Kontraindikasi obat pada bumil

14
BAB I PENDAHULUAN Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Resiko yang paling dikhawatirkan adalah timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nantinya, baik berupa caaat fisik maupun cacat fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apalah manfaat dari penggunaan obat lebih besar dari pada resikonya, sehingga ibu dapat melahirkan yang sehat dan selamat. 1 Tidak ada obat secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan. Efek teratogenik tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja (malfomitas), tetapi juga pertumbuhan yang terganggu, karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis. Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat. Resiko paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik adalah pada masa trisemester I, lebih tepatnya minggu ketiga sampai dengan minggu ke delapan dimana sebagian besar organ utama dibentuk setelah minggu kedelapan jarang terjadi anomali struktur karena organ utama sudah terbentuk dalam fase ini. Pada trisemester II dan III, efek teratogenik lebih kepada kescacatan fungsional, contohnya penggunaan obat ACE inhibitor pada trisemester Iidan III akan menyebabkan hipotensi pada janin. 1 1

description

obat pada bumil

Transcript of Kontraindikasi obat pada bumil

Page 1: Kontraindikasi obat pada bumil

BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena

resiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Resiko yang

paling dikhawatirkan adalah timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nantinya,

baik berupa caaat fisik maupun cacat fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah

apalah manfaat dari penggunaan obat lebih besar dari pada resikonya, sehingga ibu dapat

melahirkan yang sehat dan selamat.1

Tidak ada obat secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan.

Efek teratogenik tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja (malfomitas), tetapi juga

pertumbuhan yang terganggu, karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis.

Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat. Resiko

paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik adalah pada masa trisemester I, lebih

tepatnya minggu ketiga sampai dengan minggu ke delapan dimana sebagian besar organ

utama dibentuk setelah minggu kedelapan jarang terjadi anomali struktur karena organ utama

sudah terbentuk dalam fase ini. Pada trisemester II dan III, efek teratogenik lebih kepada

kescacatan fungsional, contohnya penggunaan obat ACE inhibitor pada trisemester Iidan III

akan menyebabkan hipotensi pada janin.1

1

Page 2: Kontraindikasi obat pada bumil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemberian obat pada ibu hamil harus dipikirkan efek obat terhadap ibu dan tidak

boleh melupakan pengaruh atau efek samping obat pada janin. Keberadaan obat pada ibu

kompartemen fetal.

Pada ibu hamil tumbuh unit fetoplasental dalam uterus. Hormon plasenta

mempengaruhi fungsi traktus digestivus dan motalitas usus. Demikian pula filtrasi

glomerolus meningkat. Resorbsi inhalasi alveoli paru juga terpengaruh. Resorbsi obat pada

usus ibu hamil lebih lama, eliminasi obat lewat ginjal lebih cepat, dan resorbsi obat inhalasi

pada alveoli paru bertambah.2

Pada awal trimester dua dan tiga akan terjadi hidraemia, volume darah meningkat

sehingga kadar obat relatif turun. Kadar albumin relatif menurun sehingga pengikat obat

bebas berkurang. Maka, obat bebas dalam darah ibu meningkat.

Pada unit fetoplasental terjadi pula filtrasi obat. Plasenta sebagai unit semi permiabel

dapat mengurangi atau mengubah obat pada sawar plasenta. Demikian pula obat yang masuk

sirkulasi fetal, kadar/dosis obat dapat berpengaruh baik ataupun jelek pada organ-organ vital

janin. Hal ini dapat meningkatkan kelainan organ atau pertumbuhan janin intrauterin. Jenis

obat, dosis yang tinggi, dan lama paparannya akan berpengaruh teratogenik pada janin,

terutama pada trimester satu. Untuk itu perlu dipikirkan mengenai farmakokinetik obat pada

ibu hamil dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan janin dan efek negatifnya.2

Obat yang diberikan pada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta. Transfer

obat melalui membran plasenta terjadi secara difusi pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi

proses transfer ini adalah : konsentrasi obat dalam darah ibu, aliran darah plasenta, sifat

fisikokemia obat (berat molekul rendah, obat yang larut dalam lemak, non-polardan tidak ter

ionisasi akan lebih mudah melewati membran plasenta ), hanya obat yang berada dalam

bentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati membran plasenta.1

Penggolongan tingkat keamanan penggunaan obat pada wanita hamil berdasrkan FDA

amerika serikat banyak dijadikan acuan dalam mempertimbangkan pengggunaan dalam

praktik yaitu :

2

Page 3: Kontraindikasi obat pada bumil

Kategori A : penelitian yang memadai dengan menngunakan pembanding tidak

menunjukkan peningkatan resiko abnormalitas pada janin

Kategori B : penelitian pada hewan tidak menunjukkan bukti bahwa obat berbahaya

terhadap janin, tetapi belum ada penelitian yang memadai dengan menggunkan

pembanding ibu hamil. Atau penelitian pada hewan menunjukkan efek yang tidak

dikehendaki, tetapi penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding ibu

hamil, tidak menunjukkan resiko terhadap janin

Kategori C : penelitian pada hewan telah menunjukan efek yang tidak dikehendaki pada

janin, tetapi belum ada penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding

pada ibu hamil. Atau belum dilakukan penelitian pada hewan dan tidak ada penelitian

yang memadai dengan menggunakan pembanding pada ibu hamil.

Kategori D : terdapat penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada

ibu hamil atau pengamatan menunjukkan risiko bagi janin. Namun, harus

dipertimbangkan manfaat pemberian obat dibandingkan resiko yang dapat ditimbulkan.

Kategori X : Penelitian yang memadai pada ibu hamil dengan menggunakan

pembanding hewan, telah menunjukkan bukti positif terjadinya abnormalitas janin.

Penggunaan obat dengan kategori risiko ini dikontraindikasikan pada ibu hamil atau

akan hamil2

Obat Efek tereatogenikMetotreksat Malformasi SSP, mata, telinga, tangan dan kakiDietilstilbestrol Kanker vaginaFenitoin Cacat tabung sarafThalidomide PhocomeliaWarfarin Tulang rangka SSPAlkohol Fetal alkohol syndromeIsotretidomide SSP, craniofacial, jantungTetrasiklin Tulang, gigiAce Inhibitor Gagal ginjal, tengkorakSiklosfamid Cleft palate, ginjal tidak berbentuk

Adapun obat yang terbukti kuat menimbulkan teratogenik (Koren et sll,1998)

No. Obat Efek Teragenik1 Aminopterin, metotreksat Malformasi sistem saraf pusat dan

anggota gerak2 Angiotensin-converting-

enzyme (ACE) inhibitorsGagal ginjal berkepanjangan pada bayi, penurunan osifikasi tempurung kepala, disgenesis tubulus renalis

3 Obat-obat antikolinergik Ileus mekoneum neonatus

3

Page 4: Kontraindikasi obat pada bumil

4 Obat-obat antitiroid (propiltiourasil dan metimazol)

Gondok pada janin dan bayi hipotiroidemus, dan aplasia kutis (metimazol)

5 Karbamazepin Defek neural tube6 Siklofosfamid Malformasi sistem saraf pusat7 Danazol dan obat

androgenikMaskulinisasi pada janin perempuan

8 Dietilstilbestrol Ca vagina dan defek sistem urogenital pada janin

9 Obat hipoglikemik Hipoglikemik neonatal10 Litium Ebstein’s anomali11 Misoprostol Moebius sekuens12 NSAIDs (Antiinflamasi non-

steroid)Konstriksi duktus arteriosus,enterokolitis

13 Parametadion Defek wajah dan sistem saraf pusat14 Fenitoin SSP15 Obat-obat psikotif

(barbiturat, opioid, dan benzodiazepine)

Gangguan pertumbuhan dan defisit SSP neonatal withdrawl syndrome jika obat diminum pada akhir periode kehamilan

16 Retinoid sistemik (isotretinoin and atretinat)

Defek SSP, kardiovaskular, kraniofasial

17 Tetrasiklin Anomali pada gigi dan tulang18 Talidomid Fokomedia dan defek organ internal19 Trimetadion Defek pada wajah dan SSP20 Asam valporat Defek neural tube21 Warfarin Defek skeletal dan SSP

Golongan antibiotika berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu atau janin

Nama obat/golonganKategori

(FDA)Toksisitas

Aminoglikosida :Gentamisin C Ototoksik, nefrotoksikAmikasin, Amikasin D Ototoksik, nefrotoksikNetilmisin, Kanamisin D Ototoksik, nefrotoksikStreptomisin D Kerusakan saraf cranial VIIIAztreonam BGolongan Penicilin, Safalosporin

B

Kloramphenicol C Gray-Baby Syndrom, terutama pada bayi prematur

Klindamicyn BFluorokuinolon C Arthropathypada sendi penyangga berat badanMakrolid :Eritromisin Basa/Suksinat B Hepatotosik ireversibel pada ibuEritromisin Estolat B

4

Page 5: Kontraindikasi obat pada bumil

Azitromisin BKlaritromisin CMetronidazole B Animali bawaan, hindari penggunaan pada

trismester INitrofurantoin BSulfonamid B Kernicterus, anemia hemolitik pada bayi baru

lahirTetrasiklin D Mengganggu pertumbuhan tulang, mewarnai

gigi menjadi keciklatan, hypoplasia dan kerusakan pada email

Trimetropin C Menghambat metabolisme asam folatVankomisin C Ototoksik, nefrotoksik 

Golongan antihipertensi berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu dan janin

Nama Obat Dan Golongan Kategori (FDA) toksisitasDiuretik :Furosemid C Menurunkan perfusi jaringanGolongan Thiazid D Penggunaan golongan thiazid pada trisemester

I meningkatkan resiko hipoglekemia, trombositopenia, hiponatremia, hipokalmia dan kematian pada janin/bayi akibat kompikasi pada ibu

Metildopa B Merupakan obat pilihanGolongan Beta-Bloker Kecuali :

C - trismester I Resiko teoritis penggunaan pada trisemester akhir : bradikardi, hipotensi dan hipoglikemia pada neonatus

Atenolol D – trismester II/III

Golongan Calcium Chanel Blocker

C Terapi lini kedua

Goongan ACE Inhibitor C – trismster ID – trismester II/III

Oligohidramnion, renal tubular dysgenesis,neonatal anuria, hypocalvaria, pulmonary hypoplasia, persisten patent ductus arteriosus, IUGR, IUFD

Golongan Angiostensin-II Receptor Antagonis (AIIRA)

C – trismester ID – trismester II dan III

Diduga memiliki mirip dengan ACE inhibitor

 

5

Page 6: Kontraindikasi obat pada bumil

Obat-obat yang kemungkinan memberikan efek pada janin jika diberkan pada 3 bulan

pertama kehamilan2

No. Obat Efek yang mungkin dapat terjadi pada bayi

1 ACE inhibitor Hipoplasia paru dan ginjal

2 Antiepilepsi Defek pada jantung, wajah, dan anggota gerak,

retradasi mental

3 Obat-obat sitotoksik Defek multipel, aborsi, retradasi pertumbuhan, lahir

mati

4 Dietilstilbestrol Anomali genital pada bayi laki-laki dan perempuan,

adenokarsinoma

5 Androgen Virilisasi pada bayi perempuan

6 Estrogen Feminisasi pada bayi laki-laki

7 Litium Defek kardiovaskular

8 Misoprostol Moebius sekuens (paranalis nervus kranial 6 dan 7)

9 Retinoid Defek pada telinga, kardiovaskular,dan tulang serta

disfungsi sistem saraf pusat

10 Talidomid Defek pada anggota gerak

11 Wafarin Hipoplasia nasi, khondroplasia punctata

Obat yang kemungkinan memberi efek pada janin jika diberikan setelah 3 bulan

pertama kehamilan2

No Obat Efek yang mungkin terhadap bayi

1 ACE inhibitor dan reseptor

angiotensin II

Oligohidramion, retradasi pertumbuhan, hipoplasia

paru dan ginjal

2 Aminoglikosida Ketulian, kerusakan vestibuler

3 Antiepilepsi Retradasi mental,kemungkinan autisme

4 Benzodiazepin Depresi respirasi neonatus

5 Antagonis beta adrenoreseptor Kemungkinan IUGR, hipoglikemia,bradikardi

neonatal

6 Obat-obat sitotoksik IUGR, lahir mati

7 Dietilstilbestrol Adenokarsinoma vagina

8 Narkotika Depresi pernapasan bayi, gejala withdrawal

9 NSAID Perpanjangan masa hamil dan persalinan,

6

Page 7: Kontraindikasi obat pada bumil

penutupan duktus arteriousus secara prematur,

hipertensi pulmonal pada neonatus

10 Retinoid Disfungsi sistem saraf pusat

11 Salisilat Perdarahan pada janin

12 Hormon seks Virilisasi pada janin perempuan/feminisasi pada

janin laki-laki

13 Tetrasiklin Gigi kekuningan, pemburukan pertumbuhan tulang

14 Wafarin Perdarahan janin, abnormalitas sistem saraf pusat

15 Sulfonamid Hiperbilirubinemia, kern ikterus

Prinsip peggunaan obat pada masa kehamilan1

a.  Sedapat mungkin hindari menggunakan obat terutama pada trismester pertama

kehamilan upayakan terapi non farmakologi

b.      Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat dan

resikonya

c.       Hindari obat baru karena datanya masih terbatas

d.      Pilih obat dengan profil keamanannya yang sudah diketahui

e.      Utamakan monoterapy

f.    Gunakan dengan dosis efektif yang terendah tetapi perlu juga diingat bahwa perubahan

fisiologis ibu selama kehamilan mengubah farmakokinetika obat sehingga pada

beberapa obat mungkin perlu peningkatan dosis untuk memepertahankan kadar

terapeutiknya

g.       Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin

h.      Hindari obat yang bersifat teratogen pada wanita usia produktif

i.         Jika obat yang digunakan diduga kuat dapat menyebabkan kecacatan maka lakukan

USG

Obat yang dikontraindikasikan pada ibu yang menyusui3

7

Page 8: Kontraindikasi obat pada bumil

Obat Alasan

Bronkokriptin Menekan laktasi

Kokain Intoksikasi

Siklofosfamid Menekan sistem imun, karsinogenesis,

neutropia

BAB III

8

Page 9: Kontraindikasi obat pada bumil

PENUTUP

Penggunaan obat selama kehamilan perlu dipertimbangkan dan diberikan saran yang

bersifat retrospektif dimana penggunaanya dapat memberikan efek negatif dan obat mana

yang perlu diberikan secara hati-hati dan kapan pemberian obat yang paling aman pada usia

janin yang tepat. Obat yang menimbulkan atau bersifat teratogenik antara lain berupa :

abnormalitas kromosom, gangguan implantasi, konsepsus mati,IUGR,IUFDm kerusakan

saraf-saraf kranialis, dan lain-lain.

Oleh karena itu, pentingnya perhatian khusus untuk ibu hamil dan menysui dalam

memberikan obat agar dapat mengurangi dan menghindari abnormalitas janin.

DAFTAR PUSTAKA

9

Page 10: Kontraindikasi obat pada bumil

1. Artikel kesehatan.Diunduh dari : http://www.hidupkusehat.com/penggunaan-obat-untuk-

ibu-hamil-dan-menyusui.html. Tanggal 30 Desember 2013

2. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo;2011.h.67-80.

3. Bahiyatun. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC;2009.h.50.

10