KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH TENORM PADA ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
Transcript of KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH TENORM PADA ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
379
ISSN: 2355-7524
KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH TENORM PADA PROSES
PEMBUATAN ZIRKONIUM OKSIKLORID DARI PASIR ZIRKON
Herry Poernomo, Endro Kismolo, Elisabeth Supriyatni
Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jalan Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281
E-mail: [email protected]
ABSTRAK KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH TENORM PADA PEMBUATAN ZIRKONIUM
OKSIKLORID DARI PASIR ZIRKON. Telah dilakukan konsep pengelolaan limbah
technologically enhanced natural occuring radiaoactive materials (TENORM) pada proses pembuatan
zirkonium oksiklorid dari pasir zirkon. Tujuan penelitian adalah melakukan kajian pengelolaan
limbah TENORM yang bisa digunakan sebagai data masukan pada rancangan dasar pabrik
pengolahan pasir zirkon menjadi zirkonium oksiklorid berbasis tes metalurgi. Penelitian dilakukan
dengan mengukur volume air limbah dan radioaktivitas gross dalam air limbah yang ditimbulkan
pada setiap tahapan tes metalurgi pada sintesis zirkonium oksiklorid (ZOC) dari pasir zirkon.
Pengukuran TENORM menggunakan alat cacah merk Technical Atomic. Hasil kajian
menunjukkan bahwa pada tes metalurgi sintesis ZOC dari pasir zirkon 500 gram dengan
radioaktivitas gross sekitar2,55 Bq/g dihasilkan ZOC sebesar 235 gram dengan radioaktivitas
gross sekitar0,27 Bq/g, ditimbulkan 43,5 liter air limbah dengan radioaktivitas gross sekitar
0,012 Bq/g, dan 420 gram gel silikat dengan radioaktivitas gross sekitar 1,15 Bq/g. Menurut
Peraturan Kepala Bapeten Nomor 9 Tahun 2009 dalam pasal 5 ayat (3) dan (4), pasal 7 ayat (1) butir
b.1, penghasil TENORM tidak perlu melakukan tindakan remedial jika konsentrasi aktivitas tiap
radionuklida anggota deret uranium dan thorium < 1 Bq/g. Namun demikian karena dengan volume
air limbah yang besar juga mengandung bahan kimia berbahaya, maka perlu pengolahan air limbah
menggunakan konsep instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk diambil kembali kandungan
NaOH dan air murni dari air limbah.
Kata kunci: pengelolaan, air limbah, TENORM, zirkonium oksiklorid, pasir zirkon
ABSTRACT TENORM WASTE MANAGEMENT CONCEPT ON THE MAKING OF ZIRCONIUM
OXYCHLORIDE FROM ZIRCON SAND. Technologically enhanced natural occuring
radiaoactive materials (TENORM) waste management concept on the making of zirconium
oxychloride has been done. The purpose of the research is to study TENORM waste management
which can be used as input data to the basic design of zircon sand processing plant become zirconium
oxychloride based of metallurgical test work. The study was conducted by measuring the volume of
waste water and gross radioactivity in the wastewater generated at each stage metallurgical test on
zirconium oxychloride synthesis of zircon sand. Measurement of TENORM using alpha counter
equipment brand Technical Atomic. The results of the study showed that the metallurgical test ZOC
synthesis of zircon sand with 500 grams of gross radioactivity approximately 2.55 Bq/g produced
ZOC is 235 grams of gross radioactivity approximately 0.27 Bq/g, 43.5 liters of waste water
generated by approximately gross radioactivity of 0.012 Bq/g, and 420 grams of silicate gel with
gross radioactivity around 1.15 Bq/g. According to the Chief Rule of Nuclear Energy Regulatory
Agency No. 9 of 2009 in Article 5 paragraph (3) and (4), Article 7 paragraph (1) item b.1, producer
TENORM no remedial action is required if the activity of each radionuclide concentrations of
uranium and thorium series members < 1 Bq/g. However, due to the large volume of waste water also
contains harmful chemicals, it is necessary waste water treatment with the concept of the wastewater
treatment installation (WWTI) to take back the content of NaOH and clear water from waste water.
Keywords: management, waste water, TENORM, zirconium oxychloride, zircon sand
Konsep Pengolahan Limbah Tenorm Pada ...
Herry Poernomo, dkk.
380
ISSN: 2355-7524
1. PENDAHULUAN Sifat nuklir zirkonium (Zr) adalah mempunyai tampang lintang serapan neutron
termal yang rendah 1,8 x 10-29 m2 (0,185 barn). Sifat non nuklir Zr antara lain tahan korosi,
kekuatan dan keuletan pada suhu tinggi pada suhu operasi yang memadai dan ketahanan
yang tinggi terhadap distorsi termal, mampu difabrikasi dengan baik. Berdasarkan sifat
nuklir dan non nuklir tersebut menjadikan Zr banyak digunakan sebagai bahan struktur,
kelongsong, dan pelapis ZrC TRISO pada kernel bahan bakar high temperature reactor (HTR).
Mineral zirkonium umumnya mengandung naturally occuring radioactive materials
(NORM), yaitu bahan radioaktif yang terkandung di dalam mineral alam. NORM tersebut
antara lain seperti 238U dan anak luruhnya, 232Th dan anak luruhnya, serta 40K. Jika mineral
zirkon dilakukan proses pengolahan menjadi produk zirkon, maka terjadi distribusi dan
perubahan kadar NORM di beberapa produk zirkon dan limbah yang ditimbulkan.
Distribusi dan perubahan kadar NORM tersebut biasanya disebut dengan technologically
enhanced naturally occuring radioactive materials (TENORM).
Zirkonium baik sebagai pasir zirkon maupun zirconium chemicals mengandung unsur
radioaktif 238U beserta anak luruhnya dan 232Th beserta anak luruhnya. Substansi Peraturan
Kepala (Perka) Bapeten No. 9 Tahun 2009 tentang Intervensi terhadap Paparan yang Berasal
dari TENORM dalam pasal 5 ayat (3) dan (4) adalah intervensi terhadap paparan yang
berasal dari TENORM perlu dilaksanakan oleh penghasil TENORM melalui tindakan
remedial jika melampaui tingkat intervensi sebagaimana dalam pasal 7 sebagai berikut[1]:
(1) Tingkat intervensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) Perka) Bapeten No. 9
Tahun 2009 dapat dinyatakan dalam:
a. jumlah atau kuantitas TENORM paling sedikit 2 (dua) ton; dan
b. tingkat kontaminasi sama dengan atau lebih kecil dari 1 Bq/cm2 (satu becquerel
persentimeter persegi) dan/atau konsentrasi aktivitas sebesar:
1. 1 Bq/gr (satu Becquerel pergram) untuk tiap radionuklida anggota deret
uranium dan thorium; atau
2. 10 Bq/gr (sepuluh Becquerel pergram) untuk kalium.
(2) Radionuklida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 1 paling kurang
meliputi: Pb-210, Ra-226, Ra-228, Th-228, Th-230, Th-234; dan/atau Po-210.
Jumlah sumber daya hipotetik deposit mineral zirkon yang terukur di sekitar daerah
aliran sungai (DAS) Kalimantan Tengah pada tahun 2008 sekitar 6,556 juta ton dengan
kandungan zirkonium silikat (ZrSiO4) sekitar 2,615 juta ton[2]. Dengan jumlah sumberdaya
hipotetik pasir zirkon sebesar 2,615 juta ton dan jika kapasitas ekonomis pengolahan setiap
pabrik sebesar 10.000 ton pasir zirkon/tahun, maka sumber daya hipotetik pasir zirkon 2,615
juta ton dapat memasok 8 buah pabrik pengolahan pasir zirkon selama 30 tahun.
Sumberdaya hipotetik ini adalah sumberdaya yang sifatnya minimal. Masih banyak
wilayah-wilayah di Kalimantan Tengah yang juga diketahui ada endapan zirkonnya tetapi
masih belum masuk dalam perhitungan ini. Bahkan menurut Sudarto (2008), cadangan
deposit zircon ore di provinsi Kalimantan Tengah diprediksi sekitar 5.410.484.720 ton[3]. Sumber daya hipotetik ZrSiO4 terukur tersebut cukup digunakan sebagai bahan baku
pada rencana pendirian pabrik pengolahan pasir zirkon menjadi beberapa produk
zirkonium selama lebih dari 30 tahun sebagaimana umur pabrik kimia pada umumnya.
Hasil analisis dengan menggunakan XRF di Laboratorium Pusat Survei Geologi
Bandung terhadap contoh pasir zirkon dari daerah Tumbangtiti Kalimantan Barat (Kalbar)
mengandung kadar U3O8 = 0,0447% dan ThO2 = 0,1140%. Untuk contoh pasir zirkon dari
daerah Landak Kalbar mengandung kadar U3O8 = 0,0844% dan ThO2 = 0,0940%. Kemudian
untuk contoh pasir zirkon dari daerah Katingan Kalimantan Tengah (Kalteng) yang
dianalisis di Australia mengandung kadar U3O8 = 267,5 ppm dan ThO2 = 138,5 ppm[4].
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
381
ISSN: 2355-7524
Berdasarkan data kadar (U3O8 dan ThO2) dari daerah Katingan Kalteng tersebut, maka
dapat diprediksi bahwa di daerah Kalimantan Tengah kemungkinan kadar (U3O8 dan ThO2)
sekitar 406 ppm atau 0,0406% berat atau sekitar 1.061 ton dari sumber daya hipotetik ZrSiO4
yang terukur sekitar 2,615 juta ton.
Apabila diasumsikan umur peralatan pabrik pengolahan konsentrat pasir zirkon
menjadi beberapa produk zirkonium dapat mencapai 30 tahun dalam melakukan
pengolahan ekonomis 10.000 ton pasir zirkon/tahun yang mengandung TENORM, maka
terdapat (U3O8 dan ThO2) sekitar 4 ton/tahun sebagai bahan sumber yang akan terbuang
percuma ke lingkungan bersama dengan limbah. Karena jumlah bahan nuklir (238U dan 232Th) melebihi 2 (dua) ton sebagaimana tercantum di dalam Peraturan Kepala BAPETEN
Nomor 09 tahun 2009 bab II pasal 7 ayat (1) a., maka pihak otoritas pabrik zirkonium wajib
melakukan tindakan remedial terhadap TENORM yang ditimbulkan.
Mineral zirkon (ZrSiO4) dapat diperoleh sebagai tailing padat dari proses
penambangan emas rakyat tanpa izin yang banyak terdapat di daerah Kalimantan Tengah
dan Barat. Disamping itu mineral zirkon juga berasal dari tailing padat dari proses
penambangan bijih timah di daerah Bangka-Belitung. Mineral zirkon mengandung bahan
radioaktif 232Th dan 238U dengan kadar yang tidak sama antara satu daerah dengan daerah
lain sebagaimana contoh yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. TENORM pada Zirkon dari Beberapa Negara[5]
Mineral Negara 238U (Bq/kg) 232Th (Bq/kg) 40K (Bq/kg)
Afrika Selatan 4400 ± 210 610 ± 35 60 ± 8
Italia 3500 ± 170 550 ± 34 55 ± 7
Ukraina 2100 ± 120 460 ± 40 50 ± 7
Jerman 2700 ± 140 590 ± 37 65 ± 8
Zirkon
Belgia 3100 ± 150 570 ± 35 77 ± 9
Afrika Selatan 11500 ± 450 1800 ± 60 310 ± 20
Ukraina 4300 ± 180 425 ± 37 65 ± 8 Baddeleyit
Jerman 2240 ± 110 470 ± 30 74 ± 9
Setiap dihasilkan produk zirkon dan ditimbulkan limbah dari pengolahan pasir
zirkon, maka harus dapat diukur, dipantau, dan dikendalikan. Terkait dengan hal tersebut
dan untuk menjaga keselamatan lingkungan, maka yang harus diketahui adalah setiap
tahapan proses mulai dari proses peleburan pasir zirkon sampai dengan proses pengeringan
zirkonil klorida (ZrOCl2.8H2O) akan terjadi distribusi TENORM seperti 238U, 232Th, dan 40K.
Dengan demikian diperlukan sistem proteksi radiasi TENORM sebagai bagian dari
keselamatan kerja terhadap para pekerja dan lingkungan di sekitarnya. Nilai batas dosis
(NBD) berdasarkan ICRP (International Commission on Radiological Protection) No. 60 tahun
1990 untuk pekerja radiasi adalah 20 mSv/tahun, dan untuk lingkungan (masyarakat) 1
mSv/tahun.
Bahaya radiasi utama terjadi karena terkena partikel radioaktif alpha dengan
terhisapnya debu pasir zirkon dalam pernafasan. Tindakan pengontrolan debu yang
memadai harus dilakukan untuk memastikan bahwa tingkat pajanan (exposure) terhadap
debu dapat ditekan seminimal mungkin. Sebagai panduan, karyawan yang secara terus-
menerus pernafasannya terkena debu pada kadar di atas 1,5 mg/m3 bisa mengalami pajanan
di atas 1 mSv. Pajanan terus-menerus (2000 jam setiap tahun) dalam jarak 2 meter dari pasir
zirkon menghasilkan dosis di atas 1 mSv[6].
Konsep Pengolahan Limbah Tenorm Pada ...
Herry Poernomo, dkk.
382
ISSN: 2355-7524
2. TEORI Percobaan pengolahan pasir zirkon di Vietnam yang dilakukan oleh TUYEN dkk.
(2007) [31] dapat menurunkan kandungan TENORM cukup signifikan dengan melalui tahap
pengendapan zirkonium basis sulfat (ZBS). Dengan demikian dapat diperoleh zirkonil
klorida atau zirkonium oksiklorid atau ZrOCl2.8H2O (ZOC) dengan kemurnian tinggi[7].
Untuk mengolah pasir zirkon menjadi ZOC yang terpisah dari beberapa pengotor
seperti Si, U, Th, Ti, Fe, Al, Na, Mg, Ca. dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses
seperti Gambar 1 [7].
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan ZrOCl2.8H2O (ZOC) dari Pasir Zirkon
Zirkonil klorida (ZrOCl2) bebas silikat atau ZOC-1 yang terjadi dari proses pelindihan
natrium zirkonat dengan HCl diendapkan dengan H2SO4 atau (NH4)2SO4 menjadi
Zr5O8(SO4)2.15H2O yang biasa disebut zirkonium basis sulfat (ZBS) stabil yang tidak dapat
larut dalam air. Pada proses pelindian air, beberapa pengotor yang larut dalam air lindi
antara lain: Na2SiO3, sisa NaOH, Na2AlO2, Na6Th(CO3)5. Pada proses pencucian ZBS dengan
air, maka pengotor-pengotor seperti Fe+3, Th+4, U+6, Ti+4, sisa HCl akan larut dalam air
menjadi air limbah. Kemudian pada proses pencucian Zr(OH)4 dengan air, maka pengotor-
pengotor seperti sisa NH4OH dan SO42- akan larut dalam air menjadi air limbah[7].
Gambar 1 menunjukkan, bahwa air limbah mengandung bahan berbahaya seperti
(NaOH, HCl, NH4OH, SO42-), Na2SiO3, Na2AlO2, Na6Th(CO3)5, beberapa senyawa lain yang
terbentuk dari reaksi dengan beberapa pengotor (Fe+3, Ti+4, Na+, Mg+2, Ca+2, SO42-), dan
TENORM yang terlarut pada proses pelindian air, pelindian HCl, dan beberapa proses
pencucian. Jika air limbah tersebut tidak ditangani dengan metode yang benar, maka dapat
mencemari lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, maka tujuan penelitian ini adalah
membuat konsep teknologi pengelolaan limbah pada proses pembuatan zirkonil klorida
dari pasir zirkon skala pabrik berbasis data teknis tes metalurgi pembuatan zirkonil klorida
dari pasir zirkon skala laboratorium.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
383
ISSN: 2355-7524
3. METODOLOGI 3.1. Bahan:
Bahan yang digunakan meliputi bahan baku yaitu pasir zirkon (ZrSiO2) dari daerah
Landak-Kalimantan Barat; bahan pendukung yang terdiri dari: NaOH padat, HCl teknis,
(NH4)2SO4, NH4OH 10%, NH4OH pekat, HCl 6N, air bebas mineral (ABM).
3.2. Peralatan:
Peralatan yang digunakan antara lain: furnace, tangki berpengaduk, centrifuge,
evaporator vakum, labu leher tiga, unit filtrasi vakum, hot plate, oven, peralatan gelas,
immersion heater, waterbath, theristor, XRF, XRD, alat cacah merk Technical Atomic, alat
cacah .merk Ortec.
3.3. Metode:
Tes metalurgi sintesis zirkonil klorida (ZrOCl2.8H2O) dari pasir zirkon dengan
metode yang sebagian diadopsi dari metode yang dilakukan oleh TUYEN dkk. (2007)
seperti diagram alir proses pada Gambar 1. Tes metalurgi dilakukan secara proses batch
pada skala laboratorium di Pusat Sains Teknologi Akselerator (PSTA)-Batan Yogyakarta.
Dari sebagian hasil adopsi tersebut kemudian dibuat metode tes metalurgi pembuatan
zirkonil klorida secara proses batch skala laboratorium yang dikerjakan berdasarkan
diagram alir seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Alir Tes Metalurgi Pembuatan ZrOCl2.8H2O (ZOC-2) dari ZrSiO4
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sintesis ZrOCl2.8H2O dari Pasir Zirkon Landak-Kalbar
Mineral zirkon yang digunakan berasal dari tailing pendulangan emas rakyat di
daerah Mandor, Landak, Kalimantan Barat yang telah dibenefisiasi in situ menggunakan
spiral chute. Mineral zirkon dan pasir pasir zirkon hasil benefisiasi dengan shaking table dan
magnetic separator di Puslitbang Tekmira Bandung masing-masing dianalisis komposisi
Konsep Pengolahan Limbah Tenorm Pada ...
Herry Poernomo, dkk.
384
ISSN: 2355-7524
kimianya menggunakan XRF di Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung dengan
komposisi kimia seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Mineral Zirkon dan Pasir Zirkon dari Daerah Mandor,
Landak, Kalimantan Barat
Mineral zirkon hasil benefisiasi
dengan Spiral Chute
Pasir zirkon hasil benefisiasi dengan
Shaking Table dan Magnetic Separator
Senyawa Kadar, % Senyawa Kadar, %
ZrO2 38,46 ZrO2 60,00
HfO2 0,85 HfO2 0,855
TiO2 20,00 TiO2 1,60
SiO2 22,23 SiO2 28,81
Fe2O3 10,11 Fe2O3 1,38
Al2O3 0,912 Al2O3 0,453
Na2O 0,703 Na2O 1,12
MgO 0,186 MgO 0,0751
CaO 0,090 CaO 0,0489
MnO 1,00 MnO 0,0116
Cr2O3 1,04 Cr2O3 0,0215
S 2,23 S 1,34
La2O3 0,292 La2O3 0,0163
Y2O3 0,161 Y2O3 0,230
ThO2 0,11 ThO2 0,0940
U3O8 0,0464 U3O8 0,0844
Beberapa tahapan proses pada Gambar 2 menimbulkan air limbah yang terbentuk
dari sisa bahan pendukung seperti NaOH, HCl, (NH4)2SO4, NH4OH yang telah digunakan
pada tes metalurgi dan hasil reaksi antara bahan pendukung dengan beberapa pengotor
yang terkandung di dalam pasir zirkon seperti: SiO2, TiO2, Fe2O3, Al2O3, Na2O, MgO, CaO,
dan TENORM (U3O8 dan ThO2).
Jika proses peleburan 1 mol konsentrat pasir zirkon diameter partikel 6 m dengan 4
mol atau 6 mol NaOH pada suhu 650 oC dan 850 oC, kemungkinan reaksi yang terjadi [8]:
650 oC
ZrSiO4 + 4NaOH Na2ZrO3 + Na2SiO3 + 2H2O .............................(1)
650 oC
ZrSiO4 + 6NaOH Na2ZrO3 + Na4SiO4 + 2H2O ............................. (2)
850 oC
ZrSiO4 + 4NaOH 2Na2ZrSiO5 2H2O .............................(3)
850 oC
ZrSiO4 + 4NaOH Na2ZrO3 + Na2SiO3 + Na2O + 2H2O ..........................(4)
Air limbah yang berasal dari proses settling-1 dan filtrasi 1 mengandung sisa NaOH
yang tidak bereaksi pada proses peleburan dan mengandung NaOH dari kemungkinan
reaksi yang terjadi antara air dengan Na2ZrO3, Na2SiO3, dan beberapa pengotor yang
terkandung di dalam pasir zirkon sebagai berikut:
Na2SiO3 + 2H2O H2SiO3 + 2 NaOH .....................................(5)
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
385
ISSN: 2355-7524
Na2ZrO3 + 2H2O ZrO(OH)2 + 2 NaOH ..........................................(6)
CaO + H2O Ca(OH)2 ......................................... (7)
MgO + H2O Mg(OH)2 ......................................... (8)
Na2O+ H2O 2NaOH ......................................... (9)
SiO2 + 2H2O H4SiO4 ....................................... (10)
Dengan demikian NaOH yang terbentuk dari reaksi (5), (6), (9) dan sisa NaOH yang
tidak bereaksi akan menyebabkan air limbah sebagai hasil settilng-1 dan filtrasi 1
mengandung NaOH dalam jumlah yang kemungkinan cukup besar. Kebutuhan optimum
NaOH untuk proses peleburan pasir zirkon sekitar 1,2 – 1,3 kali berat pasir zirkon. Untuk
menghemat pemakaian bahan pendukung NaOH, maka aliran air limbah dari proses
settling-1 dan filtrasi-1 perlu ditampung tersendiri dalam suatu kolam yang terpisah dari air
limbah dari unit proses lainnya. Selanjutnya air limbah dalam kolam tersebut dapat
dilakukan proses pengambilan kembali sisa NaOH (reused) untuk dapat digunakan sebagai
bahan pelebur pada proses disosiasi pasir zirkon menjadi natrium zirkonat dan natrium
silikat.
Untuk mengetahui keberhasilan proses sintesis ZOC-2 dengan metode seperti
ditunjukkan pada Gambar 3, maka komposisi kimia dalam ZOC-2 yang diperoleh dari
analisis dengan menggunakan XRF di Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung perlu
dikomparasi dengan ZOC produk ATI seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komparasi Komposisi Kimia ZOC Hasil Sintesis di PSTA dan Produk ATI
Komposisi kimia ZrOCl2.8H2O, % Senyawa
ZOC-2 PSTA ZOC ATI [9]
Zr(Hf)O2 38,39 Min. 35
TiO2 0,0033 Maks. 0,002
Fe2O3 0,0014 Maks. 0,005
Na2O 0,0002 Maks. 0,04
SiO2 0,0021 Maks. 0,01
Al2O3 0,0442 Maks. 0,02
MgO 0,0003
CaO 0,0111 Maks. 0,01
ThO2 0,5530 ppm
U3O8 0,7056 ppm
Jika dilihat hasil komparasi komposisi kimia zirkonil klorida dari Tabel 3, maka
zirkonil klorida hasil sintesis di PSTA-Batan mendekati komposisi kimia ZOC produk ATI.
Kemudian jika dilihat dari kadar Zr(Hf)O2 di dalam ZOC, maka hasil sintesis ZOC-2 di
PSTA-Batan lebih baik daripada ZOC produk ATI.
Selanjutnya jika dikomparasi kadar TENORM (ThO2 dan U3O8) di dalam ZOC-2 pada
Tabel 3 dan kadar TENORM di dalam pasir zirkon pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
dengan melalui proses pengendapan ZBS ternyata penurunan kadar TENORM sangat
signifikan yaitu dari kadar TENORM dalam pasir zirkon sebesar 1784 ppm menjadi 1,2586
ppm dalam ZOC-2.
Penurunan kadar TENORM pada proses pengendapan ZBS dapat dijelaskan sebagai
berikut: Thorium mengendap sebagai Th(SO4)4 pada pH sekitar 2,8 – 5,2 dan Ti(SO4)4 pada
pH 3,55 – 4 dan feri/fero sulfat mengendap pada pH 8. Sedangkan ZBS mengendap pada
pH sekitar 1,9 – 2,0. Dengan demikian beberapa pengotor seperti Th(SO4)4, Th(SO4)4,
Konsep Pengolahan Limbah Tenorm Pada ...
Herry Poernomo, dkk.
386
ISSN: 2355-7524
feri/fero sulfat yang menempel pada endapan ZBS akan larut oleh air pada saat proses
pencucian dan filtrasi-4.
Untuk mengetahui keberhasilan hasil sintesis ZOC-2 dapat dilakukan dengan
mengkomparasi pola difraksi ZOC-2 dan ZOC produk E-Merck menggunakan XRD di Pusat
Sains dan Teknologi Nuklir Terapan – Batan Bandung. Hasil komparasi pola difraksi ZOC
produk E-Merck dan ZOC-2 hasil sintesis di PSTA-Batan ditunjukkan pada Gambar 3.
ZOC E-Merck ZOC-2 Hasil Sintesis
Gambar 3. Komparasi Pola Difraksi ZOC E-Merck dan ZOC-2 Hasil Sintesis
Jika dilihat pola difraksi ZOC-2 dengan ZOC produk E-Merck pada Gambar 3, maka
hasil sintesis ZOC-2 mendekati ZOC produk E-Merck.
4.2. Konsep Teknologi Pengelolaan Limbah
Hasil pengukuran jumlah limbah yang ditimbulkan oleh sintesis ZOC-2 dari tes
metalurgi sintesis pasir zirkon secara proses kimia batch skala laboratorium seperti pada
Gambar 2 terdiri dari air limbah dan limbah padat yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Bahan Baku, Bahan Pendukung, Produk, dan Limbah pada Tes Metalurgi
No. Komponen Masuk , g Keluar
A Bahan Baku
Pasir zirkon 500 g
B Bahan pendukung
NaOH padat 700 g
HCl teknis 2.000 ml
(NH4)2SO4 50,22 g
NH4OH 10% 1.200 ml
NH4OH pekat 268 ml
HCl 6 N 1.300 ml
Air 49.500 ml
C Produk
ZrOCl2.8H2O (ZOC-2) 235 g
D Limbah
Air limbah dari settling-1 & filtrasi-1, settling-2 & filtrasi-2 25.000 ml
Air limbah dari pencucian dan filtrasi-4 ZBS 7.500 ml
Air limbah dari pencucian dan filtrasi-5 ZrO(OH)2 11.000 ml
Total air limbah 43.500 ml
Limbah gel silikat dari settling-3 & filtrasi-3 420 g
Limbah koloid (pasir tak terlebur) dari sentrifugasi 7 g
Total limbah padat/semi padat 427 g
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
387
ISSN: 2355-7524
Tabel 4 menunjukkan, bahwa air limbah dari tes metalurgi pengolahan 500 gram pasir
zirkon menjadi ZOC-2 ditimbulkan air limbah sebanyak 43.500 ml atau 43,5 liter. Sedangkan
kelayakan ekonomis pabrik pengolahan zirkonium yaitu apabila mengolah pasir zirkon
sebanyak minimum 10.000 ton/tahun. Berdasarkan air limbah data Tabel 4 yang
menunjukkan bahwa setiap dilakukan pengolahan pasir zirkon 500 gram ditimbulkan 43,5
liter air limbah. Dengan demikian jika pabrik mengolah 10.000 ton/tahun pasir zirkon
menjadi 2.350 ton ZOC-2 akan ditimbulkan air limbah sebanyak 870 juta liter/tahun.
Air limbah yang ditimbulkan dari proses settling-1 dan filtrasi-1, settling-2 dan filtrasi-
2, pencucian dan filtrasi-4 ZBS, pencucian dan filtrasi-5 ZrO(OH)2 pada tes metalurgi
pengolahan pasir zirkon menjadi ZOC-2 seperti pada Gambar 2 masing-masing dianalisis
radioaktivitasnya menggunakan alat cacah α, β dan γ Ortec di PSTA-Batan. Hasil analisis
air limbah tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. NORM & TENORM pada Tes Metalurgi Pasir Zirkon
Radioaktivitas gross
Komponen β γ total
(Bq/g)
α total
(Bq/g)
A. Bahan Baku
Mineral zirkon 11,59 3,75
Pasir zirkon hasil benefisiasi 8,41 2,55
B. Produk
Natrium zirkonat (Na2ZrO3) 6,03 5,04
ZrOCl2.8H2O (ZOC) 0,072 0,270
C. Limbah Cair
Air limbah dari settling-1 & filtrasi-1, settling-2 & filtrasi-2 0,027 0,014
Air limbah dari pencucian dan filtrasi-4 ZBS 0,088 0,005
Air limbah dari pencucian dan filtrasi-5 ZrO(OH)2 0,016 0,014
D. Limbah Padat
Tailing dari benefisiasi 7,51 3,48
Limbah gel silikat & pasir tak lebur 3,12 1,15
Berdasarkan data jumlah volum air limbah dan volum air limbah yang dihasilkan dari
masing-masing proses settling-1 dan filtrasi-1, settling-2 dan filtrasi-2, pencucian dan filtrasi-
4 ZBS, pencucian dan filtrasi-5 ZrO(OH)2 pada Tabel 4 dan data radioaktivitasnya, jika
masing-masing air limbah tersebut ditampung dalam satu kolam penampung maka
diprediksi radioaktivitas α rerata dapat dihitung sebagai berikut:
Ar = V1/VT x A1 + V2/VT x A2 + V3/VT x A3 ..........................................(11)
dengan, Ar, A1, A2, A3 dengan satuan Bq/ml masing-masing adalah radioaktivitas α rerata
dalam air limbah total, radioaktivitas α dalam air limbah dari (settling-1 & filtrasi-1, settling-2
& filtrasi-2), radioaktivitas α dalam air limbah dari pencucian dan filtrasi-4 ZBS,
radioaktivitas α dalam air limbah dari pencucian dan filtrasi-5 ZrO(OH)2; V1, V2, V3 dengan
satuan ml adalah volum air limbah masing-masing dari (settling-1 & filtrasi-1, settling-2 &
filtrasi-2), dari pencucian dan filtrasi-4 ZBS, dari pencucian dan filtrasi-5 ZrO(OH)2; dan VT
dengan satuan ml adalah volum total air limbah.
Dengan memasukkan data V1, V2, V3, VT dari Tabel 4 dan data A1, A2, A3 dari Tabel 5,
maka dengan menggunakan persamaan (11) diperoleh radioaktivitas α rerata dalam air
limbah total,AT = 0,012 Bq/ml yang mengandung 238U dan 232Th.
Konsep Pengolahan Limbah Tenorm Pada ...
Herry Poernomo, dkk.
388
ISSN: 2355-7524
Dengan kandungan radioaktivitas dalam air limbah total, AT = 0,012 Bq/g dan jika
dilihat dari Pasal 7 Perka Bapeten No. 9 Tahun 2009, maka penghasil TENORM tidak perlu
melakukan remedial karena radioaktivitas dalam air limbah < 1 Bq/g.
Berdasarkan Lampiran III Tabel 2 Baku Tingkat Radioaktivitas di Air pada Peraturan
Kepala Bapeten Nomor 7 Tahun 2013 tentang Nilai Batas Radioaktivitas Lingkungan yang
menyebutkan bahwa untuk nuklida 232Th dan 238U, maka baku tingkat radioaktivitas di
badan air adalah 7,3 x 102 Bq/m3 = 0,00073 Bq/ml untuk nuklida 232Th dan 2,0 x 104 Bq/m3 =
0,02 Bq/ml untuk nuklida 238U [10].
Berdasarkan Pasal 7 Perka Bapeten No. 9 Tahun 2009 dan Lampiran III Tabel 2 Baku
Tingkat Radioaktivitas di Air pada Peraturan Kepala Bapeten Nomor 7 Tahun 2013, maka
dimungkinkan penghasil TENORM dapat mendispersi air limbah dengan tingkat aktivitas
0,012 Bq/g ke badan sungai. Jika akan dibangun pabrik pengolahan pasir zirkon 10.000
ton/tahun menjadi 4.700 ton ZOC-2, maka jumlah air limbah yang ditimbulkan sekitar 870
juta liter/tahun. Air limbah ini selain mengandung TENORM juga mengandung bahan
kimia seperti (NaOH, HCl, NH4OH, SO42-), Na2SiO3, Na2AlO2, Na6Th(CO3)5, beberapa
senyawa lain yang terbentuk dari reaksi dengan beberapa pengotor (Fe+3, Ti+4, Na+, Mg+2,
Ca+2, SO42-) yang terlarut pada proses pelindian air, pelindian HCl, dan beberapa proses
pencucian. Kebutuhan air pelindi, air pencuci ZBS, dan air pencuci ZrO(OH)2 ternyata
cukup banyak, maka bisa direkomendasikan agar dapat dilakukan pengolahan air limbah
menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk mengambil kembali air bersih
dalam air limbah sebagai air proses dan mengambil kembali kandungan NaOH.
Konsep teknologi IPAL untuk dapat mengambil kembali kandungan NaOH dan air
bersih dalam air limbah ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Alir Konsep IPAL pada Pembuatan ZOC-2 dari Pasir Zirkon
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
389
ISSN: 2355-7524
5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan TENORM dalam air
limbah yang ditimbulkan dari proses pembuatan zirkonil klorida dari pasir zirkon sebesar
0,012 Bq/ml yang lebih rendah dari batas minimal 1 Bq/g untuk intervensi terhadap paparan
yang berasal dari TENORM sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Peraturan Kepala
Bapeten Nomor 9 Tahun 2009. Dengan demikian penimbul limbah yang mengandung
TENORM tidak diwajibkan meremediasi lingkungan dan tidak dilakukan intervensi
pemantauan TENORM oleh Bapeten. Namun demikian karena air limbah mengandung
bahan kimia berbahaya non radioaktif yang volumenya cukup besar, maka perlu
pengolahan air limbah menggunakan konsep IPAL. Sedangkan untuk limbah gel silikat dari
proses settling-3 dan filtrasi-3 pada tes metalurgi sintesis zirkonil klorida dari pasir zirkon
yang mengandung TENORM dengan radioaktivitas sebesar 1,15 Bq/g akan diteliti lebih
lanjut untuk dapat diambil kandungan silikanya sebagai produk samping.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. (_______), Peraturan Kepala (Perka) Bapeten Nomor 9 Tahun 2009 tentang Intervensi
terhadap Paparan yang Berasal dari TENORM.
[2]. HERMAN, D.Z., Kemungkinan Sebaran Zirkon pada Endapan Placer di Pulau
Kalimantan, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 2 Juni 2007: 87-96.
[3]. SUDARTO, KALLISTA, D., HERMAWAN, D., 2008, Kajian Teknis Aspek
Pengawasan Bahan Nuklir dalam Pasir Zirkon, Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
[4]. HERMAWAN, D., DEWANTO, P., dan SUDARTO, Kajian Bahan Sumber (U dan Th)
pada Eksplorasi, Penambangan, Pemrosesan Pasir Zirkon di Kalteng, Prosiding
Seminar Keselamatan Nuklir 2011, BAPETEN, Jakarta, hal. 292 – 302.
[5]. FATHIVAND, A.A., AMIDI, J., HAFEZI, S., Natural Radioactivity Concentration in
Raw Materials Used for Manufacturing Refractory Products, Iran. J. Radiat. Res., 2007;
4 (4): 201-204.
[6]. ILUKA, Material Safety Data Sheet Zircon Sand Product, Desember 2008,
http://www.iluka.com/uploads/documents/Datasheets/Iluka%20Zircon%20MSDS%20
December%2008%20Aust.pdf.
[7]. TUYEN, N.V., QUANG, V.T., HUONG, T.G., and ANH, V.H., Preparation of High
Quality Ziconium Oxychloride from Zircon of Vietnam, The Annual Report for 2007,
VAEC, VAEC-AR 07 – 3, pp. 286 – 291.
[8]. KWELA, Z.N., (2006), Alkali-Fusion Processes for the Recovery of Zirconia and
Zirconium Chemical from Zircon Sand, Zirconia Extraction Processes, Chapter 5,
University of Pretoria.
[9]. http://www.atimetals.com/products/Pages/zirconium-oxychloride.aspx
[10]. (_______), Peraturan Kepala (Perka) Bapeten Nomor 7 Tahun 2013 tentang Nilai Batas
Radioaktivitas Lingkungan.
DISKUSI/TANYA JAWAB:
PERTANYAAN: Sajima (PSTA-BATAN)
Apakah konsep dapat diterapkan untuk pengolahan derivat lainnya, misal air hasil
cucian pembuatan opacifier dan ZBS?.
Bagaimana cara menangani jika radioaktivitas air limbah di bawah ketentuan yang
ditetapkan oleh Bapeten?
Konsep Pengolahan Limbah Tenorm Pada ...
Herry Poernomo, dkk.
390
ISSN: 2355-7524
JAWABAN: Herry Poernomo (PSTA-BATAN)
Konsep tersebut dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah dari pembuatan opacifier dan
ZBS.
Radioaktivitas air limbah yang ditimbulkan dari proses pembuatan ZOC dari pasir zirkon
sekitar 0,012 Bq/ml yang lebih rendah dari ketentuan Bapeten (yaitu < 1 Bq/ml), sehingga
memenuhi syarat jika didispersi ke badan sungai. Namun demikian karena air limbah
mengandung sisa bahan proses NaOH, HCl, H2SO4 yang merupakan bahan berbahaya dan
beracun (B3), maka air limbah perlu diolah menggunakan IPAL.