Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

33
KONTRAINDIKASI PEMBERIAN KEMOTERAPI I. PENDAHULUAN Penggunaan obat anti kanker dimulai dengan ditemukannya nitrogen mustard yang dapat dipakai untuk mengobati leukemia. Awalnya, gas mustard digunakan sebagai senjata kimia selama Perang Dunia I dan diteliti lebih lanjut selama Perang Dunia II. Selama operasi militer dalam Perang Dunia II, sekelompok orang yang sengaja terkena gas mustard dan kemudian didapatkan mereka memiliki jumlah sel darah putih yang sangat rendah. Dokter beranggapan bahwa sesuatu yang merusak perkembangan sel darah putih secara cepat, mungkin memiliki efek yang sama terhadap kanker. Sehingga, pada tahun 1940an, beberapa pasien dengan limfoma diberikan obat melalui vena dan perbaikannya luar biasa. Dari pengalaman tersebut, para peneliti mencari substansi lain yang mungkin memiliki efek yang sama terhadap kanker. Sebagai hasilnya, banyak obat yang telah dikembangkan. 1 Regimen awal kemoterapi dimulai dengan nitrogen mustard, untuk Hodgkin lymphoma pada tahun 1949, pasien membaik tetapi dengan efek samping yang berat sehingga perlu dirawat inap. Saat ini, puluhan obat kemoterapi dikombinasi dengan pengaturan efek samping yang lebih efektif, dan dapat meningkatkan 1

description

referat

Transcript of Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

Page 1: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

KONTRAINDIKASI PEMBERIAN KEMOTERAPI

I. PENDAHULUAN

Penggunaan obat anti kanker dimulai dengan ditemukannya nitrogen

mustard yang dapat dipakai untuk mengobati leukemia. Awalnya, gas mustard

digunakan sebagai senjata kimia selama Perang Dunia I dan diteliti lebih lanjut

selama Perang Dunia II. Selama operasi militer dalam Perang Dunia II,

sekelompok orang yang sengaja terkena gas mustard dan kemudian didapatkan

mereka memiliki jumlah sel darah putih yang sangat rendah. Dokter

beranggapan bahwa sesuatu yang merusak perkembangan sel darah putih

secara cepat, mungkin memiliki efek yang sama terhadap kanker. Sehingga,

pada tahun 1940an, beberapa pasien dengan limfoma diberikan obat melalui

vena dan perbaikannya luar biasa. Dari pengalaman tersebut, para peneliti

mencari substansi lain yang mungkin memiliki efek yang sama terhadap

kanker. Sebagai hasilnya, banyak obat yang telah dikembangkan.1 Regimen

awal kemoterapi dimulai dengan nitrogen mustard, untuk Hodgkin lymphoma

pada tahun 1949, pasien membaik tetapi dengan efek samping yang berat

sehingga perlu dirawat inap. Saat ini, puluhan obat kemoterapi dikombinasi

dengan pengaturan efek samping yang lebih efektif, dan dapat meningkatkan

angka penyembuhan kanker, dan memperbaiki kualitas hidup. 2 Pengobatan

seperti radiasi dan pembedahan dianggap sebagai pengobatan lokal.

Pengobatan tersebut merupakan tindakan pada satu area tubuh seperti

payudara, paru-paru, atau prostat dan biasanya menargetkan kanker secara

langsung. Kemoterapi berbeda dari operasi atau radiasi, yang hampir selalu

digunakan sebagai pengobatan sistemik, dengan artian obat berjalan melewati

seluruh tubuh untuk mencapai sel kanker dimanapun lokasinya.1,2

II. DEFINISI

Kemoterapi adalah suatu istilah yang menggambarkan penggunaan obat-

obatan, obat sitotoksik, dalam pengobatan kanker. Obat-obat kemoterapi

menghancurkan sel-sel kanker dengan menghentikan pertumbuhan atau

1

Page 2: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

penggandaan dari satu atau lebih jumlah dalam siklus hidup sel kanker tersebut.

Berhubungan dengan jenis/tipe kanker dan tahapan perkembangan, kemoterapi

dapat digunakan untuk menyembuhkan kanker, mencegah penyebaran kanker,

memperlambat kanker atau untuk meringankan gejala yang mungkin

disebabkan oleh kanker tersebut. Metode pengobatan lain dapat

dikombinasikan dengan kemoterapi seperti terapi radiasi, pembedahan, terapi

biologik (imunoterapi) dan atau steroid.3,4

III. PRINSIP KERJA KEMOTERAPI

Tujuan dari semua obat kemoterapi adalah untuk membunuh sel-sel

kanker, dengan dosis yang sedikit merusak sel-sel tubuh yang sehat.5 Sebagian

besar obat kemoterapi yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel

kanker yang sedang berproliferasi. Jika kita berbicara mengenai kemoterapi,

maka kita perlu memahami siklus kehidupan sel yang normal atau proses

pembelahan sel manusia. Semua jaringan hidup terdiri dari sel. Sel-sel tumbuh

dan berkembang untuk menggantikan sel-sel yang hilang akibat cedera atau

“aus”.1 Siklus sel adalah rangkaian dari tahapan antara sel-sel yang normal dan

sel kanker yang membentuk sel-sel baru . Siklus sel/proliferasi sel, baik pada

sel normal maupun pada sel tumor, memiliki 5 fase yaitu:

- Fase G0 (tahap istirahat): Sel belum mulai membelah. Sel menghabiskan

sebagian besar hidupnya pada fase ini. Tergantung pada jenis sel, G0 dapat

berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa tahun. Ketika sel mendapat

sinyal untuk bereproduksi, sel bergerak ke fase G1.

- Fase G1, selama fase ini, sel mulai membuat lebih banyak protein dan

bertambah besar, sehingga sel-sel baru akan menjadi ukuran normal. Fase

ini merupakan fase dimana terjadi sintesa protein dan RNA yang

dibutuhkan dalam sintesis DNA. Waktu yang digunakan dalam fase ini

berlangsung dalam beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung dari

jenis sel. Setelah terjadi sintesis protein dan RNA, sel akan masuk ke dalam

fase ketiga, yaitu fase sintesis (S).

2

Page 3: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

- Fase S. pada fase ini terjadi sintesis DNA. Kromosom yang mengandung

kode genetik (DNA) disalin sehingga antara sel-sel baru yang terbentuk

akan memiliki untaian DNA yang cocok (replikasi DNA). Fase ini

berlangsung sekitar 8 sampai 12 jam.

- Fase G2. Fase premitosis, setelah sintesis DNA, sintesis protein dan RNA

bersiap untuk melakukan mitosis. Sel memeriksa DNA dan siap untuk

mulai membelah menjadi 2 sel. Fase ini berlangsung dari 2 hingga 4 jam.

- Fase M (mitosis) : pada tahap ini terjadi pembelahan sel yang terdiri dari

profase, metaphase, anaphase,dan telofase. Setelah fase ini selesai, maka

siklus akan berulang ke awal.1,4

Siklus sel ini penting karena banyak obat kemoterapi bekerja hanya pada

sel-sel yang aktif bereproduksi (bukan sel yang dalam tahap istirahat, fase

G0). Beberapa obat secara spesifik menyerang sel-sel dalam fase tertentu dari

siklus (misalnya pada fase M atau S).1

Beberapa obat kemoterapi dapat membunuh sel kanker pada fase siklus sel

manapun (yang disebut siklus sel nonspesifik), beberapa hanya dapat

3

Gambar 1 Cell Cycle

Page 4: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

membunuh selama fase tertentu/spesifik dan tidak dapat bekerja pada fase

istirahat (disebut siklus sel spesifik).6

Memahami bagaimana kerja obat, membantu ahli onkologi memprediksi

obat-obat yang kemungkinan dapat bekerja sama dengan baik. Dokter juga

dapat merencanakan seberapa sering dosis masing-masing obat yang harus

diberikan berdasarkan waktu dari fase sel. Obat kemoterapi tidak dapat

membedakan antara sel-sel reproduksi dari jaringan normal (mengganti sel-

sel normal yang usang/rusak). Artinya sel-sel normal yang rusak merupakan

efek samping dari kemoterapi. Setiap pemberian kemoterapi, terjadi

keseimbangan antara penghancuran sel kanker (untuk menyembuhkan atau

mengontrol penyakit) dan menghemat sel-sel yang normal (untuk

mengurangi efek samping yang tidak diinginkan).1

IV. TUJUAN PEMBERIAN KEMOTERAPI

Terdapat tiga kemungkinan dari tujuan pemberian kemoterapi, yaitu:

1. Pengobatan. Jika memungkinkan kemoterapi digunakan untuk

mengobati kanker, yang berarti bahwa kanker menghilang dan tidak

kembali. Tetapi tidak ada jaminan melalui obat dapat mencapai

tujuan tersebut. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mengetahui

apakah kanker benar-benar telah sembuh.

2. Paliatif. Bila kanker telah berada pada stadium lanjut, obat kemoterapi

dapat digunakan untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh

kanker. Ketika satu-satunya tujuan dari pengobatan tertentu adalah

untuk meningkatkan kualitas hidup tetapi tidak mengobati penyakit

itu sendiri, hal itu disebut pengobatan paliatif.1

V. ISTILAH DALAM KEMOTERAPI

Beberapa istilah dalam kemoterapi dapat diklasifikasikan berdasarkan

waktu, yaitu sebagai berikut:

1. Kemoterapi induksi. Ini adalah terapi awal yang diberikan dengan

tujuan untuk mencapai cytoreduction (sel mengecil) yang signifikan,

4

Page 5: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

dan idealnya, remisi lengkap dari penyakit. Hasil dari kemoterapi

induksi mungkin adalah:

- Respon yang komplit dimana hilangnya penyakit selama satu

bulan;

- Respon parsial, dimana reduksi volume tumor 50% atau lebih;

- Penyakit stabil, yang artinya penurunan volume tumor kurang

dari 50% dengan tidak adanya penyakit yang baru, setidaknya

dalam satu bulan;

- Atau perkembangan dimana adanya peningkatan volume tumor

25% atau lebih atau terdapat bukti adanya penyakit baru.

2. Kemoterapi konsolidasi/intensifikasi. Ini diberikan setelah induksi

remisi untuk memperpanjang kebebasan terhadap penyakit dan

kelangsungan hidup secara keseluruhan. Kemoterapi konsolidasi

menggunakan obat yang sama seperti induksi remisi, sedangkan

intensifikasi menggunakan obat yang tidak resisten terhadap

kemoterapi induksi.

3. Kemoterapi adjuvant. Ini diberikan untuk mengeradikasi penyakit

dengan pengobatan lokal seperti operasi atau radioterapi, yang

digunakan untuk mengobati penyakit mikroskopis dan mencegah

kekambuhan lokal.

4. Kemoterapi neoadjuvan. Pengobatan diberikan sebelum terapi untuk

memaksimalkan efeknya, misalnya mengecilkan tumor sebelum

operasi.

5. Kemoterapi pemeliharaan. Berkepanjangan, kemoterapi dosis rendah

diterapkan pada pasien rawat jalan untuk memperpanjang durasi

remisi dan mencapai kesembuhan.

6. Kemoterapi salvage. Terapi obat dapat diberikan setelah kegagalan

pengobatan lain untuk mengendalikan penyakit atau memberikan

terapi paliatif.

7. Kemoterapi kombinasi. Meskipun obat kemoterapi tunggal dapat

diindikasikan dalam beberapa situasi, lebih dari satu agen/obat, atau

5

Page 6: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

kemoterapi kombinasi, sering digunakan. Alasan dari kemoterapi

kombinasi adalah untuk memaksimalkan pembunuhan sel tumor

menggunakan obat dengan metode berbeda, dan menyerang bagian

siklus sel yang berbeda. Kemoterapi kombinasi juga dapat

menurunkan potensi keracunan dimana dosis rendah dari setiap agen

yang diberikan dan pemilihan agen dengan toksisitas yang berbeda.7

VI. OBAT-OBAT KEMOTERAPI

Kebanyakan obat kemoterapi membunuh sel-sel kanker dengan menyerang

sintesis atau fungsi DNA, suatu proses yang terjadi melalui siklus sel. Setiap

variasi obat dapat bekerja melalui siklus sel. Obat kemoterapi dapat dibagi

menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara kerja, struktur kimia, dan

interaksi dengan obat lain. Kategori mayor dari obat kemoterapi adalah

alkylating agents, antimetabolit, inhibitor mitotik/plant alkaloid, antitumor

antibiotic, dan inhibitor topoisomerase.1,6

1. Alkylating agent

Alkylating agen secara langsung merusak DNA untuk mencegah sel

kanker berkembang. Sebagai kelas obat-obatan, agen ini tidak fase-

spesifik, dalam kata lain, mereka bekerja di semua fase siklus sel. Agen

alkylating digunakan untuk mengobati kanker yang berbeda, termasuk

leukemia akut dan kronis, limfoma, penyakit Hodgkin, multiple myeloma,

sarkoma, serta kanker paru-paru, payudara, dan ovarium. Karena obat ini

merusak DNA, dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang ke sumsum

tulang. Dalam beberapa kasus langka, ini akhirnya dapat mengakibatkan

leukemia akut. Risiko leukemia dari alkylating agen adalah "dosis-

tergantung," yang berarti bahwa risiko kecil dengan dosis rendah, tetapi

akan naik sebagai jumlah total obat yang digunakan semakin tinggi.

Risiko leukemia setelah alkylating agen tertinggi 5 sampai 10 tahun

setelah perawatan.

6

Page 7: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

Agen alkylating yang lain, termasuk:

Nitrogen mustard: seperti mechlorethamine (nitrogen mustard),

klorambusil, cyclophosphamide (Cytoxan®), Ifosfamid, dan melphalan

Nitrosoureas: yang meliputi streptozocin, carmustine (BCNU), dan

lomustine

Alkil sulfonates: busulfan

Triazines: dacarbazine (DTIC), dan temozolomide (Temodar ®)

Ethylenimines: thiotepa dan altretamine (hexamethylmelamine)

Obat platinum (cisplatin, carboplatin, dan oxalaplatin) kadang-

kadang dikelompokkan dengan agen alkylating karena cara kerja yang

sama.

2. Antimetabolit

Antimetabolites adalah kelas obat yang mengganggu pertumbuhan

DNA dan RNA dengan menggantikan susunan normal RNA dan DNA.

Agen-agen ini merusak sel-sel selama fase S. Mereka umumnya

digunakan untuk mengobati leukemia, tumor payudara, indung telur, dan

saluran usus, serta kanker lainnya.

Contoh antimetabolites termasuk 5-fluorourasil (5-FU), capecitabine

(Xeloda®), 6-mercaptopurine (6-MP), metotreksat, gemcitabine

(Gemzar®), sitarabin (Ara-C ®), fludarabine, dan pemetrexed (Alimta ®).

3. Antibiotik anti-tumor

- Anthracyclines

Anthracyclines adalah antibiotik anti-tumor yang menghambat dengan

melibatkan enzim pada replikasi DNA. Agen ini bekerja pada seluruh

fase dari siklus sel. Jadi, mereka digunakan secara luas untuk berbagai

macam jenis kanker. Pertimbangan utama ketika memberikan obat ini

adalah mereka dapat merusak jantung secara permanen jika diberikan

dalam dosis tinggi. Karena alasan ini, pembatasan dosis seumur hidup

sering diletakkan pada obat ini. Contoh anthracyclines termasuk

7

Page 8: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

Daunorubicin, Doxorubicin (Adriamycin ®), Epirubicin, dan

Idarubicin.

- Antibiotik anti-tumor lain

Antibiotik anti-tumor yang lain termasuk obat actinomycin-D,

bleomycin, dan mitomycin-C.

4. Inhibitor Topoisomerase

Obat ini menghambat enzim yang dinamakan topoisomerase, yang

membantu memisahkan untaian DNA jadi mereka dapat diperbanyak.

Mereka digunakan untuk mengobati beberapa leukemia, dan juga paru-

paru, ovarium, gastrointestinal, dan kanker yang lain. Contoh inhibitor

topoisomerase termasuk topotecan dan irinotecan (CPT-11).

Contoh topoisomerase inhibitor II meliputi etoposid (VP-16) dan

teniposide. Mitoxantrone also inhibits topoisomerase II. Mitoxantrone

juga menghambat topoisomerase II. Pengobatan dengan topoisomerase II

inhibitor meningkatkan resiko dari kanker yang kedua – leukemia

mielogenous akut. Leukemia sekunder dapat terlihat pada saat awal 2-3

tahun setelah obat diberikan.

5. Inhibitor mitotik

Inhibitor mitotik sering mengandung alkaloid tumbuhan dan senyawa

lain yang berasal dari produk alam. Mereka dapat menghentikan mitosis

atau menghambat enzim dengan membuat protein yang dibutuhkan sel

untuk bereproduksi. Obat ini bekerja selama fase M dari siklus sel, tetapi

dapat merusak sel dalam semua fase. Mereka digunakan untuk mengobati

banyak tipe kanker yang berbeda termasuk payudara, paru-paru,

myeloma, lymphoma, dan leukemia. Obat ini diketahui karena berpotensi

untuk menyebabkan kerusakan saraf perifer, yang merupakan efek

samping pembatasan dosis. Contoh inhibitor mitosis meliputi:

Taxanes: Paclitaxel (Taksol ®) dan Docetaxel (Taxotere ®)

Obat ini mengikat mikrotubulus dengan afinitas tinggi dan

menghambat fungsi normalnya. Obat ini biasanya digunakan pada

8

Page 9: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

kanker mamma, paru, kanker kepala dan leher, kanker ovarium,

kandung kemih, esophagus, gaster dan prostat. Pada umumnya, efek

samping obat ini menurunkan jumlah sel darah.

Epothilones: Ixabepilone (Ixempra ®)

Alkaloid vinca: Vinblastine (Velban ®), Vincristine (Oncovin ®), dan

Vinorelbine (Navelbine ®)

Estramustine (Emcyt ®)

VII. MEKANISME KERJA OBAT KEMOTERAPI

Obat anti-kanker terutama bekerja pada DNA yang merupakan komponen

utama gen yang mengatur pertumbuhan dan differensiasi sel.

Cara kerjanya pada sel-sel kanker ada yang:

1. Menghambat atau mengganggu sintesa DNA dan atau RNA

2. Merusak replikasi DNA

3. Mengganggu transkripsi DNA oleh RNA

4. Mengganggu kerja gen8

Obat anti-kanker itu ada yang bekerja pada:

a) Fase spesifik

Obat yang dapat menghambat replikasi sel pada fase tertentu. Obat-obat

yang tergolong fase spesifik (cell cycle specific) antara lain Metotrexate dan

5-FU, obat-obat ini merupakan anti metabolit yang bekerja dengan cara

menghambat sintesa DNA pada fase S. Selain itu ada juga yang bekerja

pada fase S yaitu Camptothecins. Adapun yang bekerja pada fase M adalah

inhibitor mitotik, Vinca alkaloids (plant alkaloids). 4

b) Fase nonspesifik:

Yaitu pada semua fase dalam siklus sel. Obat kemoterapi yang bekerja pada

fase non spesifik ini yaitu agen alkylating, antibiotik antitumor,

nitrosoureas.4

9

Page 10: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

VIII.TOKSISITAS OBAT KEMOTERAPI

1. Kardiotoksisitas

Transplantasi sumsum tulang dan penggunaan stimulasi koloni,

yang merupakan faktor strategi hematologi yang digunakan dalam

pengobatan kanker, memungkinkan intensifikasi dosis. Teknik ini

meningkatkan sensitivitas sel miokard terhadap kemoterapi, yang dapat

menyebabkan potensi peningkatan kerusakan jantung akut, kronis, dan

mungkin kerusakan jantung yang irreversibel. Sebagian besar efek

samping pada sistem jantung terkait dengan terapi antracycline, terutama

doxorubicin dan daunorubisin. Manifestasi klinis dari kardiotoksisitas

menyerupai gagal jantung kongestif, seperti dispnea, batuk non produktif,

edema pergelangan kaki, takikardia, dan kardiomegali. Penggunaan

pelindung jantung, Dexrazoxane, pada terapi doxorubicin untuk

metastasis kanker payudara, dapat membantu mengurangi kejadian

toksisitas jantung.4

2. Toksisitas kutaneus

Kemoterapi dapat menginduksi perubahan dari sistem integumen.

Hal ini mungkin merupakan reaksi umum atau lokal dan sering

bermanifestasi pada kulit, dan permukaan mukosa. Toksisitas

kulit,umumnya, hanya bersifat sementara karena kulit dapat beregenerasi

dalam 30 hari. Kecuali jika terjadi reaksi kulit yang parah, yang

melibatkan nekrosis jaringan. Selain penggunaan agen sitotoksik,

terutama pada dosis tinggi, penyebab yang mungkin lainnya yaitu infeksi,

keganasan kulit, penyebaran metastasis, gangguan gizi, dan obat-obatan

lain seperti analgetik dan antibiotik. Reaksi kulit terhadap kemoterapi

meliputi alopesia, eritema akral, hiperpigmentasi, perubahan kuku,

fotosensitivitas, reaksi hipersensitivitas, mucolitis.

Dari semua komplikasi pemberian kemoterapi, yang paling terlihat

adalah alopesia/hilangnya rambut. Selain rambut kepala, alis, jenggot,

rambut pubis, dan rambut aksilla juga bisa hilang. Terdapat sekitar

100.000 folikel rambut di tubuh. Folikel rambut tersebut menjalani fase

10

Page 11: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

anagen (pertumbuhan), katagen (transisi), dan telogen (dormansi). Sekitar

85% sampai 90% dari folikel rambut berada dalam fase anagen, sisanya

berada dalam fase telogen atau dalam keadaan transisi (katagen) singkat.

Ketika folikel rambut memasuki fase anagen, rambut yang baru akan

tumbuh. Dengan kemoterapi dosis tinggi, folikel rambut yang berada

pada fase anagen mengalami atrofi dan menyebabkan kerontokan rambut

spontan. Alopesia juga dapat terjadi akibat dari penyempitan batang

rambut, yang menyebabkan rambut tumbuh tidak sempurna dan lemah

sehingga rentan mengalami kerusakan. Tingkat kerontokan rambut

tergantung pada obat atau kombinasi obat yang digunakan, dosis, dan

durasi sewaktu infus.4

3. Toksisitas gastrointestinal

Kemoterapi sangat mempengaruhi saluran gastrointestinal.

Sembilan puluh persen epithelium kript gastrointestinal terdiri dari sel

tidak berdifirensiasi dan sel goblet, yang ditemukan dalam usus kecil.

Sel-sel tersebut merupakan sel-sel mitotik yang aktif dan rentan terhadap

serangan sitotoksik. Toksisitas umum kemoterapi pada saluran

gastrointestinal adalah mual dan muntah, anoreksia, mukositis,

konstipasi, dan diare. Mekanisme yang tepat dari kemoterapi yang

menginduksi emesis belum sepenuhnya diketahui.4

4. Toksisitas hematologi

Efek samping yang paling umum dari kemoterapi yaitu

mielosupresi. Meskipun kondisi ini umumnya reversibel, tetapi dapat

menyebabkan komplikasi berupa infeksi dan perdarahan. Mielosupresi

atau depresi sumsum tulang terjadi karena agen antineoplastik tidak

selektif, mereka menyerang sel-sel kanker dan sel mitosis normal.

Manifestasi utama dari mielosupresi adalah anemia, neutropenia, dan

trombositopenia. Trombositopenia dan granulositopenia terkait dengan

obat siklus sel spesifik terutama yang aktif dalam fase S dan M, seperti 5-

Fluororacil dan vinca alkaloids.4

11

Page 12: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

5. Hepatotoksik

Agen sitotoksik tertentu seperti carmusin, Cytosine arabinoside,

Lamustine, Methotrexate, L-aspariginase, 6-Mercaptopurine,Plicamycin,

Streptozocin dapat menyebabkan hepatotoksisitas. Obat tersebut dapat

menyebabkan kerusakan pada hati dalam bentuk penyakit veno-oklusif,

fibrosis kronis, kolestasis, disfungsi hepatoseluler. Gambaran klinis

melibatkan enzim hati yang tinggi dan peningkatan bilirubin, nyeri perut

kuadran kanan atas, hepatomegali, jaundice, ascites, hiperpigmentasi

kulit, lesu, anoreksia, dan mual.4

6. Nefrotoksik

Beberapa agen neoplastik dikenal dengan efek potensial yang

nefrotoksik seperti Ifosfamid, Cyclophosphamide, Cisplatin,

Methotrexate, Streptozocin, dan Nitrosoureas. Nefrotoksik berupa sistitis

hemoragik, oliguria, disuria, peningkatan kreatinin, rasa tidak nyaman

pada suprapubik, dan nyeri pinggang. Hiperurisemia dikaitkan dengan

penggunaan Methotrexate dosis tinggi, dan gagal ginjal dapat terjadi

setelah terapi Carmustine selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.4

7. Neurotoksik

Faktor-faktor yang menyebabkan gejala neurologis pada pasien

onkologi bervariasi dimana karena kemoterapi yang digunakan berupa

kemoterapi kombinasi. Kombinasi dari agen antineplastik dengan efek

neurotoksik yang digunakan cukup banyak sehingga sulit membedakan

penyebab neurotoksisitas. Faktor resiko yang diduga berkaitan dengan

agen neurotoksik yaitu: pemberian intratekal, gangguan fungsi ginjal,

terapi dosis tinggi, vinca alkaloid dengan dosis kumulatif, riwayat

sensitivitas neurotoksik, peningkatan usia.4

8. Toksisitas pulmo

Kerusakan yang disebabkan oleh agen sitotoksik berupa kerusakan

epitel alveolar dan intertisial sehingga membuat gangguan pertukaran

12

Page 13: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

oksigen dan karbondioksida, mengurangi kapasitas residu fungsional dan

elastisitas paru-paru, seperti pada alveolitis, pneumonitis interstisial dan

fibrosis. Toksisitas paru dapat berkembang dalam beberapa hari setelah

terapi atau mungkin memiliki onset kronis setelah berbulan-bulan atau

bertahun-tahun terapi. Terdapat dua agen sitotoksik yang sering

menyebabkan kerusakan paru, yaitu Bleomycin dan Busulfan.4

IX. INDIKASI PEMBERIAN KEMOTERAPI

Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika

harus dengan hati-hati dan atas indikasi:

Menurut Brule, cs (WHO,1973), ada 7 indikasi pemberian kemoterapi,

yaitu:

1. Untuk menyembuhkan kanker

Hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan oleh

kemoterapi, seperti: akut limfoblastik leukemia, Burkitt limfoma, Wilm

tumor pada anak-anak, Choriokarsinoma.

2. Memperpanjang hidup dan remisi

Kanker yang sensitif terhadap kemoterapi dan walaupun penyakit

progresif, seperti: akut myeloblastik leukemia, Limfoma maligna

stadium III atau IV, Myeloma, Metastase melanoma maligna atau

kanker mamma, kolon, ovarium, testis

3. Memperpanjang interval bebas kanker

Walaupun kanker keliatan masih lokal setelah operasi atau

radioterapi, seperti: limfoma stadiun II, melanoma maligna, kanker

mamma, kolon, ovarium. Pengobatan perlu cukup lamadan dosis tinggi

dengan interval yang panjang untuk memberikan kesempatn jaringan

normal pulih diantara pengobatan.

4. Menghentikan progresi kanker

Progresi penyakit ditunjukkan secara subjektif seperti anoreksia,

penurunan berat badan, nyeri tulang, dsb atau terdapat kelainan objektif

13

Page 14: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

seperti penurunan fungsi-fungsi organ dapat diberikan sitostatika,

asalkan kemungkinan berhasilnya 25% atau lebih.

5. Paliasi simptom

Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok

untuk radiasi, dapat diberikan sitostatika walaupun obat itu tidak

memberi respons yang baik sebagai terapi sistemik.

6. Mengecilkan volume kanker

Mengecilkan tumor pra-bedah atau pra-radioterapi seperti

pemberian bleomycin untuk kanker mulut, saluran napas bagian atas

atau pemberian alkylator dengan kombinasinya pada limfoma stadium

II.

7. Menghilangkan gejala para neoplasma

Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma,

misalnya pemberian kortikosteroid pada anemia hemolitik, fibrinolisis,

dermatomyositis, neuropati perifer, dan sebagainya.

X. KONTRAINDIKASI PEMBERIAN KEMOTERAPI

Bagi kebanyakan pasien, kemoterapi merupakan bagian penting dari

pengobatan kanker dan telah meningkatkan angka kelangsungan hidup dari

sejumlah besar kanker. Karena obat kemoterapi memiliki beberapa efek

samping jangka pendek dan panjang, maka dokter harus memastikan bahwa

kondisi pasien tidak membuat kemoterapi menjadi berbahaya atau bahkan

mengancam jiwa. Oleh karena itu, terdapat kontraindikasi tertentu untuk

pemberian kemoterapi, yang dapat menunda atau mungkin tidak diberikan

kemoterapi sama sekali. Adapun kontraindikasi pemberian kemoterapi terdiri

dari kontraindikasi absolute dan relatif. Kontraindikasi pemberian kemoterapi

absolute yaitu:

a. Trimester pertama kehamilan

Karena adanya potensi tinggi terhadap bayi lahir cacat, dan efek

samping lainnya. Secara umum, trimester pertama kehamilan merupakan

kontraindikasi terhadap obat-obat kemoterapi. Namun, terdapat beberapa

14

Page 15: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

jenis obat kemoterapi yang aman diberikan pada trimester kedua dan

ketiga kehamilan. Sehingga jika pasien tidak ingin mengakhiri

kehamilan, pada umumnya, dokter akan menunggu sampai trimester

kedua kehamilan untuk memulai kemoterapi.

b. Septikemia (infeksi)

Infeksi yang sedang berlangsung juga merupakan salah satu

kontraindikasi pemberian kemoterapi karena kemoterapi dapat

menurunkan jumlah sel darah sehingga pertahanan tubuh lemah dan

tubuh akan sulit melawan infeksi. Setelah infeksi ditangani, pemberian

kemoterapi dapat dimulai.

c. Penyakit stadium terminal

d. Koma8

Sedangkan kontraindikasi relatif pemberian kemoterapi, adalah:

a) Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan

sensitivitasnya rendah.

b) Keadaan umum yang buruk (Karnofsky <60)

c) Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti kerusakan hati atau

ginjal, jantung

Sebagian besar obat kemoterapi dimetabolisme, baik oleh hati

ataupun ginjal sehingga kerusakan hati atau ginjal atau kegagalan

dari organ tersebut dapat menjadi kontraindikasi terhadap

pemberian kemoterapi. Kerusakan berat dari salah satu organ

tersebut dapat menghambat kegunaan kemoterapi.

d) Penderita yang tidak kooperatif

e) Demensia

f) Metastasis otak yang tidak dapat diobati dengan radioterapi

g) Setelah pembedahan/operasi

Kemoterapi dapat mengganggu proses penyembuhan luka,

sehingga umumnya operasi yang baru dilakukan merupakan

kontraindikasi pemberian kemoterapi. Setelah luka operasi telah

sembuh, dokter dapat memulai pengobatan kemoterapi.

15

Page 16: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

h) Tumor resisten terhadap obat

i) Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai8,9

XI. CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI

Obat yang digunakan pada regimen kemoterapi dapat diberikan dalam

berbagai cara:

1. Oral (PO) - melalui mulut (biasanya sebagai pil)

Beberapa obat kemoterapi tidak pernah diberikan melalui mulut

karena sistem pencernaan tidak dapat menyerap mereka atau karena

mereka sangat mengganggu sistem pencernaan. Bahkan ketika obat

tersebut tersedia dalam bentuk oral (seperti pil atau cair), metode ini

mungkin bukan pilihan terbaik.

2. Topikal

Dalam penggunaan ini, kemoterapi dioleskan pada kulit sebagai krim atau

lotion. Biasanya cara pemberian ini diberikan pada kanker kulit seperti

jenis sel basal atau sel skuamous. Ini juga digunakan untuk menangani

pertumbuhan pra-kanker pada kulit.

3. Intravena (IV) - infus melalui pembuluh darah.

Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah

melalui jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Dalam

pemberian intravena usahakan jangan ada ekstravasasi otot.

4. Intramuskular (IM) atau Subkutan (SQ)

Injeksi intramuscular dan subkutaneus lebih jarang digunakan

karena banyak obat yang dapat mengiritasi atau bahkan merusak kulit dan

jaringan otot.

5. Intra-arteri - disuntikkan ke arteri.

Pemberian intra arteri adalah terapi regional maelalui arteri yang

memasok darah ke daerah tumor dengan cara Infusi Intra Arteri

menggunakan kateter dan pompa arteri. Pemberian intra arteri dapat

16

Page 17: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

menaikkan dosis obat langsung ke dalam tumor, menaikkan efek obat

yang kurang stabil karena secara cepat dan langsung masuk ke dalam

tumor, serta mengurangi toksisitas.

6. Intratekal

Diberikan secara langsung ke dalam cairan serobrospinal untuk

mencapai sel-sel kanker dalam cairan dan sistem saraf pusat. Kemoterapi

intratekal diberikan dalam 1 dari 2 cara, yaitu: kemoterapi dapat diberikan

melalui pungsi lumbal (spinal tap) dilakukan setiap hari atau mingguan,

atau dengan menggunakan reservoir Ommaya, ukurannya kecil drum like

port yang ditempatkan dibawah kulit tengkorak. Kemoterapi dapat

diberikan dengan cara ini, untuk mengobati sel-sel kanker yang telah

memasuki sistem saraf pusat (penyebaran leptomeningeal). Tetapi

pemberian kemoterapi ini tidak membantu jika timor sudah mulai tumbuh

di otak atau sumsum tulang belakang.

7. Intrapleural - dimasukkan ke dalam rongga pleura

Cara pemberian kemoterapi ini jarang digunakan tetapi mungkin

berguna bagi sebagian orang dengan mesothelioma dan orang dengan

kanker paru-paru atau payudara yang telah menyebar ke pleura.

Kemoterapi intrapleural diberikam melalui kateter dada yang

dihubungkan ke port implant. Pipa ini dapat digunakan untuk memberikan

obat-obatn dan juga untuk mengalirkan cairan yang dapat mengisi cavum

pleura ketika kanker telah menyebar ke daerah tersebut.

8. Intraperitoneal

Kemoterapi intraperitoneal diberikan melalui kateter Tenckhoff

(kateter khusus yang dirancang untuk menghilangkan atau menambahkan

cairan dalam jumlah besar dari atau ke dalam rongga perut) atau melalui

port implan yang melekat pada kateter. Kemoterapi disuntikan ke port

melalui kateter masuk ke rongga abdomen dimana obat terabsorbsi ke

17

Page 18: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

daerah yang terkena sebelum memasuki aliran darah. Cara ini memiliki

efek samping yang lebih buruk daripada kemoterapi IV biasa.

9. Intravesika - dimasukkan ke kandung kemih

Kemoterapi intravesika sering digunakan pada kanker kandung

kemih stadium awal. Kemoterapi biasanya diberikan per minggu selama 4

sampai 12 minggu. Obat disimpan dalam kandung kemih sekitar 2 jam

kemudian dikeringkan/dialirkan. Pemberian obat melalui kateter dan

setelah pengobatan kateter dilepas.

10.Intralesi / intratumoral

Kemoterapi intralesi merupakan pemberian kemoterapi dimana

obat disuntikkan langsung ke dalam tumor/kanker. Ini dapat digunakan

untuk tumor yang berada dalam atau di bawah kulit, dan jarang untuk

tumor yang ada di organ dalam tubuh. Namun cara ini tidak dianjurkan

karena dapat melepaskan sel kanker dari tumor induknya dan ada cara lain

yang lebih efektif, yaitu operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi), atau

radioterapi.1,8,10

XII. KESIMPULAN

Kemoterapi adalah suatu istilah yang menggambarkan penggunaan obat-

obatan, obat sitotoksik, dalam pengobatan kanker. . Obat-obat kemoterapi

menghancurkan sel-sel kanker dengan menghentikan pertumbuhan atau

penggandaan dari satu atau lebih jumlah dalam siklus hidup sel kanker tersebut.

Tujuan dari semua obat kemoterapi adalah untuk membunuh sel-sel kanker,

dengan dosis yang sedikit merusak sel-sel tubuh yang sehat. Sebagian besar

obat kemoterapi yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel

kanker yang sedang berproliferasi. Beberapa obat kemoterapi dapat membunuh

sel kanker pada fase siklus sel manapun (yang disebut siklus sel nonspesifik),

beberapa hanya dapat membunuh selama fase tertentu/spesifik dan tidak dapat

bekerja pada fase istirahat (disebut siklus sel spesifik).

18

Page 19: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

Tujuan dari pemberian kemoterapi adalah untuk mengobati dan mengontrol

sel kanker serta sebagai paliatif dari gejala kanker. Kemoterapi dapat diberikan

sebagai terapi adjuvant atau neoadjuvan. Klasifikasi dari kemoterapi terdiri dari

alkylating agent, antimetabolit, plant alkaloids, inhibitor topoisomerase,

antibiotik antitumor, dan hormonal.

Cara kerja dari kemoterapi yaitu menghambat/mengganggu sintesis DNA

dan atau RNA, merusak replikasi DNA, mengganggu transkripsi DNA ke

RNA, dan mengganggu kerja gen. Obat anti kanker terbagi menjadi dua

golongan berdasarkan tempat kerjanya, yaitu golongan obat fase spesifik dan

non spesifik. Obat-obat yang tergolong fase spesifik (cell cycle specific) antara

lain Metotrexate dan 5-FU serta Camptothecins yang bekerja pada fase S dan

inhibitor mitotik, Vinca alkaloids (plant alkaloids) yang bekerja pada fase M.

Sedangkan obat kemoterapi yang bekerja pada fase non spesifik ini yaitu agen

alkylating, antibiotik antitumor, nitrosoureas.

Toksisitas dari kemoterapi bisa terjadi pada jantung, kutaneus,

gastrointestinal, sumsum tulang, hati, ginjal, saraf, dan paru. Indikasi dari

pemberian kemoterapi adalah untuk menyembuhkan kanker, memperpanjang

interval bebas kanker, menghentikan progresi kanker, mengecilkan volume

tumor, menghilangkan gejala paraneoplasma, memperpanjang hidup dan

remisi, serta paliasi simptom. Terdapat dua kontraindikasi pemberian

kemoterapi yaitu kontraindikasi absolute dan kontraindikasi relative.

Kontraindikasi absolut/mutlak berupa kehamilan trimester pertama, septicemia,

penyakit stadium terminal, dan koma. Sedangkan kontraindikasi relatif yaitu

usia lanjut, keadaan umum yang buruk, gangguan fungsi organ vital yang berat,

penderita yang tidak kooperatif, metastasis otak yang tidak dapat diobati

dengan radioterapi, demensia, tumor resisten terhadap obat serta tidak ada

fasilitas penunjang yang memadai.

Kemoterapi dapat diberikan dengan cara oral, intravena, intramuscular,

subkutan, intraarteri, intratekal, intrapleural, intraperitoneal, intravesika,

intralesi/intratumor, dan topikal.

19

Page 20: Referat Kontraindikasi Pemberian Kemoterapi

DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. Chemotherapy Principles, An In-depth Discussion of the Techniques and Its Role in Cancer Treatment. 2013. Available on: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/002995-pdf.pdf

2. American Society of Clinical Oncology. Progress in Cancer Treatment. Available on: http://www.cancerprogress.net/downloads/timelines/progress_in_cancer_chemotherapy_timeline.pdf

3. Barth, Neil M. Rojas, Anna M. Carroll, Matthew R. Huang, Daniel L. Chemotherapy. In: Newport Pacific Medical Associates. Available on: http://www.newportpacificmd.com/sites/default/files/CHEMOTHERAPY.pdf

4. M, Duvirage. J, Henry. Knobf, M Tish. Beaulieu. Overview of Chemotherapy. Fischer, David S. In: Cancer Chemotherapy Handbook. 2nd Edition. Lippincott Williams & Wilkins Publisher. 2011;p1-60

5. Maltzman, Julia D. Millar, Lara Bonner. Chemotherapy Primer: Why? What? And How?. The Abraham Cancer Center of The University of Pennsylvania. Cited on August 13th, 2010. Available on: www.oncolink.org

6. Goldwein, JW. Vachani C. Chemotherapy: The Basics. The Abraham Cancer Center of The University of Pennsylvania. Cited on September 21st, 2010. Available on: www.oncolink.org

7. Airley, Rachel. Principles of Cancer Chemotherapy. In: Cancer Chemotherapy: Basic Science to the Clinic. USA: Wiley-Blackwell. 2009;p55-113

8. Brooks, Dominique. Chemotherapy Contraindications. 2010. Available on: http://www.livestrong.com/article/205690-chemotherapy-contraindications/

9. Sampepajang, Daniel. Slide Kuliah Dasar-Dasar Kemoterapi. Makassar. 2006

10. Health Education Library for People. Understanding Chemotherapy. Cited on March 25th, 2011. Available on: http://www.scribd.com/doc/51531998/Chemotherapy

11. Schwarz, James K. Yarbro, John W. Scientific Basis of Cancer Chemotherapy. Perry,Michael C. In: The Chemotherapy Source Book. 3rd Edition. USA: Lippincott William&Wilkins Publisher. 2001;p1-9

12. Kauffman, Dwight C. Chabner, Bruce A. Clinical Strategies for Cancer Treatment: The Role of Drugs. Chabner, Bruce A. In: Cancer Chemotherapy and Biotherapy. USA: Lippincott William&Wilkins Publisher. 1996;p1-20

20