Kmb Parkinson

31
DEFINISI Penyakit Parkinson adalah suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dsn mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia( perlambatan gerakan ), tremor dan kekakuan otot ( Smeltzer dan Bare 2002 ). Penyakit ini ini bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset pada umur 50 sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya ETIOLOGI Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan- gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti : 1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson, 2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui Patofisologi Lesi utama tampak menyebabkn hilangnya neuron pigmen , terutama neuron di dalam substansia nigra pada otak ( substansia

description

sippp

Transcript of Kmb Parkinson

DEFINISI

Penyakit Parkinson adalah suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat

otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dsn mengatur gerakan. Karakteristik yang

muncul berupa bradikinesia( perlambatan gerakan ), tremor dan kekakuan otot ( Smeltzer dan

Bare 2002 ). Penyakit ini ini bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut,

dengan onset pada umur 50 sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada

pengobatan yang dapat menyembuhkannya

ETIOLOGI

Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu

kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya,

penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me

bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor

lainnya seperti :

1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit

Parkinson,

2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau

penyebab lain yang tidak diketahui

Patofisologi

Lesi utama tampak menyebabkn hilangnya neuron pigmen , terutama neuron di dalam

substansia nigra pada otak ( substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang

memproyeksikan serabut- serabut korpus striatum). Salah suatu neurotransmiter mayor didaerah

otak ini dan bagian bagian lain pada sistem saraf pusat adalah dopamin yang mempunyai fungsi

penting dalam menghambat gerakan pada pada pusat kontrol gerakan . secara normal dopamin

memiliki kosentrasi yang tinggi di bagian bagian otak tertentu , namun pada penyakit parkinson

kosentrasi dopamin menipis dan substansia nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamin

dalam basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia , kekakuan dan tremor .

Aliran darah serebri regional menurun pada klien dengan penyakit parkinson dan ada kejadian

demensia yang tinggi . Data patologis dan biokimia menunjukan bahwa klien demensia dengan

penyakit parkinson mengalami penyakit penyerta alzheimer. Pada kebanyakaan klien penyebab

penyakit tersebut tidak diketahui parkinsonisme arterisklerosis terlihat lebih sering pada

kelompok usia lanjut . ini menyertai ensefalitis, keracunaan atau toksisitas ( mangan , karbon

monoksida ) hipoksia , atau dapat pengaruh obat

Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan , kaku otot , tremor

menyeluruh , kelemahan otot, dan kehilangan refleks postural . Gejala awal yang dialami klien

adalah kaku ekstermitas dan kaku pada semua gerakan. Klien mengalami kesulitan untuk

memulai , mempertahankan dan membentuk aktivitas motorik dan lambat dalam menghasilkan

aktivitas normal . Gejala yang terlihat sebagai pertanda bahwa penyakit telah berlanjut adalah

tremor, sering kali pada salah satu tangan dan lengan , kemudian kebagian yang lain dan

akhirnya pada bagian kepala , walaupun tremor ini tetap unilateral . Karekteristik tremor dapat

berupa lambat , gerakan membalik ( pronasi-supinasi ) pada lengan bawah dan telapak tangan,

dan gerakan ibu jari terhadap jari- jari seolah olah memutar sebuah pil diantara jari- jari .

Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkosentrasi atau merasa cemas , dan muncul pada

klien sedang beristirahat

Karakteristik lain adalah penyaknit ini mempengaruhi wajah , sikap tubuh , dan gaya berjalan .

klien mengalami kehilangan ayunan tangan normal , sehingga menyebabkan keterbatasan otot ,

wajah mengalami sedikit ekspresi . hal ini terlihat saat klien berbicara , wajah klien seperti

topeng ( sering mengedipkan mata ) raut wajah yang ada muncul sekilas.

Klien mengalami kehilangan refleks postural , berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan

berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong . Kesulitan dalam berputar dan hilangnya

keseimbangan ( salah satunya kedepan atau kebelakang ) dapat menyebabkan klien sering

terjatuh . tanda depresi ydenang muncul pada klien belum dapat ditetapkan apakah depresi

sebagai reaksi terhadap gangguan atau yang berhubungan dengan abnormalitas biokimia .

Rigiditas pada penyakit parkinson jelas sekali memperlihatkan tahanan yang bergelombang

sehingga dinamakan cogwheel rigidity. Pada rigiditas deserbrasi terdapat tahanan pada gerakan

fleksi dan ekstensi pasif anggota gerak yang memupunyai segi spastik juga. Rigiditas deserebrasi

merupakan manifestasi hilangnya pengaruh inhibisi dan meningkatnya pengaruh eksitasi

terhadap gamma loop akibat kerusakan di bagian rostral batang otak. Secara singkat dapat

dinyatakan bahwa sebenarnya pengaru inhibisi pada sumsum ekstrapiramidal adala faktor utama

terjadinya genesis rigiditas deserebrasi

Rigiditas deserebrasi memperlihatkan juga pengaruh penurunan implus vestibularis terhadap

sikap tubuh yang serba kaku itu. Sikap tubuh yang kaku tersebut adalah seluruh tubuh kaku ,

dengan kedua lengan dirotasikan pada sendi bahu dan lurus pada sendi siku. Kedua tangan

bersikap pronasi dengan jari jari lurus tapi ditekuk di sendi sendi metakarpofalangeal . kedua

tungakainya bersikap lurus disendi panggul dan lutut sedangkan kaki dan jari jarinya berfleksi

kaku . jika kepala diputar kekanan, lengan kiri akan melakukan gerakan fleksi di sendi siku

secara reflestorik . bila kepala ditengadahkan secara pasif sikap deserebrasi seperti yang

digambarkan diatas menjadi berlebihan ,berminyak dan sering menderita dermatitis seboronik ,

sulit menelan konstipasi dan gangguan kadung kemih yang diperberat oleh obat obatan anti

kolinergik dan hipertropi prostat .

Gangguan saraf okulomotorius terlihat saat klien melakukan konvegerensi . penglihatan menjadi

kabur karena klien tidak mampu mempertahankan kontraksi otot otot bola mata . gerakan kedua

bola mata untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak tidak selalu berjalan searah , melainkan

bisa juga berlainan. Gerakan bola mata yang singkron dengan arah yang berlawanan hanyalah

gerakan kedua bola mata ke arah nasal . dalam gerakan itu bola mata kiri bergerak kekanan dan

bola mata kanan bergerak kekiri . gerakan kedua bola mata keara nasal dinamakan kovergen

yang terjadi karena kedua otot rektus medialis ( internus) berkontraksi . Krisis oligurik

menyertai parkinsonisme jenis pasca –ensefalitis yaitu terjadi spasme pada otot otot konjugasi

mata , mata terfiksasi biasanya keatas selama beberapa menit sampai beberapa jam. Saat ini ,

krisis oligurik jarang diketemukan karena jumla klien yang masih bertahan hidup dengan tipe

parkinsonisme ini semakin sedikit

Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri . otot otot kelelahan karena terjadi rigiditas pada otot

karena terjadi rigiditas pada otot . hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping

pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf

otonom .Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi , inaktivitas,

aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran jalan nafas .

PATHWAY Faktor predisposisi lesi di substansia nigra: Usia dan arteriosclerosis, post-ensefalitis, induksi

obat, dan keracunan logam berat

Dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansia nigra

Kerusakan control gerakan volunteer yang memiliki ketangkasan sesuai dan

gerakan otomatis

Aliran darah serebral regional menurun

Manifestasi psikiatrik

Perubahan kepribadian, psikosis, demensia, dan

konfusi akut

KognisiPersepsi

Akut

Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses piker,

Koping individu tidak efektif

Gangguan S . III Manifestasi otonom Gangguan S . VIII Tremor ritmik

bradikinesiaGangguan kontraksi otot-otot bola mata

Gangguan konvergensi

Pandangan kabur

Perubahan persepsi sensorik visual

Berkeringat, kulit berminyak, sering

dermatitis, rasa lelah berlebihan dan otot

terasa nyeri, hipotensi post turnal, penurunan

kemampuan batuk elektif

Rigiditas deserebrasi

Perubahan wajah dan

sikap tubuh

Risiko tinggi kebersihan jalan nafas tidak efektif

Risiko penurunan perfusi perifer

Nyeri ototGangguan pemenuhan

ADL

Gangguan citra diri

Perubahan gaya berjalan , kekuatan dalam beraktivitas

Hambatan mobilitas fisik

Penurunan aktivitas fisik umum

Risiko konstipasi

Gangguan eliminasi alvi

Pengkajian

Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem persarafan

meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik , pemeriksaan dignostik dan pengkajian

psikososial

Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia

50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsaa, agama, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis

medis. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks

postural.

RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI

Pada anamnesis , sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan

lengan, kemudian ke bagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap

unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada

lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar

sebuah pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa

cemas dan muncul pada saat klien istirahat.

Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap

tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berkeringat,

dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung

kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.

Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi :

Apakah anda mengalami kekakuan tangan atau kaki ?

Apakah anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau kaki ?

Apakah anda mengalami ”beku” atau terpaku dan tidak mampu bergerak ?

Apakah air liur anda berlebihan ?

Pernahkah anda (orang lain) melihat diri anda meringis atau membuat gerakan wajah

atau mengunyah ?

Aktifitas fisik apa yang sulit anda lakukan ?

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya

riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat

antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu

yang lama.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit parkinson dengan sebab genetik

yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian

dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi

dan diabetes melitus. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang

dapat mempercepat progresifnya penyakit.

Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai

respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga

dan masyarakat, dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam

keluarga ataupun dalam masyarakat.

Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan

kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami

kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diriyang

ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak

kooperatif.

Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit parkinson adalah tanda depresi.

Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori

(ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, dimensia, konfusi

akut) umumnya terjadi pada lansia.

Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan

fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis.

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus

pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.

Keadaan Umum

Klien dengan penyakit parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.

Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi

pernapasan.

B1 (Breathing)

Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi

makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.

Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif,

peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas.

Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan atau kiri.

Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi , stridor, ronkhi pada klien

dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering

ditemukan pada klien dengan inaktivitas.

B2 (Blood)

Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga

gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

B3 (Brain)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan

pengkajian pada sistem lainnya.

Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh

otot, dan kaku pada seluruh gerakan.

Penatalaksanaan Medis

Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan mencakup

antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitor monoamin oksidasi (MAO), dan

antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek samping psikiatrik pada lansia meliputi:

Antihistamin

Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu

dalam menghilangkan tremor.

Terapi antikolinergik

Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk

mengontrol tremor dan kekakuan parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam

kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf

pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur , wajah memerah, ruam padawajah,

konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena

obat-obat ini kontraindikasi pada klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang

dialami klien hanya sedikit. Klien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap adanya

tanda-tanda retensi urine.

Amantadin Hidrokhlorida

Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agen anti virus yang digunakan pada awal

pengobatan penyakit Parkinson untun menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesia.

Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan

didalam saraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan perasaan

hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan

gangguan penglihatan.

Terapi levodopa

Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang paling

efektif untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L dan

(MD4)-dopa menjadi dopamine pada basal ganglia. Seperti disebutkan di atas dopamine

dengan konsentrasi normal yang terdapat didalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang

pada klien dengan penyakit Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar

dopamine yang lebih tinggi akibat pembarian levodopa.

Derivat Ergoet-Agonis Dopamin

Agen-agen ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap sebagai agonis reseptor dopamine,

agen ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada klien yang mengalami

reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis yang ringan.

Inhibitor MAO

Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat

ini menghambat pemecahan dopamin, sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai,

tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.

Antidepresan

Anti depresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi

pada penyakit Parkinson.

INTERVENSI PEMBEDAHAN

Meskipun banyak pendekatan yang berbeda saat ini, penatalaksanaan

pembedahan terhadap penyakit Parkinson masih menjadi bahan penelitian dan

controversial. Pada beberapa klien yang cacat tremor atau diskinesia akibat levodopa

berat, pembedahan dapat dilakukan. Walaupun pembedahan dapat mengurangi gejala

pada klien tertentu, namun hal ini tidak menunjukkan adanya perubahan perjalanan

penyakit atau perkembangan kea rah permanen. Prosedur pembedahan stereotaktik dapat

dilakukan berupa subtalamotomi dan palidotomi.

Pendekatan lain mencakup transplantasi jaringan saraf kedalam basal ganglia dalam

upaya membuat pelepasan kembali dopamin normal. Transplantasi saraf pada medula

adrenal klien kedalam basal ganglia efektif mengurangi gejala pada sebagian kecil klien.

Transplantasi sel-sel saraf menggunakan jaringan fetus telah dicoba, bagaimananpun

prosedur ini masih diperdebatkan. Penelitian tenteng hal ini dan pembedahan lain serta

pendekatan yang tidak melalui pembedahan masih terus dilakukan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan

fisik.

2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemhan neuromuscular,

menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/koordinasi.

3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan

penurunan aktivitas

4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah dan menelan.

5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume

bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah.

6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengandepresi dan disfungsi

karena perkembangan penyakit.

7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur

perawatan rumah yang tidak adekuat.

RENCANA INTERVENSI

Sasaran yang ingin dicapai adalah klien mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas

sehari-hari, mencapai eliminasi usus adekuat, mencapai dan mempertahankan kepuasan status

nutrisi, pencapaian komunikasi dan pengembangan mekanisme koping.

Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran

darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.

Pemeriksaan Fungsi Serebri

Status mental biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status

kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka

panjang.

Pemeriksaan Saraf Kranial

Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi

penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya

klien lanjut usia dengan penyakit parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.

Saraf III, IV, VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konvergensi penglihatan

menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-oto bola mata.

Saraf V. Pada klien dengan penyakit parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah.

Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat

bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal

Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan

penurunan aliran darah regional.

Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII. Lidah simetris tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra

pengecapan normal.

Sistem Motorik

Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan tremor secara umum pada

seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami regiditas

deserebrasi.

Tonus otot ditemukan meningkat.

Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya

kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada

seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan Refleks

Terdapat kehilangan refleks postural , apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri

dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.

Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke

belakang) dapat menimbulkan sering jatuh

Sistem Sensorik

Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit parkinson mengalami penurunan terhadap

sensasi sensori secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati.

B4 (Bladder)

Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi

klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan

mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena

kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten

dengan teknik steril.

B5 (Bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena

kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering mengalami

konstipasi karena penurunan aktivitas.

B6 (Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara umum pada

seluruh oto dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan

pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakkan karena

perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma

fisik bila melakukan aktivitas

INTERVENSI KEPERAWATAN

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan tremor, perlambatan

dalam proses makan , kesulitan dalam mengunyah dan menelan

Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil :Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan

berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium

Intervensi Rasionalisasi

Evaluasi kemampuan makan klien Klien mengalami kesulitan dalam

mempertahankan berat badan mereka. Mulut

mereka kering akibat obat-obatan dan

mengalami kesulitan mengunyah ndan

menelan.

Klien berisiko mengalami aspirasi akibat

penurunan reflex batuk

Observasi/timbang berat badan jika

memungkinkan

Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan

kekurangan asupan nutrisi menunjang

terjadinya masalah, katabolisme, kandungan

glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap

pemasangan ventilator.

Manajemen mencapai kemampuan menelan.

1. Gangguan menelan disebabkan oleh

tremor pada lidah,ragu-ragu dalam

memulai menelan. Kesulitan dalam

membentuk makanan dalam bentuk

bolus

2. Makanan setengah padat dengan

sedikit air memudahkan untuk

Meningkatkan kemampuan klien dalam

menelan dan dapat membantu pemenuhan

nutrisi klien melalui oral.Tujuan lain adalah

mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan

masuknya makanan, dan mencegah gangguan

pada lambung

menelan

3. Klien dianjurkan untuk menelan

secara berurutan

4. Klien duanjurkan untuk meletakkan

makanan diatas lidah, menutup bibir

dan gigi, dan menelan

5. Klien dianjurkan untuk mengunyah

pertama kali pada satu sisi mulut dan

kemudian kesisi yang lain

6. Untuk mengontrol air liur,klien

dianjurkan untuk menahan kepala

tetap tegak dan membuat keadaan

sadar untuk menelan

7. Masase otot wajah dan leher sebelum

makan dapat membantu

8. Berikan makanan kecil dan lunak

Monitor pemakaian alat bantu Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga

makanan agar tetap hangat dank lien

dianjurkan untuk tetap istirahat selama waktu

yang ditetapkan untuk makan,alat-alat khusus

juga membantu makan.

Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang

tidak mudah pecah. Alat-alat makan yang

dapat digenggam sendiri digunakan sebagai

alat bantu.

Kaji fungsi system GI meliputi suara bising

usus, catat terjadinya perubahan didalam

lambung seperti mual, muntah.Observasi

perubahan gerakan usus misalnya diare,

konstipasi

Fungsi system GI sangat penting untuk

asupan makanan. Ventilator dapat

menyebabkan kembung pada lambung dan

perdarahan lambung

Anjurkan pembeerian cairan 2500 cc/hari Mencegah terjadinya dehidrasi akibat

selama tidak terjadi gangguan jantung penggunaan ventilator selama klien tidak

sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.

Lakukan pemeriksaan laboratorium yang

diindikasikan

Memberikan informasi yang tepat tentang

keadaan yang dibutuhkan klien

Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,pelambatan

bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat

dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi Gangguan bicara ditemukan pada banyak klien

dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka

yang lemah, monoton, dan terdengar halus

menuntut kesadaran berupaya untuk bicara

dengan lambat, dengan penekanan perhatian

pada apa yang mereka katakana.

Menentukan cara-caara komunikasi seperti

mempertahankan kontak mata, memberikan

pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak,

menggunakan kertas dan pensil/bolpoin,

gambar, atau papan tulis, bahasa isyarat,

perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan

Mempertahankan kontak mata akan membuat

klien tertarik selama berkomunikasi. Jika klien

dapat mengerakan kepala, mengedipkan mata,

atau sedang dengan isyarat-isyarat

sederhana,lebih baik dengan menggunakan

pertanyaan ya atau tidak.

Kemampuan menulis kadang-kadang

melelahkan klien, selain itu dapat

mengakibatkan frustasi dalam upaya

memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga

dapat bekerjasama untuk membantu

memenuhi kebutuhan klien

Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Katter yang terpasang ditangan akan

terpasang kateter intravena mengurangi kebebasan klien dalam menulis

atau memberi isyarat

Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan klien

dan berikan penjelasan cara penggunaannya.

Jawab panggilan tersebut dengan segera.

Penuhi kebutuhan klien. Katakan pada klilen

bahwa perawat selalu siap membantu jika

dibutuhkan

Ketergantungan klien pada vebtilator akan

membuat klien lebih baik dan rileks, merasa

aman, dan mengerti bahwa selama

menggunakan ventilator, perawat akan

memenuhi segala kebutuhannya

Buatlah catatan pada kantor perawat tebtabg

keadaan klien yang tidak dapat berbicara

Menginggatkan staf perawat untuk berespon

dengan klien selama memberikan perawatan

Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat

dengan klien untuk berbicara denga klien ,

memberikan informasi tentang keluarganya,

dan keadaan yang sedang terjadi

Keluarga dapat merasa akrab dengan klien dan

berada dekat klien selama bicara. Pengalaman

ini dapat membantu dan mempertahankan

kontak nyata seperti merasakan kehadiran

anggita keluarganya yang dapat mengurangi

perasaan kaku

Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa Ahli terapi wicara bahasa dapat embantu dalam

membentuk peningkatan latihan pecakapan dan

membantu petugas kesehatan untuk

mengembangkan metode komunikasi untuk

memenuhi kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya.

Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,

bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi Rasionalisasi

Kaji mobilitas yang ada dan observasi

peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam

melakukan aktivitas

fungsi motoric

Lakukan program latihan yang meningkatkan

kekuatan otot

Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,

menurunkan kekuatan otot dan mencegah

kontraktur bila otot tidak digunakan

Lakukan latihan postural Lakukan postural untuk melawan

kecenderungan kepala dan leher tertarik

kedepan dan kebawah

Ajarkan teknik berjalan khusus

Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan

tegak, memandang lurus ke depan, dan

menggunakan cara berjalan dengan dasar

lebar (missal nya berjalan dengan kaki

terpisah)

Klien dianjurkan untuk latihan berjalan

dengan diiringi music marching dan atau

lagu, karena ini akan memberikan rangsang

ensorik

Latihan bernafas sambil berjalan membantu

intuk menggerakan rangka tulang rusuk dan

transport oksigen untuk mengisi bagian paru-

paru yang kadar oksigennya rendah

Melakukan periode isttirahat yang sering

untuk membantu pencegahan frustrasi dan

kelelahan

Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari

untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret

dan kecenderungan tubuh condong ke depan

Anjurkan mandi hangat dan masasse otot Mandi hangat dan masasse membantu otot-otot

rileks saat melakukan aktifitas aktif dan pasif

dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang

mengkibatkan kekakuan

Bantu klien melakukan latihan ROM,

perawatan diri, sesuai toleransi

Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai

kemampuan

Kolaborasi dengan ahli fisiotherapi untuk Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi

latihan fisik klien ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan

fisik oleh tim fisiotherapi

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya

kekuatan, kehilangan control otot/ koordinasi

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil : Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan

merawat diri, klien mampu melakukan aktivita perawatan firi sesuai dengan tingkat

kemampuanyya, mengidentifikasi personal/ masyarakat yang dapat membantu

Intervensi Rasionalisasi

Mandiri

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam

skala 0-4 untuk melakukan ADL

Membantu dalam mengantisipasi dan

merencanakan pertemuan kebutuhan individu

Hindarri apa yang tidak dapat dilakukan klien

dan bantu bila perlu

Menghindari lien dari keadaan cemas dan

ketergantungan untuk mencegah frustasi dan

harga diri klien yang rendah

Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas Dukungan pada klien selama aktivitas

kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan

perawatan diri

Rencanakan tindakan untuk mengatasi

keterbatasan penglihatan seperti tempatkan

makanan dan peralatan dalam satu tempat,

dekatkan tempat tidur ke dinding

Klien akan mampu melihat dan memakan

makanan, akan mamou melihat keluar

masuknya orang lain

Modifikasi lingkungan Modifikasi lingkungan diperlukan untuk

mengompensasi ketidakmampuan fungsi.

Gunakan pagar disekeliling tempat tidur Gunakan pagar disekeliling tempat tidur baik

tempat tidur di rumah maupun di rumah sakit,

atau tali yang diikatkan pada tali yang

diikatkan pada kaki tempat tidur untuk

memberi bantuan dalam mendorong diri untuk

bangun tanpa banatuan orag lain

Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air

kecil, kemampuan menggunakaan

urinal,pispot. Antarkan kre kamar mandi bila

kondisi memungkinkan

Ketidakmampuan berkomunikasi dengan

perawat dapat menimbulkan masalah

pengosongan kandung kemih oleh karena

masalah neurologik

Identifikasi kebiasaan buang air besar,

anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas

Meningkatkan latihan dan menolong mencegah

konstipasi

Kolaborasi pemberian obat supositoria dan

obat pelumas feses/pencahar

Pertolongan pertama terhadap fungsi bowel

atau BAB

Konsultasi terhadap dokter okupasi Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi

kebutuhan khusus

Gangguan komunikasi alvi(konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan

aktivitas

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi

Kriteria hasil : Kllien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat,

konsistensi feses lembek, tidak teraba masa pada kolon, bising usus normal (15-30x/menit)

Intervensi Raionalisasi

Monitor adanya konstipasi Klien Parkinson mempunyai masalah

konstipasi berat. Faktor-faktor yang

menyebabkan kondii ini adalah melemahnya

otot-otot yang digunakan dalam defekasi,

kurangnya latihan , tidak adekuatnya

masukan cairan, dan penurunan system saraf

otonom dan obat-obatan yang digunakan

untuk mengobati penyakit, juga menghambat

sekrei normal usus

Berikan penjelasan pada klien tentang

penyebeb konstipasi.

Klien dan keluarga akan mengerti penyebab

konstipasi

Modifikasi defekasi yang teratur, anjurkan

pada klien untuk makan makanan yang

Defekasi yang teratur dan rutin dapat

membangun semangat untuk mengikuti pola

mengandung serat yang teratur, sadar untuk meningkatkan

asupan cairan dan makan makanan yang

mengandung serat. Diet seimbang tinggi

kandungan serat. Diet seimbang tinggi

kandungan serat merangsang peritaltik dan

eliminasi regular

Atur posisi duduk toilet Dudukan toilet ditinggikan untuk

memudahkan aktivitas toilrting karena klien

sulit bergerak dari posisi berdiri ke posisi

duduk

Bila klien mampu minum, berikan asupan

cairan yang cukup (2liter/hari) jika tidak ada

kontra indikasi

Asupan cairann adekuat membantu

mempertahankan konsisteni feses yang sesuai

pada usus dan membantu eliminai regular

Kolaborasi dengan tim kedokteran dalam

memberikan pelunak feses(laksatif,

supositoria, enema)

{Pelunak feses meningkatkan efisiensi

pembasahan air pada usus, yang melunakkan

maa feses dan membantu eliminasi.

DAFTAR PUSTAKA