KMB Respiro
-
Upload
zam-azwar-annas -
Category
Documents
-
view
43 -
download
3
description
Transcript of KMB Respiro
KONSEP MEDIS
PNEUMONIA
1. PENGERTIAN
Pneumonia adalah suatu inflamasi akut pada parenkim paru atau suatu proses
infeksi akut yang terjadi pada paru. (Doenguss, 1990)
Pneumonia adalah Radang parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia
dibagi menjadi pneumonia laboris, pneumonia lobularis, bronkopneumonia &
pneumonia interstisialis. (Makmuri MS)
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2005)
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) atau virus (respiratory
syncytial virus). Penyebab yang kurang umum adalah mikroplasma, aspirasi
benda asing, dan jamur. (Speer, 2007)
2. ETIOLOGI
- Disebabkan oleh virus dan bakteri
Bakteri:
Pneumcoccus, streptcoccus, stapilococcus, hemaphilusi nfluenzae,
pseudomonas aeruginosa
Virus :
Resviratory syncytial virus, adenovirus, sitomegalovirus influenza.
Masa tunasnya + 1-3 hari
- Pneumonitis interstialis dan bronkiolitis, pneumocystis carinii pneumonia,
Q fever, mycoplasma pneumoniae pneumonia, klamidia dan infeksi lain
- Jamur : aspergilus, koksdiodomiksis, hitoplasma
1
- Aspirasi : cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing.
- Sidrom loeffler
- Pneumonia hipostatik
- Pneumonia oleh obat atau radiasi
- Pneumonia hipersensitivif
3. PATOFISIOLOGI
Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi partikel
di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda
asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier,
fagositosis kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh
substansi imun lokal dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor
predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan imun, septisemia, malnutrisi,
campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular,
kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada
fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus.
Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme,
sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit
membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan
jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris
lebih sering ditemukan dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang
berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis
metabolik dan gagal nafas.
4. TANDA DAN GEJALA
- Demam tinggi 38oC – 40oC
- Kadang-kadang tegang karena panas tinggi
- Kesadaran: gelisah
2
- Adanya pernafasan cuping hidung, batuk, pernafasan cepat dan dangkal
- Muntah, anoreksia
- Ada stridor
- Nyeri dada pleuritis
- Batuk produktif, sputum hijau purulen, dan mungkin mengandung bercak
darah, serta hidung kemerah-merahan
- Retraksi intercostals, penggunaan otot aksesorius, dan bias timbul sianosis
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Perlu di perhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
nafas. Batasan takipnea pada anak 2-12 bulan adalah 50 kali/menit atau
lebih, sementara untuk anak 12 bulan -5 tahun adalah 40 kali/ menit
atau lebih. Perlu di perhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam
pada faase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke
dalam akan tampak jelas.
b. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan.
c. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit
d. Auskultasi
Auskultasi sederhanan dapat di lakukan dengan cara mendekatkan
telinga kehidung atau mulut bayi pada anak yang pneumonia akan
terdengar stidor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara
nafas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah
pada masa resolusi. Pernafasan bronchial,egotomi, bronkofoni,
kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
3
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
- Sputum : terdapat sel-sel polimorfonuklear dan bakteri gran +
- Darah :
Jumlah leokosit meningkat (10.000 – 30.000
mm)
LED meningkat 1 jam 40 mm, 2 jam 60 mm
Bilirubin D/1 miningkat 6,1 mg/dl
Analisa gas darah (AGD) Pa O2 < 50
mmhg.Pa CO2>50 mmhg . Sa O2 <90 % PH < 7,2
b) Pemeriksaan Radiologi
Pada foto torax terlihat konsolidasi satu atau beberapa lonus dan bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus. (Doengus, 1990)
7. PENATALAKSANAAN / PENGOBATAN
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencaku :
a. Antibiotik,terutama untuk pneumonia bacterialis.Pneumonia lain dapat
diobati dengan antibiotic untuk mengurangi infeksi bacteris sekunder.
Penicilin prokain : 50.000 u/kg BB, IM sekali sehari
Amoksisilin : 15 mg/kg BB oral tiap 8 jam
Ampisillin : 25 mg/kg BB oral tiap 6 jam
Kotrimoksasol : 4 mg/kg BB oral tiap 12 jam
b. Istirahat
c. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
d. Teknik-teknik bernafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan
mengurangi resiko atalektasis.
e. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme yang
diidentifikasi dari biakan sputum.
4
- Jika mengalami pusing “kejang” lakukan fungsi lumbal untuk mencari
kemungkinan terjadi meningitis.
- Gunakan spuit plastik, jika perlu hisaplah dengan lembut lendir yang ada
di hidung kien agar jalan nafas bebas.
- Berikan oksigen intranasal dengan ukuran 1 liter/menit jika kien menderita
sianosis.
- Beri kloramfenikol 25 mg/kg BB, IM setiap 6 jam, setelah ada perbaikan
baru ganti dengan kloramfenikol oral.
- Jika kien dehidrasi dan tidak mampu minum, berikan cairan melalui jalur
intragatrik. Jika kien dalam keadaan syok berikan cairan secara IV
sewaktu menetukan jumlah cairan yang akan diberikan, ingatlah bahwa
anak ini mudah mendapatkan edema paru dan kegagalan pernafasan.
(Peter Anugrah, 1993)
5
8. WEB OF CAUTION/ PATHWAY
Hepatisasi merah di akibatkan perembesan eritroosit dan beberapa leukosit
dari beberapa kapiler paru-paru. Perembesan tersebut membuat aliran darah
menurun, alveoli di penuhi dengan leukosit dan eritrosit (jumlah eritrosit
6
Inhalasi mikroba dengan jalan Melalui udara Aspirasi organism dari naso faring Hematogen
Nyeri pleuritis
Nyeri dada Panas dan
demam Anoreksia
pausea Membrane paru-paru meradang dan berlubang
Reaksi inflamasi hebat
Dispnea Sianosis batuk
Penurunan ratio ventilasi-perfusi
Kapasitas difusi menurun
Partial oclusi
Luas permukaan membrane respirasi ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PNEUMONIA
1. PENGERTIAN
Pneumonia adalah suatu inflamasi akut pada parenkim paru atau suatu proses
infeksi akut yang terjadi pada paru. (Doenguss, 1990)
2. FATOFISIOLOGI
3. ETIOLOGI
- Disebabkan oleh virus dan bakteri
Bakteri tersebut misalnya pneumcoccus, streptcoccus, stapilococcus, hemaphilus
influenza.
- Masa tunasnya + 1-3 hari
Daerah paru menjadi padat (konsolidasi)
hipoksemia
Hepatitis merah
Sekresi edem, dan procchospasme
Red blood count (RBC), whith blood count (WBC), dan cairan keluar masuk ke alveoli
relative sedikit ). Leukosit lalu melakukan fagositosis pneumococcus dalam
sewaktu revolusi berlansung makofag masuk ke dalam alveoli dan menelan
alveoli dan menelan leukosit beserta pneumococcus paru-paru masuk ke
dalam tahaphepatiasi abu-abu dan tanpak berwarna abu-abu kekuningan.
Secara perlahan sel darah merah yang mati dan eksuddat fibrin di buang dari
alveoli sehingga terjadi pemulihan sempurna. Paaru-paru kembali menjadi
normal tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PNEUMONIA
7
I. PENGKAJIAN
a) Biodata
Meliputi identitas klien yang terdiri dari mana, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, suku bangsa, dan identitas orang tua.
b) Keluhan Utama
Sesak nafas
c) Riwayat Penyakit Sekarang
- Demam
Mendadak suhu tubuh naik 40o C, keluar keringat, muka kemerahan,
nyeri otot, dan sakit kepala.
- Batuk berdahak
Ini timbul beberpa hari sebelumnya, mula-mula batuk kering kemudian
keluar dahak berwarna putih seperti lendir.
- Sesak nafas
Sesak nafas timbul desertai dahak, sesak timbul terutama waktu
berbaring, waktu inspirasi maupun ekspirasi.
d) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Menyangkut riwayat sakit yang pernah diderita yang dapat menyebabkan
terjadinya pnemonia seperti penderita didahului oleh ISPA, dimana tanda-
tandanya batuk, pilek, kesulitan bernafas, dan demam.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji yaitu penyakit yang pernah diderita seperti penyakit
menular yang khusunya penyakit saluran pernafasan meskipun penderita
bukan penyakit keturunan, namun perlu deperhatikan karena bila salah
satu anggota keluarga ada yang menderita pneumonia hal ini diperngaruhi
oleh sanitasi dan personal hygiene. (Doengus, 1990).
f) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Biologis
- Bernafas
8
Gejalanya pernafasan cepat dan dangkal, adanya tarikan dinding
dada, pernafasan cuping hidung.
- Nutrisi
Kehilangan safsu makan, mual/muntah, turgor kulit jelek, mukosa
mulut kering, malnutrisi.
- Elimanasi
Terjadi perubahan pola BAB dan BAK karena peruh intake dan out
put makanan dan minuman.
- Aktivitas
Ditandai dengan kelelahan, kelemahan, sering menangis.
- Istirahat tidur
Terjadi perubahan pola istirahat yang disebabkan karena sesak
nafas dan batuk.
2. Psikologis
Ditandai dengan ketakutan, kegelisahan, cemas, dan rewel.
3. Sosial
Pada data sosial yang perlu dikaji aalah hubungan klien dengan
lingkungan sekitar, hubungan klien dengan keluarga, tetangga atau
orang sekitarnya.
4. Spiritual
Biasanya kelurga mengatakan hanya bisa berdo’a untuk kesembuhan
anaknya. (Doengus, 1990)
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakheabronkhhial, pembentukan udema, peningkatan produksi seputum,
9
nyeri plueuritis, fatiigue yang di tandai oleh perubahan jumlah dan
kedalaman nafas, suara nafas abnormal pengunaan otot nafas tambahan,
dispnea dan sianosis, batuk dengan atau tanpa produksi sputum
b. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan, perubahan
membrane alveolar (efek inflamasi), gangguan kapasitas pengangkutan
oksigen dalam darah (demam, perubahan kurva ksihemoglobin) yang
ditandai dengan dispnea, takykardia, restlessness atau perubahan
kesadaran, hipoksia.
c. Rasiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan, tidak adekuatnya
mekanisme pertahanan tubuh primer (penurunan aktivitas silia dan secret
statis di saluran napas), tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh
skunder (infeksi dan imunosupresi ), penyakit kronis dan malnutrisi.
III.RENCANA KEPERAWATAN
1) Dx 1
Tujuan : Jalan nafas bersih dan efektif setelah 2 hari perawatan dengan
kriteria hasil :
Secara verbal tidak ada keluhan sesak
Suara nafas normal (vesikula)
Sianosis (-)
Batuk (-)
Jumlah pernapasan dalam batas normal sesuai usia
Intervensi :
a. Mengkaji jumlah atau kedalam pernapasan dan pergerakan dada
Rasional : Melakukan evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari
hasil intervensi yang telah di lakukan
b. Auskultasi daerah paru-paru, mencatat area yang menurun atau
tidak adanya aliran udara serta mencatat adanya suara nafas
tambahan seperti crackles dan wheezes
10
Rasional : Penurunan aliran udara timbul pada area konsolidasi
dengan cairan, suara nafas bronchial (normal di atas bronkhus)
dapat juga. Crackles, rhonchi, wheezes terdengar pada saat ispirasi
dan atau ekspirasi sebagai respon dari akumulasi cairan , sekresi
kental , dan sapsmi atau obstruksi jalan nafas
c. Elepasi kepala, sering ubah posisi
Rasional : Diapragma lebih rendah akan membantu meningkatkan
ekspansi dada pengisian udara, mobilisasi dan pengeluaran sekret
d. Membantu pasie dalam melakukan latihan nafas.
Mendemonstrasikan/ membantu pasien belajar batuk, misalnya
menahan dada dan batuk efektif pada saat posisi tegak lurus
Rasional : Napas dalam akan mempasilitasi pengembangan
maksimum paru-paru atau saluran udara kecil.
e. Melakukan suction atas indikasi
Rasional : Menstimulasi batuk atau pembersihan saluran napas
secara mekanis pada pasien yang tidak dapat melakukannya di
karenakan ketidak efektifan batuk atau penurunan kesadaran
f. Memberikan cairan kurang lebih 2500 ml perhari (jika tidak ada
kontra indikasi dan air hangat)
Rasional : Cairan (terutama cairan hangat ) akan membantu
memobilisasi dan mengeluarkan secret.
2) DX II
Tujuan : Pertukaran gas dapat diatasi setelah 2 hari dengan
kreteria hasil :
Keluhan dispnea berkurang
Denyut nadi dalam rentang normal dan irama regular
Kesadaran penuh
Hasil nilai analisis gas dalam darah dalam normal.
Intervensi
11
a. Mengobserpasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, serta
mencatat adanya sianosis periper (kuku) atas sianosis pusat
(circumoral)
Rasional : Sianosis kuku menggambarkan pasokonstriksi atau
respon tubuh terhadap demam. Sianosisi koping telinga, membrane
mukosa, dan kulit sekitar mulut dapat mengindikasikan adanya
hipoksemia sistemik.
b. Mengkaji status mental
Rasional : Kelemahan, mudah tersinggung, bingung samnolen
dapat mereflesikan adanya hipoksemia atau penurunan oksigenasi
serebral.
c. Memonitor denyut atau irama jantung
Rasional : Takikardia biasanya timbul sebagai hasil dari demam
atau dehidrasi, tetapi dapat timbul juga sebagai respon terhadap
hipoksemia.
d. Memonitor suhu tubuh bila ada indikasi.melakukan tindakan untuk
mengurangi demam dan menggigil.
Rasional : Demam tinggi (biasa pada pneumonia bakteri dan
influenza) akan meningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi
oksigen dan mengubah oksigenasi seluler
e. Mempertahankan bedrest, menganjurkan untuk penggunaan
relaksasi dan melakukan aktifitas hiburan yang beragam
Rasional : Mencegah kelelahan dan konsumsi oksigen untuk
memfasilitasi resulusi infeksi
f. Meninggikan posisi kepala. Menganjurkan perubahan posisi tubuh,
napas dalam, dan batuk efektif.
Rasional : Tindakan ini akan meningkatkan inspirasi maksimal,
mempermudah pengeluaran secret untuk meningkatkan ventilasi.
3) DX III
12
Tujuan : Infeksi tidak terjadi selama perawatan dengan
Kreteria hasil :
.Tidak munculnya tanda-tanda infeksi skunder.
Pasien dapat mendemostrasikan kegiatan untuk menghindari infeksi.
Intervensi
a. Memonitor tanda vital, terutama selama proses terapi
Rasional : Selama periode ini, potensial berkembang menjadi
komplikasi yang lebih fatal
b. Mendemostrasikan tehnik mencuci tangan yang benar.
Rasional : Sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi
c. Mengubah posisi dan memfasilitasi jalan napas yang baik
Rasional : Meningkatkan pengeluaran dahak, membersikan dari
infeksi
d. Membatasi pengunjung atas indikasi
Rasional : Mengurangi terpaparnya dengan organisme pathogen
lain.
e. Melakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual
Rasional : Isolasi mungkin dapat mencegah penyebaran atau
memproteksi pasien dari proses infeksi lainnya.
f. Menganjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan
aktivitas.meningkatkan intake nutrisi secara adekuat.
Rasional : Memfasilitasi proses penyembuhan dan meningkatkan
pertahanan tubuh Alami
IV. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
1) DX I
13
a. Mengkaji jumlah atau kedalam pernapasan dan pergerakan
dada
b. Auskultasi daerah paru-paru, mencatat area yang menurun atau
tidak adanya aliran udara serta mencatat adanya suara nafas
tambahan seperti crackles dan wheezes
c. Elepasi kepala, sering ubah posisi
d. Membantu pasie dalam melakukan latihan nafas.
Mendemonstrasikan/ membantu pasien belajar batuk, misalnya
menahan dada dan batuk efektif pada saat posisi tegak lurus
e. Melakukan suction atas indikasi
f. Memberikan cairan kurang lebih 2500 ml perhari (jika tidak
ada kontra indikasi dan air hangat)
2) DX II
a. Mengobserpasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, serta
mencatat adanya sianosis periper (kuku) atas sianosis pusat
(circumoral)
b. Mengkaji status mental
c. Memonitor denyut atau irama jantung
d. Memonitor suhu tubuh bila ada indikasi.melakukan tindakan
untuk mengurangi demam dan menggigil.
e. Mempertahankan bedrest,Menganjurkan untuk penggunaan
relaksasi dan melakukan aktifitas hiburan yang beragam
f. Meninggikan posisi kepala. Menganjurkan perubahan posisi
tubuh, napas dalam, dan batuk efektif.
3) DX III
a. Memonitor tanda vital, terutama selama proses terapi
b. Mendemostrasikan tehnik mencuci tangan yang benar.
c. Mengubah posisi dan memfasilitasi jalan napas yang baik
d. Membatasi pengunjung atas indikasi
14
e. Melakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual
f. Menganjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan
aktivitas.meningkatkan intake nutrisi secara adekuat.
V. EVALUASI
1). DX 1
S : Klien mengeluh Sesak
O : Klien masih sesak
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2). DX .II
S : Klien mengeluh masih batuk dan beringus
O: Klien masih batuk (Pergerakan dada tidak simetris, terdengar
bunyi ronchi)
A : Masalah sudah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3). DX III
S : Klien mengeluh badannya panas.
O : Badan klien masih teraba panas Suhu 38 c
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
15
Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nursalam ,M. Nurs,dkk,2005 Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta :
Salemba Medika.
Corwin , Elisabeth j 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.philaddelphia.
Tanujaya , Edward . 2008. Asuhan Keperawatan Pada Paien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
16