Kritisi Jurnal Mayor

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas yang merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan yang ditandai oleh kegagalan yang berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009). Jumlah populasi lansia di Indonesia makin bertambah banyak dan pada tahun 2007 diperkirakan berkisar 18 juta orang, pada tahun 2015 bertambah lagi sehingga jumlahnya akan sama dengan jumlah balita, pada tahun 2020 diproyeksikan jumlah populasi lansia akan melebihi jumlah balita, pada tahun 2025 Indonesia akan menduduki peringkat negara ke-4 di dunia dengan jumlah populasi 1

description

kritisi jurnal critical apraisal

Transcript of Kritisi Jurnal Mayor

Page 1: Kritisi Jurnal Mayor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari

bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,

dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial

sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia

banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan

terintegrasi.

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)

apabila usianya 65 tahun ke atas yang merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stres lingkungan yang ditandai oleh kegagalan yang berkaitan dengan

penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual (Efendi, 2009).

Jumlah populasi lansia di Indonesia makin bertambah banyak dan pada tahun

2007 diperkirakan berkisar 18 juta orang, pada tahun 2015 bertambah lagi sehingga

jumlahnya akan sama dengan jumlah balita, pada tahun 2020 diproyeksikan jumlah

populasi lansia akan melebihi jumlah balita, pada tahun 2025 Indonesia akan

menduduki peringkat negara ke-4 di dunia dengan jumlah populasi lansia setelah

RRC, India, dan Amerika Serikat (Nugroho, 2009).

Tujuan perawatan lansia adalah untuk mengoptimalkan kesehatan mereka

secara umum, serta memperbaiki/mempertahankan kapasitas fungsionalnya (Tamher

& Noorkasiani, 2009).

Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien terminal yang

akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan

pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial, dan

spiritual dapat diatasi dengan baik. Di sinilah perawatan paliatif juga menjadi aspek

penting pada pengobatan bidang geriatri (masalah kesehatan pada lansia).

Menurut Menkes RI (2007) perawatan paliatif adalah pendekatan yang

bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi

masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,

1

Page 2: Kritisi Jurnal Mayor

melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib

serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial, dan spiritual.

Berdasarkan paparan di atas maka perawatan paliatif pada lansia menjadi hal

penting untuk dikembangkan sehingga kami tertarik untuk menganalisis jurnal The

Effect of Community-Managed Palliative Care Program on Quality of Life in the

Elderly in Rural Tamil Nadu, India.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam analisa jurnal ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ringkasan dari jurnal “The Effect of Community-Managed Palliative

Care Program on Quality of Life in the Elderly in Rural Tamil Nadu,India”?

2. Bagaimana critical appraisal dari jurnal“The Effect of Community-Managed

Palliative Care Program on Quality of Life in the Elderly in Rural Tamil

Nadu,India”?

3. Bagaimana implikasi paliatif care berbasis komunitas untu lansia di Indonesia dan

di luar negeri?

4. Apakah ada penelitian lain yang mendukung tentang program perawatan paliatif

berbasis komunitas untuk lansia?

5. Bagaimana Implikasi keperawatan dalam jurnal “The Effect of Community-

Managed Palliative Care Program on Quality of Life in the Elderly in Rural

Tamil Nadu,India”?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan analisa jurnal ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah ringkasan dari jurnal “The Effect of Community-

Managed Palliative Care Program on Quality of Life in the Elderly in Rural

Tamil Nadu,India”.

2. Untk mengetahui bagaimanakah critical appraisal dari jurnal“The Effect of

Community-Managed Palliative Care Program on Quality of Life in the Elderly in

Rural Tamil Nadu,India”.

2

Page 3: Kritisi Jurnal Mayor

3. Untuk mengetahui bagaimanakah implikasi paliatif care berbasis komunitas untu

lansia di Indonesia dan di luar negeri?

4. Untuk mengetahui apakah ada penelitian lain yang mendukung tentang program

perawatan paliatif berbasis komunitas untuk lansia?

5. Untuk mengetahui bagaimanakah implikasi keperawatan dalam jurnal “The Effect

of Community-Managed Palliative Care Program on Quality of Life in the Elderly

in Rural Tamil Nadu,India”.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut:

1. Bagi lansia

Lansia dapat mengetahui program perawatan paliatif berbasis komunitas yang

mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Bagi penulis

Meningkatkan kemampuan untuk meringkas dan mengkritisi jurnal

3. Bagi tenaga kesehatan

Mengetahui program paliatif yang berbasis komunitas untuk meningkatkan

kualitas hidup lansia.

4. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan sumber referensi dalam perawatan lansia.

3

Page 4: Kritisi Jurnal Mayor

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ringkasan Jurnal

Program perawatan paliatif berbasis komunitas telah diterapkan sejak 3 tahun

terakhir di 46 desa di Tamil Nadu (Negara sebelah selatan India) oleh suatu

organisasi sukarela nasional India yaitu HelpAge, dengan misi untuk melakukan

perawatan dan meningkatkan kualitas hidup kelompok berumur yang kurang

beruntung. Program ini serupa dengan program yang dilaksanakan di Kerala, yaitu

dengan menggerakkan para lansia untuk membentuk Self Help Group (SHG) untuk

memfasilitasi mereka dalam hal perawatan dirinya secara mandiri. Laporan terkini

tentang evaluasi kualitatif pada program ini menunjukkan adanya efek positif

terhadap kualitas hidup lansia. Kualitas hidup dan perawatan kesehatan pada lansia

ini adalah merupakan isu terkini di Negara berkembang, dimana kualitas hidup ini

mencakup aspek fisik, mental, social, spiritual dan control lingkungan. Selain itu

diketahui juga bahwa persepsi individu terhadap kesehatan, perasaan mampu

mengatur keuangan, perasaan terlalu miskin, dan kesepian merupakan penentu yang

penting pada kualitas hidup usia 60 tahun keatas. Oleh karena itu, tujuan penelitian

ini adalah untuk mengevaluasi efek dari kualitas hidup lansia di desa-desa tempat

diadakannya program perawatan paliatif berbasis komunitas.

Metode

Setting penelitian dilaksanakan di 46 desa yang merupakan tempat

dilaksanakannya program perawatan paliatif di Tamil Nadu sebagai wilayah

program dan 47 desa tetangga yang berbatasan sebagai wilayah control, dengan

ukuran sampel yang digunakan adalah 450 orang lansia yang diambil masing-masing

dari wilayah program dan control. Teknik sampling yang digunakan adalah dua

tahap cluster sampling, yaitu pertama dengan membagi setiap wilayah menjadi 30

cluster, kemudian dilakukan pemilihan sampel secara acak (simple random

sampling) sampai mendapatkan jumlah sampel sebanyak 450 di masing_masing

wilayah.

Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara menggunakan kuesioner

untuk mengukur kualitas hidup yang dikeluarkan oleh WHO (WHOQOL-brief

questionnaire). Proses pengumpulan data dilakukan oleh tenaga yang telah diberikan

4

Page 5: Kritisi Jurnal Mayor

pelatihan sebelumnya terkait dengan penelitian yang dilakukan dan pelatihan

komunikasi untuk memperoleh data. Tenaga pewawancara berasal dari desa terdekat

yang tidak memiliki hubungan dengan kedua wilayah yang diteliti, dengan kriteria

merupakan mahasiswa program Master on Social Work dan lulusan dari program

kedokteran komunitas. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan kunjungan

ke rumah setiap responden untuk melakukan wawancara dan juga diskusi untuk

mengetahui karakteristik dan tingkat kualitas hidup dari sampel yang dilihat dari 4

bidang (kesehatan fisik, kesehatan psikologis, dukungan social dan lingkungan).

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan Software

Statistical Package For Social Sciences 12.0.1 dengan nilai signifikan 5% (P <

0,05).

Hasil

Untuk karakteritik sosio-demografi sampel didapatkan tidak ada perbedaan

yang signifikan dalam hal klompok usia, jel nis kelamin, agama, pekerjaan, status

social ekonomi, status perkawinan, tipe keluarga, dan penggunaan asuransi

kesehatan. Tetapi ada perbedaan dalam hal keikutsertaan dalam SHG dimana di

wilayah program didapatkan 225 responden (27,8%) sedangkan di wilayah control

40 responden (8,8%).

Untuk masalah kesehatan kronis yang sering dilaporkan adalah nyeri kronis

pada sendi (61,3%) dan masalah penglihatan/pendengaran (38,4%), hipertensi

(20,7%), diabetes (13,9%) dan asma (7,2%). Perbedaan signifikan hanya terdapat

pada penyakit hipertensi dan asma yang lebih rendah di wilayah program sedangkan

yang lainnya tidak ada perbedaan yang signifikan. Di kedua wilayah penelitian

didapatkan bahwa lansia dengan masalah kesehatan kronis memanfaatkan layanan

kesehatan milih pemerintah, serta terdapat 3,6% responden di wilayah control yang

memanfaatkan pengobatan terdisional India.

Untuk tingkat kualitas hidup lansia, terdapat perbedaan yang signifikan dalam

hal kesehatan fisik (P=0,013) dan kesehatan psikologis (P=0,043) yang lebih tinggi

di wilayah program dibandingkan wilayah control. Sedangkan dalam hal dukungan

social dan control lingkungan tidak ada perbedaan yang signifikan. Untuk tingkat

kualitas hidup lansia yang memiliki minimal 1 masalah kesehatan kronis, terdapat

perbedaan signifikan dalam hal kesehatan fisik (P=0,024) yang lebih tinggi wilayah

program.

Diskusi

5

Page 6: Kritisi Jurnal Mayor

Melalui penelitian ini, peneliti menemukan bahwa model program perawatan

paliatif yang berbasis komunitas dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dalam hal

kesehatan fisik dan dukungan psikologis, serta merupakan pendekatan yang efektif

untuk melakukan pendataan di India. Berhubungan dengan masalah kesehatan yang

dialami lansia, diperlukan suatu program untuk menurunkan faktor resiko dan

perawatan mental pada lansia. Dengan melihat tingginya pemanfaatan layanan

kesehatan baik pemerintah ataupun swasta, diperlukan kesiapan fasilitas kesehatan

dan terbangunnya kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Selain itu, diperlukan

tim kesehatan yang terintegrasi untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

berkelanjutan.

2.2 Analisis Jurnal

Judul artikel yang dibahas kelompok yaitu, “The Effect of Community-

Managed Palliative Care Program on Quality of Live in The Elderly in Rural Tamil

Nadu, India”, judul sudah jelas mencerminkan isi dari artikel yang bertujuan untuk

mengevaluasi hasil dari program pelayanan paliatif berbasis komunitas. Judul juga

sudah memuat tempat dari penelitian. Penulis dari artikel berjumlah 4 orang,

pertama Dr. Amol R Dongre berpendidikan S3 dan bekerja di Departemen

Kesehatan Masyarakat, Universitas dan rumah sakit Sri Manukula Vinayagar,

Puducherry. Kedua, Koonjangad P Rajendran sebagai konsultan, direktur, dan ketua

di Divisi Profesional Konsultasi Pelayanan Kesehatan, Four X4 Consulting Pvt. Ltd,

New Delhi, tidak disebutkan apa pendidikan terakhirnya. Ketiga, Suresh Kumar dari

Institut Kesehatan Paliatif, Fakultas Kedokteran, Calicut Kerala, tidak disebutkan

apa pendidikan terakhir. Keempat, Pradeep R Deshmukh dari Departemen

Kesehatan Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Mahatma Gandhi,

Sewagram, Wardha, India, namun tidak disebutkan pula apa pendidikan terakhirnya.

Dalam artikel tidak disebutkan kapan dan berapa lama penelitian dilakukan, artikel

dipublikasikan pada bulan September-Desember 2012.

Penelitian ini bukan merupakan karya baru, melainkan penelitian lanjutan dari

penelitian yang dilakukan sebelumnya. Karena, artikel hanya menjelaskan hasil

evaluasi dari program yang sudah pernah diberikan kepada kelompok perlakuan.

Namun, penelitian sangat relevan dengan praktik kesehatan terkini, terkait dengan

jumlah lansia yang semakin meningkat tiap tahunnya, sehingga sangat diperlukan

program-program kesehatan yang menunjang kesehatan dan kesejahteraan hidup

6

Page 7: Kritisi Jurnal Mayor

lansia. Penelitian terkait dengan keperawatan, walaupun program tidak dijelaskan

dalam jurnal namun hasil dari program dapat meningkatkan kualitas hidup lansia,

sehingga program peningkatan kualitas hidup berbasis komunitas ini yang

digagaskan penulis bisa menjadi contoh program untuk para perawat komunitas.

Editor dari artikel bernama Dr Sushma Bhatnagar dari Institute Rotary Cancer

Hospital. Dari bahasa dan pembahasan yang ditampilkan dapat disimpulkan bahwa

target pembaca adalah tenaga kesehatan dan/atau mahasiswa yang mempelajari atau

memberikan perawatan paliatif. Pada abstrak sudah merepresentasikan isi dari

jurnal. Dalam abstrak juga berisi latar belakang, metode, instrumen, hasil dan

kesimpulan. Meskipun tidak dicantumkan hipoteseis dan pertanyaan penelitian,

abstrak sudah lengkap dan mencerminkan isi. Fokus penelitian mudah dimengerti

yaitu untuk mengetahui efek dari pemberian program palliative care berbasis

komunitas.

Masalah penelitian dan tujuan penelitian cukup jelas meskipun tidak tersurat

secara langsung yaitu penelitian ini dilakukan sebelumnya untuk mengetahui efek

dari pemberian program dan mengetahui kualitas hidup lansia di daerah tersebut

setelah pemberian program. Peneliti mengungkapkan mengadakan penelitian ini

adalah untuk mengevaluasi penelitian sebelumnya dimana di daerah tersebut sudah

pernah diadakan program paliative care berbasis komunitas dan mengukur kualitas

hidup lansia di daerah tersebut setelah diberikan program. Tujuan umum dan tujuan

khusus penelitian dirangkum dan tidak dipaparkan secara terpisah. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek dari program ini terhadap kualitas

hidup lansia di daerah itu.

Hipotesis yang diangkat dalam artikel ini adalah ada hubungan antara

kelompok project dengan kelompok control ditinjau dari 4 domain kualitas hidup

yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologi, hubungan social, dan control lingkungan.

Hipotesis yang diangkat mengikuti masalah penelitian yang untuk mengetahui

perbedaan hasil yang diperoleh dari kedua kelompok penelitian. Pertanyaan

penelitian tidak dicantumkan dalam artikel, jadi tidak dapat menyimpulkan apakah

pertanyaan penelitiannya.

Diskusi yang dicantumkan oleh penulis di artikel tidak ada bias dilihat dari

representatif antara latar belakang penelitian dengan metodologi penelitian yang

dibahas. Dilihat dari artikel, penulis memahami subjek penelitian yang dibuktikan

dengan pilot studi yang dilakukan peneliti sebeleum melakujkan penelitian, dan

7

Page 8: Kritisi Jurnal Mayor

subjek penelitian sudah digunakan untuk penelitian sebelumnya. Untuk tinjauan

pustaka penulis sudah menggunakan sumber pustaka terkini, tetapi masih ada

sumber pustaka yang sudah lebih dari 10 tahun pembuatan artikel. Selain itu, penulis

hanya menampilkan kutipan langsung dari penelitian terdahulu, dilihat dari penulis

mencantumkan langsung hasil penelitian tanpa membahas selanjutnya.

Pada bagian metodelogi rancangan penelitian disampaikan dengan jelas. Dalam

artikel, peneliti telah mencantumkan settings tempat, jumlah sampel, hingga teknik

sampeling yang digunakan. Menurut kelompok penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian deskriptif dengan melakukan penelitian tanpa diberikan perlakuan, hanya

berpedoman dengan pilot studi yang sebelumnya telah dilakukan. Peneliti mencantumkan

alasan pemilihan instrumen atau alat ukur yang digunakan, yaitu berupa kuesioner.

Kuesioner yang digunakan yaitu diadopsi dari WHO, karena memungkinkan rinci penilaian

empat domain kualitas hidup yakni fisik kesehatan, dukungan psikologis, hubungan sosial

dan lingkungan. Sampel yang digunakan pada penelitian mewakili populasi yang diteliti,

sudah dijelaskan oleh penulis secara rinci mengenai pengambilan sampel. Peneliti

mempertimbangkan karakteristik sampel dalam pemilihan sampel penelitian ini. Terbukti

dalam jumlah sampel dalam artikel dijelaskan pemilihan sampelnya sampai menemukan

jumlah sampel keseluruhan sesuai dengan Standard Deviasi yang ditentukan.

Menurut kelompok, peneliti sudah menggunakan metode pemilihan sampel yang

tepat. Karena dalam penelitian ini dilakukan pada area atau wilayah yang cukup luas dan

ditemukan populasi yang banyak sehingga dilakukan 2 tahap pemilihan sampel, yang

pertama cluster sampling dimana peneliti dapat memilih tempat (desa ) yang menurut

peneliti memungkinkan untuk dilakukan penelitian kemudian tahap kedua systematic

random sampling. Setelah peneliti menentukan tempat/desa yang akan diteliti kemudian

dilakukan pemilihan secara acak, semua sudah tercantum dalam artikel.

Untuk memenuhi standar etik, dalam penelitian peserta diberikan lembar

persetujuan (Informed Consent), namun dalam artikel tidak dijelaskan mengenai

kerahasiaan peserta sebagai objek penelitian, selain itu dalam artikel juga tidak

disampaikan hak peserta untuk menolak ikut serta dalam penelitian maupun tentang

hal kebebasan peserta dalam perlakuan yang membahayakan. Peserta pewawancara

hanya mewawancarai peserta penelitian dan tidak melakukan intervensi yang

membahayakan, serta hanya memberikan umpan balik berupa diskusi pemecahan

masalahan pada peserta. Penelitian ini sudah mendapat persetujuan komite etik dari

8

Page 9: Kritisi Jurnal Mayor

instutusi komite etik Sri Manakula Vinayagar Medical College and Hospital serta

Pondicherry.

Untuk reliabilitas dan validitas penelitian sudah dipertimbangkan. Peneliti

menggunakan kuesioner singkat versi “Tamil” dari WHO-Quality of Life. Dalam

penelitian ini peneliti mendapatkan validitas kuesioner versi “Tamil” dari World

Health Organitation. Di dalam artikel, metodelogi penelitian tidak bias. Hal ini

terbukti dari tercantumnya bagaimana rancangan, alat ukur, sampel secara jelas

sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Pilot study tidak dilakukan oleh peneliti, melainkan hanya memakai

perhitungan standar deviasi (SD) dari penelitian lain yang serupa mengenai Quality

of Life untuk mencari besar sample yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti

menggunakan software komputer yaitu SPSS untuk melakukan uji. Namun, peneliti

tidak menampilkan jenis uji yang digunakan dan rasional dari pemilihan jenis uji

tersebut. Peneliti menampilkan hasil berupa tabel dan narasi yang dipaparkan

dengan jelas dalam artikel. Menurut kelompok, hasil yang ditampilkan cukup mudah

untuk dimengerti. Kesimpulan dari hasil yang didapat adalah adanya pengaruh yang

signifikan dari program perawatan paliatif yang diberikan, peneliti

merekomendasikan untuk mengembangkan program tersebut karena sudah terbukti

memberikan hasil yang positif terhadap peningkatan kualitas hidup lansia. Peneliti

juga menyampaikan bahwa rekomendasinya sejalan dengan Kebijakan Nasional

untuk Orang tua tahun 1999, karena projek ini didasarkan pada filsafat penelitian

partisipatif, dimana masyarakat juga diberdayakan untuk terlibat aktif dalam

perencanaan program serta pelaksanaannya.

Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut :

a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

Kualitas hidup adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering digunakan

dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien.

Skala kualitas hidup adalah ukuran faktor-faktor yang memungkinkan individu

untuk berhasil mengatasi setiap aspek kehidupan dan tantangan yang dijumpai

9

Page 10: Kritisi Jurnal Mayor

(Brooker, 2008). Penuaan sering diikuti dengan penurunan kualitas hidup sehingga

status lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Penuaan dapat terjadi secara

alamiah/fisiologis atau patologis. Perlu kehati-hatian dalam mengidentifikasi atau

membedakan antara penuaan alamiah/fisiologis dan patologis (Pudjiastuti & Utomo,

2003). Untuk mempertahankan kualitas hidup, tetap aktif dan produktif, lansia

membutuhkan kemudahan dalam beraktivitas, pemahaman tentang lingkungan

aktivitas, dan pelayanan kesehatan yang memadai. Kemudahan dalam beraktivitas

akan membantu lansia melakukan kegiatannya tanpa hambatan, menggunakan

energi minimal, dan menghindari cidera. Pemahaman lingkungan aktivitas akan

membantu lansia dalam penyesuaian aktivitas individual di rumah ataupun aktivitas

sosial di masyarakat (Pudjiastuti & Utomo, 2003).

Kualitas hidup lansia biasanya dibagi dalam dimensi lingkungan, fisik, sosial, dan

psikologis. Kualitas hidup juga terdiri atas penilaian subjektif seseorang mengenai

sejauh mana berbagai dimensi, seperti lingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial, dan

kondisi psikologis dirasakan memenuhi kebutuhannya (Sadli, 2010). Ada lansia

yang tetap aktif di masyarakat dan merasa mnasih banyak yang bisa disumbangkan

kepada orang lain dalam usia lanjutnya. Akan tetapi, ada juga lansia lain yang relatif

masih sehat dan mempunyai lingkungan sosial dan psikologis yang mendukungnya,

tetapi merasa tidak berguna lagi karena telah tergolong usia lanjut (Sadli, 2010).

Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia, telah dikembangkan berbagai program

kesehatan, salah satunya adalah perawatan paliatif berbasis komunitas untuk lansia,

seperti yang dibahas pada artikel di atas. Pengobatan dan keperawatan paliatif

merupakan spesialisasi yang diakui dan difokuskan pada perawatan pasien yang

penyakitnya sudah tidak dapat disembuhkan. Intervensi yang mungkin diberikan

yaitu berupa pembedahan, mengurangi rasa nyeri, serta kontrol gejala (Broker,

2005).

Dalam sebuah Seminar Sehari Pengenalan Pelayanan Paliatif dengan pembicara

Prof. Netty R.H.Tejawinata, dr.SpA (K-Hem-Onk),PGD.Pall.Med (ECU), Prof. R.

Sunaryadi Tejawinata,dr.SpTHT KL (K),FAAO,PGD.Pall.Med (ECU), Agus Ali

Fauzi,dr.PGD.Pall.Med (ECU), dan dr. Asep Saepul Rohmat,SpPD.FINASIM

mengatakan “Perawatan paliatif dimaknai dengan perawatan interdisiplin baik medis

maupun perawat dengan mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan serta

meningkatkan kualitas hidupnya”. Menurut Broker (2005) dalam WHO (1990),

10

Page 11: Kritisi Jurnal Mayor

perawatan paliatif meliputi beberapa poin yaitu menegaskan kehidupan dan

menganggap kematian adalah proses yang normal, tidak mempercepat atau

memperlambat proses kematian, meredakan gejala fisik yang mengganggu,

mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, menawarkan sistem pendukung

untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin hingga meninggal, menawarkan

sistem pendukung untuk keluarga menghadapi penyakit pasien dan kehilangan

mereka. Perawatan paliatif sering dianggap perawatan untuk pasien kanker. Namun

perawatan paliatif juga diperuntukan bagi pasien yang mengalami segala macam

gangguan jiwa, AID, dan penyakit lainnya yang tidak dapat disembuhkan termasuk

penyakit degeneratif. Menurut Menhir (2012), tempat untuk melakukan perawatan

paliatif meliputi rumah sakit, rumah singgah, puskesmas, atau rumah pasien.

Menurut Broker (2005), perawatan paliatif efektif harus dilakukan di semua area

yang terdapat pasien yang mungkin meninggal (panti jompo, rumah, atau rumah

penampungan). Untuk mencapai hal tersebut kini telah berkembang petugas

kesehatan spesialis komunitas. Perawatan yang diberikan juga sama yaitu

meringankan beban penyakit pasien.

Menurut WHO tahun 2003 dalam WHO Regional Officer for Europe tahun 2006,

perawatan paliatif meliputi:

a. Memberikan bantuan untuk mengurangi rasa sakit dan gejala lain yang

menyebabkan ketikanyamanan pada klien.

b. Memberi dukungan moral pasien untuk bertahan hidup dan menganggap

kematian sebagai proses yang normal

c. Bertujuan untuk tidak mempercepat atau menunda kematian

d. Memadukan aspek psikologis dan spiritual dari perawatan pasien

e. Menawarkan sistem dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif

mungkin sampai kematian

f. Menawarkan sistem dukungan untuk membantu keluarga mengatasi

pasien selama sakit dan kelurga yang mengalami masa berkabung

g. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan

keluarga ,termasuk konseling kehilangan, jika terapi tersebut dibutuhkan

h. Meningkatkan kualitas hidup pasien, dan memungkinkan untuk

mempengaruhi perjalanan penyakit menuju arah yang positif.

11

Page 12: Kritisi Jurnal Mayor

Berlaku pada awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain yang

dimaksudkan untuk memperpanjang hidup, seperti kemoterapi atau terapi radiasi,

dan mencakup penyidikan yang dibutuhkan untuk lebih memahami dan mengelola

masalah klinis yang sulit.

Perkembangan perawatan paliatif pada lansia di Negara-negara lain sangat

berkembang pesat, dan penelitian-penelitian tentang perawtan paliatif sangat

banyak.Misalkan di kawasan Eropa, WHO bekerja sama dengan King’s Collage

University dan beberapa lembaga-lembaga lain yang menangani perawatan paliatif

membuat buku refrensi tentang perawatan paliatif, diikuti juga oleh Australia, yang

membuat suatu program perawatan paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup warga negaranya. Untuk pelaksaan perawatan paliatif, menurut

Kumar tahun 2007 dalam artikel Kerala, India : A regional Community-Based

Palliative Care Model, pelaksanaan perawatan paliatif di komunitas, khususnya di

rumah lebih disukai daripada perawtan paliatif di institusi kesehatan seperti rumah

sakit. Alasanya karena perawatan paliatif di rumah dapat melibatkan keluarga untuk

membantu dalam pelaksanaannya, dan mengurangi biaya perawatan di rumah sakit.

Program perawatan paliatif pada komunitas juga menjadikan focus perawatan rawat

jalan di rumah, dan fasilitas perawatan klinik sebagai pendukungnya, adanya

perhatian khusus terhadapat kesejahteraan social dan emosional pasien dan keluarga,

pemerdayan sumberdaya lokal untuk membantu program, dan membangun

keterampilan dan mempercayakannya kepada masyarakat setempat. Dalam jurnal

dijelaskan bahwa adanya dalam intervensinya di masyarakat , program ini dilakukan

oleh tenaga kesehatan secara voluntir yang telah diberikan pelatihan, dan dibagi

dalam beberpa team. Para petugas kesehatan juga diberikan pelatihan khusus untuk

menangai masalah dukungan psikososial dan spiritual. Para petugas kesehatan juga

melaporkan dan mendiskusikan rencana tindakan outcome yang ingin dicapai pada

pasien atau keluarga. Beberapa hasil dari kunjungan ke rumah-rumah didapatkan

bahwa adanya perbaikan dukungan emosional,perbaikan dalam kepatuhan dengan

intervensi medis ataupun keperawatan, adanya pelaporan gejala yang lebih dini pada

dokter, dan adanya perbaikan hubungan social, perbaikan finansial dan bantuan

lainnya. Namun, dalam pelaksanaanya adapun kendala-kendala yang didapatkan

sehingga adanya kegagalan. Beberapa factor yang dindikasikan menjadi factor yang

mempengaruhi kegegalan tersebut antara lain adalah interaksi antara pasien dengan

12

Page 13: Kritisi Jurnal Mayor

dokter, atau pasien dengan perawat yang kurang. Kebanyak factor yang

mempengaruhi adalah kurangnya pelayanan dasar seperti air minum yang bersih,

sanitasi yang baik, dan perawatan kesehatan primer. Dari uraian artikel Kerala, India

: A regional Community-Based Palliative Care Model, program paliatif berbasis

komunitas lebih dipilih oleh masyarakat, dan hasil yang positif yang dapat

menigkatkan peatuhan pasien terhadap program terapi, adanya pelaporan yang lebih

dii jika terjadi gejala-gejala pada pasien , dan juga didapatkan untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien, namun dalam pelaksanaannya menemui bebrapa kendala yang

mungkin akan menyebabkan kegagalan untuk mencapai tujuan dari program paliatif

tersebut.

2.3 Implikasi keperawatan

Pada artikel “The Effect of Community-Managed Palliative Care Program on Quality

of Life in the Elderly in Rural Tamil Nadu, India” disebutkan bahwa adanya perbedaan

antara kelompok yang menggunakan program perawatan paliatif dengan kelompok

yang tidak mengunakannya, kelompok intervensi mempunyai kualitas hidup yang lebih

baik dari kelompok kontrol.

Pelaksanaan perawatan paliatif secara umum di Indonesia sudah dimulai sejak tanggal

19 Pebruari 1992 dimana telah dibuka Poliklinik Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri,

RSUD Dr.Soetomo, Surabaya, sebagai perwujudan untuk menyambut terbitnya Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 604/MENKES/SK/IX/1989. Ini

merupakan cikal-bakal Perawatan Paliatif di Indonesia. Dengan prakarsa dari

Departemen Kesehatan R.I. dan berbagai pihak, maka Perawatan Paliatif dengan secara

merayap lambat dari Surabaya menyebar ke Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Denpasar

dan  Makassar dalam waktu lebih dari 18 tahun. Banyak hambatan-hambatan yang

harus dilalui. Hambatan ini tidak saja berupa tantangan tetapi juga tentangan. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: masih belum teratasinya penyakit-penyakit

infeksi, kematian ibu dan anak, dan lain-lain yang masih menjadi prioritas, sehingga

Perawatan Paliatif yang mulai dikembangkan untuk penyakit-penyakit keganasan

belum mendapat prioritas,pola pikir tenaga medis, khususnya dokter, telah dibentuk

sejak masih dalam pendidikan, yakni tugas tenaga medis ialah menyembuhkan penyakit

(Fitria Nur Cemy,2010).

13

Page 14: Kritisi Jurnal Mayor

Perawatan Paliatif pada lansia bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia

dilihat dari segi fisik (bebas dari gejala nyeri atau fisik yang mengganggu), segi

psikologis (adanya rasa aman, pengertian/pemahaman tentang penyakit, dan tetap ingin

dihargai), segi social (diterima apa adanya, dilibatkan dalam permasalahn keluarga, dan

dibebaskan dari tanggungjawab), segi spiritual (kebutuhan akan dicintai,ingin diampuni

dari kesalahan masa lampau,mempertahankan harga diri,dan hidup yang berarti). Di

Indonesia telah dilaksanakan program “Day Care” yang merupakan salah satu bentuk

pelayanan sosial melalui Panti Penitipan Lanjut Usia, terutama pelayanan terhadap

lanjut usia yang tidak potensial yang dititipkan panti penitipan lanjut usia agar

mendapat pelayanan sosial berupa : pemberian bantuan pangan, kebersihan, perawatan

kesehatan, pendampingan, rekreasi, konseling dan rujukan (Mahajudin,2008).

Pelayanan Day Care menurut BBPPKS Jogja berupa :

a. Pelayanan sosial lanjut usia melalui Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

b. Pelayanan sosial lanjut usia luar panti, seperti:

Home care, yaitu pelayanan harian terhadap lanjut usia yang tidak potensial

yang berada di lingkungan keluarganya yang berupa bantuan bahan pangan

atau makanan siap santap dengan tujuan agar terpenuhinya kebutuhan hidup

lanjut usia secara layak. Di Ibukota Jakarta lebih populer dengan istilah

pusat santunan dalam keluarga (PUSAKA).

Foster care, yaitu pelayanan sosial yang diberikan kepada lanjut usia

terlantar melalui keluarga orang lain, berupa bantuan pangan atau makanan

siap santap dengan tujuan agar terpenuhinya kebutuhan hidup lanjut usia

secara layak.

Karang werdha, yaitu pelayanan sosial yang diberikan kepada para lanjut

usia yang diselenggarakan oleh kelompok sosial masyarakat atau berbasis

masyarakat (community based), biasanya berupa kegiatan olah raga, senam

kesegaran jasmani, rekreasi, perkumpulan kematian, serta kegiatan anjang

sana dan sarasehan.

Usaha Ekonomis Produktif, yaitu bantuan yang diberikan kepada lanjut usia

kurang mampu, tetapi masih potensial secara individual sehingga masih

memungkinkan untuk diberikan bimbingan keterampilan dalam rangka

usaha ekonomis produktif.

14

Page 15: Kritisi Jurnal Mayor

Bantuan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yaitu bantuan berupa

paket usaha produktif, dikelola secara kelompok yang diberikan kepada

lanjut usia yang potensial. Setiap kelompok biasanya terdiri antara 5 -10

orang, dan sebelumnya diberikan bimbinan sosial, baik keterampilan

masupun pengembangan KUBE lanjut usia.

c. Pelayanan sosial lanjut usia melalui kelembagaan.

d. Pelayanan sosial bidang perlindungan sosial dan aksesibilitas lanjut usia.

Implikasi keperawatan yang dapat diimplementasikan oleh perawat kaitannya dengan

peran perawat adalah:

a. Peran perawat sebagai Care giver : perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan, dapat mengimplikasikan hasil penelitian pada klien sebagai salah

satu intervensi yang membantu dalam peningkatan kualitas hidup klien lansia.

b. Peran perawat sebagai Health Educator : Perawat dapat memberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga, kerabat, ataupun masyarakat di sekitar lansia agar

palliative care dapat diterapkan oleh semua orang yang merawat dan yang

berhubungan dengan lansia, sehingga perawat, keluarga, dan masyarakat sekitar

bersama-sama dalam membantu meningkatkan kualitas hidup lansia.

c. Peran perawat sebagai Research: Peran perawat sebagai peneliti adalah, dapat

mengembangkan penelitian yang sejenis, dan menyesuaikannya dengan kondisi

social, lingkungan, kebudayaan, ekonomi dan hal lain yang berhubungan, sehingga

nantinya, ada inovasi ataupun modifikasi intervensi baru dalam palliative care yang

sesuai dengan keadaan lansia pada daerah tertentu untuk membqantu meningkatkan

kualitas hidup lansia tersebut.

15

Page 16: Kritisi Jurnal Mayor

BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jurnal “The Effect of Community-Managed Palliative Care Program on

Quality of Life in the Elderly in Rural Tamil Nadu,India” menjelaskan sebuah

organiasi nasional penyalur bantuan yang memiliki program perawatan paliatif

berbasis komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengacu pada 4

aspek yaitu fisik, psikologis, system dukungan dan kontrol lingkungan. Dalam critical

appraisal yang telah dilakukan, jurnal sudah dipaparkan dengan jelas namun terdapat

beberapa hal yang belum dipaparkan dalam jurnal seperti tidak dicantumkannya

tingkat pendidikan dari penulis, kapan dan berapa lama dilakukannya penelitian, nama

dari editorial, pertanyaan penelitian, rancangan penelitian, pilot study pendahuluan

dan modifikasi, serta keterbatasan penelitian.

Program perawatan paliatif berbasis komunitas untuk lansia juga telah diteliti

dalam jurnal lain. Menurut Kumar tahun 2007 dalam artikel Kerala, India : A

regional Community-Based Palliative Care Model, pelaksanaan perawatan paliatif di

komunitas, khususnya di rumah lebih disukai daripada perawtan paliatif di institusi

kesehatan seperti rumah sakit. Beberapa hasil dari kunjungan ke rumah-rumah

didapatkan bahwa adanya perbaikan dukungan emosional, perbaikan dalam kepatuhan

dengan intervensi medis ataupun keperawatan, adanya pelaporan gejala yang lebih

dini pada dokter, dan adanya perbaikan hubungan social, perbaikan finansial dan

bantuan lainnya. Artikel tersebut mendukung bahwa perawatan paliatif berbasis

komunitas pada lansia dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dari segi dukungan

emosional, kepatuhan dengan tindakan tim medis, hubungan sosial, dan finansial.

Pelaksanaan perawatan paliatif secara umum di Indonesia sudah dimulai sejak

tanggal 19 Pebruari 1992 dimana telah dibuka Poliklinik Perawatan Paliatif dan Bebas

Nyeri, RSUD Dr.Soetomo, Surabaya, sebagai perwujudan untuk menyambut terbitnya

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

604/MENKES/SK/IX/1989. Ini merupakan cikal-bakal Perawatan Paliatif di

Indonesia. Pemerintah Indonesia juga membuat program untuk kesejahteraan lansia

16

Page 17: Kritisi Jurnal Mayor

berupa pelayanan “Day Care”, yang terdiri dari pelayanan di dalam panti sosial

(PTSW) maupun di luar panti. Implikasi keperawatan yang dapat disimpulkan dari

jurnal yang telah dibahas adalah perawat sebagai care giver, perawat sebagai health

educator dan perawat sebagai peneliti.

3.2 Saran

Disarankan kepada mahasiswa keperawatan pada khususnya lebih mempelajari dan

mampu mengimplementasikan program perawatan paliatif yang berbasis komunitas

sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dari lansia.

17