KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PARADIGMA HIMPUNAN …
Transcript of KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PARADIGMA HIMPUNAN …
KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PARADIGMA HIMPUNAN
MAHASISWA ISLAM (HMI) DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
JENJANG PERKADERAN HMI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S1) dalam Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah
Oleh :
ARYANDA PUTRA
NIM : 1316.014
DOSEN PEMBIMBING :
H. BUSTAMAR, S.Ag, MH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2020 M / 1441 H
ABSTRAK
Skripsi ini ditulis oleh Aryanda Putra, NIM 1316.014, Program Studi
Hukum Ketatanegaraan, Fakultas Syariah. Skripsi ini berjudul “Konsep
Kepemimpinan dalam Paradigma Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan
Implementasinya dalam Jenjang Perkaderan HMI”. Arti dari judul penulisan
skripsi ini adalah penulis ingin menjelaskan tentang Konsep Kepemimpinan dari
sudut pandang organisasi mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan
bagaimana implementasinya dalam dunia perkaderan di HMI.
.
Adapun motivasi penulis membahas permasalahan ini adalah karena Fakta
bahwa keberadaan dan kiprah para kader organisasi Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) sebenarnya sudah sedemikian nyata. Bahkan, untuk sekarang data
menyatakan sebagian besar pemimpin negara pada hari ini adalah orang-orang
yang pernah menjadi kader dari organisasi mahasiswa Islam ini. Dalam konteks
kebangsaan maka wajar karena tujuan HMI adalah mencetak kader yang harus
merasa bertanggungjawab untuk terlibat diberbagai bidang, seperti organisasi
politik. di dalam anggaran dasar HMI di sana telah dijelaskan mengenai tujuan
pembentukan organisasi ini. Hal tersebut seperti yang telah disebutkan dalam
Anggaran Dasar HMI pada Bab III pasal 4 tentang Tujuan HMI. Pembentukan
kader dan pemimpin yang berkualitas, tentu tidak terlepas dari konsep
kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi, dan implementasi konsep yang
dimaksud dalam proses perkaderan. Sebagai sebuah organisasi yang sudah banyak
melahirkan pemimpin bangsa dalam berbagai sektor kehidupan. Tentunya HMI
mempunyai konsep kepemimpinan yang di internalisasikan kepada para kader
dalam berbagai jenjang perkaderan, mulai dari Basic Training (LKI), Intermediate
Training (LKII), maupun Advance Training (LKIII), ataupun berbagai bentuk
perkaderan lainnya yang ada di HMI. Dan hal ini secara akademis tentu menarik
dikaji dan diteliti secara lebih mendalam.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan ialah penelitian kepustakaan
(library research) yang bersifat deskriptif (mendeskripsikan suatu konsep). Dalam
pengumpulan data, penelitian ini menggunakan sumber-sumber terkait Himpunan
Mahasiswa Islam (buku, jurnal, artikel) sebagai metode pengumpulan data.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang konsep
kepemimpinan dalam paradigma HMI dan mengetahui bagaimana
implementasinya dalam dunia perkaderan di HMI.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Konsep kepemimpinan
yang ada di HMI adalah: “Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional”.
sebagai padanan (equivalent) dan tafsiran dari kesimpulan Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan sebagai ideologi HMI yaitu “Iman, Ilmu, Amal”.
Kata Kunci: Kepemimpinan, HMI, Perkaderan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi
ini dapat selesai dengan baik. Sungguh tiada kekuatan dan daya upaya tanpa
kehendak-Nya.
Shalawat dan salam peneliti ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang di ridhai Allah SWT
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S-1 dalam Program Studi Hukum
Ketatanegaraan. Dalam penulisan skripsi ini penetili banyak memperoleh bantuan
dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh
karena itu peneliti ingin mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada
keluarga peneliti yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan
pengorbanan lainnnya yang tampa kena lelah untuk masa depan dan kehidupan
peneliti, selanjutnya peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Rhida Ahida, M.Hum sebagi Rektor IAIN Bukittinggi. Wakil
Rektor Bapak Dr. Asyari, M.Si. Wakil Rektor II Bapak Dr. Novi Hendri,
M.Ag. dan Wakil Rektor III Bapak Dr.Miswardi, M.Hum Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi
2. BapakDr. H. Ismail, M.Ag sebagai Dekan, dan wakil dekan satu Bapak Dr.
Nofiardi, M.Ag, Wakil Dekan II Bapak Dr. Busyro, M.Ag, Wakil Dekan III
Bapak Fajrul Wadi, S.Ag, M.Hum Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi.
3. Bapak Dr. Helfi, M.Ag sebagai Ketua Prodi Hukum KetatanegaraanIAIN
Bukittinggi
4. Bapak H. Bustamar, S.Ag, MH sebagai pembimbing yang telah memberikan
arahan, bimbingan, nasehat dan waktu dalam meyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Saiful Amin, M.Ag selaku penasehat akademik yang telah
memberikan dorongan dan nasehat untuk menyelesaikan studi di IAIN
Bukittinggi
6. Bapak ibu dosen dan karyawan-karyawan IAIN Bukittinggi, yang telah
memberikan penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan di Perguruan Tinggi
ini.
7. Bapak Novi Zulfikar, S.sos, M.AP selaku kepala perpustakaan serta karyawan
dan karyawati perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah menyediakan
fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, yang selalu
mendoakan, memberikan semanagat dan mendorong saya sampai ketahap ini,
dan pengorbanan mereka yang sangat berarti bagi saya.
9. Kepada kedua saudara saya Yuga Fitra Hariandi dan Tri Kurnia Maideshinta,
serta kerabat saya yang tak bosan memberikan semangat kepada saya.
10. Kepada semua rekan-rekan seperjuangan di organisasi yang sangat saya cintai
Himpunan Mahasiswa Islam cabang Bukittinggi, sebagai “Second Campus”
bagi saya karena telah banyak berjasa untuk seluruh perkembangan yang saya
dapatkan sampai saat ini. Terima kasih untuk seluruh insan cita Bukittinggi
atas seluruh bantuannya, semangat, ide dan gagasan, serta bantuan refrensi
tambahan nya sehingga skripsi ini selesai dikerjakan.
11. Kepada semua rekan seperjuangan dengan saya Mutia, Mega, Farhan, Andre,
Jojo, serta rekan-rekan HTN A 2016 yang telah memberikan motivasi serta
sumbangan pemikiran selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga bantuan, bimbingan, petunujuk, motivasi dan pengorbanan yang
telah Bapak, Ibu, rekan-rekan berikan kepada penulis menjadi amal ibadah dan
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin ya Rabbal`alamin.
Meskipun penulisan skripsi ini dilakukan dengan segala upaya serta usaha
yang maksimal, penulis menyadari mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam skripsi ini. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Billahi Taufiq wal Hidayah....
Bukittinggi, 25 Januari, 2021
Penulis
Aryanda Putra
1316.014
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aryanda Putra
NIM : 1316.014
Tempat/Tanggal lahir : Dharmasraya, 20 Februari 1998
Prodi : Hukum Ketatanegaraan
Fakultas : Syariah
Judul Skripsi : Konsep Kepemimpinan Dalam Paradigma Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Dan Implementasinya Dalam Jenjang Perkaderan
HMI.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya
dengan judul di atas adalah benar asli karya penulis. Apabila dikemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses
sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dicopot sampai batas
waktu yang tidak ditentukan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, 25 Januari 2021
Penulis
ARYANDA PUTRA
NIM. 1316.014
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................i
ABSTRAK........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…........................................................................1
B. Rumusan Masalah………..........................................................................7
C. Tujuan Penelitian…...................................................................................8
D. Kegunaan Penelitian…...............................................................................8
E. Penjelasan Judul….....................................................................................9
F. Tinjauan Pustaka…....................................................................................13
G. Metode Penelitian…...................................................................................17
H. Sistematika Penulisan.................................................................................24
BAB II KONSEP KEPEMIMPINAN
A. Pengertian Kepemimpinan.........................................................................25
B. Jenis-Jenis Kepemimpinan.........................................................................31
C. Teori-Teori Kepemimpinan...………………….…………….......................35
D. Gaya dan Tipe Kepemimpinan...................................................................40
E. Fungsi Kepemimpinan...............................................................................44
F. Konsep Kepemimpinan Islam....................................................................46
BAB III HMI, NDP, DAN PENGKADERAN
A. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)............................................................62
B. Nilai-Nilai Perjuangan (NDP).....................................................................73
C. Perkaderan HMI.........................................................................................77
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Konsep Kepemimpinan dalam Paradigma Himpunan Mahasiswa
Islam...........................................................................................................85
B. Implementasi Konsep kepemimpinan Paradigma HMI dalam Jenjang
Pengkaderan HMI......................................................................................118
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................124
B. Saran……................................................................................................126
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
HMI yang telah berkembang sejak 1947 dan dianggap sebagai salah
satu organisasi kemahasiswaan yang turut andil menjaga iklim demokrasi
pascareformasi 1998. Sejatinya, HMI merupakan sebuah wadah yang dapat
dikatakan complete bukan hanya berperan sebagai organisasi perjuangan.
Seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar HMI pada Bab IV pasal 8 tentang
fungsi; HMI berfungsi sebagai organisasi kader.1 Tentu dengan amanah yang
ada pada konstitusi HMI tersebut menjadikan HMI sebagai wadah
pengembangan dan pencetak kader pemimpin dan intelektual bangsa masa
depan.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kader
diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformasikan
gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yakni terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi Allah SWT.2
Himpunan mahasiswa islam (HMI) sebagai organisasi perkaderan
terbesar di Indonesia, tentunya telah menjadi ruang berbagai generasi. Peran
para kader HMI pun tak dapat dielakkan dalam sejarah bangsa ini. Oleh karena
1 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018
Himpunan Mahasiswa Islam, Tema: Meneguhkan Kebangsaan Wujudkan Indonesia Berkeadilan
(Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.45. 2 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil,......,hlm.348.
itu, HMI semestinya mampu menjawab setiap tantangan dalam perkembangan
generasi muda.
Berbicara kader, tidak hanya HMI setiap organisasi pasti mempunyai
kader nya masing-masing yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan
organisasinya. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan
dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia
memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum.
Bung Hatta pernah berkata kaderisasi dalam kerangka kebangsaan,
“Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan
pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”
Dan setiap organisasi punya konsep kepemimpinan tersendiri yang
diimplementasikan dalam jenjang pengkaderan. 3
Di HMI sendiri, Ada dua jenis jenjang perkaderan, yaitu formal dan
informal. Dalam jenjang formal, ada 3 tingkatan pelatihan yang dibagi
berdasarkan tujuannya. Pertama; LK1, tujuan LK 1 mendukung peningkatan
kualitas kader HMI sebagai mahasiswa. Tentunya HMI tidak hanya
menekankan peran mahasiswa dalam berorganisasi, namun seorang kader HMI
harus memiliki kepribadian muslim dan kualitas akademis yang baik. Serta
dalam berorganisasi, seorang kader HMI harus mampu menyadari peran dan
fungsinya tak hanya sebagai kader HMI, namun lebih luas sebagai kader umat
dan kader bangsa. Kedua; LK2, capaian yang menjadi fokus utama dalam
Latihan Kader 2 ada pada peningkatan intelektual kader. Maka, dalam forum
3 https://members.tripod.com/buletin_informatika/69baru/kolom.htm, (Diakses; Tanggal
04 September2020)
LK 2 kamu akan banyak mendapat materi, pengalaman, ketegangan baru, serta
memelajari bagaimana cara berdialektika yang baik, dan LK2 adalah forum
Latihan Kader yang bertaraf Nasional. Ketiga, LK3, training formal ini
merupakan Training tertinggi dalam jenjang pendidikan kader HMI.4
Peran HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang cukup matang
melakukan kaderisasi semakin dinanti perannya. Kaderisasi harus benar-benar
menelorkan agen-agen perubahan (agen of change) yang memiliki lima
kualitas insan cita, yaitu insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan
islami dan insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhai Allah SWT . Menurut “Agussalim Sitompul”, kader
yang memiliki lima kualitas insan cita itu akan menjadi kader yang ideal, yaitu
Muslim intelektual profesional.5
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berazas dan berpahaman
bahwa Islam menjadi dasar pijakan dalam berorganisasi, hal itu tentunya
bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
akademisi yang baik, serta pemimpin yang aktif di masyarakat dan
berkarakteristik menjaga nilai nilai yang Islami berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist. Itu Melekat pada diri kader HMI Sebagai wujud implementasi dari
Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI) sebagai ideologi organisasi.6
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI merupakan kitab atau buku
yang berisi kumpulan nilai dasar perjuangan yang harus terinternalisasi
4 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil,........,hlm.382 5 Agussalim Sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI Suatu Kritik dan Koreksi untuk
Kebangkitan Kembali HMI, (Jakarta: CV Misaka Galiza, cetakan pertama 2005) hlm. 14. 6 Suwandi Simangungsong, dkk , JURNAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, Volume 7 No. 2
Tahun 2019, hlm. 145.
kedalam diri seorang kader. Nilai-nilai tersebut akan menjelma ke dalam
perilaku dan aktivitas keseharian kader, baik dalam aras kehambatan maupun
kekhalifahan.7
NDP diderivasi dari Al Qur’an dan Hadis. Perumusanya; Nurkholis
Madjid, telah menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan
Tauhid, kemanusiaan, takdir, keadilan sosial, ekonomi, serta ilmu
pengetahuan, kemudian merangkainya menjadi satu konsep yang utuh tentang
pandangan dunia.8
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI diharapkan dapat menciptakan dan
memperkuat terbentuknya profil kader HMI, sehingga setiap kader HMI
memiliki kualitas tertentu serta memiliki kelebihan dari kader organisasi kader
lain, sebagai garansi obyektif untuk menjalankan misi perjuangan ditengah-
tengah bangsa.9 Sebagai kumpulan Nilai, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI
diharapkan dapat dipahami dengan baik-baik oleh kader HMI. Selanjutnya
pemahaman terhadap nilai-nilai tersebut akan membentuk dan mempengaruhi
cara berpikir dan pandangan hidup kader itu sendiri.10 Sebab dari itu, bukan
tidak mungkin nilai-nilai yang terdapat pada NDP HMI sangat mempengaruhi
kriteria dan kualitas kader atau alumni HMI termasuk kualitas dalam
kepemimpinan kader HMI.
Selain ikhtiar dalam mengemukakan sebuah Konsep, pertanyaan yang
mungkin perlu dijawab juga adalah Bagaimana implementasi kepemimpinan
7 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI ( Teks, Interpretasi, dan
Kontektualisasi), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018), hlm.3. 8 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,..........hlm.4 9 Hariqo Wibawa Satria, Lafran Pane: Jejak hayat dan Pemikirannya, (Jakarta: Lingkar, 2010),
cet.1, hlm.359. 10 Ignas Kladen, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, (Jakarta, LP3ES,1988), hlm.155.
berkarakter HMI ini dalam penerapannya pada jenjang pengkaderan HMI ?
Sebab, kita tahu pengkaderan merupakan proses pembentukan pribadi,
pewarisan dan penciptaan nilai, pengetahuan dan keterampilan sehingga
pribadi tersebut dapat mengembangkan diri secara optimal untuk menghadapi
kehidupan nyata.
Hemat penulis, Fakta bahwa keberadaan dan kiprah para kader
organisasi ini sebenarnya sudah sedemikian nyata. Bahkan, fakta sekarang
menyatakan sebagian besar elit negara pada hari ini berasal dari organisasi
mahasiswa Islam tersebut.
Dalam konteks kebangsaan maka wajar karena tujuan HMI adalah
mencetak kader yang harus merasa bertanggungjawab untuk terlibat diberbagai
bidang, seperti organisasi politik. di dalam anggaran dasar HMI di sana telah
dijelaskan mengenai tujuan pembentukan organisasi ini. Hal tersebut seperti
yang telah disebutkan dalam Anggaran Dasar HMI pada Bab III pasal 4 tentang
Tujuan; Terbina nya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
di-ridhoi Allah Subhanahu wata’ala.11
Bila ditelisik satu persatu, kiprah pemimpin bangsa yang dahulu
dikader oleh HMI tersebar luas, baik di lembaga yudikatif, legislatif, dan
eksekutif. Tokoh kunci pada elit pemimpin masa kini seperti Ketua DPR,
MPR, DPD, wakil presiden, dan sejumlah menteri berasal dari keluarga besar
HMI. Begitu pula di tingkat kepimpinan daerah provinsi dan kabupaten.
11 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018
Himpunan Mahasiswa Islam, Tema: Meneguhkan Kebangsaan Wujudkan Indonesia Berkeadilan
(Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.44.
Banyak sekali kader HMI yang diberikan amanat untuk menjadi gubernur dan
bupati.
Kebutuhan akan pemimpin yang memiliki mutu terjamin semakin
dinantikan. Namun, akhir-akhir ini, dalam mendiskusikan kemungkinan
peralihan generasi kepemimpinan, menurut “Malarangeng” yang mengatakan
bahwa “rasanya kita terlalu sering berbicara tentang tokoh-tokoh yang akan
menjadi pemimpin di masa depan. Dalam kadar tertentu, itu sebenarnya wajar
saja. Namun, pembicaraan seperti itu tidak boleh membuat kita lupa bahwa
yang terpenting sebetulnya bukan lagi pada soal siapa melainkan pada apa dan
bagaimana bentuk kepemimpinan baru itu. Dengan kata lain, yang harus kita
perhatikan bersama bukan lagi sekadar tokoh atau pemimpin (leader) tapi
kepemimpinan (leadership)”.12
Pembentukan kader dan pemimpin yang berkualitas, tentu tidak terlepas
dari konsep kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi, dan implementasi
konsep yang dimaksud dalam proses perkaderan. Sebagai sebuah organisasi
yang sudah banyak melahirkan pemimpin bangsa dalam berbagai sektor
kehidupan. Tentunya HMI mempunyai konsep kepemimpinan yang di
internalisasikan kepada para kader dalam berbagai jenjang perkaderan, mulai
dari Basic Training (LKI), Intermediate Training (LKII), maupun Advance
Training (LKIII), ataupun berbagai bentuk perkaderan lainnya yang ada di
HMI. Dan hal ini secara akademis tentu menarik dikaji dan diteliti secara lebih
mendalam.
12 Rizal Mallarangeng, Dari Langit: Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan
Kekuasaan, (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2008) hlm. 496.
Penelitian ini ditujukan pada permasalahan terkait konsep
kepemimpinan Paradigma HMI dan Implementasi dalam jenjang perkaderan
HMI sebagai upaya mempersiapkan pemimpin masa depan, berkenaan dengan
krisis kepemimpinan Bangsa sekaligus sebagai Iron stock pemimpin masa
depan bangsa.
Lalu pertanyaan yang muncul adalah, konsep kepemimpinan seperti apa
yang ada di HMI dalam rangka membentuk profil kader sebagai pemimpin
yang ideal dari jenjang pengkaderan yang dilakukan HMI ?
Maka, untuk menjawab pertanyaan ini, perlu kiranya untuk melakukan
sebuah pengkajian secara komprehensif dan mendasar.
Maka dari itu saya mencoba menakar dan menelisik lebih jauh
mengenai kajian Konsep Kepemimpinan HMI ini dalam suatu penelitian
berupa skripsi dengan judul; "KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM
PARADIGMA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DAN
IMPLEMENTASIYA DALAM JENJANG PENGKADERAN HMI”
B. Rumusan Masalah
Secara Eksplisit ada dua Pokok permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini;
1. Bagaimana Konsep kepemimpinan dalam Paradigma Himpunan Mahasiswa
Islam?
2. Bagaimana Implementasi Konsep kepemimpinan Paradigma HMI dalam
jenjang perkaderan HMI ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian, tentunya seorang penulis mempunyai tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitiannya. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Konsep kepemimpinan dalam Paradigma Himpunan
Mahasiswa Islam.
2. Untuk mengetahui Implementasi Konsep kepemimpinan Paradigma HMI
dalam jenjang perkaderan HMI.
D. Kegunaan Penelitian
Pada dasarnya setiap penelitian tentunya mempunyai manfaat, baik
dalam rangka pengembangan pengetahuan ataupun berkaitan dengan asas
guna yang lebih luas seperti halnya kepentingan sosial praksis. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi empirik dan
pengetahuan seputar Konsep kepemimpinan İdeal dalam Paradigma
Himpunan Mahasiswa İslam(Analisis NDP), serta dapat dijadikan sarana
untuk memperluas khasanah keilmuan.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
kontribusi informasi serta pengetahuan dalam memahami Relevansi Konsep
kepemimpinan İdeal Paradigma HMI jika di kontekstualisasikan dalam
kepemimpinan Indonesia.
3. Bagi penulis Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, dan juga
menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar mengembangkan
ilmu yang telah diperoleh.
E. Penjelasan Judul
Untuk menghidari terjadinya penafsiran yang keliru dalam memhami
maksud yang terkandung dalam judul ini, maka penulis menganggap perlu
meguraikan pengertian beberpa istilah pokok dalam kajian ini agar persamaan
presepsi dapat diperoleh sebagai kejelasan pemahaman terhadap hal-hal yang
akan dibahas. Istilah-istilah yang dimaksud adalah "Konsep, Paradigma,
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan, Implementasi, dan Pengkaderan.
1. Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti; pengertian,
gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham), rancangan (cita-
cita) yang telah dipikirkan.13 Dalam hal ini yang dimaksud adalah gambaran
atau rancangan konsep kepemimpinan yang ada dalam organisasi HMI.
2. Paradigma
Paradigma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan “Kerangka
berpikir”..14 Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris
yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu
paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma
13 Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 520. 14 KBBI.web.id, paradigma, https://kbbi.web.id/paradigma/ (Diakses; Tanggal 04
September2020)
(para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan"
(para) dan memperlihatkan (deik).15
Pengertian Paradigma secara Istilah didefenisikan sebagai
“seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis
membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami,
menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/ atau masalah yang
dihadapi”.16
Kata “seperangkat“ menunjukkan bahwa paradigma memiliki beragam
unsur dan tidak hanya tunggal dimana unsur-unsur tersebut terdiri dari
konsep-konsep. Konsep adalah istilah atau kata yang diberi makna tertentu.
Oleh karena itu, sebuah paradigma juga merupakan kumpulan makna-
makna, dan pengertian pengertian. Kumpulan konsep-konsep ini merupakan
sebuah kesatuan, karena konsep-konsep ini berhubungan secara logis, yakni
secara paradigmatik, sintagmatik, metonimik dan metaforik sehingga dapat
dikatakan sebagai seperangkat konsep.17
Makna dan hubungan antarmakna yang muncul dalam pikiran ini
menjadi kumpulan konsep yang membentuk kerangka kerangka pemikiran
yang berfungsi untuk memahami dan menjelaskan kenyataan atau masalah
yang dihadapi. Kerangka pikiran inilah nantinya yang berfungsi sebagai
perangkat untuk memahami memahami, mendefinisikan, dan menentukan
kenyataan yang dihadapi kemudian menggolongkannya ke dalam kategori-
15 https://www.etymonline.com/paradigma/ (Diakses dan diterjemahkan; Tanggal 04
September2020) 16Happy Susanto, Konsep Paradigma Ilmu Sosial, (M U A D D I B Vol.04 No.02 Juli-
Desember 2014), hlm.100. 17 Happy Susanto, Konsep Paradigma Ilmu Sosial,...........,hlm.100.
kategori, dan menghubungkannya dengan definisi kenyataan lainnya,
sehingga terjalin relasi-relasi pada pemikiran tersebut, yang kemudian
membentuk suatu gambaran tentang kenyataan yang dihadapi.18
Dalam penelitian ini paradigma yang dimaksud adalah kerangka
berpikir dalam pemaknaan konsep kepemimpinan dalam ruang lingkup
HMI.
3. Implementasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Relevansi diartikan sebagai;
pelaksanaan; penerapan, Pengertian secara istilah implementasi adalah
sebuah tindakan atau proses gagasan yang sudah disusun dengan begitu
cermat dan detail. Implementasi ini umumnya tuntas sesudah di anggap
permanen.
Menurut Nuruddin Usman dalam bukunya “Konteks Implementasi
Berbasis Kurikulum”, ia mengartikan Implementasi sebagai suatu tindakan
atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem,
implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana
dan untuk mencapai tujuan kegiatan.19
Sedangkan menurut pendapat Guntur Setiawan , implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
18 Happy Susanto, Konsep Paradigma Ilmu Sosial,........... hlm.100. 19 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,( Jakarta: Grasindo, 2002),
hlm.70.
dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
pelaksana,birokrasi yang efektif.20
Mengacu pada pengertian yang telah dikemukakan diatas kita
mengetahui bahwa implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas juga maka kesimpulan yang dapat
kita ambil bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana,
bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
objek atau kata berikutnya objek yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu,
Konsep. Implementasi konsep merupakan proses pelaksanaan ide atau
gagasan yang telah ada dengan harapan orang lain dapat menerima dan
melakukan perubahan terhadap suatu penerapan konsep tersebut dan
memperoleh hasil yang diharapkan.
4. Perkaderan
Perkaderan sendiri berasal dari kata “kader” yang ditambah imbuhan
per- dan –an yang menyatakan sebuah makna “proses”. Kader pada mulanya
adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang berasal dari bahasa Yunani
dari kata carde yang definisinya adalah pembinaan yang tetap sebuah
pasukan inti ( yang terpercaya) yang sewaktu waktu diperlukan.21
Perkaderan/kaderisasi adalah proses pencetakan kader. Sedangkan
definisi kader itu sendiri adalah orang yang dipercaya mampu melanjutkan
20 Guntur Setiawan,Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004),
hlm. 39. 21 Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa)...........,hlm.266.
dan melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam suatu organisasi. Dengan
kata lain kaderisasi adalah proses, cara, atau perbuatan dalam usaha
mendidik manusia-manusia yang memiliki kompetensi yang mapan untuk
menjalankan amanah dalam suatu organisasi. Kaderisasi berfungsi untuk
mempersiapkan orang- orang yang berkualitas yang nantinya dipersiapkan
untuk melanjutkan perjuangan sebuah organisasi, tanpa kaderisasi rasanya
sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan
tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.22
Kesimpulannya dari perincian penjelasan judul diatas, bahwa tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengemukan konsep (rancangan)
dalam kerangka berpikir yang telah dibangun oleh Organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam yang telah diinternalisasikan dalam berbagai jenjang
perkaderan, sehingga menghasilkan sebuah konsep kepemimpinan yang
terinternalisasikan pada diri kader HMI, lalu konsep kepemimpinan yang telah
ada tersebut bagaimana bentuk pengimplementasian nya didalam setiap jenjang
perkaderan yang dilakukan HMI.
F. Tinjauan Pustaka
Berkaitan dengan permasalahan Konsep Kepemimpinan ideal dalam
paradigma HMI, beberapa tulisan dan penelitian terdahulu diantaranya
antara lain:
1. Azhari Akmal Tarigan : “Islam Universal: Kontekstualisasi NDP HMI
Dalam Kehidupan Beragama Di Indonesia”
22 Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa) di Desa Hamalau
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, (Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013), hlm.266.
Buku “Islam Universal: Kontekstualisasi NDP HMI Dalam Kehidupan
Beragama Di Indonesia”.23 ini membahas Nilai-Nilai Dasar Perjuangan
yang sekaligus menjadi ideologi pergerakan. Faham keagamaan yang
dirumuskan oleh Nurcholish Madjid dan kawan-kawannya merupakan hasil
kajian mereka terhadap al-Quran dan Hadis yang kemudian dijadikan
sebagai materi kajian wajib dalam latihan Perkaderan di HMI.
Buku ini secara umum merupakan penjabaran daripada NDP dalam
perpektif keislaman dan keindonesiaan. Penulis berpendapat bahawa buku
ini sangat berguna untuk memahami pemikiran-pemikiran keagamaan HMI
yang dipindahalihkan kepada seluruh ahli HMI dari masa ke masa.
Fokus pada penlitian buku ini adalah pada pengkhususan pada kajian
NDP, pengeksploran terkait NDP sangat mendalam pada buku ini
sedangkan penelitian yang coba penulis sampaikan pada penelitian ini tidak
terfokus pada kajian terkait dokumen NDP saja, melainkan pada seluruh
dokumen-dokumen dan instrumen yang terkait tentang HMI, yang mana itu
dilakukan untuk untuk merangkum konsep terkait hal kepemimpinan yang
terdapat di HMI. Dan setelah konsep tersebut telah dirangkum penulis
mencoba merumuskan pola implementasinya dalam jenjang perkaderan di
HMI.
2. Skripsi Dedi Kusnadi: Afiliasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Gowa Raya Dalam Partai Politik.24
23 Azhari Akmal Tarigan, Islam Universal: Kontekstualisasi NDP HMI Dalam Kehidupan
Beragama Di Indonesia,( Bandung: Citapustaka Media,2003). 24 Lihat skripsi Dedi Kusnadi Thamin, Afiliasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Gowa Raya Dalam Partai Politik, (UIN Alauddin Makassar, 2018)
Penelitian yang dilakukan olehnya ini lebih condong pada efektivitas
aktualisasi Nilai Dasar Perjuangan HMI pada Afiliasi dengan Partai
Politik, penelitian ini sama-sama mencoba mengskplor NDP HMI namun
pada tataran praktis, Penelitian yang telah dilakukan lebih condong pada
tataran relasi HMI dan Partai politik.
Sedangkan perbedaan pada kajian yang penulis buat lebih pada
penemuan sebuah konsep kepemimpinan yang selama ini tertanam di HMI
dari pengamalan ideologi dan pedoman dasar di HMI lainya termasuk pada
NDP HMI, lalu mencoba merumuskan pola implementasinya dalam jenjang
perkaderan di HMI.
3. Tesis Heryati: “Implementasi Nilai Dasar Perjuangan HMI dalam
Pembinaan Kader HMI di Palembang”.
Penelitian yang dilakukan oleh Heryati dalam tesisnya ini adalah
terfokus melihat fenomena yang terjadi di tubuh HMI cabang Palembang
dalam mengaplikasikan NDP yang dijadikan pedoman oleh Cak Nur
tersebut, seyogyanya Heryati ingin mengetahui bagaimana implementasi
nilai-nilai pemikiran Nurcholis Madjid terhadap kader di Lingkungan HMI
Cabang Palembang.
Sedangkan distingsih pada kajian yang penulis buat lebih pada
penemuan sebuah konsep kepemimpinan yang selama ini tertanam di HMI
dari pengamalan ideologi dan pedoman dasar di HMI lainya termasuk pada
NDP HMI, lalu mencoba merumuskan pola implementasinya dalam jenjang
perkaderan di HMI secara umum.
4. Disertasi Berliana Kartakusumah: Pengembangan Kepemimpinan Tokoh
HMI; Studi Kasus Tentang Performansi Proses Pembelajaran, Kepribadian,
Visi, Kemampuan, Prestasi dan Penerimaan Lingkungan Tokoh HMI dalam
Perspektif Pembelajaran Sepanjang Hayat.25
Bidikan penelitian tentang pengembangan kepemimpinan tokoh HMI,
yang difokuskan pada: (1) performansi proses pembelajaran yang meliputi:
proses penyadaran dan proses pemberdayaan yang dijalani oleh lalu
berfungsi untuk melestarikan sistem subjek penelitian didalam keseluruhan
lingkungan pembelajaran sepanjang hayat, yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan persekolahan, lingkungan luar sekolah, dan lingkungan
masyarakat luas; (2) performansi kepemimpinan yang ditampilkan subjek
penelitian yang terdiri dari kepribadian, kemampuan, visi, prestasi, dan
penerimaan lingkungan. (Kartakusumah, 2004). Dalam disertasi tersebut
dikaji beberapa tokoh-tokoh HMI di antaranya adalah sosok Nurcholish
Madjid yang oleh penulisnya dikategorikan sebagai sosok Muslim
pembaharu.
Perbedaaan nya sangat jelas dengan penelitian yang penulis buat,
bahwa penulis pada penelitian ini penulis lebih fokus pada penemuan
sebuah konsep kepemimpinan yang selama ini tertanam di HMI dari
pengamalan ideologi dan pedoman dasar di HMI lainya termasuk pada NDP
HMI, lalu mencoba merumuskan pola implementasinya dalam jenjang
perkaderan di HMI., sedangkan pada disertasi berliana kartakusumah diatas
25 Berliana Kartakusumah, Pengembangan Kepemimpinan Tokoh HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) dalam Perspektif Pembelajaran Sepanjang Hayat, (Journal of Islamic
Studies in Indonesia and Southeast Asia, 1(1) February 2016).
adalah pengkajian terhadap karakter tokoh-tokoh HMI yang berpengaruh,
lalu bagaimana penerapannya dalam linkungan masyarakat.
5. Skripsi Abdul Aziz: Posisi Ijtihad Dalam NilaiNilai Dasar Perjuangan HMI
(Abdul Aziz, 2004).
Di sini Abdul Aziz hanya mengungkapkan potensi dan peluang ijtihad
yang terdapat dalam konsep Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI,
fokus kajian yang dilakukan oleh Abdul Aziz penemuan sebuah nilai
potensi ijtihad yang ada didalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP).
Sedangkan distingsih pada kajian yang penulis buat lebih pada
penemuan sebuah konsep kepemimpinan yang selama ini tertanam di HMI
dari pengamalan ideologi dan pedoman dasar di HMI lainya termasuk pada
NDP HMI, lalu mencoba merumuskan pola implementasinya dalam jenjang
perkaderan di HMI.
G. Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langah-langkah sistematis. Metode penelitian adalah
mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam
suatu kegiatan penelitian, baik itu dalam tekni k pengumpulan data maupun
analisa. Peneliti dalam rangka pelaksanaan pengumpulan data, harus
menentukan sumber-sumber data serta lokasi di mana sumber data tersebut
dapat ditemukan dan diteliti.
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sesuai dengan obyek
kajian skripsi ini, maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian kepustakaan (library research), Berbeda dengan penelitian
lapangan lokasi pengumpulan data untuk penelitian kepustakaan jauh lebih
luas bahkan tidak mengenal batas ruang. Setting penelitian merupakan
patokan di mana lokasi tersebut dilaksanakan. Sebelum menyebutkan lokasi
penelitian, ada baiknya untuk menyebutkan ciri khusus dari penelitian
kepustakaan untuk membedakan setting penelitian kepustakaan dengan
penelitian lain seperti penelitian lapangan.
Penelitian kepustakaan memiliki beberapa ciri khusus, antara lain;
pertama, penelitian ini berhadapan langsung dengan teks atau data angka,
bukan dengan lapangan atau saksi mata (eyewitness), berupa kejadian,
orang atau benda-benda lain. Kedua, data bersifat siap pakai (readymade),
artinya peneliti tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan
langsung dengan sumber yang sudah ada di perpustakaan. Ketiga, data
diperpustakaan umumnya adalah sumber data sekunder, dalam arti bahwa
peneliti memperoleh data dari tangan kedua bukan asli dari tangan pertama
dilapangan. Keempat, kondisi data di perpustakaan tidak dibagi oleh ruang
dan waktu.26
Dan data yang terkumpul dianalisa dengan seluruh subtansinya diolah
secara filosofis dan teoritis. Selanjutnya, penelitian ini disajikan dengan
26 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004).
metode deskriptif yakni menggambarkan apa adanya. Karena penelitian ini
memakai pendekatan yaitu kualitatif, maka disebut dengan 'Deskriptif
Kualitatif'.
2. Sumber Data
Berdasarkan ciri di atas, penelitian ini dilakukan di perpustakaan yang
mengoleksi data-data baik yang secara umum membahas organisasi HMI
maupun secara spesifik kajian terkait Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI
sebagai dokumen Ideologis HMI. Untuk memudahkan mengidentifikasi
sumber data, maka penulis mengklasifikasikan sumber data menjadi dua
sumber data, yaitu:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber-
sumber primer, yaitu sumber asli yang memuat informasi tersebut.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah dari naskah
AD/ART HMI,Pedoman Pengkaderan, Dokumen NDP.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan
asli yang memuat informasi dan data tersebut diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara, seperti data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen resmi atau buku yang berhubungan dengan
penelitian.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan
identifikasi wacana dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal,
web (internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul
penulisan untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan kajian
tentang Konsep kepemimpinan ideal paradigma HMI. Maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku,
dokumen, majalah internet (web). Kedua, Menganalisa data-data tersebut
sehingga peneliti bisa menyimpulkan tentang masalah yang dikaji. Pada
hakikatnya tidak ada acuan khusus dalam mengumpulkan data pada metode
ini, namun tidak dengan begitu saja data yang dikumpulkan dijadikan hasil
penelitian, karena akal manusia memberikan bimbingan pekerjaan secara
sistematis dan sesuai dengan objek kajiannya. Oleh karenanya perlu teknik
tertentu agar hasil penelitian sifatnya sistematis dan objektif.
Dua instrument penelitian digunakan dalam pengumpulan data ini,
pertama, pengumpulan data dalam bentuk verbal simbolik, yaitu
mengumpulkan naskah-naskah yang belum dianalisis. Dalam pengumpulan
data ini peneliti bisa menggunakan alat rekam, seperti fotocopy dan lain
sebagainya. Kedua, kartu data yang berfungsi untuk mencatat hasil data
yang telah didapat untuk lebih memudahkan peneliti dalam mengklarifikasi
data yang telah didapatkan di lapangan, selain itu pula kartu data
memberikan solusi jika instrumen pertama sulit untuk dioperasionalkan,
kartu data bisa digunakan sebagai pengganti dari instrument pertama, namun
dengan konsekuensi lamanya waktu berada di lokasi sumber data.
Pertama-tama yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah
menentukan lokasi pencarian sumber data, seperti perpustakaan dan pusat-
pusat penelitian. Setelah menentukan lokasinya, mulai mencari data yang
diperlukan dalam penelitian. Data yang kemudian didapatkan dilokasi akan
dibaca oleh seorang peneliti, karena tugas utama peneliti adalah mampu
menangkap makna yang terkandung dalam sumber kepustakaan tersebut.
4. Teknik Analisa Data
Ada dua tahap dalam membaca data yang telah diperoleh:
Pertama, Membaca pada tingkat simbolik. Seorang peneliti tidak
mungkin akan membaca seluruh sumber yang didapatkan dari pertama
hingga akhir. Jika itu dilakukan, maka akan menyita waktu dan akan
mengurangi efisiensi waktu penelitian. Tahap ini ialah dengan tidak
membaca secara keseluruhan melainkan dengan menangkap sinopsis dari
buku, bab, subbab sampai pada bagian terkecil dari buku, hal ini sangat
penting dilakukan untuk mengetahui peta penelitian, hasilnya akan dicatat
dalam kartu data dan diberikan kode sesuai dengan peta dan kategori
penelitian yang dilakukan.
Kedua, Membaca pada tingkat semantik. Membaca data yang telah
dikumpulkan dengan lebih terperinci, terurai dan menangkap esensi dari
data tersebut. Hal ini membutuhkan ketekunan dan waktu yang cukup lama.
Tiap poin yang dibaca dilakukan analisis dalam data tersebut. Peneliti harus
mendahulukan data yang bersifat primer, jika sudah dianggap cukup
selanjutnya mengumpulkan data yang bersifat sekunder.
Setelah membaca secara semantik dilakukan, dicatat dalam kartu data,
tahapan pencatatan dalam kartu ada di antaranya:
a. Mencatat secara qoutasi, yaitu dengan mencatat kutipan langsung tanpa
merubah sedikitpun redaksi sumber data atau dari penulis karya
tersebut, biasanya untuk mencatat terminologi-terminologi kunci untuk
mengembangkan interpretasi yang lebih luas.
b. Mencatat secara paraphrase, dengan menangkap intisari dari data
dengan redaksi kata yang disusun oleh peneliti sendiri. Proses ini bisa
dilakukan dengan analisis verstehen untuk menagkap intisari dari data
yang berupa uraian panjang lebar, lalu diambil intisari pemahaman dari
uraian panjang tersebut menjadi kalimat singkat dan padat agar dengan
mudah terekam pada kartu data.
c. Mencatat secara sinoptik, mencatat model ini lebih pada ringkasan,
artinya setelah membaca bagian atau sub bagian data kategori tertentu,
kemudian peneliti membuat ringkasan atau sinopsis yang harus benar-
benar persis sama secara logis dari data yang dibaca.
d. Mencatat secara presis. Mencatat model ini adalah kelanjutan dari
mencatat secara sinoptik. Seletah mencatat secara sinoptik, peneliti
akan menghadapi hasil dari catatan sinoptik yang banyak, maka perlu
pengkategorian catatan, misalnya unsur nilai agama, nilai budaya,
epsitemologi, aksiologi, etika dan unsur-unsur lainnya. Peneliti lebih
lanjut membuat catatan yang lebih padat lagi berdasarkan pada catatan
sinoptik yang terkumpul.
e. Mencatat secara Pengkodean. Tahap ini adalah tahap yang paling teknis
dalam sebuah penelitian, tujuannya mensistematiskan agar data yang
tidak teratur atau yang bertumpuk. Melalui kartu data, data dipilih
sesuai dengan kategori data masing-masing dan tokoh yang tercantum
dalam data tersebut, termasuk penerbit dan tempatnya. Memberikan
kode pada nama tokoh atau lembaga, misalnya Himpunan mahasiswa
Islam dengan (HMI), pembahasannya epistemology (EP), jenisnya
sumber pengetahuan (sub. Peng), masing-masing ditulis di sisi kanan,
tengah dari kiri atas kartu data, begitu seterusnya dengan data lain.
H. Sistematika Penulisan
Bab Pertama, bagian ini tentang pendahuluan, yang di dalamnya
menjelaskan secara garis besar tentang permasalahan, latar belakang,
idenifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, studi terdahulu,
manfaat penelitian kegunaan, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua, Pada bagian ini penulis menguraikan pembahasan
terkait Pengertian Kepemimpinan, Teori-Teori Kepemimpinan, Gaya dan Tipe
Kepemimpinan, Teori Kepemimpinan Islam.
Bab Ketiga, Pada bagian ini penulis menguraikan pembahasan terkait
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP), dan
Perkaderan HMI.
Bab Keempat, Pemaparan tentang hasil studi kepustakaan yang
terkait dengan Konsep Kepemimpinan Dalam Paradigma Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Dan Implementasinya Dalam Jenjang Perkaderan
HMI.
Bab Lima, merupakan bagian penutup sebagai akhir dari
pembahasan penelitian ini, dalam bab ini mencangkup kesimpulan serta
saran untuk pembaca dan perbaikan ke depan dari skripsi yang ditulis.
BAB II
KONSEP KEPEMIMPINAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Persoalan kepeemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik.
Permasalahan ini selalu menyuguhkan daya tarik pada setiap orang yang begitu
kuat. Literatur –literatur tentang kepemimpinan senantiasa memberikan
penjelasan bagimana menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sikap yang sesuai
dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat pemimpin yang baik.
Istilah kepemimpinan, dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata
“pimpin” yang mempunyai arti “dibimbing”. Sedangkan kata pemimpin itu
sendiri mempunyai makna “orang yang memimpin.” Jadi kepemimpinan
adalah cara untuk memimpin.27 Di dalam bahasa Inggris, kepemimpinan sama
halnya dengan leadership, berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja
yang berarti memimpin. Maka dengan kata lain, memimpin merupakan suatu
pekerjaan seseorang tentang bagaimana cara-cara untuk mengarahkan (direct)
orang lain.28
Adapun secara terminology, ada beberapa kepemimpinan menurut para
ahli yang dipandang dari berbagai perspektif tergantung dari sudut mana para
ahli memandang hakikat kepemimpinan. M E. Mulyasa, memandang
27 Lihat, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1994),
cet. ke-4,hlm. 967. 28 Ambar Teguh Sulistiyani, Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership
Model, (Yogyakarta: Gava Media, 2008), hlm. 9.
kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang terhadap
tercapainya tujuan organisasi.29
Sedangkan Malayau S.P Hasibuan menyatakan bahwa kepemimpinan
itu adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.30
Bennis dan Nunus mengemukakan konsep kepemimpinan dari sudut
pandang pemimpin, menurutnya seorang yang disebut pemimpin, jika ia
mampu memberikan visi kepada organisasi dan mampu menjabarkannya
menuju realita. Kemudian kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang
lain untuk mendukung dalam mencapai tujuan organisasi yang relevan.31
Menurut A Robert Baron, kepemimpinan ialah “ Leadership is the
process whereby oone individual influences or her group members toward the
attainment of defined group or organizational goals. ”Kepemimpinan
merupakan proses dimana individu memberikan pengaruh anggota kelompok
lain tentang perolehan tujuan yang telah diputuskan oleh kelompok atau
organisasi. Pengertian lainnya menurut Mc Shane bahwa ‘kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memberi dampak, mendorong dan memungkinkan
orang lain agar berkontribusi pada keefektifan dan kesuksesan organisasi
dimana mereka merupakan anggotanya’.32 dari dua definisi yang telah kita
29 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 107. 30 Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendididkan Islam; Antara Teori dan
Praktek, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hlm. 434. 31 John M. Ivancevich, Prilaku Dan Manajemen Organisasi, ( Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama, 2006 ), hlm. 194. 32 Usep Deden Suherman, PENTINGNYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI,(
Volume I/ Nomor 02/ Juli 2019), hlm.262.
kemukakan diatas maka jelaslah bagi kita bahwa kepemimpinan itu adalah cara
atau proses mempengaruhi seseorang untuk pencapaian suatu tujuan.
Dalam literatur yang lain menurut Kreitner & Kinicki menyatakan
bahwa kepemimpinan (leadership) didefinisikan sebagai “Suatu proses
pengaruh sosial dimana peran pemimpin untuk mengusahakan partisipasi
sukarela dari para bawahannya dalam suatu target guna mencapai tujuan
organisasi”.33
Dari sumber lainnya, Griffin dan Ebert mengatakan bahwa
kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk mau
bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.34 Atas dasar
defenisi tersebut, setiap orang tidak harus menjadi pemimpin secara formal
didalam sebuah wadah organisasi, tapi seseorang dapat menjadi pemimpin
informal dalam memimpin orang lain untuk dapat menjadi pengikutnya dalam
satu kelompok.
Kepemimpinan adalah suatu seni tentang cara untuk mempengaruhi
orang lain kemudian mengarahkan keinginan, kemampuan dan kegiatan
mereka untuk mencapai tujuan pimpinan.35 Kepemimpinan atau leadership
merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan
33 Kreitner, Robert and Kinicki, Perilaku Organisasi. (Jakarta: PT. Salemba empat.
2005). edisi 5, hlm.372. 34 Sutarto Wijono, Kepemimpinan Dalam Perspektif Organisasi, (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2018), cet-1, hlm.1. 35 Ibnu Syami, Pokok-Pokok Organisasi Dan Manajemen, (Jakarta: Rineka Cipta,
1994), hlm.138.
rumusanya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan
manusia.36
Menurut Miftah Thoha, Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai
pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan
suatu inisiatif untuk bertindak yang meenghasilkan suatu pola yang konsisten
dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Lebih
jauh lagi George R.Terry merumuskan bahwa kepemimipinan itu adalah
aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan
organisasi.37
Dalam arti yang luas kepemimimpinan dapat digunakan setiap orang
dan tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu.
Seperti yang dikemukakan dalam beberapa rumusan pengertian di atas dan
beberapa rumusan lain bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi prilaku manusia
baik perorangan maupun kelompok.38
Kepepemimipinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata
krama birokasi. Kepemimpinan tidak harus diikat oleh suautu organisasi
tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi dimanan saja, asalkan seseorang
menunjukan kemampuan nya memengaruhi prilaku orang-orang lain kearah
tercapainya tujuan tertentu. Seorang ulama dapat diikuti orang lain dan
36 Andri Feriyanto, S.E & Endang Shyta Triana, Pengantar Manajemen 3 in 1,
(Yogyakarta: Media Tera,
2015), hlm.93. 37 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Rajawali pers, 2010),
hlm.5. 38 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen,.......,hlm.9.
memmiliki pengaruh yang besar terhadap orang-orang di daerahnya, tidak
harus terlebih dahulu diikat oleh aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan
organisasi yang sering dinamakan birokrasi. Konkretnya, seorang kiai atau
ulma, dengan pengaruhnya yang besar,mampu memengaruhi tingkah laku
seorang Bupati Kepala Daerah didalam memimpin daerahnya, sehingga tidak
harus terlebih dahulu kiai tersebut menjadi pegawai dikapubaten.39
Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
mempunyai ciri tidak harus terjadi dalam suatu organisasi tertentu. Selain itu
juga tidak dibatasi oleh jalur komunikasi struktural, melainkan bisa menjalin
jalur network yang meresap secara luas mealmpaui jalur struktural. Dan apabila
kepemimpinan dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dalam suatu
organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen.40
Pada hakikatnya kepemimpinan terletak pada penetapan fungsi-fungsi
penting bagi sebuah kelompok untuk menunaikan tugasnya dan menyatukan
tim kerja.41
Disisi lain defenisi dari pemimpin itu sendiri Menurut Hersey dan
Blanchard; Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain
atau kelompok untukuntuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi.42 Artinya kalau kita merujuk dari
defenisi diatas dapat kita kita simpulkan bahwa Pemimpin adalah suatu
39 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen......,hlm.9. 40 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen,....,hlm.9. 41 John Adair, Cara Menumbuhkan Pemimpin, (Jakarta: PT Gramedia Pustakan
Utama, 2007), hlm. 33. 42 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Lentera Ilmu
Cendekia, 2017), hlm. 10.
lakon/peran dalam sistem tertentu, karenanya seseorang dalam peran formal
belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin.43
Sama dengan apa yang disampaikan oleh Siti Hajar dkk, ia
menyatakan; Pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi anggota
kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau organisasi tersebut
mencapai tujuan tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau individu
spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan
pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota
lainnya guna mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan
tujuannya.44
Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin
dan yang dipimpin. Kepemimipinan tersebut muncul dan berkembang sebagai
hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang
dipimpin (ada relasi interpersonal). Kepemimpinan bisa berfungsi atas dasar
kekuasan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, menggerakkan orang lain
guna melakukan sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan begitu
pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau satu organisasi. Maka
43 Andri Feriyanto, S.E & Endang Shyta Triana, Pengantar Manajemen 3 in 1,.......,
hlm. 92. 44 Siti Hajar dkk, PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN KEPERCAYAAN
TERHADAP KINERJA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
KABUPATEN ACEH BARAT, (Volume 2, No. 1, Januari 2018), hlm.49.
keberadaan pemimpin itu selalu ada ditengah-tengah kelompoknya ( anak
buah, bawahan, rakyat).45
Dari defenisi yang disampaikan oleh beberapa ahli tersebut dapat kita
kita tarik benang merahnya bahwa, istilah apapun yang dipakai didalam
perumusan defenisi-defenisi untuk menerangkan hakekat dalam memimpin
dengan peranan yang dimainkan sebagaimana yang dikemukakan oleh penulis-
penulis, semua menjelaskan bahwa kepemimpinan itu tidak lain dari
kemampuan memimpin seseorang yang di dalam kegiatan atau prosesnya
mempengaruhi, membimbing, menggerakkan dan mengarahkan orang lain
sehingga mereka ikut mau berbuat, dan bertanggung jawab. Karena
kepemimpinan merupakan salah-satu aspek manajerial dalam kehidupan
organisasi yang merupakan posisi kunci, yang mana kepemimpinan berperan
sebagai penyelaras dalam proses kerja sama antar manusia dan organisasinya.46
B. Jenis-Jenis Kepemimpinan
Jika mengacu pada pengertian kepemimpinan di atas, maka
kepemimpinan dapat di bagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Kepemimpinan Tranformasional
Istilah kepemimpinan transformatif berasal dari dua kata, yaitu;
kepemimpinan atau leadership dan transformatif atau tranformasional.
Istilah transformatif berinduk kepada kata to transfrom, yang bermakna
45 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet-
20, hlm.6. 46Abi Sujak, Kepemimpinan Menejer Eksitensinya Dalam Prilaku Organisasi, (
Jakarta : CV. Rajawali, 1990), hlm. 1.
mentranformatifkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda.47
Menurut Raihan, dalam bukunya Kepemimpinan Sekolah
Transformatif, menyatakan bahwa tahun 1980-an menjadi saksi lahirnya
konsep baru tentang transformatif. Teori ini sering dirujuk sebagai model
kepemimpinan yang efektif, yang disusun berdasarkan perspektif hubungan
leader-follower. Kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses
dimana pemimpin mengambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan
kesadaran rekan kerja mereka tentang apa yang penting, untuk
meningkatkan kematangan motivasi rekan kerja mereka serta mendorong
mereka untuk melampaui minat pribadi mereka demi mencapai
kemaslahatan kelompok, organisasi, atau masyarakat.48
Model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan
seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan
tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan
mengakui kredibilitas pemimpinnya. Hater dan Bass menyatakan bahwa
"the dynamic of transformational leadership involve strong personal
47 Didin Kurniadi, Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012), hlm. 316. 48 Raihani, Kepemimpinan Kepala Sekolah Transformatif, (Yogyakarta, LKiS, 2010.),
hlm. 20.
identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or
going beyond the self-interest exchange of rewards for compliance".49
Dengan semua defenisi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
pemimpin transformasional adalah pemimpin yang karismatik dan
mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi
mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai
kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada
apa yang mereka butuhkan.
2. Kepemimpinan Transaksional
Menurut Burns pada kepemimpinan transaksional, hubungan antara
pemimpin dengan bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar
menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan transaksional adalah
contingent reward dan management by-exception. Pada contingent reward
dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah dilaksanakan,
berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan
terhadap upaya-upayanya.50
Selain itu, pemimpin betransaksi dengan bawahan, dengan
memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda
keputusan atau menghindari hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi
terjadinya kesalahan. Management by-exception menekankan fungsi
49 Dwi Ari Wibawa, Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan
Transformasional, ‘Makalah’ tidak diterbitkan, (2012), hlm. 4. 50 Dwi Ari Wibawa, Kepemimpinan Transaksional,..........,hlm.9.
managemen sebagai kontrol. Pimpinan hanya melihat dan mengevaluasi
apakah terjadi kesalahan untuk diadakan koreksi, pimpinan memberikan
intervensi pada bawahan apabila standar tidak dipenuhi oleh bawahan.
Praktik management by-exception, pimpinan mendelegasikan
tanggungjawab kepada bawahan dan menindaklanjuti dengan memberikan
apakah bawahan dapat berupa pujian untuk membesarkan hati bawahan dan
juga dengan hadiah apabila laporan yang dibuat bawahan memenuhi
standar.51
Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana
seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal
antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran.
Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi
sasaran, standar kerja,penugasan kerja, dan penghargaan. Kepemimpinan
transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam
organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa
seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para
bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin
transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas
organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab
mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem
pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.52
51 Dwi Ari Wibawa, Kepemimpinan Transaksional,..........,hlm.9. 52 Dwi Ari Wibawa, Kepemimpinan Transaksional,..........,hlm.9.
C. Teori -Teori Kepemimpinan
Dalam catatan sejarah perkembangan kepemimpinan, secara historis
terdapat dua pandangan mengenai pemimpin dan kepemimpinan: darimana ia
berasal. Pertama, teori genetik (genetic theory), yang menyebut bahwa
pemimpin dan kepemimpinan ditentukan oleh faktor genetik (turunan). Kedua,
teori yang mencatat pentingnya karakter/kepribadian (traits theory). Ketiga,
teori pengaruh lingkungan (behavioral theory). Benarkah pemimpin dan
kepemimpinan semata ditentukan oleh faktor genetik? Tidak sepenuhnya
benar. Faktor genetik memang perlu sekali, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana karakter kepemimpinan dapat hadir dalam sosok indvidu seorang
pemimpin.53
Selain itu, kapasitas dan kapabilitas kepemimpinan seseorang juga
ditentukan oleh seberapa besar pengalaman dan persentuhannya dengan
lingkungan. Oleh sebab itulah, harus dipahami bahwa setiap individu memiliki
potensi kepemimpinan, yang apabila diasah dan dikembangkan, maka ia akan
tampil sebagai sosok pemimpin yang mumpuni di bidangnya.54
Selanjutnya pada pembahasan teori yang pernah diungkapkan Fred
Luthans, teori yang disampaikan olehnya, yang menyebutkan pandangan
mengenai pemimpin dan kepemimpinan darimana ia berasal. salah satu
53 Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan
Menunju Kesuksesan Organisasi,( VOL.04 No. 01 PEBRUARI 2012), hlm.786. 54 Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan,.........,hlm.786.
teorinya mengatakan bahwa; “sifat kepemimpinan timbul karna dipengaruhi
oleh lingkungan (behavioral theory)”.55
Setiap orang bisa menjadi pemimpin tidak selalu seorang pemimpin
berasal dari faktor keturunan atau orang yang mempunyai bakat sifat tertentu.
Sifat-sifat kepemimpinan dalam diri seseorang sangat dipengaruhi Lingkungan
masyarakatnya. Idealisme yang pada akhirnya diterima oleh seseorang dari
Dinamika pergerakan ataupun antusiasme organisasi dalam lingkungan
sosialnya, turut andil dalam menjadikan individu tersebut mengadopsi unsur-
unsur kepemimpinan yang terdapat dalam pergerakan tersebut, dan ini juga
didukung dari pluralnya tokoh-tokoh yang menjadi role model kepemimpinan
seseorang. Kepemimpinan bisa dilatih dan dikembangkan seiring berjalannya
pengalaman hidup seseorang.
Selain itu ada beberapa macam teori yang berkembang mengenai teori-
teori kepemimpinan yang sudah umum diketahui, pengelompokkann tentang
teori kepemimpinan diantara para pakar sangat beragam. Namun, perbedaan
tersebut hanya merupakan perbedaan penekanan dalam satu sudut pandang.
1. Teori Genetik ( Teori Keturunan)
Teori genetik, menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan
dibentuk. Teori ini menjelaskan bahwa eksistensi seorang pemimpin dapat
dilihat dan dinilai berdasarkan sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu yang
diwariskan. Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan diidentifikasikan
berdasarkan atas sifat atau ciri yang dimiliki oleh para pemimpin.
55 Fred Luthans, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Andi, 2006), Cet. ke-10, hlm. 639.
Pendekatan ini mengemukakan bahwa ada karakteristik tertentu seperti
fisik, sosialisasi, dan intelegensi (kecenderungan) yang esensial bagi
kepemimpinan yang efektif, yang merupakan kualitas bawaan seseorang.56
Teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.57
Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi dasar yang dimunculkan
adalah kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat, ciri, atau perangai
tertentu yang menjamin keberhasilan setiap situasi. Keberhasilan seorang
pemimpin diletakkan pada kepribadian pemimpin itu sendiri.58 Secara
filosofi, teori ini menganut pandangan deterministis.59
2. Teori Sifat ( Traith Theory)
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman
yunani kuno dan zaman roma. pada waktu itu orang percaya bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori the Great Man
menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin akan
menjadi pemimpin tanpa memperhatikan apakah iya mempunyai sifat atau
tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Contoh dalam sejarah ialah
Napoleon.ia dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin,
yang dapat menjadikannya sebagai pemimpin besar pada setiap situasi.
Teori “Great Man” barangkali barangkali dapat memberikan arti lebih
realistis terhadap pendekatan sifat dari pemimpin , setelah mendapat
56 Sulthon Syahril, Teori-Teori Kepemimpinan, (RI’AYAH, Vol. 04, No. 02, Juli-
Desember 2019), hlm.212. 57 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,....,hlm.6. 58 Sulthon Syahril, Teori-Teori Kepemimpinan,.................,hlm.212. 59 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, .........,hlm.33.
pengaruh dari aliran prilaku pemikir psikologi. Adalah suatu kenyataan
yang dapat diterima bahwa ssifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruh nya
dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan
pengalaman.60
Dalam literatur lainnya teori sifat ini berpandangan bahwa pemimpin
adalah seseorang yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang
membedakan dengan yang bukan pemimpin.61
Menurut Aspizain Chaniago ada 5 karakteristik yang utama menurut
teori ini, yaitu : pertama; percaya diri, kedua; empati, ketiga; ambisi,
keempat; kontrol diri, kelima; rasa ingin tahu. Dan teori ini mengatakan
bahwa anda dilahirkan sebagai pemimpin dan bahwa kepemimpinan tidak
dapat dipelajari.62
3. Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar
perkembangan yang berakar pada psikologi sosial. Teori pertukaran yang
klasik membantunya sebagai sebagai suatu dasar yang penting bagi
pendekatan teori kelompok. Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya
kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran
yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.63
Proses tukar-menukar tersebut menjadikan semua pihak merasa
dihargai dan mendapatkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Upaya tersebut
60 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen,......,hlm.32. 61 Wibowo, Prilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.267. 62 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,......,hlm.7. 63 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen,.......,hlm.34.
dilakukan dengan cara mengembangkan kebiasaan perilaku seorang
pemimpin sehingga berpengaruh terhadap anggota dalam keikutsertaan
berbagai kebijakan pemimpin. Proses sosial antara pemimpin dan yang
dipimpin berlangsung terus-menerus karena setiap pihak merasa
memperoleh keuntungan bersama. Pemimpin mendapatkan respons positif
dari anggotanya, sehingga kebijakannya dapat terealisasi dan anggota
menerima bimbingan dan arahan dari pimpinannya guna terpenuhi
kebutuhannya.64
4. Teori Sosial
Teori ini mengedepankan pendapat nya bahwa “Leader is made and
not born”( pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya Kodrati atau dari
lahir). Teori ini berpandangan bahwa setiap orang mempunyai potensi yang
sama untuk menjadi pemimpin atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya
saja faktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi
tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut
dengan faktor “ajar” atau “latihan”.65
Pandangan teori ini menyatakan bahwa setiap orang dapat dididik,
diajar, dan dilatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang
memiliki potensi untuk menjadi pemimpin. Meskipun dia bukan merupakan
atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja,
64 S. Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, (Jakarta: PT. Bumi Askara,
1986), hlm.152. 65 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,.....,hlm.6
asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin. Artinya
teori ini adalah kebalikan atau antitesis dari teori pertama.66
5. Teori Ekologis
Teori ini mengatakan bahwa seseseorang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.67
Atau bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha
pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.68
6. Teori Situasional
Teori ini menkannkan bahwa pemimpin muncul dalam situasi yang
berbeda untuk menyesuaikan perbedaan kebutuhan dan lingkungan.
Teori ini dikembangkan lebih dulu oleh Blanchard dan Hersey
(1976), yang mengatakan bahwa pemimpin itu perlu memiliki perbedaan
untuk menyesuaikan kebutuhan dan maturitas pengikut. Pemimpin perlu
mengembangkan gaya kepemimpinan dan dapat mendiagnosa yang mana
pendekatan yang sesuai untuk digunakan pada suatu situasi.69
D. Gaya Kepemimpinan dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu perwujudan dari tingkah laku seorang
pemimpin yang menyangkut kemampuan nya dalam memimpin.
66 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,....,hlm.6. 67 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimp.............,hlm.6. 68 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,.........,hlm.34. 69 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,....,hlm.7.
Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar,. Ketiga pola dasar dalam
gaya kepemimpinan tersebut adalah:
1. Gaya kepemimpinan yang pola nya mementingkan pelaksanaan tugas secara
efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.
2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan
kerja sama.
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai
dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok/organisasi.70
Berdasarkan ketiga tipe tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang
berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari delapan tipe pokok
kepemimpinan, yaitu:
1. Tipe Karismatik
Menurut Truskie, karisma dapat didefinisikan sebagai gabungan dari
pesoan dan daya tarik pribadi yang berkontribusi terahadapo kemampuan
luar biasa untuk menjadikan orang lain mendukung visi dan misi anda dan
juga bersemangat mempromosikannya.71
Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal
yang bisa dipercaya.72
70 Hadari Nawawi, M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2006), Cet-5, hlm.83-84. 71 Sutarto Wijono, Kepemimpinan Dalam Perspektif Organisasi,........,hlm.95. 72 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.81.
2. Tipe Paternalistik
Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, yang menganggap bawahannya
belum dewasa dan masih perlu diawasi. Karenanya, seseorang yang
memiliki karakter kepemimpinan seperti ini hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif dan kesempatan
untuk bawahannya mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka
sendiri.73
3. Tipe Militeristik
Tipe ini menggunakan sistem komando dengan menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan serta sangat menyenangi formalitas. Tipe
ini jugaa tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan. Perlu
diketahui bahwa tipe ini tidak lah sama dengan kepemimpinan organisasi
militer.74
4. Tipe Otokratik (Outhoritative, Dominator)
Tipe kepemimpinan ini menempatkan keuasaan ditangan satu orang.
Pemimpin bertidak sebagai penguasa tunggal.75 Kepemimpinan tipe ini
berlangsung dalam bentuk “working on his group” karena pemimpin
menempatkan dirinya diluar anggota kelompoknya. Tipe ini menunjukkan
prilaku yang dominan berupa perilaku kepemimpinan otokrasi dan otokrasi
yang disempurnakan.76
73 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.82. 74 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.82. 75 Veithzal Rivai, Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), Cet. ke-3, hlm.36. 76 Hadari Nawawi,M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif,.......,hlm.94.
5. Tipe Laizes Faire (kehendak bebas)
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu pun, karena untuk
bertanya atau tidak ( kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau
kegiatan, tergantung sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin.77
Artinya, Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan
penuh pada orang-orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dalam
melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing,
baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pempimpin
hanya memfungsikan dirinya sebagai simbol.78
6. Tipe Populistis
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisional. Profesor Peter Worsley dalam bukunya “The
Third World” mendefenisikan kepemimpinan populistis sebagai
kepemimpianan yang dapat yang dapat membangun solidaritas rakyat.79
7. Tipe Administratif atau Eksekutif
Tipe ini adalah tipe kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri
dari teknokrat dan administratur-administartur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan.80
77 Hadari Nawawi,M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif,.......,hlm.98. 78 Veithzal Rivai, Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi,........,hlm.36. 79 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.85. 80 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,......,hlm.85.
8. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama
dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Tipe ini diwujudkan
dengan dominasi prilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan prilaku
gandrung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok.81
Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang
dipimpinnya sebagai subjek yangmemiliki kepribadian dengan berbagai
aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah
pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai
disalurkan secara wajar.82
E. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai fungsi terentu yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Fungsi kepemimpinan di dalam organisasi militer berbeda
dengan fungsi kepemimpinan organisasi keislam, oeganisasi bisnis dan
pendidikan pasti berbeda tujuannya.83 Secara umum kepemimpinan
mempunyai pola dasar yang sama, meliputi:
1. Menciptakan visi:
Visi adalah apa yang diimpikan, keadaan masyarakat yang dicita-
citakan, apang yang ingin dicapai oleh pemimpin dan para pengikutnya
dimasa yang akan datang.
81 Hadari Nawawi,M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif,......,hlm.100. 82 Veithzal Rivai, Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi,.......,hlm.37. 83 Umi Din Nurzanah Br, Sembiring, Kepemimpinan Ugama Malim Ditinjau Dari
Perspektif Islam Didesa Huta Tinggi Kecamatan Lguboti Balige, Toba Samosir, ( Medan :
2008) hlm.23.
2. Menciptakan perubahan:
Seorang pemimpin merupakan agen perubahn yang mampu
memciptakan perubahan ecara terus-menerus. Ia harus memiliki
kemampuan dan menciptakan terobosan (Breakthough) kearah kemajuan.
3. Memotivasi Pengikut:
Sebagi besar teori kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi dan tugas
pemimpin adalah memotivasi diri sendiri dan para pengikutnya. Memotivasi
para pengikut merupakan upaya yang memerlukan pemimikiran sistematis
mengenai kedaan para pengikut dan teknik motivasi yang digunakan. Dalam
kepemimpinan traksional motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal diluar
pengikut) yang banyak dilakukan pemimpin transformasional, motivasi
intrisik (motivasi yang berasl dari diri pengikut) banyak dilakukan
pemimpin.
4. Memperdayakan Pengikut:
Istilah pemberdayan (empowerment) berbeda dengan pengembangan
organisasi (organization develoment), mempunyai cakupan yang luas.
Pemberdayaan merupakan salah satu aspek pengembangan organisasi yang
menyangkut sumber daya manusia. Thomas pemberdayaan bertujuan untuk
membentuk manusia yang mempunyai karakteristik, memiliki kemampuan
melakukan sesuatu dan pandangan dunia serta konsepdiri yang matang.
Akhirnya pemberdayaan membuat para pengikut mampu memvisikan
kesuksesan, instrasi fleksibel dan daya pegas personal.
5. Mewakili Sistem Sosial:
Seorang pemimpin mewakili sistem sosial/kelompok yang
dipimpinnya, dalam pimpinan sosial pemimpin melaksanakan peran
pemimpin yang melingkupi peran interpersonal, peran informasional dan
peran pembuatan keputusan.
6. Manajer Konflik:
Konflik merupakan proses pertentangan yang diekspriasikan diantara
kedua belah pihak atau lebih, yang saling bertanggung jawab atas aspek
konflik, menggunakan pola prilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan
keluaran konflik. Pemimpin harus mengetahui terlebih dahulu sebelum
memanajemeninya.
7. Membelajarkan Organisasi:
Pemimpin bertugas untuk mengembangkan otganisasi dan anggota
organisasi secara terus menerus agar mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakat yang dilayani.84
F. Konsep Kepemimpinan Islam
Berkaitan tentang konsep kepemimpinan dalam Islam, ada satu
ungkapan di dalam kamus Lisanul Arab disebutkan bahwa kata qaud adalah
kebalikan dari kata sauq. Ungkapan yaqudu ad-daabbah berarti memimpin
binatang dari arah depan, sedangkan ungkapan yasuqu as-saabbah berarti
menggiring binatang dari belakang. Pengertian secara etimologis ini
84 Umi Din Nurzanah Br, Sembiring, Kepemimpinan Ugama Malim,.......,hlm.23-35.
memberikan isyarat lembut yang intinya bahwa posisi seorang pemimpin
adalah didepan. Hal itu supaya ia menjadi penunjuk jalan kebaikan bagi
jamaahnya. Dan membimbing mereka kepada sesuatu kemaslahatan.85
Kepala keluarga adalah penanggung jawab terhadap pendidikan anak-
anaknya dan bertugas mengarahkan mereka agar menjadi orang-orang yang
shalih. Kepala institusi adalah penanggung jawab terhadap pengelolaan urusan-
urusanrrya sehingga bisa mencapai kesuksesannya. Dan seorang guru
bertanggung jawab terhadap murid- muridnya. Jika tidak demikian, niscaya
orang-orang yang tulus tidak mau mendukungnya dan hanya orang-orang
oportunis yang bertahan di sekelilingnya. Karena tidak ada orang waras yang
rela dipimpin oleh pimpinannya untuk menuju kepada kesesatan dan
kegagalan. Kecuali orang yang tertipu, oportunitis atau kalah pamor. Dan
ketika itulah kita berhak menyebut pimpinan semacam itu sebagai sa'iq
(penggiring) bukan qa'id (pemimpin).86
Ibnu Umar berkata : bahwa Rasulullah bersabda :
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab
terhadap kepemimpinannya. Seorang gubernur adalah pemimpinan
bagi rakyatnya dan bertanggung jawab tentang mereka. Seorang
wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan bertanggung jawab
atasnya. Pun seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan
bertanggtung jawab atasnya.”87
Abu Hatim berkata bahwa Sunah Rasulullah secara eksplisit
menegaskan setiap pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
85 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam, (Vol.9 No.2 Juli-
Desember 2013), hlm.19. 86 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam,........,hlm.19. 87 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam,........,hlm.19.
Jadi setiap orang menjadi pemimpin wajib mengontrol bawahannya secara
konsisten. Pemimpin umat adalah para ulama. Pemimpin para raja adalah akal
sehat. Pemimpin orang-orang shalih adalah ketaqwaan mereka. Pemimpin
pelajar adalah pengajarnya. Dan pemimpin anak adalah orang tuanya.
Sebagaimana penjaga wanita adalah suaminya dan penjaga budak adalah
tuannya. Maka setiap manusia yang menjadi pemimpin bertanggung jawab atas
kepemimpinanya.88
Berkaitan dengan kepemimimpinan, dalam Islam sudah dikenal sosok
suri tauladan yang baik tentang kepemimpinan tersebut. Rasulullah saw
merupakan sosok pemimpin yang mencontohkan kepemimpinan secara
sempurna. Allah swt dalam al-Qur’an memproklamirkan Rasulullah saw
sebagai teladan yang sempurna dalam melakoni kepemimpinan.89
Konsep kepemimpinan dalam Islam memiliki dasar-dasar yang sangat
kuat dan kokoh yang bukan saja dibangun dari nilai-nilai ajaran Islam, namun
telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW,
para Shahabat dan al-Khulafa' al-Rosyidin. Bersumber dari al-Qur'an dan al-
Sunnah, Berkembang dinamis karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik
dan budaya. Ketika di Madinah Nabi Muhammad SAW mempunyai peran
ganda, sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai hakim yang merupakan
manifestasi beliau sebagai Rasul utusan Allah SWT. Syari’at Islam menjadi
dasar tata pemerintahan pada waktu itu, yang selanjutnya sistem khilafah
Islam dipegang oleh seorang Khālifah, termasuk di dalamnya yang dikenal
88 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam,...........,hlm.20. 89 Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam, (Jurnal Al-Qadāu Volume 2 Nomor
1/2015), hlm.42.43.
sebagai al-Khulafa al-Rasyidin. Masa khilafah Islam ini berakhir bersamaan
dengan runtuhnya system kekhalifahan yang dihapus oleh Majelis Nasional
Turki (1924 M) yang pada waktu itu dipegang oleh Kemal at-Taturk.90
Sebelumnya dia juga telah sistem Kesultanan Turki (1922 M). Hal ini
ternyata menimbulkan dampak yang begitu besar pada sistem pemerintahan
negara yang secara struktural dan konstitusional berubah secara radikal.
Puncaknya adalah pernyataan Konstitusi Negara bahwa Republik Turki adalah
Negara Sekuler. Sekularisasi Turki yang ditandai dengan jatuhnya Imperium
Abāssiyah pada awal abad ke-20, ternyata memberikan wacana baru dalam
khasanah pemikiran Islam Kontemporer.91
Dan secara tidak langsung hal inilah yang melatar belakangi perdebatan
kontroversial seputar relasi Islam dan negara sampai saat ini. Salah satu
permasalahan yang cukup serius seputar relasi Islam dan Negara adalah
mengenai kepemimpinan dalam konteks kehidupan bernegara.
Terdapat sebuah kaitan antara Islam sebagai suatu rancangan yang
menyeluruh untuk menata kehidupan umat manusia, dengan politik sebagai
satu-satunya alat yang dipakai untuk menjamin ketaatan universal terhadap
rancangan tersebut.92 Konsep ini telah difahami oleh Nabi Muhammad SAW,
sebagai sebuah cara untuk membangun peradaban Islam dalam bidang Politik
Ketatanegaraan. Dan itu tampak pada keberhasilannya dalam meletakkan
90 Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Group, 1999), Cet. ke-1, hlm. 157 91 Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah,.......,hlm.123-124. 92 Hamit Enayat, Reaksi Politik Sunni dan Syi’i: Pemikiran Politik Modern
Menghadapi Abad Ke-XX, (Bandung: Pustaka, 1998), hlm.1.
landasan sebuah negara yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam pada masa
pemerintahan Islam waktu itu.
Islam sebagai agama universal, memiliki konsep kepemimpinan yang
dapat ditelusuri melalui sumber utama Islam; Al-Qur’an, Hadis, dan berbagai
Ijtihad para ulama. Ada beberapa konsep kepemimpinan Islam berdasarkan
sumber utama Islam tersebut, diantaranya:
1. Khalifah
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti
wakil. Namun kemudian mengalami pergeseran dengan masuknya kata amir
atau penguasa. Oleh sebab itu kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia
sering diasumsikan sebagai pemimpin formal. Akan tetapi, apabila merujuk
kepada firman Allah swt. Dalam surat al Baqarah ayat 30 yaitu:
أتجعل فيها من وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا
يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا
تعلمون
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(Q.S Al
Baqarah : 30)93
93Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2012), hlm.6.
Maka kedudukan nonformal dari seorang khalifah juga tidak bisa
dipisahkan lagi. Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya
ditujukan kepada para khalifah sesudah Nabi, tetapi adalah penciptaan Nabi
Adam a.s. yang disebut sebagai manusia dengan tugas untu memakmurkan
bumi dan meliputi tugas menyeru orang lain berbuat amar ma'ruf dan
mencegah perbuatan mungkar.94
Sebagai khalifatullah yang memiliki jabatan Ilahiyah sebagai pengganti
Allah swt dalam mengurus seluruh alam. Dengan kata lain, manusia sebagai
khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan,
dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk
yang lain.95
Dengan Tugas dan tanggung jawab tersebut, itu menunjukan bahwa
manusia merupakan pemimpin, melaksanakan amanah kepemimpinan di
bumi sebagai tugas dari sang pencipta. Dalam kehidupan sosial, suatu
masyarakat tidak dapat dipisahkan dari sebuah kepemimpinan.96
Kepemimpinan dibutuhkan setiap hari, baik dalam lingkungan keluarga
atau rumah tangga, dalam pekerjaan di kantor atau di perusahaan, dan dalam
aktifitas-aktifitas kehidupan sosial lainnya dalam masyarakat.97
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa khalifah merupakan beban bagi umat
sepanjang pandangan syara’ untuk kemaslahatan akhirat dan dunia yang
94 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya,
(Jurnal Al-Afkar, Vol. V, No. 1, April 2017), hlm.69. 95 Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam,........,hlm.42. 96Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun Super
Leadership Melalui Kecerdasan Spritual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 142-143. 97 Soedarsono Mertoprawiro, Kepemimpinan, (Jakarta: Mutiara, 1980), hlm. 9.
akan kembali lagi. Sebab hal yang bersifat duniawi menurut syara’
semuanya dapat diibaratkan untuk kemaslahatan akhirat. Maka dari sini
dipahami bahwa dalam hakekatnya khalifah adalah pengganti pemimpin
syari’at (Nabi Muhammad saw) dalam memelihara Agama dan dunia.98
2. Imam
Selain kata khalifah, konsep kepemimpinan dalam al-Qur’an juga biasa
disebut dengan kata Imam. Kata Imam merupakan derivasi dari kata Amma-
Ya’ummu yang berarti menuju, menumpu atau meneladani. Dari akar kata
yang sama, lahir juga kata yang antara lain adalah umm yang berarti Ibu dan
imam yang maknanya juga pemimpin, karena keduanya menjadi teladan,
tumpuan pandangan dan harapan. Ada juga yang berpendapat kata imam
pada mulanya berarti cetakan seperti cetakan untuk membuat sesuatu yang
serupa bentuknya dengan cetakan itu. Dari sini Imam diartikan teladan.99
Dalam Al-Qur’an kata imam di terulang sebanyak 7 kali atau kata
aimmah terulang 5 kali. Kata imam dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa
arti yaitu, nabi, pedoman, kitab/buku/teks, jalan lurus, dan pemimpin.100
Adapun ayat-ayat yang menunjukkan istilah imam antara lain:
والذین یقولون ربنا ھب لنا من أزواجنا وذریاتنا قرة أعین واجعلنا للمتقین
إماما
98 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar
Konseptualnya,......,hlm.70. 99 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan dan Kesan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, , 2004), Volume I, Cet. ke-2, hlm. 545. 100 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al- Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm.205
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.(Al-Furqan: 74)
وإذ ابتلى إبراھیم ربھ بكلمات فأتمھن قال إني جاعلك للناس إماما قال
ومن ذریتي قال لا ینال عھد الظالمین
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku
Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".(Al-
Baqarah : 124)
وجعلناھم أئمة یھدون بأمرنا وأوحینا علیھم فعل الخیرات وإقام الصلاة
وإیتاء الزكاة وكانوا لنا عابدین
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami
wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka
selalu menyembah.(Al-Ambiya’: 73)
ونرید أن نمن على الذین استضعفوا في الأرض ونجعلھم أئمة ونجعلھم
الوارثون
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin
dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).(Al-
Qashas: 4)
Konsep imam dari beberapa ayat di atas menunjukkan suami sebagai
pemimpin rumah tangga dan juga nabi Ibrahim sebagai pemimpin
umatnya.Konsep imam di sini, mempunyai syarat memerintahkan kepada
kebajikan sekaligus melaksanakannya. Dan juga aspek menolong yang
lemah sebagaimana yang diajarkan oleh Allah swt.101
Abu Zahrah berpendapat bahwa imamah dan khalifah merupakan
kesamaan arti. Dia mengatakan “bahwa imamah juga disebut khalifah,
sebab orang yang menjadi khalifah adalah penguasa tertinggi bagi umat
Islam yang mengerti. Khalifah juga disebut imam, sebab para khalifah
adalah pemimpin yang wajib di ikuti.102
3. Ulil Amri
Selanjutnya digunakan pula istilah Ulil Amri yang satu akar dengan
kata Amir sebagaimana disebutkan di atas. Kata Ulil Amri berarti pemimpin
tertinggi dalam masyarakat Islam,103 seperti firman Allah swt dalam surat
an Nisa' ayat 59.
ر منكمأ مأ سول وأولى ٱلأ وأطيعوا ٱلر ا أطيعوا ٱلل أيها ٱلذين ءامنو ي
Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilahRasul Nya
dan Ulil Amri diantara kamu. (Al Nisa': 59)104
Istilah Uli al-Amri oleh ahli Al-Qur’an, Nazwar Syamsu, diterjemahkan
sebagai functionaries, orang yang mengemban tugas, atau diserahi
menjalankan fungsi tertentu dalam suatu organisasi.105
Hal yang menarik memahami uli al-Amri ini adalah keragaman
pengertian yang terkandung dalam kata amr. Istilah yang mempunyai akar
101 Muzammil, Konseptualisasi Kepemimpinan Islami,...........,hlm.262-263. 102 Ali Ahmad as Salus, Aqidah Al- Imamah, 'Inda as-Syari’ah al-Isna ‘Asyariyah,
(Jakarta: Gema Insani Press., 1987), Cet. ke-1, hlm. 16. 103 Veithzal Rivai, Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,......,hlm.5. 104 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, .......,hlm.87. 105. M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al- Qur’an ,............,hlm.200.
kata yang sama dengan amr yang berinduk kepada kata a-m-r, dalm al-
Qur’an berulang sebanyak 257 kali. Sedang kata amr sendiri disebut
sebanyak 176 kali dengan berbagai arti, menurut konteks ayatnya.106
Kata amr bisa diterjemahkan dengan perintah (sebagai perintah Tuhan),
urusan (manusia atau Tuhan), perkara, sesuatu, keputusan (oleh Tuhan atau
manusia), kepastian (yang ditentukan oleh Tuhan), bahkan juga bisa
diartikan sebagaia tugas, misi, kewajiban dan kepemimpinan.107
Berbeda dengan ayat-ayat yang menunjukkan istilah amr, ayat-ayat
yang yang menunjukkan istilah uli-al-Amri dalam AlQur’an hanya disebut 2
kali.
وأولى الأمر منكم ، فإن تنازعتم في شیئیاأیھا الذین أمنوا أطیعوا الله وأطیعوا الرسول .
لافردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون با والیوم الأخر ، ذلك خیر وأحسن تأوی
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(An-Nisa’: 4: 59)
وإذااجاءكماأمرامناالأمناأواالخوفاأذاعواابھا،اولواردوهاإلىاالرسولا
وإلىاأولىاالأمرامنھمالعلمھاالذینایستنبطونھامنھما،اولولافضلااللهاعلیكماا
ورحمتھالتبعتماالشیطاناإلاقلیلا
106 Muzammil, Konseptualisasi Kepemimpinan Islami dalam Pengembangan
Pendidikan Islam, (At-Turāṡ, Volume IV, No. 2, Juli-Desember 2017), hlm.263. 107 Muzammil, Konseptualisasi Kepemimpinan Islami,...........,hlm.264.
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang
keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau
mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka,
tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) Kalau
tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu
mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (An-
Nisa’: 4: 83).
Adapun maksud dari dua ayat di atas jelas menunjukkan bahwa yang
dimaksud dengan uli al-Amri adalah mereka yang mengurusi segala urusan
umum, sehingga mereka termasuk orang-orang yang harus ditaati setelah
taat terhadap perintah Rasul. Apabila terjadi persilangan pendapat maka
yang diutamakan adalah Allah dan Rasul-Nya.108
4. Auliya’
Dalam al Qur'an ada pula istilah Auliya' yang berarti pemimpin yang
sifatnya resmi dan tidak resmi. Sesuai dengan firman Allah surat al-Maidah
ayat 55:
ة ويؤأ إ لو ورسولهۥ وٱلذين ءامنوا ٱلذين يقيمون ٱلص ة نما وليكم ٱلل كو تون ٱلز
كعون وهمأ ر
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-
orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah).109
5. Ra’in
Dalam hadis Rasulullah saw. Istilah pemimpin dijumpai dala kata
Ra'in, seperti dalam sebuah hadits ..... كلكمأ راع (Setiap orang diantara kamu
108 Muzammil, Konseptualisasi Kepemimpinan Islami,...........,hlm.264. 109 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, ........,hlm.117.
adalah pemimpin). Dari uraian al-Qur'an dan Hadis d atas hal yang dapat
digaris bawahi, adalah bahwa kepemimpinan Islam merupakan kegiatan
menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridloi
Allah swt.110
Teori tentang kemunculan seorang pemimpin dalam masyarakat Islam
tidak berbeda dengan teori umum yang berkembang sebagaimana telah
dikemukakan pada bagian awal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pandangan
utama dalam masyarakat Islam tentang siapa yang layak menyandang predikat
seorang pemimpin Islam sebagai agama yang tidak bebas dari sistem nilai
budaya tempat dimana Islam itu bermula. Banyak pakar yang beranggapan
bahwa Arab dan Islam memiliki hubungan yang sangat erat, keduanya saling
mempengaruhi sehingga sedikit banyak Islam dipengaruhi oleh Arab dan
demikian juga sebalikny Arab banyak dipengaruhi Islam.111
Dalam Kaitan ini, perlu dipahami mengapa tradisi Arab sebelum Islam
yang berkaitan dengan kepemimpinan masih melekat kuat dalam masyarakat
Arab. Masyarakat Arab Makkah percaya bahwa pemimpin itu lahir dari suku
yang paling utama, yakni suku Quraisy. Namun tidak hanya itu, mereka juga
mengakui consensus akan pengangkatan seorang pemimpin dalam masyarakat
Arab Islam, bahkan hingga kini, terbagi kepada dua hal. Pertama, Teori
keturunan (berdasarkan klan, qabilah),dan Kedua, Teori sosial (social
consensus).112
110 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspekti,.....,.,hlm.72. 111 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspekti,.....,hlm.75. 112 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspekti,.....,hlm.75.
Kedua fenomena ini dapat dijadikan acuan dasar untuk memahami
teori kemunculan seorang pemimpin dalam masyarakat Islam. Dengan begitu,
meskipun tidak berada dalam masyarakat Arab, umat Islam dapat menentukan
seorang pemimpin yang berdasarkan konsensus sosial atau kesepakatan
berdasarkan musyawarah dengan didasarkan pada beberapa kriteria tertentu.113
Dalam ajaran Islam, seorang pemimpin harus mampu dan dapat
menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran dengan memberi contoh
teladan yang baik, karena dia adalah uswatun hasanah. Dengan jiwa sosial
pemimpin akan dapat mengamati dan melakukan pendekatan yang manusiawi
terhadap kelompoknya. Dengan kecakapan berpikir yang tajam pemimpin
diharapkan dapat merenungkan setiap permaslaahan yang tumbuh dan
berekembang dilingkungannya, sedangkan dengan emosional yang stabil,
pemecahan masalah akan dapat dilakukan dengan cra berpikir yang jernih,
berdasarkan landasan fakta dan data yang konkret, rasional, dan argumentatif.
Menurut Konsep Alquran sekurang-kurangnya ada lima syarat
kepemimpinan yang harus dikembangkaan, yaitu: pertama, Beriman dan
Bertakwa ( QS.Al-A’raf(7): 96). Kedua, Berilmu pengetahuan ( QS. Al-
Mujaddilah (58): 11). Ketiga, Mempunyai Kemampuan menyusun perencanaan
dan evaluasi ( QS. Al-Hasyr (59): 18). Keempat, Mempunyai kekuatan mental
melaksanakan kegiatan ( QS. Al-Baqarah (2): 147). Kelima, Mempunyai
113 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspekti,.....,hlm.77.
kesadaran dan tanggung jawab moral, serta mau menerima kritik (QS. Ash-
Shaff (1): 2-3).114
Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pimpinan adalah untuk
melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya, serta melaksanakan
perintah-perintahnya. Seterusnya Ibnu Taimiyah berkata : Kewajiban seorang
pemimpin yang telah ditunjuk dipandang dari segi agama dan dari segi ibadah
adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan diri kepada Allah
adalah dengan mentaati peraturan-peraturanNya dan RasulNya, dan dia adalah
seutama-utama ibadah, tugas dan sedemikian itu sering disalah gunakan oleh
orang-orangyang ingin mencapai kedudukan dan harta.115
Dalam Islam seseorang yang menjadi pemimpin haruslah memenuhi
enam persyaratan116, yaitu
1. Mempunyai kekuatan, kekuatan yang dimaksudkan disini adalah
kemampuan dan kapasitas serta kecerdasan dalam menunaikan tugas-tugas.
2. Amanah, yakni kejujuran, dan kontrol yang baik.
3. Adanya kepekaan nurani yang dengannya diukur hak-hak yang ada.
4. Profesional, hendaknya dia menunaikan kewajiban-kewajiban yang
dibebankan padanya dengan tekun dan profesional.
5. Tidak mengambil kesempatan dari posisi atau jabatan yang sedang
didudukinya.
114 Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Dakwah, (Jakarta:
Amzah,2019), cet-2, hlm.75. 115 Imam Munawwir, Asas-Asas Kepemimpinan Dalam Islam, (Surabaya: Usaha
Nasional,1981), hlm.97-98. 116 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.137.
6. Menempatkan orang yang paling cocok dan pantas pada satu-satu jabatan.
Sedangkan memgenai sifat-sifat pemimpin dalam Islam Anton
Athoillah dalam bukunya “Dasar-Dasar Manajemen” menyebutkan :
1. Adil,
Yaitu yang meletakkan segala sesuatu secara proporsional, tertib, dan
disiplin. Pemimpin yang tidak berat sebelah, tidak pili-pilih bulu, dan
bijaksana dalam mengambil keputusan.
2. Amanah,
Artinya jujur, bertanggung jawab, dan mempertanggung jawabkan
seluruh titipan aspirasi masyarakat atau karywannya. Tidak melakukan
pengkhianatan kepada rakyatnya atau karyawannya.
3. Fathonah,
Memiliki kecerdasan.
4. Tabliq,
Artinya menyampaikan segala hal dengan benar, tidak ada yang
ditutup-tutupi, terbuka, dan menerima saran atau kritik dari
bawahannya/karyawnnya.
5. Shiddiq,
Artinya benar, sebagai ciri dari perilaku pemimpin yang adil, apa yang
dikatakan sama dengan apa yang dilakukan.
6. Qona’ah,
Artinya menerima apa adanya, tidak serakah, dan pandai berterima
kasih kepada Tuhan. Pemimpin yang qana’ah adalah pemimpin yang tidak
akan melakukan korupsi dan merugikan uang negara, mengambinghitamkan
masyarakat dan anak buahnya.
7. Siasah,
Pemimpin yang pandai mengatur strategi guna memperoleh
kemaslahatan bagi masyarakat atau anak buahnya/karywannya.
8. Sabar,
Artinya pandai mengendalikan hawa nafsu dan menyalurkan seluruh
tenaga serta pikiran dengan kecerdasan emosional yang optimal.117
Pada kesimpulannya, Pemimpin merupakan titik sentral dan penentu
kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi.
Kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk
mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha
kerjasama sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama. kepemimpinan dalam Islam adalah amanah. Seorang
pemimpin pada hakikatnya mengemban amanah Allah swt dan harus mampu
menempatkan diri sebagai pembawa kebenaran dengan memberi contoh
teladan yang baik, karena pemimpin adalah suatu uswatun hasanah. Amanah
itu mengandung konsekwensi mengelola dengan penuh tanggung jawab sesuai
dengan harapan dan kebutuhan pemiliknya. Karenanya kepemimpinan
bukanlah hak milik yang boleh dinikmati dengan cara sesuka hati orang yang
memegangnya.
117 Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, ( Bandung: Pustaka Setia, 2010),
hlm.210-211.
BAB III
HMI, NDP, DAN PENGKADERAN
D. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Himpunan mahasiswa Islam, didirikan di Yogyakarta tanggal 5
Februari 1947, yang diprakarsai pemuda Lafran Pane (1922-1991, mahasiswa
tingkat satu Sekolah Tinggi Islam (STI).118 HMI didirikan karena dilatari oleh
4 hal: pertama, orientasi sekuler dan sosialis Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta (PMY), satu-satunya organisasi ekstra universitas saat itu. Sebab
itu PMY tidak memperhatikan kepentingan spiritual anggotanya dan telah
menjadi sayap Partai Sosialis. Kedua, situasi perguruan tinggi saat itu yang
tidak mengintegrasikan ilmu umum dengan agama sehingga melahirkan
mahasiswa yang mengalami krisis keseimbangan. Ketiga, situasi umat Islam
yang terpecah belah dalam berbagai aliran keagamaan dan politik serta
kemiskinan dan kebodohan. Keempat, situasi bangsa Indonesia yang sedang
mengalami masa revolusi untuk mempertahankan kemerdekaannya.119
Pada ruang lingkup perguruan tinggi sebelum HMI lahir seperti yang
disebutkan diatas, Setelah mengalami berbagai pertumbuhan perguruan tinggi
maupun perubahan situasi sosial budaya, politik dan pendidikan, berdirilah
organisasi- organisasi mahasiswa daerah (lokal). Pada bulan Oktober 1946
berdiri Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), sebagai satusatunya
118 Agussalim Sintompul, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1993,
(Jakarta: CV Misaka Galiza, 2008), cet.2, hlm.1. 119 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, ( Jakarta: Integrita Dinamika Press,1986), hlm.17-22.
organisasi mahasiswa di Yogyakarta, sementara di Solo berdiri Serikat
Mahasiswa Indonesia.120
Beberapa organisasi mahasiswa yang ada, tak satupun organisasi yang
memiliki orientasi Islam, padahal perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan
memiliki letak dan kedudukan yang sangat strategis. Apalagi sebelum HMI
berdiri, sistem pendidikan di Indonesia dikuasai sistem pendidikan Barat, yang
mengarah pada sekularisme yang berpotensi mendangkalkan agama dalam
aspek setiap kehidupan, bahkan pendidikan barat diformulasikan sebagai faktor
yang akan mengancurkan kekuatan Islam di Indonesia. Melihat situasi
kemahasiswaan dan perguruan tinggi yang demikian, sementara organisasi
kemahasiswaan yang berbasis keislaman tidak tertampung aspirasinya, maka
untuk mengisi kekosongan itu Lafran Pane memprakarsai mendirikan HMI
pada tahun 1947. Sebagai organisasi pergerakan Islam kontemporer di
Indonesia, HMI merupakan organisasi Islam yang mampu memainkan
perannya mengambil basis anggota di perguruan tinggi. Peran HMI tersebut
sebagai ajang pembentukan dan pembinaan mahasiswa kelas menengah
masyarakat yang tinggal di kota. Mahasiswa-mahasiswa sebagai calon
cendikiawan dan pemimpin di masa mendatang yang sehari-harinya berkumpul
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak modernisasi.121
Pada tanggal kelahiran HMI, Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul
Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah
120 Agussalim Sintompul, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-
1993,......,hlm.69. 121 Wahyu Hidayat, Taufikurrahman, Aktivisme Politik Mahasiswa Islam Membangun
Demokrasi Pasca Orde Baru, (Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2020), hlm.133
STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), sebenarnya
sedang berlangsung mata kuliah Tafsir dari bapak Husein Yahya. masuklah
mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara
lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam,
karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI
sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus
menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan".122
Selain Lafran pane yang ada diruangan itu, juga ada 14 mahasiswa
lainnya yang mendengarkan resolusi pendirian Himpunan Mahsiswa Islam
yang disampaikan oleh Lafran Pane ketika itu. Ke 14 orang ini belakangan oleh
sejarawan HMI Agus Salim Sitompul juga tercatat sebagai tokoh pendiri HMI.
Ke 14 orang itu adalah : Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), Dahlan Husein
(Palembang, Siti Zainah (Palembang), Maisaroh Hilal (Singapura), Soewali
(Jember), Yusdi Ghozali (Semarang), M. Anwar (Malang), Hasan Basri
(Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi
(Malang), Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta), Zulkarnaen (Bengkulu),
Mansyur.123
Ada dua tujuan inti dari pendirian HMI pada tahun 1947; pertama,
mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.124
122 Agussalim Sitompul, Sejarah dan Perjuangan HMI (1947-1975), (Jakarta: CV Misaka
Galiza, 2008), hlm.13. 123 Agussalim Sintompul, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-
1993,.......,hlm.177 124 Agussalim Sitompul, Sejarah dan Perjuangan HMI (1947-1975),.......,hlm.14
Dalam beberapa literatur sejarah HMI telah dibagi beberapa fase
tentang HMI.
1. Fase Konsolidasi Spritual (November 1946 - 5 Februari 1947)
Bermula dari latar belakang sejarah berdirinya HMI serta
kondisiobjektif yang mendorong berdirinya HMI. Setelah mengalami
berbagai proses akhirnya dijawab secara konkrit, keputusan dan kesepakatan
para mahasiswa yang hadir dalam rapat untuk mendirikan HMI 5 Februari
1945.125
2. Fase Pengokohan (5 Februari 1947 – 30 November 1947)
Roda organisasi berjalan disertai aktivitas memperkenalkan HMI secara
populer dikalangan mahasiswa maupun masyarakatluas. Di forum Kongres
mahasiswa seluruh Indonesia yang berlangsung di Malang tanggal 8
Maret1947 HMI mengutus Lafran Pane dan Asmin Nasution,126 Kongres
mahasiswa seluruh Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai forum perkenalan
HMI dengan mahasiswa dari kota-kota lain. Beberapa bulan setelah Kongres
tersebut berdirilah cabangcabang HMI diKlaten, Solo dan Malang. Untuk
tambah kokohnya kedudukan HMIyang baru berumur 9
bulan,dilangsungkannya Kongres I HMI di Yogyakarta tanggal 30
November 1947. Terpilih Sebagai Ketua Umum PB HMI MS Mintaredja.127
3. Fase Perjuangan Fisik (30 November 1947-27 Desember 1949)
HMI yang lahir dalam suasana debu dan kabut revolusi yang Masih
menghitam pekat terjun kegelanggang medan pertempuran memangkul
125 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.33. 126 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.34-35. 127 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.36.
senjata membantu pemerintah mengusir tentara penjajah, membela
kehormatan bangsa, negara dan agamadari jajahan Belanda sampai bangsa
Indonesia memperoleh kedaulatannya 27 Desember 1949.128
Sewaktu terjadi penghianatan dan pemberontakan PKI I di Madiun 18
September 1948, HMI ikut serta dalam penumpasan pemberontakan
tersebut.129 Sejak Affair Madiun itulah dendam kesumat PKI tertanam
kepada HMI.130
4. Fase Pembinaan dan Konsolidasi Organisasi (1950-1963)
Tindakan memindahkan kedudukan PB HMI pada bulan Juli 1951 Dari
Yogyakarta ke Jakarta,merupakan sikap arif bijaksana,131 Lukman E.Hakim
ditunjuk sebagai Ketua PB HMI dan Mutiar Sebagai Sekjen, menggantikan
Lafran dan Dahlan. Ternyata Lukman Hakim tidak mampu memulihkan
citra HMI, seraya menyerahkan kepada A. Dahlan Ranuwihardja untuk
memimpin dan membentuk PB HMI, sebagai tindak lanjut, setelah 5 bulan
memimpin, adalah mengadakan Kongres darurat HMI, yang kemudian
disahkan sebgai Kongres II di Yogyakarta 15 Desember 1951. Untuk priode
1951-1953 A.Dahlan Ranuwihardja duduk Sebagai Ketum PB HMI, Sekum
I dipegang oleh M.Rajab Lubis.132 Pembinaan anggota, dengan membentuk
basis-basis, sejak Dari komisariat, cabang, badko, lembaga-lembaga
otonom.133
128 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.36. 129 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.39. 130 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.40. 131 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.42. 132 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.42. 133 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.43.
5. Fase Tantangan Dan Penghianatan PKI II (1964-1965)
Dalam rencana kerja 4 tahun PKI 1964-1967, dimana menurut
dokumen itu, HMI termasuk salah satu musuh PKI yang harus
dibubarkan.134 Tugas untuk membubarkan HMI diserahkan kepada CGMI,
organisasi mahasiswa yang bernaung dibawah PKI.135 Puncak aksi tuntutan
pembubaran HMI terjadi dibulan September 1965, jika tanggal 13
September 1965, DN.Aidit sebagai Ketua CC PKI dianugerahi Bintang
Mahaputra, pada saat yang sama pula Generasi Muda Islam Jakarta Raya,
menunjukan solidaritas pembelaan terhadap HMI, empat hari berikutnya
tanggal 17 September 1965, dengan keputusan komando tertinggi Retoling
Aparatur Revolusi atau Kotrar (Bung Karno), HMI dinyatakan jalan terus
tidakdibubarkan.136 Besoknya 30 September 1965, PKI mengambil jalan
pintas, sudah siap main kekerasan, dari pada didahului lebih baik
mendahului, dengan makar, mengambil kekuasaan dari pemerintah yang sah
dengan pemberontakan G30S. Berkat kesiap-siagaan ABRI dan rakyat yang
anti PKI, dalam waktu relatif singkat Gestapu/PKI dapat digulung.137
6. Fase HMI Penggerak Angkatan 66, Pelopor Orde Baru (1966-1968)
Atas inisiatif Wakil Ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, Memprakarsai
mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam (KAMI) 25 oktober 1965,
kemudian disyahkan Manteri PTIP Prof. Dr. Syarif Thayeb, dengan tugas
134 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.45. 135 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.45. 136 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.47. 137 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.47.
(1) Mengamankan Pancasila, (2) memperkuat bantuan kepada ABRI dalam
penumpasan Gestapu/PKI sampai ke akar-akarnya. Massa aksi KAMI yang
pertama, berupa rapat umum,dilaksanakan tangga 3 november 1965
dihalaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta. Tanggal 10 Januari
1966 KAMI mengumandangkan suara hatiNurani rakyat dalam bentuk
Tritura, yang berisi: (1) bubarkan PKI, (2) Retooling Kabinet, (3) Turunkan
Harga. Mengikuti kelahiran KAMI, Tanggal 9 Februari 1966 berdirilah
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dengan Ketum M.
Thamrin dari PII.138
Tuntutan Retol Kabinet malah dijawab dengan pembentukan Kabinet
Dwikora.139 Kemarahan rakyat kemudian bergejala beralamat Pada
Soekarno, yang dimata rakyat terkesan memandang ringan Tritura.
Demonstrasi-demonstrasi rakyat dalam bentuk Kesatuan Aksi sejak 1
Maret1966, sudah 111 hari non stop, mencapai Puncaknya tanggal 11 Maret
1966. Dari Aksi Massa mahasiswa dan Rakyat itulah lahirnya surat Perintah
11 Maret atau Supersemar.140
Dengan menggunakan Supersemar, besoknya 12 Maret 1966, PKI
dibubarkan dan dinyatakan dilarang diseluruh Indonesia, beserta segala
organisasi mantel PKI. Setelah turunya Soekarno dan naiknya Soeharto
sebagai Presiden Republik Indonesia HMI ikut mendukung pemerintahan
yang baru.141
138 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.49-50. 139 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.49-50. 140 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.51. 141 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.51.
7. Fase Partisipasi HMI Dalam Pembangunan dan Modernisasi (1969-
1970)
Setelah tatanan orde baru mantap, maka sejak 1 April 1969 dimulailah
Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita.142 Bentuk-bentuk
partisapasi HMI, anggota dan alumninya dalam era Pembagunan yang
dimulai tahun 1969 hingga sekarang meliputi: (a) partisapasi dalam
pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakan
nya pembangunan, (b) partisapasi dalam pemberian konsep-konsep dalam
berbagai aspekpemikiran, (c) partisapasi dalam bentuk pelaksanaan
langsung dari pembagunan.143
Sesungguhnya mantan pemimpin HMI 1950-an dan angkatan 66 adalah
generasi pertama HMI yang berpartisipasi kepada pemerintah dibawah
patronase “kelompok teknokrat”. Hanya saja menurut M. Dawam Rahardja,
mereka masuk ke birokrasi dan secara tegas mendukung modernisasi, tidak
melalui diskusi yang sifatnya intelektual, tetapi berpartisipasi langsung
dalam kegiatan pembangunan.144
8. Fase Pergolakan Pemikiran (1970-1997)
Fase pergolakan pemikiran ini muncul tahun 1970, tetapi gejala-
gejalanya sudah nampak sekian tahun 1968.145
Generasi baru pemikir dan aktivis Islam sejak1970-an berusaha
mengembangkan dimana substansi, bukan bentuk merupakan titik-tekannya
142 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.53. 143 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.53. 144 Syafi’iAnwar,Pemikiran Dan Aksi Islam DiIndonesia: SebuahKajianPolitikMengenai
(Jakarta: CendikiawanMuslim Orde,1995), hlm.26-38. 145 Agussalim sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya,......,hlm.53.
utamanya. Paham Keislaman-Keindonesiaan memberikan legitimasi
kultural Dan struktural terhadap pembentukan “Negara Kesatuan Nasional”
Indonesia disini diintegrasikan secara harmonis. Tema dan agenda yang
menarik perhatian mereka adalah (1) Peninjauan kembali landasan teologis
atau filosofis politik Islam; (2) pendefinisian kembali cita-cita politik Islam;
dan (3) peninjauan kembali tentang cara dan cita-cita politik dapat dicapai
secara efektif. Adapun idealisme dan aktivisme mereka dapat dipetakan
dalam tiga wilayah penting: (1) pembaharuan teologis atau keagamaan; (2)
reformasi politik atau birokrasi; (3) tarnsformasi sosial.146
9. Fase Reformasi (Mei 1998- Sekarang)
Terlepas dari faktor dukungan politik ABRI terhadap Soeharto Mulai
melemah pada tahun 1990-an, yang pasti, upaya yang telah dirintis generasi
intelektualisme baru ini membuahkan hasil. Pada era ini mulai tumbuh sikap
akomodatif negara terhadap Islam dengan diterapkannya kebijakan-
kebijakan yang sejalan dengan kepentingan sosial-ekonomi dan politik umat
Islam.147
Setelah itu tidak ada lagi demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran
sampai muncul gerakan reformasi pada tahun 1998. Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa turun kejalan itu buruk. Buktinya ketika rezim orde baru
melemah mahasiswa kembali turun kejalan dan krisis moneter yang
membuat Dolar Amerika ketika waktu normal hanya Rp 2.200 per dolar lalu
tiba-tiba naik sampai Rp 17.000 perdolar, Akibatnya harga barang
146 Bahtiar Efendy, Islam dan Negara;Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di
Indonesia, (Jakarta: Paramadina,1998), hlm.126. 147 Bahtiar Efendy, Islam dan Negara;Transformasi Pemikiran,.........,hlm.273-310.
melambung tinggi, sementara pemerintah Soeharto tidak dapat
mengendalikan keadaan, maka diapun jatuh.148
Perkembangan historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI sejak tahun 1947 hingga tahun
sekarang, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai landasan
perjuangan, yang meliputi: 1) Pemikiran keislaman-keindonesiaan HMI
(tahun1947), 2) Tafsir Azas Perjuangan ( tahun1957), 3) Kepribadian HMI
(tahun 1963), 4) Garis-garis Pokok Perjuangan (tahun 1966), 5) Nilai-Nilai
Dasar Perjuangan (NDP) tahun 1969, tahun 1986 diganti namanya menjadi
NIK, dan tahun 1999 kembali namanya diganti menjadi NDP hingga sekarang,
6) Gambaran Insan Cita HMI (penjelasan tujuan HMI) tahun 1969 kemudian
disempurnakan menjadi Tafsir Tujuan (tahun 1971), 7) Tafsir Independensi
(tahun 1971), 8) Memori penjelasan Tentang Pancasila Sebagai Dasar
Organisasi HMI (tahun 1989), 9) Memori penjelasan tentang pancasila
sebagai azas HMI (tahun 1997), dan 10) memori Penjelasan tentang Islam
sebagai Azas HMI (tahun 1999).149
Sepuluh landasan Perjuangan HMI dijadikan doktrin perjuangan HMI.
Diantara 10 naskah doktrin perjuanagan HMI, yang masih dipakai dan tetap
dijadikan landasan-landasan perjuangan tinggal lima, yaitu: 1) Pemikiran
148 Rusydy Zakaria,Dkk, Membingkai Perkaderan Intelektual Setengah Abad HMI Cabang
Ciputat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2012), hlm.172-173. 149 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa, (Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation,
2010), hlm. 22.
keislaman-keindonesiaan HMI, 2) Tafsir Tujuan HMI, 3) Tafsir Independensi
HMI, 4) Memori penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI, dan 5) NDP.150
Dari berbagai dokumen organisasi seperti Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI, Pemikiran keislaman-keindonesiaan
HMI, Tafsir Azas HMI, Tafsir Tujuan HMI, Tafsir Independensi HMI, dan
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP), inilah dokumen yang menunjukkan
karakter HMI itu sendiri, jati diri yang membedakan HMI dengan organisasi
lain yang mengandung prinsip-prinsip: Berazaskan Islam dan bersumber pada
Al qur’an dan As sunnah. Berwawasan keislaman keindonesiaan atau
kebangsaan dan kemahasiswaan. Bertujuan Membina lima kualitas insan cita
didalam pribadi seorang mahasiswa yang beriman dan beriman dan berilmu
pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kemanusiaan. Bersifat
independen. Berstatus sebagai organisasi mahasiswa. Berfungsi sebagai
organisasi kader. Berperan sebagai organisasi perjuangan. Bertugas sebagai
sumber insani pemimpin bangsa. Berkedudukan sebagai organisasi
modernis.151
Kehadiran dan keberadaan HMI, selain berstatus sebagai organisasi
mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader, juga berperan sebagai
organisasi perjuangan yang dengan kesungguhan berjuang untuk melakukan
perubahan terhadap segala tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan
kontemporer, sehingga tercipta suasana baru yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Maka sepanjang keberadaan HMI, tugasnya adalah untuk
150 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........,hlm.22. 151 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........,hlm.6.
melakukan perombakan, perubahan, perbaikan, penyempurnaan terhadap
segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, kearah yang lebih baik
dan sempurna dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Untuk melakukan tugas-tugas mulia dan luhur itulah diperlukan
kerja yang terorganisir, sistematis, tekun, kerja keras, sungguh-sungguh dengan
ikhlas, tanpa pamrih, amanah karena Allah semata, yang dilakukan setiap
anggota, kader, pengurus dengan semangat militansi yang tinggi.152
B. Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI merupakan kitab atau buku
yang berisi kumpulan nilai dasar perjuangan yang harus terinternalisasi
kedalam diri seorang kader. Nilai-nilai tersebut akan menjelma ke dalam
perilaku dan aktivitas keseharian kader, baik dalam aras kehambatan maupun
kekhalifahan.153
Seperti yang disampaikan Pengurus Besar HMI dalam pengantar
penetapan naskah Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI pada 31 Januari 1997 di
Jakarta. Meyatakan ada dua syarat bagi suksesnya perjuangan: pertama,
keteguhan iman, atau keyakinan kepada dasar, yaitu idealisme yang kuat, yang
berarti harus memahami dasar perjuangan itu. Kedua, ketetapan penelaahan
kepada medan perjuangan guna dapat menetapkan langkah-langkah yang harus
ditempuh, berupa program perjuangan atau kerja, yaitu ilmu yang luas. Karena
itu perumusan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI adalah suatu usaha HMI
152 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI, (Jakerta: CV Misaka Galiza, 2006),
cet.2, hlm.6. 153 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI ( Teks, Interpretasi, dan
Kontektualisasi), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018), hlm.3.
guna memenuhi syarat pertama tersebut. Sedangkan syarat kedua lebih bersifat
dinamis, artinya disesuaikan dengan keadaan, yang berupa program kerja.154
Setelah ditetapkannya pada 31 januari 1971, Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan HMI sebagai Ideologi HMI, selanjutnya Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan HMI dijadikan materi pokok dalam setiap perkaderan HMI dan
setiap usaha HMI dalam mencapai Tujuannya selalu bernafaskan akan Nilai-
Nilai Dasar Perjuangan HMI. Hal inilah sebagai upaya HMI untuk menerapkan
Nilai-Niali Dasar Perjuangan HMI sebagai Ideologi HMI. Dimana Nilai-Nilai
Dasar Perjuangan HMI menjadi ruh dari setiap perjuangan para kader HMI.
Tidak seperti ideologi pada umumnya yang berangkat dari gagasan, ide,
pemikiran seorang tokoh tentang sesuatu, NDP diderivasi dari Al Qur’an dan
Hadis. Perumusanya; Nurkholis Madjid, telah menghimpun ayat-ayat Al-
Qur’an yang berhubungan dengan Tauhid, kemanusiaan, takdir, keadilan
sosial, ekonomi, serta ilmu pengetahuan, kemudian merangkainya menjadi satu
konsep yang utuh tentang pandangan dunia. Setelah draft tersebut selesai, lalu
didiskusikan dengan Endang Saifudin Anshari dan Sakib Mahmud.155
Pada hakikatnya, semangat kelahiran NDP berhubungan dengan
semangat kelahiran HMI pada februari 1947. Bahkan, sejak awal kelahirannya,
secara subtantif “NDP” telah menyemangati dokumen-dokumen organisasi
lainnya, seperti azas, kepribadian HMI, dan GPP HMI. Sebagai contoh, dalam
konsep kepribadian HMI telah dirumuskan unsur-unsur pokok, seperti dasar
tauhid, dasar keseimbangan, kreatif, dinamis, revolusioner, dan pemersatu.
154 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXVIII Himpunan
Mahasiswa Islam, Tema: HMI untuk Indonesia satu tak terbagi (Jakarta, PB HMI, 2013), hlm.149. 155 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,.......,hlm.4.
Nilai-nilai tersebut juga ditemukan dalam NDP. Artinya, terdapat hubungan
konseptual antardokumen-dokumen perjuangan HMI tersebut. Hanya saja,
dalam NDP, Cak Nur sangat berperan dalam mengkonseptualisasikannya
secara lebih sistematis, utuh, dan komprehensif.156
Mengapa dinamakan NDP? Dalam sebuah tulisannya, Cak Nur
mengisahkan, Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI) pada awalnya
dirumuskan dari kesimpulan perjalanan Nurcholis Madjid berkunjung ke
Amerika yang kemudian dilanjutkan ke Timur Tengah. Sebenarnya perjalanan
ke Timur Tengah lah yang memberikan inspirasi beliau dalam pemikiran dan
pemahamannya terhadap Islam sehingga muncullah NDP ini. Sebetulnya
kesimpulan perjalanan itu akan diberikan nama Nilai-nilai Dasar Islam (NDI)
tetapi itu terlalu besar dan moralis, seakan-akan kita mngklaim bahwa inilah
Nilai-nilai Dasar Islam. Nama NDI pun dihindari. Selanjutnya, Cak Nur
menemukan sebuah buku yang ditulis oleh Willy Eicher, seorang ideolog
Partai Sosial Demokrat Jerman, berjudul The Fundamendatal Values and Basic
Demand of Democrtic Socialism (Nilai-Nilai Dasar dan Tuntutan-Tuntutan
Asasi Sosialisme Demokrat). Dari buku tersebut, Cak Nur terinspirasi untuk
mengambil istilah nili-nilai dasar. Kata perjuangan diambil dari buku Syahrir,
seorang ideolog sosialisme Indonesia, yang berjudul Perjuangan Kita.157
156 Agus Salim Sitompul, Dokumen Landasan Perjuangan HMI dalam Lintasan Sejarah dalam,
Menuju Masyarakat Cita: Refleksi atas Persoalan-Persoalan Kebangsaan, (Jakarta: Badko Maliraja,
1999), hlm.179-185. 157 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,.......,hlm.9.
Sehingga nama yang pas itu adalah Nilai-nilai Dasar Perjuangan, kata
perjuangan ini sebagai simbol semangat dan peran seorang mahasiswa/pemuda
yang harus tetap berjuang dalam kebenaran.158
NDP HMI terdiri dari beberapa bab, yaitu; 1) Dasar-Dasar
Kepercayaan, 2) Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan, 3)
Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir), 4)
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan, 5) Individu dan
Masyarakat, 6) Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi, 7) Kemanusiaan dan
Ilmu Pengetahuan, bab terakhirnya yakni 8) kesimpulan dan penutup.
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI diharapkan dapat menciptakan dan
memperkuat terbentuknya profil kader HMI, sehingga setiap kader HMI
memiliki kualitas tertentu serta memiliki kelebihan dari kader organisasi kader
lain, sebagai garansi obyektif untuk menjalankan misi perjuangan ditengah-
tengah bangsa.159
Sebagai kumpulan Nilai, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI diharapkan
dapat dipahami dengan baik-baik oleh kader HMI. Selanjutnya pemahaman
terhadap nilai-nilai tersebut akan membentuk dan mempengaruhi cara berpikir
dan pandangan hidup kader itu sendiri.160 Sebab dari itu, bukan tidak mungkin
nilai-nilai yang terdapat pada NDP HMI sangat mempengaruhi kriteria dan
kualitas kader atau alumni HMI termasuk kualitas dalam kepemimpinan kader
HMI.
158 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,......,hlm.9. 159 Hariqo Wibawa Satria, Lafran Pane: Jejak hayat dan Pemikirannya, (Jakarta: Lingkar,
2010), cet.1, hlm.359. 160 Ignas Kladen, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm.155.
Selain ikhtiar dalam mengemukakan sebuah Konsep, pertanyaan yang
mungkin perlu dijawab juga adalah Bagaimana implementasi kepemimpinan
berkarakter HMI ini dalam penerapannya pada jenjang pengkaderan HMI ?
Sebab, kita tahu pengkaderan merupakan proses pembentukan pribadi,
pewarisan dan penciptaan nilai, pengetahuan dan keterampilan sehingga
pribadi tersebut dapat mengembangkan diri secara optimal untuk menghadapi
kehidupan nyata.
C. Perkaderan HMI
Pada dasarnya, perkaderan/kaderisasi adalah proses pencetakan kader.
Sedangkan definisi kader itu sendiri adalah orang yang dipercaya mampu
melanjutkan dan melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam suatu organisasi.
Dengan kata lain kaderisasi adalah proses, cara, atau perbuatan dalam usaha
mendidik manusia-manusia yang memiliki kompetensi yang mapan untuk
menjalankan amanah dalam suatu organisasi. Kaderisasi berfungsi untuk
mempersiapkan orang- orang yang berkualitas yang nantinya dipersiapkan
untuk melanjutkan perjuangan sebuah organisasi, tanpa kaderisasi rasanya
sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan
tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.161
Perkaderan sendiri berasal dari kata “kader” yang ditambah imbuhan
per- dan –an yang menyatakan sebuah makna “proses”. Kader pada mulanya
adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang berasal dari kata cadre dalam
bahasa Perancis, yang berarti elit atau inti. Definisinya secara etimologis
161 Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa) di Desa Hamalau
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, (Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013), hlm.266.
adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti ( yang terpercaya) yang
sewaktu waktu diperlukan.162
Partanto kamus ilmiah popular menyebutkan Kader adalah orang yang
didik untuk menjadi pelanjut tongkat estapet suatu partai atau organisasi: tunas
muda.163 Dan dalam kamus induk istilah ilmiah seri intelektual disebut bahwa
kader adalah generasi penerus atau pewaris dimasa depan dalam organisasi,
pemerintah atau partai politik.164
Menurut Sitompul (2008), kader adalah anggota inti dimana merupakan
benteng dari “serangan” luar serta penyelewengan dari dalam. Kader sendiri
memiliki fungsi yaitu sebagai tenaga penggerak organisasi, sebagai calon
pimpinan. Secara kualitatif, kader mempunyai mutu, kesanggupan bekerja dan
berkorban lebih besar daripada anggota biasa yang memahami sepenuhnya
dasar dan ideologi perjuangan yang mampu melaksanakan program perjuangan
secara konsekuen disetiap waktu, situasi, dan tempat.165
Sedangkan jika kita mengacu pada pedoman pengkaderan HMI, Kader
adalah "sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan
menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Dengan demikian
ciri seorang kader tewujud dalam empat hal: pertama, seorang kader bergerak
dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi
dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Kedua, seorang kader
mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal
162 Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa),.......,hlm.266. 163 A. Partanto, Piau, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), hlm.29. 164 Al-Barry, M. Dahlan. Y, Kamus Induk Istilah Ilmiyah, (Surabaya: Target Press,2003),
hlm.349. 165 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.9-10.
semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dala memperjuangkan
dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan
kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga
kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi
adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader memiliki visi dan
perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan
mampu melakukan "social engineering".166
Mengacu pada defenisi dan fungsi kader diatas sebagai tulang
punggung organisasi yang memiliki bobot kualitas yang mempuni. Tentu
menjadi kader organisasi yang berkualitas, anggota harus menjalani
pendidikan, latihan, dan praktikum. Pendidikan kader harus dilaksanakan
secara terus menerus dan teratur, rapi dan berencana, yang diatur dalam
pedoman pengkaderan.167
Sedangkan Perkaderan HMI adalah usaha organisasi yang
dilaksanakan secara sadar dan sisternatis selaras dengan pedoman
perkaderan HMI.168
Untuk melahirkan seorang kader yang berkualitas diperlukan proses
dengan jangka waktu yang cukup lama. Perkaderan dilakukan dalam upaya
mengembangkan dan membentuk pribadi agar memilki keunggulan dalam
aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mampu bersaing. Sebagai seorang kader,
tahapan yang mesti di lalui adalah fase pembentukan dan pengembangan
166 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018
Himpunan Mahasiswa Islam, Tema: Meneguhkan Kebangsaan Wujudkan Indonesia Berkeadilan
(Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.352. 167 A.M. Santo Tukimin, Moehadi zainal, Administrasi & Organisasi Perjuangan, (Yogyakarta:
Penerbit Sinta, 1966). Hlm.18. 168 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.........,hlm.352.
dimana setiap kader akan dibina untuk menjadi kader yang paripurna, yang
dapat mengemban misi HMI. Istilah pembentukan dan pengembangan itu
sendiri masing-masing memiliki sisi tekannya tersendiri. Pembentukan adalah
sebuah fase perkaderan yang merupakan sekumpulan aktivitas yang terintegrasi
untuk memberikan prinsip-prinsip dan kemampuan dasar kader. Sedangkan
pada pengembangan yang dimaksudkan adalah sekumpulan aktivitas untuk
mengembangkan kemampuan dan keahlian serta minat-bakat kader. Dari sisi
ini dapat dimengerti bahwa pembentukan lebih berorientasi pada pemberikan
kemampuan-kemampuan dasar, sedangkan pembinaan lebih menitik beratkan
pada pengembangan kemampuan dan keahlian para kader. Keduanya dengan
demikian merupakan satu proses yang terintegrasi.169
Berdasarkan bentuknya, pelaksanaan perkaderan pada fase
pembentukan dan pengembangan dibagi menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu
perkaderan formal dan perkaderan informal.
Training formal adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka
pembentukan kepribadian kader secara sistematis dan berjenjang. Pada
dasarnya training formal ini wajib diikuti oleh seluruh kader sesuai dengan
levelnya tanpa terkait dengan posisi struktural yang sedang dijabat, maksudnya
tidak diperkenankan untuk menetapkan persyaratan struktural untuk mengikuti
training formal.170
Training non-formal adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka
pengembangan pengetahuan dan keahlian kader. Pada dasarnya training non-
169 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.........,hlm.381. 170 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.......,hlm.382.
formal ini wajib diikuti oleh kader sesuai kompetensi kader dan dapat terkait
dengan posisi struktural yang sedang dijabat, maksudnya diperkenankan untuk
menetapkan persyaratan struktural untuk mengikuti training non-formal.171
Training formal terdiri dari 3 (tiga) jenjang, yaitu: Latihan Kader I,
Latihan Kader II, dan Latihan Kader III.
1. Latihan Kader I (Basic Training)
Fokus utama dari Latihan Kader I adalah penanaman nilai-nilai
(ideologisasi organisasi) kepada kader agar dapat terjadi perubahan pola
pikir, sikap, dan prilaku sesuai dengan kepribadian kader yang diharapkan.
Jadi secara sederhana, kurikulum Latihan Kader I merupakan doktrin
organisasi. Penyelenggaraan Latihan Kader I dijelaskan dalam petunjuk
teknis penyelenggaraan training formal perkaderan HMI. Tujuan Latihan
Kader I adalah “Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas
akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam berorganisasi serta
hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa”..172
2. Latihan Kader II (Intermediate Training)
Fokus utama dari Latihan Kader II adalah pemberian materi yang
sifatnya pendalaman dan pengayaan serta keahlian dalam mengelola
organisasi, khususnya HMI, agar kepribadian kader yang telah terbentuk
dapat diimplementasikan dalam wilayah organisasi. Penekanan Latihan
Kader II pada kemampuan aspek kognitif dan motorik secara berimbang.
Tujuan Latihan Kader II adalah “Terbinanya kader HMI yang mempunyai
171 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.......,hlm.454. 172 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.......,hlm,382-383.
kemampuan intelektual untuk memetakan peradaban dan memformulasikan
gagasan dalam lingkup organisasi”.173
3. Latihan Kader III (Advance Training)
Fokus utama dari Latihan Kader III adalah pemberian materi dan
keahlian dalam menganalisa, merancang, memformulasikan,
mentransformasikan, dan mengimplementasikan sebuah perubahan sosial
yang dilandasi nilai-nilai ke-Illahian demi terwujudnya peradaban ideal
yang dicita-citakan. Penekanan Latihan Kader III pada kemampuan aspek
motorik. Adapun penyelenggaraan Latihan Kader III dijelaskan dalam
petunjuk teknis. Tujuan Latihan Kader III adalah “Terbinanya kader
pemimpin yang mampu menterjemahkan dan mentransformasikan
pemikiran konsepsional secara profesional dalam gerak perubahan
sosial”.174
Adapun Training non-formal di HMI yang Ketentuan pelaksanaan
trainingnya diatur dengan ketentuan sendiri yang tidak bertentangan dengan
pedoman perkaderan ini yang diatur sebagai berikut:
1. Training Instruktur
Diatur dalam Pola Pembinaan Instruktur yang dibuat BPL PB HMI
yang disahkan dalam Munas BPL PB HMI.
2. Training Manajemen
Training diatur dalam Pola Pembinaan Instruktur yang dibuat BPL PB
HMI yang disahkan dalam Munas BPL PB HMI.
173 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.......,hlm.397. 174 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.......,hlm.427.
3. Training Instruktur NDP
Diatur dengan Juklak dan Juknis yang dibuat oleh BPL PB HMI. dan
disahkan sekurang-kurangnya dalam rapat harian PB HMI.
4. Training Instruktur Ideopolitor Stratak
Diatur dengan Juklak dan Juknis yang dibuatoleh BPL PB HMI dan
disahkan sekurang-kurangnya dalam rapat harian PB HMI.
5. Training non-formal lainnya
Diatur dengan Juklak dan Juknis yang dibuat oleh
lembaga/badan/bidang terkait yang disahkan sekurang-kurangnya dalam
rapat harian PB HMI.175
Ketika memberikan sambutan pada peringatan Dies Natalis ke-22 HMI
Cabang Yogyakarta digedung seni sono tanggal 5 Februari 1969, Almarhum
Lafran Pane berujar bahwa “yang membedakan HMI dengan organisasi lain
adalah perkaderannya, dimana kader yang dihasilkan HMI adalah anggota yang
berwawasan keislaman, keindonesiaan, dan kemahasiswaan dengan lima
kualitas insan cita dan bersifat independen”.176
Arah perkaderan HMI tercermin dalam tujuan HMI, yaitu terbinanya
individu yang memiliki kualitas insan cita ( akademis, pencipta, pengabdi,
bernafaskan Islam, serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT). Dalam rangka mewujudkan terbiannya
175 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX,.......,hlm,455. 176 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,.......,hlm.51.
individu HMI yang memiliki lima kualitas insan cita tersebut, maka berbagai
kegiatan dilaksanakan untuk mencapai tujuan HMI.177
Bertolak dari landasan, arah, dan tujuan perkaderan HMI, maka akhir
dari perkaderan HMI adalah terwujudnya muslim yang handal, profesional, dan
bermoral dengan kekuatan intelektualitas dan keimanan yang tinggi. Aspek
yang ditekankan dalam kaderisasi adalah pembentukan integritas watak dan
kepribadian, pengembangan kualitas intelektualitas atau kemampuan
ilmiahnya, pengembangan kemampuan profesional atau keterampilannya.
Perkaderan merupakan kegiatan utama HMI. Pengurus HMI selalu
berusaha menyelenggarakan pelatihan dari tingkat dasar (Basic Training)
hingga tingkat atas (Advance Training). Pelatihan-pelatihan ini merupakan
proses yang menggerakkan organisasi dan mampu menghasilkan kader-kader
HMI yang handal dan berkualitas.178 Perkaderan merupakan student need yang
bisa diberikan HMI. HMI menjadi besar dan bermamfaat karena
perkaderannya.179
Maka dari penjelasan diatas sangat terlihat jelas , betapa besar peran
dan andil HMI dalam usaha pembentukan profil kader HMI sejak dulu,
sekarang dan bahkan untuk masa mendatang sesuai dengan perkembangan
masa, sebagai pendukung utama cita-cita dan tujuan organisasi untuk
mendukung dan melaksanakan misi HMI.180
177 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,.......,hlm.52. 178 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,.......,hlm.58. 179 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,.......,hlm.58. 180 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,......,hlm.22.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Konsep Kepemimpinan dalam Paradigma Himpunan Mahasiswa Islam
Konsep kepemimpinan membicarakan bagaimana cara seseorang
menjadi pemimpin. Nanus menegaskan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi dan mendukung orang lain untuk bekerja secara antusias
menuju pencapaian tujuan, jadi dari defenisi ini ada tiga elemen penting yaitu:
memberikan pengaruh, mendukung, usaha suka rela dalam mencapai
tujuan.181
Seperti yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa, istilah
kepemimpinan, dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata “pimpin” yang
mempunyai arti “dibimbing”. Sedangkan kata pemimpin itu sendiri mempunyai
makna “orang yang memimpin.” Jadi kepemimpinan adalah cara untuk
memimpin.182
Di dalam bahasa Inggris, kepemimpinan sama halnya dengan
leadership, berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang berarti
memimpin. Maka dengan kata lain, memimpin merupakan suatu pekerjaan
seseorang tentang bagaimana cara-cara untuk mengarahkan (direct) orang
lain.183
181 Syafaruddin, dkk, Kepemimpinan Dan Kewirausahaan, ( Medan: Perdana
Publishing, 2010 ) hlm. 24. 182 Lihat, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1994),
cet. ke-4,hlm. 967. 183Ambar Teguh Sulistiyani, Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership
Model, (Yogyakarta: Gava Media, 2008), hlm. 9.
Adapun secara terminology, ada beberapa kepemimpinan menurut para
ahli yang dipandang dari berbagai perspektif tergantung dari sudut mana para
ahli memandang hakikat kepemimpinan. M E. Mulyasa, memandang
kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang terhadap
tercapainya tujuan organisasi.184
Sedangkan Malayau S.P Hasibuan menyatakan bahwa kepemimpinan
itu adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.185
Bennis dan Nunus mengemukakan konsep kepemimpinan dari sudut
pandang pemimpin, menurutnya seorang yang disebut pemimpin, jika ia
mampu memberikan visi kepada organisasi dan mampu menjabarkannya
menuju realita. Kemudian kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang
lain untuk mendukung dalam mencapai tujuan organisasi yang relevan.186
Miftah Toha menjelaskan dalam buku “kepemimpinan Islam
Indonesia” yang ditulis oleh ‘Azis Mohammad Ali’, ia menyebutkan bahwa
kepemimpinan adalah pelaksanaan otoritas dan pembuatan atau penentu
keputusan bertindak untuk menghasilkan pola yang konsisten dalam rangka
mencari pemecahan dari suatu persoalan bersama.187
184 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 107. 185 Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendididkan Islam; Antara Teori dan
Praktek, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hlm. 434. 186 John M. Ivancevich, Prilaku Dan Manajemen Organisasi, ( Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama, 2006 ), hlm. 194. 187 Azis Mohammad Ali, Kepemimpinan Islam Indonesia, (Jakarta:Harakat
Media,2000),hlm. 3.
Ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Kimball Willes, ia
mendefenisikan kepemimpinan secara singkat dari sudut pandang yang sedikit
berbeda. Secara tajam beliau mengatakan; “leadership is any contribution to
the establishment and attainment of group purposes”. Beliau tidak memandang
kepemimpinan itu sebagai suatu kesiapan, kemampuan atau energi belaka,
tetapi ia lebih menekankan kepemimpinan itu sebagai satu sumbangan dari
setiap orang yang dapat bermanfaat di dalam penetapan dan pencapaian tujuan
“group” secara bersama.188
Menurut A Robert Baron, kepemimpinan ialah “ Leadership is the
process whereby one individual influences or her group members toward the
attainment of defined group or organizational goals. ”Kepemimpinan
merupakan proses dimana individu memberikan pengaruh anggota kelompok
lain tentang perolehan tujuan yang telah diputuskan oleh kelompok atau
organisasi. Pengertian lainnya menurut Mc Shane bahwa ‘kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memberi dampak, mendorong dan memungkinkan
orang lain agar berkontribusi pada keefektifan dan kesuksesan organisasi
dimana mereka merupakan anggotanya’.189
Sedangkan menurut Kreitner & Kinicki menyatakan kepemimpinan
(leadership) itu sebagai “Suatu proses pengaruh sosial dimana peran pemimpin
188 John M. Ivancevich, Prilaku Dan Manajemen Organisasi,..........., hlm. 60-62. 189 Usep Deden Suherman, Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi, ( Volume I/
Nomor 02/ Juli 2019), hlm.262.
untuk mengusahakan partisipasi sukarela dari para bawahannya dalam suatu
target guna mencapai tujuan organisasi”.190
Dari sumber lainnya, Griffin dan Ebert mengatakan bahwa
kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk mau
bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.191
Dari defenisi yang disampaikan oleh beberapa ahli tersebut dapat kita
tarik benang merahnya bahwa, istilah apapun yang dipakai didalam perumusan
defenisi-defenisi untuk menerangkan hakekat dalam memimpin dengan
peranan yang dimainkan sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, semua
menjelaskan bahwa kepemimpinan itu tidak lain dari kemampuan memimpin
seseorang yang di dalam kegiatan atau prosesnya mempengaruhi,
membimbing, menggerakkan dan mengarahkan orang lain sehingga mereka
ikut mau berbuat, dan bertanggung jawab. Karena kepemimpinan merupakan
salah-satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi
kunci, yang mana kepemimpinan berperan sebagai penyelaras dalam proses
kerja sama antar manusia dan organisasinya.192
Kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain :
1. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para
karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus
190 Kreitner, Robert and Kinicki, Perilaku Organisasi. (Jakarta: PT. Salemba empat.
2005). edisi 5, hlm.372. 191 Sutarto Wijono, Kepemimpinan Dalam Perspektif Organisasi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), cet-1, hlm.1. 192 Abi Sujak, Kepemimpinan Menejer Eksitensinya Dalam Prilaku Organisasi, (
Jakarta : CV. Rajawali, 1990), hlm. 1.
memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun
demikian, tanpa adanya karyawan, tidak akan ada pemimpin.193
2. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan
kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan
bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yeng berbeda untuk
mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. 194
3. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri
(integrity), sikap bertanggung jawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (cignizance), keberanian bertindak dengan keyakinan
(commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain
(confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain
(comminication) dalam mambangun organisasi.195
Relevan dengan uraian di atas, didalam sebuah organisasi pun,
pemimpin berperan tidak hanya berusaha menyesuaikan organisasi terhadap
pergerakan inovasi di luar, namun pemimpin dikatakan sukses jika mampu
membawa organisasi sebagai referensi bagi organisasi lainnya. Kreativitas dan
inovasi muncul dalam suasana yang kompetitif dan persaingan sehat di antara
anggota untuk berkarya yang lebih baik pada setiap momen. Di samping itu
pemimpin perlu memberikan kesempatan kepada anggota atau bawahan untuk
belajar, serta motivasi. Sehingga pemimpin tak perlu banyak memberikan
193 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2002), hlm. 105. 194 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah,..........,hlm.105. 195 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah.......,hlm.105.
instruksi sebab anggota secara otomatis berusaha mengerahkan kemampuan
fisik dan intelektualnya untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.196
Peran kepemimpinan mendukung perubahan dalam organisasi,
kepemimpinan lebih fokus pada memberi energi kepada orang agar
berkinerja.197
Peran penting yang dimiliki oleh kepemimpinan itu banyak sekali salah
satu diantaranya ialah, memudahkan tercapainya sasaran kelompok. Dalam
organisasi modren fungsi kepemimpinan dapat dilaksanakn oleh beberapa
peserta. Akan tetapi cacian atau pujian karna kegagalan dan kesuksesan itu
biasanya di tunjukan pada individu yaitu pemimpin. Dengan demikian dapat
kita pahami bahwa peran dari pemimpin itu sangat berat dan benar-benat
dibutuhkan di setiap organisasi.198
Adapun tugas dan peran penting kepemimpinan di dalam organisasi
sebagai berikut ini:
1. Pentingnya pemimpin karna pemimpin yang bekerja dengan orang lain.
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain,
dengan tujuan tetap memiliki jaringan komunikasi yang baik pada pihak
atau organisasi lainnya.
196 Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi Pedoman Praktis bagi Pemimpin,
(Cet. 3; Bandung: CV Alfabeta, 2008), hlm.119-120. 197 Hasan Asari, Islam Humanis Menuju Interpretasi Berwawasan Kemanusiaan,
(Bandung, CV. Perdana Mulya Sarana,2009), hlm.328. 198 Hasan Asari, Islam Humanis Menuju Interpretasi,..........,hlm.135.
2. Pentingnya pemimpin karena seorang pemimpin yang bertanggung jawab
untuk menyusun tugas, menjelaskan tugas, mengadakan evaluasi untuk
tercapainya tujuan dengan baik.
3. Peran pentingnya seorang pemimpin didalam sebuah organisasi ialah
seorang pemimpin harus mampu menyusun konsep tugas-tugas dengan
mendahulukan tugas yang menjadi proritas dan seorang pemimpin harus
menjadi seorang pemikir yang analisis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengindentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas.
4. Pentingnya pemimpin sebagai pembuat keputusan, di dalam organisasi tentu
banyak masalah yang timbul dan harus diselesaikan dengan baik, dan yang
berperan penting dalam hal ini adalah pemimpin. Karena pemimpin yang
akan menentukan dan yang akan memberikan keputusan yang terbaik.
5. Pentingnya pemimpin dalam pandangan Islam. “Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:“sesungguhnya aku hendak
menjadikan khalifah dibumi”. (Q.S. al-Baqakarah / 2 : 30). Penggalan ayat
yang dikutip dikutip di atas menyebutkan bahwa manusia sebagai mahluk
Tuhan yang memiliki tanggung jawab sebagi khalifa, untuk melestarikan
alam ini dan juga tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.199
Dalam menjalankan tanggung jawab itu manusia dituntut sepenuhnya
untuk berusaha maksimal mewujudkan tanggung jawab dengan
kepemimpinannya supaya dapat membawa kebaikan kepada manusia atau
199 Hasan Asari, Islam Humanis Menuju Interpretasi Berwawasan Kemanusiaan,
(Bandung, CV. Perdana Mulya Sarana, 2009), hlm. 133.
organisasi yang di pimpinnya. Oleh karena itu kepemimpinan itu menjadi point
penting, pada diri sendiri dan kepada organisasi.200
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai bagian sekaligus cerminan dari
suatu sistem sosial dan budaya; dan inilah pertama-tama yang menentukan dan
memberi warna pada corak kepemimpinan yang berlaku. Karena itu,
kepemimpinan lalu berfungsi untuk melestarikan sistem sosial dan budaya dari
suatu masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, fungsi dan peranan
kepemimpinan dalam kehidupan manusia, dilihat dari suatu sistem sosial dan
budaya, adalah untuk mentransformasikan, memajukan, meningkatkan,
mengembangkan, melestarikan, serta memperbaharui sistem sosial dan budaya
umat manusia.201
Selanjutnya tentang erat, penting, dan kompleksnya interaksi dan
interdependensi antara permasalahan dan tantangan masa depan serta upaya
penyiapan para pemimpin berkualitas guna mengisi kebutuhan struktur
kepemimpinan dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, secara kokoh
telah dirumuskan oleh Nasir Tamara, sebagai berikut: “...tantangan dunia
memasuki abad 21 akan lebih keras, kompleks, interdependen, dan penuh
muatan teknologi canggih. Manusia yang 5.5 miliar, kini, akan mencapai 8.5
miliar pada tahun 2025. Artinya, makin banyak lagi yang mesti berebut ruang
dan sumber daya alam. Keinginan dalam partisipasi politik makin meningkat.
200 Hasan Asari, Islam Humanis Menuju Interpretasi,.........., hlm. 133. 201 Berliana Kartakusumah, Pengembangan Kepemimpinan Tokoh HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) dalam Perspektif Pembelajaran Sepanjang Hayat, (Journal of Islamic
Studies in Indonesia and Southeast Asia, 1(1) February 2016), hlm. 82.
Oleh karena itu, kepemimpinan masa depan adalah kunci, masyarakat tidak
boleh salah memilih pemimpin mereka. Maka, dengan sendirinya, kriteria-
kriteria utama diciptakan untuk menjaring pemimpin yang sejati. Diantaranya,
pemimpin itu harus mempunyai visi, strategi, dan kemampuan untuk
menjelmakan visinya menjadi suatu kenyataan”.202
Tidak ada seorang pemimpin dilahirkan ia langsung menjelma menjadi
pemimpin, sebagaimana juga tak ada manusia dilahirkan langsung menjelma
menjadi seorang musisi besar. Namun, keduanya dilahirkan dengan dibekali
potensi kepemimpinan maupun potensi seni atau musisi , karenanya setiap
insan berkesempatan mengembangkan keterampilan potensi kepemimpinan
maupun potensi lain dalam dirinya sebagai bagian dari sumber daya manusia
(SDM).203
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika
keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar
202 Berliana Kartakusumah, Pengembangan Kepemimpinan,...........,hlm.82. 203 Irmawaty, Potret Pemimpin Masa Depan Melalui Penciptaan dan Pembangunan
Karakter Kepemimpinan 360 Derajat, (Universitas Terbuka), hlm.5.
atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal.204
Himpunan mahasiswa islam (HMI) sebagai organisasi perkaderan
terbesar di Indonesia, tentunya telah menjadi ruang berbagai generasi, proses
perkaderan yang dilakukan dalam internal HMI merupakan salah satu
instrumen pengembangan jatidiri internal pada individu kader yang menjadikan
ruang perkaderan di HMI sebagai kawah Candradimukanya pemimpin bangsa.
Peran para kader HMI pun tak dapat dielakkan dalam sejarah bangsa ini. Oleh
karena itu, HMI semestinya mampu menjawab setiap tantangan dalam
perkembangan generasi muda. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai
organisasi kader diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam
mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin
dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang dirindhoi Allah SWT.205
Berkaitan dengan kepemimimpinan, dalam Islam sudah dikenal sosok
suri tauladan yang baik tentang kepemimpinan tersebut. Rasulullah saw
merupakan sosok pemimpin yang mencontohkan kepemimpinan secara
204 Irmawaty, Potret Pemimpin Masa Depan Melalui Penciptaan,.........,hlm.6. 205 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil,......,hlm.348.
sempurna. Allah swt dalam al-Qur’an memproklamirkan Rasulullah saw
sebagai teladan yang sempurna dalam melakoni kepemimpinan.206
Konsep kepemimpinan dalam Islam memiliki dasar-dasar yang sangat
kuat dan kokoh yang bukan saja dibangun dari nilai-nilai ajaran Islam, namun
telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW,
para Shahabat dan al-Khulafa' al-Rosyidin. Bersumber dari al-Qur'an dan al-
Sunnah, Berkembang dinamis karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik
dan budaya. Ketika di Madinah Nabi Muhammad SAW mempunyai peran
ganda, sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai hakim yang merupakan
manifestasi beliau sebagai Rasul utusan Allah SWT. Syari’at Islam menjadi
dasar tata pemerintahan pada waktu itu, yang selanjutnya sistem khilafah
Islam dipegang oleh seorang Khālifah, termasuk di dalamnya yang dikenal
sebagai al-Khulafa al-Rasyidin.207
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berazas dan berpahaman
bahwa Islam menjadi dasar berpijakan dalam berorganisasi tentunya yang
dituntut adalah menciptakan sumber daya manusia selain yang memiliki
kemampuan akademisi yang baik juga harus memiliki jiwa kepemimpinan
yang tangguh, serta aktif di masyarakat menjaga nilai nilai yang Islami
berdasarkan AlQur’an dan Hadist. Ini melekat pada diri kader HMI sebagai
206 Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam, (Jurnal Al-Qadāu Volume 2 Nomor
1/2015), hlm.42.43. 207 Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah, (Yogyakarta:
Tiara Wacana Group, 1999), Cet. ke-1, hlm. 157
wujud implementasi dari Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP) sebagai
ideologi organisasi.208
Menurut hemat penulis, pembentukan kader dan pemimpin yang
berkualitas, tentu tidak terlepas dari konsep kepemimpinan yang ada dalam
suatu organisasi, dan implementasi konsep yang dimaksud dalam proses
perkaderan. Sebagai sebuah organisasi yang sudah banyak melahirkan
pemimpin bangsa dalam berbagai sektor kehidupan. Tentunya HMI
mempunyai konsep kepemimpinan nya sendiri dan berkarateristik HMI, yang
di internalisasikan kepada para kader dalam berbagai jenjang perkaderan.
Lalu pertanyaannya, konsep kepemimpinan seperti apa yang ada di
HMI dalam rangka membentuk profil kader sebagai pemimpin yang ideal dari
jenjang pengkaderan yang dilakukan HMI ?
Tentu untuk menjawab pertanyaan ini, penulis mencoba menggali
berbagai sumber yang terkait dengan organisasi HMI. Baik sumber yang
berupa tulisan-tulisan yang membahas tentang ke-HMI-an atau pun dokumen-
dokumen penting sebagai landasan perjuangan HMI.
Menjadi organisasi yang berperan sebagai organisasi perjuangan209,
HMI tentu membutuhkan doktrin perjuangan yang mampu membangkitkan
208 Suwandi Simangunsong, dkk, Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dalam Pembangunan Kepemimpinan di Kota Medan, (Volume 7 No. 2 Tahun 2019), hlm.145. 209 PB HMI, (AD HMI pasal 9), Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018 Himpunan
Mahasiswa Islam,: peran HMI (Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.40.
energi dan daya dorong sehingga berhasil mencapai cita-cita.210 Doktrin
perjuangan ini bersifat filosofis dan ideologis, untuk memperkuat terbentuk
nya profil kader HMI, sehingga setiap kader HMI memiliki kualitas tertentu
serta memiliki kelebihan dari kader organisasi lain, sebagai garansi objektif
untuk mampu menjalankan missi perjuangannya ditengah-tengah dinamika
kehidupan bangsa.211
Perkembangan historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI sejak tahun 1947 hingga tahun
sekarang, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai landasan
perjuangan, yang meliputi: 1) Pemikiran keislaman-keindonesiaan HMI
(tahun1947), 2) Tafsir Azas Perjuangan ( tahun1957), 3) Kepribadian HMI
(tahun 1963), 4) Garis-garis Pokok Perjuangan (tahun 1966), 5) Nilai-Nilai
Dasar Perjuangan (NDP) tahun 1969, tahun 1986 diganti namanya menjadi
NIK, dan tahun 1999 kembali namanya diganti menjadi NDP hingga sekarang,
6) Gambaran Insan Cita HMI (penjelasan tujuan HMI) tahun 1969 kemudian
disempurnakan menjadi Tafsir Tujuan HMI, 7) Tafsir Independensi (tahun
1971), 8) Memori penjelasan Tentang Pancasila Sebagai Dasar Organisasi
HMI (tahun 1989), 9) Memori penjelasan tentang pancasila sebagai azas HMI
210 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa, (Jakarta: Sinergi Persadatama
Foundation, 2010), hlm. 22. 211 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI, (Jakerta: CV Misaka Galiza,
2006), cet.2, hlm.21.
(tahun 1997), dan 10) memori Penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI
(tahun 1999).212
Sepuluh landasan Perjuangan HMI dijadikan doktrin perjuangan HMI.
Diantara 10 naskah doktrin perjuanagan HMI, yang masih dipakai dan tetap
dijadikan landasan-landasan perjuangan tinggal lima, yaitu: 1) Pemikiran
keislaman-keindonesiaan HMI, 2) Tafsir Tujuan HMI, 3) Tafsir Independensi
HMI, 4) Memori penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI, dan 5) Nilai-
Nilai Dasar Perjuangan (NDP).213
Inilah dokumen yang menunjukkan karakter HMI itu sendiri, jati diri
yang membedakan HMI dengan organisasi lain yang mengandung prinsip-
prinsip: Berazaskan Islam dan bersumber pada Al qur’an dan As sunnah.
Berwawasan keislaman keindonesiaan atau kebangsaan dan kemahasiswaan.
Bertujuan Membina lima kualitas insan cita didalam pribadi seorang
mahasiswa yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan
tugas kemanusiaan. Bersifat independen. Berstatus sebagai organisasi
mahasiswa. Berfungsi sebagai organisasi kader. Berperan sebagai organisasi
perjuangan. Bertugas sebagai sumber insani pemimpin bangsa. Dan
Berkedudukan sebagai organisasi modernis.214
Kehadiran naskah atau dokumen ini menunjukkan dinamika
perkembangan pemikiran di HMI yang sangat Transformatif. Hal ini
212 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.22. 213 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........,hlm.22. 214 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........,hlm.6.
mengisyaratkan bahwa HMI dalam perjuangannya berusaha untuk terus
melakukan berbagai perubahan dalam masyarakat, untuk kesempurnaan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk dalam
menghadirkan sosok pemimpin bangsa.215
Jika mengacu pada naskah atau dokumen-dokumen HMI yang ada
sebagai doktrin atau landasan perjuangan organisasi Himpunan Mahasiswa
Islam, yang pada hal tersebut menunjukkan karakter HMI itu sendiri, sebagai
jati diri yang membedakan HMI dengan organisasi lain. Maka penulis mencoba
melakukan pembedahan serta pengkajian secara komprehensif dan mendasar,
terhadap dokumen-dokumen doktrin perjuangan HMI tersebut dari berbagai
sumber yang ada. Penulis berusaha mengakumulasikan nilai-nilai yang
terkandung didalam doktrin perjuangan HMI dengan tujuan untuk mengetahui
nilai subtansial pengaruh yang terdapat di dalam doktrin perjuangan tersebut,
setelah itu penulis mencoba merumuskan konsep kepemimpinan apa yang
terkandung dalam doktrin perjuangan HMI tersebut berdasarkan data dari nilai-
nilai yang telah penulis akumulasikan.
Dan setelah melakukan penelaahan tersebut, penulis menemukan
konsep kepemimpinan yang ada di HMI yang memiliki karakteristik HMI dan
sesuai dengan apa yang dicita-citakan berdasarkan doktrin-doktrin perjuangan
HMI tersebut. Konsep kepemimpinan yang dimaksud adalah: “Kepemimpinan
Islamis, Intelektual, Profesional”. Ketiga aspek yang terdapat dalam konsep
215 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,..........., hlm. 23.
ini merupakan cerminan dari cita-cita pembentukan profil kader yang ideal216
berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam doktrin-doktrin perjuangan
HMI, terutama pada 5 landasan doktrin perjuangan HMI dari 10 landasan yang
dicetuskan sejak pertama kali HMI berdiri sampai sekarang. Lima landasan
tersebut yang masih digunakan hingga sekarang.217
Konsep Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional, adalah
sebuah konsep kepemimpinan ideal berdasarkan paradigma Himpunan
Mahasiswa Islam. Maksud paradigma disini adalah sebuah kerangka berpikir
yang telah dicetuskan atau dibangun oleh para Founding Fathers atau para elit
organisasi yang dijadikan sebagai landasan atau pijakan organisasi dalam
merumuskan suatu konsep pemikiran didalam organisasi. Sebagaimana
pengertian paradigma “seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain
secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran...”.218
Maka bagi HMI, kelima landasan doktrin perjuangan HMI tersebut
adalah sebuah paradigma yang darinya terbangun banyak konsep pemikiran di
dalam organisasi HMI. Termasuk konsep yang terbangun padanya adalah
konsep terkait kepemimpinan. Maka bagi penulis Konsep Kepemimpinan
Islamis, Intelektual, Profesional, adalah konsep yang terbangun dari
paradigma HMI.
216 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,..........,hlm.14. 217 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.22. 218Happy Susanto, Konsep Paradigma Ilmu Sosial, (Muaddib, Vol.04 No.02 Juli-
Desember 2014), hlm.100.
Konsep Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional, dapat
ditafsirkan pada beberapa defenisi:
1. Kepemimpinan Islamis
Thariq As-Suwaidan didalam bukunya yang berjudul “Mencetak
Pemimpin Masa Depan” menyatakan bahwa Kepemimpinan Islamis adalah
“kepemimpinan yang memiliki sifat beriman dan bertauhid, pemimpin yang
meneladani Nabi Muhammad SAW, pemimpin yang mensucikan diri dan
pemimpin yang menjalankan fungsi khalifah dimuka bumi”.219
Defenisi yang disampaikan oleh Suwaidan ini terkait kepemimpinan
Islamis sejalan dengan apa yang dicita-citakan HMI didalam doktrin-doktrin
perjuangan HMI. Ada empat indikator yang melatar belakangi hal ini:
Pertama, dalam tafsir mision atau tujuan HMI terdapat 5 kualitas
Insan cita HMI sebagai dunia cita, yaitu suasana ideal yang ingin
diwujudkan HMI, didalam pribadi seorang manusia yang beriman dan
berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kemanusiaan.220
Terdapat salah satu kualitas yang menyatakan sebagai “Kualitas Insan
yang bernafaskan Islam”. Dalam tafsirannya, Islam yang telah menjiwai
dan memberi pedoman pola pikir dan pola lakunya tanpa memakai sebutan
Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan
dengan nilai-nilai universalitas Islam. Dengan demikian Islam telah
219 Tahriq As-Suwaidan, dkk, Mencetak Pemimpin Masa Depan, (Jakarta: Gema
Insan, 2005), hlm.165. 220 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.34.
menafasi dan menjiwai karyanya.221 Ajaran Islam juga telah berhasil
membentuk ‘Unity personality’ dalam dirinya. Napas Islam telah
membentuk pribadi yang utuh, terhindar dari split pesonality, tidak pernah
ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim.
Insan ini telah mengintegrasikan sukses pembangunan nasional bangsa ke
dalam sukses perjuangan umat Islam Indonesia dan sebaliknya.222
Adanya salah satu kualitas Insan Cita ini menunjukkan bahwa Islam
merupakan nafas yang mempengaruhi gerak langkah kader HMI, nilai-nilai
Islam yang Universal telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan
pola laku dalam membentuk karakter kader termasuk dalam membentuk
karakter pemimpin masa depan HMI.
Kedua, seperti yang dijelaskan dalam Tafsir Azas HMI: “Kebenaran
Islam telah mendapat jaminan kesempurnaan nya sebagai aturan tata hidup
dan kehidupan yang dapat mengantarkan manusia kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat.223 Maka tugas dan kewajiban umat Islam dengan
kebenaran Ilahi, menciptakan tata masyarakat yang adil makmur, materiil
spirituil maupun struktural, sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an Surat
Saba ayat 15: ‘Toyyibatun wa Rabbun Ghofur’”.224
Dari uraian diatas mengisyaratkan bahwa, sebagai organisasi yang
berazaskan Islam, tentu menghadirkan pemimpin Islami adalah suatu
kewajiban bagi HMI, apalagi dengan statusnya sebagai organisasi
221 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.35. 222 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.35. 223 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.26. 224 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.26.
mahasiswa225, sudah barang tentu organisasi ini beranggotakan para
mahasiswa beragama Islam, sebagai kader pelopor dan pengemban masa
depan umat Islam baik dalam melaksanakan tugasnya kepada kemanusiaan
dan sejarah sebagai golongan manusia yang menerima kebenaran Ilahi,
ataupun sebagai golongan terbesar rakyat Indonesia yang menerima karunia
tanah air Indonesia, sebagai elemen yang paling sadar dari umat Islam dan
rakyat Indonesia adalah mengusahakan terciptanya pribadi-pribadi yang
berkehidupan sebagai seorang muslim sejati yang integral dan konsisten,
yaitu pengabdi yang berkehidupan imbang, terpadu antara pemenuhan tugas
hubungan antar individu dengan Allah, dan pemenuhan tugas hubungan
antara sesama manusia.226
Ketiga, pada Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP), pada NDP
Bab 1 adalah keniscayaan manusia sebagai mahluk yang harus mempunyai
kepercayaan. Sebagai makhluk ciptaan Allah swt, manusia memiliki fitrah.
Salah satunya yaitu memiliki kepercayaan. Meski terdapat beberapa
manusia yang mengelak tidak memiliki kepercayaan terhadap sesuatu tetapi
sebagai fitrah, kepercayaan akan muncul sendirinya dari hati manusia.
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan
melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan peradabannya.
Konsep kepercayaan dalam Islam disebut “Tauhid” dan lawannya
disebut “syirik” artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan Allah, baik
seluruhnya atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi
225 PB HMI, (AD HMI pasal 7), Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018 Himpunan
Mahasiswa Islam, (Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.45. 226 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.27.
perkembangan dan kemajuan peradaban, kemanusiaan menuju kebenaran.
Perumusan kalimat persaksian (syahadat) Islam yang kesatuan: “Tidak ada
Tuhan selain Allah”, mengandung gabungan antara peniadaan dan
pengecualian (Negasi dan Afirmasi). Perkataan “Tidak ada Tuhan”
meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan “Selain
Allah”, memperkecualikan suatu kepercayaan pada kebenaran.227
“Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan
dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala
akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya
tunduk kepada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai-nilai.
Hal itu berarti tunduk kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa, pencipta segala
yang ada termasuk manusia”.228
Bab I pada NDP ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
kokoh terhadap akidah yang dianut umat Islam, tidak terkecuali kader HMI
sebagai generasi emas umat Islam Indonesia yang akan menjadi calon
pemimpin umat dan bangsa, pemimpin yang dilahirkan dari rahim HMI
adalah pemimpin yang memiliki keimanan yang kokoh yang hanya tunduk
pada satu kebenaran yang mutlak yaitu Allah SWT. Hal ini sejalan dengan
apa yang disampaikan oleh Suwaidan diatas bahwa Kepemimpinan Islami
adalah “kepemimpinan yang memiliki sifat beriman dan bertauhid...”229
227 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI ( Teks, Interpretasi, dan
Kontektualisasi), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018), hlm.20. 228 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,...........,hlm.20. 229 Tahriq As-Suwaidan, dkk, Mencetak Pemimpin,..........,hlm.165.
Keempat, pada Alinea pertama Muqadimah Anggaran Dasar
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) disebutkan; “Sesungguhnya Allah
Subhanahu wata‘ala telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq lagi
sempurna untuk mengatur umat manusia berkehidupan sesuai dengan
fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan
diri semata-mata kehadirat-Nya.”230
Narasi alinea pertama ini secara tersurat menyatakan bahwa HMI secara
sadar menyadari bahwa fitrah manusia adalah sebagai khalifah dimuka
bumi, dengan demikian secara tersirat pesan ini terinternalisasikan didalam
diri kader HMI yang akan senantiasa menjalankan amanah ini dengan fitrah
yang disadari sebagai Khalifah. Ini juga menjadi indikasi bahwa
kepemimpinan yang berkarater Islamis memang hadir didalam tubuh HMI,
sejalan dengan pernyataan Suwaidan diatas bahwa Kepemimpinan Islami
adalah “....pemimpin yang mensucikan diri dan pemimpin yang menjalankan
fungsi khalifah dimuka bumi.”231
Kesimpulannya, mengingat umat Islam memiliki peran strategis untuk
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Maka
kehadiran seorang pemimpin Islam menjadi sebuah keharusan dan menjadi
tanggung jawab bersama bagi umat Islam pada umumnya dan bagi HMI
terkhususnya, karena seperti yang disebutkan diatas, para mahasiswa yang
beragama Islam, adalah sebagai kader pelopor dan pengemban masa depan
umat Islam dan sebagai elemen yang paling sadar dari umat Islam dari
230 PB HMI, ( Muqadimah AD HMI ), Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018
Himpunan Mahasiswa Islam, (Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.43. 231 Tahriq As-Suwaidan, dkk, Mencetak Pemimpin,..........,hlm.165.
rakyat Indonesia untuk mengusahakan terciptanya pribadi-pribadi yang
berkehidupan tidak hanya sebagai seorang muslim sejati tapi juga sebagai
seorang negarawan dan calon pemimpin bangsa.
2. Kepemimpinan Intelektual
Kepemimpinan intelektual dimaknai sebagai perilaku seseorang yang
dapat mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok beserta sub-sub
sistemnya secara holistik demi tercapainya tujuan yang telah disepakati
dengan menggunakan kemampuan berfikir rasional sehingga dapat
berinteraksi dan bertindak secara efektif dan efisien.232
Intelek atau Kecerdasan disini tak hanya diartikan sebagai sosok dengan
keserbatahuannya. Melainkan sebagai sosok dengan keserbatahuannya yang
dapat diterapkan dalam masyarakat dan dapat digunakan untuk merengkuh
kelompok sosial yang ada agar pencapaian tujuan bersama dapat segera
terwujud. Cerdas disini bukan hanya cerdas berfikir namun juga meliputi
cerdas berinteraksi, bertindak dan cerdas dalam mengambil keputusan serta
cerdas dalam membaca realita sosial yang sedang berjalan, membaca serta
menelaah apa yang seharusnya dilakukan dan ditindak.233
Keberadaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berstatus sebagai
organisasi mahasiswa sudah barang tentu dipandang sebagai organisasi para
kaum intelektual mengingat budaya intelektual sangat kental adanya di
dunia mahasiswa. Dan berfungsi sebagai organisasi kader maka
232 https://jasmaroonsite.wordpress.com/2017/03/29/konsep-kepemimpinan-
intelektual-imm-berbasis-tri-kompetensi-dasar.(diakses pada tanggal 25-01-2021) 233 https://jasmaroonsite.wordpress.com/2017/03/29/konsep-kepemimpinan-
intelektual-imm-berbasis-tri-kompetensi-dasar.(diakses pada tanggal 25-01-2021)
pengkaderan sejatinya diilustrasikan sebagai sistem yang permanen, yang
mengalami industrialisasi pengetahuan yang begitu kompleks dan dinamis.
Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses
pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta
penguatan kapasitas belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut
melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia
yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi. Kader yang dihasilkan
HMI adalah anggota yang berwawasan Keislaman, Keindonesiaan, dan
kemahasiswaan.234
Salah satu titik tekan dalam pola perkaderan HMI adalah pada
Kemampuan Ilmiahnya, yaitu dengan membina seseorang hingga memiliki
pengetahuan (Knowledge) serta kecerdasan (Intelectuality) dan
kebijaksanaan (Wisdom).235
Hal ini memberi penerangan, bahwa Insan Cita HMI pada suatu waktu
akan merupakan “Intellectual Community” atau kelompok intelegensia
yang mampu merealisir cita-cita umat dan bangsa dalam satu kehidupan
masyarakat yang sejahtera material dan spritual, adil dan makmur serta
bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT).236
Pada Konstitusi HMI disebutkan pada Pasal 4 AD HMI tentang
Tujuan HMI: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
234 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,............,hlm.5. 235 PB HMI, Pedoman Perkaderan HMI, (Jakarta: Penerbit PB HMI, 1977), hlm.7. 236 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.18.
adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala.”.237 Yang
selanjutnya ditafsirkan menjadi 5 kualitas Insan Cita HMI.
Pada salah satu kualitas Insan Cita bagian pertama, disebutkan Kualitas
Insan Akademis; ditafsirkan kader HMI sebagai “1).Orang yang
berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir rasional, objektif, dan
kritis, 2).Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirahasiakan, selalu tanggap menghadapi suasana
sekelilingnya dengan kesadaran, 3).Sanggup berdiri sendiri dengan
penguasaan ilmu pengetahuan sesuai ilmu pilihannya, baik secarateoritis
maupun teknis. Sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap,
lentur, mengarah pada tujuan sesuai prinsip-prinsip perkembangan.238
Ini mengisyaratkan bahwa HMI sedari dini telah mempersiapkan
kadernya untuk berkompetitif dalam segala lini kehidupan sosial bangsa.
Dan cita untuk melahirkan Insan Ulul Albab telah dijadikan sebagai tujuan
utama HMI sebagaimana yang tertuang didalam konstitusi HMI pada Pasal
4 AD HMI yang selanjutnya dirumuskan menjadi 5 Kualitas Insan Cita
HMI. Dan Kemajuan serta kemakmuran bangsa sangat ditentukan oleh
karya para pemimpin intelektual HMI. Alumni HMI yang menjadi
pemimpin dan kaum intelektual Indonesia dengan kepandaian dan etos
kerjanya merupakan sumbangan berharga bagi negara.239
237 PB HMI, (AD HMI pasal 4), Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018 Himpunan
Mahasiswa Islam, (Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.44. 238 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.34. 239 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.88.
Menjadi “pemimpin” berarti menjadi orang yang “pandai menjaga dan
berpengetahuan” (a visionery and trustworthy leader). Visi merupakan
pengetahuan ideal tentang masa depan. Melalui visi terbentuk fokus-fokus
tindakan dan tergambar jalan-jalan yang harus ditempuh. Dengan visi
pengikut dimotivasi, serta derap langkah disatukan. Oleh sebab itu, “visi”
atau “pengetahuan” menjadi syarat utama lainnya untuk mendudukkan
seseorang pada posisi pemimpin.240
Maka visi merupakan Konsepsi Ideologis tentang “masa depan” (tujuan
hidup). Didalamnya terkandung nilai-nilai yang ingin diwujudkan. Maka
formulasi tujuan HMI (pasal 4 AD-HMI) merupakan salah satu dari visi
Ilahiah dan kemanusiaan itu. Tidak berlebihan untuk dikatakan, bahwa
tujuan HMI sama persis dengan visi nabi Muhammad SAW, yaitu hidup dan
mati untuk mengkaderkan individu-individu yang berakhlakul karimah,
cerdas, serta berjuang untuk mewujudkan masyarakat bertauhied, adil dan
makmur.241
Maka kehadiran pemimpin Intelektual yang memiliki pikiran yang luas,
serta kritis terhadap setiap permasalahan merupakan suatu keharusan dan
menjadi tanggung jawab bersama. Dan HMI memiliki misi untuk
mengikhtiarkan hal itu yang diwujudkan dalam penginternalisasian nilai-
nilai Intelektual dalam setiap jenjang perkaderan HMI. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Said Muniruddin dalam bukunya “Bintang Arasy” ;
Perkaderan untuk organisasi HMI adalah ‘Proses membangun visi dan
240 Said Muniruddin, Bintang Arasy (Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI), (Banda
Aceh: MW-KAHMI Aceh, 2017), cet.2, hlm.384. 241 Said Muniruddin, Bintang Arasy,...........,hlm.386.
perjuangan’.242 Maka menghadirkan Pemimpin yang memiliki kemampuan
Intelektual adalah sebuah Ikhtiar dari perjuangan tersebut.
Dalam dokumen Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP), juga
disinggung mengenai rumusan terkait nilai ilmu pengetahuan
(intelektualitas). Adalah pada Bab 7 NDP dengan tema “Kemanusiaan dan
Ilmu Pengetahuan”. Pada pembahasan Bab 7 NDP ini Cak Nur sebagai
perumus NDP menuliskan; “Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk
mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran itu. Dengan menggunakan
kekuatan inteligensianya dan dengan dibimbing oleh hati nuraninya,
manusia dapat menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya”.243
Ia melanjutkan; “Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai
oleh manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri.
Hubungan yang benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah
hubungan penguasaan dan pengarahan. Manusia harus menguasai alam
dan masyarakat, guna dapat mengarahkannya pada yang lebih baik”.244
Dari apa yang disampaikan oleh Cak Nur didalam teks NDP diatas,
menurut hemat penulis, ada konteks anjuran untuk menjadi pemimpin
intelektual pada teks NDP tersebut. Ini tergambar dalam narasi diksi pada
teks NDP diatas yang menghubungkan antara “Ilmu Pengetahuan” dan
“Penguasaan dan Pengarahan”. Seperti yang telah dibahas pada bab
sebelumnya bahwa salah satu pengertian pemimpin dimaknai dengan
“Mengarahkan” dan juga “Kekuasaan (otoritas)”. Dengan demikian
242 Said Muniruddin, Bintang Arasy,...........,hlm.385. 243 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,........,hlm.50. 244 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,........,hlm.50.
konsepsi kepemimpinan intelektual di HMI nyata adanya dan tidak
terbantahkan berdasarkan dokumen NDP yang dijadikan sebagai ideologi
organisasi.
3. Kepemimpinan Profesional
Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mempunyai makna
yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya. Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku,
keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional. Profesionalisme
dapat didefinisikan sebagai mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang professional. Terkait
dengan definisi di atas kata profesional sendiri berarti bersifat profesi,
memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, dan
mendapat bayaran karena keahliannya.245
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang yang
memiliki profesionalisme yang tinggi, akan tercermin dalam sikap mental
serta komitmenya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas
professional melalui berbagai cara dan strategi. Hal ini selalu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman
sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional.246
245 Biner Ambarita, Profesionalisme, Kepemimpinan, dan Manajemen Organisasi,
(Vol 6, No 2, 2013), hlm.2. 246 Biner Ambarita, Profesionalisme, Esensi,............,hlm.2.
Agussalim Sitompul didalam buku nya “44 Indikator kemunduran
HMI” menyebutkan salah satu sasaran perkaderan yang ada di HMI adalah;
“kemampuan Profesional atau Keterampilan, yakni kepandaian
menerjemahkan ide dan pikiran dalam praktek”.247
Telah disebutkan diatas bahwa pengkaderan sejatinya diilustrasikan
sebagai sistem yang permanen, sebagai tempat industrialisasi pengetahuan
yang begitu kompleks dan dinamis. Dan sebagai wadah ‘Proses membangun
visi dan perjuangan’.248 Maka penanaman kepribadian Profesional pada diri
kader HMI merupakan suatu pengejewantahan visi HMI yang ditanamkan
melalui ruang perkaderan HMI. Dan tentang kepribadian HMI menurut
Agussalim Sitompul, HMI merupakan organisasi yang memiliki kepribadian
sejak ia berdiri. kepribadian itu mula-mula bersumber pada naluri, kemudian
terungkap dalam sikap, tertulis atau terucap. Rangkaian ungkapan-ungkapan
naluri itu kemudian disebut kepribadian HMI.249
Sementara pengejewantahan ini dinyatakan secara tersurat dalam
Konstitusi HMI Pasal 4 AD HMI: “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala”.250
Pasal 4 AD HMI ini dinyatakan sebagai tujuan HMI, dan secara historis
247 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.12. 248 Said Muniruddin, Bintang Arasy,...........,hlm.385. 249 Agussalim Sitompul, Menyatu dengan umat menyatu dengan bangsa pemikiran
keislaman keindonesiaan hmi (1947-1997), (Jakarta: Misaka Galiza, 1997) ,hlm. 21. 250 PB HMI, (AD HMI pasal 4), Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018 Himpunan
Mahasiswa Islam, (Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.44.
tujuan HMI ini memiliki tafsirannya sendiri, yang selanjutnya disebut
sebagai 5 Kualitas Insan Cita.
Menurut hemat penulis, pada beberapa nilai yang terdapat dalam 5
Kualitas Insan Cita ini ada 3 nilai yang menggambarkan kepribadian
“profesional” yang dimiliki oleh kader HMI. 1) Kualitas Insan Pencipta, 2)
Kualitas Insan Pengabdi, 3) Kualitas Insan yang Bertanggung Jawab atas
Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di ridhoi Allah SWT.
Pada tafsirannya sebagai berikut:
1) Kualitas Insan Pencipta251:
• Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada, dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-
bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa
yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan
kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
• Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang
menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat
berkembang dan menemukan bentuk yang indah-indah.
• Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam.
2) Kualitas Insan Pengabdi252:
• Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau
untuk sesama umat.
251 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.34. 252 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.35.
• Sadar membawa tugas insan pengabdi bukanya hanya membuat
dirinya baik, tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi
baik.
• Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang pasrah cita-
citanya yang ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan
sesamanya.
3) Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT253:
• Insan akademis, Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT.
• Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya
sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya
keberanian moral.
• Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
• Rasa tanggung jawab taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
• Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
253 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.36.
Pada pokonya insan cita HMI merupakan “Man of Future”, insan yang
terampil atau ahli dalam bidangnya.254
Tipe kepemimpinan profesional yang dilahirkan HMI melalui misi HMI
yang terefleksikan dalam 5 kualitas insan cita akan tercermin dalam sikap
mental serta komitmenya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas
professional melalui berbagai cara dan strategi. Hal ini selalu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman
sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna.255
Dalam Tafsir Independensi HMI juga disebutkan, bahwa anggota
HMI merupakan investasi manusia yang besar dan berarti, yang dimasa
mendatang akan menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai bakat
dan profesinya. Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak, dan
menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran.256
Dari penjelasan diatas penulis dapat simpulkan bahwa nilai ke-
profesionalitas-an di HMI sangat dijunjung tinggi oleh HMI secara
organisatoris dan bagi kader HMI secara etis. Bagi HMI secara organisatoris
hal itu terefleksikan pada misi HMI yang telah dirumuskan menjadi 5
kualitas insan cita, diantara 5 kualitas tersebut ada 3 diantaranya yang
mengisyaratkan pada kepribadian profesional ini: 1) Kualitas Insan
Pencipta, 2) Kualitas Insan Pengabdi, 3) Kualitas Insan yang Bertanggung
Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di ridhoi Allah
SWT. Dan bagi kader HMI secara etis terefleksikan pada Independensi kader
254 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.17. 255 Biner Ambarita, Profesionalisme, Esensi,............,hlm.2. 256 Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa,........, hlm.39.
yang bebas memilih profesi nya sesuai keyakinannya akan kebenaran (insan
hanif) serta bertanggung jawab atas profesi tersebut.
Kualitas profesional inilah yang ditanamkan kepada kader HMI,
terutama dalam pembentukan karakter pemimpin di HMI. Pemimpin
profesional yang dilahirkan dari rahim HMI adalah pemimpin yang
memiliki terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi
cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara
kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan, dan bekerja sesuai
dengan apa yang ia yakini itu benar dengan penuh tanggung jawab untuk
mencapai ridho Allah SWT.257 Inilah yang dimaksud dengan
Kepemimpinan Profesional karakteristik HMI.
Maka kesimpulannya, pemimpin yang dilahirkan dari HMI adalah
pemimpin yang memliki dasar keimanan yang kuat dan bertindak atas
keyakinan kebenaran naluri (insan hanif), berfikiran luas dan berpandangan
jauh, bersikap terbuka, serta terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa
yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk
secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan, dan bekerja sesuai
dengan apa yang ia yakini itu benar dengan penuh tanggung jawab untuk
mencapai ridho Allah SWT.258 Inilah yang dimaksud dengan Konsep
“Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional”.,
Jika semua doktrin Organisasi yang ada di HMI semuanya bermuara
pada Tujuan HMI yang terdapat pada konstitusi pasal 4 AD-HMI. Maka pada
257 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.17. 258 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.17.
hakikatnya adalah merupakan tujuan dari setiap anggota HMI itu sendiri. Dan
rumusan kualitas insan cita HMI adalah gambaran masa depan anggota HMI.
Suksesnya seorang anggota HMI didalam membina diri untuk mencapai
kualitas insan cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.259
Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami
dalam tiga kualitas insan cita yaitu; kualitas insan akademis (intelektual),
kualitas insan pencipta (profesional), kualitas insan pengabdi (profesional)
tersebut merupakan insan Islam (Islamis) yang terefleksi dalam sikap
senantiasa bertanggung jawab (profesional) atas terwujudnya masyarakat adil
dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Maka Konsep Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional
adalah suatu konsep kepemimpinan yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi
satu kesatuan sebagai padanan refleksi kesimpulan ideologi HMI yang ditulis
‘Cak Nur’ dalam dokumen NDP pada Bab 8 ”Dengan demikian tugas hidup
manusia sangat sederhana, yaitu Beriman, Berilmu, dan Beramal.”260
Jadi Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional adalah padanan
(equivalent) dari kesimpulan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan sebagai ideologi
HMI yaitu Iman, Ilmu, Amal.
B. Implementasi Konsep Kepemimpinan Paradigma HMI dalam Jenjang
Pengkaderan HMI
Perkaderan/kaderisasi adalah proses pencetakan kader. Sedangkan
definisi kader itu sendiri adalah orang yang dipercaya mampu melanjutkan dan
259 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.18. 260 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,........,hlm.55.
melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam suatu organisasi. Dengan kata lain
kaderisasi adalah proses, cara, atau perbuatan dalam usaha mendidik manusia-
manusia yang memiliki kompetensi yang mapan untuk menjalankan amanah
dalam suatu organisasi. Kaderisasi berfungsi untuk mempersiapkan orang-
orang yang berkualitas yang nantinya dipersiapkan untuk melanjutkan
perjuangan sebuah organisasi, tanpa kaderisasi rasanya sangat sulit
dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas
keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.261
Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinan pada sebuah organisasi
dituntut melaksanakan peran kepemimpinan dalam meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia agar dapat lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pelaksana administrasi dalam sebuah organisasi.262
Salah satu cara peningkatan sumber daya manusia adalah ruang
pelatihan atau biasa disebut perkaderan. Pengkaderan sejatinya diilustrasikan
sebagai tempat industrialisasi pengetahuan yang begitu kompleks dan dinamis.
Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses pembelajaran,
pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta penguatan kapasitas
belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut melahirkan manusia-
manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang cerdas, terampil,
261 Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa) di Desa Hamalau
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, (Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013), hlm.266. 262 Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan
Menunju Kesuksesan Organisasi,( Vol.04 No. 01 Februari 2012), hlm.784.
memiliki etos kerja tinggi. Kader yang dihasilkan HMI adalah anggota yang
berwawasan Keislaman, Keindonesiaan, dan kemahasiswaan.263
Mencermati implementasi konsep kepemimpinan HMI dalam jenjang
perkaderan, tentu kita akan berbicara pada peran kepemimpinan dalam jenjang
perkaderan. Peran kepemimpinan merupakan suatu perilaku-perilaku yang
diharapkan oleh pemimpin dalam menduduki suatu posisi tertentu diharapkan
bisa berperan untuk mempengaruhi, membimbing, mengevalauasi bawahannya
kearah pencapaian tujuan sebuah organisasi.264 Jika berkaitan dengan
perkaderan berarti peran kepemimpinan adalah untuk mempengaruhi,
membimbing, mengevalauasi jalannya perkaderan.
Bertolak dari definisi secara umum tersebut, maka peran kepemimpinan
dalam perkaderan HMI tidak lain dari sikap dan perilaku dalam memengaruhi
Sumber Daya Manusia atau anggota, agar mereka mau dan bersedia bekerja
dan bekerja sama, untuk mencapai tujuan perkaderan HMI secara efektif dan
efisien, sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pedoman perkaderan HMI.
Konsep kepemimpinan HMI adalah Kepemimpinan Islamis, Intelektual,
Profesional. Tentu model kepemimpinan ini adalah model kepemimpinan ideal
HMI yang bersifat universal dan fleksibel untuk ditempatkan dimana saja,
termasuk dalam memegang kendali Perkaderan HMI.
Berbicara dunia perkaderan, HMI memilki sebuah lembaga khusus
yang memegang kendali serta bertanggung jawab menentukan arah perkaderan
HMI, lembaga tersebut dinamakan Badan Pengelola latihan HMI (BPL).
263 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,............,hlm.5. 264 Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan,............,hlm.788.
dalam pelatihan atau perkaderan di HMI, sangat dibutuhkan lembaga serta
forum yang serius mencurahkan konsentrasi pemikiran pada pengembangan
kualitas para pengelola latihan, kemampuan mengkonsep atau merumuskan
maupun menajerial. Dari kesadaran tersebutlah, maka Badan Pengelola Latihan
(BPL) HMI dibentuk.265
BPL HMI adalah badan pembantu HMI (pasal 2 PD BPL HMI) yang
berkedudukan di tingkat Pengurus Besar HMI (PB HMI) dan berkedudukan di
tingkat HMI Cabang (pasal 3 PD BPL HMI). Walau BPL hanya sebagai badan
pembantu di HMI, akan tetapi ia mempunyai tugas, wewenang dan
tanggungjawab yang sangat sentral dan berat di HMI. Seperti yang sudah
disinggung diatas tadi, lembaga ini disetiap tingkatan harus mampu
merumuskan suatu konsep pelatihan agar kader yang dihasilkan dari “rahim”
perkaderan HMI berkualitas.266
Dengan demikian pembicaraan mengenai pengimplementasian konsep
kepemimpinan HMI (seperti yang disebutkan diatas) akan mengenai pada
pemegang tampuk kekuasan pada lembaga BPL ini dalam artian Ketua Umum
Badan Pengelola Latihan HMI. Mencermati konsep tentang kepemimpinan di
HMI, maka penulis yakin bahwa seorang pemimpin dalam sebuah organisasi
tidak akan berhasil mencapai tujuan tanpa memiliki kemampuan
mengimplementasikan konsep kepemimpinan yang ada organisasi tersebut.
Mengimplementasikan konsep Kepemimpinan Islamis, dijenjang
perkaderan HMI, dalam arti kata pemimpin mengarahkan anggota atau tim
265Pendahuluan Pedoman Dasar BPL HMI, Hasil-Hasil Kongres HMI XXVIII,
(Jakarta: PB HMI, 2013), hlm. 429. 266 Pendahuluan Pedoman Dasar BPL HMI,..........,hlm.429.
pengelola perkaderan untuk menanamkan jati diri Islamis yang memiliki sifat
beriman dan bertauhid kuat, dan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai
suri tauladan utama, dan mensucikan diri serta sadar akan fungsinya sebagai
khalifah dimuka bumi. Artinya Islam merupakan nafas yang mempengaruhi
gerak langkah kader HMI, nilai-nilai Islam yang Universal telah menjiwai dan
memberi pedoman pola pikir dan pola laku dalam membentuk karakter kader
termasuk dalam membentuk karakter pemimpin masa depan HMI.
Mengimplementasikan konsep Kepemimpinan Intelektual, dijenjang
perkaderan HMI, dalam arti kata pemimpin mengarahkan dan memberi
penekanan lebih pada anggota atau tim pengelola perkaderan dalam
pengelolaan Kemampuan Ilmiahnya, yaitu dengan membina seseorang hingga
memiliki pengetahuan (Knowledge) serta kecerdasan (Intelectuality) dan
kebijaksanaan (Wisdom). Maka dengan demikian kader yang akan dilahirkan
memiliki pengetahuan yang luas, objektif, serta kritis terhadap setiap
permasalahan. Dan ideal type dari hasil perkaderan ini “man of inovator”
(duta-duta pembaharu) dan “Ide of Progress” (penghasil Ide Progres).267
Mengimplementasikan konsep Kepemimpinan Profesional, dijenjang
perkaderan HMI, dalam arti kata pemimpin mengarahkan serta memberikan
tauladan keprofesionalannya dalam memimpin pada anggota atau tim
pengelola perkaderan, agar anggota atau tim pengelola dapat menanamkan
sikap mental serta komitmen kepada calon kader terhadap perwujudan dan
peningkatan kualitas professionalnya sebagai refleksi dari 5 kualitas insan cita.
267 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,............,hlm.17.
Sehingga dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan
zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna. Dan dalam
melakukan setiap pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai
ridho Allah SWT.
Dan pada kesimpulannya adalah, pembentukan karakter di HMI,
melalui perkaderan yang dilakukan HMI sangat ditentukan oleh pola
kepemimpinan yang diemban oleh Ketua Umum badan Pengelola latihan HMI
dengan mengimplementasikan konsep kepemimpinan yang terkandung di HMI.
Hasilnya kader yang dilahirkan dari rahim HMI adalah kader yang memliki
dasar keimanan yang kuat dan bertindak atas keyakinan kebenaran naluri
(insan hanif), berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, serta
terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya
dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja
sesuai dengan yang dicita-citakan.
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh kanda Said Muniruddin
dalam bukunya “Bintang Arasy” ; Perkaderan untuk organisasi HMI adalah
‘Proses membangun visi dan perjuangan’.268 Maka Visi menghadirkan kader
yang memiliki keimanan yang kuat, kemampuan intelektual yang luas, serta
mempuni dalam penguasaan berbagai bidang keahlian adalah sebuah Ikhtiar
dari Perjuangan tersebut. Dan keberhasilan perjuangan tersebut tidak terlepas
dari peran kepemimpinannya.
268 Said Muniruddin, Bintang Arasy,...........,hlm.385.
Pola pengimplementasian konsep Kepemimpinan Islamis,
Intelektual, Professional pada setiap jenjang perkaderan, pada dasarnya
bukanlah bertujuan melakukan pengotak-ngotakkan implementasi konsep.
Tujuan dijelaskan secara terpisah dengan memberikan sub-sub penjelasan pada
masing-masing aspek hanya untuk penjelasan lebih detail untuk mengetahui
pemaknaan yang jelas pada masing-masing aspek atau konsep. Seperti yang
telah disinggung diatas, bahwa konsep kepemimpinan ini adalah satu kesatuan.
Ketiga aspek yang terdapat dalam konsep kepemimpinan ini harus melekat
pada diri seorang pemimpin yang dilahirkan di HMI. Aspek Islamis,
Intelektual, dan Profesional adalah “equivalent” (padanan) kata kesimpulan
ideologi (NDP) HMI itu sendiri yaitu; Iman, Ilmu, Amal.
Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu
beriman, berilmu, dan beramal.269
269 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,........,hlm.55.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini
penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan konsep
kepemimpinan dalam paradigma Himpunan mahasiswa Islam (HMI) dan
implementasiya dalam jenjang pengkaderan HMI, yang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan memimpin seseorang yang di dalam
kegiatan atau prosesnya mempengaruhi, membimbing, menggerakkan dan
mengarahkan orang lain sehingga mereka ikut mau berbuat, dan bertanggung
jawab. Karena kepemimpinan merupakan salah-satu aspek manajerial dalam
kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci, yang mana kepemimpinan
berperan sebagai penyelaras dalam proses kerja sama antar manusia dan
organisasinya.
2. Konsep Kepemimpinan HMI
Konsep kepemimpinan HMI adalah: “Kepemimpinan Islamis,
Intelektual, Profesional”. Yaitu, pemimpin yang memliki dasar keimanan
yang kuat, dan bertindak atas keyakinan kebenaran naluri (insan hanif), dengan
nilai-nilai Islam telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola
laku, berfikiran luas dan berpandangan jauh serta kritis, bersikap terbuka, serta
terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya
dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja
sesuai dengan yang dicita-citakan, dan bekerja sesuai dengan apa yang ia
yakini itu benar dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai ridho Allah
SWT.
3. Implementasi Kepemimpinan HMI
Mengimplementasikan konsep Kepemimpinan Islamis, Intelektual,
Profesional, dijenjang perkaderan HMI, dalam arti kata pemimpin
mengarahkan anggota atau tim pengelola perkaderan untuk menanamkan jati
diri Islamis yang memiliki sifat beriman dan bertauhid kuat, dan meneladani
Nabi Muhammad SAW, serta mengarahkan dan memberi penekanan lebih
pada anggota atau tim pengelola perkaderan dalam pengelolaan Kemampuan
Ilmiahnya, yaitu dengan membina seseorang hingga memiliki pengetahuan
(Knowledge) serta kecerdasan (Intelectuality) dan kebijaksanaan (Wisdom).
Lalu menanamkan sikap mental serta komitmen kepada calon kader terhadap
perwujudan dan peningkatan kualitas professionalnya sebagai refleksi dari 5
kualitas insan cita, sehingga tercipta kader yang memliki dasar keimanan yang
kuat dan bertindak atas keyakinan kebenaran naluri (insan hanif), berfikiran
luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, serta terampil atau ahli dalam
bidangnya, serta memiliki komitmen dan tanggung jawab yang kuat dalam
keahliannya tersebut, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu
bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai
dengan yang dicita-citakan.
B. Saran
Dalam perumusan sebuah ide atau konsep, HMI dengan kader
intelektualnya sudah tidak diragukan lagi kapasitasnya sebagai sebuah
organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia yang masih eksis
berkiprah saat ini. Dalam catatan sejarah perjuangan bangsa, HMI pernah
mencatatkan tinta emas nya sebagai sebuah organisasi perjuangan yang nyata
meng-implemetasi-kan perjuangan nya tersebut, termasuk berjuang dalam
mempertahankan kemerdekaan bangsa dari kolonialisme. Perjuangan dalam
pembangunan bangsa, kader-kader intelektual HMI tampil di garda terdepan
untuk merumuskan konsep-konsep konstruktif untuk kepentingan
pembangunan bangsa. Ini dibuktikan dengan banyak nya tokoh-tokoh nasional
serta elit-elit politik negara ini yang berlatar belakang HMI. Tidak terkecuali
pada ruang kepemimpinan bangsa. Banyak dari kepala daerah mulai dari
tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi aktor pemimpinnya adalah
yang memiliki background HMI. Bahkan kader HMI ada yang pernah menjadi
pemimpin negara ini.
Ini membuktikan bahwa HMI secara sadar telah mempersiapkan
generasinya untuk bisa tampil dan terampil dalam segala bidang yang akan
ditekuninya setelah tidak ber-HMI lagi. Semua nya sudah terkonsep dengan
rapi di HMI. Ide-ide dan gagasan telah disusun secara sistematis oleh
“Founding Fathers” dan para elit HMI yang sifatnya ideologis dan filosofis.
Termasuk dalam kosep kepemimpinan yang penulis bahas pada penelitian ini.
Yaitu, konsep Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional.
Kritik penulis sekaligus saran yang bisa penulis sampaikan terkait
pelaksanaan konsep ini adalah, konsep ini hakikatnya sudah ada dari semenjak
organisasi ini pertama kali dicetuskan, dan menjadi sebuah mission sacre
(tujuan suci) di HMI. Bahkan pembicara-pembicara pada training HMI telah
sering menyinggung tentang konsep ini (walau tidak disebutkan secara
eksplisit tentang konsep kepemimpinan). Hanya saja untuk sekarang menurut
penulis, pemberian teladan terhadap konsep yang sudah ada ini sangat kurang
pada organisasi HMI. Banyak dari kader HMI yang bahkan jauh dari jati diri
atau karakter HMI itu sendiri. Banyak dari kader HMI yang jauh dari nilai-nilai
Islam yang menjadi azas organisasi dan menjadi keyakinan yang merka anut.
Banyak dari kader HMI yang jauh dari budaya-budaya intelektual yang
seharusnya itu menjadi citra HMI sebagai organisasi Islam intelektual. Kader
HMI sekarang banyak yang berpikir secara pragmatis bukan lagi sistematis dan
kritis layaknya kaum intelektual yang dicita-citakan HMI. Banyak dari kader
HMI yang tidak lagi memiliki komitmen yang kuat pada tanggung jawab yang
diembannya, kader Hmi yang dulu dikenal sangat tangguh terhadap semua
persolan yang muncul (Problem Solving) dan memiliki tanggung jawab yang
tinggi terhadap suatu profesi yang diemban sekarang tidak terlihat lagi.
Mentalitas cengeng dan penuh ketergantungan menjadi hal yang biasa ditemui
pada ruang HMI saat ini.
Apa yang menyebabkan itu terjadi, adalah keteladanan yang tidak
terlihat lagi pada para pemimpin organisasi HMI. Pemimpin yang seharus nya
menjadi sosok sentral dalam pemberian keteladanan pada hari ini tidak lebih
hanya sebagai simbol formal untuk memenuhi syarat konstitusi dan pelengkap
struktural. Akibat dari ketiadaan keteladanan yang baik tersebut dalam
pengimplementasian konsep kepemimpinan yang ada di HMI sebagai rumusan
jati diri HMI, menyebabkan apa yang dicita-citakan dan menjadi tujuan suci
organisasi HMI tidak akan pernah tercapai, dan yang paling fatal lagi adalah
sebuah peradaban yang tidak beradab akan muncul didalam organisasi ini.
Melihat dari kritikan realitas keadaan yang meprihatinkan diatas, maka
penulis menyarankan kepada para pemimpin yang memegang tampuk
kepemimpinan organisasi HMI untuk lebih mecermati apa yang menjadi jati
diri kader HMI, yang menjadikan kader HMI berbeda dengan kader organisasi
lainnya. Dan untuk menjalankan kepemimpinan, pemimpin HMI seharusnya
bisa lebih mencermati dan mengimplementasikan konsep kepemimpinan HMI
yaitu; Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional pada ruang
kepemimpinannya. Dengan demikian jika seorang pemimpin di HMI telah
sadar dengan jati dirinya serta memverikan keteladanan pemimpin berdasarkan
konsep kepemimpinan yang ada di HMI, maka jalan nya roda kepemimpinan
akan sesuai dengan khittah yang telah ditetapkan oleh HMI, dan kader HMI
akan menjadi kader yang kuat dengan jiwa keIslamannya dan kokoh jiwa
kebangsaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXVIII
Himpunan Mahasiswa Islam, Tema: HMI untuk Indonesia satu tak
terbagi, Jakarta, PB HMI, 2013.
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon
2018 Himpunan Mahasiswa Islam, Tema: Meneguhkan Kebangsaan
Wujudkan Indonesia Berkeadilan, Jakarta: PB HMI, 2018.
Wibawa Satria, Hariqo, Lafran Pane: Jejak hayat dan Pemikirannya, Jakarta:
Lingkar, 2010.
Kladen, Ignas, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, Jakarta, LP3ES,1988.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka,1994.
Alun, Tawan, HMI Menjawab Tantangan Jaman, Jakarta: PT Gunung
Kelabu,1990.
Sitompul, Agussalim, 44 Indikator Kemunduran HMI Suatu Kritik dan Koreksi
untuk Kebangkitan Kembali HMI, Jakarta: CV Misaka Galiza, 2005.
Usman, Nurdin, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: Grasindo,
2002.
Setiawan, Guntur, Impelementasi dalam Birokrasi Pembangunan, Jakarta: Balai
Pustaka, 2004.
Mallarangeng, Rizal, Dari Langit: Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat,
dan Kekuasaan, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2008
Labib, Mughani Tradisi Intelektual HMI Cabang Ciputat 1960-1998, Jakarta:
Universitas Islam Syarif Hidayahtullah,2015.
Akmal Tarigan, Azhari, Islam Universal: Kontekstualisasi NDP HMI Dalam
Kehidupan Beragama Di Indonesia, Bandung: Citapustaka Media,2003.
Kusnadi Thamin, Dedi, Skripsi: Afiliasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Cabang Gowa Raya Dalam Partai Politik, UIN Alauddin
Makassar, 2018.
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004.
Teguh Sulistiyani, Ambar, Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership
Model, Yogyakarta: Gava Media, 2008.
Andri Feriyanto, S.E & Endang Shyta Triana, Pengantar Manajemen 3 in 1,
Yogyakarta: Media Tera, 2015.
Kreitner, dkk, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Salemba empat. 2005.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Baharudin, & Umiarso, Kepemimpinan Pendididkan Islam; Antara Teori dan
Praktek, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012.
M. Ivancevich, John, Prilaku Dan Manajemen Organisasi, Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama, 2006.
Wijono, Sutarto, Kepemimpinan Dalam Perspektif Organisasi, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018.
Syami, Ibnu, Pokok-Pokok Organisasi Dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta,
1994.
Adair, John, Cara Menumbuhkan Pemimpin, Jakarta: PT Gramedia Pustakan
Utama, 2007.
Chaniago, Aspizain, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Lentera Ilmu
Cendekia, 2017.
Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Luthans, Fred, Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Andi, 2006.
Wibowo, Prilaku Dalam Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Pamudji, S. Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta: PT. Bumi
Askara, 1986.
Kurniadi, Didin, Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan
Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012.
Nawawi, Hadari, dkk, Kepemimpinan Yang Efektif, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006.
Rivai, Veithzal, Mulyadi, Dedy, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Raharjo, M. Dawam, Ensiklopedi Al- Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002.
Ismail, Faisal, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah, Yogyakarta:
Tiara Wacana Group, 1999.
Enayat, Hamit, Reaksi Politik Sunni dan Syi’i: Pemikiran Politik Modern
Menghadapi Abad Ke-XX, Bandung: Pustaka, 1998.
Agama RI, Departemen, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2012.
Rivai, Veithzal, Arifin, Arviyan, Islamic Leadership: Membangun Super
Leadership Melalui Kecerdasan Spritual, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Mertoprawiro, Soedarsono, Kepemimpinan, Jakarta: Mutiara, 1980.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan dan Kesan Keserasian al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, , 2004.
as Salus, Ali Ahmad, Aqidah Al- Imamah, 'Inda as-Syari’ah al-Isna ‘Asyariyah,
Jakarta: Gema Insani Press., 1987.
Pahlawan Kayo, Khatib, Kepemimpinan Islam dan Dakwah, Jakarta:
Amzah,2019.
Munawwir, Imam, Asas-Asas Kepemimpinan Dalam Islam, Surabaya: Usaha
Nasional, 1981.
Abu Sinn, Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Athoillah, Anton, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Raihani, Kepemimpinan Kepala Sekolah Transformatif, Yogyakarta: LKIS, 2010.
Sitompul, Agussalim, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-
1993, Jakarta: CV Misaka Galiza, 2008.
Sitompul, Agussalim, Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, Jakarta: Integrita Dinamika Press,1986.
Sitompul, Agussalim, Sejarah dan Perjuangan HMI (1947-1975), Jakarta: CV
Misaka Galiza, 2008.
Anwar, Syafi’i, Pemikiran Dan Aksi Islam di Indonesia: Sebuah Kajian Politik
Mengenai, Jakarta: Cendikiawan Muslim Orde,1995.
Efendy, Bahtiar, Islam dan Negara;Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik
Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina,1998.
Zakaria, Rusydy, Dkk, Membingkai Perkaderan Intelektual Setengah Abad HMI
Cabang Ciputat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2012.
Solichin, HMI Chandradimuka Mahasiswa, Jakarta: Sinergi Persadatama
Foundation, 2010.
Akmal Tarigan, Azhari, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI (Teks, Interpretasi,
dan Kontektualisasi), Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018.
Sitompul, Agussalim, Dokumen Landasan Perjuangan HMI dalam Lintasan
Sejarah dalam, Menuju Masyarakat Cita: Refleksi atas Persoalan-
Persoalan Kebangsaan, Jakarta: Badko Maliraja, 1999.
Wibawa Satria, Hariqo, Lafran Pane: Jejak hayat dan Pemikirannya, Jakarta:
Lingkar, 2010.
Kladen, Ignas, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, Jakarta: LP3ES, 1988.
Partanto, Piau, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,1994.
Al-Barry, M. Dahlan. Y, Kamus Induk Istilah Ilmiyah, Surabaya: Target
Press,2003.
Santo Tukimin, A.M, zainal, Moehadi, Administrasi & Organisasi Perjuangan,
Yogyakarta: Penerbit Sinta, 1966.
Syafaruddin, dkk, Kepemimpinan Dan Kewirausahaan, Medan: Perdana
Publishing. 2010.
Teguh Sulistiyani, Ambar, Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership
Model, Yogyakarta: Gava Media, 2008.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Baharudin, Umiarso, Kepemimpinan Pendididkan Islam; Antara Teori dan
Praktek, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012.
M. Ivancevich, John, Prilaku Dan Manajemen Organisasi, Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama, 2006.
Mohammad Ali, Azis, Kepemimpinan Islam Indonesia, Jakarta:Harakat
Media,2000.
Kreitner, dkk, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Salemba empat. 2005.
Wijono, Sutarto, Kepemimpinan Dalam Perspektif Organisasi, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018.
Sujak, Abi, Kepemimpinan Menejer Eksitensinya Dalam Prilaku Organisasi,
Jakarta : CV. Rajawali, 1990.
Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi Pedoman Praktis bagi
Pemimpin, Cet. 3; Bandung: CV Alfabeta, 2008.
Asari, Hasan, Islam Humanis Menuju Interpretasi Berwawasan Kemanusiaan,
Bandung, CV. Perdana Mulya Sarana,2009.
Ismail, Faisal, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah, Yogyakarta:
Tiara Wacana Group, 1999.
Muniruddin, Said, Bintang Arasy (Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI), Banda
Aceh: MW-KAHMI Aceh, 2017.
PB HMI, Pedoman Perkaderan HMI, Jakarta: Penerbit PB HMI, 1977.
Sitompul, Agussalim, Menyatu dengan umat menyatu dengan bangsa pemikiran
keislaman keindonesiaan hmi (1947-1997), Jakarta: Misaka Galiza, 1997.
Umi Din Nurzanah Br, Sembiring, Kepemimpinan Ugama Malim Ditinjau Dari
Perspektif Islam Didesa Huta Tinggi Kecamatan Lguboti Balige, Toba
Samosir, Medan : 2008.
Muzammil, Konseptualisasi Kepemimpinan Islami dalam Pengembangan
Pendidikan Islam, At-Turāṡ, Volume IV, No. 2, Juli-Desember 2017.
Wibawa, Dwi Ari, Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan
Transformasional, Makalah, tidak diterbitkan, 2012.
Deden Suherman, Usep, Pentingnya Kepemimpinan dalam Organisasi, Volume I/
Nomor 02/ Juli 2019.
Hajar, Siti, dkk, Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Kepercayaan Terhadap
Kinerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh
Barat, Volume 2, No. 1, Januari 2018.
Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan
Menunju Kesuksesan Organisasi, Vol.04 no. 01 Februari 2012.
Hidayat, Wahyu, Taufikurrahman, Aktivisme Politik Mahasiswa Islam
Membangun Demokrasi Pasca Orde Baru, Vol. 3, No. 2, Juli-Desember
2020.
Nofiard, Farid, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa) di Desa
Hamalau Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Volume II Edisi 2, Juli-
Desember 2013.
Syahril, Sulthon, Teori-Teori Kepemimpinan, Ri’ayah, Vol. 04, No. 02, Juli-
Desember 2019.
Sarbini, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam, Vol.9 No.2 Juli-
Desember 2013.
Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam, Jurnal Al-Qadāu Volume 2 Nomor
1/2015.
Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya,
(Jurnal Al-Afkar, Vol. V, No. 1, April 2017.
Deden Suherman, Usep, Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi, Volume
I/ Nomor 02/ Juli 2019.
Kartakusumah, Berliana, Pengembangan Kepemimpinan Tokoh HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) dalam Perspektif Pembelajaran Sepanjang Hayat,
Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia, 1(1) February
2016.
Irmawaty, Potret Pemimpin Masa Depan Melalui Penciptaan dan Pembangunan
Karakter Kepemimpinan 360 Derajat, Universitas Terbuka.
Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam, Jurnal Al-Qadāu Volume 2 Nomor
1/2015.
Simangunsong, Suwandi, dkk, Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan di Kota Medan, Volume 7 No.
2 Tahun 2019.
Susanto, Happy, Konsep Paradigma Ilmu Sosial, M U A D D I B Vol.04 No.02
Juli-Desember 2014.
Ambarita, Biner, Profesionalisme, Kepemimpinan, dan Manajemen Organisasi,
Vol 6, No 2, 2013.
Simangungsong, Suwandi, dkk, JURNAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,
Volume 7 No. 2 Tahun 2019.
Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa) di Desa
Hamalau Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Volume II Edisi 2, Juli-
Desember 2013.
Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan
Menunju Kesuksesan Organisasi, Vol.04 No. 01 Februari 2012.
https://jasmaroonsite.wordpress.com/2017/03/29/konsep-kepemimpinan-
intelektual-imm-berbasis-tri-kompetensi-dasar.(diakses pada tanggal 25-
01-2021).
https://members.tripod.com/buletin_informatika/69baru/kolom.htm, (Diakses;
Tanggal 04 September2020)
KBBI.web.id, paradigma, https://kbbi.web.id/paradigma/ (Diakses; Tanggal 04
September 2020).