makalah tumbuh kembang

32
Tumbuh Kembang Remaja Ade Frima Segara Manurung (10.2008.141) [email protected] PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 1

Transcript of makalah tumbuh kembang

Page 1: makalah tumbuh kembang

Tumbuh Kembang Remaja

Ade Frima Segara Manurung (10.2008.141)

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat

2013

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 1

Page 2: makalah tumbuh kembang

Pendahuluan

“Man the un-known” (manusia adalah makhluk yang misteri) demikian di ungkapkan oleh

Alexis Carel ketika menggambarkan ketidaktuntasan pencarian hakikat manusia oleh para

ahli. Banyak ikhtiar akademis yang dilakukan oleh para ahli saat ingin memapar siapa

sesungguhnya dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi juga

psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas tentang manusia dengan

perspektif masing-masing. 1

Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu. Dari

perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0

tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud.

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang

berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence

Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of

Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan

kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. 1

Pembahasan

Tahap perkembangan moral Kohlberg

Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,

mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti

perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti

Piaget,  yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan

konstruktif.  Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses

perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya

berlanjut selama kehidupan,2 walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis

dari penelitiannya.5,6

Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia

tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila

mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan

mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam

tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 2

Page 3: makalah tumbuh kembang

konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan

dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral

dibanding tahap/tingkat sebelumnya.4

Tahapan-tahapan

Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga

tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.  Mengikuti persyaratan

yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang

terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi

yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk

melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan

lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.

Tingkat 1 (Pra-Konvensional)

1. Orientasi kepatuhan dan hukuman

2. Orientasi minat pribadi

( Apa untungnya buat saya?)

Tingkat 2 (Konvensional)

3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas

( Sikap anak baik)

4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial

( Moralitas hukum dan aturan)

Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)

5. Orientasi kontrak sosial

6. Prinsip etika universal

( Principled conscience)

Pra-Konvensional

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 3

Page 4: makalah tumbuh kembang

Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun

orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada

dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan

konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam

perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.

Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari

tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah

secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan

dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang

orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai

sejenis otoriterisme.

Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan

dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian

pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap

kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga

punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau

faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-

konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan

untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia

dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.

Konvensional

Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di

tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan

pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan

keempat dalam perkembangan moral.

Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau

menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut

merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba

menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada

gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan

dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai

menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 4

Page 5: makalah tumbuh kembang

mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini.

Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap

ini; 'mereka bermaksud baik…'.4

Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi

sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam

tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap

tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering

menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila

seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada

kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum,

maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini

karena memisahkan yang buruk dari yang baik.

Pasca-Konvensional

Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima

dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang

terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat

sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat

tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.

Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan

nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa

memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan

jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau

absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu,

hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak

mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan

terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan

mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak

berlandaskan pada penalaran tahap lima.

Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip

etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap

keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 5

Page 6: makalah tumbuh kembang

tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moraldeontis. Keputusan

dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara

kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan

membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga

memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John

Rawls). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak

pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan

bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya.

Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan

seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada,

yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

ERIK H. ERIKSON

Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah

satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud,

Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap

perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh

Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran

manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap

lebih realistis.

Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena

didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif

dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek

yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang

terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir

adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian

klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam

perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya Erikson

memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan

merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi

yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 6

Page 7: makalah tumbuh kembang

banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap

perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia.

Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan

kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat

bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan

oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau

neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal

ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis

yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar.

Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain

pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan

kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu

diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya

sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan

psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus

hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh

pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang

secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori

psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi

delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan

sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada

setiap tahapnya. 

Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai

perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara

universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah

disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa/matang.

Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan

berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui

sebuah rangkaian kata yaitu :

(1) Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami keserasian

dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 7

Page 8: makalah tumbuh kembang

dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius

soial yang lebih luas.

(2) Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat

setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha

menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-

tahap yang ada. 

Tahap Perkembangan Hidup Manusia

Apakah perkembangan psikososial itu?

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan

psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik

dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang

dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson

adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita

kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah

berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan

orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat

membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut

sebagai teori perkembangan psikososial.

Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8

(delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa

tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia

tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan

dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik,

orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan

tampil dengan perasaan tidak selaras.

Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang

merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini

berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 8

Page 9: makalah tumbuh kembang

kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan

potensi kegagalan.

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan

Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran

sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.

Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada

ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.

Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman

dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau

menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh.

Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan

kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)

Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun

Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa

awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.

Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang

penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud.

Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan

membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.

Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas

pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.

Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri,

sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri

sendiri.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 9

Page 10: makalah tumbuh kembang

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.

Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan

dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih

tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku

aktif dan bertujuan.

Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin

orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.

Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan

ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat

muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.

Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh

rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)

Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.

Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap

keberhasilan dan kemampuan mereka.

Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan

kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.

Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru,

atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.

Prakarsa yang dicapai sebelumnya  memotivasi mereka untuk terlibat

dengan pengalaman-pengalaman baru.

Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan

energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 10

Page 11: makalah tumbuh kembang

Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar

adalah berkembangnya rasa rendah diri,perasaan tidak berkompeten dan tidak

produktif.

Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan

ketekunan anak-anak

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)

Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun

Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.

Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan

kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).

Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –

pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi

banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.

Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif

untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.

Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai

menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka

kebingungan identitas merajalela.

Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal,

kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.

Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul

rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)

Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)

Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang

dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 11

Page 12: makalah tumbuh kembang

Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan

aman.

Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan

hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki

sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin

suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.

Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam

interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)

Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).

Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir

dan keluarga.

Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi

terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.

Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di

dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)

Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)

Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.

Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan

mengalami banyak penyesalan.

Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa

Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan

dan kegagalan yang pernah dialami.

Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang4

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 12

Page 13: makalah tumbuh kembang

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor

yang dapat dirubah /dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat

dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak hingga remaja adalah sebagai berikut :

1. Faktor Genetik

a. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh

kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah

dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas

dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur

pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain

adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa

atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan

lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan

pertumbuhan di Negara maju yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain

diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk

tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan

kematian anak-anak sebelum mencapai balita

2. Faktor Lingkungan

a. Faktor prenatal

Gizi ibu pada waktu hamil

Toksin/ zat kimia

Endokrin

Radiasi

Infeksi

Imunitas

b. Faktor postnatal

Lingkungan biologis

- Ras/suku bangsa

- Jenis kelamin

- Umur

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 13

Page 14: makalah tumbuh kembang

- Gizi

- Perawatan kesehatan

- Kepekaan terhadap penyakit

- Penyakit kronis

- Fungsi metabolisme

- Hormon : hormon somatropin (growth hormon), hormon tiroid,hormon

glukotiroid, hormon-hormon seks.

Faktor fisik

- Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah

- Sanitasi

- Keadaan rumah

- Radiasi

Faktor psikososial

- Stimulasi

- Motivasi belajar

- Ganjaran atau hukum yang wajar

- Kelompok sebaya

- Stress

- Sekolah

- Cinta dan kasih sayang

- Kualitas interaksi anak-orang tua

Faktor keluarga dan adat istiadat

- Pekerjaan/pendapatan keluarga

- Pendidikan ayah/ibu

- Jumlah saudara

- Jenis kelamin dalam keluarga

- Kepribadian ayah/ibu

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 14

Page 15: makalah tumbuh kembang

- Adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu

- Agama

- Urbanisasi

3. Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud

A. Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud

Teori Kepribadian Sigmund Freud

Sigmund freud disebut juga sebagai Bapak Psikoanalisa yang lahir di Moravia , 6 Mei 1856

dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Freud menganggap bahwa

kesadaran hanya merupakan sebahagian kecil saja dari seluruh kehidupan psikis. Ia

beranggapan untuk memahami kepribadian manusia , psikologi kesadaran tidaklah

mencukupi, orang harus menjelajah secara mendalam ke daerah ketidaksadaran. Pokok-

pokok teori Freud mengenai kepribadian, yaitu

Struktur Kepribadian

Ada 3 struktur kepribadian menurut Freud ,yaitu :

Das Es (Id)

Das Es atau disebut juga dengan Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem

original di dalam kepribadian, dari aspek inilah kedua aspek yang lain akan tumbuh.

Das Es berisikan hal-hal yang dibawah sejak lahir( unsur-unsur biologis), termasuk

instink .Id lebih berorientasi pada kesenangan ( pleasure principle ). Id merupakan

sumber energi psikis , maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink

kehidupan atau dorongan-dorongan biologis ( makan,minum, tidur,dll )dan instink

kematian/instink agresif(tanatos) yang menggerakkan tingkah laku. Dalam mereduksi

ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk

memperoleh kesenangan, id menempuh 2 proses, yaitu : refleks dan proses primer

( the primary process ). Refleks merupakan reaksi mekanis/otomatis yang bersifat

bawaan ,cth : bersin dan berkedip . Sedangkan proses primer merupakan reaksi

psikologis yang lebih rumit . Proses primer berusaha mengurangi tegangan dengan

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 15

Page 16: makalah tumbuh kembang

melakukan fantasi atau khayalan .Misalnya pada saat lapar menghayalkan makan,

pada saat dendam menghayalkan balas dendam, dsb. Namun rasa lapar tidak akan

segera hilang hanya dengan kita menghayalkan makanan. Oleh karena dengan proses

primer tidak dapat mereduksi ketegangan atau memenuhi keinginan atau dorongan

maka cara atau proses baru perlu di kembangkan. Atas dasar inilah komponen

kepribadian kedua terbentuk ,yaitu Ego ( Das Ich ).

Das Ich ( Ego )

Ego merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan

( decision maker ) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana

caranya atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi

kepada prinsip realitas ( reality principle ) . Peran utama ego adalah sebagai moderator

( perantara) atau yang menjembatani antara id ( keinginan yang kuat untuk mencapai

kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar ( eksternal social world ) yang

diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertugas untuk mencegah

terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan

kebutuhan atau dorongan id.

Das Uber Ich ( Super ego )

Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang berkaitan dengan standar

atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk , benar dan salah. Super ego

berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk

memperoleh hadiah( rewards) dan menghindari hukuman ( punishment ) dengan cara

mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang

tuanya. Apabila tingkah lakunya ternyata salah atau tidak sesuai dengan ketentuan

orang tuanya kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa itu membentuk kata hati

(conscience) anak, sedangkan apabila tingkah lakunya baik maka peristiwa itu

membentuk ego-ideal anak.

Perkembangan Kepribadian Sigmund Freud

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 16

Page 17: makalah tumbuh kembang

Perkembangan kepribadian berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual

yaitu tahapan periode perkembangan seksual yang sangat mempengaruhi kepribadian masa

dewasa. Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia sebagian besar

ditentukan oleh perkembangan seksualitasnya. Tahapan perkembangan menurut Freud :

Tahapan Oral (0-1tahun)

Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya.

Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat

adalah ibu, terutama saat menyusui.Tahapan oral berorientasi di mulut, mulut sebagai sumber

kenikmatan erotis maka anak akan menikmati peristiwa menyusui dari sang ibu .

Ketidakpuasan pada masa oral akan menimbulkan gejala regresi ( kemunduran ), gejala

perasaan iri hati. Reaksi dari kedua gejala itu dapat dinyatakan dalam beberapa tingkah laku

seperti : mengisap jempol, mengompol, membandel, dll . Selain itu juga berdampak kepada

perkembangan kepribadian anak seperti : merasa kurang aman, selalu bergantung kepada

orang lain, egosentris , selalu meminta perhatian dari orang lain. Bagi anak yang mengalami

kepuasan yang lebih padahal ini , iya juga memiliki dampak yang negatif, seperti : anak akan

menampilkan pribadi yang kurang mandiri, bersikap rakus, haus perhatian dari orang lain .

Tahapan Anal (1-3tahun) :

Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat

yang paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training.

Pada tahap ini anak akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas

makanan dan peristiwa buang air besar yang di alami anak merupakan proses pelepasan

ketegangan dan pencapaian ketegangan, rasa senang dan nikmat. Pada tahap ini anak juga di

tuntut hidup bersih, tidak ngompol, tidak buang air kecil sembarangan . Pada tahap ini orang

tua mengembangkan latihan kebersihan yang disebut dengan Toilet Training . Ada beberapa

cara orang tua untuk memberikan latihan ini , cara itu juga memiliki dampak tersendiri bagi

perkembangan anak, yaitu : cara pelatihan yang keras akan berdampak : bersikap berlebihan

dalam ketertiban atau kebersihan , bersikap kikir, stereotif atau kurang kreatif , penakut , dsb.

Cara pelatihan yang selalu memuji berdampak : selalu ingin dipuji, kurang mandiri ( manja).

Cara pelatihan dengan sikap pengertian berdampak : anak mampu beradaptasi atau

menyesuaikan diri, egonya berkembang dengan wajar.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 17

Page 18: makalah tumbuh kembang

Tahapan Falik(3-5tahun) :

Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik dengan

perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan

ibunya menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus Complex.

Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex. Pada masa ini terjadi

perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama terkait dengan iklim kehidupan

sosiopsikologi keluarga atau perlakuan orang tua kepada anak. Pada tahap ini anak masih

bersifat “selfish”, sifat lebih mementingkan diri sendiri, belum berorientasi ke luar atau

memperhatikan orang lain.

Tahapan Latensi (5-12tahun) :

Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan

kognitif.. Anak mencari figure ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.

Tahapan ini merupakan masa tentang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks

dihambat atau di repres. Dengan kata lain masa ini adalah periode tertahannya dorongan sex

dan agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuan bersublimasi ( seperti

mengerjakan tugas-tugas sekolah , bermain, olahraga , mulai menaruh perhatian untuk

berteman namun mereka belum naruh perhatian yang khusus kepada lawan jenis.

Fase Genital(12tahun keatas) :

Alat-alat reproduksi sudah mulai matang, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin.

Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada

anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.

Pada masa ini anak sudah masuk usia remaja. Masa ini di tandai dengan matangnya organ

reproduksi anak. Pada periode ini, instink seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai

mengembangkan motif untuk mencintai orang lain, atau mulai berkembang motif altruis.

Masa ini di tandai dengan proses pengalihan perhatian dari mencari kepuasaan atau

kenikmatan sendiri.

PENATALAKSANAAN 6

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 18

Page 19: makalah tumbuh kembang

NON MEDIKA MENTOSA

Sikap Dokter Dalam Menghadapi Pasien Remaja

• Dokter tampil jujur, sederhana, tidak perlu tampil “profesional” berlebihan

• Remaja kurang PD dokter hati-hati

• Sensitif terhadap tingkat perkembangan

Pemberian pelayanan kesehatan

Membangun hubungan saling percaya merupakan dasar dalam pemenuhan kebutuhan

pelayanan kesehatan pasien remaja pasien tidak bohong / memberikan informasi yang

penting untuk diagnosis dan terapi yang tepat

Kerahasiaan

• Beritahu remaja dan orang tuanya tentang kerahasiaan yang akan dijaga

• Waktu adekuat

• Yakinkan bahwa dokter tidak akan mencampuri kehidupan pribadi remaja, tetapi

merupakan hal penting untuk kesehatannya

Aspek penting dalam fase kedewasaan

HEADSSS untuk melacak informasi psikososial yang penting dari pasien remaja.

• H : Home/health

• E : Education/Employment/Eating

• A : Activities?Aspiration/Affiliation

• D : Drugs

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 19

Page 20: makalah tumbuh kembang

• S : Sex

• S : Sleep/Suicide

• S : Shoplifting

Kesimpulan

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi

saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

( growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi

kalsium dan nitrogen tubuh. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-

organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 20

Page 21: makalah tumbuh kembang

Perkembangan moral (moral development) berkaitan dengan aturan dan konvensi

tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.

Perspektif kognitif yang pertama dalam perkembangan moral dikemukakan oleh Jean

Piaget. Pandangan Piaget mengenai perkembangan moral pada anak-anak kecil ditandai

dengan heteronomous morality, tetapi pada usia 10 tahun mereka beralih ke tahap yang lebih

tinggi, yang disebut autonomous morality. Menurut Piaget, anak-anak yang lebih tua

memperhitungkan maksud-maksud individu, mereka percaya bahwa aturan-aturan dapat

berubah, dan mereka sadar bahwa hukuman tidak selalu menyertai suatu perbuatan yang

salah.

Perspektif kognitif yang kedua dalam perkembangan moral dikemukakan oleh

Lawrence Kohlberg. Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan pada

penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Konsep kunci untuk memahami

perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg ialah internalisasi (internalization); yakni

perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku

yang dikendalikan secara internal.

Daftar Pustaka

1. Abdoerrachman MH, Affandi M.B, Alatas H, etc. Ilmu kesehatan anak 3. Jakarta: FK

Universitas Indonesia; 2009. h.1149

2. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, ed 15 vol 1.

Jakarta: EGC, 1999.

3. Sulaiman Sastrawinata, Wanita dalam Berbagai Masa kehidupan, Edisi kedua, Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997.

4. Tanuwijaya, Suganda. Konsep Umum Tumbuh Kembang. Dalam: Tumbuh Kembang

Anak dan Remaja. Penyunting : Narendra M, Sularyo T, Suyitno H, Gde Ranuh.

Sagung Seto. Jakarta, 2002:2-11

5. Kurnia Y, Santoso M, Rumawas JSP, Winaktu GJMT, Sularyo TS, Adam H. Buku

Panduan Keterampilan Medik (Skills Lab). Jakarta: FK UKRIDA, 2010.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 21

Page 22: makalah tumbuh kembang

6. Soetjiningsih. Perkembangan Anak dan Permasalahannya, Dalam : Tumbuh kembang

Anak dan Remaja. Penyunting : Narendra M, Sularyo T, Suyitno H, Gde Ranuh.

Sagung Seto. Jakarta, 2002: 86-93

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 22