Konsep Keperawatan Berkelanjutan RS-Komunitas

download Konsep Keperawatan Berkelanjutan RS-Komunitas

of 33

Transcript of Konsep Keperawatan Berkelanjutan RS-Komunitas

2.1. Konsep Keperawatan Berkelanjutan Rumah Sakit-Komunitas 2.1.1 Konsep Discharge Planning (Perencanaan Pulang) Discharge planning adalah proses untuk mempersiapkan klien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kesehatan ke unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum (Kozier, 2004). Discharge planning digunakan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain dan untuk memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu diperhatikan atau dihindari selama proses penyembuhan/pemulihan kesehatan klien. Identifikasi kebutuhan klien sejak awal masa perawatan dan perkembangannya hingga hari terakhir masa perawatan di RS menjadi dasar pembuatan discharge planning. Discharge planning mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik dan unutk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito, 2010). Discharge planning dilakukan dengan pengkajian yang komprehensif untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan klien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan klien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004). Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada klien (Potter & Perry, 2006). Perawat sebagai salah satu anggota tim discharge planner bertugas mengkaji setiap klien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan yang aktual dan potensial, menentukan tujuan bersama klien dan keluarga. Setiap klien memiliki discharge planning, namun ada beberapa kondisi seperti klien yang menderita penyakit terminal atau klien dengan kecacatan permanen, tidak memerlukan discharge planning (Potter & Perry, 2006). Klien dan keluarga harus mendapatkan informasi tentang rencana pemulangan.

Prinsip pembuatan discharge planning pada dasarnya bergantung pada pihak yang berwenang diwilayah tersebut. Prinsip discharge planning di Indonesia secara umum seharusnya mengacu kepada Depkes (Kmenkes). Beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan antara lain (Lister & Dougherty, 2004), yaitu: 1) Discharge planning merupakan proses multidisiplin, dimana sumbersumber untuk mempertemukan kebutuhan klien dengan pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat. 2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi pada semua klien. 3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji. 4) Klien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat. 5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang utama. 6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim kesehatan dengan klien/care giver, dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan. 7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya klien harus dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning. Discharge planning mencakup kebutuhan fisik klien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi (Potter& Perry, 2006). Discharge planning merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan sehingga prosesnya pun dimulai dari pengkajian, penarikan diagnosa, perencanaan, penatalaksaan hingga evaluasi dari discharge planning yang telah diberikan. Berikut halhal yang perlu diperhatikan pada tiap tahapannya (Potter & Perry, 2006): Proses Keperawatan a. Pengkajian Hal-hal yang perludiperhatikan - Pengkajian kebutuhan berdasarkan riwayat kesehatan dan juga diskusi dengan klien serta keluarga. - fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual serta tingkat pengetahuan klien dan keluarga. - Kaji kebutuhan klien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubungan dengan bagaimana menciptakan

terapi di rumah, penggunaan alat-alat medis, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dan kemungkinan terjadinya komplikasi. - Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati klien (seperti membaca, menonton video, mendengarkan petunjukpetunjuk). - Kaji bersama-sama dengan klien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri. - Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan perawatan rumah. - Kaji persepsi klien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan di luar rumah sakit. - Kaji penerimaan klien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan pembatasan. b. Diagnosa Penentuan diagnosa berfokus pada kebutuhan individu serta peran serta keluarga. Beberapa diagnose yang mungkin muncul seperti, ansietas, kurangnya pengetahuan terhadap perawatan dirumah dan sebagainya. c. Perencanaan Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Klien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah, penatalaksanaan pemberian obat dan juga akibat yang ditimbulkan. 2) Klien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggota keluarga mampu melakukan aturan perawatan). 3) Rintangan kepada pergerakan klien dan ambulasi telah diubah dalam setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan klien akibat kondisi kesehatannya telah diubah. d. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan. - Persiapan sebelum hari pemulangan klien Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi kebutuhan klien. Mempersiapkan klien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun klien masih di rumah. Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan klien dan keluarga secepat

mungkin selama dirawat di rumah sakit. Komunikasikan respon klien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan klien. - Penatalaksanaan pada hari pemulangan Biarkan klien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah. Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. Tentukan apakah klien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi menuju ke rumah. Persiapkan klien dengan prescription atau resep pengobatan klien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor dokter. Bantu klien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi klien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu klien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi klien ke dalam kendaraan. Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan klien. e. Evaluasi - Minta klien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter. - Minta klien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah. - Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi klien, dan menganjurkan perbaikan. Discharge planning dibuat dalam bentuk form, terdapat beberapa unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain:

1) Pengobatan di rumah: mencakup resep baru, obat yang sangat dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan. 2) Daftar obat: harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang umum terjadi. 3) Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain, disertai petunjuk untuk memperoleh dan bilamana waktu akan diadakannya. 4) Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya. 5) Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, kolostomi, ketentuan insulin, dan lain-lain). 6) Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk kontrol . 7) Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan. 8) Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan. Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin klien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Potter&Perry, 2006). Hal ini dapat dilihat dari kesiapan klien untuk menghadapi pemulangan, yang diukur dengan kuesioner. Form discharge planning juga membantu klien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di instansi pelayanan kesehatan yang lebih dekat dengan komunitas (Puskesmas).

2.1.2 Sistem Rujukan Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik, baik vertikal

maupun horizontal, maupun strukctural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan (Pasal 42 ayat (1) UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Rujukan ini merupakan pendekatan lain yang digunakan dalam melaksanakan intervensi yang direncanakan dengan bantuan lembaga lain. Untuk melakukan rujukan, perawat harus mempertimbangkan penerimaan rujukan ke klien, kelayakan klien untuk layanan, dan kendala situasional yang mungkin muncul. Selain itu, perawat harus memberikan informasi yang berkaitan terhadap klien dan lembaga rujukan dan menindaklanjuti keefektifan rujukan dalam memecahkan masalah klien. Sistem rujukan upaya kesehatan ini bertujuan untuk pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan yang bersifat kuratif & rehabilitatif serta promotif & preventif secara berhasil guna dan berdaya guna. Sistem rujukan menurut tata hubungannya terdiri dari rujukan internal dan rujukan eksternal. Rujukan internal merupakan rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari puskesmas pembantu ke puskesmas induk. Rujukan eksternal merupakan rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal maupun vertikal. Secara vertikal misalnya dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah. Menurut lingkup pelayanannya: 1. Rujukan medis adalah rujukan pelayanan yang meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Rujukan medis ini melayani konsultasi pasien untuk keperluan pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lain. Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Selain itu dapat dilakukan dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten (ahli) untuk meningkatkan mutu pelayanan.

2. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masalah kesehatan masyarakat. Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Syarat rujukan, diantaranya sebagai berikut: (1)Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk. (2)Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah (3)Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab dalam rujukan, baik yang merujuk atau yang menerima rujukan. b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan. c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa : Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh. Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain. Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan. e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan. f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap. (4)Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :

a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu; b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan; c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi; (5)Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila : a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat diatasi; b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula; c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula; d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis; e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan; f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi); g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau sesuai dengan jaringan pelayanannya; h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya, harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tujuan Rujukan i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat;

j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Alur pelayanan rujukan setiap daerah/provinsi berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dan persamaan klasifikasi, wilayah, dan kemampuan tiap sarana kesehatan yang ada. Aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan, yaitu: 1. Klasifikasi fasilitas kesehatan; 2. Lokasi/wilayah Kabupaten/Kota; 3. Koordinasi unsur-unsur pelaksana teknis. Sistem rujukan mencakup beberapa kegiatan yang harus diperhatikan.

1. Pengiriman pasien yang harus dilakukan sedini mungkin untuk perawatan dan pengobatan lebihlanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap. Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang menirim, untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya. 2. Pengiriman specimen atau penunjang diagnostic lainnya dirujuk guna mendapat pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang tepat. Selanjutnya hasil pemeriksaan tersebut boleh dikonfirmasi untuk divalidasi ke laboratorium yang lebih mampu. 3. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan interaksi antara Rumah Sakit dan Puskesmas. Dokter Spesialis dari rumah Sakit dapat berkunjung secara berkala untuk menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dari Puskesmas, atau dapat juga tenaga kesehatan dari Puskesmas/RS Kab/Kota magang atau ikut pelatihan di RS yang lebih lengkap. 4. Sistem informasi rujukan yang dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan. Isi surat rujukan diantaranya: nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status pasien (keluarga miskon/gakin atau non gakin termasuk umum), ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, resume hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang,, kemajuan pengobatan, dan keterangan tambahan yang dipandang perlu. Selanjutnya dokter yang menerima pasien rujukan juga membuat informasi balasan rujukan setelah selesai merawat pasien tersebut, isi rujukan balasan tidak jauh berbeda dengan surat rujukan, yaitu: nomor surat, tanggal, status pasien keluarga, ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan follow up yang dianjurkan kepada pihak pengirim pasien.

Sistem rujukan memiliki 3 tata cara pelaksanaan sistem rujukan, yaitu pertama, merujuk dan menerima rujukan pasien (Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2011). Dalam hal ini pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Kriteria pasien yang akan dirujuk, adalah bila memenuhi salah satu dari: 1) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi; 2) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi; 3) Memerlukkan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan; 4) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu. Setiap pelayanan kesehatan mempunyai prosedur standar merujuk dan menerima rujukan pasien, memberi dan menerima rujukan balik pasien sesuai dengan standar dari pemberi rujukan pelayan kesehatan. Merujuk dan menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya. Hal ini dilakukan apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/teknik pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostic yang lebih lengkap.rujukan specimen/penunjang diagnostic lain ini dapat dilakukan tanpa disertai pasien yang bersangkutan. Rujukan pengetahuan dan tenaga ahli/dokter spesialis dapat dilakukan dengan permintaan atau pengiriman dokter ahli dari berbagai bidang keahlian. Selanjutnya banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu system rujukan pelayanan kesehatan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antarlain: Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan dari puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan Menyediakan puskesmas keliling disetiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat atau perahu bermotor dilengkapi dengan alat komunikasi

Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi system rujukan, baik rujukan medis maupun rujukan kesehatan Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan Terlaksananya upaya-upaya tersebut akan memperbaiki mutu pelayanan rujukan di berbagai wilayah. Sistem rujukan upaya kesehatan telah di atur dalam UU No 44 Tahun 2009 dimana rujukan harus dilakukan jika pasien membutuhkan pelayanan diluar kemampuan rumah sakit yang bersangkutan. Sistem rujukan setiap daerah dapat berbeda hal ini dikarenakan fasilitas kesehatan dan demografi yang berbeda daerah satu dengan yang lainnya. Dalam melakukan rujukan rumah sakit harus memperhatikan syarat-syarat rujukan dan bertanggung jawab secara administrasi dan medis sampai pasien diterima oleh rumah sakit yang menerima rujukan. Rumah sakit harus memeberikan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan.

2.1.3 Home Health Nursing A. Pengertian Home Health Nursing Home Helath Nursing merupakan segala bentuk pelayanan dan produk yang disediakan untuk klien di rumah untuk mempertahankan, mengembalikan dan promosi kesehatan baik kesehatan fisik, mental, maupun emosional. Menurut (Stuart, 1998 dalam Efendi, 2009) home health nursing merupakan bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Sedangkan menurut Depkes, 2002, home health nursing merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif, bertujuan untuk memandirikan klien dan keluarganya. Diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan keluarganya sebagai subjek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan. B. Faktor yang mendukung berdirinya Home Health Nursing

Terdapat factor-faktor tertentu yang mencetus berdiri Home health nursing, yaitu:o

Kasus penyakit terminal dianggap tdk efektif bila dirawat di institusi pelayanan kesehatan.

o Keterbatasan masyarakat untuk biaya pelayanan kesehatan pada kasus penyakit degenerative yang pearwatannya relative lama. o Management rumah sakit berorientasi pada profit, sehingga perawatan klien yang lama tidak menguntungkan dan menjadi beban bagi management. o Perawatan inap di RS membatasi gerak individu, karena tidak dapat menikmati kehidupan normal karena terikat dengan aturan- aturan rumah sakit yang ditetapkan. o Lingkungan rumah lebih nyaman dirasakan, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit. C. Standar Perawatan: 1. Pengkajian Perawat home-health mengkaji klien dan keluarga ketika pertama kali datang. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data (informasi) kesehatan klien termasuk data subjektif dan objektif (Stanhope & Lancaster, 2004). Contoh data subjektif termasuk informasi mengenai pemahaman klien, keluarga, dan dokter berhubungan dengan perawat disampaikan dengan komunikasi verbal. Sedangkan data objektif diperoleh dengan meninjau kembali (pendekatan) latihan fisik, pengkajian kemampuan fisik, dan observasi langsung. 2. Diagnosis Perawat home-health menganalisa data pengkajian untuk menentukan diagnosa (Allender & Spradley, 2001). Diagnosa divalidasi oleh semua orang yang bersangkutan, klien, keluarga, dokter atau tenaga kesehatan yang lain. Hal ini juga didokumentasikan dengan benar agar rencana tindakan keperawatan dan hasil yang diharapkan dapat ditentukan (diukur).

3. Identifikasi Hasil Perawat home-health mengidentifikasi hasil yang diharapkan terhadap klien dan lingkungannya (Allender & Spradley, 2001). Hasilnya berdasarkan fakta alamiah, sensitif secara kultural, disetujui oleh orang yang bersangkutan termasuk klien, dapat diukur, dan dapat dicapai. Hasilnya didokumentasikan dan berisi arahan untuk perawatan selanjutnya. 4. Perencanaan Perawat home-health meningkatkan rencana perawatan dengan menentukan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Hasilnya fokus pada promosi kesehatan, pemeliharaan, perbaikan, dan pencegahan komplikasi. 5. Implementasi Perawat home-health mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi pada rencana perawatan. Implementasi terjadi dalam 3 fase ; sebelum, selama, dan sesudah kunjungan tergantung dari rencana yang diperlukan. Instruksi tentang diet, pengawasan pengobatan, dan evaluasi manajemen diabetes merupakan contoh dari kegiatan ini (Stanhope & Lancaster, 2004). 6. Evaluasi Perawat home-health bersama klien dan keluarga mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang dicapai (Allender & Spradley, 2001). Frekuensi kunjungan dan durasi pelayanan menurun ketika klien mampu melakukan perawatan diri dan keluarga telah belajar bagaimana merawat klien. Perawat menyediakan rujukan yang tepat terhadap sumber komunitas lain jika pertolongan selanjutnya diperlukan selama terminasi dalam home care. Jika perawat menilai bahwa klien atau keluarga tidak mungkin mampu menyediakan perawatan ynag dibutuhkan klien, perawat harus membantu klien dalam pembuatan rencana alternatif untuk perawatan. (Potter & Perry, 2005). D. Standard of Professional Performance

1. Kualitas Pelayanan Perawat home-health secara sistematis mengevaluasi kualitas dan keefektivan praktik perawatan. Peningkatan kualitas merupakan bagian penting dalam pemberian perawatan. Perawat dengan sepenuh hati berpartisipasi dalam banyak aktivitas seperti memonitoring perawatan, melihat, dan menganalisa peluang untuk peningkatan perawatan, mengembangkan petunjuk untuk peningkatan perawatan, mengumpulkan data, membuat rekomendasi, dan mengimplementasikan kegiatan untuk meningkatkan kualitas dan membuat perubahan dalam praktik keperawatan. 2. Performance Appraisal Perawat home-health mengevaluasi praktik keperawatannya sendiri dalam hubungannya dengan standar praktik perawatan, fakta alamiah, anggaran dasar yang relevan dan peraturan. 3. Pendidikan Perawat home-health belajar dan mempertahankan pengetahuan yang sekarang dan kompetensinya dalam praktik keperawatan. Fokus utama keperawatan di rumah adalah memberikan pendidikan klien dan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri dan kemandirian klien dan keluarga. Perawat menentukan kemampuan dan kebutuhan belajar untuk klien dan keluarga, mengembangkan dan mengimplementasikan rencana pengajaran yang bersifat individual, dan mengevaluasi keberhasilan klien dalam mencapai sasaran pembelajaran. 4. Kolega Perawat membagi keahlian dengan yang lainnya yang sesuai dan berpartisipasi dalam pendidikan dan evaluasi siswa dan kolega lainnya. 5. Etik Konflik etik dan dilemma diidentifikasi dan dipecahkan berdasarkan mekanisme agen yang formal yang dibuat untuk

menyelesaikan masalah (issue). Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah diantaranya risiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah. 6. Kolaborasi Perawat berkolaborasi dengan klien, keluarga, dan tim perawatan kesehatan untuk merumuskan rencana dan tujuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. 7. Penelitian Perawat home-health mempunyai kesempatan yang beragam untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pengetahuan tentang penelitian terkini dan mengintegrasikan praktik evidence-based dalam home care akan meningkatkan standar praktik keperawatan dan kompetensi perawat. 8. Pemanfaatan Sumberdaya (Resource Use) Perawat menggunakan agen yang tepat dan sumber komunitas termasuk delegasi tugas kepada pemberi pelayanan kesehatan yang lain untuk menyediakan manfaat/keuntungan yang baik dan biaya yang layak terhadap klien. E. Tipe agensi Home health nursing (Allender 2001) Voluntary Agencies Agenci ini tidak tergantung pada negara dan pendapatan pajak local. Individu mengunjungi agensi perawat dan menjadi volunteer yang bersifat social tanpa mendapatkan bayaran. Pendapatan berasal dari donasi atau sumbangan. Proprietary Agencies Agensi kesehatan di rumah yang bersifat privasi. Dikelola oleh individu, maupun perusahaan. Agensi ini mengutamakan profit pada pelayanan yang diberikannya baik itu milik individu maupun perusahaan. Hospital Based Agencies

Rumah sakit merupakan bagian dari home health agencies. Hospital Based Agencies dikelola oleh direktur sponsor rumah sakit. Rujukan dari rumah sakit berasal dari staff perawat rumah sakit tersebut. Official Agencies Merupakan agensi perawatan kesehatan di rumah milik pemerintah. Dibuat dan diberdayakan oleh undang-undang yang berlaku (legislatif). Pelayanan secara teratur disediakan oleh divisi perawat di negara atau departement kesehatan local. Pelayanan ini dapat dikombinasikan dengan pelayanan kesehatan masyarakat seperti promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan lingkungan, perawatan anak dan ibu hamil. Administrasi agensi menjadi tanggung jawab negara, kota atau pemerintah setempat. Pendanaan berasal pajak dan biasanya sudah dianggarkan oleh pendapatan per kapita daerah. Homemaker Agencies Seperti pembantu rumah tangga yang menyediakan pelayanan seperti memasak, bersih-bersih rumah atau berbelanja. Homemaker Agencies memberikan perawatan personal klien, seperti memandikan, mengganti luka balutan, memberi makan, membantu ambulasi, dan lain sebagianya. Agensi ini mendapatkan gaji dari klien atau penjamin asuransi klien. Hospices Perawatan khusus dengan memberikan persiapan bagi klien yang mendekati ajal atau kematian yang tidak dapat dihindari, sehingga hidup mereka dapat dijalani dengan semaksimal dan senyaman mungkin. Perawat yang bekerja di lingkup ini perlu memiliki keterampilan teknik yang tinggi untuk mengontrol nyeri dan terapi paliatif lainnya. Pelayanan hospice bersifat komperhensif yang berfokus pada perawatan dibandingkan pengobatan. F. Tipe Home Care Personal Pemberi pelayanan keperawatan informal

Pengasuh informal dapat berupa anggota keluarga dan teman yang menyediakan perawatan di rumah tanpa diberi gaji. Tipe perawatan yang dilakukan meliputi perawatan rutinitas seperti memandikan, memberi makan, medikasi IV. Pemberi pelayanan keperawatan formal Berupa pelayanan professional dan non professional. Tipe penyedia Perawat Perawat registrasi Menyediakan perawatan klien di rumah dibawah arahan dokter. Sebagai kordinator perawatan. Perawat berlisensi Advanced practice nurse Terapis Terapis fisik Menyediakan perawatan, meliputi pengkajian melakukan prosedur terapi dan mengajarkan klien dan keluarga untuk membantu treatment. Membantu klien Occupational therapist Speech therapist Terapis pernafasan Rehabilitasi klien dengan gangguan bicara dan menelan. Memberikan dukungan kepada klien dalam menggunakan alat bantu pernafasan, seperti ventilator. Staf klinis lainnya Pekerja social Ahli diet Menolong klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhannya. Menyedikan konseling diet pada klien dengan kebutuhan nutrisi khusus. Para-Professional Home health aide Homemaker Melakukan perawatan personal, tugas keperawatan dasar. meningkatkan mobilitas. Focus pada peningkatan fungsi fisik, mental dan social. Menyediakan perawatan rutin klien dibawah arahan perawat registrasi. Menyediakan total perawatan klien secara kompleks. Peran dan tanggung jawab

Melakukan pembersihan rumah dan menjaga kesehatan lingkungan rumah.

2.1.4 Model Keperawatan Keluarga (Kesehatan di Rumah) Keperawatan sistem Keluarga, yaitu keseluruhan keluarga yang danggap sebagai klien dan menjadi fokus perawatan (Wright dan Leahey, 1984). Diagnosa Keperawatan keluarga dapat dinyatakan sebagai diagnosis fungsional, struktur, atau perkembangan yang bergantung pada model yang digunakan. Keluarga memiliki definisi struktural dan fungsional. Definisi Struktural keluarga meliputi anggota yang mempunyai hubungan darah dengan perbedaan posisi dalam sistem keluarga, seperti kakek-nenek, bibi-paman, sepupu, dan kerabat dekat. Definisi Fungsional Keluarga adalah Kelompok sosial yang terlibat aktvitas keluarga tertentu seperti membesarkan anak, memelihara, mensosia-lisasikan, dan sebagainya. Definisi Keluarga (Paula & Janet, 1995) adalah suatu kelompok dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama mempunyai komitmen satu sama lain yang dimana dapat dihubungkan oleh genetik atau perkawinan, namun bisa juga tidak. Kesehatan Keluarga mempunyai banyak dimensi yang berbeda dan dapat didefinisikan dalam berbagai konten baik dari teori keluarga maupun dari model-model teoretis keperawatan. Berikut ialah definisi dari kesehatan keluarga menurut beberapa teoritis (Paula & Janet, 1995, dalam buku Nursing Process ): Kesehatan Keluarga yang ditandai oleh stabilitas dan integritas struktur, fungsi yang adaptif ketimbang maladaptif, dan penguasaan tugas-tugas yang mengarah pada diferensiasi dan transformasi progresif untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Wright & leahey, 1984) Keluarga yang sehat mengatur batasan-batasannya, menggunakan energy, komunikasi, dan kekuasaan, sumber-sumber layanan kesehatan dan perawatan diri untuk mencapai fungsi biopsikososial yang memberdayakan keluarga dan anggota-anggotanya agar dapat

memiliki kesejahteraan yang baik (Crayton, 1986)

-

Kelangsungan hidup dari unit keluarga sebagai jaringan fungsional dan produktif mempunyai kesan kebersamaan yang meningkatkan

kapasitas untuk berubah, keseimbangan antara tindakan bersama dan mandiri di pihak anggota keluarga dan adaptasi terhadap peristiwaperistiwa hidup (Petze, 1984). Kesehatan Keluarga adalah kualitas hidup dari keluarga sebagaimana kualitas tersebut dipengaruhi oleh perspektif holistic varibel-variabel seperti nutrisi, stress, lingkungan, rekreasi dan olah raga, tidur, dan seksualitas (Bomar, 1989). A. Teori dan Model Keluarga Teori dan model keluarga, yang terutama sekali dikembangkan dalam disiplin Psikologi atau sosiologi yang telah memberikan arahan bagi praktik keperawatan setiap model keluarga memiliki perspektif atau cara unik memahami sebuah keluarga. Beberapa model dari ahli teori menyajikan tipe-tipe ini , sedangkan ahli teori lainnya mengkombinasikan dua atau lebih model dasar keluarga menjadi model yang kompeherensif. Berikut ialah beberapa model pelayanan keperawatan keluarga: 1. Loveland Cherry (1989) Loveland Cherry mengidentifikasi empat pandangan tentang kesehatan keluarga yang didasarkan pada model kesehatan individual : - Klinis: Tidak terdapat bukti-bukti penyakit fisik, mental, social atau penyimpangan atau disfungsi sistem keluarga. - Performa peran : merupakan kemampuan system keluarga untuk menjalankan fungsi keluarga secara elektif dan untuk mencapai tugas-tugas perkembangan keluarga. - Adaptif: Pola pla interaksi keluarga dengan lingkungan ditandai oleh adaptasi yang fleksibel dan efektif atau kemampuan untuk berubah dan bertumbuh. - Eudaimonistik: dukungan yang Penyediaan sumber-sumber, guna panduan dan

berkesinambungan

merealisasikan

kesejahteraan dan potensi maksimum keluarga sepanjang rentan hidup keluarga. 2. Calgary Model Keluarga Calgary menggunakan model strukturalfungsional dan system, tetapi juga mencakup model perkembangan. Karakteristik empat katagori dasar dari model-model tersebut seperti pada tabel berikut: Tipe Model keluarga Perkembangan Interaksi Sistem StrukturalFungsional - Keluarga Inti - Urutan Siklus hidup keluarga - Tugas-tugas dan tanggung jawab - Orientasi tujuan - Keutuhan pribadi - Sistem sosial yang berinteraksi - Proses Hidup yang dinamis - Peran ganda yang terus berubah - Persepsi tentang diri dan interaksi lain dengan bagian yang berinterakksi - Struktur - Batasan yang permeabel - Interaksi dengan lingkungan - Sistem Sosial -Komposisi -keyakinan nilainilai - Tugas seharihari - Komunikasi Kekuasaan/penga ruh Peran - Ekuilibrum

3. Duvall (1977) Model Duvall merupakan model yang didasarkan pada pemikiran bahwa siklus hidup keluarga mengikuti urutan perkembangan yang universal. Meskipun model perkembangan menekankan tahap dan perubahan yang berlanjut sepanjang waktu, namun model tersebut memiliki kesamaan dengan model sistem. Keluarga dipandang sebagai sistem social yang dirincikan dengan peran dan posisi yang saling terkait dan saling bergantung, duvall telah mengidentifikasi

delapan tugas dasar dalam setiap tahapan. Tugas-tugas ini dilakukan selama setiap tahap. Delapan tugas ini ialah seperti : 1. Memberikan Pemeliharaan Fisik 2. Mengalokasikan Sumber-sumber 3. Menentukan Pembagian Kerja 4. Memastikan Sosialisasi Anggota 5. Mengembangkan keluarga 6. Mempertahankan komusikasi 7. Menetapkan ikatan dengan Masyarakat 8. mempertahankan Motivasi dan moral

Batasan-batasan yang secara relative semi tertutup, proses adaptasi yang berkelanjutan, dan penampilan tugas. Setiap tahapan mewakili tugas-tugas dan pekembangan utama yang harus diselesaikan oleh keluarga, berikut oleh tabel : Tugas Perkembangan Utama Keluarga No Tahap Siklus Hidup 1 Pasangan menikah Tugas-tugas Perkembangan Utama Membina perkawinan yang saling memuaskan 2 Memiliki Anak Beradaptasi dengan peran sebagai orang tua; membangun rumah yang memuaskan 3 Usia prasekolah Beradaptasi dengan kebutuhan dan minat anak; mengatasi kekurangan energi dan privasi. 4 Usia Sekolah Mendorong keberhasilan pendidikan anakanak; menyesuaikandiri dengan komunitas keluarga dengan anak usia sekolah. 5 Remaja Menyeimbangkan Tanggung jawab dan kebebasan remaja; Menetapkan kepentingan bersama orang tua. 6 Melepaskan Melepaskan anak yang telah berusia dewasa yang suportif. 7 Usia Pertengahan Membina kembali hubungan pernikahan; mempertahankan ikatan dengan generasi lain.

8

Lansia

Menyesuaikan diri terhadap pengsiun, kesepian, dan duka cita.

4. Albertch (1990) Model yang digunakan dalam perawatan kesehatan dirumah adalah model konseptual Albrecth (1990). Model ini merupakan kerangka yang menjelaskan hubungan antara perawat dengan Klien dan keluarganya dalam berinteraksi untuk mempertahankan

kesehatannya. Terdapat tiga kunci pokok yang digunakan untuk mengukur kualitas dari perawatan kesehatan rumah meliputi: - Elemen Structural meliputi Klien, keluarga, penyedia layanan kesehatan, tim kesehatan, dan perawat professional - Elemen Proses meliputi jenis perawatan, koordinasi perawatan, dan intervensi. - Elemen Hasil terdiri atas kepuasan klien dan keluarga dalam menerima layanan perawatan, kualitas layanan perawatan, efektivitas biaya, status kesehatan, dan kemampuan merawat diri Pada model konseptual Albercht untuk perawatan kesehatan pada keluarga atau rumah memiliki hubungan antara elemen structural dan proses berhubungan dengan Intervensi yang diberikan. Perawat melakukan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, intervensi, evaluasi, dan

mengoordinasikan perawatan klien. Berikut ialah Model Konseptual Albrecth dalam Perawatan kesehatan di rumah: Klien Faktor yang mempengaruhi Demografi Kepuasan Klien Psikologi Biaya Sosial dan Kebutuhan Ekonomi Ketersediaan Produktivitas Akuntabilitas Partisipasi Kemudahan Akses keluarga dalam Efikasi perawatan (acuh atau tidak) Jenis Perawatan Pencegahan Pendidikan Dukungan Terapeutik Teknologi Tinggi Koordinasi keperawatan Kompeherensif Legistasi Negara Kepuasan dalam Perawatan Klien, Keluarga, pemberi layanan Kualitas Perawatan Efektivitas Biaya Status kesehatan Kemampuan Merawat diri Penggunaan perawatan kesehatan rumah

Penyedia jasa Layanan Sumber Pendanaan Struktrur Organisasi Filosofi Teknologi Waktu Perjalanan

Intervensi Proses Keperawatan Keterlibatan Klien Koordinasi Keperawatan Kontinuitas Komprehensif Legislasi Negara Intervensia Proses keterlibatan Klien Masalah Hukum Maslah Etik Disiplin Ilmu lain

Perawat Profesional Pendidikan Pengalaman

Tim kesehatan Perawat Pelaksana Pembantu Perawat 5. Model Hospice Care Hospice care adalah pelayanan perawatan untuk meringankan penyakit lanjutan atau penyakit terminal dari klien di rumah sakit dan kemudian melanjutkan pelayanan perawatan di rumah dibawah pengawasan medicare. Pelayanan hospice tersebut

mempertimbangkan kebutuhan khusus dari klien dengan penyakit terminal atau yang akan meninggal dunia, sehingga klien memiliki kesempatan untuk meninggal di rumah sesuai dengan keinginan mereka dengan dukungan keluarga sepenuhnya.Tujuannya adalah : - Membantu klien dan keluarga memelihara kondisi kesehatan dan kesejahteraan klien - meringankan rasa sakit dan memfasilitasi rasa nyaman klien - mempersiapkan klien dan keluarga untuk menghadapi kondisi penyakit.

Jenis pelayanan hospice dapat menggunakan jasa institusi atau rumah sakit, ataupun melalui agency perawatan kesehatan rumah ataupun keduanya. Hal tersebut tergantung dari persetujuan klien/ keluarga melalui kesepakatan kontrak. Jika pelayanan menggunakan jasa rumah sakit sebagai penghubung agency perawatan rumah, maka hal ini lebih efisin karena rumah sakit memiliki kontribusi memadai untuk memenuhi kebutuhan perawatan klien dalam kondisi penyakit terminal atau klien yang akan meninggal dunia. Rumah sakit memiliki tim (staf) sesuai kebutuhan klien, disamping peralatan dan fasilitas bagi klien. Pemberi pelayanan hospice yang bekerja bagi klien/ keluarga sering berhadapan dengan stress, khususnya perawat sangat

dibutuhkan kemampuan merawat mandiri dalam menghadapi klien menjelang ajal. Adapun faktor stress yang umum terjadi adalah: - Kesulitan menerima kenyataan bahwa masalah klien tidak dapat dikontrol - Frustasi akibat banyaknya masalah pada klien yang akan meninggal dunia - Marah akibat subjektivitas kemauan dan harapan keluarga yang tinggi - Kesuilitan menyusun batas keterlibatan dengan klien dan keluarganya Kebutuhan Perawat Hospice - Yayasan/ agency dengan tim yang berkompeten dalam perawatan rumah hospice - Pengetahuan bekerja dalam tim perawatan rumah hhospice - Kematagan emosional pribadi dan dalam menghadapi emosional klien/ keluarganya - Memenuhi persyaratan - Hospice Medicare yang memiliki sertifikat Aspek financial perawatan kesehatan rumah : - Medicare

Pelayanan kesehatan rumah yang dibiayai oleh perusahaan asuransi dibawah kontak kerjasama klien/keluarga dengan pihak asuransi, diantaranya: Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan persyaratan khusus, Asuransi swasta lainnya. - Medicaid Pelayanan kesehatan rumah yang diberikan bagi orang yang berpenghasilan rendah, melalui program bantuan pengobatan bagi orang-orang tertentu, di Indonesia dienal dengan ASKESKIN, atau program Pengobatan Dasar bagi masyarakat tidak mampu yang dibiayai oleh pemerintah/ yayasan lain. - Asuransi Swasta Pelayanan ini diberikan kepada peserta asuransi swasta baik secara individu maupun secara berkelompok dengan syarat dan ketentuan tertentu. - Pembayaran Individu Pelayanan kesehatan rumah bagi individu yang tidak memiliki asuransi kesehatan dapat melakukan pembayaran langsung kepada klinik/ praktik mandiri/ yayasan/ agency tertentu atas kesepakatan bersama atau kontrak.

B. Pemilihan Model Keluarga Pemilihan model biasanya terjadi selama kontak awal dengan keluarga (Paula & Janet, 1995). Perawat mengumpulkan data pendahuluan tentang keluarga dan mengidentifikasi pola-pola keluarga yang unik dan umum. Berikutnya perawat memutuskan apakah model yang mewakili keluarga sebagai konteks atau keluarga sebagai klien. Pemilihan model keluarga didasarkan pada bagaimana perawat memahami klien yang dipilih, maka perawat mungkin memilih model yang didasarkan pada 1). Perkembangan keluarga dengan tugas dan tahap- tahapnya, 2) keluarga sebagai kelompok interaksi yang dinamis, 3) keluarga sebagai system yang berinteraksi dengan subsistem, atau 4) keluarga sebagai unit struktural-fungsional. Dengan menggunakan

keterampilan berpikir kritis perawat mampu membandingkan dan mengevaluasi situasi dan masalah kesehatan keluarga untuk memilih model yang cocok dengan keluarga. Model keluarga dapat digunakan sendiri, dikombinasikan dengan model keperawatan atau sebagai model tambahan ketika bekerja dengan klien individual. Perawat juga mempertimbangkan strategi keperawatan potensial yang dapat membantu keluarga ke arah pencapaian kesehatan optimal mereka. Perawat-perawat yang telah terbiasa dengan beberapa model yang berbeda dapat membandingkan data pendahuluan dengan beberapa model dan mengidentifikasikan model yag paling cocok. Contohnya keluarga dengan remaja yang mengalami penyakit diabetik dapat mengalami kesulitan mengatur aktivitas dan asupan makanan remaja. Pemilihan model pada kasaus tersebut dapat menggunakan model perkrembangan atau duvall untuk mengkaji tugas-tugas dan tanggung jawab keluarga dalam tahap ini.

2.1.5 Peran dan Fungsi Perawat dalam Home Health Nursing Home health care atau perawatan kesehatan rumah pada masyarakat saat ini tidak dapat didefinisikan hanya sebagai care at home atau perawatan di rumah. Namun, hal-hal tersebut juga mencakup pengaturan pencegahan penyakit, promosi kesehatan, dan pelayanan terkait penyakit episodik yang disediakan untuk orang-orang di tempat tinggal mereka. Menurut ANA, Home health nursing mengacu pada praktik keperawatan yang diterapkan pada klien dengan suatu kondisi kesehatan di tempat tinggal mereka. Home health nursing adalah bidang khusus praktik keperawatan dengan berakar pada keperawatan kesehatan masyarakat. Kesehatan rumah berbeda dari bidang lain kesehatan yaitu praktik penyedia layanan kesehatan di lingkungan klien. Perawat memberikan perawatan keluarga dalam konteks lingkungan masyarakat. Perawat berlatih mandiri dengan struktur kecil pengaturan rumah, oleh karena itu kompetensi dan kreativitas sangat penting. Lingkungan rumah tidak memiliki banyak sumber daya yang biasanya ditemukan di institusi,

sehingga sangat penting apabila perawat memiliki kemampuan organisasi yang baik, beradaptasi dengan setting yang berbeda, dan menunjukkan kecerdasan interpersonal ketika bekerja dengan beragam orang di rumah mereka. Dalam praktiknya fungsi perawat pada Home health nursing mencakup dua fungsi yaitu fungsi perawatan langsung atau direct care dan fungsi perawatan tidak langsung atau indirect care: 1. Perawatan langsung atau direct care Perawatan langsung mengacu pada aspek fisik aktual dari asuhan keperawatan, semua hal yang memerlukan kontak fisik dengan interaksi tatap muka. Dalam perawatan kesehatan di rumah, aktifitas perawatan langsung termasuk melakukan pengkajian fisik pada klien. Mengganti balutan pada luka, memberikan obat melalui suntikan, memasang kateter, atau menyediakan terapi intravena. Perawatan langsung juga melibatkan klien dalam pengajaran dan keluarga bagaimana melakukan prosedur tertentu atau tugas. Dengan melayani sebagai role model, perawat membantu klien dan keluarga mengembangkan perilaku kesehatan yang positif. Ketika di rumah, perawat harus sadar akan pedoman pengendalian infeksi untuk perlindungan diri dan untuk melindungi klien. Untuk menentukan apakah suatu pelayanan yang dilakukan oleh perawat adalah asuhan keperawatan terampil, ada beberapa faktor yang dievaluasi dan harus didokumentasikan secara adekuat. Beberapa contoh dari pelayananan keperawatan terampil meliputi: a. Observasi dan evaluasi kondisi dan status kesehatan klien. b. Menyediakan perawatan langsung dalam memberikan pengobatan, latihan rehabilitatif, pengobatan, memasanga kateter, irigasi kolostomi, dan perawatan luka. c. Membantu klien dan keluarrga mengembangkan perilaku koping yang positif. d. Membantu klien dan keluarga untuk memberikan perawatan dan obat-obatan ketika diindikasikan.

e. Mengajar klien dan keluarga untuk melaksanakan perintah dokter seperti pengobatan, terapi diet, dan obat. f. Melaporkan perubahan kondisi klien ke dokter dan mengatur tindak lanjut medis jika diindikasikan. g. Membantu klien dan keluarga mengidentifikasi sumber daya yang akan membantu klien mencapai keadaan fungsi optimal. 2. Perawatan tidak langsung atau indirect care Aktivitas perawatan tidak langsung yaitu seorang perawat tidak perlu menjadi setengah dari perawatan klien untuk meningkatkan atau mengkoordinasikan perawatan. Kegiatan ini meliputi konsultasi dengan perawat lain dan penyedia layanan kesehatan dalam pendekatan multidisiplin untuk perawatan klien, mengorganisir dan berpartisipasi dalam konferensi tim perawatan klien, mengadvokasi klien dengan sistem perawatan kesehatan dan asuransi, mengawasi pembantu rumah kesehatan, memperoleh hasil uji diagnostik, dan mendokumentasikan perawatan Peran perawat pada home health care, perawat memiliki peran banyak dalam perawatan rumah, khususnya dalam peran klinisi, pendidik, peneliti, administrator, dan konsultan. Perawat kesehatan rumah berpengalaman, manajer perawat, atau administrator dapat memenuhi peran ini. 1. Peran klinisi Perawat kesehatan rumah dalam posisi staf merupakan klinisi yang memberikan asuhan keperawatan langsung kepada klien dan keluarga. Melakukan pemberian pelayanan keperawatandengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnose keperawatan,perencanaan tindakan keperawatan,implementasi dan evaluasi. 2. Peran pendidik Perawat kesehatan rumah juga berperan sebagai pendidik karena mereka ajarkan klien dan keluarga "bagaimana" dan "mengapa" dari perawatan diri. Mereka juga bertindak sebagai mentor, berpartisipasi

dalam pendidikan berkelanjutan, baik secara formal yaitu memberikan layanan pendidikan, dan informal sebagai anggota tim. Selain itu, mereka dapat mengajar kelas untuk kelompok masyarakat tentang topik pendidikan kesehatan. 3. Peran peneliti Peran peneliti dalam perawatan kesehatan di rumah semakin penting, sebagai keberhasilan, atau kualitas dan efektivitas biaya perawatan menjadi diamanatkan oleh jasa asuransi kesehatan dan pembayar lainnya. Perawat kesehatan rumah sering memberikan data yang dibutuhkan untuk perubahan klinis atau administratif yang terjadi dalam lembaga kerja mereka. Setting perawatan kesehatan memiliki banyak potensi penelitian. Penelitian harus menjadi prioritas di masa depan jika kualitas dan efektivitas biaya ingin dipertahankan. 4. Peran administrasi Administrator kesehatan rumah bisa dilakukan oleh perawat yang telah memiliki pendidikan lanjutan dengan pengalaman kesehatan masyarakat. Persyaratan sesuai dengan yang telah ditetapkan baik oleh peraturan federal maupun peraturan negara 5. Peran konsultan Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Perawat sebagai konsultan, mereka dapat memberikan saran dan nasihat baik pada kepada staf maupun klien. 6. Peran advokat Membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi daripemberi pelayanan kesehatan.. Meminta peretujuan pada pasien dan/atau keluarganya atas tindakan keperawatan yangakan dilakukan. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien, yang meliputi : hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak

untukmenentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. 7. Peran koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan dari tim kesehatan. Diharapkan pemberian pelayanan kesehatan dapat lebih terarah sesuai dengan kebutuhan klien. Sasaran klien dalam home health nursing meliputi promosi kesehatan, pemeliharaan dan restorative. Dengan memperbesar tingkat kemandirian, perawat kesehatan rumah membantu fungsi kliennya pada level kemungkinan terbaik tanpa bergantung. Banyuan ini meliputi menyediakan kombinasi dari perawatan langsung dan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan perawatan diri, dan menghubungkan klien dengan pelayanan komunitas yang menyediakan bantuan terbatas di rumah. Selain itu, perawat berkontribusi dalam pencegahan komplikasi pada penyakit kronik dan membantu meminimalisir efek dari ketidakmampuan dan penyakit.

2.2 Partnership dan Networking Untuk Promosi Kesehatan 2.3 Keperawatan Hospice 2.4 Pemberdaya Negara Lain an Masyarakat Kota Dan Komparasi Dengan

Daftar Pustaka Allender, J. A. & Spradley, B. W. (2001). Community Health Nursing: concepts and practice. 5th. Philadelphia: Lippincott. Anderson, E. T. (2000). Community as Partner: Theory and Practice in Nursing. 3rd edition. Philadelphia : Lippincott. Bukit, Evi Karota. (2008). Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Health Care). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3585/1/Eva%20Karota%20 Bukit.pdf. Diakses tanggal 11 Maret 2012 pukul 20.00 WIB. Carpenito-Moyet, L. J. (2010). Nursing diagnosis: Application to clinical

practice. 13th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins. Christensen, J, Paula., & Kenney, W, Janet,.(1995). Nursing process: Aplication of conceptual models. 4th ed. Philadelphia: Mosby-Yearbook, Inc. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. (2011). Petunjuk teknis system rujukan pelayanan kesehatan provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram; Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Draft Peraturan Gubernur Jawa Barat Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Provinsi Jawa Barat. Efendi, F. dan Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Helwiah. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Mandiri Perawat di Rumah dalam Juornal Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung Vol 5 No. IX Tahun 2004. PSIK FK Unpad Bandung. Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004), Fundamental of nursing; consept, process and practice. 4th Ed. California: Addison-Wesley Publishing CO. Lister, S. and Dougherty. (2004). The Royal Marsden Hospital Manual of Clinical Nursing Procedures, 6th ed. UK: Blackswell Published Ltd. Lundy, K. S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: caring for the publics health. Second Edition. USA: Jones and Bartlett Publisher. Makhfudi dan Ferry Efendi. (2009). Perawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. http://books.google.co.id/books?id=LKpz4vwQyT8C&printsec=frontcover &hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false. Diakses tanggal 9 Maret 2012 pukul 12.00 WIB. Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing: concepts, process and practice. Philadelphia: Mosby. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Putu, S. (2010). 4 macam sistem rujukan upaya kesehatan. http://www.puskel.com/4-macam-sistem-rujukan-upaya-kesehatan/ (diunduh pada tanggal 10 Maret 2012). Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. Missouri : Mosby Elseiver. Stuart, Gail Wiscarz. (2005). Principle & Practice of Phsyciatric Nursing, 8th ed. St Moury: Mosby Elsevier UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Wright , M, Lorrainm. ,.& Leahey, Maureen. (2009). Nurses and families: a guide to family assessment and intervention. Callifornia: F.A. Davis.