Askep Pospartum Blues

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Postpartum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya 1

description

Post partum blues cuyyyyy....Sikat Gannn

Transcript of Askep Pospartum Blues

MAKALAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPostpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Postpartum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.

Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.Angka kejadian baby blues atau postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian babyblues atau postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan. Indonesia, angka kejadian postpartum blues antara 50-70% wanita pasca persalinan semula diperkirakan angka kejadiannya rendah dibandingkan negara-negara lain, hal ini disebabkan oleh budaya dan sifat orang Indonesia yang cenderung lebih sabar dan dapat menerima apa yang dialaminya, baik itu peristiwa yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Namun hasil penelitian yang dilakukan di DKI Jakarta oleh Irawati (2010) menunjukkan 25% dari 580 ibu yang menjadi respondennya mengalami sindroma ini. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadiannya 11-30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin dibiarkan begitu saja (Sylvia : 2006).Postpartum blues pada ibu pasca persalinan masih dianggap sebagai hal yang wajar sehingga seringkali diabaikan sehingga tidak tertangani dengan baik (Iskandar,2004). Resiko postpartum baby blues beresiko pada wanita usia kurang dari 20 tahun, perokok, alkoholik, kehamilan yang tidak direncanakan, perna mengalami depresi atau gangguan jiwa lainnya (www.ibudanbalita.co/pojok cerdas/mengenali-tanda-tanda-sindrom-baby-blues).

Dukungan dan perhatian dari, suami, keluarga, dan teman terdekat dan yang terpenting berikan istirahat. Selain itu berikan dukungan positif pada ibu atas keberhasilannya menjadi orang tua dan bayi baru lahir, hal ini dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya (Sulistyawati, 2009). Bila diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli,misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang lebih berpengalaman. Selain itu peran perawat dalam penatalaksanaan klien dengan postpartum blues adalah sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi melalui media atau penyuluhan dari tenaga kesehatan agar ibu setelah melahirkan tidak jatuh dalam gangguan psikologis.B. Rumusan masalah

1. Apa itu postpartum blues.

2. Bagaimana etilogi dari postpartum bules.

3. Bagaimana gejala dari postpartum blues.

4. Bagaimana masalah dari postpartum blues.

5. Bagaimana cara penanganan postpartum blues.

6. Bagaimana pencegahan dari postpartum blues.

7. Bagaimana penatalaksanaan dari postpartum blues.

8. Bagaimana asuhan keperawatan dari postpartum blues.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata kuliah Keperawatan Jiwa II tentang asuhan keperawan jiwa pada kasus postpartum blues.2.Tujuan Khususa) Untuk mengetahui postpartum blues

b) Untuk mengetahui etilogi dari postpartum bules.

c) Untuk mengetahui gejala dari postpartum blues.

d) Untuk mengetahui masalah dari postpartum blues.

e) Untuk mengetahui cara penanganan postpartum blues.

f) Untuk mengetahui pencegahan dari postpartum blues.

g) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari postpartum blues.

h) Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari postpartum blues.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.Postpartum blues, dinamakan juga postnatal blues atau baby blues adalah gangguan mood yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi dari hari ke-3 sampai ke-10 dan umumnya terjadi akibat perubahan hormonal. Hal ini umum terjadi kira-kira antara 10-17 % dari perempuan. Ditandai dengan menangis, mudah tersinggung, cemas, menjadi pelupa, dan sedih. Hal ini tidak berhubungan dengan kesehatan ibu ataupun bayi, komplikasi obstetrik, perawatan di rumah sakit, status social, atau pemberian ASI atau susu formula. Gangguan ini dapat terjadi dari berbagai latar belakang budaya tetapi lebih sedikit terjadi pada budaya di mana seseorang bebas mengemukakan perasaanya dan adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya. Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu kondisi di mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram atau bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih tergolong normal dan sifatnya sementara.Macam-macam post partum syndrome

a. Baby blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.b. Depresi post partum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan

c. Psychosis post partum

Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhanB. Etiologi

1. Perubahan Hormon

Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.

5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan. Ibu mengalami ketakutan pada bayinya tentang adanya ketidaksempurnaan pada bayinya.

C. Gejala/Tanda-tandaGejala-gejala postpartum blues antara lain menangis, mengalami perubahan perasaan, cemas, kesepian, khawatir mengenai sang bayi, penurunan gairah sex dan percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi ibu disarankan untuk melakukan hal-hal berikut :1. Mintalah bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istirahat untuk kelelahan2. Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolonganya.

3. Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi.4. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.D. Manifestasi klinisBeberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :

1. Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi

2. Frustasi karena anak tidak mau tidur

3. Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive

4. Merasa sebal terhadap suam

5. Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua

6. Menangis dan takut apabila bayinya meninggal

7. Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami

8. Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis sehingga membuat ibu frustasi

9. Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress

10. Adanya persoalan dengan suami

11. Stress bila bayinya kuning

12. Adanya masalah dengan ibu

13. Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis

14. Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi ibu.

15. Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi

16. Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi

17. Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada didekat ibunya.E. PatofisiologiSejarah kehamilan adalah faktor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihanF. Penanganan postpartum bluesDalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb:

1. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.2. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.

Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :

5. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutikTujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara: a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosib. Dapat memahami dirinyac. Dapat mendukung tindakan konstruktif.d. Dengan cara peningkatan support mentalBeberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :

a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayic. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinyad. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahire. Memperbanyak dukungan dari suamif. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahang. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkanh. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibui. Mengganti suasana, dengan bersosialisasij. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :

a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasib. Tidurlah ketika bayi tidurc. Berolahraga ringand. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibue. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayif. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikang. Bersikap fleksibelh. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 xi. Bergabung dengan kelompok ibu

Pasien post partum depression dapat memperoleh bantuan dari psikiateer atau ahli kejiwaan dan psikologi. Pada terapi penyembuhan yang awal, pasien tidak akan diberikan obat-obatan untuk diminum, tetapi lebih kepada dukungan secara psikologis yang juga melihat orang-orang terdekat pasien. Jangan takut memberi informasi kepada pihak-pihak yang dapat membantu.2) Perawatan depresiAda dua macam perawatan depresi :a. Terapi bicara :

Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.

b. Obat medisObat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.

G. Pencegahan postpartum blues

Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.

Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri. Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan pengawasan.Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :

a. Pelajari diri sendiriPelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

b. Tidur dan makan yang cukupDiet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.

c. Olahraga

Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.

d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.

e. Beritahukan perasaan Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.

f. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukanDukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.

g. Persiapkan diri dengan baik

Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.

h. Senam Hamil

Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.

i. Lakukan pekerjaan rumah tangga

Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.j. Dukungan emosional

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.k. Dukungan kelompok Postpartum Blues

Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM BLUESI. PENGKAJIANPengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.

Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak (2004) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;

a. Identitas klien.Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain-lain

b. Keluhan UtamaMudah marah, cemas, melukai diric. Riwayat Kesehatan1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien

3) Riwayat kesehatan keluarga

Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien

d. Riwayat PersalinanBanyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.

Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

e. Citra Diri IbuSuatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.f. Interaksi Orang Tua-BayiSuatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.g. Perilaku Adaptif dan Perilaku MaladaptifPerilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.

h. Struktur dan Fungsi KeluargaKomponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.i. Perubahan Mood.Kurang nafsu makan, sedih murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benarbenar memusuhi bayinya.j. Kebiasaan sehari-hari1) Kebersihan perorangan

Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang)2) Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah

3) Data sosek

Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah

4) Data psikologis

Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain, cemas, menari diri.k. Pemeriksaan Fisik1) Aktivitas/ istirahat

Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu

2) Sirkulasi

Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat3) Eliminasi

Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare

4) Makanan/ cairan

Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa kering5) Neurosensori

Biasanya klien mengeluh sakit kepala

6) Pernafasan

Biasanya pernafasan cepat dan dangkal7) Nyeri dan ketidaknyamanan

Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala

8) Integritas Ego

Biasanya klien ansietas, gelisah

9) Seksualitas

Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido

10) TTV

Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkatII. DIAGNOSA1) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat

Batasan Karakteristik:

a. Gangguan tidurb. Penyalahgunaan bahan kimia

c. Penurunan penggunaan dukungan sosial

d. Konsentrasi yang buruk

e. Kelelahan

f. Problem solving tidak adekuat

g. Mengeluhkan ketidakmampuan koping atau ketidakmampuan untuk meminta bantuan

h. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan dasar

i. Perilaku merusak terhadap diri atau orang lainj. Ketidakmampuan memnuhi harapan peran

k. Tingkat kesakitan/penyakit yang tinggi

l. Perubahan dalam pola komunikasi

m. Menggunakan bentuk koping yang meghalangi/mengganggu perilaku adaptifn. Kurangnya perilaku yang bertujuan langsung/resolusi masalah, termasuk ketidakmampuan untuk merawat, dan kesulitan mengorganisasikan informasi2) Kecemasan berhubungan dengan stress psikologiBatasan karakteristik : a. Perilaku1. Penurunan produktivitas2. Gelisah 3. Insomnia4. Resahb. Afektif1. Kesedihan yang mendalam2. Takut3. Gugup4. Mudah tersinggung5. Nyeri hebat6. Ketakutan7. Distres8. Khawatir9. Cemasc. Fisiologi1) Goyah2) Peningkatan respirasi (simpatis)3) Peningkatan keringat4) Wajah tegangAnoreksia (simpatis)5) Kelelahan (parasimpatis)6) Gugup (simpatis)7) Mual (parasimapatis)8) Pusing (parasimpatis)d. Kognitif1. Bingung2. Kerusakan perhatian3. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas 4. Sulit berkonsentrasi3) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan depresi berat

Batasan Karakteristik :

a. Mengungkapka /menunjukan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan rasa kepuasan, rasa memiliki, menyayangi, ketertarikan atau membagi pengalamanb. Mengungkapkan / menunjukan ketidaknyamanan dalam situasi sosialc. Menunjukkan penggunaan perilaku interaksi social tidak berhasild. Keluarga melaporkan perubahan gaya hidup atau pola interaksi4) Kerusakan pola tidur berhubungan dengan kelelahan, kekhawatiran financial.

Batasan karakteristik :a. Terbangun dalam waktu lama b. Insomnia dalam waktu lama c. Kerusakan pola normal karena diri sendirid. Insomnia pagi harie. Terbangun lebih awal atau terlambat bangunf. Mengeluh untuk mulai tidurg. Tidur tidak puash. Tiga kali atau lebih bangun di malam hari.5) Risiko kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan status emosional post partum

Batasan karakteristik :

a. Putus asab. Penolakanc. Cemasd. Panice. Mudah marahf. Permusuhan

III. INTERVENSINoDiagnosaTujuan & kriteria hasilintervensiRasional

1 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat

Anxiety Control (1402)Indikasi :- Pasien dapat instensitas cemas- Pasien dapat Menggunakan strategi koping efektif- Pasien dapat Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan kecemasan

- Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.- Bantu pasien untuk menfokuskan pada situasi saat ini,.- Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan serta terapi okupasi.- Sediakan penguatan yang positif ketika apsien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnnya meskipun mengalami Kecemasan.. untuk mengeksternalisasikan kecemasan. sebagai alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan untuk mengurangi kecemasan dan memperluas focus aktifitas dapat mengalihkan stresor pasien

2 Kecemasan berhubungan dengan stress psikologi

- Pasien dapat Menggunakan strategi koping efektif- Pasien dapat Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan kecemasan

- Beri dorongan kepada pasien - Bantu pasien untuk menfokuskan pada situasi saat ini, sebagai alat - Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan serta terapi okupasi - Sediakan penguatan yang positif ketika apsien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnnya meskipun mengalami Kecemasan.

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanuntuk mengeksternalisasikan kecemasan. untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan. untuk mengurangi kecemasan dan memperluas focus.

3 Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan depresi berat

- Pasien dapat berkerjasama

- Pasien dapat mengontrol Ketenangan

- Pasien dapat Relaksasi

- mendorong pasien dalam pengembangan hubungan

- mendorong untuk berhubungan dengan orang lain

- mendorong untuk beraktivitas dalam masyarakat / social

- mendorong untuk berbagi masalah dengan orang lain

hubungan dengan orang lain dapat mengurangi tingkat stresor

aktifitas dapat membantu mengurangi beban fikiran

untuk endapatkan solusi dari orang lain

4 Kerusakan pola tidur berhubungan dengan kelelahan, kekhawatiran financial.

- Pola tidur teratur

- Kualitas tidur baik

- Pantau pola tidur dan catat hubungan faktor-faktor fisik- Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam- Cari teman sekamar yang cocok bagi pasien, jika memungkinkan.- Berikan tidur siang jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur Pola tidur yang efektif membuat pasien lbih segar

Suara keras dapat mengganggu tidur pasien

Teman sekaamar sebagai tempat berbagi masalah

Tidur siang dapat memenuhi kebutuhan tidur

5 Risiko kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan status emosional post partum

- Mengenalpenanganan klien dengan perilaku kekerasan

- Penanganan klien dengan perilaku kekerasan

- Cara yang dipilih untuk membantu merubah perilaku klien

- Tingkat kemarahan

Bantuan kontrol marah

- Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan padaklien

- Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilakukekerasan : (emosi, fisik,social, spiritual,)

- Jelaskan pada klien tentang respon marah

- Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuansaat muncul marah

- Diskusikan bersama klien pangaruh negatifperilaku kekerasan terhadap dirinya, orang laindan lingkungan

Tanda-tanda kemarahan dapat beresiko terjadi kekerasan terhadap diri sendiri maupun orfang lain

Pasien mengetahui respon marah

Meminimalisir resiko kekerasan

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.

Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.B. Saran

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah Keperawatan Reproduksi. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawaatan Pasien. EGC: Jakartahttp://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-gangguan-psikososial.htmlhttp://askep-askeb.cz.cc/2010/07/depresi-postpartum.htmlBobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas edisi-4. Jakarta: EGC.Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Konsep Dasar dan Askep Postpartum Blues. http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-konsep-dasar.html. diakses tanggal 09 januari 2011.Diposting Oleh zietraelmart dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa Kebidanan.http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES. diakses tanggal 09 januari 2011.Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika ADITAMA

4