Kontraindikasi obat pada bumil
-
Upload
berliana-napitupulu -
Category
Documents
-
view
93 -
download
7
description
Transcript of Kontraindikasi obat pada bumil
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena
resiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Resiko yang
paling dikhawatirkan adalah timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nantinya,
baik berupa caaat fisik maupun cacat fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah
apalah manfaat dari penggunaan obat lebih besar dari pada resikonya, sehingga ibu dapat
melahirkan yang sehat dan selamat.1
Tidak ada obat secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan.
Efek teratogenik tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja (malfomitas), tetapi juga
pertumbuhan yang terganggu, karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis.
Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat. Resiko
paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik adalah pada masa trisemester I, lebih
tepatnya minggu ketiga sampai dengan minggu ke delapan dimana sebagian besar organ
utama dibentuk setelah minggu kedelapan jarang terjadi anomali struktur karena organ utama
sudah terbentuk dalam fase ini. Pada trisemester II dan III, efek teratogenik lebih kepada
kescacatan fungsional, contohnya penggunaan obat ACE inhibitor pada trisemester Iidan III
akan menyebabkan hipotensi pada janin.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemberian obat pada ibu hamil harus dipikirkan efek obat terhadap ibu dan tidak
boleh melupakan pengaruh atau efek samping obat pada janin. Keberadaan obat pada ibu
kompartemen fetal.
Pada ibu hamil tumbuh unit fetoplasental dalam uterus. Hormon plasenta
mempengaruhi fungsi traktus digestivus dan motalitas usus. Demikian pula filtrasi
glomerolus meningkat. Resorbsi inhalasi alveoli paru juga terpengaruh. Resorbsi obat pada
usus ibu hamil lebih lama, eliminasi obat lewat ginjal lebih cepat, dan resorbsi obat inhalasi
pada alveoli paru bertambah.2
Pada awal trimester dua dan tiga akan terjadi hidraemia, volume darah meningkat
sehingga kadar obat relatif turun. Kadar albumin relatif menurun sehingga pengikat obat
bebas berkurang. Maka, obat bebas dalam darah ibu meningkat.
Pada unit fetoplasental terjadi pula filtrasi obat. Plasenta sebagai unit semi permiabel
dapat mengurangi atau mengubah obat pada sawar plasenta. Demikian pula obat yang masuk
sirkulasi fetal, kadar/dosis obat dapat berpengaruh baik ataupun jelek pada organ-organ vital
janin. Hal ini dapat meningkatkan kelainan organ atau pertumbuhan janin intrauterin. Jenis
obat, dosis yang tinggi, dan lama paparannya akan berpengaruh teratogenik pada janin,
terutama pada trimester satu. Untuk itu perlu dipikirkan mengenai farmakokinetik obat pada
ibu hamil dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan janin dan efek negatifnya.2
Obat yang diberikan pada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta. Transfer
obat melalui membran plasenta terjadi secara difusi pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses transfer ini adalah : konsentrasi obat dalam darah ibu, aliran darah plasenta, sifat
fisikokemia obat (berat molekul rendah, obat yang larut dalam lemak, non-polardan tidak ter
ionisasi akan lebih mudah melewati membran plasenta ), hanya obat yang berada dalam
bentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati membran plasenta.1
Penggolongan tingkat keamanan penggunaan obat pada wanita hamil berdasrkan FDA
amerika serikat banyak dijadikan acuan dalam mempertimbangkan pengggunaan dalam
praktik yaitu :
2
Kategori A : penelitian yang memadai dengan menngunakan pembanding tidak
menunjukkan peningkatan resiko abnormalitas pada janin
Kategori B : penelitian pada hewan tidak menunjukkan bukti bahwa obat berbahaya
terhadap janin, tetapi belum ada penelitian yang memadai dengan menggunkan
pembanding ibu hamil. Atau penelitian pada hewan menunjukkan efek yang tidak
dikehendaki, tetapi penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding ibu
hamil, tidak menunjukkan resiko terhadap janin
Kategori C : penelitian pada hewan telah menunjukan efek yang tidak dikehendaki pada
janin, tetapi belum ada penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding
pada ibu hamil. Atau belum dilakukan penelitian pada hewan dan tidak ada penelitian
yang memadai dengan menggunakan pembanding pada ibu hamil.
Kategori D : terdapat penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding pada
ibu hamil atau pengamatan menunjukkan risiko bagi janin. Namun, harus
dipertimbangkan manfaat pemberian obat dibandingkan resiko yang dapat ditimbulkan.
Kategori X : Penelitian yang memadai pada ibu hamil dengan menggunakan
pembanding hewan, telah menunjukkan bukti positif terjadinya abnormalitas janin.
Penggunaan obat dengan kategori risiko ini dikontraindikasikan pada ibu hamil atau
akan hamil2
Obat Efek tereatogenikMetotreksat Malformasi SSP, mata, telinga, tangan dan kakiDietilstilbestrol Kanker vaginaFenitoin Cacat tabung sarafThalidomide PhocomeliaWarfarin Tulang rangka SSPAlkohol Fetal alkohol syndromeIsotretidomide SSP, craniofacial, jantungTetrasiklin Tulang, gigiAce Inhibitor Gagal ginjal, tengkorakSiklosfamid Cleft palate, ginjal tidak berbentuk
Adapun obat yang terbukti kuat menimbulkan teratogenik (Koren et sll,1998)
No. Obat Efek Teragenik1 Aminopterin, metotreksat Malformasi sistem saraf pusat dan
anggota gerak2 Angiotensin-converting-
enzyme (ACE) inhibitorsGagal ginjal berkepanjangan pada bayi, penurunan osifikasi tempurung kepala, disgenesis tubulus renalis
3 Obat-obat antikolinergik Ileus mekoneum neonatus
3
4 Obat-obat antitiroid (propiltiourasil dan metimazol)
Gondok pada janin dan bayi hipotiroidemus, dan aplasia kutis (metimazol)
5 Karbamazepin Defek neural tube6 Siklofosfamid Malformasi sistem saraf pusat7 Danazol dan obat
androgenikMaskulinisasi pada janin perempuan
8 Dietilstilbestrol Ca vagina dan defek sistem urogenital pada janin
9 Obat hipoglikemik Hipoglikemik neonatal10 Litium Ebstein’s anomali11 Misoprostol Moebius sekuens12 NSAIDs (Antiinflamasi non-
steroid)Konstriksi duktus arteriosus,enterokolitis
13 Parametadion Defek wajah dan sistem saraf pusat14 Fenitoin SSP15 Obat-obat psikotif
(barbiturat, opioid, dan benzodiazepine)
Gangguan pertumbuhan dan defisit SSP neonatal withdrawl syndrome jika obat diminum pada akhir periode kehamilan
16 Retinoid sistemik (isotretinoin and atretinat)
Defek SSP, kardiovaskular, kraniofasial
17 Tetrasiklin Anomali pada gigi dan tulang18 Talidomid Fokomedia dan defek organ internal19 Trimetadion Defek pada wajah dan SSP20 Asam valporat Defek neural tube21 Warfarin Defek skeletal dan SSP
Golongan antibiotika berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu atau janin
Nama obat/golonganKategori
(FDA)Toksisitas
Aminoglikosida :Gentamisin C Ototoksik, nefrotoksikAmikasin, Amikasin D Ototoksik, nefrotoksikNetilmisin, Kanamisin D Ototoksik, nefrotoksikStreptomisin D Kerusakan saraf cranial VIIIAztreonam BGolongan Penicilin, Safalosporin
B
Kloramphenicol C Gray-Baby Syndrom, terutama pada bayi prematur
Klindamicyn BFluorokuinolon C Arthropathypada sendi penyangga berat badanMakrolid :Eritromisin Basa/Suksinat B Hepatotosik ireversibel pada ibuEritromisin Estolat B
4
Azitromisin BKlaritromisin CMetronidazole B Animali bawaan, hindari penggunaan pada
trismester INitrofurantoin BSulfonamid B Kernicterus, anemia hemolitik pada bayi baru
lahirTetrasiklin D Mengganggu pertumbuhan tulang, mewarnai
gigi menjadi keciklatan, hypoplasia dan kerusakan pada email
Trimetropin C Menghambat metabolisme asam folatVankomisin C Ototoksik, nefrotoksik
Golongan antihipertensi berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu dan janin
Nama Obat Dan Golongan Kategori (FDA) toksisitasDiuretik :Furosemid C Menurunkan perfusi jaringanGolongan Thiazid D Penggunaan golongan thiazid pada trisemester
I meningkatkan resiko hipoglekemia, trombositopenia, hiponatremia, hipokalmia dan kematian pada janin/bayi akibat kompikasi pada ibu
Metildopa B Merupakan obat pilihanGolongan Beta-Bloker Kecuali :
C - trismester I Resiko teoritis penggunaan pada trisemester akhir : bradikardi, hipotensi dan hipoglikemia pada neonatus
Atenolol D – trismester II/III
Golongan Calcium Chanel Blocker
C Terapi lini kedua
Goongan ACE Inhibitor C – trismster ID – trismester II/III
Oligohidramnion, renal tubular dysgenesis,neonatal anuria, hypocalvaria, pulmonary hypoplasia, persisten patent ductus arteriosus, IUGR, IUFD
Golongan Angiostensin-II Receptor Antagonis (AIIRA)
C – trismester ID – trismester II dan III
Diduga memiliki mirip dengan ACE inhibitor
5
Obat-obat yang kemungkinan memberikan efek pada janin jika diberkan pada 3 bulan
pertama kehamilan2
No. Obat Efek yang mungkin dapat terjadi pada bayi
1 ACE inhibitor Hipoplasia paru dan ginjal
2 Antiepilepsi Defek pada jantung, wajah, dan anggota gerak,
retradasi mental
3 Obat-obat sitotoksik Defek multipel, aborsi, retradasi pertumbuhan, lahir
mati
4 Dietilstilbestrol Anomali genital pada bayi laki-laki dan perempuan,
adenokarsinoma
5 Androgen Virilisasi pada bayi perempuan
6 Estrogen Feminisasi pada bayi laki-laki
7 Litium Defek kardiovaskular
8 Misoprostol Moebius sekuens (paranalis nervus kranial 6 dan 7)
9 Retinoid Defek pada telinga, kardiovaskular,dan tulang serta
disfungsi sistem saraf pusat
10 Talidomid Defek pada anggota gerak
11 Wafarin Hipoplasia nasi, khondroplasia punctata
Obat yang kemungkinan memberi efek pada janin jika diberikan setelah 3 bulan
pertama kehamilan2
No Obat Efek yang mungkin terhadap bayi
1 ACE inhibitor dan reseptor
angiotensin II
Oligohidramion, retradasi pertumbuhan, hipoplasia
paru dan ginjal
2 Aminoglikosida Ketulian, kerusakan vestibuler
3 Antiepilepsi Retradasi mental,kemungkinan autisme
4 Benzodiazepin Depresi respirasi neonatus
5 Antagonis beta adrenoreseptor Kemungkinan IUGR, hipoglikemia,bradikardi
neonatal
6 Obat-obat sitotoksik IUGR, lahir mati
7 Dietilstilbestrol Adenokarsinoma vagina
8 Narkotika Depresi pernapasan bayi, gejala withdrawal
9 NSAID Perpanjangan masa hamil dan persalinan,
6
penutupan duktus arteriousus secara prematur,
hipertensi pulmonal pada neonatus
10 Retinoid Disfungsi sistem saraf pusat
11 Salisilat Perdarahan pada janin
12 Hormon seks Virilisasi pada janin perempuan/feminisasi pada
janin laki-laki
13 Tetrasiklin Gigi kekuningan, pemburukan pertumbuhan tulang
14 Wafarin Perdarahan janin, abnormalitas sistem saraf pusat
15 Sulfonamid Hiperbilirubinemia, kern ikterus
Prinsip peggunaan obat pada masa kehamilan1
a. Sedapat mungkin hindari menggunakan obat terutama pada trismester pertama
kehamilan upayakan terapi non farmakologi
b. Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat dan
resikonya
c. Hindari obat baru karena datanya masih terbatas
d. Pilih obat dengan profil keamanannya yang sudah diketahui
e. Utamakan monoterapy
f. Gunakan dengan dosis efektif yang terendah tetapi perlu juga diingat bahwa perubahan
fisiologis ibu selama kehamilan mengubah farmakokinetika obat sehingga pada
beberapa obat mungkin perlu peningkatan dosis untuk memepertahankan kadar
terapeutiknya
g. Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin
h. Hindari obat yang bersifat teratogen pada wanita usia produktif
i. Jika obat yang digunakan diduga kuat dapat menyebabkan kecacatan maka lakukan
USG
Obat yang dikontraindikasikan pada ibu yang menyusui3
7
Obat Alasan
Bronkokriptin Menekan laktasi
Kokain Intoksikasi
Siklofosfamid Menekan sistem imun, karsinogenesis,
neutropia
BAB III
8
PENUTUP
Penggunaan obat selama kehamilan perlu dipertimbangkan dan diberikan saran yang
bersifat retrospektif dimana penggunaanya dapat memberikan efek negatif dan obat mana
yang perlu diberikan secara hati-hati dan kapan pemberian obat yang paling aman pada usia
janin yang tepat. Obat yang menimbulkan atau bersifat teratogenik antara lain berupa :
abnormalitas kromosom, gangguan implantasi, konsepsus mati,IUGR,IUFDm kerusakan
saraf-saraf kranialis, dan lain-lain.
Oleh karena itu, pentingnya perhatian khusus untuk ibu hamil dan menysui dalam
memberikan obat agar dapat mengurangi dan menghindari abnormalitas janin.
DAFTAR PUSTAKA
9
1. Artikel kesehatan.Diunduh dari : http://www.hidupkusehat.com/penggunaan-obat-untuk-
ibu-hamil-dan-menyusui.html. Tanggal 30 Desember 2013
2. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo;2011.h.67-80.
3. Bahiyatun. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2009.h.50.
10