Detergent Fibre (ADF)

jerami padi ....................................................................................... 45

Lampiran 10. Kurva standar amonium (NH4+) ..................................................... 46

Page 14: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang lebih banyak dibandingkan

limbah pertanian lainnya. Jumlah jerami padi yang banyak dan mudah diperoleh itu

dapat digunakan sebagai cadangan pakan ternak ruminansia terutama ketika hijauan

makanan ternak (HMT) sulit didapatkan. Hambatan pemanfaatan jerami padi

sebagai pakan ternak yaitu tidak awet sampai waktunya tiba untuk digunakan.

Selain itu, rendahnya nilai nutrisi yang terkandung dibandingkan dengan hijauan

segar juga menjadi salah satu alasan minimnya pemanfaatan jerami padi ini.

Kebutuhan pakan atau ransum yang mengandung protein dan energi yang seimbang

juga dibutuhkan ternak selain vitamin dan mineral yang cukup (Suryahadi, Bakrie,

Amrullah, Lotulung, & Lasidie, 2003).

Pengawetan serta peningkatan nilai nutrisi pada jerami padi yang akan

dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia dapat dilakukan dengan berbagai cara

mekanik, kimiawi maupun biologis. Salah satu upaya dengan cara kimia yaitu

melalui proses amoniasi. Proses amoniasi bisa dilakukan dengan menggunakan

urea-calcium hydroxide dan urea (Wanapat, Kang, Hankla, & Phesatcha, 2013)

dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

dilakukan dengan urea dapat menghindari polusi dan menekan biaya pembuatan

serendah mungkin. Selain itu, pemakaian urea untuk amoniasi memiliki keuntungan

karena urea sangat mudah diperoleh, harganya relatif murah, mudah ditangani,

tidak beracun dan memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi (46%) (Suyitno,

Murhadi, Marsono, 2006).

Ciri-ciri hasil amoniasi yang baik pada jerami padi yaitu tidak berjamur dan

pH yang dihasilkan sekitar 8 atau basa (Sumarsih & Tampoebolon, 2003),

mengandung protein kasar sebesar 10-15%BK (Widharto & Astuti, 2018) serta

lemak kasar sebesar 6-7% (Jayanegara & Sofyan, 2008). Proses penting yang terjadi

selama amoniasi jerami padi terdiri dari proses ureolisis dan perombakan struktur

dinding sel jerami padi. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas hasil amoniasi

Page 15: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

2

jerami padi serta mempercepat proses ureolisis dalam amoniasi itu sendiri perlu

dilakukan penambahan mikroorganisme. Mikroorganisme yang biasa digunakan

untuk membantu proses dalam amoniasi yaitu fungi seperti Aspergillus niger

(Gultom, Mirwandhono, & Hasnudi, 2012). Penambahan bakteri dalam proses

amoniasi jarang dilakukan. Almai, Tjakradidjaja, & Jachja (2013) menambahan

probiotik cair ke dalam perlakuan pakan sehingga lebih efisien dalam

meningkatkan konsentrasi NH3 dan VFA total di atas 50%. Beberapa contoh

probiotik yang bisa ditambahkan dalam proses amoniasi adalah Lactobacillus

plantarum 0,1% (Ratnakomala, Ridwan, Kartina, & Widyastuti, 2006) dan Bacillus

sp. (Amin, Damrah, Oscar, & Iqbal, 2015). Bacillus sp. merupakan salah satu

bakteri yang dapat meningkatkan kandungan protein kasar (Amin, Hasan,

Yanuarianto, Iqbal, & Karda, 2016).

Penelitian tentang amoniasi jerami padi dengan menggunakan Bacillus

circulans belum dilakukan. Atas dasar tersebut penulis melakukan penelitian

amoniasi jerami padi menggunakan B. circulans dengan konsentrasi yang berbeda

sehingga kualitas untuk pakan ternak ruminansia meningkat untuk memanfaatkan

kemajuan teknologi di bidang nutrisi ternak di PAIR – BATAN .

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dari penelitian ini yaitu :

1) Apakah Bacillus circulans dapat meningkatkan kualitas amoniasi jerami

padi untuk pakan ternak ruminansia?

2) Konsentasi Bacillus circulans berapakah yang dapat meningkatkan

kualitas amoniasi jerami padi untuk pakan ternak ruminansia?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1) Kualitas amoniasi jerami padi untuk pakan ternak ruminansia dapat

meningkat dengan penambahan Bacillus circulans.

2) Konsentrasi Bacillus circulans 0,1% dapat meningkatkan kualitas

amoniasi jerami padi untuk pakan ternak ruminansia.

Page 16: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

3

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Meningkatkan kualitas amoniasi jerami padi untuk pakan ternak

ruminansia dengan penambahan Bacillus circulans.

2) Mengetahui konsentrasi Bacillus circulans yang dapat meningkatkan

kualitas amoniasi jerami padi untuk pakan ternak ruminansia.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan teknologi tepat

guna dengan penambahan Bacillus circulans untuk meningkatkan kualitas hasil

amoniasi jerami padi yang akan digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.

Page 17: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

4

1.6 Kerangka Berfikir Penelitian

Kerangka berfikir dari penelitian ini sebagai berikut

Jerami padi sebagai limbah pertanian

Jerami padi digunakan sebagai pakan

ternak ruminansia

Teknologi pakan ternak

(amoniasi jerami padi)

Amoniasi jerami padi dengan

Bacillus circulans

Meningkatnya kualitas nilai nutrisi

jerami padi

Meningkatkan produksi ternak

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian

Page 18: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jerami Padi

Jerami adalah bagian vegetatif tanaman padi (batang, daun, tangkai malai)

yang tidak dimanfaatkan saat tanaman padi dipanen. Kandungan hara jerami padi

tergantung pada kesuburan tanah, jumlah pupuk yang diberikan, kualitas dan

kuantitas air irigasi, dan iklim (Balai Penelitian dan Perkembangan Pertanian,

2007). Jerami merupakan bahan organik yang tersedia dalam jumlah yang

signifikan bagi petani padi. Sebagian besar jerami padi akan dibakar atau

dikembalikan ke tanah sebagai kompos. Pemanfaatan jerami padi juga dapat

dilakukan untuk pakan ternak. Hal ini berkaitan dengan suatu ayat di dalam Al-

Quran yaitu surah Az-Zumar ayat 21 :

أ نزل من السماء ماء فسلكه ينابيع في الرض ثم يخرج به زرعا مختلفا ألم تر أن للا

لك لذكرى لولي اللباألوانه ثم يهيج فتراه ا ثم يجعله حطاما إن في ذ ب مصفر

Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah

menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi

kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam

warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian

dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Q.S. Az-Zumar

: 21)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Subhanallah Ta’ala menurunkan

hujan yang kemudian tersimpan di dalam tanah sebagai sumber mata air. Sumber

mata air ini dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dimana salah satunya

merupakan tanaman padi dan sejenisnya. Tanaman tersebut akan mengering dan

berubah menguning setelah tumbuh segar berwarna hijau. Allah telah member

petunjuk kepada manusia hingga tugas manusia yakni mencari tahu cara

memanfaatkan tumbuhan tersebut. Dalam kasus ini dapat diartikan besarnya

Page 19: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

6

potensi jerami padi yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan

produktivitas ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing. Sekarang ini pemanfaatan

limbah pertanian untuk pakan terus meningkat.

Karakteristik jerami padi ditandai oleh rendahnya kandungan nitrogen,

kalsium, dan fosfor; sedangkan kandungan serat kasarnya tinggi. Hal ini

mengakibatkan daya cerna jerami padi rendah dan konsumsi menjadi terbatas, akan

tetapi masih berpotensi sebagai sumber energi. Rentang kandungan jerami padi

adalah 83-90% bahan organik, 2-6,5% protein kasar, 30-40% serat kasar, 49-73%

ADF, 40-85% NDF, 13-32% hemiselulosa dan 32-60% selulosa (Sheikh, Ganai,

Reshi, Bilal, & Mir, 2018). Sekitar 40% N, 30-35% P, 80-85% K, dan 40-50% S

tetap dalam sisa bagian vegetatif tanaman. Jerami juga merupakan sumber hara

mikro penting seperti seng (Zn) dan silikon (Si). Jerami padi yang memiliki kualitas

baik dan disukai oleh hewan ternak tergantung dari macam limbah padinya, varietas

tanaman, pemupukannya, dan saat pemanenan. Pemanfaatan jerami padi untuk

pakan ternak ruminansia harus memenuhi persyaratan khusus mutu (Tabel 1) yang

telah ditetapkan agar dapat mendukung pertumbuhan serta menjamin kesehatan

ternak (Badan Standarisasi Nasional, 2017).

Tabel 1. Persyaratan mutu pakan ternak ruminansia (Badan Standarisasi Nasional,

2017)

Jenis Pakan Persyaratan

Lemak Kasar (maks%) Protein Kasar (min%)

Penggemukan 7,00 13,00

Induk 6,00 12,00

Pejantan 6,00 12,00

Dara 7,00 15,00

Laktasi 7,00 14,00

2.2 Dedak

Dedak atau sisa hasil dari penggilingan padi merupakan sumber vitamin B

dan disukai ternak. Menurut Utami (2008) dedak padi mengandung nutrisi bahan

kering 88,93%, protein kasar 12,39%, serat kasar 12,59%, kalsium 0,09% dan

Page 20: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

7

posfor 1,07%. Dedak padi yang berkualitas baik yang mempunyai nilai nutrisi yang

tinggi mempunyai ciri fisik seperti baunya khas, tidak tengik, teksturnya halus,

lebih padat dan mudah digenggam karena mengandung kadar sekam yang rendah

(Rasyaf, 2002).

Kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum

dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan ransum

standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak merupakan hal-hal yang berkaitan

dengan pemberian pakan ternak (Subandriyo et al., 2000). Salah satu upaya yang

dapat ditempuh adalah memelihara ternak secara terintegrasi dengan tanaman

pangan. Upaya tersebut diharapkan dapat mengatasi keterbatasan pakan yang

selama ini menjadi faktor pembatas dengan memanfaatkan limbah pertanian, antara

lain jerami padi dan dedak padi sehingga produktivitas tanaman pangan dan ternak

menjadi lebih baik (Kariyasa, 2005).

2.3 Urea

Amoniasi jerami padi menggunakan urea dapat meningkatkan kandungan

nitrogen (McDonald, Edwards, Morgan, & Greenhalgh, 2002), palatabilitas,

konsumsi dan kecernaan pakan (Ahmed, Khan, Shahjalal, & Islam, 2002). Dosis

urea yang ditambahkan ke dalam jerami jumlahnya sekitar 4–6% dari berat jerami.

Dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami jika terlalu banyak tidak akan

memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami.

Penggunaan urea pada jerami padi akan meningkatkan pH jerami amoniasi

dan peningkatan ini tidak hanya menyebabkan Nitrogen (N) lepas ke lingkungan

tetapi juga menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan N dan energi pada

rumen sekitar 60–70% NH3 yang berasal dari amoniasi menuju ke atmosfer yang

nantinya akan menyebabkan penipisan lapisan ozon. Melalui proses fermentasi

jerami padi dengan EM4, urea juga ditambahkan ke dalamnya sehingga selama

proses pemeraman juga terjadi proses amoniasi (Akmal & Novianti, 2004).

2.4 Molases

Alternatif lain dalam menggunakan bahan pakan sumber karbohidrat

fermentable diperlukan agar bahan pakan tersebut diharapkan dapat dijadikan

media atau sumber energi bagi mikroba asam laktat. Mikroba memanfaatkan NH3

Page 21: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

8

dan juga memproduksi asam laktat yang dapat bereaksi dengan NH3. Penggunaan

NH3 yang optimal dapat meningkatkan kandungan protein kasar selain itu dengan

kondisi asam juga mudah melonggarkan ikatan lignoselulosa yang pada akhirnya

berdampak positif pada aktifitas mikroba rumen. Salah satu jenis bahan karbohidrat

fermentable tinggi dan mudah diperoleh yaitu molases.

Molases merupakan hasil samping dari pembuatan gula tebu yang

mempunyai kandungan gula hingga 77% dan protein sebesar 3-4% dengan TDN

54-75% (Indah, 2016). Sifat kimia molases mengandung banyak karbohidrat

sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku proses fermentasi alkohol atau

fermentasi lain. Namun demikian penggunaan molasses yang berlebihan dapat

berdampak pada metabolisme rumen.

2.5 Bacillus circulans

Bacillus circulans (Gambar 2) merupakan salah satu spesies dari genus

Bacillus (Leibniz-Institut DSMZ, 2018) yang memiliki interior koloninya

berbentuk pola melingkar. Bakteri ini tergolong bakteri gram positif atau gram

variabel. Selnya berbentuk seperti roda dengan ukuran 2.0-4.2 x 0.5-0.8 µm. B.

circulans merupakan bakteri bermotil peritrichous flagella.

Gambar 2. Bacillus circulans (Leibniz-Institut DSMZ, 2018)

Koloni akan tumbuh pada suhu 30°C dengan diameter 1-3 mm. Bakteri ini

tergolong bakteri anaerob fakultatif yang berarti mampu menghasilkan ATP dengan

respirasi aerob jika tersedia oksigen namun dapat melakukan respirasi anaerob jika

tidak tersedianya oksigen. Suhu lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhannya

yaitu 5°C-20°C dan 35°C-50°C dengan suhu pertumbuhan optimum yaitu 30°C-

Page 22: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

9

37°C. pH yang sesuai untuk pertumbuhannya yaitu sekitar 6-9 dengan pH

optimumnya 7. Bakteri ini mampu menghasilkan endospora yang terus membesar.

Bacillus circulans merupakan salah satu bakteri probiotik. Mikroba tambahan

yang menguntungkan bagi inang melalui peningkatan nilai nutrisi dari pakan,

peningkatan respon terhadap penyakit atau perbaikan kualitas lingkungan

ambangnya merupakan bakteri probiotik. Surono (2000) menjelaskan kriteria yang

perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan produk probiotik dengan pengaruh

positif optimal bagi inangnya, yaitu: (a) memiliki kemampuan untuk bertahan

selama proses pengolahan dan selama waktu penyimpanan, (b) memiliki

karakteristik sensorial yang baik, (c) memiliki kemampuan menempel dan

mengkolonisasi usus, (d) memiliki sifat antagonistik terhadap mikroba patogen

enterik, (e) terbukti memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan inang, (f)

produk probiotik diharapkan memiliki jumlah sel hidup sebesar 107 sampai 109

CFU ml-1 dan (g) total konsumsi produk probiotik sekitar 300-400 g minggu-1.

2.6 Amoniasi

Amoniasi merupakan salah satu perlakuan kimiawi yang sangat populer

dilakukan untuk memperbaiki nilai kecernaan pada jerami padi dengan cara

perenggangan ikatan lignoselulosa. Amoniasi merupakan proses perlakuan

terhadap bahan pakan seperti limbah pertanian (jerami padi) dengan urea (Ayinda,

2016). Menurut Trisnadewi, A. A. A. S., Putri, Cakra, & Aryani, (2011) urea dalam

proses amoniasi berfungsi untuk melemahkan ikatan lignoselulosa dan silika yang

menjadi faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami padi. Nitrogen yang berasal

dari urea yang meresap dalam jerami mampu meningkatkan kadar amonia di dalam

rumen sehingga tersedia substrat untuk memperbaiki tingkat dan efisiensi sintesis

protein oleh mikroba.

Proses amoniasi terdiri dari dua proses yang terjadi selama pemeraman jerami

padi. Proses pertama yang terjadi yaitu proses ureolisis dimana terjadi penguraian

urea menjadi amonia yang dilakukan dengan bantuan enzim urease. Enzim urease

biasanya diproduksi oleh bakteri yang memiliki sifat ureolitik. Setelah proses

ureolisis, terjadi perombakan komposisi dan struktur dinding sel jerami padi yang

dilakukan oleh amonia yang terbentuk. Menurut Badrudin (2011) pada amoniasi ini

urea mengalami dekomposisi menjadi CO2 dan NH3. Setelah itu, dengan molekul

Page 23: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

10

air NH3 akan mengalami hidrolisis menjadi NH4+ dan OH. Gugus OH dapat

merenggut putus ikatan hidrogen pada ikatan selulosa, lignoselulosa dan

lignohemiselulosa. Dengan demikian pakan akan lebih mudah dicerna oleh mikroba

rumen. Pemuaian pakan selanjutnya akan melarutkan deposit lignin yang terdapat

pada dinding dan ruang antar sel. Berarti amoniasi juga menurunkan kadar zat

pakan yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak, yang menghasilkan peningkatan

drastis untuk kecernaan pakan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil amoniasi.

Faktor-faktor tersebut meliputi bahan pakan, suhu selama penyimpanan, kepadatan

serta kondisi anaerob selama proses amoniasi berlangsung. Menurut Regan (2007),

kualitas hasil amoniasi yang baik dapat dilihat dari tidak terjadinya penggumpalan

pada seluruh atau sebagian jerami.

Page 24: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Maret – September 2019 di

Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak, Bidang Pertanian, PUSLITBANG, PAIR –

BATAN, Jakarta Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan porselen, cawan petri,

jar kaca, tabung erlenmeyer, gelas piala, tabung reaksi, tabung sentrifus, desikator,

destilator, buret, statif, magnetic stirrer, cawan Conway, penjepit cawan, gunting,

nampan, plastik tahan panas, karet gelang, pipet, bulb, mikropipet, mikrotub, tip,

kuvet, kantung saring ANKOM200, soxhlet (Labconco), thimble ekstraksi, spatula,

hot plate (IKA®RH basic), neraca analitik (FUJITSU), pH meter (Hanna

Instrument), vortex, inkubator, oven (Fisher), tanur (Pyrolabo), sentrifus (IEC

Clinical), autoklaf, mesin penggiling 1 mesh (FRITSCH), Kjeldahl analyzer

(OPSIS LiquidLINE), TitroLine® 5000 (SI-Analytics), fiber analyzer

(ANKOM200), spektrofotometer UV-Vis, shaker dan laminar air flow.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jerami padi koleksi

BATAN, dedak, urea, molases, inokulan Bacillus circulans koleksi BATAN,

potato dextrose broth (PDB), potato dextrose agar (PDA), trypticase soy agar

(TSA), bahan penambah solid carrier, akuades, kloroform, metanol, aseton, larutan

Neutral Detergent Soluble (NDS), NDS konsentrat, sodium sulfit, glikol, enzim alfa

amylase, larutan Acid Detergent Souble (ADS), bubuk ADS, selenium, HCl 0,5 N,

HCl 0,01 N, HCl 0,155 N, NaOH 0,1 N, NAOH, 40%, H2SO4 96%, K2CO3, H3BO3,

indikator phenolptalin, indikator metal merah, reagen Conway, reagen Nessler.

Page 25: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

12

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan peneliian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan empat perlakuan dan empat pengulangan. Perlakuan yang akan diberikan

pada jerami padi meliputi :

JA : Jerami Padi 110 g + Dedak 10% + Urea 5% + Molases 9%

JAB 0,075% : Jerami Padi 110 g + Dedak 10% + Urea 5% + Molases 9% +

B. circulans 0,075%

JAB 0,1% : Jerami Padi 110 g + Dedak 10% + Urea 5% + Molases 9% + B.

circulans 0,1%

JAB 0,125% : Jerami Padi 110 g + Dedak 10% + Urea 5% + Molases 9% +

B. circulans 0,125%

Keterangan :

JA : Jerami amoniasi tanpa B. circulans

JAB : Jerami amoniasi dengan menggunakan B. circulans

3.4 Cara Kerja

3.4.1. Persiapan Sampel

Penelitian ini menggunakan jerami padi, dedak, urea, molases serta Bacillus

circulans koleksi BATAN. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan level B.

circulans dimana 1 g B. circulans dalam 1 kg jerami padi dijadikan titik optimum

yang mengacu pada penelitian Ratnakomala et al. (2006) yang menganjurkan

penambahan Lactobacillus plantarum dengan konsentrasi 0,1% v/w pada

pembuatan silase. Dilakukan pengurangan dan penambahan 1/2 g dari level

optimum untuk perlakuan lainnya.

Jerami padi yang digunakan yaitu jerami padi yang telah dikeringkan dan

dicacah kurang lebih 5 cm sebanyak 110 g untuk setiap jar sampel. Dedak yang

digunakan sebanyak 10% dari bobot jerami. Jumlah urea yang digunakan setiap

sampel yaitu 5% dari bobot jerami. Sedangkan untuk molases yang akan

ditambahkan pada setiap sampel yaitu sebanyak 9% dari bobot jerami. Kultur

Bacillus circulans yang digunakan yaitu kultur koleksi milik PAIR-BATAN yang

diinokulasikan pada media PDB dan dihomogenkan dengan shaker selama 7 hari.

Sebanyak 2 ml inoculum dibiakan dengan solid carrier yang telah diradiasi 25 Kgy.

Page 26: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

13

Proses radiasi 25 Kgy dilakukan agar tidak tumbuh mikroorganisme lain serta

menjaga struktur dari B. circulans tersebut.

3.4.2. Pengukuran Kualitas Amoniasi

Proses pengukuran dan pengambilan data dilakukan setelah sampe diinkubasi

selama 21 hari. Pengamatan yang akan dilakukan meliputi pengukuran pH, Total

Volatile Fatty Acid (TVFA), amonia (NH3), amonium (NH4+) serta perhitungan

konsentrasi mikroba.

3.4.2.1. Pengukuran pH

Analisis pengukuran sampel pH dilakukan dengan metode AOAC (2005).

Setiap sampel sebanyak 2 g diencerkan dengan 20 ml akuades. Kemudian

dihomogenkan dengan shaker selama 10 menit. Masing-masing sampel dilakukan

pengukuran pH dengan menggunakan pH meter digital.

3.4.2.2. Pengukuran TVFA

Pengukuran produksi TVFA atau Total Volatile Fatty Acid dilakukan untuk

mengetahui hasil pencernaan karbohidrat dalam rumen. Glukosa merupakan

sumber energi utama untuk nonruminansia, sedangkan asam lemak terbang (VFA)

merupakan sumber energi utama dari rumen ruminansia. Volatile Fatty Acids

(VFA) merupakan salah satu produk fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang

menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia (Candra, 2013). Karbohidrat

yang masuk ke dalam rumen akan dihidrolisis menjadi monosakarida, terutama

glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen.

Glukosa tersebut akan difermentasi menjadi VFA berupa asetat, propionat, dan

butirat, CH4 dan CO2. Candra (2013) melanjutkan penjelasan mengenai ransum

yang diberikan pada ternak ruminansia umumnya mengandung karbohidrat sekitar

60-75%.

Analisis TVFA ini menggunakan metode General Laboratory Procedures

(1966). Pengukuran TVFA dilakukan dengan H2SO4 15% yang dimasukkan ke

dalam tabung sentrifugasi dan kemudian ditambahkan dengan sampel sebanyak 2 g

yang telah diencerkan dengan 20 ml akuades. Kemudian dihomogenkan dan tabung

sampel tersebut disentrifugasi 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil 5 ml

dan dituangkan ke dalam destilator. 5 ml NaOH dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Page 27: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

14

penampung air destilator. Kemudian dilakukan proses destilasi hingga hasil

mencapai 300 ml. Setelah itu diteteskan indikator phenolptaline sebanyak 2–3 tetes

dan dititrasi menggunakan HCl 0,5 N. Perhitungan produksi VFA dilakukan dengan

rumus sebagai berikut:

VFA (Mm) = (Titrasi blanko – Titrasi sampel) x N HCl x (1000/5)

3.4.2.3. Pengukuran Amonia (NH3)

Pengukuran amonia yang dihasilkan dari proses amoniasi jerami padi ini

menggunakan metode Conway (1950). Cawan Conway disiapkan dalam posisi

miring. Larutan K2CO3 ditambahkan pada sisi kiri cawan Conway sebanyak 1 ml.

Satu gram sampel yang telah diencerkan dengan 50 ml akuades hasil inkubasi

ditambahkan pada sisi kanan cawan Conway. Pereaksi Conway ditambahkan pada

bagian tengah cawan Conway. Tepi cawan Conway dioleskan dengan vaselin dan

segera ditutup dengan penutup cawan Conway. Ditunggu selama 2 jam hingga

pereaksi Conway berwarna biru. Kemudian dilakukan titrasi dengan menggunakan

HCl. Diamati berapa tetes HCl yang digunakan hingga pereaksi berwarna biru

kembali.

3.4.2.4. Pengukuran Amonium (NH4+)

Penentuan amonium khususnya pada konsentrasi rendah memerlukan reaksi

kimia untuk mengubah analit menjadi senyawa turunannya sehingga dapat

dianalisis secara kolorimetri. Metode umum yang digunakan dalam analisis

amonium yaitu metode Nessler (1856). Sampel sebanyak 1 g ditambahkan dengan

10 mL akuades dalam labu Erlenmeyer dan kemudian dihomogenkan dengan

kekuatan 100 rpm selama 1 jam. Sampel kemudian diambil sebanyak 500 µL ke

dalam tabung reaksi untuk diencerkan kembali dengan 500 µL akuades. Sampel

diambil kembali sebanyak 500 µL untuk dicampurkan dengan 50 µL pereaksi

Nessler dan 4,25 µL akuades. Sampel kemudian diukur menggunakan

spektrofotomer dengan 𝜆 = 765 nm.

NH3 (mM) = Volume Titrasi x N HCl x 100

BM NH3

NH4+ (mM) = Volume akuades x Fp x abs x a

BK

Page 28: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

15

Keterangan :

Fp : Faktor pengenceran

Abs : Nilai absorbansi

a : Slope kurva standar ammonium (Lampiran 10)

BK : Bahan kering sampel

3.4.2.5. Perhitungan Konsentrasi Mikroba

Metode enumerasi yang digunakan adalah Total Plate Count (TPC) untuk

melihat apakah bakteri tetap hidup dan tumbuh serta selama proses amoniasi

dilakukan. Metode ini berprinsip menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih

hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan berkembang biak dan

membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa

menggunakan mikroskop.

Perhitungan jumlah koloni bakteri dan fungi dilakukan pada hari ke-0 dan ke-

21. Mula-mula sampel dari setiap perlakuan diambil sebanyak 2 g dan dicampurkan

dengan larutan fisiologis sebanyak 20 ml ke dalam labu Erlenmeyer dan kemudian

dihomogenkan dengan shaker selama 1 jam dengan kecepatan 100 rpm. Sampel

yang telah disiapkan kemudian diencerkan sampai didapatkan pengenceran 10-9.

Tahapan pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml

(campuran 1 sampel dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari larutan tersebut diambil

sebanyak 100 µL dan masukkan kedalam 900 µL larutan fisiologis sehingga

didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan

dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga

didapatkan pengenceran 10-3, dilakukan hal yang sama seterusnya sampai mencapai

pengenceran 10-9. Hasil pengenceran 10-7, 10-8, 10-9 masing-masing dituang dan

disebar di plate yang telah diisi dengan media TSA untuk perhitungan bakteri,

sedangkan untuk fungi diambil hasil pengenceran 10-5, 10-6, 10-6 masing-masing

dituang dan disebar di plate dengan media PDA. Kemudian diinkubasi dalam

inkubator selama 2-3 hari dengan suhu 30°C. Koloni yang muncul setelah

diinkubasi akan dihitung secara langsung.

Page 29: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

16

3.4.3. Pengukuran Profil Nutrisi

Proses pengukuran dan pengambilan data dilakukan setelah sampe diinkubasi

selama 21 hari. Pengamatan yang akan dilakukan meliputi pengukuran bahan

kering (BK), bahan organik (BO), lemak kasar (LK) dan protein kasar (PK).

3.4.3.1. Pengukuran Bahan Kering dan Bahan Organik

Analisis bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) dilakukan untuk

mengetahui kadar air yang terkandung didalam bahan pakan ternak. Selain itu

bahan organik juga dilakukan untuk dilanjutkan dalam menentukan bahan ekstrak

tanpa nitrogen. Sisa-sisa pengabuan setelah ditanur dianggap sebagai bahan

anorganik yang terdapat di dalam bahan pakan. Pengabuan dilakukan untuk

memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan

abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan pakan

tersebut (Cherney, 2000).

Metode yang digunakan untuk mengukur bahan kering dan bahan organik

pada sampel yaitu metode AOAC (2005). Pengukuran bahan kering dan bahan

organik dari sampel yang telah melalui proses amoniasi dilakukan dengan cara

menimbang masing-masing sampel bahan sampel sebanyak 1 g. Lalu hasil

penimbangan tersebut dikeringkan di dalam oven selama 24 jam. Setelah 24 jam

satiap sampel tersebut diambil dan ditimbang kembali beratnya dan dicatat

hasilnya. Setelah ditimbang kembali setiap sampel tersebut digunakan untuk

analisis bahan organik dengan dimasukkannya sampel tersebut ke dalam tanur

600°C untuk diabukan selama 6 jam. Setelah 6 jam sampel diambil dan ditimbang

kembali, hasil akhir tersebut dijadikan sebagai bahan organik.

Perhitungan kadar bahan kering dan bahan organik sebagai berikut:

Kadar BK = berat (cawan+bahan sampel oven)- berat cawan kosong x 100%

berat(cawan+bahan sampel segar)- berat cawan kosong

Kadar BO = berat (cawan+bahan sampel tanur)- berat cawan kosong x 100%

berat(cawan+bahan sampel segar)- berat cawan kosong

Page 30: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

17

3.4.3.2. Pengukuran Lemak Kasar

Metode yang digunakan untuk mengukur lemak kasar pada sampel yaitu

metode AOAC (2005). Pengukuran lemak kasar menggunakan kantung saring

ANKOM200 yang sudah ditimbang beratnya terlebih dahulu menggunakan neraca

analitik. Sampel dikeringkan terlebih dahulu, kemudian digiling dengan

menggunakan mesin penggiling 1 mesh. Sampel sebanyak 0,45 g dimasukkan ke

dalam kantung saring dan kemudian direkatkan. Kantung saring yang telah diisi

sampel dimasukkan ke dalam oven 105°C selama 1 hari. Kemudian sampel

ditimbang kembali dan dimasukkan ke dalam soxhlet. Soxhlet yang telah diisi

sampel dihubungkan dengan labu didih dan diisi dengan pelarut Kloroform

ditambah Etanol 2:1. Kemudian soxhlet dihubungkan dengan kondensor dan

dialirkan air ke dalamnya. Pemanas dinyalakan selama 6 jam yang kemudian

dimatikan dan aliran air ditutup. Sampel dalam soxhlet diambil dan diletakkan di

cawan petri untuk dipanaskan didalam oven 105°C selama 1 hari. Lalu diukur berat

sampel tersebut. Perhitungan lemak kasar dilakukan dengan rumus:

Keterangan:

W0 : berat kantung saring (g)

W1 : berat sampel (g)

W2 : berat kantung saring + sampel setelah oven 105°C (g)

W3 : berat sampel setelah ekstraksi dan oven 105°C (g)

3.4.3.3. Pengukuran Protein Kasar

Metode yang digunakan untuk mengukur protein organik pada sampel yaitu

metode Kjeldahl (1883). Sampel dikeringkan terlebih dahulu, kemudian digiling

dengan menggunakan mesin penggiling 1 mesh. Sebanyak 1 gr sampel dimasukkan

dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan 1 g selenium dan 12,5 ml H2SO4 96%.

Sampel didestruksi selama 2 jam pada suhu 400ºC jam hingga larutan berubah

warna menjadi jernih. Tabung reaksi yang berisi sampel hasil destruksi dipasang

pada rangkaian alat Kjeldahl analyzer dan ditambahkan 50 ml NaOH 40% serta 70

ml akuades. Proses destilasi dilakukan selama 5 menit. Destilat ditampung dalam

% LK = (W2-W0) - (W3-W0) x 100%

W1

Page 31: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

18

tabung erlenmeyer yang telah diisi dengan 30 ml H3BO3 5% yang telah diteteskan

indikator metil merah, hasil destilasi berwarna biru kehijauan. Setelah itu, destilat

dititrasi dengan HCl 0,15 N hingga terjadi perubahan warna dari biru kehijauan

menjadi warna merah muda. Kadar protein kasar dihitung dengan rumus :

% PK = Total N x 6,25

Keterangan:

V HCl : Volume HCl saat destilasi (ml)

N HCl : Normalitas HCl

BM N : Berat Molekul Nitrogen

6,25 : Faktor konversi protein

3.4.4. Pengukuran Fraksi Serat (NDF dan ADF)

Metode yang digunakan untuk mengukur fraksi serat pada sampel yaitu

metode Van Soest (1980). Proses pengukuran fraksi serat berupa Neutral Detergent

Fibre (NDF) dan Acid Detergent Fibre (ADF) dibedakan oleh larutan yang

digunakan yaitu larutan Neutral Detergent Solution (NDS) dan Acid Detergent

Solution (ADS). Analisis NDF dilakukan dengan membuat larutan Neutral

Detergent Soluble (NDS). Larutan NDS dibuat dengan menggunakan NDS

konsentrat 119,96 g, sodium sulfite 40 g, glikol 20 ml, akuades 2 l.

Pengukuran NDF menggunakan sampel silase yang telah dikeringkan dan

dicacah halus. Timbang kantung saring kosong kemudian isi dengan 0,45 g sampel.

Lalu rekatkan bagian atas kantung saring dengan perekat. Sampel diletakkan di atas

baki fiber analyzer ANKOM200, 1 baki berisi 6 kantung saring. Kemudian

dimasukkan kedalam fiber analyzer ANKOM200 dan diisi dengan larutan NDS 2 l

dan 4 ml α-amilase. Mesin dibiarkan bekerja (inkubasi) selama 75 menit. Setelah

selesai, dibilas dua kali menggunakan 2 l akuades dengan suhu 70ºC dan 4 ml enzim

α-amilase masing – masing 5 menit. Kemudian pembilasan terakhir hanya dengan

akuades 2 l selama 5 menit. Kantung saring dikeluarkan dari inkubator kemudian

direndam dengan aseton selama 5 menit dan dikering anginkan. Kantung saring

% Total N = V.HCl x N HCl x BM N x 100%

Berat sampel x 1000

Page 32: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

19

yang telah kering dipanaskan didalam oven selama 2 jam. Setelah itu disimpan

dalam desikator selama 30 menit. Kemudian ditimbang menggunakan neraca

analitik dan dicatat beratnya.

Proses pengukuran ADF sama seperti NDF. Dilakukan pembuatan larutannya

terlebih dahulu. Bahan-bahan yang telah disiapkan seperti ADS powder 40 g,

H2SO4 55,6 ml, H2O 1945 ml dimasukkan ke dalam gelas beker. Larutan pembilas

dibuat sebanyak 3 kali dengan H2O 2000 ml dengan suhu 80°C. Proses pengukuran

ADF menggunakan sampel dari NDF. Sampel yang telah selesai diukur langsung

dimasukkan kedalam baki ANKOM dan dimasukkan kedalam inkubator fiber

analyzer ANKOM200 dengan katup air tertutup dan diletakkan pemberat diatas baki

pertama. Kemudian larutan ADS dimasukkan dan inkubator ditutup. Fiber analyzer

ANKOM200 dibiarkan bekerja selama 60 menit. Setelah selesai, bilas dengan 2 l

akuades suhu 70°C. Proses pembilasan dilakukan sebanyak 3 kali masing-masing

5 menit lalu sampel diambil. Sampel direndam dalam aseton selama 5 menit dan

dikering anginkan diatas baki. Setelah itu dipanaskan dalam oven 105°C selama 2

jam dan dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit. Setelah itu sampel dapat

diukur beratnya menggunakan neraca analitik. Setelah itu sampel dapat diukur berat

nya menggunakan neraca analitik dan dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

W1 : Berat kantung saring

W2 : Berat sampel

W3 : Berat kering serat setelah ekstraksi

C1 : Blanko

3.5 Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati adalah kualitas amoniasi, profil nutrisi dan fraksi

serat jerami padi. Kualitas amoniasi jerami padi meliputi pH, TVFA, amonia dan

amonium. Profil nutrisi jerami padi yang dilakukan pengukuran pada penelitian ini

meliputi bahan kering, bahan organik, lemak kasar dan protein kasar. Sedangkan

fraksi serat meliputi NDF dan ADF.

% Serat Kasar = (W3 – (W1 – C1) x 100%

W2

Page 33: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

20

3.6 Analisis Data

Data yang didapat dari hasil pengukuran kualitas amoniasi (pH, TVFA,

amonia dan amonium), profil nutrisi serat (bahan kering, bahan organik, lemak

kasar) dan fraksi serat (NDF dan ADF) akan dianalisis menggunakan analisis One-

way analysis of variance (ANOVA) pada batas kepercayaan 95% (α = 0,05)

dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan (P<0,05). Pengujian dilakukan dengan

bantuan software SPSS 16.0. Sedangkan data yang didapat dari hasil pengukuran

Total Plate Count (TPC) dan protein kasar dalam bentuk deskripsi.

Page 34: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Kualitas Amoniasi

4.1.1 pH

Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan untuk mengetahui terjadinya

perubahan pH selama proses amoniasi terjadi. Hal ini dikarenakan pH merupakan

faktor pertumbuhan mikroorganisme.

Gambar 3. Hasil Pengukuran pH

Hasil analisis (Gambar 3) menunjukkan variasi pH dari setiap perlakuan pada

penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata dari

perlakuan yang diberikan pada jerami padi (P>0,05) (Lampiran 1). Hal ini berarti

penambahan B. circulans tidak mempengaruhi nilai pH pada amoniasi jerami padi

akibat tidak adanya perombakan urea menjadi amonia. Namun terlihat nilai pH

pada perlakuan JAB 0,1% mengalami peningkatan menjadi 8,91 dari nilai pH

perlakuan JA, JAB 0,075% dan JAB 0,125% yang berkisar antara 8,75-8,76. Hal

ini menandakan dengan penambahan B. circulans sebanyak 0,1% pada amoniasi

jerami padi terjadi perubahan urea menjadi amonia yang lebih banyak dibandingkan

perlakuan lain. Menurut Goenadi (2017) pH yang meningkat dapat disebabkan

8,76 8,75

8,91

8,76

8,3

8,4

8,5

8,6

8,7

8,8

8,9

9

9,1

9,2

JA JAB 0,075% JAB 0,1% JAB 0,125%

pH

Kode Perlakuan

Page 35: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

22

akibat urea terhidrolisis oleh bakteri sehingga menghasilkan amonia dan

karbondioksida yang selanjutnya dilepaskan sehingga terbentuk lingkungan yang

basa. Amonia yang dilepaskan merupakan hasil dari proses deaminasi substrat

protein dalam media.

Perubahan pH selama proses amoniasi sangat penting diamati sebab pH

merupakan salah satu faktor hidupnya mikroba. Menurut Kapetaniou,

Thanassoulas, Dubnovitsky, Nounesis, & Papageorgiou (2006) aktivitas enzimatik

dari B. circulans terjadi pada pH 6,0-9,0 dimana sesuai dengan hasil pengukuran

pH dari semua sampel jerami padi amoniasi baik yang ditambahkan B. circulans

maupun tidak yang berkisar antara 8,75-8,91. Hal ini dapat diartikan bahwa pH

yang dimiliki setiap perlakuan tetap dalam kondisi pH yang sesuai untuk

B.circulans.

4.1.2 Total Volatile Fatty Acid (TVFA)

Salah satu produk hasil fermentasi karbohidrat di dalam rumen yaitu Volatile

Fatty Acid yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Hasil

pengukuran Total Volatile Fatty Acid (TVFA) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Pengukuran Total Volatile Fatty Acid (TVFA)

Kadar TVFA tertinggi yaitu 58,5 mM dihasilkan oleh jerami padi yang telah

diamoniasi dengan penambahan 0,125% Bacillus circulans (Lampiran 2). TVFA

43,45ab

23,40a

33,43a

58,5b

0

10

20

30

40

50

60

70

JA JAB 0,075% JAB 0,1% JAB 0,125%

TV

FA

(m

M)

Kode Perlakuan

Page 36: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

23

tersebut diperoleh dari hasil fermentasi karbohidrat dan protein. Proses fermentasi

karbohidrat mudah dilakukan oleh mikroba rumen dalam menghasilkan produk

akhir TVFA akibat hemiselulosa dalam serat terdegradasi oleh enzim (Wahyono,

Astuti, Wiryawan, & Sugoro, 2014). Hasil pengukuran TVFA terlihat tidak

menentu dari jerami tunggal hingga jerami yang telah diamoniasi dengan maupun

tanpa penambahan B. circulans. Terlihat bahwa perlakuan amoniasi dan

penambahan B. circulans pada jerami padi memberikan perbedaan nyata (P<0,05)

terhadap peningkatan nilai TVFA. Hal ini menjelaskan bahwa penambahan B.

circulans memberikan pengaruh terhadap kadar TVFA pada amoniasi jerami padi.

Kadar VFA yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme rumen berkisar

antara 80-160 mM (Puspitasari, 2009). Kadar TVFA yang dihasilkan pada

penelitian yang berkisar antara 23,40-58,50 mM tidak sesuai dengan pernyataan

tersebut. Kisaran tersebut menyatakan rendahnya nilai TVFA pada perlakuan

amoniasi jerami padi baik dengan penambahan B. circulans maupun tidak. Terjadi

penurunan kadar TVFA dari jerami padi yang diamoniasi tanpa B. circulans dengan

yang diberikan penambahan B. circulans. Namun terlihat adanya peningkatan kadar

TVFA yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah B. circulans yang

ditambahan. Hal ini dapat disebabkan semakin banyak mikroba yang

memanfaatkan ketersediaan nitrogen oleh amoniasi jerami padi untuk mengubah

material bahan organik menjadi VFA namun juga digunakan untuk sintesis protein

mikroba (Bata, 2008).

4.1.3 Amonia (NH3)

Pengukuran amonia dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar amonia

yang terbentuk dari hasil penguraian urea dengan enzim urease yang diproduksi

oleh B. circulans. Hasil pengukuran amonia (NH3) dapat dilihat pada Gambar 5.

Kadar NH3 tertinggi dimiliki oleh jerami padi amoniasi dengan penambahan

Bacillus circulans (JAB) 0,1% yaitu 0,61 mM (Lampiran 3), sedangkan untuk kadar

NH3 terendah yaitu 0,36 mM dimiliki oleh jerami padi amoniasi dengan

penambahan B. circulans 0,125%. Dua perlakuan lainnya yaitu perlakuan jerami

padi amoniasi tanpa B. circulans (JA) memiliki kadar NH3 yang sama dengan

perlakuan jerami padi amoniasi dengan penambahan B. circulans 0,075% yaitu

sebesar 0,56 mM.

Page 37: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

24

Gambar 5. Hasil Pengukuran Amonia (NH3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan amoniasi dengan

penambahan B. circulans pada jerami padi berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar

amonia (NH3). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan B. circulans dapat

mempengaruhi kadar NH3 pada amoniasi jerami padi. Kadar NH3 dari sampel

jerami padi amoniasi yang ditambahkan B. circulans maupun yang ditambahkan

dengan kadar 0,075% dan 0,1% adalah sama tingginya. Menurut Harahap,

Mirwandhono, & Hanafi (2017), kadar NH3 pada jerami padi yang diolah dengan

amoniasi cenderung lebih tinggi disebabkan mengandung urea yang cukup tinggi.

Kadar NH3 yang meningkat setelah masa inkubasi 21 hari disebabkan adanya

akumulasi NH3 dari hasil fermentasi protein pada sampel jerami padi. Akumulasi

ini terjadi karena selama proses amoniasi berada pada wadah tertutup.

Hasil pengukuran NH3 tertinggi pada penelitian ini dimiliki oleh perlakuan

JA, JAB 0,075% dan JAB 0,1%. Terdapat korelasi antara kadar NH3 dengan nilai

pH dimana perlakuan JAB 0,1% ini merupakan perlakuan dengan kadar NH3 dan

pH tertinggi. Interaksi antara enzim dan substrat dalam proses degradasi urea

menjadi amonia lebih maksimal pada pH optimum (Zusfahair, Ningsih, Fatoni, &

Pertiwi, 2018). Selain itu pada hasil uji lanjut memperlihatkan perlakuan JAB

0,125% berbeda nyata dengan perlakuan lainnya terhadap penurunan kadar NH3.

Hal ini juga berkorelasi dengan turunnya pH pada JAB 0,125% dan dapat diduga

0,56b 0,56b0,61b

0,36a

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

JA JAB 0,075% JAB 0,1% JAB 0,125%

NH

3 (m

M)

Kode Perlakuan

Page 38: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

25

disebabkan adanya aktivitas B. circulans yang terhambat. Widyobroto, Budhi, &

Agus (2007) menyatakan bahwa aktivitas bakteri yang terhambat akan

menghasilkan NH3 yang rendah. Hal ini berarti hanya sedikit senyawa-senyawa

yang mengandung nitrogen yang didegradasi oleh B. circulans.

4.1.4 Amonium (NH4+)

Pengukuran amonium (NH4+) dilakukan untuk melihat kemampuan Bacillus

circulans dalam mengubah nitrogen berupa amonia menjadi amonium. Hasil

pengukuran NH4+ disajikan pada Gambar 6. Terlihat kadar NH4

+ pada setiap

perlakuan dalam penelitian ini bervariasi.

Gambar 6. Hasil Pengukuran Amonium (NH4+)

Hasil pengukuran NH4+ dari semua sampel jerami padi amoniasi baik yang

ditambahkan B. circulans (JAB 0,075%, JAB 0,1% dan JAB 0,125%) maupun tidak

(JA) tidak berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa

penambahan B. circulans tidak dapat mempengaruhi kadar NH4+.

Terlihat tinggi rendahnya kadar NH4+ (Gambar 6) berbanding lurus dengan

kadar NH3 (Gambar 5). Hal ini diduga karena adanya proses amoniasi lebih lanjut.

Harahap et al. (2017) menjelaskan proses amoniasi lebih lanjut akan terjadi setelah

terurai menjadi NH3 dan CO2. Molekul air pada NH3 akan mengalami hidrolisis

menjadi NH4+ dan OH.

34,14 33,89

37,95

33,39

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

JA JAB 0,075% JAB 0,1% JAB 0,125%

NH

4+

(mM

)

Kode Perlakuan

Page 39: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

26

4.1.5 Total Plate Count (TPC)

Hasil Total Plate Count (TPC) bakteri dan jamur dapat dilihat pada Tabel 2.

Pengukuran TPC ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan hidup bakteri selama

proses amoniasi berlangsung. Selain itu TPC dilakukan untuk memastikan tidak

adanya fungi pada jerami padi selama proses amoniasi.

Tabel 2. Hasil Total Plate Count (TPC)

Jenis Perlakuan TPC (LOG CFU/ml)

SEM Hari ke-0 Hari ke-21

Bakteri

JA 13,00 12,96

0,589 JAB 0,075% 13,00 11,00

JAB 0,1% 14,00 10,00

JAB 0,125% 14,00 10,00

Fungi

JA 0 0

0 JAB 0,075% 0 0

JAB 0,1% 0 0

JAB 0,125% 0 0

Keterangan : JA = jerami padi amoniasi; JAB = jerami padi amoniasi dengan

Bacillus circulans; SEM = standard error of the means.

Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah bakteri tertinggi pada hari ke-0 yaitu

pada perlakuan JAB 0,1% dan 0,125% Bacillus circulans dan JA pada hari ke-21.

Jumlah bakteri pada hari ke-0 tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan antar

perlakuan. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian (Ratnakomala et al.,

2006) dimana konsentrasi 0,1% mampu meningkatkan populasi mikroorganisme.

Hasil TPC bakteri pada hari ke-21 terlihat sedikit menurun dari perlakuan JA hingga

JAB 0,125%. Berkurangnya jumlah bakteri ini diduga disebabkan tidak

mendukungnya substrat untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Hal ini diduga akibat

berkurangnya nutrisi pada substrat tersebut sehingga bakteri mengalami kematian

(Puspawati, Nuraida, & Adawiyah, 2010). Namun hasil tetap menjelaskan bahwa

B. circulans dapat hidup pada pH basa yang terukur selama proses amoniasi

berlangsung (Gambar 3).

Hasil TPC juga menunjukkan tidak adanya fungi di semua perlakuan pada

hari ke-0 dan 21. Fungi yang tidak timbul menandakan kondisi selama proses

Page 40: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

27

amoniasi terjadi dalam keadaan anaerob. Hasil amoniasi jerami padi ini dapat

dikatakan baik dengan tetap tumbuhnya bakteri serta tidak adanya fungi yang

terlihat pada pengukuran TPC.

4.2 Profil Nutrisi Jerami Padi

Profil nutrisi jerami padi perlu diketahui untuk memberikan gambaran

kualitas jerami padi sebagai pakan ternak. Profil nutrisi jerami padi yang dilakukan

pengukuran mencakup bahan kering (BK), bahan organik (BO), lemak kasar (LK)

dan protein kasar (PK). Hasil pengukuran profil nutrisi jerami padi dapat dilihat

pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat perlakuan terhadap

jerami padi memiliki karakteristik nutrisi yang bervariasi.

Tabel 3. Hasil profil nutrisi jerami padi

Perlakuan Parameter

BK (%) BO (%BK) LK (%BK) PK* (%BK)

J 89,49 62,14 3,30 4,84

JA 33,49b 83,50 8,57 14,66

JAB 0,075% 28,80a 82,94 6,14 12,48

JAB 0,1% 28,34a 83,42 5,84 14,23

JAB 0,125% 29,95a 84,76 7,96 14,22

SEM 0,650 0,394 0,663 0,483

Keterangan : J = jerami padi tunggal; JA = jerami padi amoniasi; JAB = jerami

padi amoniasi dengan Bacillus circulans; BK = bahan kering; BO =

bahan organik; LK = lemak kasar; PK = protein kasar; SEM =

standard error of the means; Superskrip yang berbeda pada kolom

yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

(*) = tanpa adanya ulangan pengukuran.

Hasil pengukuran memperlihatkan kadar BK tertinggi dimiliki oleh JA

sebesar 33,49%, sedangkan semua perlakuan JAB memperlihatkan penurunan

kadar BK dibandingkan dengan perlakuan JA. Kadar BK pada perlakuan jerami

amoniasi dengan menggunakan B. circulans baik 0,075%, 0,1% maupun 0,125%

adalah sama rendahnya. Namun kadar BK JAB 0,1% sebesar 28,34% merupakan

kadar BK terendah dibandingkan dengan perlakuan JAB lainnya (Lampiran 5).

Terlihat hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan amoniasi dengan

penambahan B. circulans pada jerami padi berbeda nyata terhadap kadar bahan

Page 41: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

28

kering (BK) (P<0,05). Hal ini menjelaskan bahwa penambahan B. circulans dapat

mempengaruhi kadar BK jerami padi. Setelah dilakukan uji lanjut, hasil

menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara banyaknya dosis penambahan

B. circulans (JAB 0,075%; 0,1%; 0,125%) terhadap kadar BK. Namun demikian

terlihat proses amoniasi jerami padi dapat menurunkan kadar bahan kering jerami

tunggal, terlebih lagi kadar BK lebih rendah pada jerami padi amoniasi dengan

penambahan B. circulans. Hal ini mengindikasikan penambahan B. circulans akan

meningkatkan proses katabolisme atau penguraian senyawa-senyawa kompleks ke

senyawa yang lebih sederhana sehingga menghasilkan uap air yang sesuai dengan

pernyataan Supriyatna (2017) bahwa penurunan BK merupakan hasil dari

metabolisme mikroba. Penambahan dedak pada proses amoniasi sebagai sumber

karbohidrat juga dapat meningkatkan kemampuan B. circulans dalam

memanfaatkannya sehingga banyak kadar air yang dilepaskan dari jerami padi. Hal

ini didukung dengan pernyataan Ridwan, Ratnakomala, Kartina, & Widyastuti

(2005) dimana penambahan sumber karbohidrat berupa dedak dapat menurunkan

kadar bahan kering. Penambahan zat aditif akan memacu aktivitas amoniasi

sehingga menyebabkan produksi air meningkat. Selain itu, Sartini (2003)

menjelaskan bahwa respirasi juga menyebabkan penurunan kadar BK akibat

banyaknya kandungan nutrien yang terurai. Peningkatan kandungan air yang

dihasilkan selama amoniasi menyebabkan penurunan kadar BK.

Hasil penelitian menunjukkan kadar bahan organik (BO) JA tertinggi

(83,50%BK) dibandingkan dengan perlakuan JAB. Perlakuan JAB 0,075%

memiliki kadar BO terendah yaitu 82,94%BK (Lampiran 6). Namun hasil

pengukuran juga menujukkan peningkatan kadar BO dari jerami padi tunggal. Hal

ini dapat disebabkan oleh adanya penambahan zat aditif yang menyediakan

tambahan karbohidrat mudah larut untuk dimanfaatkan oleh bakteri pencerna serat

kasar. Degradasi karbohidrat menjadi asam organik seperti asetat, propionat dan

butirat menjadi lebih tinggi dan kandungan bahan organik meningkat

(Kurnianingtyas, Pandansari, Astuti, Widyawati, & Suprayogo, 2012). Meski

demikian, hasil pengukuran ini cenderung memperlihatkan turunnya kadar BO pada

JAB dibandingkan JA. Hal ini berkorelasi dengan pengukuran BK dimana

perlakuan JA memiliki kadar BK lebih tinggi karena B. circulans pada perlakuan

Page 42: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

29

JAB diduga menggunakan bahan organik untuk metabolismenya. Metabolisme B.

circulans akan menghasilkan H2O sehingga kadar air naik yang menyebabkan

penurunan kadar organik. Penurunan kadar BO pada jerami padi amoniasi dengan

penambahan B. circulans juga diduga karena adanya perombakan karbohidrat dan

protein oleh B. circulans selama proses amoniasi. Hal tersebut didukung dengan

pendapat Kasmiran (2011) mengenai penurunan bahan organik diakibatkan

mikroba yang tumbuh semakin aktif melakukan perombakan karbohidrat dan

protein yang merupakan bagian dari bahan organik.

Hasil analisis tidak menunjukkan adanya hubungan penambahan B.

circulans dengan kadar LK (P>0,05). Hal ini berarti perlakuan JA, JAB 0,075%,

JAB 0,1% dan JAB 0,125% memiliki kemampuan yang sama dalam membentuk

lemak dari jerami padi amoniasi. Kadar lemak kasar (LK) pada pakan dibutuhkan

ternak ruminansia sebagai sumber energi, namun jika jumlahnya melebihi 6-7%

dari bahan kering dapat mengurangi konsumsi pakan pada ternak ruminansia

(Jayanegara & Sofyan, 2008). Kadar LK jerami padi tunggal (3,30%BK) lebih

rendah dari jumlah normal yang dibutuhkan ternak ruminansia. Kadar LK pada JA

melebihi kadar normal pada pakan untuk ternak ruminansia yaitu 8,57%BK,

sedangkan pada jerami padi amoniasi dengan B. circulans masih dalam rentang

normal dengan kadar LK terendah dimiliki oleh JAB 0,1% sebesar 5,84 (Lampiran

7). Penurunan kadar LK yang sedikit diduga karena hanya sedikit pula lemak yang

digunakan oleh B. circulans untuk memenuhi kebutuhan energinya dalam

pertumbuhan, melainkan lebih banyak memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber

energinya. Namun peningkatan kadar lemak oleh jerami amoniasi dibandingkan

jerami tunggal sesuai dengan pernyataan Kurniati (2016) bahwa hal tersebut

disebabkan oleh terjadinya proses degradasi terhadap bahan organik yang

dimanfaatkan oleh bakteri membentuk lemak.

Kadar protein kasar (PK) pada jerami padi tunggal sebesar 4,84%BK. Data

menunjukkan bahwa adanya perubahan setelah diberi perlakuan. Jerami padi yang

diberi perlakuan amoniasi mengalami peningkatan kadar PK yang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan jerami padi tunggal yaitu 14,66%BK. Hal tersebut dapat

diakibatkan dari adanya amonia hasil hidrolisis urea yang terserap ke dalam

jaringan serat dan nitrogen yang terfiksasi akan terukur sebagai protein kasar (Amin

Page 43: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

30

et al., 2015). Hasil pengukuran juga menunjukkan adanya sedikit penurunan kadar

PK perlakuan jerami padi amoniasi dengan B. circulans yaitu JAB 0,075%, JAB

0,1% dan JAB 0,125% terhadap JA. Namun demikian terlihat ada indikasi bahwa

B. circulans yang terkandung di dalam masing-masing perlakuan menunjukkan

akitivitasnya sebagai agen proteolitik. Menurut (Ayinda, 2016), amoniasi dengan

urea akan meningkatkan kadar protein kasar karena N dari hidrolisis urea akan

menyusup ke jaringan-jaringan sel sehingga dapat mentransformasi nitrogen dari

urea menjadi protein mikroba. Hasil juga memperlihatkan kadar PK yang

dihasilkan masing-masing perlakuan masih dalam standar kebutuhan. Menurut

(Widharto & Astuti, 2018) standar kebutuhan PK yaitu sebesar 10-15%BK.

4.3 Fraksi Serat Jerami Padi

Jerami padi merupakan salah satu pakan sumber serat karena memiliki nilai

serat kasar tinggi yang sulit dicerna. Menurut Puspitasari (2009) tingginya kadar

serat disebabkan karena jerami padi berasal dari tanaman tua yang hasil utamanya

telah dipetik sehingga mempunyai kadar dinding sel yang tinggi serta tingkat

lignifikasi yang sempurna. Pengukuran fraksi serat menunjukkan bahwa jerami

padi dengan berbagai perlakuan menghasilkan kadar Neutral Detergent Fibre

(NDF) dan Acid Detergent Fibre (ADF) yang berbeda (Tabel 2).

Tabel 4. Hasil analisis fraksi serat jerami padi

Perlakuan Parameter (%BK)

NDF ADF

J 70,49 45,41

JA 56,38ab 38,69

JAB 0,075% 61,85b 41,61

JAB 0,1% 54,79ab 36,35

JAB 0,125% 52,13a 34,69

SEM 1,550 1,340

Keterangan : J = jerami padi tunggal; JA = jerami padi amoniasi; JAB = jerami

padi amoniasi dengan Bacillus circulans; NDF = Neutral Detergent

Fibre; ADF = Acid Detergent Fibre; SEM = standard error of the

means; Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Page 44: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

31

Fraksi NDF merupakan fraksi dinding sel yang terdiri dari hemiselulosa,

selulosa, dan lignin. Kadar NDF berhubungan erat dengan konsumsi pakan dimana

semakin rendah kadar NDF dalam pakan akan semakin mudah terkonsumsi

(Yanuartono, Purnamaningsih, Indarjulianto, & Nururrozi, 2017). Jerami padi

tunggal menghasilkan kadar NDF yang lebih tinggi yaitu 70,49%BK dibandingkan

JA dan semua perlakuan JAB. Hasil analisis pengukuran NDF perlakuan JA, JAB

0,075%, JAB 0,1% dan JAB 0,125% berpengaruh nyata (P>0,05). Terlihat ada

indikasi penurunan kadar NDF pada jerami padi amoniasi dengan penambahan B.

circulans. Hasil uji lanjut memperlihatkan perlakuan JAB 0,125% berbeda nyata

dengan perlakuan JAB 0,075% dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan JA dan

JAB 0,1% (Lampiran 8). Perlakuan JAB 0,125% mampu menurunkan kadar NDF

hingga 52,13% BK. Perubahan ini diduga terjadinya proses hidrolisis dari B.

circulans yang mampu mendegradasi dan mampu memecahkan ikatan selulosa dan

hemiselulosa serta melarutkan lignin yang terdapat dalam dinding sel jerami padi.

Hal ini didukung dengan pernyataan McDonald et al. (2002) bahwa hemiselulosa

relatif lebih mudah difermentasi asam menjadi monomer gula yang sederhana.

Yanuartono et al. (2017) menyatakan bahwa ADF dapat digunakan untuk

memperkirakan kecernaan bahan kering dan energi pakan ternak. ADF ditentukan

dengan menggunakan larutan detergent acid, dimana residunya terdiri atas selulosa

dan lignin. Menurut Soest (2006) lignin pada jerami padi merupakan penghalang

pemanfaatannya sebagai pakan ternak ruminansia dimana semakin tinggi kadar

ADF maka kualitas daya cerna hijauan pakan ternak semakin rendah. Kadar ADF

di semua perlakuan masih tetap dalam kisaran yang sama. Hasil peneitian ini

menunjukkan perlakuan amoniasi baik dengan atau tidaknya penambahan B.

circulans belum berpengaruh terhadap kadar ADF (P>0,05). Hal ini menjelaskan

bahwa penambahan B. circulans tidak mempengaruhi kadar ADF jerami padi. Hal

tersebut diduga karena tidak terpenuhinya kebutuhan substrat untuk B. circulans.

Namun rata-rata hasil pengukuran menunjukkan adanya sedikit penurunan kadar

ADF. JAB 0,125% merupakan perlakuan yang paling banyak mampu menurunkan

kadar ADF yaitu 34,69%BK (Lampiran 9). Selama penyimpanan diduga B.

circulans merombak ikatan lignin untuk memanfaatkan sumber karbon selama

proses penyimpanan.

Page 45: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Jerami padi amoniasi yang ditambahkan dengan Bacillus circulans dapat

meningkatkan kualitas amoniasi jerami padi yaitu dengan peningkatan

amonia (NH3).

2) Perlakuan jerami padi amoniasi dengan penambahan B. circulans (JAB)

0,1% menunjukkan keunggulan dari perlakuan lainnya dengan penurunan

kadar BK dan Neutral Detergent Fibre (NDF) serta peningkatan protein

kasar (PK) dan amonia (NH3).

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan secara in vitro dan in vivo untuk mengetahui

tingkat kecernaan pada ternak ruminansia

Page 46: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

33

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S., Khan, M. J., Shahjalal, M., & Islam, K. M. S. (2002). Effects of feeding

urea and soybean meal-treated rice straw on digestibility of feed nutrients and

growth performance of bull calves. Animal Sciences, 15 (4), 522–527.

https://doi.org/https://doi.org/10.5713/ajas.2002.522

Akmal, J. A., & Novianti, S. (2004). Evaluasi perubahan kandungan NDF, ADF

dan Hemiselulosa pada jerami padi amoniasi yang difermentasi dengan

menggunakan EM-4. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 7(3), 168–173.

Almai, M. I., Tjakradidjaja, A. S., & Jachja, J. (2013). Fermentabilitas dan

kecernaan in vitro ransum berbasis jerami padi dan konsentrat yang

disuplementasi dengan probiotik padat atau cair. Institut Pertanian Bogor.

Amin, M., Damrah, S. H., Oscar, Y., & Iqbal, M. (2015). Pengaruh lama fermentasi

terhadap kualitas jerami padi amoniasi yang ditambah probiotik Bacillus Sp.

Ilmu Dan Teknologi Peternakan Indonesia, 1 (1)(Jurnal Ilmu dan Teknologi

Peternakan Indonesia Volume 1 (1) : 8 – 13; Desember 2015 ISSN : 2460-

6669), 8–13.

Amin, M., Hasan, S. D., Yanuarianto, O., Iqbal, M., & Karda, I. W. (2016).

Peningkatan kualitas jerami padi menggunakan teknologi amoniasi

fermentasi. Ilmu Dan Teknologi Peternakan Indonesia, 2 (1)(Jurnal Ilmu dan

Teknologi Peternakan Indonesia, Volume 2 (1): 96 – 103; Juni 2016 ISSN:

2460-6669), 96–103.

AOAC. (2005). Official methods of analysis of AOAC international (18th ed.; D.

W. liam Horwitz & D. G. W. J. Latimer, Eds.). Gaithersburg: AOAC

International.

Ayinda, R. S. K. (2016). Kombinasi amoniasi jerami padi dengan pemanasan

basah (menggunakan autoclave ) terhadap fraksi dan kecernaan serat. Institut

Pertanian Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. (2017a). Pakan konsentrat - bagian 2 : Sapi potong.

Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. (2017b). Pakan konsentrat – bagian 1 : Sapi perah.

Jakarta.

Badrudin, U. (2011). Teknologi amoniasi untuk mengolah limbah jerami padi

sebagai sumber pakan ternak bermutu di Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Abdimas, 15(1).

Bata, M. (2008). Pengaruh molases pada amoniasi jerami padi menggunakan urea

terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro. Agripet, 8(2), 15–

20.

Page 47: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

34

Candra. (2013). Nilai pH, N–amoniak, dan VFA sistem rumen in vitro campuran

jerami padi dan daun Murbei (Morus Alba) yang ditambahkan urea mineral

molases liquid (umml). Universitas Hasanuddin.

Cherney, D. J. R. (2000). Forage evaluation in ruminant nutrition (D. I. Givens, E.

Owen, R. F. E. Axford, & H. M. Omed, Eds.).

https://doi.org/10.1079/9780851993447.0281

General Laboratory Procedures. (1966). Madison.

Goenadi, D. H. (2017). Perbaikan sifat fisika-mekanis tanah dengan mediasi teknik

hayati. Menara Perkebunan, 85(1), 44–52.

Gultom, J., Mirwandhono, E., & Hasnudi. (2012). Pengaruh pemberian jerami padi

dengan berbagai perlakuan (fisik, kimia, biologi dan kombinasi) terhadap

Karkas Domba (Ovis aries) jantan lokal. Peternakan Integratif, 1(2), 173–181.

Harahap, N., Mirwandhono, E., & Hanafi, N. D. (2017). Uji kecernaan bahan

kering, bahan organik, kadar NH3 dan VFA pada pelepah daun sawit terolah

pada Sapi secara in vitro. Peternakan, 01(01), 13–21.

Indah, A. S. (2016). Kandungan protein kasar dan serat kasar silase pakan lengkap

berbahan utama batang Pisang (Musa paradisiaca) dengan lama inkubasi

yang berbeda. Universitas Hasanuddin.

Jayanegara, A., & Sofyan, A. (2008). Penentuan aktivitas biologis tanin beberapa

hijauan secara in vitro menggunakan ’Hohenheim gas test’ dengan polietilen

glikol sebagai determinan. Media Peternakan, 31(1), 44–52.

Kapetaniou, E. G., Thanassoulas, A., Dubnovitsky, A. P., Nounesis, G., &

Papageorgiou, A. C. (2006). Effect of pH on the structure and stability of

Bacillus circulans ssp . alkalophilus phosphoserine aminotransferase :

thermodynamic and crystallographic studies. Proteins: Structure, Function,

and Bioinformatics, 63, 742–753. https://doi.org/10.1002/prot

Kariyasa, K. (2005). Sistem integrasi tanaman-ternak dalam perspektif reorientasi

kebijakan subsidi pupuk dan peningkatan pendapatan petani. Analisis

Kebijakan Pertanian, 3(1), 68–80.

Kasmiran, A. (2011). Pengaruh lama fermentasi jerami padi dengan

mikroorganisme lokal terhadap kandungan bahan kering, bahan organik, dan

abu. Lentera, 11(1), 48–52.

Kurnianingtyas, I. B., Pandansari, P. R., Astuti, I., Widyawati, S. D., & Suprayogo,

W. P. S. (2012). Pengaruh macam akselelator terhadap kualitas fisik, kimiawi

dan biologis silase rumput Kalonjono. Tropical Animal Husbandary, 1, 1.

Kurniati. (2016). Kandungan lemak kasar, bahan organik, dan bahan ekstrak tanpa

nitrogen silase pakan lengkap berbahan utama batang Pisang (Musa

Page 48: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

35

paradisiaca) dengan Lama inkubasi yang berbeda. Universitas Hasanuddin.

Leibniz-Institut DSMZ. (2018). Bacillus circulans.

https://doi.org/10.13145/bacdive644.20190402.4

McDonald, P., Edwards, R., Morgan, C. A., & Greenhalgh, J. F. D. (2002). Animal

nutrition (6th ed.). Gosport: Pearson.

Pertanian, B. P. dan P. (2007). Jerami padi: pengelolaan dan pemanfaatan. Bogor.

Puspitasari, D. (2009). Kemampuan berbagai kombinasi isolat bakteri Simbion

Rayap dengan isolat bakteri rumen dalam mendegradasikan pakan sumber

serat. Insititut Pertanian Bogor.

Rasyaf, M. (2002). Bahan nakanan unggas di Indonesia (9th ed.). Yogyakarta:

Kanisius.

Ratnakomala, S., Ridwan, R., Kartina, G., & Widyastuti, Y. (2006). Pengaruh

inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2 terhadap kualitas silase

rumput gajah (Pennisetum purpureum). 7(2), 131–134.

https://doi.org/10.13057/biodiv/d070208

Regan, C. S. (2007). Forage concervation in the wet/ dry tropics for small

landholder farmers. Nothern Territory University.

Ridwan, R., Ratnakomala, S., Kartina, G., & Widyastuti, Y. (2005). Pengaruh

penambahan dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan

silase Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Media Peternakan, 28(3),

117–123.

Sheikh, G. G., Ganai, A. M., Reshi, P. A., Bilal, S., & Mir, S. (2018). Improved

paddy straw as ruminant feed: a review. JOJ Scin, 1(1), 49–60.

Soest, P. J. Van. (2006). Rice straw, the role of silica and treatments to improve

quality. Animal Feed Science and Technology, 130, 137–171.

https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2006.01.023

Subandriyo. (2000). Pendugaan kualitas bahan pakan untuk ternak ruminansia.

Bogor.

Sumarsih, S., & Tampoebolon, B. I. (2003). Pengaruh aras urea dan lama

pemeraman yang berbeda terhadap sifat fisik Eceng Gondok teramoniasi.

Pengembangan Peternakan Tropis, (4), 298–301.

Supriyatna, A. (2017). Peningkatan nutrisi jerami padi melalui fermentasi dengan

menggunakan konsorsium jamur Phanerochaete chrysosporium dan

Aspergillus niger. 10(2).

Page 49: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

36

Surono, I. S. (2000). Probiotik susu fermentasi dan kesehatan. Jakarta: YAPMMI.

Suryahadi, B., Bakrie, Amrullah, B., Lotulung, V., & Lasidie, R. (2003). Kajian

tehnik suplementasi terpadu untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu

Sapi perah di DKI Jakarta.

Trisnadewi, A. A. A. S., N. L. G. S., Putri, B. R. T., Cakra, I. G. L. O., & Aryani,

I. G. A. I. (2011). Peningkatan kualitas jerami padi melalui penerapan

teknologi amoniasi urea sebagai pakan Sapi berkualitas di Desa Bebalang

Kabupaten Bangli. Udayana Mengabdi, 10(2), 72–74.

Utami, Y. (2008). Pengaruh imbangan deed suplemen terhadap kandungan protein

kasar, kalsium dan fosfor dedak padi yang difermentasi dengan Bacillus

amyloliquefaciens. Universitas Andalas.

Wahyono, T., Astuti, D. A., Wiryawan, K. G., & Sugoro, I. (2014). Pengujian

ransum Kerbau berbahan baku sorgum sebagai sumber serat secara in vitro

dan in sacco. Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 10(2), 113–126.

Wanapat, M., Kang, S., Hankla, N., & Phesatcha, K. (2013). Effect of rice straw

treatment on feed intake, rumen fermentation and milk production in lactating

dairy Cows. Agricultural Research, 8(17), 1677–1687.

https://doi.org/10.5897/AJAR2013.6732

Widharto, D., & Astuti, P. (2018). Pengaruh pemberian jerami fermentasi terhadap

performans Domba. Agronomika, 13(1), 192–199.

Widyobroto, B. P., Budhi, S. P. S., & Agus, A. (2007). Pengaruh aras undegraded

protein dan energi terhadap kinetik fermentasi rumen dan sintesis protein

mikroba pada Sapi. Indonesian Tropical Animal Agriculture, 32(3), 194–200.

Yanuartono, Purnamaningsih, H., Indarjulianto, S., & Nururrozi, A. (2017). Potensi

jerami sebagai pakan ternak ruminansia. Ilmu-Ilmu Peternakan, 27(1), 40–62.

Zusfahair, Ningsih, D. R., Fatoni, A., & Pertiwi, D. S. (2018). Determination of

urease biochemical properties of Asparagus bean (Vigna unguiculata ssp

sesquipedalis L.). IOP Conference Series: Materials Science and Engineering,

349(1). https://doi.org/10.1088/1757-899X/349/1/012073

Page 50: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada pH kualitas amoniasi jerami padi

Page 51: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

38

Lampiran 2. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada Total Volatile Fatty Acid (TVFA)

kualitas amoniasi jerami padi

Page 52: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

39

Lampiran 3. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada amonia (NH3) kualitas amoniasi

jerami padi

Page 53: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

40

Lampiran 4. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada amonium (NH4+) kualitas

amoniasi jerami padi

Page 54: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

41

Lampiran 5. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada bahan kering (BK) jerami padi

Page 55: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

42

Lampiran 6. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada bahan organik (BO) jerami padi

Page 56: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

43

Lampiran 7. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada lemak kasar (LK) jerami padi

Page 57: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

44

Lampiran 8. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada Neutral Detergent Fibre (NDF)

jerami padi

Page 58: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

45

Lampiran 9. Hasil uji ANOVA dan Duncan pada Acid Detergent Fibre (ADF)

jerami padi

Page 59: KUALITAS AMONIASI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan penambahan zat aditif yaitu molases (Bata, 2008). Proses amoniasi

46

Lampiran 10. Kurva standar amonium (NH4+)

0,0

0,07

0,125

0,17

0,21

0,28y = 0,0053x + 0,0093

R² = 0,992

0,0

0,1

0,1

0,2

0,2

0,3

0,3

0 20 40 60

Nil

ai A

bso

rb

an

si

Konsentrasi (ppm)

Kurva Standar NH4+

Kurva Standar NH4+

Linear (Kurva

Standar NH4+)