Kliping Gizi Anak

21
MASALAH GIZI PADA ANAK Faktor Utama Penyebab Gizi Buruk Anak Faktor sanitasi menjadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan anak menderita gizi buruk KOMPAS.com - Masalah gizi buruk masih jadi pekerjaan rumah besar yang dihadapi oleh Indonesia. Tingginya masalah anak penderita gizi buruk disebabkan oleh berbagai faktor yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. "Sampai saat ini penderita gizi buruk sebagian besar adalah anak-anak, karena orangtua mereka kemungkinan memiliki berbagai masalah yang membuat mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi anak-anaknya," ungkap dr Saptawati Bardosono, Msc, spesialis gizi klinik dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kepada Kompas Female.

description

Gizi Anak

Transcript of Kliping Gizi Anak

MASALAH GIZI PADA ANAKFaktor Utama Penyebab Gizi Buruk Anak

Faktor sanitasi menjadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan anak menderita gizi burukKOMPAS.com -Masalah gizi buruk masih jadi pekerjaan rumah besar yang dihadapi oleh Indonesia. Tingginya masalah anak penderita gizi buruk disebabkan oleh berbagai faktor yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. "Sampai saat ini penderita gizi buruk sebagian besar adalah anak-anak, karena orangtua mereka kemungkinan memiliki berbagai masalah yang membuat mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi anak-anaknya," ungkap dr Saptawati Bardosono, Msc, spesialis gizi klinik dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kepadaKompas Female.Masalah kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan pada umumnya terjadi di negara-negara berkembang.Hal itu bukan disebabkan sumber daya alam (SDA) negara tersebut rendah, tapi ada faktor lain yang memengaruhinya. Prof dr Fasli Jalal PhD, pakar gizi dari Universitas Andalas, Sumatra Barat, menerangkan masalah kurang gizi bukan hanya disebabkan kurangan pangan, tapi juga pengaruh dari tingginya tingkat kemiskinan dan memburuknya perekonomian.Menurut dia, rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, khususnya kaum ibu, terhadap kesehatan bayi juga menjadi penyebab gizi buruk pada anak-anak. Di sini dibutuhkan peran tenaga medis untuk menyosialisasikan ASI kepada kaum ibu, bahwa ASI sangat dibutuhkan oleh bayi. Gizi buruk tidak hanya mendominasi daerah rawan pangan. Kasus sejenis juga kerap muncul di perkotaan. Itu biasanya disebabkan gaya hidup yang buruk.

Menurut Saptawati, beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak menderita gizi buruk, antara lain:

1. EkonomiSalah satu faktor yang paling dialami oleh banyak keluarga di Indonesia adalah masalah ekonomi yang rendah. Ekonomi yang sulit, pekerjaan, dan penghasilan yang tak mencukupi, dan mahalnya harga bahan makanan membuat orangtua mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Padahal, usia 1-3 tahun merupakan masa kritis bagi anak untuk mengalami masalah gizi buruk.2. SanitasiKondisi rumah dengan sanitasi yang kurang baik akan membuat kesehatan penghuni rumah, khususnya anak-anak, akan terganggu. Sanitasi yang buruk juga akan mencemari berbagai bahan makanan yang akan dimasak.3. PendidikanOrangtua seharusnya menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan akan kecukupan gizi anak. Namun tingkat pendidikan yang rendah membuat orangtua tidak mampu menyediakan asupan yang bergizi bagi anak-anak mereka. "Ibu merupakan kunci dari pemenuhan gizi anak-anak, dan kunci untuk mengatasi gizi buruk," kata Saptawati. Ketidaktahuan akan manfaat pemberian gizi yang cukup pada anak akan membuat orangtua cenderung menganggap gizi bukan hal yang penting.4. Perilaku Orang TuaOrangtua sering mengganggap bahwa mereka tahu segala sesuatu, sehingga tidak menyadari bahwa mereka masih membutuhkan bimbingan dari para ahli medis dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan. "Ada persepsi yang salah dari para orangtua ketika mereka datang ke posyandu. Seringkali mereka malas datang karena takut diceramahi dan dimarahi dokter tentang masalah gizi," ujarnya. Perilaku orangtua yang seperti ini membuat anak akan terus berada dalam kondisi gizi buruk dan menyebabkan anak menjadi sering sakit.

"Harus diakui sampai sekarang kecenderungan ibu di Indonesia lebih senang memberikan susu formula dibandingkan memberikan ASI eksklusif. Alasan kesibukan sebagai wanita karier, mereka mengabaikan hak anak," imbau Fasli.

Terkait dengan persoalan itu, pemerintah, melalui Bappenas, meluncurkan Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan dalam upaya perbaikan ketahanan pangan dan gizi di Indonesia. Langkah-langkah konkretnya adalah Penyusunan Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK), Penyusunan Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK atau Sun Movement), Penyusunan Peraturan Presiden tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gerakan 1.000 HPK).

Arum menjelaskan SUN Movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi. Ini merupakan bagian dari respons negaranegara di dunia terhadap kondisi status gizi di negara-negara berkembang. Masih kata Arum Atmawikarta, pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan disebabkan perbaikan gizi pada kelompok 1.000 HPK akan menunjang proses tumbuh kembang janin, bayi, dan anak sampai usia dua tahun. faisal chaniago

Gizi Buruk Sebabkan 3,5 Juta Kematian Anak per Tahun

LONDON - Gizi buruk ternyata masih menjadi masalah global. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizisertaburuknya kualitas makanan. Masalah kurang gizi inidialami anak-anak sejak masih dalam kandungan.Seperti dilaporkan jurnalThe Lancet,mayoritaskasus anak-anak serta ibu hamil yang kekurangangiziterdapatdi 20 negarakawasan Afrika dan Asia. Namun begitu,25 persen dari kematianini dapat dicegah melalui pencegahan sederhanasepertimemberi ASIdan pemberian suplemenvitamin A.

Laporan khusus dalamThe Lancetjuga menyebutkanbahwa kasusgizi buruk pada bayi dapat menimbulkan kerusakan yang tak dapat diperbaikisaat mereka beranjakdewasa. Anak-anak yang tengah menderita kurang gizi cenderungmemiliki postur tubuh yang lebih pendekdantidak berprestasi saatsekolah. Kenyataan ini jelas dapat menurunkan potensi ekonomi danjustru mengekalkanlingkaran kemiskinan.Sebuahriset yang dilakukan secara terpisahtelah memberi buktimeyakinkanuntuk beberapaukuran yang mungkin dapat memberi dampakbesar dalam menurunkan tingkat kematianjika diimplementasikan dengan tepat. Menurut riset tersebut, pemberian suplemen Vitamin A dan seng serta menganjurkan wanita untukmemberi ASIsetidaknyapada enam bulan pertamadapat menurunkan angka kematiandankecacatanhingga 25 persen.Namun menurut para ahli, responsdunia internasional terhadap kematian anak akibat gizi buruktelah"terpecah dan disfungsional".

Beberapa anak meninggal karena mereka memang tidak mendapatkan makanan yang cukup. Namun isu ini menjadi kompleks untukanak-anak yang menderitagangguan pertumbuhandan penyakit yang berhubungan dengan defisiensi beberapavitamin dan mineral penting.

Masalah inidapatdiperburuk dengansanitasikotoryang menyebabkan penyebaran penyakit infeksi. Profesor Zulfiqar Bhutta, dari DepartmenPediatric danKesehatan Anakdi Universitas Aga Khan,Pakistan, memperkirakan sekitar 1,4 juta anakmeninggaltiap tahun akibatkurang mendapat ASI.Menurutnya, di Afrika, Asia, AmerikaLatin dan Karibia kurang darisepertigaanak di bawah usia enam buoan mendapat ASI secara ekslusif .Dr Bruce Cogill ahli nutrisi dariBadan PBBUnicef mengatakanisu globaltentang gizi buruksaat ini merupakanproblemyang harus segera diatasi. Namunsayangnya, program nutrisi ironisnyamasih kurangditangani seriusketimbang isu kesehatan global lainnyasepertiAIDS.

Masalah Gizi Anak Persoalan Kompleks

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masalah gizi anak dinilai bukan hanya masalah kesehatan saja, tetapi mencakup persoalan kompleks yang bersinggungan dengan bidang lain yakni ekonomi, pendidikan, kebudayaan, sosial, dan isu gender yang harus diselesaikan.

Hal inilah yang disampaikan Kasubdit Gizi Mikro Direktorat Gizi Kementerian Kesehatan Dian Dipo terkait kerja sama pemerintah Indonesia, UNICEF dan Uni Eropa dalam menghadapi tantangan gizi anak-anak Indonesia di Jakarta, Senin (29/10).

"Masalah gizi adalah masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan dari satu sisi saja," kata Dian.

Kemitraan pemerintah Indonesia, UNICEF dan Uni Eropa dalam mengatasi masalah gizi anak menunjukkan kemajuan terkait kekhawatiran terhambatnya pertumbuhan tinggi badan di kalangan anak-anak Indonesia yang tidak sesuai dengan usianya.

Pada 2011, sebanyak hampir 500 petugas kesehatan, bidan, ahli gizi dan relawan telah mendapatkan manfaat dari pelatihan khusus mengenai pemahaman penyebab terhambatnya pertumbuhan tinggi badan pada anak serta langkah-langkah efektif yang dapat dilakukan keluarga dalam merawat anak-anak mereka yang masih dalam tahap pertumbuhan.

Pelaksanaan kegiatan yang meliputi peningkatan sarana kebersihan, promosi pemberian ASI yang baik dan pemantauan status gizi anak telah dilakukan di beberapa desa di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur.

Sementara Kepala Pengembangan Kerjasama Uni Eropa di Indonesia Erik Habers menggarisbawahi bahwa pengurangan gizi buruk adalah prioritas utama Uni Eropa. Hal ini karena Uni Eropa yang memiliki keterlibatan yang besar dalam perang global melawan gizi buruk dan mekanisme koordinasi untuk percepatan perbaikan gizi.

Uni Eropa telah mengucurkan dana sebesar 20 juta Euro kepada UNICEF untuk mengatasi masalah kekurangan gizi di kawasan Asia.

TEMPO.CO,Jakarta- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat lebih dari 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. "Di dunia, prevalensi rata-rata kita masih rendah dan berada pada posisi buruk," kata Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN, Nina Sardjunani, di Jakarta, Selasa, 16 Juli 2013.

Menurut Nina, saat ini Indonesia masih menjadi penyumbang angka anak pendek dan kurang gizi di dunia, yang jumlah totalnya mencapai 165 juta. Anak kurang gizi dapat dilihat dari ukuran badan yang pendek dan berat badan yang rendah. Anak-anak yang kurang gizi biasanya lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kilogram.

Kurang gizi yang dialami anak-anak di bawah 2 tahun, kata Nina, biasanya menyebabkan anak gampang sakit. Selain itu, perkembangan tubuh anak hingga dewasa tak optimal, kemampuan motorik rendah, produktivitas rendah, dan kemampuan daya saing juga rendah. "Anak yang dari lahir sudah kurang gizi sampai dewasa akan sulit bertumbuh sehat."

Menurut Nina, kondisi anak pendek dan kurang gizi paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur. Hampir separuh anak di bawah 10 tahun pendek. "Jadi NTT ini kondisinya tak baik di masa datang, sehingga harus ditolong dari sekarang," ucapnya

Penanganan Kurang Gizi Pada Anak di Kota Depok

- Untuk mencapai komitmen global khususnya kurang gizi anak (gizi buruk dan gizi kurang) Dinas Kesehatan Kota Depok telah melakukan beberapa kegiatan. Diantaranya adalah penyuluhan, konseling (klinik gizi), pemberdayaan keluarga (kadarzi), pemantauan, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemulihan, rujukan serta kegiatan kegiatan terobosan.

Menurut dr Ani Rubiani saat ditemui di ruang kerjanya (8/2) mengatakan selain kegiatan di atas, Dinas Kesehatan Kota Depok memiliki kegiatan terobosan diantaranya adalah Positive Defiance (PD) atau lebih dikenal dengan pos gizi dan Teurapeutic Feeding Center (TFC) yang disebut juga dengan Panti Pemulihan Gizi (PPG).

Secara umum kegiatan tersebut bertujuan untuk menurunkan prevalensi kurang gizi. Sedangkan tujuan khususnya diantaranya adalah menurunkan jumlah balita kurang gizi dengan pemberian makanan tambahan. Memperbaiki status gizi buruk dan kurang gizi menjadi gizi baik, juga mempertahankan status gizi baik di pos gizi. Meningkatkan status gizi balita (sangat kurus) menjadi normal sesuai dengan tata laksana gizi buruk di Pusat Pemulihan Gizi. Meningkatkan angka D/S yang menunjukkan perbandingan jumlah anak balita yang hadir dan ditimbang di posyandu dengan jumlah semua anak balita yang ada di seluruh wilayah posyandu. Tujuan lainnya adalah tertangani masalah status gizi kurang buruk di Kota Depok.

Positive Defiance (PD) sudah dimulai sejak tahun 2005. Sedangkan Teurapeutic Feeding Center (TFC) mulai beroperasi pada tahun 2008 di 2 puskesmas yaitu puskesmas Sukmajaya dan Puskesmas Cimanggis untuk rawat inap. Kemudian pada tahun 2011 TFC rawat jalan dilakukan di puskesmas Cimanggis dan puskesmas Pancoran Mas.

Masih menurut dr. Ani Rubiani, penanganan tfc sejak tahun 2008 hingga 2011 telah menangani 80 kasus. Dengan keseluruhan kasus berhasil diselesaikan baik dengan pulang dengan berhasil mengalami kenaikan berat badan, rujukan, ataupun rawat jalan. Selama di TFC dilakukan pula ketrampilan pembekalan kepada ibu di dalam pemberian makanan sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Kegiatan-kegiatan tersebut masih berlanjut dan berkesinambungan hingga saat ini. Dengan harapan penanganan kurang gizi pada anak mampu teratasi.

Gizi Buruk Landa Jutaan Anak Indonesia

Laporan riset kesehatan dasar 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan jutaan anak Indonesia terhambat akibat kekurangan gizi kronik saat balitahatan dasar (Riskesdas) 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan jutaan anak Indonesia terhambat akibat kekurangan gizi kronik saat balita.Akibat kekurangan gizi kronik, Riskesdas 2010 juga mencatat, sebanyak 7,8 juta anak Indonesia mengalami keterhambatan pertumbuhan.

"Hasil riset 36 persen balita Indonesia alami kekurangan gizi kronik," tulis pakar gizi dan kesehatan masyarakat, Ali Khomsan, dalam siaran persnya Sabtu (16/3).

Masalah gizi ini dikatakan Ali juga terkait dengan perkembangan kognitif anak. Akibat kekurangan gizi pada anak, pertumbuhan fisik dan otak tidak optimal. Perkembangan kognitif pun akan ikut mengalami keterhambatan.

"Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) akan menyajikan modul edukasi baru yang berguna bagi para kader sehingga masyarakat tertarik untuk datang ke Posyandu guna berkonsultasi dan mengecek status tumbuh-kembang batitanya," kata Ali.

Hal ini penting karena pemberdayaan Posyandu menurut Ali akan berdampak kuat terhadap peningkatan gizi masyarakat, sehingga turut mendukung tercapainya target Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia masih belum bebas dari masalah kurang gizi. Dari South East Asia Nutrition Survey (SEANUTS), masalah anemia pada anak masih belum bisa diturunkan hingga hari ini.

Daftar 13 Rumah Sakit Inggris yang Gagal Penuhi Gizi PasienSEANUTS melakukan studi tentang status gizi di 4 negara di ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Studi ini dilakukan selama 12 bulan yang bertujuan meneliti status gizi, pertumbuhan, pola pola makan serta asupan gizi anak-anak rentang usia 6 bulan hingga 12 tahun.

Di Indonesia, SEANUTS dilaksanakan bersama PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) dan melibatkan 7.200 anak-anak; Malaysia (Universiti Kebangsaan Malaysia/ 3.304), Thailand (Mahidol University / 3.100) ; Vietnam (Vietnam National Institute of Nutrition / 2.880). Khusus di Indonesia, studi dilakukan mulai Januari hingga Desember 2011 di 48 kabupaten/kota dari 25 provinsi.

Berikut sejumlah masalah kurang gizi yang dialami anak-anak berdasarkan hasil SEANUTS:

1. AnemiaDari data 2006, kasus anemia meningkat dari awalnya 25 persen menjadi 27,7 persen. Dan anemia pada anak-anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun menjadi perhatian khusus.

2. Kurang vitamin A"Bukan hanya anemia yang menjadi masalah di Indonesia pada anak. Tapi, kurangnya Vitamin A juga masih menjadi masalah di Indonesia," kata DR Fitra Ernawati, M.Sc dariPusat Teknologi Kesehatan di Balai Kartini, Jakarta, Senin (25/2/2013).

Fitra mengungkapkan, pada 2006, sebanyak 11 persen anak-anak balita kekurangan Vitamin A dan Iodium sebanyak 12 persen. Namun kasus kekurangan Vitamin A tak hanya dialami Indonesia, tiga negara lainnya yang masuk dalam SEANUT juga kekurangan Vitamin A.

"Kekurangan Vitamin A pada anak usia 2-5 tahun, mengalami penurunan yang bermakna. Tapi masih menjadi perhatian juga," ujarnya.

"Bukan hanya itu saja, asupan zat gizi mikro terutama seperti zat besi,yang masih perlu ditingkatkan".

3. Kurang Vitamin D"Kekurangan Vitamin D pada anak usia 2-12 tahun, masih menjadi masalah juga. Ini merupakan zat gizi mikro baru yang mendapat perhatian karena fungsinya yang selain membantu penyerapan kalsium juga diperlukan untuk pertumbuhan".

Sebelumnya,Menteri Kesehatan Nafsiah Mboimenegaskan, angka penurunan gizi buruk di Indonesia baru mencapai 14 persen. Tapi, dalam tahun terakhir penurunan itu sangat landai tak bisa cepat lagi sehingga dikhawatirkan target Millenium Development Goals (MDG's) 2015 sebesar 15% tak tercapai.

Anak-anak yang mengalami gizi kurang biasanya karena tidak mendapatkan asupan gizi yang sesuai usiannya. Anak yang kurang gizi ditandai dengan badan yang kurus, karena berat badannya kurang untuk anak seusianya.

Selain itu, tubuh anak yang kurang gizi juga lebih pendek dibanding anak seusianya. Dan jika masalah kekurangan gizi ini tidak kunjung diatasi, anak itu akan mengalami masalah gizi buruk.(Mel/Igw)

Tanda Kurang Gizi Pada Anak dan Penyebabnya

GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.Tanda kurang giziMenurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga.1. Disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal.2. Disebut sebagai Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan.3. Disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah di sudut mulut.

Faktor penyebabKurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal, kata Sri. Sri menambahkan, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama.Faktor Penyebab Kurang GiziSri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada anak.1. jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi. Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri, terutama ntuk makan, tutur Sri.2. anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain.3. karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi.4. kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. Kurang gizi yang murni adalah karena makanan, kata Sri. Menurut Sri, si Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik, lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak.5. kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi. Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.

Upaya yang harus dilakukanBila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit, anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya.Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik.Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak. Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan mengobati penyakit-penyakit penyerta.