Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Prasekolah

download Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Prasekolah

of 8

description

hgh

Transcript of Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Prasekolah

Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Prasekolah

bisnis-pendidikan-prasekolah

A. Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Prasekolah

1. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek fisik

Pada akhir tahun ke 2, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan antara usia 2 dan 5 tahun, rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi 7 cm. Setiap tahun bagian utama perut anak menjadi rata dan tubuh menjadi lebih langsing. Puncak energi fisik dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/24 jam, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun. 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Proporsi fisik tidak lagi menyerupai anak todler dalam posisi jongkok dan perut yang gembung. Postur tubuh anak prasekolah lebih langsing tetapi kuat, anggun, tangkas dan tegap. Hanya ada sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai dengan jenis kelamin, kecuali yang ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan potongan rambut. Sebagaian sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagaian anak sudah menjalani toilet training. Seluruh gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun. Perkembangan motorik halus pada usia prasekolah memungkinkan anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik, anak harus menggosok giginya dua kali sehari (poter dan perry,2005 hal 663).

2. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek psikososial

Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiativeguilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat (poter dan perry,2005 hal 665).

Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Indikator positif pada masa ini mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri. Sedangkan indikator negatifnya adalah kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi. Inisiatif, mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama. Pembatasan akan mencegah anak dari perkembangan inisiatif. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua. Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain (poter dan perry,2005 hal 665).

3. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek motorik

Aspek motorik anak usia prasekolah lebih berkembang dari usia sebelumnya. Keterampilan motorik kasar dan halus bertambah baik. Ketrampilan motorik kasar pada anak usia 3 tahun anak adalah dapat mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga menggunakan kaki bergantian, berdiri satu kaki selama beberapa menit dan melompati sesuatu. Pada anak usia 4 tahun anak mampu melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan menuruni tangga dengan kaki bergantian. Pada anak usia 5 tahun anak dapat melompat dengan kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, melompati tali, dan berdiri seimbang satu kaki bergantian dengan mata tertutup (poter dan perry,2005 hal 665).

Sedangkan motorik halus pada anak usia 3 tahun anak dapat membangun menara 9 atau 10 balok, membuat jembatan dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran, dan menggambar tanda silang. Pada anak usia 4 tahun anak dapat merekatkan sepatu, meniru gambar bujur sangkar, menjiplak segilima dan menambahkan 3 bagian ke dalam gambar garis. Pada anak usia 5 tahun anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dengan baik, meniru gambar segilima dan segitiga, menambahkan 7 sampai 9 bagian pada gambar garis dan menulis beberapa huruf dan angka serta nama depan (poter dan perry,2005 hal 665)

4. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek bahasa

Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun. Pembendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Perbedaan yang penting antara percakapan, produksi suara yang dapat dimengerti, dan bahasa, mendasari tindakan tindakan mental. Bahasa mencakup fungsi pengungkapan maupun penilaian. Pada umumnya, masalah percakapan lebih dapat dinilai untuk terapi dari pada masalah bahasa (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69)

Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif maupun emosi. Anak yang diperlakukan dengan kejam dan diacuhkan, dapat dikorelasikan dengan bahasa yang tertunda, terutama kemampuan untuk menyampaikan keadaan emosi. Sebaliknya, penundaan demikian dapat turut menimbulkan masalah perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan perilaku mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batas-batas orang dewasa dan kemudian melalui percakapan pribadi dimana anak mengurangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya; oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat kemarahan yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak-anak tentang kata-cetak, tetapi juga perkembangan bahasa lisan. Membaca dengan keras dengan anak merupakan proses interaktif dimana orang tua memfokuskan perhatian anak pada gambar tertentu, menayakan tanggapan (dengan bertanya Apa itu?), dan kemudian memberikan jawaban (Benar, itu anjing.). tanya jawab yang rutin ini diulang berkali-kali dalam latihan membaca buku. Seiring pertumbuhan pengalaman anak, orang tua menambah pertanyaan lebih kompleks, meminta penggambaran (Apa warna ajing itu?) dan kemudian proyeksi (apa yang akan dilakukan oleh anjing?). Unsur-unsur pembagian perhatian, partisipasi aktif, tanya jawab segera, pengulangan dan penyelesaian kesukaran membuat kerutinan untuk belajar bahasa (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69)

5. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek kognitif

Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi pleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistis mengenai kekuatan hasrat contoh dari pemikiran ajaib anak adalah anak percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahri turun karena lelah. (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69)

Piaget menunjukan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba pengawetan dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak- balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah. Dan anak-anak ditanya mana yang berisi lebih banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang tinggi), bahkan ketika peneliti menunjukan bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah pada pot ataupun piring. Salah pengertian demikian menggambarkan hipotesis perkembangan anak tentang sifat alamiah dunia, juga kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Pengetahuan anak prasekolah tentang dunia tetap berhubungan secara erat pada pengalaman konkret (dirasa dengan perasaan). Bahkan kehidupaan mereka kaya akan fantasi didasarkan pada pandangan tentang realistis. Pada anak usia prasekolah ditandai dengan pemikiran perseptual yang terbatas, dimana anak menilai orang, benda dan kejadian dari penampilan luar mereka atau apa yang tampak terjadi (poter dan perry,2005 hal 664)

B. Penyakit Dan Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah kurang dapat membedakan antara diri sendiri dan orang lain. Mereka memiliki pemahaman bahasa yang terbatas dan hanya dapat melihat satu aspek dari suatu objek atau situasi pada satu waktu (Mary E Muscari, 2002 hal 67-69).

Untuk anak prasekolah, hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan. Tujuan utama yang penting dari keperawatan adalah membuat suatu pengalaman yang positif (poter dan perry,2005 hal 665). Dibawah ini merupakan reaksi anak terhadap penyakit dan hospitalisasi

1. Reaksi terhadap penyakit

Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai penyebab penyakit.

Cara berpikir magis menyebabkan anak usia prasekolah memandang penyakit sebagai suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah mengalami konflik psikoseksual dan takut terhadap mutilasi, menyebabkan anak terutama takut terhadap pengukuran suhu rektal dan kateterisasi urine.

2. Reaksi terhadap hospitalisasi

Mekanisme pertahanan utama anak usia prasekolah adalah menolak. Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan dengan menolak untuk bekerja sama. Anak usia prasekolah merasa kehilangan kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan mereka sendiri. Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa takut terhadap mutilasi dan prosedur menyakitkan. Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas. sebagai contoh, takut terhadap kateterisasi (dicetuskan oleh pengukuran suhu rektal, dan kateter) dan takut bahwa kerusakan kulit (misalnya jalur intravena dan prosedur pengambilan darah) akan menyebabkan dalam tubuhnya menjadi bocor. Anak usia prasekolah menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang.

3. Penatalaksanaan Hospitalisasi

Teknik dalam melakukan intervensi umum

1) Gunakan boneka tangan atau boneka untuk mendemonstrasikan prosedur.

2) Gunakan istilah yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak (mis, menyatakan memperbaiki daripada memotong).

3) Gunakan balutan berperekat setelah memberi injeksi.

4) Anak didampingi orang tua selama prosedur.

5) Hindari melakukan prosedur invasif, bila memungkinkan.

6) Berikan bintang, bet dan bentuk penghargaan lainnya.

7) Bermain dengan pengalaman di rumah sakit (misalnya: improvisasi dengan peralatan dokter dan perawat).

8) Yakinkan kembali pada anak usia prasekolah bahwa ia tidak bertanggungjawab terhadap penyakitnya.

9) Tingkatan perawatan diri anak

Teknik melindungi anak dari rasa bersalah

1) Katakan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang disalahkan atas penykit atau hospitalisasi

2) Jelaskan prosedur dengan bahasa yang dipahaminya

Teknik melindungi anak dari rasa takut

1) Gunakan permainan teraupeutik

2) Jangan membicarakan hal-hal yang tidak di mengerti anak

3) Gunakan pakaian yang tidak menbuat anak takut atau trauma

Teknik meningkatkan penggunaan bahasa

1) Anjurkan anak bertanya

2) Berikan anak membuat beberapa keputusan

3) Ajarkan anak kata-kata baru

4) Berikan intervensi emosional dan psikososial

Teknik mendorong kemandrian anak

1) Perbolehkan perawatan diri

2) Biarkan anak membuat beberapa keputusan

3) Beri pujian atas kemampuan anak

4) Hormati pendapat anak

Teknik meningkatkan keamanan anak

5) Jelaskan peraturan untuk keamanan kepada anak dan orang tua

6) Ikuti peraturan di rumah apabila memungkinkan

7) Biarkan aktivitas ritual anak terus dilakukan, asalkan tidak bertentangan dengan penyakitnya

Teknik meningkatkan identitas seksual

1) Terangkan kembali anak mengenai genitalia

2) Gunakan tangan anak ketika mengkaji genitalia

Hindari prosedur yang menyakitkan.