KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

25
KONSEP DASAR KONJUNGTIVITIS A. Definisi Conjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan- bahan kimia. Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008). Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini mengindikasikan perubahan degeneratif atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang. Klien sering datang dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi konjungtiva dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap, debu dan lain-lain. B. Klasifikasi dan Etiologi 1. Konjungtivitis Bakteri

Transcript of KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

Page 1: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

KONSEP DASAR KONJUNGTIVITIS

A. Definisi

Conjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada

konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang

disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi

bahan-bahan kimia.

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada

konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi

bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.

Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah

dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa

jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang

memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).

Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh  sendiri. Dapat juga

menjadi kronik dan hal ini mengindikasikan perubahan degeneratif atau

kerusakan akibat serangan akut yang berulang. Klien sering datang dengan

keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia dan injeksi

konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi konjungtiva dan

biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap, debu dan lain-lain.

B. Klasifikasi dan Etiologi

1. Konjungtivitis  Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.

Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung

dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.

2. Konjungtivitis  Bakteri Hiperakut

Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri

hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan

ke oftalmologis segera.

3. Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang

paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus

sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan

Page 2: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata

yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

4. Konjungtivitis Alergi

Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas

terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan

serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini

terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok.

Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis

alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan

degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis

alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik

(misal terhadap kucing).

5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan

konjungtivitis gonore ).

Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi

yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah:

a. Gonococus

b. Chlamydia ( inklusion blenore )

c. Staphylococus

Masa inkubasi bervariasi antara 3 – 6 hari

Gonore                    : 1 – 3 hari

Chlamydia             : 5 – 12 hari

C. Patofisiologi

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan

faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi

permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya

mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa

dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air

mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens

perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema

epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin

pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis

limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma

konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian bergabung

Page 3: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang

menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –

pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling

nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva

ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai

sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini

merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh

darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit

pada iris atau badan silier berarti kornea  terkena.

D. Manifestasi klinis

1. Konjungtivitis Bakteri

Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora

dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi

lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi purulen yang

menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama saat

bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini.

Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.

2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang

masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya

terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang

nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram

pada sekret. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk

terapi topikal dan sistemik.

3. Konjungtivitis Alergi

a. Mata gatal

b. Panas

c. Mata berair

d. Mata merah

e. Kelopak mata bengkak.

f. Pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi,

eksema, atau asma.

Page 4: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

g. Pada pemeriksaan laboratorium  ditemukan sel eosinofil, sel plasma,

limfosit dan basofil.

4. Konjungtivitis Viral

Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi

adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak.

Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital.

Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan infeksi saluran

napas atas.

5. Konjungtivitis blenore

Tanda – tanda blenore adalah sebagai berikut:

a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.

b. Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.

c. Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.

d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.

e. Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik

E. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan

tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat

dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan

alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada

pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah

mata dan edema konjungtiva

F. Penatalaksanaan

1. Konjungtivitis Bakteri

Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan

antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, dll. selama 3-

5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan

menunggu hasil pemeriksaan.

Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata

disertai  antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau

salep mata 4–5 kali sehari.

2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

Penatalaksanaan keperawatan:

Page 5: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

a. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi

topikal dan sistemik. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air

bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.

b. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.

Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dan

terisolasi

Medika mentosa:

a. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G

10.000 – 20.000 unti /ml setiap 1 menit sampai 30 menit.

b. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul

pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.

c. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.

d. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang

dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut – turut negatif.

3. Konjungtivitis alergi

Penatalaksanaan keperawatan berupa Kompres dingin dan

menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan

obat Antihistamin atau bahan vasokonstriktor dan pemberian Astringen,

sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi

dengan  membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-

pelan dengan salin(garam fisiologis). Pemakaian pelindung seluloid pada

mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang

baik bagi mikroorganisme.

4. Konjungtivitis viral

Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian

antihistamin/dekongestan topikal. Tersedia bebas di pasaran. Kompres

hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.

5. Konjungtivitis blenore

Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian

penisilin topikal mata dibersihkan dari sekret. Pencegahan merupakan cara

yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir

dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasanya

disesuaikan dengan diagnosis.

Pengobatan konjungtivitis blenore:

Page 6: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

a. Penisilin topikal tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini

dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul

dengan setiap jam sampai terlihat tanda – tanda perbaikan.

b. Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,

karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.

c. Kadang – kadang perlu diberikan bersama – sama dengan

tetrasiklin untuk infeksi chlamydia yang banyak terjadi.

G. Pencegahan

1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah

membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya

bersih-bersih.

2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani

mata yang sakit

3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah

lain

4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik

pembuatnya.

5. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

6. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.

7. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan

tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.

8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau

sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

H. Prognosis

Konjungtivitis pada umumnya self limited disease artinya dapat sembuh

dengan sendirinya. Tanpa pengobatan biasanya sembuh 10-14 hari. Bila diobati,

sembuh dalam 1-3 hari. Konjungtivitis karena staphilokokus sering menjadi

kronis. 

Page 7: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata.

Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis

kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, alamat, penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan Utama :

Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan

kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar

terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.

b. Sifat Keluhan :

Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan,

nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan

timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.

c. Keluhan Yang Menyertai :

Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus

Gonoblenorroe.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.

Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi

obat, riwayat operasi mata.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)

a. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda

konjungtivitis yang meliputi:

1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix

dan megurang ke arah limbus.

2) Kemungkinan adanya sekret:

- Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri,

yang menyebabkan kelopak mata lengket saat

bangun tidur.

Page 8: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

- Berair/encer pada infeksi virus.

3) Edema konjungtiva

4) Blefarospasme

5) Lakrimasi

6) Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena

ada edema dan infiltrasi).

7) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis,

dapat ditemukan pseudo membrane pada infeksi

pneumokok. Kadang –kadang disertai perdarahan

subkonjungtiva kecil – kecil baik di konjungtiva palpebra

maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau

virus.

8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat

pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang

menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran

visus/melihat halo.

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan

konjungtiva.

Ditandai dengan :

a. Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan raut

muka / wajah.

b. Klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).

Tujuan : klien mengatakan nyeri berkurang sampai hilang pada

skala 0 – 3 setelah dilakukan askep

Kriteria hasil :

a. Nyeri berkurang atau terkontrol.

b. Pasien tampak tenang

c. Skala nyeri 0 – 3

d. Klien dapat istirahat

Intervensi dan Rasional

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.

R/ untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.

Page 9: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

b. Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas

dalam  dan teratur.

R/ Berguna dalam intervensi selanjutnya.

c. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang

R/ Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada

klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.

d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.

R/ Menghilangkan nyeri,karena memblokir saraf penghantar

nyeri.

2. Gangguan rasa nyaman: pruritus b/d edema dan iritasi konjungtiva

Ditandai dengan :

Peningkatan eksudasi, fotofobia, lakrimasi dan rasa nyeri.

Kriteria Hasil :

a. Klien dapat beradaptasi dengan keadaan yang sekarang.

b. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan di daerah mata.

c. Berkurangnya lecet karena garukan.

d. Penyembuhan area mata yang telah mengalami iritasi.

e. Berkurangnya kemerahan.

Intervensi dan Rasional :

a. Kompres tepi palpebra ( mata dalam keadaan tertutup ) dengan

larutan salin selama kurang lebih 3 menit.

R/ melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra.

b. Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah

dibasahi salin dan setiap pengusap hanya dipakai satu kali.

R/ membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri

dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme.

c. Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit.

R/  mata yang tertutup merupakan media yang baik bagi

pertumbuhan mikroorganisme.

d. Anjurkan klien menggunakan kacamata ( gelap ).

R/ pada klien fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan cahaya

yang masuk pada mata sehingga sensitivitas terhadap cahaya

menurun. Pada konjungtivitis alergi, kacamata dapat mengurangi

ekspose terhadap allergen atau mencegah iritasi lingkungan.

Page 10: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

e. Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar

menghindari atau mengurangi penggunaan tata rias hingga

semua gejala konjungtivitis hilang. Bantu klien mengidentifikasi

sumber alergen yang lain. Tekankan pentingnya kacamata

pelindung bagi klien yang bekerja dengan bahan kimia iritan.

R/mengurangi ekspose alergen atau iritan.

f. Kaji kemampuan klien menggunakan obat mata dan ajarkan lien

cara menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara

menggunakan obat tetes mata atau salep mata.

R/mengurangi resiko kesalahan penggunaan obat mata.

g. Kolaborasi dalam pemberian

1) Antibiotik.

R/ mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infekstif

dan mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral.

Tetes mata diberikan pada siang hari dan salep mata

diberikan pada malam hari untuk mengurangi lengketnya

kelopak mata pada siang hari.

2) Analgesik ringan seperti asetaminofen.

R/ mengurangi nyeri seperti nyeri periorbital pada

konjungtivitis viral.

3) Vasokonstriktor seperti nafazolin.

R/mengurangi dilatasi pembuluh darah pada konjungtivitis

alergi.

4) Antihistamin oral

3. Gangguan konsep diri  (body image menurun) berhubungan dengan

adanya perubahan pada kelopak mata

Ditandai dengan :

a. Klien  menutupi daerah bagian mata.

b. Klien menolak untuk bertemu dengan orang lain.

Kriteria Hasil:

a. Klien dapat menghargai situasi dengan cara realistis tanpa

penyimpangan.

Page 11: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

b. Klien dapat mengungkapkan dan mendemonstrasikan

peningkatan perasaan yang positif.

Intervensi  :

a. Kaji tingkat penerimaan klien.

R/ untuk mengetahui tingkat ansietas yang dialami oleh klien

mengenai perubahan dari dirinya.

b. Ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya.

R/ membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai menerima

perubahan.

c. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.

R/  kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada

waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang

berbeda.

d. Jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan penyakit yang

dialami.

R/  memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami kepada

pasien/orang terdekat sehingga ansietas dapat berkurang.

e. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan

yang dilakukan.

R/  menyediakan, menegaskan kesanggupan dan meningkatkan

kepercayaan diri klien.

Evaluasi

1) Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.

2) Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan

perkembangan ke arah penerimaan.

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses

penyakitnya

Ditandai dengan :

a. Klien mengatakan tentang kecemasannya.

b. Klien terlihat cemas dan gelisah.

Kriteria hasil :

Page 12: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

a. Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakitnya.

b. Klien dapat menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.

c. Menggunakan mekanisme koping yang efektif.

Intervensi dan Rasional :

a. Kaji tingkat ansietas atau kecemasan.

R/ Bermanfaat dalam penentuan intervensi yang tepat sesuai

dengan               kebutuhan klien.

b. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.

R/ Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya.

c. Beri dukungan moril berupa doa terhadap pasien.

R/ Memberikan perasaan tenang kepada klien.

d. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan

perasaan.

R/ Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi yang

nyata,    mengklarifikasi kesalahpahaman dan pemecahan masalah.

e. Identifikasi sumber atau orang yang menolong.

R/ Memberi penelitian bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi

masalah.

Evaluasi

1) Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk

mengurangi ansietas.

2) Mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit.

5. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses

peradangan.

Kriteria hasil :

a. Penyebaran infeksi tidak terjadi.

Intervensi dan Rasional :

a. Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar.

R/ Dengan membersihkan mata dan irigasi maka mata menjadi

bersih.

Page 13: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

b. Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.

R/ Pemberian antibiotika diharapkan penyebaran infeksi tidak

terjadi.

c. Pertahankan tindakan septik dan anseptik.

R/ Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat

maupun   dari perawat ke pasien.

d. Beritahu klien mencegah pertukaran sapu tangan, handuk dan

bantal dengan anggota keluarga yang lain. Klien sebaiknya

menggunakan tisu, bukan saputangan dan tisu ini harus dibuang

setelah pemakaian satu kali saja.

R/  Meminimalkan risiko penyebaran infeksi.

e. Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau

kontak  sembarangan dengan mata.

R/  Menghindari penyebaran infeksi pada mata yang lain dan pada

orang lain.

f. Beritahu klien teknik cuci tangan yang tepat. Anjurkan klien untuk

mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengobatan

dan gunakan saputangan atau handuk bersih. Beritahu lien untuk

menggunakan tetes atau salep mata dengan benar tanpa

menyentuhkan ujung botol pada mata/bulu mata klien.

R/ Prinsip higienis perlu ditekankan pada klien untuk mencegah

replikasi kuman sehinggaa penyebaran infeksi dapat dicegah.

g. Bersihkan alat yang digunakan untuk memeriksa klien.

R/ Mencegah infeksi silang pada klien yang lain.

Evaluasi

a. Tidak terjadi tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.

6. Resiko tinggi cedera b/d keterbatasan penglihatan.

Kritera hasil :

a. Cedera tidak terjadi.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko cedera.

c. Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan

pengamanan untuk mencegah cedera.

Page 14: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

Intervensi dan Rasional :

a. Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba – tiba, menggaruk

mata, membungkuk.

R/ menurunkan resiko jatuh atau cidera.

b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan dekatkan alat yang

dibutuhkan pasien ke tubuhnya.

R/ mencegah cidera, meningkatkan kemandirian.

c. Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat

menimbulkan kecelakaan.

R/ meminimalkan resiko cedera, memberikan rasa nyaman bagi

pasien.

d. Awasi atau temani pasien saat melakukan aktivitas.

R/ mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.

e. Bersihkan sekret mata dengan cara yang benar.

R/ sekret mata akan membuat pandangan kabur.

f. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah

penggunaan tetes mata  dan salep mata.

R/ Memberikan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas

berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata.

g. Gunakan kacamata gelap.

R/  Mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan

klien.   

Evaluasi

a. Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cidera

b. Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor

resiko  dan melindungi diri dari cidera.

c. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

      

Page 15: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

DAFTAR PUSTAKA

Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo. 1994. Surabaya.

Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999

Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997

Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.

Page 16: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS

Disusun oleh :

RETNO PUJI ASTUTI

11.1008

Page 17: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

2013

PATHWAY

                                 adanya benda asing yang masuk ke dalam mata

                                                                    

                                 materi inflamasi yang masuk kedalam mata

                                             diencerkan oleh cairan mata

peradangan pada

konjungtiva              mucus menangkap kotoran dan kerja memompa

 dan palpebra menghanyutkan air mata ke duktus

                                   

hipertermi                                            adanya agen perusak yang menyebabkan

terjadinya  

pembengkakan , hipertropi papila                   cedera pada epitel konjungtiva

 

                                  

                                   

sensasi benda asing     sel radang bermigrasi distroma konjungtiva         edema

epitel konjungtiva

Page 18: KONSEP DASAR MEDIS Konjungtifitis Eno

nyeri                            melalui epitel permukaan

bergabung dengan vibrin (pembekuan)dan

mucus dari sel goblet

membentuk eksudat

           

pelengketan pada tepi palpebra mengeluarkan kotoran

pandangan kabur               resiko jatuh