Konsep Dasar Post Partum Kel.5

57
Konsep Dasar Post Partum A. Konsep Post Partus 1. Pengertian Post Partus Post partus (purperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002:115). Post partus (Purperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil ( Eny Retna Ambarwati 2009:1) Post partus adalah masa yang di perlukan untuk pulihnya alat-alat kandungan pada keadaan normal yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Di jumpai dua kejadian penting dari purperium yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Mac Donald, Gant, Cunningham, 1995:281). Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post partus adalah suatu masa segera setelah melahirkan yaitu masa yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan sebelum hamil atau prahamil, pada masa itu di temui involusi uterus dan proses laktasi. Masa ini berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. 2. Tahapan Post Partus Menurut Eny Retna Ambarwati (2009: 3), tahapan post partus dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

description

konsep dasar post partum

Transcript of Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Page 1: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Konsep Dasar Post Partum

A. Konsep Post Partus

1. Pengertian Post Partus

Post partus (purperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002:115).

Post partus (Purperium)  dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat –

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil ( Eny Retna Ambarwati 2009:1)

Post partus adalah masa yang di perlukan untuk pulihnya alat-alat kandungan

pada keadaan normal yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Di jumpai dua

kejadian penting dari purperium yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Mac Donald,

Gant, Cunningham, 1995:281).

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post partus adalah suatu

masa segera setelah melahirkan yaitu masa yang diperlukan untuk pulihnya alat

kandungan sebelum hamil atau prahamil, pada masa itu di temui involusi uterus dan

proses laktasi. Masa ini berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.

2.  Tahapan Post Partus

Menurut Eny Retna Ambarwati (2009: 3), tahapan post partus dibagi menjadi tiga

tahap yaitu :

a.   Purperium dini

Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan

berjalan – jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh melakukan 

hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.

b. Purperium Intermedial 

Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang

lamanya 6 – 8 minggu.

c. Remote Purperium

Page 2: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Remote purperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan bahkan tahunan.

3. Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke

kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

a. Proses involusi uterus

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm di

bawah umbilicus dengan bagian pundus bersandar pada promontoriu saklaris. Pada saat

ini besar uterus kira – kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu

dengan berat 1000 gram.

b. Perubahan – perubahan normal pada uterus selama post partus

Pada persalinan normal dan post sectio caesaria setelah plasenta lahir konsistensi

uterus secara berangsur - angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali sebelum hamil,

tetapi pada post operasi sectio caesaria mungkin akan terjadi perlambatan akibat dari

adanya luka operasi pada uterus.

Tabel 2.1

Perubahan uterus masa nifas

Involusi

uteri

Tinggi

fundus uteri

Berat

uterus

Diameter

uterus

Palpasi

cervik

Plasenta

lahir

Setingi

pusat

1000 gr 12,5 cm Lembut/

lunak

7 hari

( minggu 1)

Pertengaha

n pusat dan

shympisis

500 gr 7,5 cm 2 cm

14 hari

(minggu 2)

Tidak

teraba

350 gr 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm menyempit

b. Vulva

Page 3: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Pada pasien post section caessarea juga terdapat lochea. Lochea adalah eksresi

cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua dan

nekrotik dari dalam uterus (Eny Retna Ambarwati, 2009: 78).

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :

1) Lochea rubra/ merah (kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa post partum.

Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi drah segar.

2) Lochea Sanguilenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.  Berlangsung hari ke

empat dan ke tujuh post partum.

3) Lochea Serosa

Lochea serosa berwarna kuning kecoklatan karna mengandung serum, lekosit dan

robekan / laserasi plasenta. Muncul ada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas post

partum.

4) Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir,servik dan serabut

jaringan yang mati. Lochea alba biasanya berlangsung selama dua sampai enam

minggu post partum.

4. Perineum

Pada pasien post sectio caesarea tidak akan ada perubahan atau perlukaan.

a. Sistem pencernaan

Pada sistem pencernaan, bising usus terdengar samar atau tidak jelas karena

terjadi penurunan peristaltik usus dua sampai tiga hari bisa disebabkan karena

efek dari anastesi, diet cair atau obat-obatan analgetik selama persalinan.

b. Sistem perkemihan

Kateter  mungkin  terpasang pada pasien post sectio caessarea, urin jernih,

pembentukan urin oleh ginjal meningkat sehingga terjadi dieresis

c. Sistem musculoskeletal

- Dinding perut dan peritoneum

Pembesaran uterus dan persendian, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam

waktu 6 sampai 8 minggu setelah persalinan

Page 4: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Pada pasien post operasi sectio caessarea selain menjadi kendur juga terdapat

luka post operasi pada lapisan perut dan peritoneum.

d. Ekstremitas atas dan bawah

Pada ektremitas atas dan bawah dampak dari anastesi dapat mendepresikan

saraf pada sistem muskuloskeletal sehingga tonus otot menurun, sehingga terjadi

kelemahan.

e. Sistem Endokrin

Hormon progesteron dan estrogen dihasilkan oleh plasenta yang menghambat

pengeluaran prolaktin pada saat hamil, sedangkan setelah plasenta lahir maka

hormone prolaktin dengan bebas merangsang produksi ASI.

f. Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc bila

kelahiran melalui sectio caessarea kehilangan darah dapat dua kali lipat. Pada

persalinan sectio cessarea haemokonsentrasi kembali stabil dan kembali normal

setelah 4 -6 minggu.

g. Sistem Hematologi

Setelah post partum, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor – faktor

pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen

dan plasma akan menurun tetapi darah akan lebih mengental dengan peningkatan

viskositas sehingga meningkatkan factor pembekuan darah.

B. KONSEP DASAR MENYUSUI

1. DEFINISI MENYUSUI ATAU LAKTASI

Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi yang terdiri  atas

haid, konsepsi, kehamilan, persalinan, menyusui, dan penyapihan  (Prawirohardjo, 2009).

Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu

sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak (Yuliarti, 2010).

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran

(Perinasia, 2004).

Page 5: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

2. FISIOLOGI LAKTASI

Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks  prolaktin dan

refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

a. Refleks prolaktin

Dalam puting susu terdapat banyak ujung sensoris. Bila ini dirangsang,

timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis

bagian  depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon

inilah  yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli. Dengan demikian

mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak

pula produksi ASI.

b. Refleks aliran (let down reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar

hipofisis depan, tetapi juga kelenjar hipofisis bagian belakang, yang

mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos

yang ada  di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar.

Makin  sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik

sehingga  kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan menyusui

akan  makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak

hanya  menganggu penyusunan, tetapi juga berakibat mudah terkena infeksi.

Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, meliputi :

a. Refleks menangkap (rooting reflex)

Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh ke

arah  sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae, maka bayi

akan  membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.

b. Refleks menghisap

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh, biasanya

oleh  puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka

sebagaian  besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka

Page 6: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

sinus  laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah,

dan  palatum, sehingga ASI terperas keluar.

c. Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya (Perinasia,2004).

3. POSISI DAN PELEKATAN MENYUSUI

Cara menyusui ada tiga macam, yaitu :

a. Cara menyusui dengan cara duduk

1) Ibu duduk tegak, tetapi santai. Usahakan ibu duduk di kursi tanpa sandaran tangan.

Kursi dengan sandaran tangan akan mengganggu gerak ibu saat menyusui. Pada saat

duduk, kaki ibu mencapai lantai atau tidak tergantung.

2) Pada saat ibu memangku bayinya, lengan yang menopang tubuh bayi perlu diganjal

bantal agar tidak lelah menahan bayi. Bayi pun dapat tidur dengan nyaman.

3) Tangan penopang selalu menopang punggung dan leher bayi, sedangkan telapak

tangan menahan bokong bayi. Letakkan bantal penahan lengan di antara tangan

penopang dan paha ibu.

4) Tangan lain yang tidak menopang tubuh bayi membantu mengeluarkan ASI ke mulut

bayi. Caranya, jari tangan dan ibu jari menjepit payudara. Usahakan mulut bayi

masuk sampai mencapai lingkaran pangkal puting (daerah lingkaran cokelat).

5) Jika menyusui baru berlangsung 2-3 menit, tetapi payudara terasa masih tagang,

padahal bayi tampak malas atau mengantuk, sebaiknya bayi dibangunkan dan disusui

kembali ASI masih cukup banyak.

6) Sadari bahwa menyusui merupakan kesempatan yang paling baik dalam memberi

bayi kesempatan berada di dekat ibunya walaupun sewaktu bekerja ibu terpaksa

berpisah dengan bayinya.

7)  Jika selama menyusui (5-10 menit) payudara sudah tidak tegang, susui bayi  dengan

payudara yang lain sampai bayi kenyang dan tertidur.

8)  Untuk mengeluarkan udara yang masuk ke dalam lambung bayi, yakni udara yang

terisap pada saat menyusui, sandarkan dada bayi ke dada ibu sampai kepalanya di atas

bahu ibu, kemudian urut atau tepuk punggungnya  secara perlahan selama dua menit

sehingga bayi dapat bersendawa.

Page 7: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

9) Setelah bayi kenyang disusui, tidurkanlah dengan posisi miring. Jika terjadi  muntah,

muntahnya tidak masuk ke jalan napas.

b. Cara menyusui sambil berbaring

1) Ibu berbaring miring dan punggung diganjal bantal.

2) Usahakan lengan sebelah payudara yang mengarah ke mulut bayi dapat menopang tubuh

bayi, mulai dari leher, punggung, dan bokongnya. Jadi, kedudukan bayi tetap berbaring

sambil ditopang lengan ibunya.

3) Leher bayi terletak di persendian lengan ibunya. Punggung bayi di lengan bawah ibu,

sedangkan bokongnya ditopang dengan telapak tangan ibu. Dengan demikian, mulut bayi

dapat diatur agar dapat mencapai putung payudara ibu.

4) Tangan ibu yang bebas membantu memasukkan puting susu ke mulut bayi sambil telapak

tangan menahan payudara agar tidak menutup hidung bayi. Jari telunjuk dan jari tengah

membantu mengeluarkan ASI dengan cara menjepit payudara.

5) Jangan menyusui menggunakan dot sebelum cara menyusui ini bisa dilakukan dengan

baik (Saminem, 2009).

c. Cara menyusui football Hold

1) Pastikan ibu menggunakan kursi atau bangku dengan bantalan yang nyaman. Ibu

dapat menambahkan bantal untuk menopang punggungnya atau di bawah bayinya

agar bayi lebih mudah diposisikan untuk menyususui.

2) Hindari posisi membungkuk selama menyusui. Posisi seperti ini membuat ibu tegang,

dan akhirnya dapat menderita sakit punggung.

3) Gendong bayi seperti membawa bola, arahkan bayi mendekat ke bagaian samping

tubuh ibu. Ibu yang dalam masa pemulihan dari bedah sesar sering  memilih posisi ini

karena dapat mempertahankan bayi dekat abdomen ibu.

4) Pastikan kepala bayi tertopang dengan baik, dan bayi seperti duduk, karena  kepala

posisinya lebih tinggi dari abdomennya. Dengan posisi ini, bayi  dapat lebih mudah

bersendawa.

Page 8: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

5) Arahkan puting ke tengah-tengah dan bayi akan melekatkan mulutnya. Ketika puting

berada di tengah, ibu dapat mengubah arah puting dengan cara menekan ibu jari agar

bergerak ke arah atas atau menekan jari lainnya  agar mengarah ke bawah.

6) Ketika posisi mulut bayi terhadap payudara sudah benar, bibir bawah

akan melengkung ke luar (Kelly, 2010).

d. Tanda-tanda posisi menyusui yang benar, yaitu :

1) Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus.

2) Wajah bayi harus menghadap payudara dengan hidung berhadapan dengan  puting.

3) Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.

4) Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan bayi, bukan hanya kepala

dan bahu.

Pelekatan mulut bayi dengan puting susu ibu, antara lain :

1) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, dan jari yang lain menopang di bawah

(bentuk huruf C).

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara :  a. Menyentuh pipi

dengan puting susu, b. Menyentuh sisi mulut dengan puting susu

3)  Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka lebar mulutnya dan menjulurkan

lidahnya.

4)  Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menggerakkan bahu belakang

bayi.

5) Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan dengan hidung  bayi.

6) Usahakan sebagaian areola masuk ke mulut bayi (tampak lebih sedikit areola  bagian

bawah dari pada bagian atas).

7) Setelah bayi mengisap dengan baik, payudara tidak perlu disangga lagi

Tanda-tanda pelekatan bayi yang baik saat menyusui antara lain :

a. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.

b. Dagu menyentuh payudara ibu dengan mulut terbuka lebar.

c. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.

Page 9: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

d. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting saja), lingkar

areola atas terlihat lebih banyak daripada areola bagian bawah. Bibir bawah bayi

melengkung ke luar.

e. Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang

disertai  dengan berhenti sesaat (jeda) yang menandakan bahwa dalam mulutnya

penuh  ASI, dan hal ini merupakan kesempatan bayi untuk menelan ASI.

f. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.  Puting susu tidak terasa sakit atau

lecet.

Tanda bayi puas setelah menyusu :

a. Bayi tertidur nyenyak

b.  Bayi melepas sendiri puting susu ibunya (Depkes RI, 2009).

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada menetekkan bayi :

1) Susuilah bayi segera setelah lahir

2) Berilah bayi ASI saja pada bulan pertama dan kedua

3)  Ibu yang menyusui sebaiknya makan makanan yang bergizi tinggi dan

minum  kurang lebih 8-12 gelas perhari

4)  Ibu harus istirahat yang cukup

5)  Susuilah bayi dengan santai dan penuh kasih saying

6)  Jagalah kebersihan, gunakan pakaian yang longgar dan tidak kaku, serta gunakan BH

khusus untuk menyusui (Djitowiyono, dkk, 2010).

4. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG BENAR

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan

areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi dan menjaga

kelembaban puting susu.

b. Bayi diposisikan menghadap perut atau payudara ibu.

c. Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik menggunakan kursi

yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar  pada

sandaran kursi.

Page 10: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

d. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak  pada

lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh menengadah dan bokong bayi  disokong

dengan telapak tangan).

e.  Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan.

f. Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara tidak

hanya membelokkan kepala bayi).

g. Telinga dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.

h.  Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

i. Payudara dipegang dengan dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.

Jangan menekan puting susu atau areola saja.

j. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (reflex rooting) dengan cara menyentuh

sisi mulut bayi dengan jari. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola payudara  dimasukkan ke mulut

bayi.

k. Usahakan sebagaian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga

puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar

dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi yang

salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting  susu saja, yang akan

mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan  puting susu lecet.

l. Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi

(Bahiyatun, 2009).

5. METODE MENYENDAWAKAN BAYI

a. Gendong bayi dengan kepalanya disandarkan di bahu ibu. Tepuk atau gosok perlahan

punggung bayi sampai ia bersendawa.

b.  Posisikan bayi duduk di atas pangkuan dan pastikan kepala danpunggung bayi

ditopang dengan tangan. Tepuk atau gosok secara perlahan punggung bayi  sampai ia

bersendawa.

Page 11: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

c. Baringkan bayi dengan posisi kepala bersandar miring di atas pangkuan atau matras.

Miringkan kepala bayi dan topang dengan tangan. Tepuk atau gosok  perlahan

punggung bayi sampai ia bersendawa (Kelly, 2010).

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU UNTUK MENYUSUI

Menurut Arbon dan Byme (2001), faktor yang mempengaruhi ibu untuk  menyusui

sebagai berikut, antara lain :

a. Faktor psikis

Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya untuk

keberhasilan menyusui,termasuk percaya diri ibu dan komitmennya untuk menyusui.

Bayi  yang merasa kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui. Dukungan

orangorang terdekat juga termasuk ke dalam faktor psikis. Dukungan bisa

dilakukan  dengan banyak cara, diantaranya member informasi atau pengetahuan

tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui, memberi pengertian,

membesarkan hati, menyayangi, dan memberi pertolongan fisik agar ibu dapat

menyusui bayinya. Pemberi dukungan dapat berasal dari mana saja, mulai dari

keluarga, suami, teman, teman dekat, tenaga kesehatan, sampai lingkungan hidup.

b. Faktor tenaga kesehatan

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa

percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi

tentang  perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui,

keuntungan  menyusui, dan inisiasi menyusui dini merupakan dukungan tenaga

kesehatan  yang dapat membantu menyukseskan kelangsungan pemberian ASI

eksklusif.

c. Faktor demografi

Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor sosiodemografi dan

faktor biomedik. Yang termasuk faktor sosiodemografi diantaranya usia,

pendidikan, status perkawinan, suku, tingkat sosial, dan penghasilan. Sementara

yang termasuk faktor biomedik adalah jumlah kelahiran, kesehatan bayi, dan kesehatan

ibu (selama hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) (Aprillia, 2010).

Page 12: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

7. MASALAH DALAM MENYUSUI

Berikut adalah masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam menyusui, antara lain :

a. Puting susu lecet

Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan

pada puting. Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh

mulut bayi.

2) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci

puting susu.

3) Bayi dengan frenulum lingue (lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit

mengisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada puting susu saja.

4) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang

berhati-hati.

Penatalaksanaan :

a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya sedikit.

Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi menyusu harus sering

diubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya

menyusui. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan

tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.

b. Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-

anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai antiinfeksi.  c. Jangan

menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk  membersihkan payudara.

c. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai

terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.

Pencegahan :

a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, atau zat-zat iritan lainnya.

b. Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai  menyusu,

tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan  dagu atau dengan

memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.

Page 13: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

c. Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara

dan menggunakan kedua payudara.

2. Payudara bengkak

Penyebab :

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat,

Gejala :

Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena

kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit diisap  oleh bayi,kulit pada

payudara Nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam,  dan payudara terasa nyeri. Oleh karena

itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI  harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu

agar payudara lebih  lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.

Penatalaksanaan :

1. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.

2. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa

nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres panas  untuk melancarkan pembuluh darah.

3. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan

aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.

Pencegahan :

1. Susukan bayi tanpa jadwal.

2. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.

3. Saluran susu tersumbat

Penyebab :

1. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui.

2. Pemakaian bra yang terlalu ketat.

3. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga

terbentuklah sumbatan.

Gejala :

1. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.

Page 14: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

2. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang

terlokalisir.

Penatalaksanaan :

1. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas

dan dingin secara bergantian.

2. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan

tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui.

3. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.

Pencegahan :

1. Perawatan payudara pascapersalinan secara teratur, untuk menghindari terjadinya statis

aliran ASI.

2. Posisi menyusui yang diubah-ubah.

3. Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan.

4. Mastitis (radang pada payudara)

Penyebab :

1. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadimastitis.

2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.

3. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.

Gejala :

1. Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.

2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.

3. Payudara keras dan berbenjol-benjol.

4. Panas badan.

5. Abses payudara

Merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.

Gejala :

1. Payudara lebih merah dan mengkilap.

Page 15: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

2. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan

nanah tersebut.

Penatalaksanaan :

1. Teknik menyusui yang benar.

2. Kompres air hangat atau dingin.

3. Terus menyusui pada mastitis.

4. Susukan dari yang sehat.

5. Rujuk.

6. Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotic bila abses bertambah. Bila terjadi abses,

menyusui dihentikan, tetapi ASI tetap dikeluarkan (Saleha, 2009).

6. Bayi sering menangis

Bayi menangis pastilah ada sebabnya, karena bayi menangis berarti berkomunikasi. Oleh karena

itu bila bayi sering menangis harus dilakukan pemeriksaan yang teliti dengan cermat dan dapat

dilakukan penanganan yang tepat. Bayi menangis bisa karena lapar, takut, kesepian, bosan,

popok atau pakaian basah atau kotor atau bahkan sakit.  Kira-kira 80% bayi menangis dapat

ditolong dengan menyusui dengan cara  yang tepat. Bila karena bayi sakit haruslah dirujuk ke

dokter ahli.

7. Bayi enggan menyusu

Ada kalanya bayi enggan menyusu, bahkan muntah, diare, mengantuk, kuning, kejang. Kondisi

seperti ini sebaiknya dirujuk ke dokter ahli.

Penyebab :

a)    Hidung tertutup lendir atau ingus, karena pilek, sehingga sulit bernafas.

b)    Bayi mengalami stomatitis (sariawan).

c)    Terlambat mulainya menyusu ketika berada di rumah sakit, karena tidak dirawat gabung.

d)    Ditinggal ibu cukup lama, karena ibunya sakit atau bekerja.

e)    Teknik menyusui salah.

f)     ASI kurang lancar atau sebaliknya terlalu keras memancar.

g)    Bayi yang diberikan dot bergantian dengan menyusu.

Page 16: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Cara mengatasi :

a)    Bila pilek, diajarkan cara membersihkan lubang hidung.

b)    Bila mulut bayi sakit karena moniliasis atau stomatitis diberi pengobatan.

c)    Ibu diberikan kesempatan untuk merawat bayinya sendiri, sehingga lebih hangat dan dekat

secara psikologis dan mengenal sifat bayinya.

d)    Teknik menyusui yang benar.

e)    Tidak memberikan makanan tambahan terlalu dini.

f)     Bila ASI memancar terlalu deras sebelum menyusui, kemudian bayi disusui dengan cara

posisi tegak atau berdiri.

8. Bayi bingung puting susu

Tanda bingung puting :

1)    Bayi mengisap puting susu seperti mengisap dot.

2)    Ketika menyusu terputus-putus seperti mengisap dot susu formula.

3)    Bayi menolak untuk menyusu pada payudara ibu.

Pencegahan :

1)    Diusahakan bayi hanya menyusu pada ibu.

2)    Cara menyusu yang tepat.

3)    Menyusunya lebih lama dan lebih sering tanpa ada jadwal.

4)    Diperlukan kesabaran.

5)    Ibu melakukan perawatan payudara post-natal secara benar, sistematis dan  teratur

(Fitramaya, 2008).

C. ADAPTASI FISIOLOGIS POST PARTUM

Page 17: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara progresif.

Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh perawat, untuk menghindari

terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

1.    Sistem Respirasi 

Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan menyebabkan

perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi mungkin

terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan perubahan pola nafas, juga

suara tambahan berupa rales. Hal ini tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan

peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu

nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus

pada saluran nafas.

2.    Sistem Cardiovaskuler 

Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami perubahan

antara lain :

a.    Cardiak Output

Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari pertama setelah

persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan adanya perdarahan,

kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan

penurunan tekanan systolic kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan

tubuh untuk menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena.

Biasanya ini terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan

mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan indikasi terjadinya

perdarahan uteri.

Page 18: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

b.    Volume dan Konsentrasi Darah

Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel darah.

Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan kadar hemoglobin menurun dan

nilainya akan kembali stabil pada hari keempat post partum. Jumlah leukosit meningkat

pada early post partum hingga nilainya mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila

peningkatan lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya

infeksi.

Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien post partum

dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan normal

(600-800 cc).

3.    Sistem Gastrointestinal

Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan tonus otot dan

motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas

otot tergantung atau dipengaruhi oleh penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan,

serta mobilitas klien. Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan

mungkin terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut karena

dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum. Sebagai akibatnya klien

akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta gangguan eliminasi BAB. Klien

dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa sebelumnya.

4.    Sistem Endokrin

a.    Hormon plasenta

Page 19: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin

(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7

postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum

b.    Hormon pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu

2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan

LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c.    Hipotalamik Pituitary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia

mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang

dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15%

memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang

tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24

minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang

tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

5.    Sistem Perkemihan

Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema

trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung

kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung

kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa

urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan

Page 20: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

(poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai

akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri

akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang

disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena

kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.

Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi karena letak blass

berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan kandung kemih mutlak dilakukan dan

biasanya dipasang folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan

demikian kmungkinan dapat terjadi gangguan pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu

dilakukan bldder training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.

6.    Sistem Pencernaan

a.    Nafsu Makan

Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan ringan dan

setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu

merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang

biasa dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-sering ditemukan.

b.    Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang

singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c.    Defekasi

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu

Page 21: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu biasanya merasakan nyeri diperinium

akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu

dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.

7.    Sistem Persarafan

Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan kecuali ada

komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan pada anesthesi epidural

dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada ekstremitas bawah. Klien dengan

spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam pertama. Kesadaran biasanya

  10. Sistem Integumen

Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari penurunan

hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita ada yang tidak

menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap.

Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan seringkali menghilang

setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi

folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.

    11. Sistem Muskuloskletal

Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini menyebabkan hilangnya

kekenyalan otot pada masa post partum, terutama menurunnya tonus otot dinding dan

adanya diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan

kendur dan terdapat luka/insisi bekas operasi, secara berangsur akan kembali pulih, selain

itu sensasi ekstremitas bawah dapat berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan,

pada klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio anestesi

dapat terjadi pula penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot.

Page 22: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi

lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus

jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat

besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara

waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

12.    Perubahan Tanda- Tanda Vital

a.    Suhu Badan

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat

kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal

suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya

pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.

Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus

genitalis atau sistem lain.

b.    Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya

denyut nadi itu akan lebih cepat.

c.    Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan

karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

preeklampsi postpartum.

13.    Perubahan Hematologi

Page 23: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor

pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma

akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel

darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari

pertama dari masa postpartum. 

Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya

kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine,

hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai

akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira

selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan

peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali

normal dalam 4-5 minggu postpartum.

14.    Dinding Abdomen

Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi

garis-garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255).

Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari

sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-

lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor daripada

kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari

peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.

15.    Kehilangan Berat Badan

Page 24: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg pada saat melahirkan.

Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi, placenta dan cairan ketuban. Pada minggu

pertama post partum seorang wanita akan kehilangan berat badannya sebesar 2 kg akibat

kehilangan cairan (Varney, 2004:255).

16.    Varises

Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil.

Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah

bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau

mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan (Varney, 2004:156).

ADAPTASI PSIKOLOGIS POST PARTUM (REVA RUBIN)

1.    Adaptasi psikologi ibu post partum

a.    Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama samapi hari

kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurant tidur, seperti mudah

tersinggung. Hal ini memebuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.

Komunikasi yang baik sangat diperlukan pad fase ini

b.    Fase Taking Hold

Page 25: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

 

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bay, selain itu

perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurangb hati-hati.

Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupkan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya

diri.

c.    Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10

hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini

F.    ADAPTASI KELUARGA

1.    Adaptasi psikologis orangtua

Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan

emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis

yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga

terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara psikologis

dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru

Beberapa adaptasi psikologis antara lain :

a.    Adaptasi parental

Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu merupakan

Page 26: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak

lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis

komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua. Untuk menjadi orangtua

diperlukan komponen yaitu :

 

1)     kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi

orangtua dalam perawatan bayi.

2)    Kemampuan kognitif dan afektif merupakan komponen psikologis dalam perawatan bayi.

Perasaan keibuan, kebapakan, dan pengalaman awal menjadi orangtua.

b.    Fase maternal

Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum  yang disebut “Rubin Maternal Phases” yaitu :

1)    Taking in (periode ketergantungan)

Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri

sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan

pengalaman persalinan dalam kehidupannya.

2)    Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)

Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi ini secara bertahap

tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu

sangat antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada

pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri

sendiri.

3)    Letting go (fase mampu sendiri)

Page 27: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran

barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan

harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.

2.    Adaptasi ayah

Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengna kelahiran bayi dipengaruhi oleh keterlibatan ayah

selama kehamilan, partisipasi saat persalinan, struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin,

tingkat kemampuan dalam penampilan dan latar belakang cultural

Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak

yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang

terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya

malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak

terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan.

Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai

tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai

akibat, pasangan menjadi lebih dekat.

Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah

tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan

emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali.

Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi

pada sisi lain ini adalah bayinya juga.

Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup.

Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan

menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan

Page 28: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada

sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini

salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.

Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya

melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai

waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti

penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga

memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya.

Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan

popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini

bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.

Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari

mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga

hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan

perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat

anak dan rumah tangga sehari-hari.

3.    Adaptasi sibling

Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara, anak

pertama lebih ingin mempertahankan dirinya lebih tinggi dari adik barunya.

Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu

sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan

bagaimana bayi itu dilahirkan.

Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat

teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau

segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak

Page 29: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak adalah

faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.

Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan

kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubhahn itu. Usahakan

agar anak yang lebih besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur lebih

larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi untuknya. Pastikan pula bahwa anak

yang lebih kecil dilindungi dari perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih

besar, lebih kuat dan lebih pandai.

Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang

lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kit mengharapkan seseorang anak selalu

bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Barna gkali lebih baik mengajar semua anak

karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada

mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari

sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi

dukungan dengan mengorbakan anak lain.

Jika saudara kandung adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa

yang sedang terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu

mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta dasar dari situasi tersebut

dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang orang yang ingin dia ketahui ini.

Begitu bayi lahir, anak yang lebih besar mersa kehilangan orang tuanya dan marah karena bayi

akan menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena telah memabtu dan

bertindak seperti “orang dewasa” akan membuat anak tahu bahwa dia juga mempunyai peran

baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak mendapatkan waktu menjadi “orang

penting” dan diizinkan menjadi “bayi” sewaktu dia merasa perlu. Selain itu sering diberikan

kesempatan agar dia tahu bahwa ada scukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang tua untuk

mereka berdua.

Jika saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa terncam oleh

pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum dengan proses kehamilan

dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi yang baru.

Page 30: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.       Pengkajian

Identitas klien dan penanggung

Page 31: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Keluhan utama klien saat ini

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara

Riwayat penyakit keluarga

Keadaan klien meliputi :

a. Sirkulasi

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah selama

prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL

b. Integritas ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif

pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,

menarik diri, atau kecemasan.

c. Makanan dan cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

d. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.

e. Nyeri / ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih ,

efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.

f. Pernapasan

Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

g. Keamanan

Page 32: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

h. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

   Pemeriksaan Fisik

a.       Suhu badan biasanya meningkat sampai 38J C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan

kembali normal (36J C – 37J C), terjadi penurunan akibat hipovolemia

b.      Nadi: denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang

semakin berat.

c.       Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia

d.      Pernafasan: bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.

e.       Pemeriksaan Khusus

f.       Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan

mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :

1)      Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)

Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)

2)      Sistem vaskuler

·         Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya

·         Tensi diawasi tiap 8 jam

·         Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah

·         Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan

·         Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik

trombositopeni purpura.

3)      Sistem Reproduksi

·         Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama

3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya

·         Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau

·         Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah

ada jahitannya yang lepas

·         Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak

·         Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum

Page 33: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

·         Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub

involusi)

·         Traktus urinarius

·         Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan

lain-lain

4)      Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi

5)      Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

2.      Diagnosa

a.       Nyeri berhubungan dengan bekas luka post op sc

b.      gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih

c.       Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan

ketahanan, ketidaknyamana fisik

d.      Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap

bakteripembedahan

3.      Intervensi

a.       Nyeri berhubungan dengan bekas luka

Tujuan : Nyeri hilang, berkurang

 Kriteria hasil :

    - Klien mengungkapkan nyeri berkurang

Page 34: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

    - Klien tampak tenang

Intervensi Rasional

a.       Kaji karakteristik, skala nyeri

b.      Motivasi untuk mobilisasi sesuai

indikasi

c.       Anjurkan penggunaaan teknik

relaksasi. 

d.      Kolaborasi pemberian analgetik

a.       untuk mengetahui skala nyeri dan

memberikan tindakan selanjutnya

b.      memperlancar pengeluaran lochea,

mempercepat involusi

dan mengurangi nyeri secara bertahap.

c.       Untuk mengatur rasa nyeri luka post

op

d.      Obat analgetik di berikan untuk

menghilangkan rasa nyer

b.      Gangguan eliminasi urine

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:

Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)

 KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah

urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi Rasional

a.    Kaji dan catat cairan masuk dan

keluar tiap 24 jam.

a.       mengetahui balance cairan pasien

sehingga diintervensi dengan tepat.

Page 35: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

b.    Anjurkan berkamih 6-8 jam post

partum.

c.    Berikan teknik merangsang

berkemih seperti rendam duduk, alirkan

air keran.

d.   Kolaborasi pemasangan kateter.

b.      melatih otot-otot perkemihan.

c.       agar kencing yang tidak dapat keluar,

bisa dikeluarkan sehingga tidak ada

retensi.

d.      mengurangi distensi kandung kemih.

c.       Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan

ketahanan, ketidaknyamana fisik

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan ibu dapat

memenuhi ADLnya dengan mandiri, dengan kriteria hasil :

- Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya

- Kebutuhan ADL terpenuhi

Intervensi Rasional

a.       Bimbing dan demonstrasikan pada

ibu tentang bagaimana cara melakukan

perawatan diri

b.      Beri bantuan sesuai dengan

a.       Bimbingan dan demonstrasi yang

benar dapat memberi contoh bagi ibu

untuk dapat melakukannya dengan baik

bila telah pulang dari rumah sakit

b.      Bantuan tindakan dapat membantu

ibu dalam memenuhi perawatan dirinya

yang tidak mampu dilakukan secara

mandiri

Page 36: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

kebutuhan (misalnya : perawatan mulut,

mandi dan vulva hygiene)

c.       Jelaskan kepada ibu tentang

pentingnya menjaga kondisi tubuh

dengan mempertahankan nutrisi dan

kebersihan ibu

c.       Untuk mempercepat proses

penyembuhan dan mencegah terjadinya

komplikasi

d.      Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, karakteristik

payudara.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui

dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang

cukup.

Intervensi Rasional

a.    Kaji ulang tingkat pengetahuan dan

pengalaman ibu tentang menyusui

sebelumnya.

b.    Demonstransikan dan tinjau ulang

teknik menyusui

c.  Anjurkan ibu mengeringkan puting

setelah menyusui

a.  membantu dalam mengidentifikasi

kebutuhan saat ini agar

memberikan intervensi yang tepat.

b. posisi yang tepat biasanya mencegah

luka/pecah putting yang dapat merusak

dan mengganggu.

c.  agar kelembapan pada payudara tetap

Page 37: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

dalam batas normal.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Page 38: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.

Jakarta

Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions

NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal.

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM”

Page 39: Konsep Dasar Post Partum Kel.5

Oleh :

KELOMPOK 5

Anggi Gusti Maulana (133110233)

Lisa Achmanda Sari (133110247)

Refiazka Yusalia (133110256)

Rizky Alanda (133110260)

Shindy Novia Mirzal (133110262)

Siska Andika (133110264)

Vina Burmalis (133110267)

Kelas : II B

Dosen Pembimbing :

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2014 / 2015