KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

19
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU PRIMIPARA USIA 21 25 TH DI RUANG BOGENVILE RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO Zakia Nuristantia ABSTRACT Postpartum blues is a type of mild depression on that occurs in women. Thephenomena that exist in bogenvile’s room RSU Dr. wahidin sudiro hsodomojokerto, many primiparous in others get postpartum bles. This shows that thereare many mothers who can not get through with good psychological postpartumadaptation as well. The purpoe of this study was to determine the relationshipbetween social supports her husband with postpartum blues in primiparousmothers aged 21 25 years in space bogenvile RSUD Dr, wahidin sudiro husodomojokerto. The design of this study used cross sectional method. Sampling methodused is purposive sampling. Samples are taken by 30 respondents that primiparousmothers aged 21- 25 years. After that the data collected by questionnaire andanalyzed with the spearman rho correlation. With significance level α = 0.05. The results showed that the majority (83,3%) of respondents gave a husbandgood social support. While less likely to accur postpartum blues (86,7%) whilerespondents from the test results obtained by spearman’s rho coefficient of 0.420with a significant value (p) 0.021 (p<0.05) mean H1 accepted. H1 accepted whichmeans there is a relationship between social support her husband with postpartumblues in space bogenvile RSU Dr. wahidin sudiro husodo mojokerto whichindicates the direction of the force correlation is negative. Based on the above research are expected to families, especially husbands tomaintain support to the mother in order to minimize the incidence of postpartumbles in pregnant primiparous. Key Word : Social Support Husband, Postpartum Blues 1. PENDAHULUAN Periode kehamilan dan melahirkan merupakan periode kehidupan yang penuh dengan potensi stres. Seorang wanita dalam periode kehamilan dan periode melahirkan (post partum) cenderung mengalami stres yang cukup besar

Transcript of KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

Page 1: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN

POSTPARTUM BLUES PADA IBU PRIMIPARA USIA 21 – 25 TH DI

RUANG BOGENVILE RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO

MOJOKERTO

Zakia Nuristantia

ABSTRACT

Postpartum blues is a type of mild depression on that occurs in women.

Thephenomena that exist in bogenvile’s room RSU Dr. wahidin sudiro

hsodomojokerto, many primiparous in others get postpartum bles. This shows that

thereare many mothers who can not get through with good psychological

postpartumadaptation as well. The purpoe of this study was to determine the

relationshipbetween social supports her husband with postpartum blues in

primiparousmothers aged 21 – 25 years in space bogenvile RSUD Dr, wahidin

sudiro husodomojokerto.

The design of this study used cross sectional method. Sampling methodused

is purposive sampling. Samples are taken by 30 respondents that

primiparousmothers aged 21- 25 years. After that the data collected by

questionnaire andanalyzed with the spearman rho correlation. With significance

level α = 0.05.

The results showed that the majority (83,3%) of respondents gave a

husbandgood social support. While less likely to accur postpartum blues (86,7%)

whilerespondents from the test results obtained by spearman’s rho coefficient of

0.420with a significant value (p) 0.021 (p<0.05) mean H1 accepted. H1 accepted

whichmeans there is a relationship between social support her husband with

postpartumblues in space bogenvile RSU Dr. wahidin sudiro husodo mojokerto

whichindicates the direction of the force correlation is negative.

Based on the above research are expected to families, especially husbands

tomaintain support to the mother in order to minimize the incidence of

postpartumbles in pregnant primiparous.

Key Word : Social Support Husband, Postpartum Blues

1. PENDAHULUAN

Periode kehamilan dan melahirkan merupakan periode kehidupan

yang penuh dengan potensi stres. Seorang wanita dalam periode kehamilan dan

periode melahirkan (post partum) cenderung mengalami stres yang cukup besar

Page 2: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

karena keterbatasan kondisi fisik yang membuatnya harus membatasi aktivitas.

Secara psikologis seorang ibu post partum akan melalui proses adaptasi psikologis

masa postpartum (Sarwono, 2005). Dalam masa adaptasi ini sebagian wanita

mampu beradaptasi terhadap peran barunya, sebagai seorang ibu yang baik, tetapi

ada sebagian lainnya yang tidak berhasil beradaptasi sehingga jatuh dalam kondisi

gangguan psikologis postpartum. Banyak fenomena membuktikan hampir

sebagian besar wanita didunia mengalami Postpartum Blues dalam mengasuh

bayi mereka, terutama pada ibu- ibu primipara. Ditinjau dari sisi psikologis,

kebutuhan ibu bukan hanya sebatas berupa dukungan spiritual dan materil semata,

ibu juga membutuhkan dukungan secara sosial dari orang terdekatnya, khususnya

suami. Realitanya banyak ibu yang kurang mendapatkan dukungan sosial,

disebabkan karena teralihkannya perhatian suami kepada kehadiran orang baru

dalam keluarganya, yaitu anak . Hal inilah yang terkadang membuat ibu merasa

dirinya terabaikan atau terlupakan oleh suami, serta bertambah lama depresi ibu

pasca bersalin.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 5 ibu primipara terdapat 2

ibu primipara ( 40 % ) yang mengaku mendapat dukungan sosial dari suami dan 3

ibu primipara ( 60 % ) yang kurang mendapat dukungan sosial dari suami saat

mengalami Postpartum Blues. Dari penelitian sebelumnya di Semarang telah

ditemukan 11 orang wanita (44%) yang mengalami Postpartum Blues. Dan secara

keseluruhan, di Indonesia angka kejadian Postpartum Blues antara 50-70% dari

wanita primipara. Sedangkan di luar negeri melaporkan angka kejadian yang

Page 3: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan

karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

Secara psikologis, saat hamil semua perhatian tertumpah kepada si

ibu, termasuk dipenuhinya semua keinginannya yang terkadang aneh. Namun

begitu melahirkan, semua perhatian beralih ke si bayi. Sementara si ibu yang lelah

dan sakit pasca melahirkan merasa lebih butuh perhatian. Kondisi ini

menyebabkan ibu merasa depresi, depresi ini biasanya berlangsung sampai 14

hari usai melahirkan. Gejala yang umum tampak adalah keluar keringat dingin,

sesak napas, sulit tidur, gelisah, tegang, bingung, terasing, sedih, sakit, marah,

merasa bersalah, tak berharga, punya pikiran negatif tentang suami. Kurangnya

dukungan dari suami akan memperparah keadaan psikis ibu yang tengah

mengalami Postpartum Blues, hal ini karena suami adalah orang pertama yang

menyadari akan adanya perubahan dalam diri pasangannya. Apabila ibu menilai

bahwa suami memberikan dukungan terhadap dirinya, maka akan dapat

memungkinkan terjadi pengaruh positif dalam diri ibu tersebut. Para ibu yang

memiliki jaringan sosial yang baik, akan lebih siap menghadapi kondisi setelah

melahirkan. Sebaliknya apabila ibu menilai bahwa suaminya kurang memberikan

dukungan terhadap dirinya, maka akan dapat memungkinkan terjadinya

peningkatan depresi ibu ke arah yang lebih serius yaitu depresi postpartum.

Sedangkan Stres serta sikap tidak tulus ibu yang terus-menerus diterima oleh bayi

dapat berdampak kepada anak. misalnya anak mudah menangis, cenderung rewel,

pencemas sekaligus pemurung. Dampak lain yang tak kalah merugikan adalah

anak cenderung mudah sakit. Sedangkan dampak bagi suami sendiri adalah

Page 4: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

semakin meningkatnya tanggung jawab menjadi seorang ayah akibat berperan

ganda selama istri mengalami Postpartum Blues. Hal ini menjadikan suami

menjadi seseorang yang pemurung dan pemarah. Jika dibiarkan, suamipun bisa

terkena Postpartum Blues juga.

Penanganan Postpartum Blues salah satunya berupa dukungan sosial,

menurut Sarason (2005) dukungan sosial diartikan sebagai keberadaan atau

kemampuan seseorang dimana individu dapat bergantung padanya, yang

menunjukkan kalau dia peduli terhadap individu, bahwa individu ini berharga dan

dia mencintai atau menyayangi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial

dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu dukungan emosional, dukungan

berupa penghargaan, dukungan berupa bantuan langsung dan dukungan

informasional. Dari semua sumber dukungan sosial, dukungan sosial dari suami

merupakan dukungan yang pertama dan utama dalam memberikan dukungan

kepada istri. Mengingat demikian pentingnya dukungan sosial suami terhadap ibu

yang mengalami Postpartum Blues, maka salah satu cara yang diambil peneliti

adalah mengadakan penyuluhan tentang dukungan sosial suami dengan

Postpartum Bluespada ibu post partum primipara.

2. METODE

Jenis rancangan dalam penelitian ini adalah analitik. Desain dalam

penelitian ini adalah Cross Sectional dimana jenis penelitian ini melakukan

observasi atau pengukuran variasi pada satu saat. Artinya tiap responden di ruang

Page 5: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

Bogenvile hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel dilakukan

satu kali saja.

Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu primipara usia 21- 25 Th di Ruang Bogenvile RSU Dr. Wahidin

Sudiro Husodo Mojokerto. Populasi pada penelitian ini berjumlah 51 ibu

primipara. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu semua ibu primipara usia 21-

25 Th (Spontan pervaginam), ibu postpartum, bersedia diteliti, ditemani suami.

Sampel berjumlah 30 orang. Pemilihan sampel dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling.

Data dukungan sosial suami dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner

kepada responden di Ruang Bogenvile RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo

Mojokerto. Responden diminta menjawab pernyataan berjumlah 20 soal dengan

cara menjawab soal sesuai dengan dirinya. Skor untuk jawaban iya = 1; tidak = 0.

Kemudian dijumlah sehingga didapatkan nilai kemungkinan minimal 0 dan nilai

kemungkinan maksimal 100.

Data postpartum blues dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner EPDS

kepada responden di Ruang Bogenvile RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo

Mojokerto. Responden diminta menjawab pertanyaan berjumlah 10 soal, dimana

setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor

dan harus dipilih sendiri oleh ibu dan rata- rata dapat diselesaikan dalam waktu 5

menit. Item pertanyaan berjumlah 4 item. Skor pada item tersebut disesuaikan

dengan tanda bintang pada setiap pertanyaan. Untuk pertanyaan tanpa tanda

Page 6: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

bintang yaitu: 0= a; 1= b; 2= c, dan 3= d, sedangkan pertanyaan bertanda bintang

yaitu: 3= a; 2= b ; 1= c, dan 0= d. Setelah data terkumpul, kemudian nilai yang

didapat pada setiap item soal dijumlah. Setelah data terkumpul, kemudian skor

yang didapat pada setiap item soal dijumlah. Nilai yang diperoleh minimal 0 dan

maksimal 30.

3. HASIL

3.1 Dukungan Sosial Suami

Table 1 Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Suami di Ruang BogenvileRSU

Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto Bulan April – Mei 2012.

No. Dukungan Sosial Suami Frekuensi Prosentase

1. Dukungan Sosial Suami

kurang

2 6,7 %

2. Dukungan Sosial Suami

Sedang

3 10 %

3. Dukungan Sosial Suami

Baik

25 83,3 %

Jumlah 30 100 %

Sumber : Data Kuesioner

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa dari 30 responden sebagian besar

25 orang ( 83,3 % ) responden dukungan sosial suami baik, sebagiandansebagian

kecil 2 orang ( 6,7 % ) responden dukungan sosial suami kurang.

Page 7: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

3.2 Depresi Ibu Postpartum

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi di Ruang BogenvileRSU Dr.

Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto Bulan April – Mei 2012.

No. Tingkat Depresi Frekuensi Prosentase

1. Kemungkinan Posrpartum

Blues Kecil

26 86,7 %

2. Postpartum Blues 3 10 %

3. Kemungkinan pasti terjadi

PPD

1 3,3 %

4. Depresi Postpartum 0 0 %

Jumlah 30 100 %

Sumber : Data Kuesioner

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 30 responden sebagian

besar 26 orang ( 86,7 % ) responden kemungkinan depresi kecil dansebagian kecil

1 orang ( 3,3 % ) responden kemungkinan pasti terjadi PPD.

3.4 Hubungan antara dukungan sosial suami dengan postpartum blues pada ibu

primipara usia 21-25 Th

Tabel 3 Tabulasi silang antara Dukungan Sosial Suami dengan Postpartum Blues

pada Ibu Primipara Usia 21 – 25 Th di Ruang Bogenvile RSU Dr.

Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto Bulan April - Mei Tahun 2012.

Epds

Total

Kemngkina

n Depresi

Rendah

postpartu

m blues

Tanda –

tanda

kemungki

nan

terjadi

PPD

PPD

duku

ngan

sosial

Kura

ng

Count 1 1 0 0 2

% within

dukungan

sosial

50.0% 50.0% .0% 0% 100.0%

Page 8: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

% of

Total

3.3% 3.3% .0% 0% 6.7%

Sedan

g

Count 0 0 3 0 3

% within

dukungan

sosial

.0% .0% 100.0% 0% 100.0%

% of

Total

.0% .0% 10.0% 0% 10.0%

Baik Count 0 2 23 0 25

% within

dukungan

sosial

.0% 8.0% 92.0% 0% 100.0%

% of

Total

.0% 6.7% 76.7% 0% 83.3%

Total Count 1 3 26 0 30

% within

dukungan

sosial

3.3% 10.0% 86.7% 0% 100.0%

% of

Total

3.3% 10.0% 86.7% 0% 100.0%

Sumber : kuesioner

Dari tabel 3 didapatkan tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 30

responden hampir seluruhnya 23 orang ( 76,7 %) mendapatkan dukungan yang

baik dan kemungkinan depresi sangat kecil sedangkan sebagian kecil 1 orang ( 3,3

%) kurang mendapatkan dukungan sosial suami mengalami postpartum blues dan

kemungkinan pasti terjadi PPD.

Table 4 Hasil Uji Korelasi

Correlations

dukungan

sosial Epds

Spearman's rho dukungan sosial Correlation

Coefficient

1.000 .420*

Sig. (2-tailed) . .021

N 30 30

Page 9: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

Epds Correlation

Coefficient

.420* 1.000

Sig. (2-tailed) .021 .

N 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel 4 didapat bahwa dari uji hasil analisa korelasi dengan

menggunakan Spearmen’s rho didapatkan hasil p (0,021) < α (0,05), yang artinya

Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara Dukungan Sosial Suami

dengan Postpartum Blues pada Ibu Primipara Usia 21 – 25 Th di Ruang

BogenvileRSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto Bulan April - Mei Tahun

2012 yang menunjukkan kea rah negatif dengan kekuatan korelasi sedang.

4. PEMBAHASAN

4.1 Dukungan Sosial Suami

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 30

responden sebagian besar 25 orang ( 83,3 % ) responden mendukung, sebagian

kecil3 orang ( 10 % ) responden cukup mendukung, dan sebagian kecil 2 orang (

6,7 % ) responden tidak mendukung ibu pasca partum.

Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada

individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang- orangyang memiliki

hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut (As’ari, 2005). Sedangkan

pengertian dari suami itu sendiri adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-

anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga

tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat

Page 10: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator

dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan

keluarga ( chaniago, 2002). Bahwa Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap

penuh perhatian yang ditujukan dalam bentuk kerjasama yang baik, serta

memberikan dukungan moral dan emosional (Jacinta, 2005). Dukungan sosial

suami dapat berupa dukungan instrumental, informasi, emosional, dan

penghargaan.Variable – variable yang mempengaruhi dukungan sosial suami

yaitu keintiman, harga diri, dan ketrampilan sosial. Suami memiliki peranan yang

sangat penting dalam memberikan support atau dukungan terhadap masalah yang

dihadapi oleh pasangan hidupnya dalam hal meminimalkan stressor yang didapat

pasca bersalin, perubahan peran menjadi ibu baru. Menurut Wirawan (1991)

hubungan prkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang

sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan

menyelesaikan permasalahan bersama.

Pada ibu primipara di ruang Bogenvile RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo

Mojokerto menunjukkan bahwa hampir sebagian kecil ( 6,7 % ) suamitidak

mendukung dalam mengasuh bayi mereka. Suami yang kurang memberikan

dukungan sosial dikarenakan antara lain : suami sudah lelah setelah pulang

bekerja seharian, lebih berfokus pada anggota keluarga yang baru, suami takut

untuk membantu ibu dalam perawatan bayi mereka (menggendong, memandikan,

mengganti popok), Ini diperkuat dengan adanya persepsi dari orang yang lebih tua

bahwa laki- laki tidak mampu merawat bayi dengan baik karena terlalu kaku serta

tidak sabaran berbeda dengan ibu yang terkesan lebih lembut dan berhati- hati.

Page 11: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

Hal yang sering kali di anggap sepeleh oleh suami adalah dukungan sosial

penghargaan, seringkali suami menganggap hal itu terlalu kekanak- kanakkan,

ungkapan rasa sayang kepada istri dianggap sudah ditunjukkan dengan suatu

ikatan pernikahan saja tanpa harus diucapkan secara lisan misalnya dengan suatu

pujian atau semacamnya sama halnya dengan dukungan sosial informasional yang

seringkali dianggap bahwa hal ini “wanita harusnya lebih tahu dari pada laki –

laki”, sehingga suami kurang melangkan waktu untuk sharing tentang kondisi ibu

maupun si kecil. Sebagian besar ( 83,3 % )ibu primipara di ruang Bogenvile RSU

Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto menunjukkan bahwa suami mendukung

ibu pasca melahirkan, hal ini disebabkan karenasuami mempunyai empati dan

rasa sayang kepada istrinya, merasa bertanggung jawab secara psikologis dengan

perannya sebagai suami, suami bisa meluangkan waktunya untuk menemani istri

dalam perawatan bayi, suami membagi perhatian secara adil kepada bayi dan

ibunya. kemudian dari hasil kuesioner dukungan sosial suami menunjukkan

adanya keeratan hubungan antara suami dan ibu. Hal ini didukung dengan

besarnya dukungan sosial emosional dan instrumental dari suami, dikarenakan

suami merasa bahagia menjalani peran barunya sebagai ayah serta kecintaannya

terhadap pasangan. Dukungan yang diberikan kepada ibu menjadi satu faktor

penting yang juga mempengaruhi ibu dalam meminimalkan stressor yang didapat

pasca melahirkan karena adanya perubahan peran yang baru sebagai ibu baru.

Dengan adanya dukungan – dukungan dari lingkungan sekitar terutama dari

pasangan hidupnya yaitu suami, ibu dapat meminimalkan stressor yang

didapatnya pasca melahirkan.

Page 12: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

4.2 Postpartum Blues

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 30 responden

sebagian besar 26 orang ( 86,7 % ) responden kemungkinan postpartum blues

kecil, sebagian kecil 3 orang ( 10 % ) responden mengalami postpartum bles dan

sebagian kecil lagi 1 orang ( 3,3 % ) responden mengalami kemungkinan pasti

mengalami PPD.

Postpartum Bluesadalah suatu keadaan psikologis setelah melahirkan yang

bersifat sementara dan dialami oleh kebanyakan ibu baru, muncul pada hari ke-

tiga atau ke-empat dan biasanya berakhir dalam dua minggu pasca persalinan,

ditunjukkan dengan adanya perasaan sedih dan depresi, sebagai bentuk depresi

postpartumtingkat ringan sehingga memungkinkan terjadinya gangguan yang

lebih berat, disebabkan karena perubahan tingkat hormon, tanggung jawab baru

akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap bayi. Menurut Young dan

Ehrhardt (dalam Strong dan Devault, 1989), faktor -faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya gangguan emosional pasca persalinan ke dalam tiga kategori

yaitu biologis, psikologi dan sosial. Lima Kriteria ibu yang rentan mengalami

gangguan emosional dan membutuhkan dukungan tambahan, diantaranya yaitu

ibu primipara, wanita yang juga memiliki kesibukan dan tanggung jawab dalam

pekerjaannya, wanita yang tidak memiliki banyak teman atau anggota keluarga

untuk diajak berbagi dan memberikan perhatian terhadapnya, ibu yang berusia

remaja, setra wanita yang tidak bersuami (Bobak dan rekan-rekannya, 1994).

Pada ibu primipara di ruang Bogenvile RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo

Mojokerto bahwa hanya sebagian kecil ( 10 % )ibu terkena postpartum blues.Hal

Page 13: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

ini terjadi dimungkinkan karena ibu sudah kurang mendapatkan informasi baik

dari media televisi ataupun media cetak dalam merawat bayi mereka. Bila

dikaitkan dengan usia ibu antara 21 - 25 tahun, dikemukakanbahwa pada usia

tersebut kematangan emosi ibu masih labil, sehingga kecenderungan untuk terjadi

depresi itu ada.Selain itu dimungkinkan karena tingkat pendidikan ibu yang

menunjukkansebagian besar adalah SMA, faktor penerimaan info dipengaruhi

oleh daya pikir dan pendidikan seseorang, dimana dijelaskan bahwa semakin

terdidik seseorang akan berpengaruh terhadap pola fikir dan tingkat kedewasaan

mereka. Faktor pendidikan menentukan mudah tidaknya seeorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Teori Green (1980), menyatakan

bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor predisposisi seseorang untuk

berprilaku. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan seorang ibu

mempengaruhi prilaku emosidalam melewati masa- masa adaptasi psikologis

postpartum. Apabila ibu mempunyai rasa tidak percaya diri dapat memberikan

efek yang negatif dalam mekanisme coping ibu, karena kiat sukses melewati

masa- masa adaptasi psikologis postpartum adalah rasa percaya diri. Kecemasan

dan rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh ibu secara tidak langsung akan

berpengaruh juga terhadap kondisi fisik dan mental bayi, sehingga bayi cenderung

rewel, mudah menangis, pencemas, dan pemurung. alasan lainnya yaituibu

yangtidak bekerja 43,3% yang hampir setengahnya, sehingga ibu cenderung

merasa sendiri merawat bayinya, sedangkan kondisi fisik ibu masih belum pulih

seutuhnya pasca bersalin. Hal ini menyebabkan stresor yang kuat dan

menimbulkan terjadinya postpartum blues. Padahal sebenarnya hal ini dapat

Page 14: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

diminimalisir dengan adanya dukungan dari orang- orang terdekat khususnya

suami.

4.3 Hubungan Dukungan Sosial Suami dengan Postpartum Blues

Berdasarkan Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial suami

dengan postpartum blues di ruang Bogenvile RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo

Mojokerto. Setelah data terkumpul dilakukan analisa dengan uji statistik kolerasi

Spearman Rho diperoleh nilai koefisien sebesar 0,420 dengan nilai signifikan ( p )

0,021 ( p < 0,05 ) berarti H1 diterima. H1 diterima yang artinya ada hubungan

antara dukungan sosial suami dengan postpartum blues pada ibu primipara usia

21- 25 tahun di ruang Bogenvile RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

dengan kekuatan kolerasi sedang dan korelasi bertanda negatif yang artinya

responden mendapatkan dukungan sosial sosial tinggi cenderung menurun

kemungkinan untuk tidak terjadi postpartum blues. Hal ini didukung dengan hasil

tabulasi silang pada tabel 5.6 dari 30 responden, kategori yang dukungan sosial

suami baik sebanyak 23 responden ( 76,7 %) kemungkinan terjadi postpartum

blues kecil dan 2 orang ( 6,7 % ) responden mengalami postpartum blues.

Kategori yang dukungan sosial suami sedang sebanyak 3 orang ( 10 % )

responden tidak mengalami postpartum blues dan 0 orang ( 0 % ) mengalami

postpartum blues. Sedangkan kategori dukungan sosial suami kurang sebanyak 1

orang ( 3,3 % ) responden mengalami kemungkinan pasti mengalami PPD, 1

orang ( 3,3 % ) mengalami postpartum bleus, dan 0 orang (0 % ) responden

kemungkinan terjadi postpartum blues kecil.

Page 15: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

Suami berperan dalam memberikan support atau dukungan terhadap

masalah yang dihadapi oleh anggota istrinya dalam melewati masa- masa adaptasi

psokologis postpartum, dimana dukungan yang dibutuhkan tidak hanya secara

fisik tapi juga moral (Yofie dalam Hawari, 2001). Selain hal tersebut, suami

dalam membuat keputusan ditentukan oleh kemampuan keluarga, tentunya hal ini

akan berpengaruh pada dukungan yang diberikan (Gillies, et all, 1989). hubungan

prkawinan merupakan hubungan akrap yang diikuti oleh minat yang sama,

kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan

menyelesaikan permasalahan bersama (Wirawan, 1991). Peran suami dalam

meminimalkan postpartum blues yaitu memahami kebutuhan istri, suami bisa

meluangkan waktunya untuk menemani istri dalam perawatan bayi, kesediaan

suami mengambil alih sebagian tugas-tugas rumah tangga yang selama ini

dilakukan istri, kewajiban suami membagi perhatian secara adil kepada bayi dan

ibunya. Meskipun kehadiran bayi sangat menyenangkan dan membahagiakan,

perlu di ingat bahwa ibu yang melahirkannya, dan Perlunya sentuhan fisik sangat

dirasakan pada masa-masa pasca melahirkan.

Dengan dukungan sosial suami yang baik maka ibu tidak terjadi

postpartum blues. Sehingga kualitas dukungan yang diberikan pada ibu berupa

dukungan instrumental, dukungan informatif, kemudian dukungan emosional dan

dukungan penghargaan akan berakibat pada penanggulangan coping yang baik

pada ibu dalam melewati mada adaptasi psikologisnya. Kualitas dukungan

tersebut bisa diakibatkan salah satunya oleh karena faktor internal yaitu faktor

psikologis yaitu emosi. Dukungan suami yang diberikan kepada ibu akan

Page 16: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

mempengaruhi kondisi psikolgis ibu, sehingga ibu akan mempunyai motivasi

yang kuat untuk melewati masa adaptasi psikologis postpartum dengan baik.

Faktor eksternal contohnya saja dari segi pendidikan, semakin tinggi bangku

sekolah maka semakin maju dan luas pula pengetahuannya, dari segi usia semakin

matang usia seseorang cara serta pola berfikirnya pun akan jauh berbeda dengan

anak- anak usia remaja, dari segi pekerjaan saat ibu memiliki banyak relasi atau

teman hal ini juga dapat mempengaruhi karena bisa berbagi pengalaman dengan

orang yang lebih dulu mengalami adaptasi postpartum blues sehingga bisa

mengurangi kemungkinan untuk postpartum blues. Dari semua hal diatas, yang

paling berpengaruh yaitu pengalaman, berbeda dengan ibu primipara yang belum

pernah melewati masa- masa adaptasi psikologis postpartum, ibu multipara yang

sudah memiliki anak ke dua atau lebih mungkin lebih bisa menangani hal tersebut

karena dapat berkaca dari pengalaman sebelum- sebelumnya. Oleh karena itu pada

ibu primipara lebih dibutuhkan dukungan dari orang – orang terdekat khususnya

suami sebagai pendamping hidupnya agar dapat melewati masa- masa adaptasi

postpartum tersebut dengan baik dan bahagia. Namun pada intinya faktor

eksternal tidak bisa lepas dari faktor internal, sehingga jika suami memberikan

dukungan kepada ibu maka motivasi ibu akan lebih kuat yang pada akhirnya ibu

dapat terhindar dari keadaan postpartum blues, sebaliknya bila suami tidak

memberikan dukungannya, maka ibu juga lebih besar kemungkinan untuk terjadi

postpartum blues. Berdasarkan hal tersebut, bila suami mendapatkan pengetahuan

tentang kondisi yang dijalani oleh ibu dengan benar dan tepat, tidak hanya dari

petugas kesehatan saja akan tetapi melalui informasi dari media elektronik lainnya

Page 17: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

maka suami akan memberikan dukungan penuh kepada ibu dan ibu dapat

melewati masa- masa adaptasi psikologis postpartumnya dengan baik dan

bahagia.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data dari penelitian yang telah dilakukan dengan uji

hipotesa spearman rank diperoleh nilai koefisien sebesar 0,420 dengan nilai

signifikan ( p ) 0,021 ( p < 0,05 ) berarti H1 diterima. H1 diterima yang artinya ada

hubungan antara dukungan sosial suami dengan postpartum blues di Ruang

Bogenvile RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto yang menunjukkan ke

arah positif dengan kekuatan kolerasi sedang.Dengan demikian dapat dibuktikan

bahwa dukungan suami mempunyai peranan penting dalam menunjang

keberhasilan ibu dalam melewati masa adaptasi psikologis postpartum sehingga

tidak terjadi postpartum blues.

Page 18: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Jakarta : Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D. 1994. Maternity Nursing.

Missouri: The C.V. Mosby Company.

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas: Edisi 2. Alih Bahasa oleh Andry

Hartono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Flint Caroline. 1994. Sensitive Midwifery. Oxford: Butterworth

Heinemann.

Grinspun, D. 2005. Intervention for Postpartum Depression. Ontario:

Registered Nurses’ Association of Ontario.

Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu.

Henderson C. dan jone K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi

Bahasa Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC

Iskandar, S.S. 2004. Depresi Pasca Kehamilan (Postpartum Blues).

http://www.mitrakeluarga.net/depresikehamilan.html.

Jensen, M.D., Bobak, I.M. 1985. Maternity and Ginecologic Care: The

Nurse and The Family. St. Louis (Missouri): The C.V. Mosby Company.

John Cox and Jeni Holden. 2003. Perinatal Mental Health, a guide to the

Edinburgh Postnatal Depression Scale. London: SW1X.

KL. Wisner, BL Parry. 2002. Depresi Postpartum Vol. 347. Jmed: CM

Piontek.

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas

(Postpartum). Jakarta: CV. Trans Info Media.

natsirasmawi.blogspot.com/2011/03/social-support-and-behavior-

toward.html

Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Medika Salamba.

Page 19: KTI hubungan dukungan sosial suami dengan Postpartum blues

Pusdiknakes. 2001. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis

Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Jakarta: Pusdiknakes –WHO-JHPIEGO

Saryono, Ryan Hara Permana. 2010. Depresi Pasca Persalinan, Pedoman

Lengkap Bagi Ibu Yang Akan Atau Setelah Melahirkan. Bogor: Rekatama.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.

Jakarta : Andi Offset

Suparyanto.blogspot.com/2008/11/dukungan-sosial.html

55