KONSEP GANGGUAN JIWA

download KONSEP GANGGUAN JIWA

of 45

description

Blok MHN

Transcript of KONSEP GANGGUAN JIWA

KONSEP GANGGUAN JIWA1. DEFINISIKonsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002). Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 1998).Menurut American Psychiatric Association (2009), gangguan mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distress (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau 8 9 kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Penyebabgangguan jiwaitu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbalas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada jugagangguan jiwayang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Jiwa atau mental yang sehat tidak hanya berarti bebas dari gangguan. Seseorang bisa dikatakan jiwanya sehat jika ia bisa dan mampu untuk menikmati hidup, punya keseimbangan antara aktivitas kehidupannya, mampu menangani masalah secara sehat, serta berperilaku normal dan wajar, sesuai dengan tempat atau budaya dimana dia berada. Orang yang jiwanya sehat juga mampu mengekpresikan emosinya secara baik dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sesuai dengan kebutuhan.2. PSIKOPATOLOGIa. Skizofrenia Sebagi Bentuk Gangguan JiwaSkizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk. Sebagai perbandungan, di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.Berdasarkan data di AS:a) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;b) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis, pasien diabtes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy);c) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri);d) Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya.Psikopatologi meliputi: 1. Gangguan kepribadianKepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subyektif oleh seseorang. Kepribadian menuju ke kematangan badaniah, emosional, sosial dan intelektual. Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor badaniah (keturunan, keadaan susunan saraf dan hormonal), emosional (mekanisme penyesuaian diri), sosial (hubungan antar-manusia), adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, serta intelektual (taraf intelegensi). Watak adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Pembagian atau klasifikasi dari gangguan jiwa kepribadian tidak memuaskan, sama dengan klasifikasi dengan orang-orang yang normal. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-3 (PPDGJ-III) sebagai berikut:a. Kepribadian paranoidKepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya. Dirinya harus mempertahankan dirinya, ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri. Seringkali dirinya mengancam orang lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan kecenderungan yang sudah umum seperti, yaitu suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. b. Kepribadian skizoidSifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, suka menyendiri, perasa, pendiam, menghindari hubugan jangka panjang dengan orang lain. Individu ini menunjukan respons yang terbatas terhadap isyarat atau rangsangan sosial. Ciri utama cara menyesuaikan dan membela dirnya ialah menarik diri, mengasingkan diri, dan sering aneh (eksentrik). Terdapat juga cara pemikiran otostik, melamun berlebihan dan ketidakmampuan menyatakan rasa permusuhan. c. Kepribadian skizotipal Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya lebih sering berpikir ke arah magis, memiliki gagasan aneh, gagasan menyangkut diri sendiri, waham, dan derealisasi. d. Kepribadian antisosialIndividu dengan kepribadian ini tidak mempunyai loyalitas terhadap kelompoknya ataupun norma-norma sosial. Pada umumnya individu dengan kepribadian ini egosentrik, tidak bertanggung jawab, impulsif, tidak mampu mengubah diri, baik karena pengalaman maupun karena hukuman. Kepribadian ini sudah ditunjukan ketika masa anak-anak sebelum umur 12-15 tahun. Kepribadian antisosial jauh lebih banyak pada kaum pria, yaitu sekitar 5-10 pria dibandingkan satu wanita dan saat ini belum diketahui apa sebabnya. e. Kepribadian ambang Pasien dengan gangguan kepribadian ini berada dalam perbatasan antara neurosis dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan citra diri yang tidak stabil. Gangguan ini dinamakan skizofrenia ambulatorik, kepribadian seolah-olah (as-if personality). Pasien dengan gangguan kepribadian ambang hampir selalu dalam keadaan krisis. Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya. Perilaku pda pasien ini tidak dapat diperkirakan. Pasien dengan kepribadian ini juga sering mencerminkan sifat menyakitkan dengan seringnya merusak diri sendiri, mengekspresikan kemarahan pada teman dekat mereka jika mengalami frustasi. Namun pasien seperti ini tidak dapt mentoleransi keadaan sendirian dan mereka lebih senang untuk mencari teman secara mati-matian dibandingkan duduk sendirian. f. Kepribadian histrionikKepribadian histerik biasanya sombong, egosentrik, tidak stabil emosinya, menarik perhatian dengan afek yang labil, memiliki gaya bicara yang impresionistik dan tidak memiliki perincian, lekas tersinggung, tetapi memiliki emosi yang dangkal. Pada kepribadian ini tidak dapat menyatakan perasaan secara tepat dan sering menggunakan gerakan tubuh dalam komunikasi. Kepribadian histerik lebih sering pada kaum wanita. g. Kepribadian narsistik Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan diri dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan mengharapkan terapi yang khusus pula. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah jika ada yang berani mengkritik mereka, atau mereka tampak acuh tak acuh terhadap kritik. Pasien dengan gangguan ini seringkali tidak mampu menunjukkan empati, dan hanya berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi. h. Kepribadian menghindar Orang dnegan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan yang ekstrem terhadap penolakan, yang dpaat menyebabkan penarikan diri dari kehidupan sosial. Mereka tidak asosial dan menunjukkan keinginan yang kuat untuk berteman namun mereka malu; mereka memerlukan jaminan yang kuat dan penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim, mengindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak intrapersonal yang bermakna, tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali mereka yakin akan disukai, memandang diri sendiri janggal secara sosial, lebih rendah dari orang lain, dan enggan untuk mengambil risiko pribadi atau melakukan aktivitas baru. i. Kepribadian dependen Orang dengan gangguan kepribadian dependen menepmpatkan kbutuhan mereka sendiri di bawah kebutuhan orang lain, meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawabuntuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak memiliki keprcayaan dari, dan mungkin memngalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian ini lebih menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk memegang peran kepemimpinan. j. Kepribadian obsesif-kompulsif Gangguan kepribadian ini ditandai oleh penyempitan emosional, ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala, dan kebimbangan. Orang dengan kepribadian obsesif-kompulsif merasa asyik dengan peraturan, serius, dan seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka memaksakan aturan supaya diikuti secara kaku dan tidak mampu mentoleransi apa yang dirasakannya sebagai pelanggaran. Pasien biasanya enggan membuangbenda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun tidak memiliki nilai sentimental, enggan mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain kecuali mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan tugas, terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang maslaah moralitas, etika, atau nilai-nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius)

Gangguan Kepribadian yang Tidak Ditentukan Kategori ini dalam DSM-IV dicadangkan untuk gangguan yang tidak memenuhi ke dalam satu gangguan kepribadian yang telah dijelaskan sebelumnya. k. Kepribadian pasif-agresifKepribadian ini terdapat dua sub, diantaranya: pasif-dependent dan pasif-agresif. Orang yang pasif-dependent senantiasa berpikir, bertindak dan merassa bahwa kebutuhannya akan ketergantungan itu akan dipenuhi secara menakjubkan. Orang yang pasif-agresif merasa bahwa kebutuhannya akan ketergantungan tidak pernah dipenuhi. Ia menunjukan penangguhan (penundaan) dan sikap keras, agar diterima dan diberi dengan murah hati apa yang diharapkannya dengan sangat. Kepribadian ini ditandai oleh sikap pasif dan agresif. Agresivitas ini dapat dinyatakan secara pasif dengan cara mengambat, bermuka asam, malas dan keras kepala. Perilakunya merupakan cerminan dari ras permusuhan yang tidak pernah dinyatakan secara terang-terangan. l. Kepribadian depresif Orang dengan gangguan depresif ditandari oleh sifat yang masuk ke dalam spektrum depresif. Mereka adalah pesimistik, anhedonia, terikat pada kewajiban, dan meragukan diri sendiri m. Kepribadian sadomasokistik Sadisme adlah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang lain baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologis pada umumnya. Masokisme adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri. n. Kepribadian sadistik Orang dengan gangguan kepribadian ini menunjukkan pola kekejaman yang pervasif, merendahkan, dan perilaku agresif, yang dimulai sejak masa kanak-kanak awal, dan diarahkan kepada orang lain. 2. Gangguan aspek motorik atau tingkah laku motorikSikap dan tingkah laku penderita tidak dapat lepas dari keseluruhan ekpresi penderita. Sikap adalah sesuatu yang statis sedangkan tingkah laku adalah corak gerak-gerik terutama kaki dan tangan. Sikap yang diperlihatkan penderita diantaranya :a. Indifferent adalah sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan (tendensi) tertentu, jadi banyak bersifat netral.b. Apatik adalah sikap acuh tak acuh, sikap merasa bodoh dan tidak menghiraukan apapun yang terjadi disekelilingnya.c. Kooperatif adalah sikap ingin bersahabat, ingin turuti petunjuk atau perintah, dan ingin bekerja sama dengan semua orang.d. Negativisme adalah sikap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan tanpa alasan yang obyektif.e. Dependen adalah sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan pada pemeriksa atau individu yang memegang kekuasaan.f. Infantil adalah sikap kekanak-kanakan.g. Rigid adalah sikap kaku dan tidak fleksibel kadang-kadang sudah dekat dengan sikap negativistik.h. Curiga adalah sikap yang tidak percaya seolah-olah meragukan maksud baik dari pemeriksa atau orang lain. Baik ucapan maupun gerakannya.i. Berubah-ubah adalah sikap yang tidak stabil selalu berganti-ganti sikap. Hal ini sering menunjukan kegelisahan yang bersangkutan.j. Tegang adalah sikap yang tidak tenang dan kadang-kadang dekat dengan sikap yang gelisah.k. Pasif adalah sikap tanpa inisiatif dan keinginan bertindak.l. Katalepsi adalah sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk jangka waktu yang lama, seringkali aneh tak masuk akal dan tak ada tujuannya. Disebut juga fleksibilitas cerea.m. Aktif adalah sikap penuh inisiatif dan keinginan bertindak.n. Bermusuhan adalah sikap seperti ingin menyerang atau marah saja.Sedangkan tingkah laku diantaranya adalah :a. Hiperaktif adalah sangat besar dorongan bergeraknya, disebut juga over active.b. Hipoaktif adalah dorongan bergerak yang amat kurang, walaupun tidak menghilang sama sekali. c. Stupor adalah segala pergerakan berhenti, penderita tinggal diam seperti patung.d. Gelisah adalah gerakan yang menyatakan adanya ketegangan jiwa yang memuncak. Penderita tidak dapat duduk diam dan harus berdiri danm berjalan kesana kemari.e. Berkoordinasi adalah gerakan yang harmonik sesuai dengan fleksibel secara luwes.f. Tak berkoordinasi adalah gerakan yang tidak harmonis kaku dan kadang-kadang kacau.g. Stereotipi adalah gerakan yang bertahan dalam satu atau dua macam tipe gerakan yang terus menerus diulang untuk waktu yang lama tanpa tujuan yang jelas.h. Manineren adalah gerakan yang bermacam-macam, tetapi semuanya aneh dan karena keanehannya itu seringkali menarik perhatian disekelilingnya.i. Agresif adalah nafsu yang selalu beraksi dengan cara kekuatan. Nafsu dapat terlihat dari roman muka dan sikapnya.j. Perservasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kalimat-kalimat yang sama.k. Verbigenasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kata-kata yang sama.3. Gangguan PersepsiPersepsi adalah hasil interaksi antara rangsang sensorik yang tertuju pada individu itu dengan faktor-faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsang itu secara intra-psikik. Faktor-faktor pengaruh ini dapat bersifat biologik, sosial, dan psikologik.a.IlusiIlusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata. Misalkan seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat menginterpretasikan suara bergerisiknya daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terdapat pada:a. Keadaan afektif yang luar biasab. Keinginan yang luar biasac. Dorongan dan impuls-impuls yang mendesakAda 5 jenis ilusi:a. Visualb. Akustikc. Olfaktorikd. Gustatorike. Taktilb.HalusinasiHalusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor panca indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyekJenis jenis halusinasi yaitu :1. Halusinasi hipnagogik Persepsi sensoris palsu yang terjadi saat akan tertidur; biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis 2. Halusinasi hipnopompik Persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya dianggap nonpatologis 3. Halusinasi auditorik Persepsi bunyi palsu, biasanya suara tetapi bisa juga bunyi-bunyi lain, seperti musik.

4. Halusinasi visual Persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk (misalnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (misalnya, kilatan cahaya) 5. Halusinasi olfaktoris Persepsi membau yang palsu 6. Halusinasi gustatorik (kecap) .Persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan akibat dari kejang7. Halusinasi raba (taktil; haptic) Persepsi palsu tentang perabaan atau sensai permukaan, seperti tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan) 8. Halusinasi somatik Sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari viseral (dikenal juga dengan nama halusinasi kinestetik) 9. Halusinasi liliput Persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil ukurannya (dikenal juga dengan mikropsia) 10. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination).Halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan atau manik (sebagai contoh, pasien yang mengalamidepresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi) 11. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (moodincongruent hallucination). Halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau manik (sebagai contoh, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak diterima, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak mengalami tema-tema seperti kekuasaan yang tinggi atau harga diri) 12. Halusinosis Halusinasi, yang paling sering adalah halusinasi auditorik, yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens, yaitu halusinasi yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut13. SinestesiaSensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain (sebagai contoh, suatu sensasi auditoris yang disertai oleh suatu sensai visual; suatu bunyi yang dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai didengar) 14. Trailing phenomenon Kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu 4. Gangguan pikiranProses berpikir ialah suatu proses intrapsikik yang meliputi pengolahan dari berbagai pikiran dah paham, dengan jalan membayangkan, menghayalkan, memahami, membandingkan, dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran dan paham baru(3).Dalam memperhatikan proses berpikir seseorang, kita perhatikan:a. Bentuk pikiranRangsang berpikir berasal dari berbagai sumber termasuk dari alam tak sadar dan alam perasaan tetapi dikoreksi oleh akal sehat, logika, dan realitas. Pikiran tersebut dinamakan rasional (realitas). Pada keadaan melamun (day dreaming), berpikir diarahkan tidak hanya oleh pertimbangan realistik tetapi sebagian besar oleh keinginan egosentrik dan kebutuhan nafsu. Pada gangguan jiwa terutama skizofrenia, berpikir dapat diarahkan oleh faktor-faktor di luar kesadaran (bawah sadar) dan menjadi suatu bentuk autistik (dereistik). Berpikir autistik bersifat kompleks dengan dorongan dan motivasi afektif dan konatif lainnya, mendapat kebebasan dan berjalan tanpa menghiraukan kesadaran dan realitas. Akibatnya, hubungan paham atau pikiran tidak logis lagi. b. Isi pikiranIsi pikir memperlihatkan variasi yang cukup luas dalam keadaan normal. Dalam keadaan terentu dapat pula suatu pola sentral dalam pikiran manusia karena kompleksnya pikiran tersebut dianggap sangat penting bagi dirinya, sehingga nampaknya egosentrik terlihat jelas. Apabila sifat egosentrik ini melampaui batas normal maka timbulah gangguan isi pikiran.Gangguan isi pikiran diantaranya : 1. Over valued ideasPerhatian seluruhnya ditujukan kearah suatu topkc atau masalah dengan menekankan segala perasaannya terhadap soal-soal tersebut. 2. Waham (delusi)Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas). Waham mempunyai 5 sifat tertentu (syarat):a. Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris)b. Selalu bertentangan dengan realitas.c. Selalu bertentangan dengan logika.d. Penderita percaya 100% kepada kebenaran pikirannya.e. Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang logis dan rasional.Jenis jenis waham :a. Waham kacau (bizarre delusion) Keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai contoh, orang luar angkasa telah menanamkan elktroda ke dalam otak pasien) b. Waham tersistematisasi Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal (contohnya pasien diamta-matai oleh mafia atau agen rahasia) c. Waham nihilistik Perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan duania berakhir atau tidak ada d. Waham kemiskinan Keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta benda miliknya e. Waham somatik Keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuhnya (contohnya, keyakinan bahwa otak pasien telah mencair)f. Waham persekutorikKeyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa g. Waham kebesaran Gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang yang berlebihan h. Waham referensi Keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujuan kepada dirinya, merasa bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya (contohnya, percaya bahwa orang di televisi sedang berbicara atau membicarakan dirinya) i. Waham menyalahkan dirinya sendiri Keyakinan palsu tentang penyesalan yang dlaam dan bersalahj. Waham pengendalian Keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar k. Penarikan pikiran Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah dihilangkan dari ingatannya l. Penanaman pikiran Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah ditanamkan oleh tenaga lain m. Siar pikiran Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain n. Waham ketidaksetiaanKeyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien tidak jujur o. Erotomania Keyakinan palsu bahwa seseorang sangat mencintainya p. Pseudologia phantastica Suatu jenis kebohongan dimana seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan biasanya disertai dengan berpura-pura sakit yang berulang 3. ObsesiIsi pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus mengganggu penderitanya, terus menerus berulang kembali yang mendesak ke taraf kedaran individu, dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri.Contoh :Saya harus pergi ke kuburan orang tua.4. FobiaFobia adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang bersifat irrasional, yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi tetap menguasai jalan pikirannya. Contohnya fobia sederhana: rasa takut yang jelas terhadap suatu objek (laba-laba, ular), akrofobia (rasa takut terhadap tempat tinggi, algofobia (takut terhadap rasa nyeri), klaustrofobia (takut terhadap tempat tertutup), xenofobia (rasa takut terhadap orang asing). c. Gangguan pada arus pikiranKelancaran dan aktifitas pikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari kecuali dengan menilai dari perkataan yang keluar dalam pembicaraan seseorang.Berbagai gangguan progresi pikir diantaranya:1. Flight of ideasVerbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya 2. Neologisme Kata baru yang diciptakan oleh pasien, dengan mengombinasikan suku kata dari kata lain, untuk alasan keanehan psikologis.3. Verbigerasi Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti 4. Sirkumstansialitas Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan ditandai dengan pemasukan perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan 5. InkoherensiPembicaraan yang tidak logis, pikiran yang, bisanya, tidak dapat dimengerti6. Asosiasi bunyi Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata tidak memiliki hubungan yang logis, termasuk sajak dan permainan kata 7. Blocking Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan terselesaikan 8. Kondensasi Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep 9. Keluar dari jalur (derailment) Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan 10. Word salad Campuran kata adan frasa yang membingungkan 5. Gangguan afekGangguan afek berarti adanya suatu corak perasaan yang sifatnya agak menetap (konstan) dan biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Keadaan afek ini seolah-olah menguasai seluruh bidang perasaan individu tersebut walaupun masih dapat dipacu untuk beraksi secara lain pula. Dalam keadaan normal,keadaan afektif ini tidak memperlihatkan kelainan-kelainan yang mencolok. Macam-macam gangguan dari afektif diantaranya :a. Hyperthymia disebut juga afek yang meninggi dalam artian individu memperlihatkan suatu afektif yang gembira luar biasa.b. Hypothymia disebut juga dengan afektif yang merendah ini berarti bahwa penderita memperlihatkan hambatan di segala bidang aktifitasnya.c. Poikilothymia disebut juga keadaan afektif yang berubah-ubah dan jarang ditemui.d. Parathymia adalah keadaan afektifnya yang tidak sesuai dengan lingkungan yang sebenarnya.e. Tension adalah selalu ada perasaan tertekanf. Anxiety adalah perasaaan takut terus menerus terhadap bahaya yag seolah-olah terus mengancam yag sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita saja. g. Panik adalah suatu cemas yang luar biasa dan menimbulkan dis-organisasi dari fungsi ego.h. Ambivalensi adalah dua perasaan yang bertentangan yang berada pada suatu saat pada individu. i. Depersonalisasi adalah gangguan afek dengan gejala utamanya perasaan berada diluar realitas dan kehilangan keyakinan akan identitas diri sendiri.6. Gangguan kesadaranKesadaran merupakan kemampuan individu untuk mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca-inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran seseorang baik, maka akan didapatkan orientasi yang baik mengenai orang, waktu, tempat, dan situasi. Selain itu, seseorang dengan kesadaran baik (normal) dapat mencerna informasi berupa pertanyaan dan dapat melakukan pertimbangan.Pada tiap kesadaran dapat dinilai pula luasnya kesadaran dan terangnya kesadaran. Dalam Psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat penting untuk diagnosis dan prognosis dari suatu gangguan jiwa. Gejala sikotik dengan kesadaran normal mempunyai arti yang berbeda jauh dibandingkan dengan gejala-gejala sikotik dengan kesadaran terganggu. Secara klinis gangguan kesadaran diantaranya :a. Disorientasi , yaitu gangguan kesadaran berkaitan dengan orang waktu tempat dan situasi.b. Kesadaran berkabut , yaitu gangguan dengan kesadaran yang tidak lengkap, individu tidak mampu berfikir jernih dan berespon secara memadai terhadap situasi disekitarnya. Gejala ini sering terdapat pada penderita-penderita penyakit infeksi dan keadaan-keadaan lain yang mengganggu oksigenasi dan metabolisme serebral.c. Stupor, yaitu keadaan dimana penderita akinetik (tidak bergerak dan diam seperti patung) dan mutistik tetapi kesadaran relatif masih ada. Masih ada gerakan mata dan respirasi tetapi gerakan mata pada umumnya nampak tanpa tujuan. Sesudah keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk mengingat kejadian-kejadian meskipun dapat terjadi juga amnesia total. Stupor perlu dibedakan dengan rasa mengantuk, kehilangan kesadaran seperti pada koma dan paralise saraf motorik.d. Delirium, yaitu merupakan suatu simtom komplek yang disebut sindrome otak akut. Sindrome ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai dengan kesadaran menurun atau berkabut, bingung, gelisah, disorientasi, ilusi, dan halusinasi serta cemas dan takut. Kejadian ini biasanya berhubungan dengan infeksi disertai panas, keadaan toksik, gangguan metabolisme (uremia, pellagra, dan anemia pernisiosa), dekompensasi kordis, dan trauma kapitis. e. Koma, yaitu derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Meskipun sekuat apapun rangsangan yang diberikan.f. Dream like state, yaitu gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktifitas normal. g. Twillight state, yaitu kesadaran menurun tetapi orientasi terhadap sekitarnya masih baik dan tidak ada bicara yang kacau kontak dengan sekitarnya masih ada, kadang-kadang dalam keadaan marah luar biasa dan dalam keadaan marah ini dapat dilakukan penganiayaan dan pembunuhan. Penderita sering bernafsu untuk mengembara, jika kesadaran ini lebih menurun lagiakan timbul disorientasi dan bicara kacau.7. Gangguan orientasiOrientasi adalah suatu proses seseorang dapat menangkap atau mengerti keadaan disektarnya, dan ia dapat melokalisir dirinya dalam hubungan dengan sekitarnya tersebut. Jika seseorang tahu posisinya dalam hubungan dengan waktu, sadar akan keadaan pribadinya, sadar situasi lingkungannya dan mengerti hubungannya mengapa orang lain berada disitu maka orang tersebut berorientasi baik. Gangguan orientasi dapat timbul pada tiap gangguan mental dimana didapatkan gangguan persepsi dan perhatian. Gangguan orientasi banyak didapatkan pada keadaan-keadaan sindroma otak organik akut tetapi jarang didapatkan pada keadaan afek yang luar biasa, dan konflik-konflik yang akut. Bermacam-macam orientasi yaitu; a. Orientasi orang (personal), yaitu kemampuan individu untuk mengemukakakan identitas diri sendiri dan orang lain disekitarnya. b. Orientasi waktu (temporal), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang hubungan masa, waktu, hari, tanggal, bulan, musim, dan tahun sekarang.c. Orientasi tempat (spasial), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang batasan ruang, atau lokasi yang ditempati dan hubungannya dengan ruang lain atau lokasi lain.d. Orientasi situasi, yaitu kemampuan individu untuk menafsirkan apakah sebaiknya seseorang atau beberapa orang berada di suatu tempat atau di situasi tertentu dan masing-masing kepentingan atau tugasnya seseorang berada di situ.8. Gangguan memori atau ingatanMemori adalah daya kemampuan individu untuk memproduksi hal tertentu yang telah terjadi dimasa lampau, jadi dalam memori atau daya ingat terdapat tiga prose ; a. Penerimaan dan pencatatan dari kesan mental b. Penyimpangan dari kesan yang telah didapatc. Penggalian kembali dari kesan tersebut. Jika daya ingatan individu terganggu maka beberapa hal yang harus dipertimbangkan ; a) Apakah terdapat suatu kemungkinan yang diakibatkan oleh sebab organobiologik sehingga terjadi kerusakan pada substansia otak yang sifatnya permanen misalnya pada demensia. b) Apakah terdapat suatu kemunduran yang berarti kehilangan daya ingatan yang penyebabnya lebih kompleks yang biasanya oleh kombinasi sebab organobiologik dan psikososial. Kehilangan daya ingatan disini sifatnya sementara misalnya pada amnesia.c) Apakah terdapat suatu kemunduran daya ingatan (lupa) terhadap salah satu atau beberapa peristiwa sajak. Hal ini pada umumnya karena pengaruh emosi atau pengaruh psikologik yang kuat, yang diduga terjadi di alam tak sadar. Seringkali didahului peristiwa yang menakutkan atau memalukan. Macam-macam gangguan memori (daya ingat) : a) Hipermensia, yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal. Hipermensia kadang-kadang terlihat pada keadaan manik, paranoid dan katatonik. Kemampuan mengingat menjadi berlebih-lebihan, dan kebanyakan terbatas pada periode-periode khusus atau kejadian-kejadian khusus yang dihubungkan dengan reasi emosional yang sangat kuat.b) Amnesia, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik maupun sikogenik. Amnesia organik disebabkan karena gangguan pada proses pencatatan dan penyimpanan. Sedangkan amnesia psikogenik disebabkan karena pada proses mengingat kembali (recall). Jenis-jenis amnesia ; 1. Amnesia anterograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudah kejadian yang menumbulkan amnesia tersebut, sampai dengan periode waktu tertentu. 2. Amnesia retrograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut dari periode waktu tertentu.c) Paramnesia disebut juga peringatan salah, yaitu keadaan dimana penderita benar-benar mengetahui apa yang dialami sekarang telah dialaminya pula pada waktu dahulu tetapi hal itu tidak benar. Jenis-jenis paramnesia yaitu ; 1. Konfabulasi ; yaitu, cerita tentang soal-soal dan kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak terjadi. Ada dua jenis konfabulasi yaitu konfabulasi spontan dan konfabulasi untuk menutupi kebodohan-kebodohan.2. De javu ; yaitu adanya perasaan bahwa yang dilihat sekarang ini pernah dilihat dan dikenal sebelumnya. Padahal sebelumnya belum pernah melihat atau mengenalnya.3. Jamais fu ; yaitu adanya perasaan yang salah atau palsu bahwa penderita tidak mengenal situasi atau personal yang sebenarnya hal ini pernah dialami atau dikenalnya pada waktu yang lampau. Sering didapatkan pada skizofrenia, psikoneurosa, kerusakan pada lobus temporalis, dan epilepsi4. Demensia ; yaitu gangguan atau degenerasi dari neuron-neuron pada koteks serebri yang berlangsung lama yang berakibat hilangnya efisiensi intelektual yang bersifat permanen dan irrevesibel. Etiologi dari demensia yaitu ;a) Perubahan atrofi otak dengan akibat senelis b) Gangguan vaskuler otak termasuk demensia vasculer dan hipertensi ensefalopati.c) Gangguan radang otak terutama lues dan ensefalitis epidemika.d) Penyakit degenerasi otak misalnya Alzaimers diseasea, pickss diseasea , dan hurtingtons choreae) Penyakit-penyakit defisiensi misanya; korsa koffs psikosis, wernickes encephalopati, pellagra, anemia perniciosa dan defesiensi vitamin B-12.f) Neoplasmag) Trauma (fisik)

9. Gangguan intelegensiaIntelegensia sering disebut sebagai taraf kecerdasan individu suatu faktor yang penting dalam intelegensia ialah kemampuan individu untuk mengambil manfaat dari suatu masalah dan pengalaman terdahulu untuk menghadapi masalah dikemudian hari. Proses mengambil manfaat dari pengalaman ini, biasanya merupakan salah satu aspek penting dari proses belajar manusia. Oleh karena itu maka taraf intelegensia merupakan suatu indikasi dari kemampuan belajar manusia baik pada pengalaman praktik maupun dari hasil pendidikan di sekolah.Persoalan intelegensia merupakan masalah yang sangat komplek dan masih belum diakui secara universal kepentingan serta kedudukannya pada pemeriksaan psikiatri, yang penting ialah dugaan intelegensia individu yaitu apakah bertaraf superior normal atau subnormal.b. Faktor Penyebab SkizofreniaHingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :

a) Faktor genetik;b) Virus;c) Auto antibody;d) Malnutrisi.Sejauh manakah peran genetik pada skizofrenia? Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut :1. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%; anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.2. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%.Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal. Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipuna ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor. Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :1. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin;2. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;3. Komplikasi kandungan; dan4. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.c. Penyebab Umum Gangguan JiwaManusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya. Tabel di bawah ini Taksiran kasar jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di Indonesia dengan penduduk 130 juta orang. Psikosa fungsional520.000 Sindroma otak organik akut65.000 Sindroma otak organik menahun130.000 Retradasi mental 2.600.000 Nerosa 6.500.000 Psikosomatik 6.500.000 Gangguan kepribadian 1.300.000 Ketergantungan obat 1.000 17.616.000Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat kecelakaan.Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena kelahiran, keradangan dan sebagainya) kemudian menadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :1) Faktor-faktor somatik (somatogenik)1.1. Neroanatomi1.2. Nerofisiologi1.3. nerokimia1.4. tingkat kematangan dan perkembangan organik1.5. faktor-faktor pre dan peri natal2) Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :2.1. Interaksi ibu anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan) 2.2. Peranan ayah2.3. Persaingan antara saudara kandung2.4. inteligensi2.5. hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat2.6. kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah2.7. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu2.8. Keterampilan, bakat dan kreativitas2.9. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya2.10. Tingkat perkembangan emosi3) Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)3.1. Kestabilan keluarga3.2. Pola mengasuh anak3.3. Tingkat ekonomi3.4. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan3.5. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai3.6. Pengaruh rasial dan keagamaan3.7. Nilai-nilaia) Faktor keturunanPada mongoloisme atau sindroma Down (suatu macam retardasi mental dengan mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain) terdapat trisoma (yaitu tiga buah, bukan dua) pada pasangan Kromosoma No. 21.Sindroma Turner (dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar, infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima sex yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan terikat pada sex (sex linked), artinya bahwa efek genetik itu hanya terdapat pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai dua kromosoma X : bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma X dan satu kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka terganggulah ia. Masih dipermasalahkan, betulkan pria dengan XYY lebih cenderung melakukan perbuatan kriminal yang kejam ?Tabel Penelitian saudara kembar dan saudara kandung yang salah satunya menderita skizofrenia Hubungan dengan pasien skizofrenia.

b) Faktor KonstitusiKonstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik seluruhnya, termasuk baik yang diturunkan maupun yang didapati kemudian; umpamanya bentuk badan (perawakan), sex, temperamen, fungsi endoktrin daurat syaraf jenis darah.Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik ataupun tidak baik, umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun terlalu pendek, paras muka yang cantrik ataupun jelek, sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah satu hormon, urat syaraf yang cepat reaksinya atau yang lambat sekali, dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang.

c) Cacat KongenitalCacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang brat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak.Singkatnya : kromosoma dan genes yang defektif serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas,tetapi gangguan sistim biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terahdap stres.

d) Perkembangan Psikologik yang salah Ketidak matangan atau fixasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya; Tempat-tempat lemah yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. Kita akan membicarakan beberapa faktor dalam perkembangan psikologik yang tidak sehat.e) Deprivasi diniDeprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal.Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata berhubungan edngan retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.Eprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan tempat-tempat yang lemah pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkembangan yang berhenti.Untuk perkembangan psikologik rupanya ada masa-masa gawat. Dalam masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengannya serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal.f) Pola keluarga yang petagonikDalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan yang penting dalam pembentukan kepriadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malahan mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak sesuai.Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak bereaksi secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah tetapi kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering terdapat dalam latar belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, perlindungan berlebihan, manja berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standard moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orangtua yang salah, ketidak-sesuaikan perkawinan dan rumah tangganya yang berantakan, tuntutan yang bertentangan.

Perlu diingat bahwa hubungan orangtua-anak selalu merupakan suatu interaksi (saling mempengaruhi), bukanlah hanya pengaruh satu arah dari orangtua ke anak.g) Masa remajaMasa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian, sebagai masa badai dan stres. Dalam masa ini inidvidu dihadpai dengan pertumbuhan yang cepat, perubahanperubahan badaniah dan pematangan sexual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya masalah pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa tanggung jawab yang lebih besar pula.Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri. Tidak jarang terjadi krisis identitas (Erikson, 1950). Ia hasu memantapkan dirinya sebagai seorang individu yang berkepribadian lepas dari keluarganya, ia harus menyelesaikan masalah pendidikan, pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan pegangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalami difusi identitas, yaitu ia bingung tentang apakah sbenarnya ia ini dan buat apakah sebebarnya hidup ini. Sindroma ini disebut juga anomi, remaja itu merasa terombang ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu. Banyak remaja sebenarnya tidak membernontak, akan tetapi hanya sekedar sedang mencari arti dirinya sendiri serta pegangan hidup yang berarti bagi mereka. Hal badai dan stres bagi kaum remaja ini sebagian besar berakar pada struktur sosial suatu masyarakat. Ada masyarakat yang membantu para remaja ini dengan adat-istiadatnya sehingga masa remaja dilalui tanpa gangguan emosional yang berarti. Kebanyakan kebutuhan kita hanya dapat diperoleh melalui hubungan dengan orang-orang lain. Jadi cara kita berhubungan dengan orang lain sangat mempengaruhi kepuasan hidup kita. Kegagalan untuk mengadakan hubungan antar manusia yang baik mungkin berasal dari dan mengakibatkan juga kekurang partisipasi dalam kelompok dan kekurangan identifikasi dengan kelompok dan konformitas (persesuaian) yang berlebihan dengan norma-norma kelompok (seperti dalam gang atau perkumpulan-perkumpulan rahasia para remaja).Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam hidup dan dalam menyesuaikan diri memerlukan penerapan tentang beberapa masalah utama dalam hidup, seperti pernikahan, ke-orangtua-an, pekerjaan dan hari tua. Di samping kemampuan umum ini dalam bidang badaniah, emosional, sosial dan intelektual, kita memerlukan persiapan bagi masalah. Masalah khas yang mungkin sekali akan dihadapi dalam berbagai masa hidup kita.

h) Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salahAlfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara dengan super-industrialisasi, ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal ke-sementara-an (transience), ke-baru-an (novelty) dan ke-aneka-ragaman (diversity). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya dalam masa depan, maka dinamakannya shok masa depan (future shock).Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan asing dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan shock kebudayaan (culture shock).Seperti seorang inidvidu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu subur berubah menjadi tandus) ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri (umpanya negara dengan pimpinan diktatorial, diskriminasi rasial.religius yang hebat, ketidak-adilan sosial, dan sebagainya). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana sosial yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang dihadapinya.i) Genetika :Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di dalamnya saudara kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter.Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %, sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.j) NeurobiologicalMenurut Konsep Neurobiological gangguan jiwa sangat berkaitan dengan keadaan struktur otak sebagai berikut :Abnormalities in the structure of the brain or in its activity in specific locations can cause or contribute to psychiatric disorders. For example, a communication problem in one small part of the brain can cause widespread dysfunction. It is also known that the following network of nuclei that control cognitive, behavioral, and emotional functioning ae particularly implicated in psychiatric disorders : The cerebral cortex, which is critical in decision making and higher-order thinking, such as abstract reasoning. The limbic system, which is involved in regulating emotional behavior, memory, and learning. The basal ganglia, some of which coordinate movement The hypothalamus, which regulates hormones through out the body and behaviors such as eating, drinking, and sex. The locus ceruleus, which manufactures neurons, which regulate sleep and are involved with behavior and mood. The substantia nigra, dopamine-producing cells involved in the control of complex movement, thinking, and emotional responses.Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal (Andreasen, 1991).Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernicks dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad).Adanya Hiperaktivitas Dopamin pada klien dengan gangguan jiwa seringkali menimbulkan gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian, neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada klien gangguan jiwa memegang peranan dalam proses learning, Memory reiforcement, Siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme. Neurotransmitter lain berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada proses pergerakan yaitu GABA (Gamma Amino Butiric Acid).Menurut Singgih gangguan mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadang-kadang seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter (Rudimentary Brain). Contoh gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya tempurung otak.Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan kelenjar endokrin seperti thyroid, keracunan CO (carbon Monoxide)serta perubahanperubahan karena degenerasi yang mempengaruhi sistem persyarafan pusat.k) Biokimiawi tubuhBiochemistry. Several brain chemicals have been implicated in schizophrenia, but research to date points most strongly the following : AN excess of the neurotransmitter dopamine. An imbalance between dopamine and other neurotransmitters, particularly serotonin. Problems in the dopamine receptor systems several research strategies support the role of dopamine in schizophrenia. For instance, drugs that increase levels of dopamine in the brain can produce psychosis. Drugs that reduce dopamine function have antipsychotic effects as well. This is seen in the antipsychotic drugs that reduce the number of postsynaptic receptors that interact with dopamine.Birth Events. Many attempts have been made to study the influences of maternal nutrition, infection, placental insufficiency, anoxia, hemorrhage, and trauma before at birth as possible causes of schizophrenia.l) NeurobehavioralKerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada timbulnya gejalagejala gangguan jiwa, misalnya: Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan psikomotorik. Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan, distractibility, gangguan memori (Short time).m) Stress :Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus menerus dengan koping yang tidak efektif akan mendukung timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi; kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi sosial, dan perasaan kehilangan.Menurut Singgih (1989:184), beberapa penyebab gangguan mental dapat ditimbulkan sebagai berikut : Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami pada masa anak. Ketidaksanggupan memuasakan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat diterima umum. Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat : Pubertas dan menopause Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang terganggu Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema Penyakit kronis misalnya; shifilis, AIDS Trauma kepala dan vertebra Kontaminasi zat toksik Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang dicintai.n) Penyalah gunaan obat-obatan :Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi strsessor melalui obat-obatan yang memiliki sipat adiksi (efek ketergantungan) seperti Cocaine, amphetamine menyebabkan gangguan persefsi, gangguan proses berfikir, gangguan motorik dsb.o) Psikodinamik :Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas pekembangan pada masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon orang tua yang maladaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan rasa tidak percaya yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan regresi dan withdral.Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial, lingkungan (environmental). Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebabsebab gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya.Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas : Sebab-sebab jasmaniah/biologik Sebab-sebab kejiwaan/ psikologik Sebab-sebab yang berdasarkan kebudayaan.Untuk mengetahui mana penyebab yang asli dan mana yang bukan perlu diketahui dua istilah : sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi rentan/ peka terhadap suatu gangguan jiwa (genetik, fisik atau latar belakang keluarga/ sosial. Sebab yang menimbulkan langsung atau pencetus adalah faktor traumatis langsung menyebabkan gangguan jiwa (kehilangan harta pekerjaan/ kematian, cendera berat, perceraian dan lain-lain.

p) Sebab Biologik KeturunanPeran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat. Jasmaniahbeberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita psikosa manik defresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia. TeperamenOrang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa. Penyakit dan cedera tubuhPenyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri. Irama sirkardian tubuhCircadian Rhythms : The recognition that human activities and behaviors such as sleeping, eating, body temperature, menses, and mood are cyclical and tend to be correlated with certain external environmental stimuli is not new. Recently, biological research has hypothesized that these body rhythms are governed by internal circadian pacemakers located in specific areas of the brain and that they ae subject to change by specific external cues.q) Sebab PsikologikBermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.

3. TANDA GEJALAa. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).c. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir/melamun yang tidak biasa (delusi).d. Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.e. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.f. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.g. Paranoid (cemas/takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.h. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.i. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.j. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.k. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.l. Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.m. Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.n. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.o. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.p. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.q. Sulit dalam berpikir abstrak.r. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya/usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih.

4. MACAM-MACAMGangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998) antara lainGangguan jiwa organikdansimtomatik,skizofrenia,gangguan skizotipaldangangguan waham,gangguan suasana perasaan,gangguan neurotik,gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik,Gangguan kepribadiandanperilaku masa dewasa,retardasi mental,gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja. Berikut penjelasannya :a) SkizofreniaMerupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).b) DepresiMerupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).c) KecemasanSebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebab maupun sumbernya biasa tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan ke dalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.d) Gangguan KepribadianKlinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian : kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian anti sosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate (Maslim,1998).

e) Gangguan Mental OrganikMerupakangangguan jiwayang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis, 1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama di luar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu dari pada pembagian akut dan menahun.f) Gangguan PsikosomatikMerupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.g) Retardasi MentalRetardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya rendahnya daya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).h) Gangguan Perilaku Masa Anak dan RemajaAnak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

5. KLASIFIKASIKlasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.Dalam DSM IV terdapat lima aksis gangguan. Dari lima aksis gangguan tersebut, terdapat dua aksis yang penting bagi kalangan psikologi sebagai berikut:Aksis I:Gangguan KlinisGangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada individu.Kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian: masalah lain yang menjadi fokus diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti problem akademik, pekerjaan atau sosial, faktor psikologi yang mempengaruhi kondisi medis. Berikut ini merupakan ringkasan dari PPDGJ III yang dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang diedit Dr.Rusdi Maslim:a. F00-F09:Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental SimtomatikGangguanMentalOrganikadalahgangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatikadalahpengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.Gambaran utama: Gangguan fungsi kongnitif Gangguan sensorium kesadaran, perhatian Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi.b. F10-F19:Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktiflainnya.c. F20-F29:Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan WahamSkizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta olehefek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian.d. F30-F39:Gangguan Suasana Perasaan (Mood)Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu.e. F40-F49:Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stresf. F50-F59:Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik.Aksis II: Gangguan KepribadianGangguan kepribadian mencakup pola perilaku maladaptif yang sangat kaku dan biasanya merusak hubungan antar pribadi dan adaptasi sosial.Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadian skizoid, gangguan kepribadian skizotipal, gangguan kepribadian antisosial, dll.a. F60Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasaKondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.b. F70Retardasi MentalKeadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainsehingga perilaku adaptif selalu ada.c. F80Gangguan Perkembangan PsikologisGambaran umum: Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwaPada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, keterampilan visuo-spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif denganbertambahnyausia.d. F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan RemajaAksis III:Kondisi Medik UmumKondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi pemahaman atau penyembuhan atau penanganan gangguan mental individu.Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan penyebab gangguan yang dialami individu.Aksis IV:Masalah Psikososial dan LingkunganMasalah dengankeluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial. Masalahpsikososial dan lingkungan. Mencakup peristiwa hidup yang negatif maupun positif,dan kondisi lingkungan dan sosial yang tidak menguntungkan, dll.Aksis V: Penilaian Fungsi secara Global(Global Assesment of Functioning = GAF Scale)Assessment fungsi secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien.Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebelumnya.100-91:gejala tidak ada,berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi90-81:gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa80-71:gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial70-61:beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik60-51:gejala dan disabilitas sedang50-41:gejala dan disabilitas berat40-31:beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi30-21:disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang20-11:bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi danmengurus diri10-01:persisten dan lebih serius0 :informasi tidakadekuat6. TERAPI GANGGUAN JIWAa. PsikofarmakologiPenanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan bertahun.b. PsikoterapiTerapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya (Maramis, 1990)c. Terapi PsikososialDengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka( Hawari, 2007).d. Terapi PsikoreligiusTerapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci. Menurut Ramachandran dalam Yosep( 2007), telah mengatakan serangkaian penenelitian terhadap pasien pasca epilepsi sebagian besar mengungkapkan pengalaman spiritualnya sehingga semua yang dirasa menjadi sirna dan menemukan kebenaran tertinggi yang tidak dialami pikiran biasa merasa berdekatan dengan cahaya illahi.e. RehabilitasiProgram rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat (Hawari, 2007). Selain itu peran keluarga juga penting, keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien. (Yosep, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

John Santrock, Psychology The Sciences of Mind and behavior, University of dallas, Brown Publiser , 1999American Psychiatric Association: The Diagnostic And Statistical Manual of MentalMaslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. PT Nuh Jaya : JakartaHunsberg and Abderson (1989). Psychiatric Mental Health Nursing, Philadelphia : W.B. Saunders Company.Clinton and Nelson, Mental Health Nursing Practice, Prentice hall Australia, Pty Ltd. 1996Kaunang, Ireine dkk. 2015. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado. UNSRAT, Manado.Permatasari, Linda dkk. Gambaran Dukungan Sosial yang Diberikan Keluarga Dalam Perawatan Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Bandung, Jawa Barat.Stuart Sundeen, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, Mosby year 1995Stuart Sundeen, Psychiatric Nursing, Mosby year, 1995Antai otong (1994) Psychiatric Nursing : Biological and Behavioral Concepts. Philadelpia: W B Saunders CompanyLefley (1996). Family Caregiving in Mental Illness. London : SAGE PublicationMaccoby, E, 1980, Social Development, Psychological Growth and the Parent Child Relationship, Harcourt Jovanovich, NewyorkStuart GW Sundeen, 1995, Principle and practice of Psychiatric Nursing, Mosby Year Book, St. LouisHurlock, 1999, Psikologi Perkembangan, Erlangga, JakartaDepartemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993.Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.Prof. Dr. Wiramihardja, Sutardjo A. 2004. Pengantar Psikologi. Bandung: PT Refika AditamaBudi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Buku Kedokteran, 1992Antai Otong Deborah (1995). Psychiatric Nursing. Philadelphia : W.B. CompanyGestrude K. Mc. Farland (1991). Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia : J. B. Lippincot Company W.E., Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 1990

MAKALAHKONSEP GANGGUAN JIWADisusun untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek Mata Kuliah Mental Health Nursing

Disusun Oleh:Suryat Muhsan115070207111016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015