KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di...

47
KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN PENGHUNI PANTI WERDHA DI KABUPATEN PACITAN DESY DWI APRILLIA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di...

Page 1: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS

KESEHATAN PENGHUNI PANTI WERDHA

DI KABUPATEN PACITAN

DESY DWI APRILLIA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting
Page 3: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konsumsi Air Putih,

Status Gizi, dan Status Kesehatan Penghuni Panti Werda di Kabupaten Pacitan

adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Desy Dwi Aprillia

NIM I14100017

Page 4: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting
Page 5: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

ABSTRAK

DESY DWI APRILLIA. Konsumsi Air Putih, Status Gizi, dan Status Kesehatan

Penghuni Panti Werda di Kabupaten Pacitan. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN.

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dan menganalisis hubungan

konsumsi air putih, status gizi, dan status kesehatan penghuni panti werda di

Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study.

Subjek dalam penelitian ini adalah penghuni panti werda. Sejumlah 24 orang

dipilih sebagai subjek. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa 75% subjek

memiliki tingkat kecukupan air putih yang tergolong kurang dan 25% tergolong

cukup. Tingkat kecukupan energi dan protein subjek sebesar 33% dan 42%

tergolong normal. Tingkat kecukupan zat gizi mikro subjek, yaitu 83% fosfor,

88% zat besi, dan 100% vitamin A termasuk dalam kategori cukup, namun tingkat

kecukupan kalsium dan vitamin C, yaitu sebesar 96% dan 100% termasuk dalam

kategori kurang. Sejumlah 42% subjek berstatus gizi normal, 25% gizi kurang,

dan 33% gizi lebih. Status kesehatan subjek sebesar 54% tergolong baik,

sedangkan 46% tergolong tidak baik. Uji korelasi Pearson dan Spearman

menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara status gizi

dengan asupan zat gizi pangan, konsumsi air putih, dan status kesehatan subjek.

Kata Kunci : air putih, asupan zat gizi pangan, lansia, status gizi, status kesehatan

ABSTRACT

DESY DWI APRILLIA. Plain Water Consumption, Nutritional Status, and

Health Status Panti Werda Residents at Pacitan. Supervised by ALI KHOMSAN.

The objective of this study was to learn and analyze the relationship

between the consumption of plain water, nutritional status, and health status of

panti werda residents in Pacitan. This study used cross-sectional study design.

Subject of this study were panti werda residents. As many as 24 people were

chosen as subject. Descriptive analysis showed that 75% of subject had plain

water sufficient levels were categorized as adequate and 25% were inadequate.

Energy and protein sufficiency levels of subject as many as 33% and 42% were

categorized as normal. Micronutrient sufficient levels of subject consists of 83%

phosphorus, 88% iron, and 100% vitamin A were categorized as adequate, but

calcium and vitamin C sufficient levels as many as 96% and 100% were

categorized as inadequate. As many as 42% subject had normal nutritional status,

25% were underweight, and 33% were overweight. Health status of subject as

many as 54% were categorized as high and 46% were low. The Pearson and

Spearman correlation test showed that nutritional status with nutrient intake,

plain water consumption, and health status of subject had no significant

relationship (p>0.05).

Key words : elderly, health status, nutrition intake, nutritional status, plain water

Page 6: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting
Page 7: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS

KESEHATAN PENGHUNI PANTI WERDHA

DI KABUPATEN PACITAN

DESY DWI APRILLIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting
Page 9: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting
Page 10: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting
Page 11: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan Januari sampai April 2014 ini ialah gizi

lansia, dengan judul Konsumsi Air Putih, Status Gizi, dan Status Kesehatan

Penghuni Panti Werda Di Kabupaten Pacitan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan,

MS sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberi saran, masukan, dan

bimbingan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS atas kesediaannya sebagai

dosen pemandu seminar dan penguji pada ujian skripsi serta saran dan masukan

yang sangat membangun. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi serta Kepala Panti Werda

Kabupaten Pacitan beserta stafnya yang telah memberikan ijin pengambilan data

dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada ayah (Sukadri) dan ibu (Agus Iriantin) tercinta beserta

keluarga, teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 47, teman-teman Pengurus

Harian Nasional ILMAGI 2013/2014, teman-teman Organisasi Mahasiswa Daerah

(OMDA) Pacitan, teman-teman Asrama A1 TPB IPB khususnya kamar 33-34,

teman-teman Kos Pondok Mona, keluarga besar Departemen Gizi Masyarakat

FEMA IPB, dan semua pihak yang telah memberikan doa, kasih sayang,

dukungan, dan bantuan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah

ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Desy Dwi Aprillia

Page 12: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 4

Teknik Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh 9

Kebutuhan dan Konsumsi Cairan 10

Kegiatan Penyelenggaraan Makanan 12

Konsumsi Pangan 13

Status Gizi 15

Status Kesehatan 16

Hubungan Antar Variabel 16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 23

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 6

2 Variabel dan indikator data yang dianalisis 8

3 Data karakteristik contoh 10

4 Rata-rata kebutuhan dan konsumsi cairan sehari 11

5 Data tingkat kecukupan cairan dan air putih 11

6 Rata-rata kebutuhan dan konsumsi contoh 13

7 Tingkat kecukupan energi dan protein 14

8 Tingkat kecukupan zat gizi mikro 14

9 Kontribusi energi dan protein berdasarkan waktu makan 15

10 Data status gizi 15

11 Data status kesehatan 16

Page 13: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

12 Data analisis hubungan asupan zat gizi pangan dengan status gizi 17

13 Data analisis hubungan status gizi dengan status kesehatan 17

14 Data analisis hubungan konsumsi air putih dengan status gizi 18

15 Data berat badan, tinggi badan, dan status gizi contoh 23

16 Data konsumsi cairan contoh 24

17 Jadwal menu makanan lansia di panti 25

18 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan 27

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi asupan air putih,

status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4

2 Metode PURI penentu status dehidrasi 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data berat badan, tinggi badan, dan status gizi contoh 23

2 Data konsumsi cairan contoh 24

3 Jadwal menu makanan lansia di panti 25

4 Metode PURI penentu status dehidrasi 26

5 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan 27

Page 14: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting
Page 15: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan manusia terdiri atas beberapa tahap, yaitu kehidupan

sebelum lahir, saat bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Menua

merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri secara perlahan serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. Proses ini terjadi ketika manusia telah mencapai pertumbuhan dan

perkembangan optimal, selanjutnya secara perlahan mengalami penurunan secara

fisiologi maupun psikologi, yaitu pada usia pertengahan sampai lanjut usia

(lansia). Perubahan fisiologi ini dipengaruhi oleh kebiasaan hidup dan lingkungan

yang dapat menyebabkan dampak positif atau negatif terhadap kesehatan.

Permasalahan yang sering terjadi pada kelompok usia pertengahan sampai lansia

yaitu konsumsi cairan terutama air putih yang kurang diperhatikan, konsumsi

makanan dan asupan zat gizi yang belum berimbang, penurunan aktivitas fisik,

serta gaya hidup yang tidak sehat. Kondisi ini berdampak terhadap kejadian

obesitas pada usia dewasa sampai lansia pada laki-laki dan perempuan di

Indonesia sebesar 19.7% dan 32.9% (Riskesdas 2013).

Perilaku yang kurang peduli terhadap pentingnya konsumsi cairan,

terutama air putih dalam jumlah cukup menyebabkan kelompok usia ini berisiko

mengalami dehidrasi. Dehidrasi merupakan suatu kondisi apabila tubuh tidak

cukup mendapatkan air atau kehilangan air sekitar ≥2% dari berat badan. Hal ini

dipengaruhi oleh penurunan fungsi secara fisik dan fisiologi, sehingga kurang

mampu memperhatikan konsumsi minuman, serta kadar air dalam tubuh yang

semakin menurun akibat proses penuaan organ-organ tubuh (Yudianti 2011). Air

merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Pada pria dewasa, 55-60%

dari berat tubuh adalah air, sedangkan wanita dewasa berkisar antara 50-60%. Air

sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting dalam berbagai

proses tubuh, seperti proses metabolisme, sirkulasi zat gizi dan non gizi,

pengendalian suhu tubuh, pengaturan keseimbangan elektrolit, serta proses

pembuangan zat tak berguna bagi tubuh. Kebutuhan air bagi setiap orang

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, tingkat aktivitas, serta

faktor lingkungan (Muchtadi 2009). Menurut Sawka et al. (2005), tubuh secara

normal akan kehilangan air melalui paru-paru ketika menghembuskan nafas,

melalui keringat, produksi kemih dan saat buang air besar. Kehilangan cairan

tersebut harus diganti untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak

terganggu.

Beberapa penelitian tentang konsumsi air menunjukkan bahwa dari 245

contoh yang berumur >65 tahun di Perancis, rata-rata konsumsi air yaitu 1105

ml/hari (EFSA 2010). Di Itali, rata-rata konsumsi air dari 167 contoh berumur >64 tahun sebesar 858 ml/hari (Turrini et al. 2001). Penelitian lain menunjukkan

bahwa rata-rata konsumsi air contoh yang berumur 60-74 tahun sebesar 1393

ml/hari (EFSA 2010). Penelitian di Indonesia tentang asupan air yang optimal

pada penghuni panti werda yaitu 1000 ml/hari (Siregar et al. 2009), sedangkan

1

Page 16: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

hasil penelitian di Amerika terhadap konsumsi air putih yang dianjurkan kepada

kelompok usia 25-42 tahun sebesar >2 liter per hari (Pan et al. 2012). Penelitian

lain mengenai asupan air, khususnya air putih belum banyak diteliti di Indonesia,

padahal air putih termasuk kebutuhan yang penting untuk memenuhi kebutuhan

cairan yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuh. Menurut Popkin (2006),

Sekitar 80% dari kebutuhan individu merupakan kontribusi dari cairan termasuk

air, dan sisanya diperoleh dari makanan.

Masalah lain yang dialami oleh kelompok usia pertengahan sampai lansia

adalah kurang berimbangnya pemenuhan asupan zat gizi yang berpengaruh

terhadap status gizi, serta adanya perubahan fisiologis yang berpengaruh pada

status kesehatan. Perubahan fisiologi akibat proses penuaan yang berhubungan

dengan aspek gizi antara lain berat badan (status gizi), komposisi tubuh, sistem

imun, sistem pencernaan, berkurangnya indera penciuman dan perasa, dan

masalah fisik lainnya (Rolfes et al. 2009). Beberapa masalah yang ada telah

diuraikan, namun permasalahan tersebut masih kurang diimbangi dengan

penelitian yang seharusnya dilakukan untuk memberikan gambaran yang nyata

dalam upaya perbaikan status gizi dan kesehatan. Oleh karena itu peneliti

melakukan penelitian tentang konsumsi air putih yang dikaitkan terhadap status

gizi dan status kesehatan pada kelompok usia pertengahan sampai lansia yang

tinggal di panti werda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang kebutuhan cairan dari konsumsi air putih berkaitan dengan status gizi dan

status kesehatan lansia, khususnya di Panti Werda Kabupaten Pacitan.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan cairan dan konsumsi air putih pada

penghuni panti?

2. Bagaimana konsumsi pangan dan asupan zat gizi penghuni panti?

3. Bagaimana status gizi dan status kesehatan penghuni panti?

4. Bagaimana hubungan asupan zat gizi pangan dengan status gizi penghuni

panti?

5. Bagaimana hubungan status gizi dengan status kesehatan penghuni panti?

6. Bagaimana hubungan konsumsi air putih dengan status gizi penghuni panti?

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis hubungan

konsumsi air putih, status gizi, dan status kesehatan penghuni Panti Werda di

Kabupaten Pacitan.

Tujuan Khusus

1. Mempelajari pemenuhan kebutuhan cairan dan konsumsi air putih pada penghuni panti.

2. Mempelajari konsumsi pangan dan asupan zat gizi penghuni panti.

3. Mempelajari status gizi dan status kesehatan penghuni panti.

2

Page 17: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

4. Menganalisis hubungan asupan zat gizi pangan dengan status gizi penghuni panti.

5. Menganalisis hubungan status gizi dengan status kesehatan penghuni panti.

6. Menganalisis hubungan konsumsi air putih dengan status gizi penghuni panti.

Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara status gizi dengan asupan zat gizi pangan,

konsumsi air putih, dan status kesehatan penghuni panti.

KERANGKA PEMIKIRAN

Usia yang semakin bertambah mengakibatkan seseorang mengalami

proses penuaan. Proses penuaan yang mulai terjadi pada usia pertengahan sampai

lansia akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, serta

khususnya gizi dan kesehatan. Semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh

akan semakin menurun, baik karena faktor alamiah maupun penyakit. Salah satu

masalah yang timbul seiring dengan proses penuaan adalah kurang peduli

terhadap pentingnya asupan cairan dalam jumlah yang cukup, terutama air putih.

Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan metabolisme tubuh yang semakin

menurun, sehingga asupan minuman kurang diperhatikan. Selain itu, jika dilihat

dari perbandingan total kadar air dalam tubuh, kelompok yang paling rentan

terkena dehidrasi adalah lansia yang telah mengalami proses penuaan pada organ-

organ tubuh.

Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Manusia dapat

bertahan sampai beberapa minggu tanpa makan, namun tidak mampu bertahan

hanya dalam beberapa hari tanpa asupan air. Air sebagai salah satu zat gizi makro

mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh, seperti proses

metabolisme, sirkulasi gizi dan non gizi, pengendalian suhu tubuh, pengaturan

keseimbangan elektrolit, dan proses pembuangan zat tak berguna dari tubuh. Air

dalam tubuh manusia diperoleh dari tiga sumber, yaitu minuman, makanan, dan

hasil metabolisme. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kontribusi air

terbesar diperoleh dari minuman, terutama air putih. Pemenuhan jumlah konsumsi

air putih pada kelompok usia pertengahan sampai lansia masih belum diperhatikan

secara optimal. Kebutuhan asupan air yang optimal bagi usia pertengahan adalah

> 2 liter, sedangkan pada lansia sebesar 1-1.5 liter per hari.

Kebutuhan air bagi setiap orang berbeda-beda, begitu pula pada kelompok

usia ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain jenis kelamin, usia, tingkat

aktivitas, serta faktor lingkungan. Masalah lain yang sering dialami oleh

kelompok usia ini adalah pemilihan makanan yang berpengaruh terhadap asupan

zat gizi pangan dan status gizi, serta adanya perubahan fisiologis yang

berpengaruh pada status kesehatan. Perubahan fisiologi yang berhubungan dengan

aspek gizi, yaitu berat badan (status gizi), komposisi tubuh, sistem imun, sistem

3

Page 18: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

pencernaan, berkurangnya indera penciuman dan perasa, dan masalah fisik

lainnya. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Bagan pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi asupan air putih,

status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= hubungan yang dianalisis

= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang tidak dianalisis

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yang bertujuan

untuk menggambarkan karakteristik populasi maupun hubungan antar variabel.

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Werda Kabupaten Pacitan. Lokasi penelitian

ditentukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa panti tersebut merupakan

satu-satunya panti yang terdapat di Kabupaten Pacitan yang dikelola oleh Dinas

Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan. Selain itu, panti

memiliki jumlah penghuni yang relatif banyak, kemudahan akses dan perijinan,

serta populasi yang beragam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai

April 2014.

Karakteristik Sampel :

Usia Pertengahan-Lansia, Jenis

Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,

Pendapatan, Riwayat Kesehatan

Konsumsi Air Putih

Kebutuhan Cairan :

Berasal dari minuman,

makanan, dan hasil

metabolisme

Status Gizi

BB, TB, IMT

Asupan zat gizi pangan

dan tingkat kecukupan

zat gizi

Status Kesehatan

Skor Morbiditas

4

Page 19: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Teknik Penarikan Contoh

Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang tinggal

di panti. Populasi tersebut merupakan semua penghuni Panti Werda Pacitan yang

berjumlah 24 orang. Pertimbangan pengambilan populasi sebagai contoh dalam

penelitian ini adalah keinginan peneliti untuk mempelajari dan menganalisis

keadaan penghuni panti tersebut, sehingga dapat diperoleh data yang

menunjukkan keadaan nyata terhadap contoh. Berdasarkan hal tersebut, peneliti

menetapkan usia sebagai kriteria khusus untuk contoh yang terbagi menjadi 3

kategori, yaitu usia pertengahan (middle age), lansia (elderly), dan lansia tua (old).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer

dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik contoh

(nama, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status

perkawinan), konsumsi air putih (recall 1x24 jam), konsumsi pangan (food

weighing dan food recall (1x24 jam), status gizi (berat badan dan tinggi badan),

dan status kesehatan (jenis penyakit, lama sakit, dan frekuensi sakit).

Pengumpulan data karakteristik contoh, konsumsi air putih, dan status kesehatan

dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner, sedangkan data

status gizi diperoleh dengan mengukur berat badan menggunakan timbangan dan

tinggi badan menggunakan stature meter atau mengkonversi dari perhitungan

panjang depa yang diukur menggunakan meteran bagi contoh yang tidak mampu

berdiri tegak. Data konsumsi pangan diperoleh dengan melakukan penimbangan

makanan yang dikonsumsi dalam satu hari, serta melakukan recall 1x24 jam

menggunakan kuesioner untuk makanan tambahan dari luar panti. Data sekunder

yang dikumpulkan meliputi data keadaan umum panti, menu makanan, dan jadwal

kegiatan penghuni panti yang diperoleh langsung dari penanggung jawab panti.

Jenis dan cara pengumpulan data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan program

Microsoft Excel 2013 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi

16.0 for Windows. Tahapan pengolahan data dimulai dari proses editing, coding,

entry, cleaning, dan selanjutnya dianalisis. Data karakteristik contoh ditabulasi

kemudian dianalisis secara deskriptif.

Data konsumsi air putih diperoleh dari wawancara menggunakan

kuesioner metode recall 1x24 jam. Data yang dihitung adalah frekuensi konsumsi

air putih yang dikonsumsi dalam sehari. Tingkat kecukupan air putih dihitung dari

konsumsi air putih dibandingkan dengan kebutuhan cairan perhari dikali 100%.

Kebutuhan cairan contoh dihitung dengan rumus 30 ml/kg BB/hari (Chernoff

2006). Penggolongan tingkat kecukupan cairan ditentukan sama dengan

penggolongan tingkat kecukupan zat gizi makro menurut Depkes (1996),

5

Page 20: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

sedangkan tingkat kecukupan air putih dikategorikan menurut Hardinsyah et al.

(2011), yaitu kurang minum (<65%) dan cukup minum (≥65%).

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data

Karakteristik contoh Nama, jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan,

pekerjaan, pendapatan,

dan status perkawinan

Wawancara dengan

menggunakan kuesioner

Konsumsi air putih Frekuensi konsumsi air

putih

Wawancara menggunakan

kuesioner (Recall 1x24 jam)

Konsumsi pangan Jenis dan jumlah pangan

Tingkat kecukupan zat

gizi

(energi, protein, vitamin

A dan C, kalsium, zat

besi, dan fosfor)

Penimbangan bahan pangan mentah dan masak dari

konsumsi menu sehari

Wawancara dengan

menggunakan kuesioner

(recall 1x24 jam) untuk

makanan dari luar panti

Status gizi Berat badan (kg)

Tinggi badan (cm)

IMT (kg/m2)

Berat badan diukur

menggunakan timbangan

dengan ketelitian 0.1 kg

Tinggi badan diukur menggunakan stature meter

atau mengkonversi dari

perhitungan panjang depa

menggunakan meteran

dengan ketelitian 0.1 cm

IMT dihitung dengan perbandingan BB dan TB

Status kesehatan Jenis penyakit

Lama sakit

Frekuensi sakit

Wawancara dengan

menggunakan kuesioner

Data konsumsi pangan diperoleh dari metode penimbangan dan food recall

1x24 jam. Penimbangan dilakukan terhadap bahan pangan mentah dan masak

pada menu makan sehari. Alat yang digunakan yaitu timbangan digital dan

formulir penimbangan makanan yang terdiri atas jenis dan jumlah bahan pangan

mentah dan masak dari makanan yang akan dikonsumsi. Metode recall 1x24 jam

digunakan untuk mengumpulkan data konsumsi makanan dari luar panti, seperti

jajanan, camilan, dan lainnya yang dikonsumsi dalam sehari. Data zat gizi yang

dihitung adalah kandungan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor,

zat besi, serta vitamin A dan C menggunakan Daftar Kelompok Bahan Makanan

(DKBM) dan program Microsoft Excel 2013. Kebutuhan zat gizi ditentukan

berdasarkan Angka Kecukupan Zat Gizi (AKG 2013) menggunakan konversi

berat badan aktual dengan berat badan standar untuk menentukan kebutuhan zat

gizi makro (energi, protein, lemak, dan karbohidrat). Kebutuhan zat gizi mikro

ditentukan berdasarkan AKG sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Berdasarkan

data konsumsi zat gizi tersebut, dapat diperoleh tingkat kecukupan zat gizi dengan

cara membandingkan zat gizi yang dikonsumsi dengan kebutuhan berdasarkan

6

Page 21: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

AKG. Perhitungan tingkat kecukupan zat gizi dinyatakan dalam rumus sebagai

berikut :

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = x 100%

Penggolongan tingkat kecukupan energi dan protein (Depkes 1996) yaitu :

(1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG);

(3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); (5) lebih

(≥120% AKG). Penggolongan tingkat kecukupan vitamin dan mineral (Gibson

2005) yaitu: (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup (≥77% AKG). Pengolahan

data status gizi menggunakan data hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan.

Status gizi contoh ditentukan berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan rumus :

IMT (kg/m2) =

Status gizi dikategorikan menjadi empat, yaitu kurang (underweight) (IMT<18.5),

normal (18.5≤IMT≤24.9), lebih (overweight) (25≤IMT≤29.9), dan obesitas

(IMT≥30) (Depkes 2005).

Status kesehatan contoh meliputi jenis penyakit, lama sakit, dan frekuensi

sakit. Jenis penyakit dilihat dari penyakit yang diderita contoh selama 1 bulan

terakhir. Lama dan frekuensi sakit dianalisis berdasarkan sebaran data yang

diperoleh. Lama sakit contoh selama satu bulan terakhir diperoleh dengan

mengalikan lama dan frekuensi sakit. Data tersebut selanjutnya dikelompokkan

menjadi 2 kategori yaitu <3 hari sakit dan ≥3 hari sakit. Status kesehatan contoh

dalam satu bulan terakhir dinyatakan baik, jika contoh mengalami lama sakit < 3

hari dan jika ≥ 3 hari, berarti bahwa contoh mempunyai status kesehatan yang

tidak baik. Tabel 2 menunjukkan variabel dan indikator data yang dianalisis dalam

penelitian.

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif (total, rata-

rata, dan persentase) dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data

karakteristik contoh, status gizi dan kesehatan, konsumsi air putih dan cairan,

serta konsumsi makanan. Uji statistik berupa uji korelasi Pearson dan Spearman

menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows. Uji ini digunakan untuk

mengetahui hubungan antar variabel yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu

hubungan antara status gizi dengan status kesehatan, konsumsi air putih, dan

asupan zat gizi pangan.

7

Page 22: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Tabel 2 Variabel dan indikator data yang dianalisis

Variabel Indikator Literatur

Karakteristik contoh Jenis Kelamin

Usia

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Status Perkawinan

Sebaran Contoh

Tingkat Kecukupan

Konsumsi Air Putih

Kurang Minum (<65%)

Cukup Minum (≥65%)

Hardinsyah et

al. 2011

Tingkat Kecukupan Zat

Gizi Makro

Defisit Tingkat Berat (<70%)

Defisit Tingkat Sedang (70-79%)

Defisit Tingkat Ringan (80-89%)

Normal (90-119%)

Lebih (≥120%)

Depkes 1996

Tingkat Kecukupan Zat

Gizi Mikro

Kurang (<77%)

Cukup (≥77%)

Gibson 2005

Status Gizi Kurang (underweight) (IMT <18.5)

Normal (18.5≤ IMT ≤24.9)

Lebih (overweight) (25≤ IMT

≤29.9)

Obesitas (IMT ≥30)

Depkes 2005

Frekuensi Sakit (1 tahun

terakhir)

Satu kali

Dua kali

Tiga kali

Empat kali

Dijaissyah 2011

Lama Sakit (1 tahun

terakhir)

<3 hari

≥3 hari

Sebaran Contoh

Status Kesehatan Baik

Tidak baik

Sebaran Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panti Werda Kabupaten Pacitan adalah tempat perlindungan dan

pelayanan sosial bagi orang berusia lanjut maupun terlantar yang tidak memiliki

tempat tinggal atau keluarga. Panti ini berdiri sejak tahun 1949 dengan nama Panti

Werda Budiharjo Pacitan dibawah naungan Dinas Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Pacitan. Seiring meningkatnya pelayanan sosial yang harus dilakukan,

pada tahun 2003 panti ini mengalami perubahan nama menjadi Panti Werda

Kabupaten Pacitan berdasarkan peraturan otonomi daerah yang ditetapkan oleh

Bupati Pacitan. Saat ini, panti werda sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pelayanan kesejahteraan sosial dibawah naungan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi Kabupaten Pacitan.

Tenaga kerja di panti ini berjumlah 6 orang, terdiri atas kepala panti,

petugas administrasi, penjaga panti, dan 3 juru masak. Sarana prasarana yang

8

Page 23: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

terdapat di panti antara lain kantor pegawai, wisma penghuni panti berjumlah 5

bangunan, ruang pertemuan, mushola, dapur, ruang kerajinan, dan beberapa petak

kebun. Sarana di dalam wisma penghuni panti terdiri atas 4-5 kamar tidur, kamar

mandi, meja, kursi, dan televisi. Kegiatan penghuni panti meliputi kegiatan

keagamaan yang dilaksanakan 2 kali dalam seminggu, membuat kerajinan berupa

sapu lidi atau sapu lantai dengan bahan dasar serabut kelapa, serta bercocok tanam

di lahan yang terdapat di sekitar panti.

Panti Werda Kabupaten Pacitan beralamat di jalan KH Samanhudi No 19,

Pacitan. Lokasi ini cukup strategis karena berdekatan dengan pusat pemerintahan

Kabupaten Pacitan, masjid agung, bangunan sekolah seperti TK, SD, SMP/MTs,

serta pusat perbelanjaan. Hal ini memudahkan bagi para penghuni panti untuk

berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kondisi ini juga

bermanfaat bagi para penghuni panti untuk melakukan pekerjaan, seperti menjual

hasil kerajinan, menjadi petugas parkir di pasar, atau penarik becak di lokasi

sekitar untuk mengisi waktu. Pelayanan bagi penghuni panti ada yang dilakukan

secara langsung oleh petugas panti, seperti penyelenggaraan makanan, kebersihan,

serta kegiatan penunjang kerohanian. Pelayanan yang dilakukan secara tidak

langsung, diantaranya pemeriksaan kesehatan bagi para penghuni panti yang

bekerja sama dengan dokter atau petugas puskesmas di sekitar panti.

Karakteristik Contoh

Contoh dalam penelitian ini terdiri atas 10 laki-laki dan 14 perempuan.

Penggolongan usia lansia dilakukan berdasarkan WHO yang terbagi menjadi 4

kelompok, yaitu usia pertengahan (45-59 tahun), lansia (60-74 tahun), lansia tua

(75-90 tahun), dan sangat tua (≥90 tahun). Data karakteristik contoh ditunjukkan

pada Tabel 3 sebagai berikut.

Karakteristik contoh berdasarkan usia menunjukkan 50% contoh termasuk

kelompok lansia berumur 60-74 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, 83%

contoh tidak sekolah dan hanya 17% yang sekolah sampai pada tingkat sekolah

dasar. Sebanyak 58% contoh tidak bekerja, sedangkan sisanya bekerja sebagai

petugas kebersihan, perajin, atau pemulung. Tingkat pendapatan contoh sebagian

besar (92%) berkisar antara Rp 0 sampai Rp 100000, sedangkan hanya 8% dari

contoh memiliki pendapatan > Rp 500000 dari hasil bekerja sebagai petugas

kebersihan dan membantu pekerjaan di panti. Sebagian contoh memiliki status

perkawinan menikah, namun 46% dari contoh berstatus janda/duda, sedangkan

13% berstatus tidak menikah. Riwayat kesehatan yang dimiliki oleh contoh, yaitu

stroke (13%) dan tekanan darah tinggi (4%). Kemampuan fisik pada contoh

menunjukkan beberapa keterbatasan kemampuan, diantaranya 3 orang mengalami

lemah mental, 2 orang tuna rungu, 1 orang tuna netra, dan 1 orang tuna wicara.

9

Page 24: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Tabel 3 Data karakteristik contoh

Karakteristik Contoh n %

Jenis Kelamin

- Laki-laki 10 42

- Perempuan 14 58

Usia

- Usia Pertengahan (middle age) (45-59 tahun) 5 21

- Lansia (elderly) (60-74 tahun) 12 50

- Lansia Tua (old) (75-90 tahun) 7 29

Tingkat Pendidikan

- Sekolah Dasar (SD) 4 17

- Tidak Sekolah 20 83

Pekerjaan

- Perajin 5 21

- Petugas kebersihan 3 13

- Pemulung 2 8

- Tidak Bekerja 12 58

Tingkat Pendapatan

- Rp 0 - Rp 100000 22 92

- > Rp 500000 2 8

Status Perkawinan

- Tidak menikah 8 33

- Menikah 5 21

- Janda/Duda 11 46

Riwayat Kesehatan dan Fisik

- Stroke 3 13

- Tekanan Darah Tinggi 1 4

- Lemah Mental 3 13

- Tuna Rungu 2 8

- Tuna Netra 1 4

- StatTuna Wicara 1 4

Kebutuhan dan Konsumsi Cairan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan rata-rata cairan contoh

dalam sehari yang berasal dari minuman sebesar 1496 ml, sedangkan kebutuhan

rata-rata air putih sebesar 1200 ml. Berdasarkan hasil recall 1x24 jam diketahui

konsumsi rata-rata cairan dari minuman (air putih dan non air putih) sebesar 963

ml dan konsumsi air putih sebesar 699 ml. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan

rata-rata kebutuhan dan konsumsi cairan contoh dalam sehari.

10

Page 25: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Tabel 4 Rata-rata kebutuhan dan konsumsi cairan sehari

Cairan Nilai Rata-rata

Kebutuhan (ml) Konsumsi (ml)

Air putih 1200 699

Minuman 1496 963

Data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi cairan dari minuman yang

harus dipenuhi contoh termasuk dalam kategori kurang. Hal ini karena dalam

sehari contoh mengonsumsi rata-rata air putih sebanyak 3 gelas (600 ml) ditambah

dengan minuman lain, seperti teh atau kopi 1-2 gelas. Menurut Hardinsyah et al.

(2011), asupan air yang optimal pada usia lanjut adalah 1-1.5 liter per hari,

sedangkan pada usia pertengahan dianjurkan mengonsumsi air sebanyak 2 liter

per hari. Berdasarkan hasil recall dapat diketahui bahwa selain mengonsumsi air

putih, contoh juga mengonsumsi minuman berupa teh manis, kopi, susu, atau

sirup. Tingkat kecukupan konsumsi cairan dan air putih pada contoh ditunjukkan

pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Data tingkat kecukupan cairan dan air putih

Kategori n %

Cairan (air putih dan non air putih)

- Defisit tingkat berat (<70%) 13 54

- Defisit tingkat sedang (70-79%) 5 21

- Defisit tingkat ringan (80-89%) 3 13

- Normal (90-119%) 1 4

- Lebih (≥120%) 2 8

Air Putih

- Kurang (<65%) 18 75

- Cukup (≥65%) 6 25

Tingkat kecukupan cairan dikategorikan sama dengan tingkat kecukupan

zat gizi makro menurut Depkes (1996) yang terbagi menjadi 4 kelompok (Tabel

5). Cairan yang dianalisis dalam penelitian ini berasal dari minuman yang terdiri

atas air putih dan non air putih. Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa 54%

tingkat kecukupan cairan contoh tergolong defisit tingkat berat dan hanya 4%

yang memiliki tingkat kecukupan cairan normal, sedangkan 8% tergolong tingkat

kecukupan cairan yang berlebih. Sebagian besar contoh merupakan golongan

lanjut usia yang cenderung kurang peduli terhadap pentingnya asupan cairan

dalam jumlah cukup, terutama air putih yang menyebabkan pemenuhan terhadap

konsumsi cairan belum terpenuhi secara optimal. Selain itu, kurangnya aktivitas

fisik yang dilakukan oleh contoh selama di panti menyebabkan berkurangnya rasa

haus, sehingga keinginan untuk mengonsumsi minuman, baik air putih maupun

non air putih menurun. Kurangnya aktifitas fisik serta adanya penurunan fungsi

secara fisik dan metabolisme dapat menyebabkan berkurangnya asupan cairan

yang masuk ke dalam tubuh (Yudianti 2011).

Data tingkat kecukupan air putih contoh menunjukkan bahwa 75%

tergolong kurang dan hanya 25% yang tergolong cukup. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kurangnya konsumsi air putih pada contoh antara lain

berkurangnya rasa haus, ketidakinginan untuk sering buang air kecil,

11

Page 26: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

ketidaksukaan contoh terhadap air putih dan lebih memilih mengonsumsi teh atau

kopi, serta kurangnya paparan informasi mengenai pentingnya konsumsi air putih

untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Secara fisiologis, proses penuaan yang

terjadi pada individu dapat mempengaruhi kemampuannya untuk menjaga

keseimbangan air, sehingga perlu perhatian khusus, terutama bagi kelompok

lansia agar kebutuhan cairan tubuh terpenuhi (Bossingham 2005).

Kekurangan cairan dapat berisiko terjadinya dehidrasi, yaitu kondisi

apabila tubuh tidak cukup mendapatkan air atau kehilangan air sekitar ≥2% dari

berat badan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

hidrasi seseorang adalah PURI (Periksa Urin Sendiri) (Lampiran 4). Menurut

Amstrong et al. (1994) dalam penelitiannya mengenai status hidrasi, menyatakan

bahwa warna urin dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan status

hidrasi seseorang secara praktis. Data tingkat kecukupan cairan maupun air putih

contoh sebagian besar berada dalam tingkat kecukupan yang kurang. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar contoh dapat berisiko mengalami dehidrasi

karena kurang memperhatikan asupan cairan, terutama air putih. Namun, hal lain

yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan cairan juga terpenuhi dari makanan dan

hasil metabolik dalam tubuh. Oleh karena itu, penentuan status hidrasi seseorang

selain memperhatikan asupan air, juga perlu memperhatikan asupan cairan dari

makanan maupun hasil metabolik.

Kegiatan Penyelenggaraan Makanan Panti

Penyelenggaraan makanan di panti dilakukan secara mandiri oleh pihak

panti. Kegiatan penyelenggaraan makanan terdiri atas perencanaan anggara biaya,

penyusunan menu, penyediaan bahan makanan, persiapan, pengolahan, penyajian

makanan, dan monitoring evaluasi. Proses ini dilakukan oleh petugas panti mulai

dari perencaaan sampai penyediaan bahan makanan, sedangkan proses persiapan

sampai penyajian makanan dilakukan oleh juru masak. Perencanaan anggaran

biaya didasarkan pada anggaran dana yang diperoleh dari Dinas Sosial, Tenaga

Kerja, dan Transmigrasi. Penyusunan menu dilakukan dengan memperhatikan

beberapa faktor, seperti jenis bahan makanan, harga, dan daya terima contoh.

Kegiatan penyelenggaraan makanan menggunakan siklus menu 7 hari serta

dilakukan variasi jenis bahan makanan yang digunakan untuk pengolahan sesuai

dengan ketersediaan bahan makanan. Penyediaan bahan makanan dilakukan

melalui 2 cara yaitu langsung dan tidak langsung. Penyediaan bahan makanan

secara langsung artinya bahan makanan dibeli di pasar 1 minggu sekali, seperti

bahan pokok (beras, tepung terigu, gula, minyak goreng), telur, dan bumbu-

bumbuan, sedangkan sayur, buah, tempe, dan tahu dibeli setiap hari atau satu hari

sebelum pengolahan. Penyediaan makanan secara tidak langsung yaitu melakukan

pemesanan kepada pihak yang bekerja sama dengan pihak panti untuk

mengirimkan bahan makanan sesuai pesanan, seperti daging sapi, daging ayam,

ikan, dan snack.

Kegiatan pengolahan meliputi pengolahan makanan pokok, lauk, pauk,

dan sayur, serta makanan selingan yang terdiri atas minuman (teh manis, susu,

atau sirup), buah, dan snack. Jumlah bahan makanan yang diolah setiap hari untuk

mencukupi kebutuhan penghuni panti antara lain makanan pokok (beras 9 kg),

12

Page 27: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

lauk (ayam/daging 3.5-4 kg, telur 70-80 biji untuk 2 kali makan), pauk

(tahu/tempe 1-2 kg), sayur (kangkung/bayam/sawi 5-7 ikat), dan buah

(jeruk/pisang/pir 6 kg), serta bumbu-bumbuan sesuai dengan kebutuhan

pengolahan makanan. Minuman juga disediakan langsung dari panti, berupa air

putih dan air panas. Total air putih yang disediakan dalam sehari berkisar 10-15

liter, sedangkan air panas disediakan 1 termos untuk setiap contoh. Pengambilan

air putih dilakukan oleh masing-masing contoh saat pagi hari atau menjelang

waktu makan menggunakan teko, botol ukuran 1,5 L, atau gelas 200 ml. Setiap

hari kegiatan pengolahan dimulai pukul 06.00-17.00 WIB, yang terbagi menjadi 4

jadwal pembagian makanan, yaitu makan pagi (pukul 07.00), selingan pagi (pukul

09.00), makan siang (pukul 11.30), dan makan sore (pukul 16.30). Penyajian

makanan berupa lauk, pauk, dan sayur dilakukan oleh juru masak, sedangkan nasi

dapat diambil oleh masing-masing contoh sesuai keinginan. Evaluasi kegiatan ini

dilakukan antara juru masak dengan petugas panti setiap satu bulan sekali, baik

terkait bahan makanan atau sarana penunjang dalam kegiatan ini.

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan dalam penelitian ini terdiri atas kebiasaan makan,

kebutuhan dan konsumsi contoh, asupan, serta tingkat kecukupan zat gizi.

Kebiasaan makan contoh terdiri atas 3 kali makanan utama, yaitu makan pagi,

siang, sore, serta 1 kali selingan. Konsumsi pangan contoh dilihat dari jenis dan

jumlah makanan yang disediakan oleh pihak panti. Konsumsi makanan yang

diperoleh pada setiap waktu makan terdiri atas makanan pokok, lauk, pauk, sayur,

dan selingan berupa buah, snack, dan minuman yang terdaftar dalam menu

makanan di panti (Lampiran 3). Kebutuhan zat gizi contoh ditentukan berdasarkan

Angka Kecukupan Zat Gizi (AKG) dengan memperhatikan jenis kelamin dan usia

contoh. Asupan zat gizi pangan diketahui dari jumlah konsumsi pangan contoh

yang terdiri atas energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, serta

vitamin A dan C. Berdasarkan data dapat diketahui rata-rata AKG dan asupan zat

gizi contoh yang ditunjukkan pada Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6 Rata-rata kebutuhan dan konsumsi contoh

Zat Gizi Nilai Rata-rata TKG (%)

AKG Asupan

Energi (Kal) 1647 1749 120

Protein (g) 51.7 53.6 113

Lemak (g) 45.9 42.6 107

Karbohidrat (g) 258 302 135

Kalsium (mg) 1000 206 21

Fosfor (mg) 700 575 82

Zat besi (mg) 12.4 10.9 88

Vitamin A (UI) 542 2444 454

Vitamin C (mg) 81.2 26.9 34

Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata asupan zat gizi contoh

telah memenuhi AKG yang diperlukan, namun terdapat beberapa asupan zat gizi

13

Page 28: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

yang belum memenuhi kebutuhan AKG serta tingkat kecukupan zat gizi (TKG),

yaitu kalsium (206 mg/21%) dan vitamin C (26.9 mg/34%). Hal ini dipengaruhi

oleh kebiasaan makan contoh yang kurang mengonsumsi sayur dan buah sebagai

pangan sumber vitamin dan mineral. Setiap hari, contoh mengonsumsi sayur

sebanyak 1-2 kali dan buah 1 kali, sedangkan konsumsi sayur dan buah yang

dianjurkan masing-masing sebanyak 2-3 kali sehari. Konsumsi pangan sumber

kalsium, seperti susu juga termasuk rendah, karena contoh hanya mengonsumsi

sebanyak 1-2 kali dalam satu minggu. Selain itu konsumsi air yang cukup juga

sangat penting sebagai pelarut zat gizi, terutama vitamin dan mineral (Kurniasih et

al. 2010). Menurut Fatmah (2010), kalsium mempunyai kunci dalam

pemeliharaan tulang dan dibutuhkan untuk mengganti kehilangan kalsium di

tulang pada masa lansia. Vitamin C berperan untuk meningkatkan kekebalan

tubuh lansia dan membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Kekurangan

kalsium dapat meningkatkan terjadinya osrteoporosis, sedangkan kekurangan

vitamin C akan menyebabkan terganggunya sistem imun serta penyerapan zat besi

yang berdampak terjadinya anemia. Tabel 7 dan 8 berikut ini menunjukkan

tingkat kecukupan energi, protein, dan zat gizi mikro pada contoh.

Tabel 7 Tingkat kecukupan energi dan protein

Kategori TKE TKP

n % n %

Defisit tingkat berat (<70%) 2 8 1 4

Defisit tingkat sedang (70-79%) 1 4 1 4

Defisit tingkat ringan (80-89%) 3 13 3 12

Normal (90-119%) 8 33 11 44

Lebih (>=120%) 10 42 9 36

Tabel 8 Tingkat kecukupan zat gizi mikro

Kategori Kalsium Fosfor Zat Besi Vitamin A Vitamin C

n % n % n % n % n %

(1)kurang (<77%) 23 96 4 17 3 13 0 0 24 100

(2)cukup (>=77%) 1 4 20 83 21 88 24 100 0 0

Tingkat kecukupan energi dan protein, masing-masing 33% dan 44%

tergolong normal, namun sebanyak 42% contoh memiliki tingkat kecukupan

energi yang berlebih, dan 8% tergolong defisit tingkat berat. Tingkat kecukupan

protein yang berlebih terdapat pada 36% contoh, dan 4% tergolong defisit berat.

Tingkat kecukupan zat gizi mikro, seperti fosfor (83%), zat besi (88%), dan

vitamin A (100%) tergolong cukup, sedangkan kalsium (96%) dan vitamin C

(100%) tergolong kurang. Tingkat kecukupan energi, protein, dan zat gizi mikro

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, kondisi fisiologis, dan konsumsi

pangan yang menyebabkan perbedaan daya terima terhadap makanan. Faktor

penuaan yang terjadi juga memengaruhi penurunan sensitivitas rasa terhadap

makanan yang menyebabkan berkurangnya konsumsi makanan, sehingga

beberapa kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi (Kennedy 2006). Selain itu,

ketidakseimbangan konsumsi makanan dengan asupan zat gizi yang diperlukan

oleh tubuh dapat menyebabkan terjadinya defisiensi beberapa zat gizi (Bouillanne

14

Page 29: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

et al. 2005). Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui persentase kontribusi

energi dan protein dari konsumsi makanan terhadap kebutuhan pada setiap waktu

makan yang ditunjukkan pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Kontribusi energi dan protein berdasarkan waktu makan

Waktu Makan Kontribusi (%)

Energi Protein

Makan Pagi (Sarapan) 30.7 19.1

Selingan Pagi 23.1 9.6

Makan Siang 36.9 66.4

Makan Malam 40.1 42.1

Data tersebut menunjukkan bahwa kontribusi terbesar yang memenuhi

kebutuhan energi dan protein adalah konsumsi di waktu makan malam, sebesar

40.1% dan 42.1%. Kontribusi energi dan protein terendah terdapat pada konsumsi

di waktu selingan pagi sebesar 23.1% dan 9.6%. Kontribusi energi di setiap waktu

makan cenderung berlebih dari yang seharusnya dipenuhi, yaitu makan pagi

(20%), 2 kali makanan selingan (20%), makan siang (30%), dan makan malam

(30%). Hal ini diduga berkaitan dengan sistem penyelenggaraan makanan di panti

yang memberi kebebasan kepada contoh untuk mengonsumsi pangan sumber

energi sesuai keinginan, serta pemilihan makanan selingan yang belum beragam.

Ketidakseimbangan antara masukan makanan (energi) dan pengeluaran berpotensi

terjadinya kegemukan pada kelompok lansia, sehingga diperlukan pengaturan pola

makan yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu/kelompok (Kurniasih et

al. 2010).

Status Gizi

Penentuan status gizi contoh dilakukan melalui penimbangan berat badan

dan pengukuran tinggi badan secara langsung. Berdasarkan data tersebut dapat

diperoleh indeks massa tubuh (IMT) yang digunakan untuk mengetahui status gizi

contoh. Rata-rata IMT sebesar 22.5 kg/m2 dan termasuk dalam rentang kategori

status gizi normal. Berdasarkan data IMT tersebut, diperoleh jumlah dan

persentase status gizi contoh yang ditunjukkan pada tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Data status gizi

Kategori Status Gizi n %

Kurang : IMT < 18.5 6 25

Normal : 18.5 ≤ IMT ≤ 24.9 10 42

Lebih : IMT ≥ 25 8 33

Rata-rata IMT (kg/m2) 22.5±5.2

Data tersebut menunjukkan 42% contoh memiliki status gizi normal, 25%

berstatus gizi kurang, dan 33% berstatus gizi lebih. Faktor yang mempengaruhi

status gizi contoh adalah usia dan perubahan fungsi fisiologis, seperti

berkurangnya indera penciuman dan perasa, penurunan fungsi gastrointestinal,

berkurangnya sekresi saliva, kehilangan gigi, menurunnya sekresi HCl, pepsin,

enzim proteolitik, garam empedu, dan motilitas usus. Kondisi tersebut

15

Page 30: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

menyebabkan menurunnya nafsu makan, kesulitan mengunyah dan menelan, serta

gangguan pencernaan dan penyerapan zat gizi dalam tubuh, sehingga berdampak

terhadap aspek gizi, khususnya lansia (Fatmah 2010). Faktor lain yang

berpengaruh adalah menurunnya aktivitas fisik yang tidak diimbangi dengan

perubahan pola makan, sehingga menyebabkan kegemukan pada sebagian besar

contoh. Kesalahan dalam pengaturan pola makan juga menyebabkan asupan zat

gizi tidak terpenuhi secara optimal, sehingga berdampak terhadap terjadinya gizi

kurang (Kurniasih et al. 2010).

Status Kesehatan

Status kesehatan contoh ditentukan berdasarkan lama sakit dalam satu

bulan terakhir yang diperoleh dengan mengalikan lama sakit dalam hari dan

frekuensi sakit. Selain itu diperoleh data terkait penyakit yang biasa diderita oleh

contoh melalui wawancara langsung. Tabel 11 di bawah ini menunjukkan status

kesehatan contoh yang dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu baik dan tidak

baik.

Tabel 11 Data status kesehatan

Kategori n %

Baik (lama sakit <3 hari) 13 54

Tidak baik (lama sakit ≥3 hari) 11 46

Rata-rata lama sakit 3±2.6

Data tersebut menunjukkan bahwa 54% contoh memiliki status kesehatan

baik, sedangkan 46% contoh memiliki status kesehatan yang tidak baik dengan

rata-rata lama sakit 3 hari dalam satu bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa

status kesehatan contoh sebagian besar berada dalam keadaan baik. Berdasarkan

data, jenis penyakit yang biasa diderita contoh diantaranya flu, batuk, sakit kepala,

nyeri sendi, sakit mata, dan sesak napas. Menurut Kurniasih (2010), proses

penuaan dapat menyebabkan penurunan kualitas, fungsi organ dan jaringan tubuh

yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan, seperti gangguan

penginderaan, pernapasan, atau pencernaan. Proses ini juga dapat memengaruhi

kemampuan seseorang, seperti pada lansia dalam menjaga keseimbangan air

dalam tubuh, sehingga dapat berakibat terjadinya dehidrasi, yaitu tubuh

kehilangan air atau elektrolit. Kondisi ini harus diperhatikan bagi contoh agar

mengonsumsi air yang cukup untuk mempertahankan hidrasi dan mengimbangi

perubahan karena faktor usia dalam pemenuhan tercapainya keseimbangan cairan

bagi tubuh (Bossingham et al. 2005).

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Status Gizi dengan Asupan Zat Gizi Pangan

Asupan zat gizi pangan yang dianalisis terdiri atas energi, protein, lemak,

karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A dan C. Rata-rata asupan zat

gizi pangan yang dianalisis dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu kurang dan

cukup. Status gizi contoh dalam analisis ini dikelompokkan menjadi 2 kategori,

16

Page 31: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

yaitu normal dan tidak normal (underweight/overweight). Analisis hubungan

asupan zat gizi dengan status gizi dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson

dan Spearman. Tabel 12 berikut ini menunjukkan hubungan status gizi dengan

asupan zat gizi pangan serta hasil uji korelasi kedua variabel tersebut.

Tabel 12 Data analisis hubungan asupan zat gizi pangan dengan status gizi

Asupan Zat Gizi Pangan / Status Gizi Normal Tidak Normal

n % n %

Kurang 0 0 1 7.1

Cukup 10 100 13 92.9

p 0.588

Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa contoh berstatus gizi normal

memiliki asupan zat gizi pangan yang cukup, sedangkan 7.1% contoh yang

berstatus gizi tidak normal memiliki asupan zat gizi pangan yang kurang. Asupan

zat gizi diperoleh dari konsumsi pangan contoh yang dapat berpengaruh terhadap

status gizi contoh. Namun, hasil uji korelasi antara asupan zat gizi pangan dengan

status gizi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

asupan zat gizi dengan status gizi (p>0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fauziah (2012) terhadap kelompok lansia yang tinggal di

panti perlindungan sosial yang terdapat di Bogor, Jawa Barat. Salah satu faktor

yang diduga memengaruhi hasil tersebut berkaitan dengan penelitian ini adalah

metode penimbangan (food weighing) untuk pengumpulan data konsumsi sehari

belum dapat menggambarkan status zat gizi contoh pada saat itu. Menurut Riyadi

(2006), status gizi merupakan keadaan kesehatan seseorang atau kelompok orang

yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan

(utilization) zat gizi makanan masa lalu. Selain itu, faktor fisiologi dan terjadinya

proses penuaan menyebabkan asupan zat gizi dari konsumsi pangan juga

berkurang, sehingga dapat berpengaruh terhadap status gizi. Defisiensi terhadap

vitamin dan mineral yang dapat terjadi pada kelompok lansia dapat memengaruhi

proses metabolisme zat gizi dalam tubuh yang juga dapat berdampak terhadap

status gizi (Fatmah 2010). Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan zat gizi dari

konsumsi pangan harus seimbang untuk mempertahankan kondisi tubuh tetap

optimum dan kualitas kesehatan tetap terjaga.

Hubungan Status Gizi dengan Status Kesehatan

Analisis hubungan status gizi dengan status kesehatan contoh dilakukan

menggunakan uji korelasi Pearson. Tabel 13 di bawah ini menunjukkan hasil

analisis status gizi dengan status kesehatan sebagai berikut.

Tabel 13 Data analisis hubungan status gizi dengan status kesehatan

Status Kesehatan / Status Gizi Normal Tidak Normal

n % n %

Baik 4 40 7 50

Tidak Baik 6 60 7 50

p 0.888

Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah contoh berstatus gizi

normal yang memiliki status kesehatan baik lebih sedikit (40%) dari pada contoh

berstatus gizi tidak normal (60%). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi tidak

17

Page 32: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

sepenuhnya mempengaruhi status kesehatan seseorang, namun terdapat faktor lain

seperti kondisi fisiologis yang dapat berpengaruh terhadap status kesehatan

contoh. Hasil uji korelasi kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status kesehatan

(p>0.05). Status kesehatan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan jenis

penyakit yang sering diderita contoh, lama sakit, dan frekuensi sakit. Faktor-faktor

yang digunakan untuk menentukan status kesehatan diduga belum dapat

menggambarkan secara langsung status kesehatan contoh. Menurut Islamiyah et

al. (2013), status kesehatan lebih dipengaruhi oleh jenis dan jumlah konsumsi

makanan serta kecukupan zat gizi dalam tubuh yang berkaitan dengan terjadinya

proses penuaan.

Hubungan Konsumsi Air Putih dengan Status Gizi

Analisis hubungan konsumsi air putih dengan status gizi contoh dilakukan

menggunakan uji korelasi Spearman. Tabel 14 berikut ini menunjukkan hasil

analisis kedua variabel tersebut.

Tabel 14 Data analisis konsumsi air putih dengan status gizi

Konsumsi Air Putih / Status Gizi Normal Tidak Normal

n % n %

Kurang 6 60 11 78.6

Cukup 4 40 3 21.4

p 0.815

Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa contoh yang mengonsumsi air

putih cukup sesuai dengan kebutuhan, sebanyak 40% terdapat pada contoh yang

berstatus gizi normal. Contoh yang mengonsumsi air putih kurang dari kebutuhan,

sebanyak 78.6% terdapat pada contoh yang berstatus gizi tidak normal. Uji

korelasi antara konsumsi air putih dengan status gizi memperoleh hasil bahwa

terdapat hubungan yang tidak signifikan (p>0.05) antara kedua variabel tersebut.

Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pan et al.

(2012) terhadap kelompok wanita usia pertengahan dan lansia di Amerika yang

menunjukkan bahwa konsumsi air putih memiliki hubungan yang signifikan

dengan status gizi. Kecukupan konsumsi air putih dapat mengurangi asupan

energi dalam tubuh dan membantu menurukan berat badan, khususnya pada

kondisi yang mengalami kelebihan berat badan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Contoh yang digunakan pada penelitian ini merupakan penghuni Panti Werda di Kabupaten Pacitan berjumlah 24 orang. Karakteristik contoh

berdasarkan usia menunjukkan 50% termasuk kelompok lansia berumur 60-74

tahun. Tingkat pendidikan contoh 83% tidak sekolah dan 50% tidak bekerja.

18

Page 33: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Tingkat pendapatan contoh sebagian besar (92%) berkisar antara Rp 0 sampai Rp

100000. Sebanyak 46% contoh memiliki status perkawinan janda/duda. Riwayat

kesehatan yang dimiliki oleh contoh meliputi beberapa penyakit, seperti stroke

dan tekanan darah tinggi. Beberapa contoh memiliki keterbatasan kemampuan

fisik, diantaranya lemah mental, tuna rungu, tuna netra, dan tuna wicara.

Kebutuhan rata-rata cairan contoh yang berasal dari minuman sebesar

1496 ml, sedangkan kebutuhan rata-rata air putih sebesar 1200 ml. Konsumsi rata-

rata cairan sebesar 963 ml, sedangkan air putih sebesar 699 ml. Konsumsi air

putih contoh tergolong kurang dari kebutuhan yang harus dipenuhi. Tingkat

kecukupan cairan dan air putih sebagian besar contoh dalam kategori kurang. Hal

ini dipengaruhi oleh beberapa alasan seperti tidak merasa haus, ketidakinginan

sering buang air kecil, ketidaksukaan terhadap air putih, serta faktor fisiologi

terkait proses penuaan. Kebutuhan zat gizi contoh terpenuhi dari konsumsi sehari

yang terdiri atas makan pagi, selingan pagi, makan siang, dan makan malam.

Tingkat kecukupan energi dan protein berdasarkan kebutuhan dan konsumsi

contoh tergolong normal. Tingkat kecukupan zat gizi mikro, yaitu fosfor, zat besi,

dan vitamin A tergolong cukup, sedangkan kalsium dan vitamin C tergolong

kurang. Faktor yang memengaruhi antara lain usia, kondisi fisiologis, konsumsi

pangan, dan faktor penuaan.

Status gizi contoh ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan rata-rata IMT sebesar 22.5 kg/m2 yang berada pada kategori normal. Data

IMT contoh 42% dalam kategori status gizi normal, 25% gizi kurang, dan 33%

gizi lebih. Faktor yang memengaruhi diantaranya perubahan fungsi fisiologis,

penurunan aktivitas fisik, serta kesalahan dalam pengaturan pola makan. Status

kesehatan contoh 54% tergolong baik dan 46% berada pada status kesehatan yang

tidak baik. Status kesehatan didasarkan pada jenis penyakit, lama sakit, dan

frekuensi sakit selama satu bulan terakhir. Faktor yang memengaruhi diantaranya

proses penuaan serta penurunan fungsi organ dan jaringan tubuh. Hasil uji analisis

menggunakan korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan (p>0.05) antara status gizi dengan asupan zat gizi

pangan, konsumsi air putih, dan status kesehatan.

Saran

Beberapa permasalahan pada kelompok usia pertengahan sampai lansia

terkait gizi dan kesehatan memerlukan suatu tindakan preventif, khususnya yang

tinggal di panti werda. Tindakan ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

kualitas hidup penghuni panti, baik secara jasmani maupun rohani. Pihak panti

seharusnya lebih peduli dan siap, serta meningkatkan koordinasi dengan

dinas/instansi/pemerintahan terkait dalam hal penyelenggaraan pelayanan dan

perlindungan sosial bagi penghuni panti. Beberapa bentuk program penunjang

untuk mendukung peningkatan pelayanan di panti, diantaranya pemantauan gizi

dan kesehatan secara berkala, seperti penimbangan berat badan, pengukuran tinggi

badan, penyuluhan gizi, dan konsultasi kesehatan. Selain itu, perlu adanya

perbaikan program penyelenggaraan makanan yang didasarkan kebutuhan gizi

individu dan prinsip gizi seimbang. Hal lain yang sebaiknya diperhatikan yaitu

perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin antara pihak panti dengan instansi

19

Page 34: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

terkait dalam penyelenggaraan pelayanan dan perlindungan sosial penghuni panti.

Kualitas yang baik dalam pelayanan dan perlindungan sosial di panti werda

menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

hidup, khususnya penghuni panti werda di Kabupaten Pacitan. Hasil dari

penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, saran penulis

untuk penelitian selanjutnya antara lain penggunaan metode MNA (Mini

Nutritional Assessment) untuk menganalisis status gizi pada lansia, penggunaan

jumlah contoh yang lebih besar sehingga dapat diperoleh hasil analisis yang lebih

baik, serta perlu adanya uji hidrasi terhadap contoh untuk mengetahui status

hidrasi dari konsumsi air putih maupun asupan cairan contoh.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong LE et al. 1994. Urinary indices of hydration status. Int J Sport Nutr.

4(3): 265-79.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID) : Depkes RI.

Bossingham MJ, Nadine SC, and Wayne WC. 2005. Water balance, hydration

status, and fat free mass hydration in younger and older adults. Am J Clin

Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Okt 31]; 81: 1342-1350. Tersedia pada:

www.ajcn.nutrition.org.

Bouillanne O, Gilles M, Claire D, Isabelle C, Jean-Pierre V, Ioannis N, Simone B,

Luc Cynober, and Christian A. 2005. Geriatric nutritional risk index: a

new index for evaluating at risk elderly medical patients. Am J Clin Nutr

[Internet]. [diunduh 2013 Okt 31]; 82: 777-783. Tersedia pada:

www.ajcn.nutrition.org.

Chernoff R. 2006. Geriatric Nutrition The Health Professional's Handbook third

edition. Amerika (US) : Jones and Bartlett Publishers, Inc.

Dijaissyah N. 2001. Riwayat pemberian makan, status gizi, dan status kesehatan

siswa PAUD [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Pengaturan Makan. Jakarta

(ID): Departemen Kesehatan.

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran

Kebugaran Jasmani. Jakarta (ID): Depkes RI.

European Food Safety Authority (EFSA). 2010. Scientific opinion on dietary

reference values for water. EFSA Journal. 8(3): 14-59.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut: Kebutuhan Zat Gizi. Jakarta (ID): Erlangga.

Fauziah S. 2012. Konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera Bogor. [Skripsi].

Bogor (ID) : Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor.

20

Page 35: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Gibson RS. 2005. Principle of Nutrition Assesment. New York (ID): Oxford

University Press.

Gillette S, Sandrine A, Fatemeh N, Viviane, Helene G, and Bruno V. 2005.

Cognitive impairment and composition of drinking water in women:

finding of the EPIDOS study. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013

Okt 31]; 81: 897-902. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Hardinsyah, Siregar P, Santoso BI, Pardede SO. 2011. Air Bagi Kesehatan.

[tempat tidak diketahui]: Centra Communications.

Hardinsyah, Atmojo SM, editor. 2001. Pengendalian Mutu dan Keamanan

Pangan. Perpustakaan Nasional, catalog dalam terbitan.

Islamiyah, Nurhaedar J, Veny H. 2013. Gaya hidup, status gizi, dan kualitas hidup

manusia lanjut usia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris

Makassar. [Makalah]. Makassar (ID) : Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Kennedy ET. 2006. Evidence for nutritional benefits in prolonging wellness. Am J

Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Okt 20]; 83: 410S-414S. Tersedia

pada: www.ajcn.nutrition.org.

Kurniasih D, Hilman H, Marfuah PA, Saeful I. 2010. Sehat&Bugar Berkat Gizi

Seimbang. Jakarta : PT Penerbitan Sarana Bobo.

Muchtadi D. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung (ID): Alfabeta.

Paan A, Vasanti SM, Matthias BS, Joann EM, Water CW, and Frank BH. 2012.

Plan water intake and risk of type 2 diabetes in young and middle aged

women. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Oktober 20]; 95: 1454-

1460. Tersedia pada : www.ajcn.nutrition.org.

Popkin BM, Lawrence EA, George MB, Benjamin C, Balz F, and Walter CW.

2006. A new proposed guidance system for beverage consumption in the

United State. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Okt 31]; 83: 529-

542. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Rivlin RS. 2007. Keeping the young elderly healthy: is it too late to improve our

health through nutrition?. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2014 Mei 12];

86: 15728-68. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Riyadi H. 2006. Gizi dan Kesehatan Keluarga edisi ke-2. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Rolfes SR, Kathryn P, and Ellie W. 2009. Understanding Normal and Clinical

Nutrition. Amerika (ID) : Yolanda Cossio.

Rusilanti. 2006. Aspek psikososial, aktivitas fisik, konsumsi makanan, status gizi

dan pengaruh susu plus probiotik enterococcus faecium is-27526 (medp)

terhadap respons imun lansia [desertasi]. Bogor (ID): Sekolah

Pascasarjana IPB.

Sawka MN, Cheuvront SN, dan Carter R. 2005. Human Water Needs. [tempat

tidak diketahui]: International Life Science Institute.

21

Page 36: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Sharkey JR, Laurence GB, Namvar Z, Carol G, Jan Busby W, and Pamela SH.

2002. Inadequate nutrient intakes among homebound elderly and their

carrelation with individual characteristic and health-related factors. Am J

Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Okt 31]; 76: 1435-1445. Tersedia

pada: www.ajcn.nutrition.org.

Siregar et al. 2009. Optimal water intake for the elderly: prevention of

hyponatremia. Mer J Indonesia. 18(1): 18-25.

Turrini et al. 2001. Food consumption pattern in Italy: the INN-CA Study 1994-

1996. Eu J Clin. 55(1): 571-588.

Wilson MM, Raj P, and John EM. 2002. Effect of liquid dietary supplements on

energy intake in the elderly. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013

September 14]; 75: 944-7. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Yudianti Desi. 2011. Analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada lansia

di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

22

Page 37: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Berat Badan, Tinggi Badan, dan Status Gizi

Tabel 15 Data berat badan, tinggi badan, dan status gizi contoh

Kodresp

BB

(kg)

TB

(cm)

TB

(m2)

IMT

(kg/m2)

Status Gizi

1 62 157 2.4649 25.2 Lebih

2 64 157 2.4649 25.9 Lebih

3 63 139.5 1.9460 32.4 Lebih

4 42 138.9 1.9281 21.8 Normal

5 50 133 1.7689 28.3 Lebih

6 56 153.5 2.3562 23.8 Normal

7 62 151 2.2801 27.2 Lebih

8 38 124.7 1.5561 24.4 Normal

9 36 149.5 2.2350 16.1 Kurang

10 25 134.5 1.8090 13.8 Kurang

11 46 136.9 1.8741 24.6 Normal

12 42 138 1.9044 22.0 Normal

13 40 144.7 2.0929 19.1 Normal

14 41 156 2.4336 16.9 Kurang

15 53 157 2.4649 21.5 Normal

16 46 136.5 1.8633 24.7 Normal

17 77 160.5 2.5760 29.9 Lebih

18 65 174 3.0276 21.5 Normal

19 21 138 1.9044 11.0 Kurang

20 61 154.5 2.3870 25.6 Lebih

21 68 160.4 2.5716 26.4 Lebih

22 54 152 2.3104 23.4 Normal

23 42 158 2.4964 16.8 Kurang

24 43 159 2.5281 17.0 Kurang

Rata-rata 22.5

23

Page 38: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Lampiran 2 Data Konsumsi Cairan Contoh

Tabel 16 Data konsumsi cairan contoh

Kodresp

Air putih

(ml)

Non air putih

(ml)

Total konsumsi

(ml)

Kebutuhan

(ml)

1 600 187 787 1860

2 600 187 787 1920

3 600 187 787 1890

4 800 187 987 1260

5 600 187 787 1500

6 600 187 787 1680

7 1000 187 1187 1860

8 600 187 787 1140

9 600 187 787 1080

10 600 337 937 750

11 600 187 787 1380

12 800 187 987 1260

13 600 374 974 1200

14 400 661 1061 1230

15 600 187 787 1590

16 600 187 787 1380

17 600 187 787 2310

18 1800 187 1987 1950

19 600 187 787 630

20 800 374 1174 1830

21 600 474 1074 2040

22 775 561 1336 1620

23 800 187 987 1260

24 600 374 974 1290

Rata-rata 698.96 263.92 962.88 1496.25

24

Page 39: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Lampiran 3 Jadwal Menu Makanan Lansia

Tabel 17 Jadwal menu makanan lansia di panti

Hari Waktu Makan

Pagi Siang/Malam Selingan

Senin Bothok

Telur

Sayur asem

Sayur lodeh

Ikan laut

Kacang hijau

Buah

Snack

Selasa Pecel

Rempeyek

Sup

Ayam goreng

Opor ayam

Sirup

Buah

Snack

Rabu Urap

Tahu bacem

Sayur bening

Telur dadar

Terik tahu

Teh manis

Buah

Snack

Kamis Asem-asem

Tahu goring

Semur daging

Kerupuk

Rendang daging

Sirup

Buah

Snack

Jumat Tumis

Telur dadar

Sayur asem

Sayur lodeh

Ikan laut

Susu

Buah

Snack

Sabtu Oseng-oseng

Tempe bacem

Sayur bening

Ayam goreng

Garang asem

Kerupuk

Kacang hijau

Buah

Snack

Minggu Urap

Tahu bacem

Terik tempe tahu

Telur dadar

Bali telur

Kerupuk

Teh manis

Buah

Snack

25

Page 40: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Lampiran 4

Gambar 2 Metode PURI penentu status dehidrasi

26

Page 41: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Lampiran 5 Data Konsumsi Contoh

Tabel 18 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan

Kodresp Menu Berat (g)

Pagi Siang Malam Selingan Pagi Siang Malam Selingan

1 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 320 320 320 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goring Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

2 Lontong pecel Nasi Nasi Teh manis (gula) 125 197 197 13

dendeng daging Gulai daging Pisang ambon

35 52 188

Hati sapi Kerupuk Lemper

10 30 56

Sayur bobor Minyak

50 5

Santan

50

3 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 207 103.5 103.5 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

4 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

27

Page 42: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Kodresp Menu Berat (g)

Pagi Siang Malam Selingan Pagi Siang Malam Selingan

5 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

6 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 197 197 197 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

7 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 197 197 13

Tumis kecipir Rempah Rempah Pisang ambon 50 22 22 188

Tempe goreng Sayur bobor Mie rebus Lemper 35 50 50 56

Minyak Santan Kerupuk

5 25 30

Minyak

5

8 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 197 197 197 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Rempah Lemper 35 10 22 56

Minyak Sayur bobor Kerupuk

5 50 30

Santan Minyak

50 5

9 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Lanjutan Tabel 18 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan

28

Page 43: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Kodresp Menu Berat (g)

Pagi Siang Malam Selingan Pagi Siang Malam Selingan

Santan

50

10 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 103,5 103,5 197 13

Tumis kecipir dendeng daging Mie rebus Pisang ambon 50 35 50 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Energen Santan

150 50

11 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 197 197 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Mie rebus Pisang ambon 50 35 50 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

12 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

13 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Kopi (gula) Santan

13 50

14 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Lanjutan Tabel 18 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan

29

Page 44: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Kodresp Menu Berat (g)

Pagi Siang Malam Selingan Pagi Siang Malam Selingan

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Kopi (gula) Santan

26 50

15 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 197 197 197 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

16 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 160,5 160,5 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Rempah Pisang ambon 50 35 22 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

17 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 197 197 197 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

18 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 197 197 197 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tahu goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

19 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 53,5 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Lanjutan Tabel 18 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan

30

Page 45: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Kodresp Menu Berat (g)

Pagi Siang Malam Selingan Pagi Siang Malam Selingan

Tempe goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

20 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 197 197 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tempe goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

21 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 98,5 98,5 0 39

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tempe goreng Hati sapi Mie rebus Lemper 35 10 50 56

Minyak Sayur bobor Kerupuk

5 50 30

Santan Telur puyuh

50 75

Minyak

5

22 Nasi Nasi Nasi Teh manis + kopi (gula) 160 107 267 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tempe goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Kopi (gula) Santan

26 50

23 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tempe goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

Lanjutan Tabel 18 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan

31

Page 46: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

Kodresp Menu Berat (g)

Pagi Siang Malam Selingan Pagi Siang Malam Selingan

24 Nasi Nasi Nasi Teh manis (gula) 107 107 107 13

Tumis kecipir dendeng daging Gulai daging Pisang ambon 50 35 52 188

Tempe goreng Hati sapi Kerupuk Lemper 35 10 30 56

Minyak Sayur bobor Minyak

5 50 5

Santan

50

32

Lanjutan Tabel 18 Data konsumsi contoh berdasarkan waktu makan

Page 47: KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS … · status gizi, dan status kesehatan lansia di Panti Werda Pacitan 4 ... sebagai salah satu zat gizi makro yang mempunyai fungsi penting

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pacitan pada tanggal 30 Desember 1991 dari ayah

Sukadri dan ibu Agus Iriantin. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pacitan dan pada tahun yang sama

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Ekologi Manusia.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum

Pengantar Biokimia Gizi pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 serta

asisten praktikum Metabolisme Zat Gizi pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis

juga pernah aktif dalam beberapa organisasi, diantaranya sebagai staf Departemen

Isu dan Advokasi BEM TPB IPB, staf Departemen Kajian Advokasi dan

Kesejahteraan Mahasiswa BEM FEMA IPB, representatif advokasi ILMAGI

dalam Health Profesional Education Quality (HPEQ) Student, serta koordinator

Departemen Isu dan Advokasi Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia

(ILMAGI). Bulan Februari-Maret 2014 penulis melaksanakan Praktik Kerja

Lapang Internship Dietitian (ID) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan

Sadikin Bandung, Jawa Barat.

Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis dan lainnya di tingkat

mahasiswa. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain Juara I Lomba

Debat Pesta Politik Tingkat TPB IPB tahun 2010, Program Kreatifitas Mahasiswa

Bidang Penelitian (PKM-P) yang Didanai Dikti dengan judul penelitian “Analisis

Profil Lipid Darah Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

Akibat Frekuensi Konsumsi Gorengan Dikalangan Mahasiswa IPB” dan

“Pengaruh Pemberian Pangan Antioksidan Terhadap Penurunan Kadar

Malondialdehid Darah Penanda Kanker pada Mahasiswi Pengonsumsi Gorengan”

tahun 2013, sebagai Best Staff Departemen Isu dan Advokasi Ikatan Lembaga

Mahasiswa Gizi Indonesia tahun 2013, serta Finalis 10 Besar Health Agent

Awards (HAA) PT Nutrifood tahun 2014.