EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki gigi yang sehat adalah impian setiap orang, sebab selain berfungsi sebagai alat pengunyah, organ ini juga memiliki fungsi untuk menunjang penampilan. Apabila tidak dijaga kebersihannya, gigi dapat menimbulkan masalah seperti karang gigi, gigi berlubang, atau gusi berdarah. Mungkin karena tidak tahu masyarakat bila mengalami masalah gigi seperti gigi berlubang langsung meminta untuk dicabut. Padahal dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, gigi yang mengalami kerusakan dapat dirawat dan dikembalikan fungsinya seperti semula. B. Tujuan Refrat

description

indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

Transcript of EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

Page 1: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memiliki gigi yang sehat adalah impian setiap orang, sebab selain berfungsi

sebagai alat pengunyah, organ ini juga memiliki fungsi untuk menunjang

penampilan. Apabila tidak dijaga kebersihannya, gigi dapat menimbulkan masalah

seperti karang gigi, gigi berlubang, atau gusi berdarah. Mungkin karena tidak tahu

masyarakat bila mengalami masalah gigi seperti gigi berlubang langsung meminta

untuk dicabut. Padahal dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, gigi

yang mengalami kerusakan dapat dirawat dan dikembalikan fungsinya seperti

semula.

B. Tujuan Refrat

Adapun tujuan dari pembuatan refrat ini adalah:

1. Agar dokter muda mengetahui indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi.

2. Agar dokter muda mengetahui hubungan penyakit-penyakit sistemik

dengan tindakan ekstraksi gigi.

Page 2: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

BAB II

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI

A. DEFINISI

Exodontia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik

dan benar, yakni aman, higienis, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangan

komplikasi baik sebelum, saat, dan setelah tindakan.

Exodontia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana cara

mengeluarkan (ekstraksi) gigi secara efektif dan segala perawatan yang

menyertainya (Inneke, 1998).

B. KLASIFIKASI EKSTRAKSI

Ekstraksi gigi sering dikategorikan menjadi dua macam yakni ekstraksi simpel

dan ekstraksi bedah/surgical. Ekstrasi simpel adalah ekstraksi yang dilakukan

pada gigi yang terlihat dalam rongga mulut, menggunakan anestesi lokal dan

menggunakan alat-alat untuk elevasi bagian gigi yang terlihat. Ekstrasi bedah

Page 3: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang tidak dapat dijangkau dengan

mudah karena berada di bawah garis ginggiva atau karena belum erupsi secara

keseluruhan. Dalam ekstraksi bedah, dilakukan sayatan pada gusi untuk

menjangkau gigi. Dalam beberapa kasus, gigi tersebut harus dipecah menjadi

beberapa bagian sebelum dicabut (Anggraito, 2011).

C. INDIKASI EKTRAKSI GIGI

Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter gigi perlu mengetahui

riwayat medis pasien berupa riwayat alergi, pengobatan yang sedang dilakukan,

riwayat cabut gigi sebelumnya, dan kemungkinan reaksi anestesi yang pernah

dialami sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan agar tindakan ekstraksi gigi dapat

dilakukan dengan aman.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencabutan gigi:

a. Anatomi gigi menentukan jenis alat pencabutan, gerakan pencabutan, dan

posisi pencabutan.

b. Anestesi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit.

c. Jumlah gigi yang dicabut dalam satu kunjungan.

d. Tidak menggunakan tenaga yang besar.

e. Pemeriksaan kembali elemen gigi yang baru dicabut.

Page 4: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

Hilangnya atau dicabutnya gigi terutama pada usia muda akan membuat gigi-gigi

yang lainnya bergerak ke arah gigi yang hilang tersebut sehingga membuat gigi

tidak teratur lagi. Oleh karenannya tindakan pecabutan gigi sebaiknya merupakan

tindakan terakhir yang dilakukan dokter gigi apabila tidak ada cara lain untuk

mempertahankan gigi tersebut di dalam rahang.

Ekstraksi gigi harus sesuai dengan indikasi. Indikasi ekstrasi pada gigi permanen

tidak sama dengan gigi decidui (gigi susu). Ekstraksi gigi permanen dilakukan

karena berbagai sebab antara lain:

1. Gigi yang berlubang besar sehingga tidak dapat ditambal lagi dan tidak

dapat dilakukan perawatan endodontik, misalnya pada gigi dengan akar

bengkok, ataupun saluran akar buntu.

2. Gigi yang sangat goyah, oleh karena resorbsi tulang alveolar misalnya

pada atropi senilis, patologis, maupun truama.

Page 5: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

3. Gigi impaksi

4. Untuk kepentingan ortodontik, biasanya hal ini merupakan perawatan

konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan pecabutan gigi

untuk mendapatkan tuangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.

Page 6: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

5. Gigi yang merupakan fokus infeksi, dimana keberadaan gigi yang tidak

sehat dapat merupakan sumber infeksi bagi tubuh.

6. Gigi yang menyebabkan trauma jadingan lunak sekitarnya.

7. Penderita yang mendapat terapi radiasi pada regio kepala dan leher dapat

dilakukan ekstraksi pada gigi yang terkena radiasi. Radiasi dapat

menyebabkan kerapuhan gigi, karies pada gigi, dan pada gigi yang

sebelumnya sudah rusak bila terkena radiasi dapat menjadi lebih parah.

Komplikasi yang paling sering oleh karena ekstraksi gigi setelah terapi

radiasi adalah septikemia dan osteoradionecrosis/ORN (Koga et al, 2008).

Page 7: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

8. Gigi dengan supernumerary, dimana gigi tumbuh berlebih dan tidak

normal.

9. Gigi dengan fraktur/patah pada akar, misalnya karena jatuh. Kondisi ini

dapat menyebabkan rasa sakit berkelanjutan pada penderita sehingga gigi

tersebut menjadi non-vital atau mati.

Page 8: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

10. Gigi dengan sisa akar, dimana sisa akar akan menjadi patologis karena

hilangnya pembuluh darah dan jaringan ikat, sehingga kondisi ini

membuat akar gigi tidak vital.

11. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis

fraktur tulang alveolar.

12. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu reposisi.

13. Keinginan pasien untuk dicabut giginya. Beberapa alasan penderita ingin

mencabut giginya antara lain:

a. Ingin terhindar dari rasa sakit yang sering mengganggu.

b. Ingin diganti dengan gigi tiruan yang menurutnya lebih baik.

c. Enggan /tidak punya waktu untuk datang berulang-ulang ke dokter

gigi.

d. Faktor ekonomi.

e. Faktor ketidaktahuan penderita.

Page 9: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

Indikasi pencabutan gigi pada gigi decidui/susu antara lain:

1. Gigi ekstra yang menghambat pertumbuhan gigi lain

2. Gigi persistensi, dimana gigi sulung tidak tanggal pada waktunya sehingga

menyebabkan gigi permanen terhambat pertumbuhannya.

3. Gigi susu yang merupakan fokus infeksi

4. Gigi susu dengan karies besar sehingga gigi menjadi non vital

5. Gigi susu yang sudah goyah dan sudah waktunya tanggal

6. Gigi susu yang akarnya menyebabkan ulkus dekubitus.

D. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI

Sebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang dokter gigi harus benar-benar

mengetahui keadaan pasien untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akan

membahayakan sebelum, saat, maupun setelah ekstraksi gigi. Oleh karenanya

harus diketahui kontraindikasi dilakukannya ekstraksi maupun keadaan atau

kondisi yang membuat ekstraksi gigi harus ditunda untuk sementara waktu.

Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter akan memberi ijin atau

menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa

menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita.

Ekstraksi pada gigi dengan kondisi tertentu sebaiknya ditunda, misalnya pada

infeksi gigi yang progresif hingga menyebar ke tulang. Hal ini akan menyulitkan

anestesi. Untuk mengatasinya maka perlu diberikan antibiotik sebelum ekstraksi.

Page 10: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

Pada pasien yang menggunakan obat antikoagulan semisal aspirin maupun

warfarin, hendaknya menghentikan penggunaannya 3 hari menjelang ekstraksi

gigi. Pada pasien-pasien dengan katup jantung prostetik maupun riwayat oprasi

jantung terbuka 6 bulan yang lalu harus mendapatkan terapi antibiotik untuk

mengurangi resiko infeksi.

Kontraindikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor, yang utama faktor

lokal dan sistemik.

1. Faktor Lokal

a. Kontraindikasi ekstraksi gigi yang bersifat setempat umumnya

menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi. Misalnya

gigi dengan kondisi abses yang menyulitkan anestesi.

b. Sinusitis maksilaris akut. Sinus adalah rongga berisi udara yang

terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi

jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung,

kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan

tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga

hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal.

Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang

mendorong terjadinya infeksi sinus. Pecabutan gigi terutama gigi

premolar dan molar sebaiknya ditunda sampai sinusitisnya teratasi

(Inneke, 1998).

c. Radioterapi kepala dan leher. Alasan melarang ekstraksi dengan

keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang

Page 11: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke

seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Komplikasi lainnya

adalah osteoradionekrosis (Koga et al, 2008).

d. Adanya suspek keganasan, yang apabila dilakukan ekstraksi gigi

akan menyebabkan kanker cepat menyebar dan makin ganas.

2. Faktor Sistemik

Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan

pertimbangan khusus untuk dilakukan ekstraksi gigi. Bukan kontra

indikasi mutlak. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki

riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut,

ekstraksi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada

dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa

dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya

komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah

pencabutan gigi (Inneke, 1998).

a. Diabetes mellitus.

Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi

antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan

diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih

lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan

pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut

Page 12: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan

menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis, dan

khemotaksis karena hiperglikemi.

b. Kehamilan

Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus

ataupun ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan

dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan

manifestasi dari gingivitis kehamilan/ epulis yang disebabkan

pergolakan hormon selama kehamilan. Namun perlu diwaspadai

terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus gestasional yang

umumnya temporer selama kehamilan. Umumnya kendala bagi ibu

hamil adalah ekstraksi gigi dapat meningkatkan stress, baik oleh

karena nyeri maupun peradangan dari proses pencabutan gigi yang

akan meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi

uterus, namun hal itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik

maupun antiinflamasi yang aman bagi ibu hamil. Bila keadaan umum

ibu hamil kurang jelas, sebaiknya dikonsulkan kebagian obsgyn

(Inneke, 1998; APA 2007).

c. Penyakit Kardiovaskuler

Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi ekstraksi gigi.

Kontraindikasi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan

tindakan ekstraksi gigi pada pasien ini, namun dalam penangannannya

perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung.

Page 13: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

Dengan berkonsultasi, untuk mendapatkan rekomendasi atau izin dari

dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk

menerima tindakan ekstraksi gigi tanpa terjadi komplikasi yang

membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang

diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan ekstraksi gigi, misalnya

saja penderita jantung rematik harus diberi Penicillin G Benzatin

sebelum dan sesudah ekstraksi dilakukan.

d. Kelainan Darah / Blood Dyscrasia

Pasien-pasien dengan penyakit trombositopeni purpura, leukemia,

anemia, hemofilia, maupun kelainan darah lainnya sangat penting

untuk diketahui riwayat penyakitnya sebelum dilakukan tindakan

ekstraksi gigi. Untuk itu agar tidak terjadi komplikasi pasca ekstraksi

perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan

dan waktu pembekuan darah yang tidak normal pada penderita.

e. Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,

pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah

meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi

perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak

mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga

terjadi perdarahan pasca ekstraksi.

Page 14: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

f. Jaundice/Hepatitis

Pasien dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan pembekuan

darah oleh karena defisiensi faktor-faktor pembekuan yang dibentuk

oleh hati. Oleh karenanya pasien dengan penyakit hati dapat

menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu perdarahan yang terjadi

berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan

gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya

atau sebelum pencabutan dilakukan premediksi dahulu dengan vit K

(Suharti, 2006)

g. Sifilis

Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum.

Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah

terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.

h. Nefritis

Ekstraksi gigi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis,

dapat berakibat keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita

nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum

melakukan ekstraksi gigi.

i. Toxic Goiter

Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan

krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu kesadaran turun, gelisah, tidak

terkontrol meskipun telah diberi obat penenang, bahkan kejang,

komplikasi lainnya dapat menimbulkan kegagalan jantung.

Page 15: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan refrat ini adalah:

1. Ekstraksi gigi membutuhkan informasi riwayat penyakit yang diderita oleh

pasien agar tindakan ekstraksi gigi dapat berjalan aman, serta komplikasi baik

sebelum, saat, dan setelah tindakan ekstraksi gigi dapat dihindari.

2. Tindakan ekstraksi gigi dapat pula melibatkan disiplin ilmu lain, seperti

penyakit dalam, jantung paru, THT, maupun kebidanan, untuk itu tidak perlu

segan untuk mengkonsulkan pasien dengan kondisi kusus yang melibatkan

disiplin ilmu tersebut sebelum melakukan ekstraksi gigi.

3. Ekstraksi gigi atas permintaan pasien biasanya dikarenakan kurangnya

informasi mengenai tindakan perawatan gigi, dan pasien ingin cepat

menghilangkan rasa sakit.

Page 16: EXODONTIA indikasi dan kontraindikasi cabut gigi

DAFTAR PUSTAKA

Anggraito. 2011. Beberapa Alasan Gigi Dicabut.

http://tanyapepsodent.com/beberapa-alasan-gigi-dicabut. Diakses pada

tanggal 12 April 2011.

APA.2007. Dental Work During Pregnancy.

http://www.americanpregnancy.org/pregnancyhealth/dentalwork.html.

Diakses pada tanggal 12 April 2011.

Koga, D.H., Salvajoli J.V., Alves F.A.

Dental extractions and radiotherapy in head and neck

oncology: review of the literature.

http://oralpathol.dlearn.kmu.edu.tw/case/Journal%20reading-intern-08-

11/RT-dental%20extraction-OD-2008.pdf. Diakses pada tanggal 12 April

2011.

Inneke H.P. 1998. Ilmu Pencabutan Gigi. Jakarta: DEPKES RI

Suharti C. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI