Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

30
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA Diajukan untuk melengkapi syarat kelengkapan TUGAS FONDASI FILOSOFI DAN PERSPEKTIF KAJIAN ILMU KOMUNIKASI PERSPEKTIF KONSTRUKSTIVISME & KRITIKAL (PERTEMUAN KE – 4) Nama / NPM : Ulviah Muallivah 200822310003 Ulul Azmi 200822310004 Martin Wiliam 200822310006 M. Eric Harramain 200822320003 Jurusan : Magister Ilmu Komunikasi Mata Kuliah : Teori & Perspektif Ilmu Komunikasi

description

Makalah ini, berisi mulai dari pemaparan umum, penjelasan mengenai paradigma konstruktivist dan kritikal, tokoh2nya, sejarah awal munculnya paradigma ini, kajian kasus aktual, implikasi, kritik untuk tiap paradigma, dan rangkuman keseluruhansemoga bisa membantuEric Casavany, Regard

Transcript of Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

Page 1: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

Diajukan untuk melengkapi syarat kelengkapan TUGAS

FONDASI FILOSOFI DAN PERSPEKTIF KAJIAN ILMU KOMUNIKASIPERSPEKTIF KONSTRUKSTIVISME & KRITIKAL

(PERTEMUAN KE – 4)

Nama / NPM : Ulviah Muallivah 200822310003 Ulul Azmi 200822310004 Martin Wiliam 200822310006

M. Eric Harramain 200822320003 Jurusan : Magister Ilmu Komunikasi Mata Kuliah : Teori & Perspektif Ilmu Komunikasi Dosen : Dr. Umaimah Wahid

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA2009

Page 2: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................ ii

DAFTAR TABEL/GAMBAR………….………………………… iii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… iv

A. PENDAHULUAN ……………………………………………... 1

B. PENJELASAN PARADIGMA/PERSPEKTIF ……………... 3

C. PENJELASAN PARADIGMA KONSTRUKSIVISME DAN PARADIGMA KRITIKAL ……………………………………. 4

D. IMPLIKASI DALAM ILMU/TEORI DAN METODOLOGI … 7

E. KAJIAN TERHADAP KASUS AKTUAL …………………... 10

F. KRITIK TERHADAP PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DAN PARADIGMA KRITIKAL ……………………..……….. 12

G. KESIMPULAN ………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 14

LAMPIRAN ……………………………………………………….. 15

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

2

Page 3: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

DAFTAR TABEL/GAMBAR

Halaman

1. Figur 1: Anggota inti dari sekolah frankfrut, Institut penelitian sosial dan sekolah kritikal ……………….…. 6

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

3

Page 4: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Ringkasan presentasi konstruktivisme dan kritikal ….. 15

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

4

Page 5: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

A. PENDAHULUAN

Paradigma menurut Guba dan Lincoln (1994) dalam Hidayat

(2004), mengajukan tipologi yang mencakup empat paradigma:

positivisme, postpositivisme, Kritikal et al, dan konstruktivisme.

Dikemukakan oleh Guba, bahwa setiap paradigma membawa implikasi

metodologi masing-masing.

Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik

terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas

sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada

semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma

konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku

manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena

manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas

sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman

perilaku dikalangan mereka sendiri.

Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber,

menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak

hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan

perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat

bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya

tetapi dengan beberapa catatan, dimana tindakan sosial yang dilakukan

oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasionalitas dan

tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

5

Page 6: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

(interpretive understanding). Kajian paradigma konstruktivisme ini

menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan

subjeknya, dan berusaha memahami dan mengkonstruksikan sesuatu

yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.

Paradigma konstruktivisme merupakan respon terhadap paradigma

positivis dan memiliki sifat yang sama dengan positivis, dimana yang

membedakan keduanya adalah objek kajiannya sebagai start-awal dalam

memandang realitas sosial. Positivis berangkat dari sistem dan struktur

sosial, sedangkan konstruktivisme berangkat dari subjek yang bermakna

dan memberikan makna dalam realitas tersebut.

Paradigma kritikal tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosof

Jerman Karl Marx, yang kemudian memunculkan orang-orang yang

mengembangan teori Marxian guna memecahkan persoalan yang

dihadapi saat ini. Secara umum Mazhab Frankfrut dalam kelahirannya

bertujuan untuk mengkritisi pemikiran ilmu sosial. Sasaran kritik dari para

pemikir Mazhab Frankfrut yaitu ada lima macam secara umum, yaitu: kritik

terhadap dominasi ekonomi, kritik terhadap sosiologi yang pada intinya

mengatakan bahwa sosiologi bukanlah sekedar ilmu tetapi harus bisa

mentransformasikan struktur sosial dan membantu masyarakat untuk bisa

keluar dari tekanan struktur, kritik terhadap paradigma positivis yang

memandang manusia sebagai objek (alam) dan tidak sanggup

menghadapi perubahan, kritik terhadap masyarakat modern yang telah

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

6

Page 7: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

dikuasai oleh revolusi budaya, dan kritik budaya (birokrasi) yang

menyebabkan masyarakat dibatasi oleh mekanisme administrasi.

Pemikiran Mazhab Frankfrut muncul karena kekecewaan terhadap

pengaruh paradigma positivis, dimana melahirkan perspektif objektif yang

pengaruhnya masuk ke dalam seluruh disiplin ilmu pengetahuan.

Kenyataan paradigma positivis ini yang menimbulkan krisis dalam jangka

waktu yang lama, oleh karena itu Mazhab Frankfut menawarkan pemikiran

alternatif yang baru yaitu Teori Kritis.

B. PENJELASAN PARADIGMA/PERSPEKTIF

Pengertian paradigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

diantaranya: 1. paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata

yang memperlihatkan konjugasi (penggabungan inti) dan deklinasi

(perbedaan kategori) dari kata tersebut.; 2. paradigma adalah model dari

teori ilmu pengetahuan; 3. paradigma adalah kerangka berfikir.

Menurut kamus komunikasi (1989) definisi paradigma adalah pola

yang meliputi sejumlah unsur, yang berkaitan secara fungsional untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

Secara umum perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang

kita terhadap sesuatu. Perspektif yang digunakan dalam menghampiri

suatu peristiwa komunikasi akan menghasilkan perbedaan yang besar

dalam jawaban, dan makna yang dideduksi. Perspektif selalu mendahului

observasi kita.

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

7

Page 8: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

Pemahaman terhadap paradigma dan perspektif yang kini menjadi

acuan dalam teori komunikasi modern diilhami oleh tradisi proses

informasi dan sibernatika (Wiener, 1948 dalam West-Turner, 2008: 54-55),

dimana, teori komunikasi itu berawal dari perspektif pemrosesan informasi

sehingga menjadi paradigma.

Menurut Robert Fredrichs, seperti yang dikutip oleh Anwar Arifin

(1995: 35) dalam Wiryanto (2004: 10) mendefinisikan paradigma adalah

pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang

menjadi subject matter yang semestinya dipelajari.

C. PENJELASAN PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DANPARADIGMA KRITIKAL

Menurut kamus komunikasi (1989: 72) definisi Konstruksi adalah

suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang

khusus, yang dapat diamati dan diukur.

Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran

Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental

berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam

bertindak mengkunstuksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan

kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka

sendiri. Weber melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada

masyarakat tetapi dengan beberapa catatan, bahwa tindakan sosial

individu berhubungan dengan rasionalitas. Tindakan sosial yang

dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

8

Page 9: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin”,

atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari

situasi tertentu. (Sani. 2007: 1).

Paradigma kritikal lahir melalui salah satu aliran pemikiran kiri baru

yang cukup terkenal yaitu pemikiran Sekolah Frankfurt atau dengan nama

lain Institut penelitian sosial di Frankfurt (Institut für Sozialforschung) yang

didirikan pada tahun 1923 oleh seorang kapitalis yang bernama Herman

Weil, Weil merupakan seorang sodagar pedagang gandum, yang pada

saat mendekati akhir hayatnya “mencoba untuk cuci dosa” dengan

mendirikan sekolah Frankfrut ini, dengan tujuan membantu masyarakat

untuk mengurangi penderitaan di dunia (termasuk dalam skala mikro:

penderitaan sosial dari kerakusan kapitalisme).

Sekolah kritikal yang merupakan nama lain dari sekolah Frankfrut

dan juga nama lain dari institut penelitian sosial di Frankfrut,

mengkombinasikan intelektual marxisme dan teori Freudian, dimana

masing-masing definisi istilah sekolah memiliki anggota inti seperti yang

terdapat dalam Figur 1 (Roger, 1994: 108-109).

(Menurut Horkheimer dalam Everett M. Roger, 1994), Sekolah

kritikal yang menjadi salah satu sifat dasar dari teori kritis adalah selalu

curiga dan mempertanyakan kondisi status quo di masyarakat dewasa ini.

Karena kondisi masyarakat yang kelihatannya produktif dan bagus yang

tampak dipermukaan tersebut sesungguhnya terselubung struktur

masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak.

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

9

Page 10: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

Sekolah KritikalArmand Matterlart, Herbert Schiller, dan banyak sekolah

lainnya.Figur 1. Anggota inti dari sekolah frankfrut, Institut penelitian sosial

dan sekolah kritikal.

Pendekatan Teori Kritis tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif

murni, dan menurut sekolah kritikal, teori kritis itu umumnya anti-positivist

dan banyak yang berorientasi pada filosofi (Roger, 1994: 123). Hal serupa

juga dikemukakan oleh Habermas, Profesor filosofi dari Universitas

Frankfrut, dimana Habermas menolak positivist dan hal-hal yang

mengutamakan materialisme. Habermas menginginkan komunikasi itu

sebagai bentuk emansipatoris dan bebas dari eksploitasi (Roger, 1994:

124).

Paradigma teori kritis, dimana teori ini memiliki ide suatu teori atas

ketidakadilan yang terjadi dibalik fenomena sosial. Teori kritis banyak

diilhami oleh ajaran Marxis atau neo-Marxis (kiri baru). Dalam teori kritis,

perilaku orang akan mengubah makna konteks yang terkandung

selanjutnya. Teori kritis bersifat aktif dalam menciptakan makna, bukan

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

10

Institut Penelitian SosialErich Fromm, Walter Benjamin, Jurgen

Habermas, dan lain-lain.

Sekolah FrankfrutMax Horkheimer, Theodor Adorno, Leo Lowenthal, Herbert Marcuse, dan

lain-lain.

Page 11: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

hanya sekedar pasif menerima makna atas dasar perannya pada teori

konflik (Ardianto. 2007: 82).

Komunikasi, terutama melalui bantuan media memainkan peranan

khusus dalam mempengaruhi suatu budaya tertentu melalui penyebaran

informasi. Media dapat menampilkan suatu cara untuk memandang

kenyataan, atau menentukan kebenaran dan kesalahan suatu peristiwa.

Media tetap saja dianggap didominasi oleh ideologi kepentingan pihak

yang berkuasa yang ada di balik media tersebut, karena semua ideologi

itu berusaha memanipulasi kenyataan yang ada atau realitas sosial yang

ada di masyarakat (Ardianto. 2007: 85).

D. IMPLIKASI DALAM ILMU/TEORI DAN METODOLOGI

Implikasi dalam paradigma konstruktivisme menerangkan bahwa

pengetahuan itu tidak lepas dari subjek yang sedang mencoba belajar

untuk mengerti. Menurut Ardianto (2007: 154) Konstruksivisme merupakan

salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan

kita adalah hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri [Von Glasersfeld dalam

Bettencourt (1989) dan Matthews (1994)].

Implikasi dari paradigma konstruktivisme digambarkan dengan

komunikasi yang berbasis pada “konsep diri” berdasarkan teori Bernstein.

Menurut Ardianto (2007: 159) Teori Bernstein menyatakan bahwa individu

dalam melakukan sesuatu dikonstruksikan oleh orientasi kehidupannya

sendiri (atau disebut juga orientasi subjek), dimana individu yang berbasis

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

11

Page 12: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

subjek akan menggunakan elaborasi kode yang menghargai

kecenderungan, perasaan, kepentingan, dan sudut pandang orang lain.

Menurut Ardianto (2007: 161) Prinsip dasar konstruktivisme

menerangkan bahwa tindakan seseorang ditentukan oleh konstruk diri

sekaligus juga konstruk lingkungan luar dari perspektif diri. Sehingga

komunikasi itu dapat dirumuskan, dimana ditentukan oleh diri di tengah

pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini kita dapat mengemukakan teori

Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person adalah

diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat atribut sosial

budaya masyarakatnya, sedangkan Self adalah diri yang ditentukan oleh

pemikiran khasnya di tengah sejumlah pengaruh sosial budaya

masyarakatnya.

Implikasi paradigma konstruktivisme tidak dapat dipisahkan dari

tiga logika dasar desain pesan, yaitu ekspresif, konvensional, dan retoris

[O’Keefe dan Shepherd, 1987 dalam Ardianto (2007: 164)]. Logika

ekspresif dimana memperlakukan komunikasi sebagai suatu model

ekspresif diri, memiliki sifat pesan yang terbuka, reaktif secara alami, dan

sedikit memperhatikan yang menjadi keinginan orang lain (contoh: dapat

ditemukan saat kita sedang marah). Logika konvensional dimana

memandang komunikasi sebagai permainan yang dilakukan secara

teratur, komunikasi biasanya dilakukan berdasarkan norma, kesopanan,

atau aturan yang diterima bersama, sehingga komunikasi berlangsung

secara sopan, dan tertib, serta terkadang mengandung bentuk-bentuk

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

12

Page 13: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

jebakan kesopanan (seperti: “tolong”, “silahkan/please”, dll). Logika retoris

dimana memandang komunikasi sebagai suatu cara mengubah aturan

melalui negosiasi, pesannya biasa dirancang fleksibel, berwawasan, dan

berpusat pada orang.

Berikut ini merupakan penjelasan ontologi, epistemologi, dan

metodologis dalam konstruktivisme. Ontologi : relativisme, semesta yang

kita ketahui itu bersifat spesifik, lokal yang dikonstruksi oleh paradigma

tertentu oleh kerangka konseptual tertentu atau perspektif tertentu.

Epistemologi : bersifat transaksional, dialogis, teori konstruksi sebagai

hasil investigasi dan proses sosial (khususnya ilmu pengetahuan sosial

budaya). Metodologis : hermeneutik dan dialektis, ilmu hasil konstruksi

atau interaksi peneliti terhadap objek yang ditelitinya.

Implikasi dalam paradigma kritikal menerangkan bahwa teori kritis

berangkat dari fenomena atau realitas sosial yang ada berdasarkan

idealisme. Implikasi kritikal dapat di lihat dalam Cultural Studies (studi

tentang budaya), dan studi tentang feminisme. Tujuan penelitian dengan

pendekatan kritis sosial, emansipasi, transformatif, dan penguatan sosial.

Pada paradigma ini posisi peneliti yaitu menempatkan diri sebagai aktivis,

advokat, dan transformasi intelektual. Nilai, etika, pilihan moral bahkan

keberpihakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari analisis. Cara

penelitian adalah subjektif, dimana titik perhatian analisis justru terdapat

pada penafsiran subjektif peneliti atas teks. Partisipasif yaitu

mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual, dan multilevel analisis

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

13

Page 14: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktivis atau

partisipan dalam transformasi sosial Kriteria kualitas penelitian pada

paradigma kritikal yaitu Historical Situadness, sejauh mana penelitian

mamperhatikan konteks historis, sosial budaya, ekonomi, dan politik dari

teks media (Ardianto. 2007: 177).

E. KAJIAN TERHADAP KASUS AKTUAL

Kajian kasus aktual Konstruktivisme adalah mengambil contoh

“SBY VS JK”, dimana awalnya dua tokoh nasional ini dalam menjalankan

kepemimpinannya cukup harmonis, dan dapat kita nilai cukup memberi

contoh kepada masyarakat tentang kekuasaan bersama. Namun

kebersamaan itu terciderai dengan adanya pernyataan dari wakil ketua

umum Partai Demokrat, Ahmad Mubarok yang mengatakan bahwa,

Golkar seharusnya sudah bisa merasa puas dengan raihan suara 2,5 %

untuk bisa mencalonkan diri sebagai presiden dalam aturan Parlementary

threshold. Hal ini awalnya sudah bisa dibilang “selesai” dengan sikap

tanggap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dirumahnya di daerah

Cikeas, Bogor yang mengklarifikasi ucapan tersebut dan mengatakan

Golkar merupakan teman dari Demokrat.

Disinilah media memainkan peran dan mengkonstruksi berita ini,

dan menambah frekuensi pemberitaan di hampir semua media elektronik

dan cetak. Dan melebih-lebihkan pemberitaan untuk mengambil kesan

“dramatis” dan bertujuan untuk mengembangkan ucapan tersebut dalam

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

14

Page 15: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

opini publik. Media dapat dikatakan berhasil dengan terlihatnya, SBY dan

JK kini memutuskan “jalan masing-masing” maju di pemilihan presiden

2009-2014. disinilah terlihat bahwa media mampu mengkonstruksi suatu

melalui pemberitaannya, yang mana akhirnya berkembang menjadi opini

publik. Tapi satu hal yang mungkin terlupa, bahwa ada kalangan dominant

di balik media tersebut (kaum elit) yang memiliki kepentingan atas

pemberitaan dari media yang mereka miliki.

Kajian kasus aktual terhadap kritikal adalah mengambil contoh

“politikus bajing loncat”. Seperti yang dikutip majalah Sabili no. 19 edisi 9

April 2009, menurut Direktur Eksekutif Gerbang Informasi Pemerintahan

(GIP) Miqdat Husein, hamper semua partai saat ini, termasuk partai-partai

islam telah terjebak dalam pragmatisme. Para elit politik tidak memberi

contoh yang baik kepada masyarakat, mereka hanya berfikir soal

kepentingan dan kekuasaan. Akhirnya yang berlaku adalah idiom politik,

dimana kepentingan menjadi alasan utama yang abadi.

Sebagai contoh, banyak cendikiawan seperti diantaranya Andi

Malarangeng pun tidak kuat menahan godaan kekuasaan. Dirinya berfikir

bahwa, tidak ada manfaatnya jika cendikiawan hanya bisa berteriak-teriak

saja, beda halnya jika menjadi bagian dari suatu partai politik dimana

kekuasaan aspirasi politik yang diusung tidak hanya sebatas wacana.

Melalui partai politik, aspirasi kekuasaan dapat diwujudkan untuk

mencapai kekuasaan. Contoh lainnya adalah Budiman Sujadmiko,

seorang anak muda yang berhaluan kiri, kini bergabung dengan PDIP,

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

15

Page 16: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

Pius Lustrilanang merapat ke partai Gerindra, dan Dita Indah Sari

bergabung di PBR, serta banyak lagi yang mengalami perpindahan partai.

Pengamat politik Bima Arya Sugiarto mengingatkan, seharusnya

elit politik yang memutuskan untuk berpindah partai karena alasan-alasan

ideologi, bukan terdorong oleh suaru pragmatisme, karena jika hal itu

terjadi sikap itu tidak lagi menunjukkan elit politik yang memperjuangkan

aspirasi rakyat. Banyaknya ”Politikus Bajing Loncat” kian menegaskan

bahwa, motivasi elit politik bukan lagi sekedar mengabdi sebagai wakil

rakyat, namun semata-mata untuk mengejar kekuasaan.

F. KRITIK TERHADAP PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DAN PARADIGMA KRITIKAL

Kritik terhadap paradigma konstruktivisme, dimana kalangan

konstruktivisme meyakini bahwa segala sesuatu yang ada karena

konstruksi tertentu. Ilmu hasil konstruksi berdasarkan interaksi peneliti

terhadap objek yang ditelitinya. Kritiknya adalah konstruktivisme kurang

sensitif pada proses produksi, dan reproduksi makna yang terjadi secara

historis maupun institusional.

Kritik terhadap teori kritis dimana, masyarakat sebagai bagian dari

sistem dominasi, dan media sebagai suatu sistem dominasi masyarakat,

bukan sebagai kelompok yang bebas nilai, namun didominasi oleh

kelompok elit dibelakangnya. Media dimanfaatkan kelompok elit dominan,

sehingga penyajian berita tidak lagi mencerminkan refleksi dari realitas

sosial. Kedudukan media ataupun peneliti tidak independen, namun

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

16

Page 17: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

dikuasai oleh banyak kepentingan kelompok elit dominan sebagai hasil

penelitian. Media menampilkan cara-cara dalam memandang suatu

realitas, karena media dikuasai oleh unsur kepentingan ideologi kelompok

dominan yang berkuasa, yang pada akhirnya hasil pemberitaan atas

kenyataan atau realitas sosial bisa dimanipulasi. Paradigma kritikal dalam

mengkritisi sesuatu, menstigmakan suatu realitas sosial kadang terkesan

dogmatis daripada ilmiah, hal ini dilandasi pemahaman ideologis tadi.

G. KESIMPULAN

Kesimpulan kami terhadap teori konstruktivisme dimana, kata

kunci paradigma konstruktivisme adalah pendekatan antar pesona,

melalui komunikasi yang berbasis pada “konsep diri”. Paradigma ini dalam

membangun (mengkonstruksi) pemahaman atau makna, secara bersama-

sama melalui pemahaman berbasis pada subjek, dengan menggunakan

elaborasi kode yang mana, menghargai perasaan, kepntingan, dan sudut

pandang orang lain.

Kata kunci untuk paradigma kritikal adalah idealisme, dimana teori

kritis selalu curiga dan mempertanyakan kondisi ”status quo” di

masyarakat. Teori kritis memandang bahwa realitas sosial yang tampak

baik dipermukaan adalah sesuatu yang semu, karena setiap realitas yang

ada, terdapat unsur kepentingan kaum dominan dibelakangnya, dan pada

akhirnya bertujuan untuk memanipulasi kenyataan yang ada pada realitas

sosial di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

17

Page 18: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

BUKU DAN KAMUS:

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, hlm 264.

Kam. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3 – Cetakan 1. Jakarta: Balai Pustaka, hlm 828.

Rogers, Everett. M. 1994. A History of Communication Study: A Biographical Approach. New York:The Free Press.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Buku 1 edisi ke-3. Terjemahan. Maria NataliaDamayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan ke-3. Jakarta: PT.Grasindo-Gramedia Widiasarana Indonesia.

SUMBER INTERNET:

Hidayat, Dedy Nur. 2004. Menghindari Kriteria kualitas yang Monolitik dan Totaliter. Pengantar Jurnal Thesis, September – Desember 2004. melalui http://72.14.235.132/search?q=cache:_UHGE631U3gJ: www.digilib.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/113870-TJPI-III-3-Sept Des2004VII.pdf+MENGHINDARI +QUALITY+CRITERIA+YANG+M ONOLITIK+DAN+TOTALITER,+pengantar+jurnal+thesis,+september-desember+2004&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id.html

Sani, M. Abdul Halim. 2007. Teori-Teori Sosial; Dari Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Intergralistik. WordPress.com-weblog. Melalui http://abdulhalimsani.wordpress.com/2007/09/06/ teori-teori_sosial;Dari_Ilmu_Sosial_Sekuleristik_Menuju_Ilmu_ Sosial_Intergralistik / html [09/06/2007]

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

18

Page 19: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

Judul : Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi :Perspektif Konstruktivisme & Kritikal

Nama / NPM : Ulviah Muallivah 200822310003Ulul Azmi 200822310004Martin Wiliam 200822310006M. Eric Harramain 200822320003

Dosen : Dr. Umaimah Wahid Hari/Tanggal : Selasa / 28 April 2009

RINGKASAN PRESENTASI KONSTRUKTIVISME DAN KRITIKAL MATA KULIAH TEORI DAN PERSPEKTIF KOMUNIKASI SEKOLAH PASCASARJANA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

PENDAHULUANParadigma menurut Guba dan Lincoln (1994) dalam Hidayat (2004), mengajukan

tipologi yang mencakup empat paradigma: positivisme, postpositivisme, Kritikal et al, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa setiap paradigma membawa implikasi metodologi masing-masing.

Paradigma konstruktivisme memandang realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri.

Paradigma kritikal tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosof Jerman Karl Marx, yang kemudian memunculkan orang-orang yang mengembangan teori Marxian guna memecahkan persoalan yang dihadapi saat ini. Secara umum Mazhab Frankfrut dalam kelahirannya bertujuan untuk mengkritisi pemikiran ilmu sosial. Pemikiran Mazhab Frankfrut muncul karena kekecewaan terhadap pengaruh paradigma positivis, dimana melahirkan perspektif objektif yang pengaruhnya masuk ke dalam seluruh disiplin ilmu pengetahuan. Kenyataan paradigma positivis ini yang menimbulkan krisis dalam jangka waktu yang lama, oleh karena itu Mazhab Frankfut menawarkan pemikiran alternatif yang baru yaitu Teori Kritis.

PENJELASAN PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DAN PARADIGMA KRITIKAL Menurut kamus komunikasi (1989: 72) definisi Konstruksi adalah suatu konsep,

yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur. Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkunstuksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin”, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. (Sani. 2007: 1).

Paradigma kritikal lahir melalui salah satu aliran pemikiran kiri baru yang cukup terkenal yaitu pemikiran Sekolah Frankfurt atau dengan nama lain Institut penelitian sosial di Frankfurt (Institut für Sozialforschung) yang didirikan pada tahun 1923 oleh seorang kapitalis yang bernama Herman Weil. (Menurut Horkheimer dalam Everett M. Roger, 1994), Sekolah kritikal yang menjadi salah satu sifat dasar dari teori kritis adalah selalu curiga dan mempertanyakan kondisi status quo di masyarakat dewasa ini. Karena kondisi masyarakat yang kelihatannya produktif dan bagus yang tampak dipermukaan tersebut sesungguhnya terselubung struktur masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak. Paradigma teori kritis, dimana teori ini memiliki ide suatu teori atas ketidakadilan yang terjadi dibalik fenomena sosial. Teori kritis banyak diilhami oleh ajaran

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

19

Page 20: Paradigma Konstruktivisme & Paradigma Kritikal

Marxis atau neo-Marxis (kiri baru). Menurut Profesor filosofi dari Universitas Frankfrut yang bernama Jurgen Habermas, dimana Habermas menolak positivist dan hal-hal yang mengutamakan materialisme. Habermas menginginkan komunikasi itu sebagai bentuk emansipatoris dan bebas dari ekspolitasi (Roger, 1994: 124).

IMPLIKASI DALAM ILMU/TEORI DAN METODOLOGIImplikasi dari paradigma konstruktivisme digambarkan dengan komunikasi yang

berbasis pada “konsep diri” berdasarkan teori Bernstein. Menurut Ardianto (2007: 159). Implikasi paradigma konstruktivisme tidak dapat dipisahkan dari tiga logika dasar desain pesan, yaitu ekspresif, konvensional, dan retoris [O’Keefe dan Shepherd, 1987 dalam Ardianto (2007: 164)].

Implikasi dalam paradigma kritikal menerangkan bahwa teori kritis berangkat dari fenomena atau realitas sosial yang ada berdasarkan idealisme. Implikasi kritikal dapat di lihat dalam Cultural Studies (studi tentang budaya), dan studi tentang feminisme. Tujuan penelitian dengan pendekatan kritis sosial, emansipasi, transformatif, dan penguatan sosial. Pada paradigma ini posisi peneliti yaitu menempatkan diri sebagai aktivis, advokat, dan transformasi intelektual. Nilai, etika, pilihan moral bahkan keberpihakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari analisis.

KRITIK TERHADAP PARADIGMA Kritik terhadap paradigma konstruktivisme dimana, kurang sensitif pada proses

produksi, dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Paradigma kritikal dalam mengkritisi sesuatu, menstigmakan suatu realitas sosial

kadang terkesan dogmatis daripada ilmiah, hal ini dilandasi pemahaman ideologis tadi.KESIMPULAN

Kesimpulan kami terhadap teori konstruktivisme dimana, kata kunci paradigma konstruktivisme adalah pendekatan antar pesona, melalui komunikasi yang berbasis pada “konsep diri”. Paradigma ini dalam membangun (mengkonstruksi) pemahaman atau makna, secara bersama-sama melalui pemahaman berbasis pada subjek, dengan menggunakan elaborasi kode yang mana, menghargai perasaan, kepentingan, dan sudut pandang orang lain.

Kata kunci untuk paradigma kritikal adalah idealisme, dimana teori kritis selalu curiga dan mempertanyakan kondisi ”status quo” di masyarakat. Teori kritis memandang bahwa realitas sosial yang tampak baik dipermukaan adalah sesuatu yang semu, karena setiap realitas yang ada, terdapat unsur kepentingan kaum dominan dibelakangnya, dan pada akhirnya bertujuan untuk memanipulasi kenyataan yang ada pada realitas social di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKABUKU DAN KAMUS: Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media.Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, hlm 264. Rogers, Everett. M. 1994. A History of Communication Study: A

Biographical Approach. New York:The Free Press.SUMBER INTERNET:Hidayat, Dedy Nur. 2004. Menghindari Kriteria kualitas yang Monolitik dan Totaliter.

Pengantar Jurnal Thesis, September – Desember 2004. melalui http://72.14.235.132/search?q=cache:_UHGE631U3gJ:www.digilib.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/113870-TJPI-III-3-Sept Des2004VII.pdf+MENGHINDAR I +QUALITY+CRITERIA+YANG+ MONOLITIK+DAN+TOTALITER,+pengantar+jurnal+thesis,+september-desember+2004&cd=1 &hl =id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id.html

Sani, M. Abdul Halim. 2007. Teori-Teori Sosial; Dari Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Intergralistik. WordPress.com-weblog. Melalui http://abdulhalimsani.wordpress.com/2007/09/06/ teori-teori_sosial;Dari_Ilmu_Sosial_Sekuleristik_Menuju_Ilmu_ Sosial_Intergralistik / html [09/06/2007]

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi: Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal.

20