KTI Aulia Dwi Natalia

80
  65 KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS P EMBINA PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009 OLEH : AULIA DWI NATALIA NIM. PO.71.20.1.06.044 DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES DEPKES PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2009

Transcript of KTI Aulia Dwi Natalia

Page 1: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 1/80

 

 

65

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH

PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PEMBINA

PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009

OLEH :

AULIA DWI NATALIA

NIM. PO.71.20.1.06.044

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES DEPKES PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2009

Page 2: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 2/80

 

 

65

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIADI PUSKESMAS PEMBINA PLAJU PALEMBANG

TAHUN 2009

OLEH :

AULIA DWI NATALIAPO.71.20.1.06.044

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES DEPKES PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2009

Page 3: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 3/80

 

 

65

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

KARYA TULIS ILMIAH, AGUSTUS 2009

AULIA DWI NATALIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH

PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DIPUSKESMAS

PEMBINA PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009.

xx + 66 halaman + 12 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok usia lanjut. Sebagai

hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup,

sehingga jumlah lansia bertambah setiap tahunnya. Ironisnya peningkatan usia seringdibarengi dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain

pada kelompok ini.. Profil Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2009 menunjukan

bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua 10 besar penyakit lansia. Tingginya

penyakit hipertensi di Puskesmas Pemmbina diduga berhubungan dengan faktorresiko antara lain : umur, jenis kelamin, berat badan, genetik dan kurang olahraga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungandengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun

2009. Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional.Sampel penelitian adalah penderita hipertensi yang berusia berusia 60 tahun keatas

dan terdiagnosa penyakit hipertensi. Penelitian diambil dengan cara Non random

sampling dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Pengambilan datadilakukan dengan kuisioner dan pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan,

tinggi badan dan tekanan darah sistolik.

Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa p value < (0,05) adalah variabel umur(0,010), dan olahraga (0,033). Sedangkan  p value > (0,05) adalah jenis kelamin

(0,217), genetik (0,067), dan berat badan (0,281).

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada para lansia dan keluarga agarselalu menjaga pola makan dan menjalani pola hidup yang sehat, mempertahankanberat badan, pentingnya mengontrol tekanan darah. dan kepada petugas kesehatan

terutama di Puskesmas Pembina Plaju Palembang agar selalu memberikan

bimbingan dan penyuluhan dalam meningkatkan informasi tentang hipertensi padakelompok lansia, komplikasi dan penanggulangannya

Daftar Pustaka : 18 (2001-2009)

Page 4: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 4/80

 

 

65

DEPARTEMENT OF HEALTH REPUBLIC INDONESIAN

POLYTECHNIC OF HEALTH PALEMBANG

NURSING STUDY PROGRAM

SCIENTIFIC WRITING TAKS, AUGUST 2009

AULIA DWI NATALIA

THE FACTOR THAT RELATED TO THE BLOOD PRESSURE OF

HIPERTENSION RELATING TO THE ON ELDERLY IN PLAJU PEMBINA

HEALTH CENTRE PALEMBANG 2009. 

xl + 59 Pages + 12 Tables + 7Appendix

ABSTRACT

Hypertension is still a health problem in the elderly group. as a result of rapid

development today could increase life expectancy, so the number of elderly increasesevery year. Ironically increasing age is often accompanied with an increase in

degenerative diseases and other health problems in this group. Profil Puskesmascoach Palembang Year 2009 showed that hypertension was ranked second of 10

hypertension lansia.Tingginya diseases in health center associated with the coach

suspected risk factors include: age, sex, weight, genetics, and lack of exercise.

Purpose of this study was to determine the factors associated with incident

hypertension in the elderly in the health center palembang Plaju coach in 2009. Thisresearch is an analytical survey with cross sectional approach. Research sample is

hypertension aged 60 years and over, and diagnosed hypertension. Research is takenby way of non-random sampling using Accidental Sampling techniques. Data

retrieval is done by questionnaire and physical examination of the measurement of 

weight, height, and systolic blood pressureBivariate analysis found that P value <(0.05) is the variable of age (0.010).

and lack of exercise (0.033). while the p value> (0.05) is the sex (0.217), offspring

(0.067), and weight (0.281)Based on research results, recommended to the elderly and families in order to

always maintain your diet and live a healthy lifestyle, maintaining weight, the

importance of controlling blood pressure. And to health workers, especially inPalembang Plaju coaches clinic in order to always provide guidance and counselingin improving information about hypertension in the elderly, complications and

handling.

Literature: 18 (2001-2009)

Page 5: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 5/80

 

 

65

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH

PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PEMBINA

PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

AHLI MADYA KEPERAWATAN

OLEH :

AULIA DWI NATALIA

PO.71.20.1.06.044

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES DEPKES PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2009

Page 6: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 6/80

 

 

65

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer ), karena

termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih

dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut

seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari

akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006).

Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika

tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke

(perdarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik 

terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya

kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun

tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated

systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada

lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang

berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi

sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk 

orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke,

Page 7: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 7/80

 

 

65

gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar

dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)

Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan

arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari

berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi

semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding,

yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung

menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak 

terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik)

(Wolff , 2008).

Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada

kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering

ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam,

Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi

hipertensi (160/95mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada

perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan,

Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun

dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint     National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure

(JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan

perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1%

(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah

Page 8: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 8/80

 

 

65

29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya

riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan

faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2007).

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai

hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan

hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut

sering diikiuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan

lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang

sering dijumpai pada kelompok lansia (Abdullah.2005).

Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta

orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan

26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi

29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara

maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia

(Andra,2007).

Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun

ke atas pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000

meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan

meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal

ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur

penduduk yang semakin menua (ageing population). Peningkatan UHH akan

menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola

Page 9: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 9/80

 

 

65

penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi

penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular

cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat

digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama

(common underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus,

penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara

lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang olah

raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi

Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, di

kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan

29% wanita menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan

stroke, 1,2% diabetes, 1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat

badan (obesitas), dan yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu

hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun yang mengkonsumsi rokok sangat

tinggi yaitu sebesar 54,5%, dan wanita sebesar 1,2%

(http://www.dinkesjatengprov.go.id/ dinkes08/screeningdinkes.pdf).

Profil kesehatan Puskesmas Pembina tahun 2008 menunjukkan bahwa ISPA

menduduki peringkat pertama dan hipertensi menduduki peringkat ke dua dari 10

besar penyakit pada lansia (Profil Kesehatan Puskesmas Pembina Tahun 2008).

Berdasarkan data dari Puskesmas Pembina Plaju Palembang diperoleh

 jumlah penderita hipertensi pada lansia tahun 2006 tercatat 657 lansia. Pada tahun

2007 tercatat 483 lansia. Pada tahun 2008 tercatat 290 lansia. Dan data pada bulan

Page 10: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 10/80

 

 

65

Januari- Maret tahun 2009 tercatat 77 orang lansia dengan laki-laki 45 orang dan

perempuan 32 orang.

Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada

Lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

B.  Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

masiah tingginya angka kejadian (prevalensi) hipertensi pada lansia yang

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, genetik, berat badan, dan kurang olahraga.

C.  Pertanyaan Penelitian 

1. 

Apakah terdapat hubungan antara umur dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun

2009?

2.  Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009?

3.  Apakah terdapat hubungan antara keturunan dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009?

Page 11: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 11/80

 

 

65

4.  Apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009?

5.  Apakah terdapat hubungan antara kurang olahraga dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a.  Diketahuinya hubungan antara umur dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun

2009.

b.  Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009.

Page 12: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 12/80

 

 

65

c.  Diketahuinya hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun

2009.

d.  Diketahuinya hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun

2009.

e.  Diketahuinya hubungan antara olahraga dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun

2009.

D.  Manfaat Penelitian

1.  Bagi Instansi Puskesmas Pembina Plaju Palembang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi

dalam upaya menanggulangi penyakit hipertensi pada Lansia di Puskesmas

Pembina Plaju Palembang.

2.  Bagi Pendidikan

a.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang

bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran yang berhubungan dengan

penyakit hipertensi.

b.  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan untuk 

mengembangkan wawasan serta pengetahuan.

Page 13: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 13/80

 

 

65

3.  Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan wawasan ilmu

pengetahuan serta keterampilan didalam menganalisa permasalahan kesehatan

yang ada dimasyarakat terutama mengenai penyakit hipertensi pada Lansia.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pendekatan analitik menggunakan rancangan cross

sectional, dan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia. Lokasi penelitian ini

dilakukan di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009 dengan subjek 

peneliti yaitu lansia berusia 60 tahun keatas dan terdiagnosa hipertensi. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009, dengan dilakukan wawancara dari data

primer, pengukuran, dan kuisioner.

Page 14: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 14/80

 

 

65

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Hipertensi

1.  Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa

oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya

(Sustrani, 2006).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan

pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO

(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal

adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan

 jenis kelamin (Marliani, 2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada

populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

Page 15: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 15/80

 

 

65

2.  Etiologi

Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut

usia adalah terjadinya perubahan- perubahan pada :

a.  Elastisitas dinding aorta menurun

b.  Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c.  Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d.  Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

e.  Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua.

Yang pertama hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Yang

kedua hipertensi sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan kelainan kelenjar

tiroid. Yang banyak terjadi adalah hipertensi primer, sekitar 92-94% dari

kasus hipertensi. Dengan kata lain, sebagian besar hipertensi tidak dapat

dipastikan penyebabnya (Marliani, 2007).

Page 16: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 16/80

 

 

65

3.  Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi

lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan

diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan

menjadi dua golongan, yaitu:

a.  Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui

dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai

tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan

para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita

hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.

Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab

hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang meningkatkan

resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.

b.  Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001).

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui,

yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit

pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan

memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.

Page 17: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 17/80

 

 

65

4.  Patofisiologi 

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

Page 18: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 18/80

 

 

65

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan

struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab

pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

5.  Klasifikasi Hipertensi

a.  Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam

Rohaendi (2008): 

1)  Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama

dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama

dengan 90 mmHg.

Page 19: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 19/80

 

 

65

2)  Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-

159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg

3)  Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau

sama dengan 95mmHg.

b.  Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:

Tekanan sistolik:

1) < 119 mmHg : Normal

2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi

3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1

4) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2

Tekanan diastolik 

1) < 79 mmHg : Normal

2) 80-89 mmHg : pra hipertensi

3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1

4)  >100mmHg : hipertensi derajat 2

Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)

Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)

Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)

Page 20: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 20/80

 

 

65

6.  Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki

gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati

antara lain yaitu : 

a.  Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala

b.  Sering gelisah

c.  Wajah merah

d.  Tengkuk terasa pegal

e.  Mudah marah

f.  Telinga berdengung

g.  Sukar tidur

h.  Sesak napas

i. 

Rasa berat ditengkuk 

 j.  Mudah lelah

k.  Mata berkunang-kunang

l.  Mimisan ( keluar darah dari hidung).

7.  Faktor resiko yang mempengaruhi Hipertensi

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang

dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:

Page 21: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 21/80

 

 

65

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

1) 

Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar  High

  Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan

adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause

wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang

selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus

berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada

wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih

dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar

56,5%. (Anggraini dkk, 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia

dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55

tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering

dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,

2007).

Page 22: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 22/80

 

 

65

2)  Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,

  jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang

tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut

harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut

ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan

harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi

banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi

pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan

hormon sesudah menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan

dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari

arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya

kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin

kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar

sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40

% dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri

kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan

berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan

Page 23: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 23/80

 

 

65

bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi

(http://www.dinkesjatengprov.go.id/ dinkes08/screeningdinkes.pdf).

3)  Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan

orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus

hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini

dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk 

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

(Marliani, 2007).

Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah

tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari

orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda

akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup

anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka

peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.

Page 24: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 24/80

 

 

65

b.  Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1) 

Obesitas

Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan

kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena

kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas

dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat

memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan

pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).

Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak,

dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan,

yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus

perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan

darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes

5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya

normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki

berat badan lebih.

Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung

dan pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass

Page 25: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 25/80

 

 

65

Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang

Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang resiko

kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Marliani juga

mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar mempunyai

berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang

berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah

  jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas

lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya normal.

(Marliani,2007).

2)  Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak 

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)

dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung

harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi

tertentu (http://www.dinkesjateng prov.go.id /dinkes08/ screening

dinkes.pdf).

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi

karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang

tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot

 jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin

keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan

Page 26: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 26/80

 

 

65

yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60

menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan

peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau

masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban

waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan

wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas

fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (  Low Density

 Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi,

2008).

3)  Kebiasaan Merokok 

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat

dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan

risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari

Brigmans and Women’s Hospital ,  Massachussetts terhadap 28.236

subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak 

merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14

batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang

perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak 

pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang

perhari (Rahyani, 2007).

Page 27: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 27/80

 

 

65

4)  Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah

tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)

perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk 

menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume

cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).

5)  Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak 

  jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan

minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi

(Marliani, 2007).

6)  Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75  – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut

berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

Page 28: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 28/80

 

 

65

7)  Pil KB

Pil KB : Risiko meninggi dengan lamanya pemakaian (± 12 tahun

berturut-turut)

8)  Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum

terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota

(Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress

akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini

dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan

karakteristik personal

8.  Komplikasi Hipertensi

Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung

bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh

darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko

Page 29: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 29/80

 

 

65

penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan

kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.

Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,

gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa

hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan

penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek 

 jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.

a.  Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan

semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering

diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.

b.  Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung

tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini

terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.

c.  Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan

darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah

lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak,

maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga

dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di

pembuluh yang sudah menyempit.

Page 30: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 30/80

 

 

65

d.  Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang

menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaringkotoran tubuh. Dengan

adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan

membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan

cangkok ginjal baru.

e.  Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,

sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

9.  Pencegahan Hipertensi 

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut

bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:

a.  Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam

dapur untuk diet setiap hari.

b.  Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)

normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan

lebih 10% dari berat badan normal.

Page 31: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 31/80

 

 

65

c.  Membatasi konsumsi lemak.

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak 

terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan

terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama

kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh

nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan

memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah

hipertensi.

d.  Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang

dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh

(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik 

sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti

tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat

menimbulkan hipertensi.

e.  Makan banyak buah dan sayuran segar.

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah

yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

f.  Tidak merokok dan minum alkohol.

Page 32: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 32/80

 

 

65

g.  Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan

  jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan

otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan

menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan

musik, atau bernyanyi.

h.  Berusaha membina hidup yang positif.

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan

atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress

(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar

sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit

kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar

terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina

hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif 

adalah sebagai berikut:

1)  Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

2)  Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu

untuk kegiatan santai.

3)  Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikan bagiannya.

Page 33: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 33/80

 

 

65

4)  Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.

5) 

Cobalah menolong orang lain.

6)  Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

B.  Lanjut usia (Lansia)

1)  Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami

oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang

tidak dapat dihindari. Usia Lanjut adalah kelompok orang yang sedang

mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu

beberapa dekade (Notoatmojo,2007).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam buku

(Wahjudi,2000) lanjut usia meliputi:

1.  Usia pertengahan ( Middle Age) kelompok usia 45-59

2.  Usia lanjut ( Ederly) antara 60-70 tahun

3.  Usia lanjut tua (Old ) antara 75-90 tahun

4.  Usia sangat tua (Very old ) diatas 90 tahun

Page 34: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 34/80

 

 

65

2.  Klasifikasi Lansia 

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia menurut (Maryam,

2008):

1.  Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2.  Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3.  Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4.  Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/ jasa

5.  Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain

3.  Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999),dalam bukunya (Maryam, 2008) lansia

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a.  Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang kesehatan).

Page 35: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 35/80

 

 

65

b.  Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif 

hingga kondisi maladaptif.

c.  Lingkungan tempat tinggal bervariasi.

4.  Definisi Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dan proses menua

merupakan proses yang teru-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai

sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi,

2000).

5.  Perubahan-perubahan yang terjadi pada Usia Lanjut

Masa lanjut usia dimulai sejak seseorang menginjak usia 60 tahun, akan tetapi

proses pelayanan fisik sudah dimulai pada usia 40 tahun. Biasanya menginjak 

lanjut usia ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat

sebagai kemunduran fisik menurut Maryam (2008) antara lain: 

a.  Kulit mulai mengendur dan pada wajah mulai timbul keriput serat garis-

garis menetap karena tonus otot berkurang.

b.  Rambut mulai beruban

Page 36: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 36/80

 

 

65

c.  Gigi mulai ompong

d. 

Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang

e.  Kulit menjadi kering

f.  Gangguan pencernaan dan absorpsi makanan didalam usus yang

menyebabkan lebih sensitif terhadap makanan pedas dan berbumbu.

Page 37: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 37/80

 

 

65

C.  Kerangka Teoritis

Menurut Elsanti (2009), kerangka terori dari faktor-faktor resiko terjadinya

hipertensi, antara lain:

Sumber: Salma Elsanti, 2009

Faktor yang tidak dapat

dikontrol:

1.  Umur

2.  Jenis Kelamin

3.  Genetik (Keturunan)

Tekanan Darah

Penderita Hipertensi

Lansia

Faktor yang dapat

dikontrol:

1.  Berat Badan

2.  Kurang Olahraga

3.  Merokok 

4.  Konsumsi garam

berlebih

5.  Minum alkohol

6.  Minum Kopi

7.  Pil KB

8.  Stres

Page 38: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 38/80

 

 

65

BAB III 

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A.  Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti (Notoadmodjo, 2005).

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan:

= Variabel yang diteliti 

= Variabel yang tidak diteliti

Umur

Jenis Kelamin

Genetik 

Berat Badan

Tekanan Darah Penderita

Hipertensi Hipertensi pada 

Lansia

Konsumsi garam

Olahraga

Merokok 

Minum Alkohol

Pil KB

Minum Kopi

Stres

Page 39: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 39/80

 

 

65

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Sk

Uk

1. Tekanan

darah

penderita

hipertensi

lansia

Suatu keadaan

peningkatan

tekanan darah

melebihi batas

normal, yakni

nilai sistole >140

mmHg dan nilai

diastole >90

mmHg.

Wawan

cara

Kuisioner

dan

Pengukuran

TD

1.  Tekanan darah

tinggi, jika nilai

sistole >160

mmHg dan nilai

diastole >95

mmHg.

2.  Tekanan darah

perbatasan, jika

nilai sistole 150-

159 mmHg dannilai diastole 90-

94 mmHg.

(Rohaendi, 2008)

Ordi

2. Umur Umur responden

yang terhitung

ulang tahun

terakhir.

Wawan

cara

Kuisioner 1.  Lansia resiko

tinggi, jika ≥ 70

tahun

2.  Lansia, jika

antara 60-69

tahun

Ordi

Page 40: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 40/80

 

 

65

(Maryam, 2008)

3. Jenis

Kelamin

Jenis kelamin

responden saat

diwawancara

Wawan

cara

Kuisioner 1.  Laki-laki.

2.  Perempuan

Nom

4. Genetik Suatu keadaan

dimana adanya

riwayat hipertensi

dalam keluarga

dimasa lalu yakni

dari: bapak, ibu,

saudara kandung,

kakek dan nenek.

Wawan

cara

Kuisioner 1. Ada riwayat

hipertensi

Jika terdapat

riwayat penyakit

hipertensi dalam

keluarga.

2. Tidak ada riwayat

hipertensi

Jika tidak terdapat

riwayat penyakithipertensi dalam

keluarga.

Nom

5. Berat

Badan

Kelebihan jumlah

berat badan yang

dihitung dalam

IMT (Indeks

Massa Tubuh)

dimana:

IMT = Berat

badan (kg) dibagi

Penguk 

uran

Timbangan

dan meteran

badan

1.  Kelebihan berat

badan

Jika nilai IMT >

25 kg/m²

2.  Tidak kelebihan

berat badan

Jika nilai IMT <

Nom

Page 41: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 41/80

 

 

65

Tinggi badan

(m²).

25 kg/m²

(Marliani, 2007)

6 Olahraga Aktivitas olahraga

yang dilakukan

responden dengan

menyisikan waktu

khusus

Wawan

cara

Kuisioner 1.  Tidak 

Jika tidak 

melakukan

aktivitas olahraga

setiap harinya.

2.  Ya

Jika melakukan

aktivitas olahraga

setiap harinya.

Ordi

Page 42: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 42/80

 

 

65

C. Hipotesis 

1. 

Ada hubungan antara umur dengan tekanan darah penderita hipertensi pada

lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

2.  Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi

pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

3.  Ada hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita hipertensi

pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

4.  Ada hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi pada

lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

5.  Ada hubungan antara olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi

pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

Page 43: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 43/80

 

 

65

BAB IV

METODE PENELITIAN

A.  Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional dimana data variabel-variabel yang termasuk variabel

dependen dan variabel independen yang dikumpulkan dalam waktu bersamaan

(Notoatmodjo, 2005).

B.  Populasi dan Sampel

1.  Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti. (Notoatmojo, 2005). Didalam populasi penelitian ini adalah semua

lansia hipertensi yang berumur 60 tahun keatas yang berkunjung ke

Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

2.  Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara  Non  Random Sampling yang

menggunakan teknik    Accidental sampling dimana pengambilan sampel

dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia

pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2005 ).

Page 44: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 44/80

 

 

65

3.  Kriteria Subjek Penelitian

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah orang dengan

kriteria sampel:

a.  Lansia (berusia 60 tahun keatas)

b.  Bersedia menjadi responden

c.  Jika responden tidak bisa membaca dan menulis peneliti memandu

responden menjawab kuisioner melalui wawancara secara langsung.

C.  Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

D.  Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2009, dari tanggal 10 Juni - 30Juni

2009.

E.  Etika Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format persetujuan

sebagai responden penelitian ini. Hal ini dilaksanakan sebelum peneliti

menyerahkan kuisioner untuk wawancara. Peneliti akan menjaga kerahasiaan data

atau keterangan yang diperoleh dari responden, apabila diperlukan.

Page 45: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 45/80

 

 

65

F.  Pengumpulan Data

1. 

Sumber Data

a.  Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara

dan pengisian kuisioner yang telah disiapkan, serta pengukuran dengan

alat ukur (tensimeter dan meteran badan).

b.  Data Sekunder

Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis yang didapat dari

Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009.

2.  Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada responden.

3.  Alat/ Instrumen Pengumpulan data

a. 

Kuisioner

Data yang dikumpulkan mengunakan kuisioner yang telah disiapkan

dengan cara wawancara kepada responden. Penulis melakukan sendiri

wawancara secara sistematis dengan lembar kuisioner yang berisi tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada Lansia.

b.  Alat Tensimeter, stetoskop,timbangan dan meteran badan.

Page 46: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 46/80

 

 

65

G. Pengolahan Data 

1. 

Editing (Pengeditan)

adalah untuk meneliti apakah kuisioner sudah lengkap atau belum sehingga

ada kekurangan dapat segera dilengkapi. Editing dapat dilakukan ditempat

pengumpulan dan sehingga jika terjadi kesalahan, maka upaya perbaikan

dapat dilaksanakan.

2.  Coding (pengkodean)

adalah suatu usaha memberikan kode atau menandai jawaban responden atas

pertanyaan yang ada pada kuisioner.

3.  Entry/ processing (pemasukan data)

adalah pemasukan data-data penelitian tabel sesuai dengan kriteria.

4.  Cleaning (pembersihan data)

adalah suatu kegiatan yang melihat apakah suatu data sudah benar-benar

bebas dari kesalahan.

G.  Analisis Data

Data yang disajikan dengan mendistribusikan melalui analisis univariat dan

bivariat.

1.  Analisis Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,

tujuan dari analisa ini hanya untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari

tiap variable. (Notoatmodjo, 2005)

Page 47: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 47/80

 

 

65

2.  Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen

dan variabel independen menggunakan uji Chi Square dengan derajat

kemaknaan 0,05. Bila nilai p value ≤ α (0,05) berarti hasil perhitungan

statistik bermakna (signifikan), dan apabila nilai p value < α (0,05) berarti

hasil perhitungan statistik tidak bermakna (tidak signifikan).

Page 48: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 48/80

 

 

65

BAB V

HASIL PENELITIAN

A.  Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1.  Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Pembina Palembang

Puskemas Pembina Palembang terletak di Kelurahan Silaberanti

Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang. Puskesmas ini terletak di Jl. A.

Yani No. 62A, berada di pinggir jalan sehingga masyarakat yang

memerlukan mudah untuk menjangkaunya. Selain itu banyak juga dilalui

kendaraan umum. Wilayah kerjanya meliputi 2 kelurahan, yaitu Kelurahan

Silaberanti dengan luas wilayah 381 hektar dan Kelurahan 8 Ulu dengan luas

wilayah 297 hektar. Maka luas wilayah kerja Puskesmas Pembina

Palembang adalah + 678 hektar.

Berdasarkan SK Walikota Palembang tertanggal 1 April 1994, nama

Puskesmas 8 Ulu diganti dengan menjadi Puskesmas Pembina Palembang

dengan wilayah kerja meliputi kelurahan 8 Ulu dan Kelurahan Silaberanti.

Sejak tanggal 17 Juli 2003 berdasarkan SK Walikota Palembang No. 599

Tahun 2003, Puskesmas Pembina Palembang ditetapkan menjadi Puskesmas

Uji Coba Swakelola.

Page 49: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 49/80

 

 

65

Wilayah kerja Puskesmas Pembina Palembang berbatasan dengan :

a. 

Sebelah utara berbatasan dengan 9/10 Ulu.

b.  Sebelah selatan berbatasan dengan 13 Ulu.

c.  Sebelah timur berbatasan dengan 7 Ulu.

d.  Sebelah barat berbatasan dengan Plaju Ilir.

2.  Visi

“Tercapainya Kelurahan 8 Ulu dan Kelurahan Silaberanti Sehat Yang

Optimal Tahun 2008”. 

3.  Misi

Adapun misi Puskesmas Pembina Palembang adalah :

a.  Memasyarakatkan paradigma sehat pada semua pihak.

b. 

Meningkatkan profesionalisme seluruh petugas kesehatan yang

berorientasi pada standar kesehatan.

c.  Pengadaan sarana dan prasarana keseatan yang bermutu prima.

d.  Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam mengatasi ksehatan

yang ada.

4.  Motto

Motto Puskesmas Pembina Palembang adalah :

“Tanpa Anda Kami Tiada Berarti, Anda Sehat Kami Puas”.  

Page 50: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 50/80

 

 

65

B.  Analisis Univariat

Dalam analisis univariat dihasilkan distribusi frekuensi (jumlah dan

persentase) dari masing-masing kategori variabel dependen (tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia) dan variabel independen (umur, jenis kelamin,

genetik, berat badan, dan kurang olahraga) sebagaimana terlihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi berdasarkan Tekanan Darah Penderita Hipertensipada Lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009

No Tekanan darah Jumlah

N %

1 Tekanan darah

tinggi

16 38,1%

2 Tekanan darah

perbatasan

26 61,9%

Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 5.1 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 16

responden (38,1%) dengan tekanan darah tinggi, dan terdapat 26 responden

(61,9%) dengan tekanan darah perbatasan.

Page 51: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 51/80

 

 

65

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi berdasarkan Umur

di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009

No Umur Jumlah

N %

1 >70 tahun 14 33,3%

2 60-69 tahun 28 66,7%

Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 5.2 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 14

responden (33,3%) yang berusia >70 tahun dan terdapat 28 responden

(66,7%) yang berusia 60-69 tahun.

Tabel 5.3Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin

di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009

No Jenis Kelamin Jumlah

n %

1 Laki-laki 14 33,3%

2 Perempuan 28 66,7%

Jumlah 42 100%

Page 52: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 52/80

 

 

65

Berdasarkan tabel 5.3 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 14

responden (33,3%) yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 28 responden

(66,7%) yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi berdasarkan Genetik

di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009

No Genetik Jumlah

N %

1 Ada 22 52,4%

2 Tidak ada 20 47,6%

Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 5.4 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 22

responden (52,4%) yang disebabkan adanya faktor genetik dan terdapat 20

responden (47,6%) yang disebabkan tidak adanya faktor genetik.

Page 53: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 53/80

 

 

65

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi berdasarkan Berat Badan

di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009

No Berat Badan Jumlah

n %

1 Kelebihan BB 11 26,2%

2 Tidak Kelebihan

BB

31 73,8%

Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 5.5 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 11

responden (26,2%) yang memiliki kelebihan BB dan terdapat 31 responden

(73,8%) yang tidak kelebihan BB.

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi berdasarkan kurang olahraga

di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009

No Kurang Olahraga Jumlah

n %

1 Tidak 27 64,3%

2 Ya 15 35,7%

Jumlah 42 100%

Page 54: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 54/80

 

 

65

Berdasarkan tabel 5.6 dilihat bahwa dari 42 responden terdapat 17

responden (64,3%) yang tidak melakukan aktivitas olahraga dan terdapat 15

responden (35,7%) yang melakukan aktivitas olahraga.

C.  Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (Crosstabs) dan Uji Chi-

Square untuk menetukan bentuk hubungan statistik anatara variabel independen

( umur, jenis kelamin, genetik, berat badan,dan kurang olahraga) dengan variabel

dependen (tekanan darah penderita hipertensi pada lansia). Hasil analisis bivariat

menemukan hubungan antara masing-masing variabel independen dan variabel

dependen sebagai uraian pada tabel berikut ini:

1.  Hubungan Umur dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia

Tabel 5.7Hasil Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Tekanan Darah

Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pembina

Plaju Palembang Tahun 2009.

No Umur Tekanan Darah Total P value

Tinggi Perbatasan N %

N % N %

1. >70 tahun 1 7,1% 13 92,9% 14 100% 0,010

2. 60-69 tahun 15 53,6% 13 46,4% 28 100%

Total 42 100%

Page 55: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 55/80

 

 

65

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang

(crosstabs) antara umur dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia,

menunjukkan bahwa dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun ada 15

orang lansia (53,6%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 14

responden yang berusia > 70 tahun ada 1 orang lansia (7,1%) yang memiliki

tekanan darah tinggi. Kemudian dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun

ada 13 orang lansia (46,4%) yang memiliki tekanan darah perbatasan,

sementara dari 14 responden yang >70 tahun ada 13 orang lansia (92,9%)

yang tekanan darah perbatasan. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square

menunjukkan bahwa nilai signifikan (P) hubungan antara umur dengan

tekanan darah penderita hipertensi lansia adalah p value = 0,010 (p value < α

0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan bermakna antara umur dengan

tekanan darah penderita hipertensi lansia.

Page 56: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 56/80

 

 

65

2.  Hubungan jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi

pada lansia

Tabel 5.8

Hasil Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah

Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pembina

Plaju Palembang Tahun 2009.

No Jenis

Kelamin

Tekanan Darah Total P value

Tinggi Perbatasan N %

n % N %

1. Laki-laki 3 21,4% 11 78,6% 14 100% 0,217

2. Perempuan 13 46,6% 15 53,6% 28 100%

Total 42 100%

Berdasarkan tabel 5.8 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang

(crosstabs) antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi

lansia, menunjukkan bahwa dari 28 responden yang berjenis kelamin

perempuan ada 13 orang lansia (46,6%) yang memiliki tekanan darah tinggi,

sementara dari 14 responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 3 orang

lansia (21,4%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 28

responden yang berjenis kelamin perempuan ada 15 orang lansia (53,6%)

yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 14 responden yang

berjenis kelamin laki-laki ada 11 orang lansia (78,6%) yang memiliki

Page 57: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 57/80

 

 

65

tekanan darah perbatasan. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square

menunjukkan bahwa nilai signifikan (P) hubungan antara jenis kelamin

dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia adalah p value = 0,217 (p

value > α 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara

 jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia.

3.  Hubungan antara keturunan dengan tekanan darah penderita hipertensi

pada lansia

Tabel 5.9

Hasil Tabulasi Silang Antara Genetik Dengan Tekanan Darah

Penderita Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Pembina

Plaju Palembang Tahun 2009.

No Genetik Tekanan Darah Total P

valueTinggi Perbatasan N %

n % N %

1. Ada 5 22,7% 17 77,3% 22 100% 0,067

2. Tidak ada 11 55,0% 9 45,0% 20 100%

Total 42 100%

Berdasarkan tabel 5.9 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang

(crosstabs) antara genetik dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia,

menunjukkan bahwa dari 22 responden yang ada faktor genetiknya ada 5

orang lansia (22,7%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 20

Page 58: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 58/80

 

 

65

responden yang tidak ada faktor genetiknya ada 11 orang lansia (55,0%) yang

memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 22 responden yang ada faktor

genetiknya ada 17 orang lansia (77,3%) yang memiliki tekanan darah

perbatasan, sementara dari 20 responden yang tidak ada faktor genetiknya ada

9 orang lansia (45,0%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Hasil uji

statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai signifikan (P)

hubungan antara genetik dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia

adalah P value = 0,067 (p value > α 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada

hubungan bermakna antara genetik dengan tekanan darah penderita hipertensi

lansia.

Page 59: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 59/80

 

 

65

4.  Hubungan antara obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi

pada lansia

Tabel 5.10

Hasil Tabulasi Silang Antara Obesitas Dengan Tekanan Darah

Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pembina

Plaju Palembang Tahun 2009.

No Berat

badan

Tekanan Darah Total P

valueTinggi Perbatasan N %

n % N %

1. Kelebihan

BB

6 54,5% 5 45,5% 11 100% 0,281

2. Tidak 

Kelebihan

BB

10 32,3% 21 67,7% 31 100%

Total 42 100%

Berdasarkan tabel 5.10 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang

(crosstabs) antara berat badan dengan tekanan darah penderita hipertensi

lansia, menunjukkan bahwa dari 31 responden yang tidak kelebihan BB ada

10 orang lansia (32,3%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari

11 responden yang memiliki kelebihan BB ada 6 orang lansia (54,5%) yang

memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 31 responden yang tidak 

kelebihan BB ada 21 orang lansia (67,7%) yang memiliki tekanan darah

Page 60: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 60/80

 

 

65

perbatasan, sementara dari 11 responden yang memiliki kelebihan BB ada 5

orang lansia (45,5%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Hasil uji

statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai signifikan (P)

hubungan antara berat badan dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia

adalah P value = 0,281 (p value  > α 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada

hubungan bermakna antara berat badan dengan tekanan darah penderita

hipertensi lansia.

5.  Hubungan antara kurang olahraga dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia

Tabel 5.11

Hasil Tabulasi Silang Antara Kurang Olahraga Dengan Tekanan

Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas

Pembina Plaju Palembang Tahun 2009.

No Kurang

Olahraga

Tekanan Darah Total P value

Tinggi Perbatasan N %

n % N %

1. Tidak 14 51,9% 13 48,1% 27 100% 0,033

2. Ya 2 13,3% 13 86,7% 15 100%

Total 42 100%

Berdasarkan tabel 5.11 diatas, diketahui bahwa hasil tabulasi silang

(crosstabs) antara kurang olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi

Page 61: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 61/80

 

 

65

lansia, menunjukkan bahwa dari 27 responden yang tidak melakukan aktivitas

olahraga ada 14 orang lansia (51,9%) yang memiliki tekanan darah tinggi,

sementara dari 15 responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 2 orang

lansia (13,3%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 27

responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia

(48,1%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 15

responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia (86,7%)

yang memiliki tekanan darah perbatasan. Hasil uji statistik dengan uji Chi-

Square menunjukkan bahwa nilai signifikan (P) hubungan antara kurang

olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia adalah P value =

0,033 (p value  < α 0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan bermakna

antara kurang olahraga dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia.

Page 62: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 62/80

 

 

65

BAB VI

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian dan perbandingan dengan teori yang

sudah dikemukan pada BAB II mengenai Tinjauan Pustaka.

A.  Keterbatasan Penelitian

1.  Jumlah sampel yang masih sedikit untuk memperoleh hasil analisis pada

setiap kategori dari variabel yang memenuhi persyaratan uji statistik yang

memadai

2.  Kuisioner pada variabel independen tidak dilakukan uji validitas dan

reabilitas terlebih dahulu.

3.  Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah hanya menggunakan

tensimeter biasa. Agar angka yang diperoleh lebih akurat seharusnya

menggunaka tensimeter digital.

B. 

Pembahasan Hasil Penelitian

a.  Hubungan Antara Umur Dengan Tekanan Darah Penderita

Hipertensi Pada Lansia

Page 63: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 63/80

 

 

65

Dari hasil penelitian diperoleh analisis hubungan antara umur

dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, menunjukkan bahwa

dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun ada 15 orang lansia (53,6%)

yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 14 responden yang

berusia > 70 tahun ada 1 orang lansia (7,1%) yang memiliki tekanan

darah tinggi. Kemudian dari 28 responden yang berusia 60-69 tahun ada

13 orang lansia (46,4%) yang memiliki tekanan darah perbatasan,

sementara dari 14 responden yang >70 tahun ada 13 orang lansia (92,9%)

yang memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-

Square menunjukkan bahwa, ada hubungan bermakna secara statistik 

antara umur dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, dengan

nilai P value = 0,010 dimana P< α(0,05).

Hal ini sesuai dengan teori Hanns Peter (2009), yang menyatakan

bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari

keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan

akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini

dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya

penyesuaian diri. Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

Dinkes Jateng didapatkan bahwa risiko terkena hipertensi lebih besar

sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %

dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.

Page 64: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 64/80

 

 

65

Dengan demikian peneliti menyimpulkan hasil penelitian bahwa,

kelompok lansia yang berumur 60 tahun keatas dapat meningkatkan

resiko hipertensi. Ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung,

pembuluh darah, dan hormon. Bila disertai faktor-faktor lain seperti

obesitas, dan pengaruh pola makan, maka bisa memicu terjadinya

hipertensi. Oleh karena itu, bagi lansia dan keluarga hendaknya menjaga

pola hidup agar tidak muda terkena penyakit hipertensi. Dan bagi petugas

kesehatan agar selalu menjelaskan tentang adanya pengaruh faktor umur

terhadap penyakit hipertensi.

b.  Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah Penderita

Hipertensi Pada Lansia 

Dari hasil penelitian diperoleh analisis hubungan antara jenis

kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia,

menunjukkan bahwa dari 28 responden yang berjenis kelamin perempuan

ada 13 orang lansia (46,6%) yang memiliki tekanan darah tinggi,

sementara dari 14 responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 3 orang

lansia (21,4%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 28

responden yang berjenis kelamin perempuan ada 15 orang lansia (53,6%)

yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 14 responden

yang berjenis kelamin laki-laki ada 11 orang lansia (78,6%) yang

memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square

Page 65: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 65/80

 

 

65

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik 

antara jenis kelamin dengan tekanan darah penderita hipertensi pada

lansia, dengan nilai P value = 0,217 dimana P> α(0,05).

Hal ini sejalan dengan pendapat Marliani (2007) bahwa hipertensi

lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi

lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%

penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan

perubahan hormon setelah menopause. Dan berdassarkan penelitian

Anggraini dkk (2009), didapatkan lebih dari setengah penderita hipertensi

berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Oleh karena itu, bagi responden

perempuan maupun laki-laki hendaknya menjaga pola makannya dan

harus tetap rutin mengontrol tekanan darahnya, agar tekanan darah tetap

dan tidak meningkat sewaktu-waktu, Dan bagi petugas kesehatan agar

selalu menjelaskan tentang pentingnya menjaga pola makan yang sehat

dalam kehidupan sehari-hari.

c.  Hubungan Antara Genetik Dengan Tekanan Darah Penderita

Hipertensi pada Lansia

Dari hasil penelitian diperoleh analisis hubungan antara genetik 

dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, menunjukkan bahwa

dari 22 responden yang ada faktor genetiknya ada 5 orang lansia (22,7%)

yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 20 responden yang

Page 66: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 66/80

 

 

65

tidak ada faktor genetiknya ada 11 orang lansia (55,0%) yang memiliki

tekanan darah tinggi. Kemudian dari 22 responden yang ada faktor

genetiknya ada 17 orang lansia (77,3%) yang memiliki tekanan darah

perbatasan, sementara dari 20 responden yang tidak ada faktor

genetiknya ada 9 orang lansia (45,0%) yang memiliki tekanan darah

perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak 

ada hubungan bermakna secara statistik antara genetik dengan kejadian

hipertensi pada lansia, dengan nilai P value = 0,067 dimana P>(α 0,05).

Hal ini tidak sejalan dengan Marliani (2007) bahwa seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi. Berdasarkan Anggraini (2009)

bahwa adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari

pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan hasil penelitian bahwa

penderita hipertensi banyak terjadi karena adanya faktor keturunan. Akan

tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada lansia yang tidak 

adanya faktor keturunan. Faktor lingkungan lain juga bisa mempengaruhi

Page 67: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 67/80

 

 

65

seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga dapat memicu

hipertensi esensial

Oleh karena itu, bagi para lansia dan keluarga hendaknya menjaga

pola hidup yang sehat agar tekanan darahnya tidak meningkat dan bisa

kembali normal. Dan bagi petugas kesehatan agar menjelaskan tentang

adanya pengaruh faktor keturunan dan bukan faktor keturunan terhadap

penyakit hipertensi.

d.  Hubungan Antara Berat Badan Dengan Tekanan Darah Penderita

Hipertensi Pada Lansia

Dari hasil penelitian analisis hubungan antara berat badan dengan

tekanan darah penderita hipertensi pada lansia, menunjukkan bahwa dari

31 responden yang tidak kelebihan BB ada 10 orang lansia (32,3%) yang

memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari 11 responden yang

kelebihan BB ada 6 orang lansia (54,5%) yang memiliki tekanan darah

tinggi. Kemudian dari 31 responden yang tidak kelebihan BB ada 21

orang lansia (67,7%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara

dari 11 responden yang kelebihan BB ada 5 orang lansia (45,5%) yang

memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan dengan

tekanan darah penderita hipertensi lansia, dengan nilai P value = 0,281

dimana P>α (0,05).

Page 68: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 68/80

 

 

65

Berdasarkan pendapat Marliani (2007), mengemukakan bahwa

penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan berlebih,

tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal

(tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi

volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi

dibandingkan dengan berat badannya normal. Hal ini tidak sejalan dengan

pendapat Rohaendi (2008) yang mengatakan bahwa pada usia

pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi

penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya

berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa selain obesitas,

faktor lain juga bisa mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia tidak 

obesitas yaitu dari pola makan lansia itu sendiri. Oleh karena itu, bagi

lansia dan keluarga hendaknya menjaga berat badannya dengan pola

makan yang teratur. Dan bagi petugas kesehatan agar memberikan

penjelasan tentang pengaruh obesitas serta komplikasi dari penyakit

hipertensi.

e.  Hubungan Antara Kurang Olahraga Dengan Tekanan Darah

Penderita Hipertensi Pada Lansia

Dari hasil penelitian analisis hubungan antara kurang olahraga

dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, yang menunjukkan

Page 69: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 69/80

 

 

65

bahwa dari 27 responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga ada 14

orang lansia (51,9%) yang memiliki tekanan darah tinggi, sementara dari

15 responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 2 orang lansia

(13,3%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian dari 27

responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia

(48,1%) yang memiliki tekanan darah perbatasan, sementara dari 15

responden yang melakukan aktivitas olahraga ada 13 orang lansia

(86,7%) yang memiliki tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil uji

Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara kurang olahraga

dengan tekanan darah penderita hipertensi lansia, dengan niai P value =

0,033 dimana P<α (0,05).

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penderita

hipertensi pada lansia banyak terjadi pada responden yang tidak 

melakukan aktivitas olahraga setiap harinya, hal ini sesuai dengan

pendapat Rohaendi (2008), bahwa kurang aktivitas berpengaruh terhadap

kerja detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja

lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus

memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri.

Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001

didapatkan hasil bahwa yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per

minggu hanya 14,3%.

Page 70: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 70/80

 

 

65

Dengan demikian peneliti menyimpulkan untuk mengurangi

meningkatnya tekanan darah, bagi lansia dan keluarga agar mulai

melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Karena dengan olahraga

teratur, tekanan darah tidak mudah meningkat.

Page 71: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 71/80

 

 

65

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A.  SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

penelitian sebagai berikut:

1.  Ada hubungan bermakna antara faktor umur dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009

(p-Value (0,010) < (0,05)).

2.  Tidak ada hubungan bermakna antara faktor jenis kelamin dengan tekanan

darah penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju

Palembang tahun 2009 (p-Value (0,217) > (0,05)).

3.  Tidak ada hubungan bermakna antara keturunan dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009 (p-Value (0,067) > (0,05)).

4.  Tidak ada hubungan bermakna antara obesitas dengan tekanan darah

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang

tahun 2009 (p-Value (0,281) > (0,05)).

5.  Ada hubungan bermakna antara olahraga dengan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009

(p-Value (0,033) < (0,05)).

Page 72: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 72/80

 

 

65

B.  SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1.  Diharapkan bagi petugas kesehatan terutama di Puskesmas Pembina Plaju

Palembang dapat memberikan penyuluhan terutama mengenai faktor yang

berhubungan dengan hipertensi bagi lansia

2.  Diharapkan kepada para lansia dan keluarga agar sedini mungkin untuk 

selalu menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat agar tidak mudah

terkena hipertensi.

3.  Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan karya tulis ini

sebagai bahan masukan dan dapat melanjutkan penelitian ini dengan variabel

yang berbeda dikemudian hari.

Page 73: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 73/80

 

 

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Masqon. 2005.

Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia

lanjut dikecamatan pengandon kabupaten Kendal,

http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2701,diakses

tanggal 11April 2009.

Andra, 2007.

  Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. (http ://www.majalah-farmacia.com/rubric/one_news.asp?IDNews=256), diakses 27 Maret 2009.

Anggraini dkk, 2009.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lansia.

(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/hipertensi

kelompok lansia) diakses tanggal 17 April 2009

Elsanti, Salma. 2009.

Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan

 Jantung, Araska, Yogyakarta.

Gunawan, Lanny. 2001.

 Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius, Yogyakarta.

Kuswardhani,Tuty.2007.

Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia. (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ 

penatalaksanaan%20hipertensi%20pada%20usia%20lanjut.pdf. ), diakses 8

April 2009.

Page 74: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 74/80

 

 

65

Marliani Lili, dkk. 2007.

100 Question & Answers Hipertensi, PT Elex Media Komputindo, Gramedia,

Jakarta.

Maryam, R Siti, dkk. 2008.

 Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2007.

Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2005.

 Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nugroho,Wahjudi. 2008.

Keperawatan Gerontik & Geriatrik ; Edisi ke-3. EGC,Jakarta.

Profil Kesehatan Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2008

Rohaendi, 2003

 Hipertensi dan faktor resiko, 

http://rohaendi.blogspot.com/2008_06_01_archive.html diakses tanggal 23

April 2009.

Rahyani. 2007

Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat 

dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode januari-juni 2007, 

http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-yang

Page 75: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 75/80

 

 

65

berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf  , diakses tanggal 27 Maret 2009

 jam18:09

Sustrani, Lanny, dkk. 2006.

 Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sutanto. 2009.

 Awas 7 Penyakit Degeneratif , Paradigma Indonesia,Yogyakarta.

Wolff, Hanns Peter, 2008.

 Hipertensi, PT Bhuana Ilmu Populer, Gramedia, Jakarta.

 Hipertensi dan Diabetes Melitus,

(http://www.dinkesjatengprov.go.id/dinkes08/screening dinkes.pdf). diakses

tanggal 23 April 2009

Page 76: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 76/80

 

 

65

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH

PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PEMBINA

PLAJU PALEMBANG TAHUN 2009

Petunjuk Pengisian Kuisioner:

a.  Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan cermat dan teliti.

b.  Berilah tanda silang (x) berdasarkan pilihan jawaban pada pertanyaan dibawah

ini.c.  Kerahasiaan responden terjamin

d.  Selamat mengisi

A.  Identitas Responden

Hari / tanggal :

Nama Inisial :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Tekanan Darah :

Page 77: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 77/80

 

 

65

B.  Data Khusus

1. Hipertensi

Berapakah tekanan darah anda saat ini (setelah dilakukan pemeriksaan)? 

a.  >160 mmHg />95 mmHg. b. 150-159 mmHg/ 90-94mmHg.

2.  Umur

Berapakah umur bapak atau ibu saat ini?

a.  >70 tahun b. 60-69 tahun

3.  Jenis Kelamin

a.  Laki-laki b. Perempuan

4.  Keturunan

Apakah didalam keluarga bapak atau ibu terdapat riwayat keluarga hipertensi

(mulai dari 2 keturunan)?

a.  Ya b. Tidak 

Jika ya, berapa orang yang menderita hipertensi selain bapak atau ibu didalam

keluarga?

a. 1orang b. >1 orang

Selain riwayat hipertensi, apakah ada didalam keluarga terdapat riwayat,(seperti: serangan jantung, stroke, penyakit ginjal, diabetes mellitus )

a.  Ya b. Tidak 

Page 78: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 78/80

 

 

65

5.  Berat Badan

Pengukuran BB dan TB (IMT):

Tinggi Badan =

Berat Badan =

6.  Aktivitas Olahraga

Apakah bapak atau ibu sering melakukan aktivitas seperti olahraga dalam

seminggu?

a.  Ya b. Tidak 

Jika ya, aktivitas olahraga yang seperti apa yang bapak atau ibu sering ikuti:

(seperti: lari pagi, jalan santai, aerobik, jogging, bersepeda, yang lainnya

sebutkan…) 

a.  Ya b. Tidak 

Page 79: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 79/80

 

 

65

DAFTAR TABEL

PENGHITUNGAN IMT

(INDEKS MASSA TUBUH)

NO TB BBIMT =

 

SKALA UKUR

1 165 54 19,85 Tidak Obesitas

2 160 52 20,31 Tidak Obesitas

3 160 65 25,39 Obesitas

4 165 58 21,32 Tidak Obesitas

5 154 50 21,09 Tidak Obesitas

6 156 63 25,93 Obesitas7 164 53 19,70 Tidak Obesitas

8 159 64 25,29 Obesitas

9 160 51 19,92 Tidak Obesitas

10 165 68 25,00 Obesitas

11 155 48 20,00 Tidak Obesitas

12 150 68 30,02 Obesitas

13 165 50 18,38 Tidak Obesitas

14 160 50 19,53 Tidak Obesitas

15 158 47 18,87 Tidak Obesitas

16 152 65 28,14 Obesitas17 156 48 19,75 Tidak Obesitas

18 160 52 20,31 Tidak Obesitas

19 155 50 20,83 Tidak Obesitas

20 163 58 21,80 Tidak Obesitas

21 159 48 18,97 Tidak Obesitas

22 156 48 19,75 Tidak Obesitas

23 158 47 18,87 Tidak Obesitas

24 165 54 19,85 Tidak Obesitas

25 165 58 21,32 Tidak Obesitas

26 156 62 25,51 Obesitas

27 164 53 19,70 Tidak Obesitas28 160 53 20,70 Tidak Obesitas

29 154 60 25,32 Obesitas

30 166 52 18,90 Tidak Obesitas

31 164 53 19,70 Tidak Obesitas

32 160 46 17,97 Tidak Obesitas

33 165 50 18,38 Tidak Obesitas

Page 80: KTI Aulia Dwi Natalia

5/14/2018 KTI Aulia Dwi Natalia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aulia-dwi-natalia 80/80

 

 

65

34 165 48 17,65 Tidak Obesitas

35 160 45 17,58 Tidak Obesitas

36 160 49 19,14 Tidak Obesitas37 159 51 20,16 Tidak Obesitas

38 158 46 18,47 Tidak Obesitas

39 160 66 25,78 Obesitas

40 155 67 27,92 Obesitas

41 159 64 25,29 Obesitas

42 160 52 20,31 Tidak Obesitas