Klasifikasi Ilmu kelompok

38
KLASIFIKASI ILMU ( NATURAL SCIENCE DAN SOCIAL SCIENCE ) Filsafat Ilmu Disusun Oleh : Christianto Panggabean 120820110064 Hendry Sulistianto 120820110065 Arief Wicaksono 120820110066 Yohan Syah Lubis 120820110073 Riko Martias 120820110074 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS PADJAJARAN 2011 1

description

material

Transcript of Klasifikasi Ilmu kelompok

Page 1: Klasifikasi Ilmu kelompok

KLASIFIKASI ILMU

( NATURAL SCIENCE DAN SOCIAL SCIENCE )

Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :

Christianto Panggabean 120820110064

Hendry Sulistianto 120820110065

Arief Wicaksono 120820110066

Yohan Syah Lubis 120820110073

Riko Martias 120820110074

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2011

1

Page 2: Klasifikasi Ilmu kelompok

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetetahuan yang pertama adalah filsafat. Filsafat itu dapat

dikatakan sebagai induk dari segala ilmu. Oleh orang Yunani, filsafat itu diberi

nama: “philosophia” yang berarti cinta akan ilmu pengetahuan. Filsafat

membicarakan hakikat hidup dan kehidupan di dunia yang dipersoalkannya

misalnya, apakah asal mula hidup ini, apakah tujuan hidup ini, apakah ada

kehidupan sebelum sekarang ini dan lain sebagainya. Ilmu yang pertama ini murni

sifatnya. Timbulnya ilmu ini didorong oleh hasrat manusia untuk menyelidiki dan

untuk mengetahui saja. Tidak terkandung dalam pikiran manusia untuk

mempergunakan ilmu itu sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan. Hasrat

hanya untuk mencari pengetahuan semata-mata dengan tidak mengharapkan

keuntungan dari pengetahuan itu. Filsafat sifatnya hanya sekedar merenungkan.

Dengan berkembangnya masyarakat, maka terasa dalam hidup itu perlu

adanya alat-alat yang dapat menolong manusia. Dengan demikian timbullah hasrat

untuk menyelidiki alam sekitar. Diusahakan agar hasil penyelidikan itu dapat

dipergunakan untuk keperluan hidup. Sejak itu timbullah ilmu-ilmu baru sebagai

cabang dari ilmu pengetahuan yang pertama tadi. Mula-mula cabang-cabang ilmu

pengetahuan yang baru timbul itu masih berhubungan erat dengan induk ilmu tadi.

Akan tetapi lambat laun ilmu baru itu melepaskan diri daripadanya. Timbullah

tiga cabang ilmu pengetahuan baru yaitu: dari filsafat alam timbullah ilmu

pengetahuan alam atau natural science, dari filsafat moral timbullah ilmu

pengetahuan sosial atau social science

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari Ilmu Pengetahuan dan

Ilmu Sosial.

2. Kesamaan antara Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Sosial.

2

Page 3: Klasifikasi Ilmu kelompok

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ilmu Pengetahuan

Menurut “ensiklopedia Indonesia” ilmu pengetahuan adalah suatu sistem

dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil

pemeriksaaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan

metode-metode tertentu. Ilmu pengetahuan prinsipnya merupakan usaha untuk

mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang

berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun

dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan

berbagai metode.

Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science , yang berasal

dari bahasa latin scientiadari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,

mengetahui. Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang

rasional, sistematik, logis, dan konsisten.

2.2 Perbedaan Ilmu Pengetahuan Dengan Pengetahuan

2.1.1 Pendahuluan

Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda

dengan pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common sense).

Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu

pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka

menyamakan dua pengertian tersebut. Tentang perbedaan antara ilmu

pengetahuan dan pengetahuan akan dicoba dibahas disini.

Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau

membahas esensi atau hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula

membahas pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat pengetahuan.

Untuk itu kita perlu memahami serba sedikit Filsafat Ilmu Pengetahuan.

Dengan mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan di samping akan diketahui

hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita tidak akan

3

Page 4: Klasifikasi Ilmu kelompok

terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga makin menyempit dan

eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka

perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapat menghargai ilmu-

ilmu lain, dapat berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain. Dengan demikian

kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.

Sebelum kita membahas hakekat ilmu pengetahuan dan perbedaannya

dengan pengetahuan, terlebih dahulu akan dikemukakan serba sedikit

tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.

2.1.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Mempelajari sejarah ilmu pengetahuan itu penting, karena dengan

mempelajari hal tersebut kita dapat mengetahui tahap-tahap

perkembangannya. Ilmu pengetahuan tidak langsung terbentuk begitu saja,

tetapi melalui proses, melalui tahap-tahap atau periode-periode

perkembangan.

a) Periode Pertama (abad 4 sebelum Masehi)

Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum

Masehi, karena peninggalan-peninggalan yang menggambarkan ilmu

pengetahuan diketemukan mulai abad 4 sebelum Masehi. Abad 4 sebelum

Masehi merupakan abad terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke

persepsi logos, dari dongeng-dongeng ke analisis rasional. Contoh persepsi

mitos adalah pandangan yang beranggapan bahwa kejadian-kejadian

misalnya adanya penyakit atau gempa bumi disebabkan perbuatan dewa-

dewa. Jadi pandangan tersebut tidak bersifat rasional, sebaliknya persepsi

logos adalah pandangan yang bersifat rasional. Dalam persepsi mitos,

dunia atau kosmos dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan magis, mistis.

Atau dengan kata lain, dunia dijelaskan oleh faktor-faktor luar (eksternal).

Sedang dalam persepsi rasional, dunia dianalisis dari faktor-faktor dalam

(internal). Atau dengan kata lain, dunia dianalisis dengan argumentasi

yang dapat diterima secara rasional atau akal sehat. Analisis rasional ini

4

Page 5: Klasifikasi Ilmu kelompok

merupakan perintisan analisis secara ilmiah, tetapi belum dapat dikatakan

ilmiah.

Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi

Aristoteles tentang dunia adalah sebagai berikut: dunia adalah ontologis

atau ada (eksis). Sebelum Aristoteles dunia dipersepsikan tidak eksis,

dunia hanya menumpang keberadaan dewa-dewa. Dunia bukan dunia riil,

yang riil adalah dunia ide. Menurut Aristoteles, dunia merupakan

substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah sesuatu

yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri. Setiap substansi

mempunyai struktur ontologis. Dalam struktur terdapat 2 prinsip, yaitu:

1) Akt: menunjukkan prinsip kesempurnaan (realis); 2) Potensi:

menunjukkan prinsip kemampuannya, kemungkinannya (relatif). Setiap

benda sempurna dalam dirinya dan mempunyai kemungkinan untuk

mempunyai kesempurnaan lain. Perubahan terjadi bila potensi berubah,

dan perubahan tersebut direalisasikan.

Gambar 8 : Aristoteles

5

Page 6: Klasifikasi Ilmu kelompok

Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari

perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut:

1) Hal Pengenalan

Menurut Aristoteles terdapat dua macam pengenalan, yaitu:

(1) pengenalan inderawi; (2) pengenalan rasional. Menurut Aristoteles,

pengenalan inderawi memberi pengetahuan tentang hal-hal yang

kongkrit dari suatu benda. Sedang pengenalan rasional dapat mencapai

hakekat sesuatu, melalui jalan abstraksi.

2) Hal Metode

Selanjutnya, menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah

pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum bukan objek-

objek eksternal atau fakta. Penggunaan prinsip atau hukum berarti

berargumentasi (reasoning). Menurut Aristoteles, mengembangkan

“ilmu pengetahuan” berarti mengembangkan prinsip-prinsip,

mengembangkan “ilmu pengetahuan” (teori) tidak terletak pada

akumulasi data tetapi peningkatan kualitas teori dan metode.

Selanjutnya, menurut Aristoteles, metode untuk mengembangkan

“ilmu pengetahuan” ada dua, yaitu: (1) induksi intuitif yaitu mulai dari

fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universal); (2) deduksi

(silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.

b) Periode Kedua (abad 17 sesudah Masehi)

Pada periode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena

adanya perombakan total dalam cara berpikir. Perombakan total tersebut

adalah sebagai berikut:

Apabila Aristoteles cara berpikirnya bersifat ontologis rasional,

Gallileo Gallilei (tokoh pada awal abad 17 sesudah Masehi) cara

berpikirnya bersifat analisis yang dituangkan dalam bentuk kuantitatif atau

matematis. Yang dimunculkan dalam berfikir ilmiah Aristoteles adalah

berpikir tentang hakekat, jadi berpikir metafisis (apa yang berada di balik

yang nampak atau apa yang berada di balik fenomena).

6

Page 7: Klasifikasi Ilmu kelompok

Gambar 9 : Gallileo Gallilei

Abad 17 meninggalkan cara berpikir metafisi dan beralih ke elemen-

elemen yang terdapat pada sutau benda, jadi tidak mempersoalkan hakikat.

Dengan demikian bukan substansi tetapi elemen-elemen yang merupakan

kesatuan sistem. Cara berpikir abad 17 mengkonstruksi suatu model yaitu

memasukkan unsur makro menjadi mikro, mengkonstruksi suatu model

yang dapat diuji coba secara empiris, sehingga memerlukan adanya

laboratorium. Uji coba penting, untuk itu harus membuat eksperimen. Ini

berarti mempergunakan pendekatan matematis dan pendekatan

eksperimental. Selanjutnya apabila pada jaman Aristoteles ilmu

pengetahuan bersifat ontologis, maka sejak abad 17, ilmu pengetahuan

berpijak pada prinsip-prinsip yang kuat yaitu jelas dan terpilah-pilah

(clearly and distinctly) serta disatu pihak berpikir pada kesadaran, dan

pihak lain berpihak pada materi. Prinsip jelas dan terpilah-pilah dapat

dilihat dari pandangan Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan

yang terkenal, yaitu Cogito Ergo Sum, yang artinya karena aku berpikir

7

Page 8: Klasifikasi Ilmu kelompok

maka aku ada. Ungkapan Cogito Ergo Sum adalah sesuatu yang pasti,

karena berpikir bukan merupakan khayalan. Suatu yang pasti adalah jelas

dan terpilah-pilah. Menurut Descartes pengetahuan tentang sesuatu bukan

hasil pengamatan melainkan hasil pemeriksaan rasio (dalam Hadiwijono,

1981). Pengamatan merupakan hasil kerja dari indera (mata, telinga,

hidung, dan lain sebagainya), oleh karena itu hasilnya kabur, karena ini

sama dengan pengamatan binatang. Untuk mencapai sesuatu yang pasti

menurut Descartes kita harus meragukan apa yang kita amati dan kita

ketahui sehari-hari. Pangkal pemikiran yang pasti menurut Descartes

dikemukakan melalui keragu-raguan. Keragu-raguan menimbulkan

kesadaran, kesadaran ini berada di samping materi. Prinsip ilmu

pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak

pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-

1808). Menurut Immanuel Kant ilmu pengetahuan itu bukan merupakan

pangalaman terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio.

Gambar 10 : Rene Descartes

Agar dapat memahami pandangan Immanuel Kant tersebut perlu

terlebih dahulu mengenal pandangan rasionalisme dan empirisme.

Rasionalisme mementingkan unsur-unsur apriori dalam pengenalan,

8

Page 9: Klasifikasi Ilmu kelompok

berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala pengalaman. Sedangkan

empirisme menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang

berasal dari pengalaman. Menurut Immanuel Kant, baik rasionalisme

maupun empirisme dua-duanya berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan

bahwa pengenalan manusia merupakan keterpaduan atau sintesa antara

unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori (dalam Bertens, 1975).

Oleh karena itu Kant berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek

dan bukan pada objek. Sehingga dapat dikatakan menurut Kant ilmu

pengetahuan bukan hasil pengalaman, tetapi hasil konstruksi oleh rasio.

Inilah pandangan Rene Descartes dan Immanuel Kant yang menolak

pandangan Aristoteles yang bersifat ontologis dan metafisis. Banyak tokoh

lain yang meninggalkan pandangan Aristoteles, namun dalam makalah ini

cukup mengajukan dua tokoh tersebut, kiranya cukup untuk

menggambarkan adanya pemikiran yang revolusioner dalam

perkembangan ilmu pengetahuan.

Terdapat beberapa definisi ilmu pengetahuan, di antaranya adalah:

1. Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.

Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2. Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.

Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak

terbatas pada hal-hal yang bersifat materi.

3. Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental.

Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak

hanya hasil/metode eksperimental semata, tetapi juga hasil

pengamatan, wawancara. Atau dapat dikatakan definisi ini tidak

memberikan tali pengikat yang kuat untuk menyatukan hasil

eksperimen dan hasil pengamatan (Ziman J. dalam Qadir C.A.,

1995).

9

Page 10: Klasifikasi Ilmu kelompok

4. Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui

kesimpulan logis dari pengamatan empiris.

Definisi mempergunakan metode induksi yaitu membangun prinsip-

prinsip umum berdasarkan berbagai hasil pengamatan. Definisi ini

memberikan tempat adanya hipotesa, sebagai ramalan akan hasil

pengamatan yang akan datang. Definisi ini juga mengakui pentingnya

pemikiran spekulatif atau metafisik selama ada kesesuaian dengan hasil

pengamatan. Namun demikian, definisi ini tidak bersifat hitam atau putih.

Definisi ini tidak memberi tempat pada pengujian pengamatan dengan

penelitian lebih lanjut.

Kebenaran yang disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya

berdasarkan kesimpulan logis berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal

sehat. Apabila kesimpulan tersebut hanya merupakan akal sehat, walaupun

itu berdasarkan pengamatan empiris, tetap belum dapat dikatakan sebagai

ilmu pengetahuan tetapi masih pada taraf pengetahuan. Ilmu pengetahuan

bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil pengamatan, namun

haruslah merupakan kerangka konseptual atau teori yang memberi tempat

bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli-ahli lain dalam

bidang yang sama, dengan demikian diterima secara universal. Ini berarti

terdapat adanya kesepakatan di antara para ahli terhadap kerangka

konseptual yang telah dikaji dan diuji secara kritis atau telah dilakukan

penelitian akan percobaan terhadap kerangka konseptual tersebut.

Berdasarkan pemahaman tersebut maka pandangan yang bersifat statis

ekstrim, maupun yang bersifat dinamis ekstrim harus kita tolak.

Pandangan yang bersifat statis ekstrim menyatakan bahwa ilmu

pengetahuan merupakan cara menjelaskan alam semesta di mana kita

hidup. Ini berarti ilmu pengetahuan dianggap sebagai pabrik pengetahuan.

Sementara pandangan yang bersifat dinamis ekstrim menyatakan ilmu

pengetahuan merupakan kegiatan yang menjadi dasar munculnya kegiatan

lebih lanjut. Jadi ilmu pengetahuan dapat diibaratkan dengan suatu

10

Page 11: Klasifikasi Ilmu kelompok

laboratorium. Bila kedua pandangan ekstrim tersebut diterima, maka ilmu

pengetahuan akan hilang musnah, ketika pabrik dan laboratorium tersebut

ditutup.

Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam atau

kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi

merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan

teori, prinsip, atau dalil lebih lanjut, atau dengan kata lain untuk

menemukan teori, prinsip, atau dalil baru. Oleh karena itu, ilmu

pengetahuan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual

yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan

pengamatan yang bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut (Ziman J.

dalam Qadir C.A., 1995). Pengertian percobaan di sini adalah pengkajian

atau pengujian terhadap kerangka konseptual, ini dapat dilakukan dengan

penelitian (pengamatan dan wawancara) atau dengan percobaan

(eksperimen).

Selanjutnya John Ziman menjelaskan bahwa definisi tersebut memberi

tekanan pada makna manfaat, mengapa? Kesahihan gagasan baru dan

makna penemuan eksperimen baru atau juga penemuan penelitian baru

(menurut penulis) akan diukur hasilnya yaitu hasil dalam kaitan dengan

gagasan lain dan eksperimen lain. Dengan demikian ilmu pengetahuan

tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai

penyelidikan yang berhasil hanya sampai pada tingkat yang

bersinambungan (Ziman J. dalam Qadir C.A., 1995).

Bila kita analisis lebih lanjut perlu dipertanyakan mengapa definisi

ilmu pengetahuan di atas menekankan kemampuannya untuk

menghasilkan percobaan baru, berarti juga menghasilkan penelitian baru

yang pada gilirannya menghasilkan teori baru dan seterusnya –

berlangsung tanpa berhenti. Mengapa ilmu pengetahuan tidak menekankan

penerapannya? Seperti yang dilakukan para ahli fisika dan kimia yang

hanya menekankan pada penerapannya yaitu dengan mempertanyakan

11

Page 12: Klasifikasi Ilmu kelompok

bagaimana alam semesta dibentuk dan berfungsi? Bila hanya itu yang

menjadi penekanan ilmu pengetahuan, maka apabila pertanyaan itu sudah

terjawab, ilmu pengetahuan itu akan berhenti. Oleh karena itu, definisi

ilmu pengetahuan tidak berorientasi pada penerapannya melainkan pada

kemampuannya untuk menghasilkan percobaan baru atau penelitian baru,

dan pada gilirannya menghasilkan teori baru.

Para ahli fisika dan kimia yang menekankan penerapannya pada

hakikatnya bukan merupakan ilmu pengetahuan, tetapi merupakan akal

sehat (common sense). Selanjutnya untuk membedakan hasil akal sehat

dengan ilmu pengetahuan William James yang menyatakan hasil akal

sehat adalah sistem perseptual, sedang hasil ilmu pengetahuan adalah

sistem konseptual (Conant J. B. dalam Qadir C. A., 1995). Kemudian

bagaimana cara untuk memantapkan atau mengembangkan ilmu

pengetahuan? Berdasarkan definisi ilmu pengetahuan tersebut di atas maka

pemantapan dilakukan dengan penelitian-penelitian dan percobaan-

percobaan.

Perlu dipertanyakan pula bagaimana hubungan antara akal sehat yang

menghasilkan perseptual dengan ilmu pengetahuan sebagai konseptual.

Jawabannya adalah akal sehat yang menghasilkan pengetahuan merupakan

premis bagi pengetahuan eksperimental (Conant, J.B. dalam Qadir C.A.,

1995). Ini berarti pengetahuan merupakan masukan bagi ilmu

pengetahuan, masukan tersebut selanjutnya diterima sebagai masalah

untuk diteliti lebih lanjut. Hasil penelitian dapat berbentuk teori baru.

Sedangkan Ernest Nagel secara rinci membedakan pengetahuan

(common sense) dengan ilmu pengetahuan (science).

Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dalam common sense informasi tentang suatu fakta jarang disertai

penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak

melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta

yang satu dengan fakta lain. Sedang dalam science di samping

diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol dengan

12

Page 13: Klasifikasi Ilmu kelompok

sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan

pengklarifikasian berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang

berlaku.

2) Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik.

Penelitian ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip

yang mendasar dan berlaku umum tentang suatu hal. Artinya

dengan berpedoman pada teori-teori yang dihasilkan dalam

penelitian-penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan untuk

menyempurnakan teori yang telah ada yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Sedang common sense tidak memberikan

penjelasan (eksplanasi) yang sistematis dari berbagai fakta yang

terjalin. Di samping itu, dalam common sense cara pengumpulan

data bersifat subjektif, karena common sense sarat dengan muatan-

muatan emosi dan perasaan.

3) Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, ilmu pengetahuan

menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu

pengetahuan.

Ilmu pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi

pola-pola eksplanasi sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas

aturan-aturan. Dengan menunjukkan hubungan logis dari proposisi

yang satu dengan lainnya, ilmu pengetahuan tampil mengatasi

konflik.

4) Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap, sedang

kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian

kritis. Kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada

pengujian melalui observasi maupun eksperimen dan sewaktu-

waktu dapat diperbaharui atau diganti.

5) Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan

untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam

common sense biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-

13

Page 14: Klasifikasi Ilmu kelompok

samar. Sedang ilmu pengetahuan merupakan konsep-konsep yang

tajam yang harus dapat diverifikasi secara empirik.

6) Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur.

Ilmu pengetahuan berdasar pada metode ilmiah. Dalam ilmu

pengetahuan alam (sains), metoda yang dipergunakan adalah

metoda pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi.

Sedang ilmu sosial dan budaya juga menggunakan metode

pengamatan, wawancara, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi.

Dalam common sense cara mendapatkan pengetahuan hanya

melalui pengamatan dengan panca indera.

Gambar 11 : Ernest Nagel

Dari berbagai uraian berdasarkan pandangan tokoh-tokoh tersebut

dapatlah dikatakan: ilmu pengetahuan adalah kerangka konseptual

atau teori uang saling berkaitan yang memberi tempat pengkajian

dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli lain

dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik,

objektif, dan universal.

Sedang pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap,

karena tidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian

14

Page 15: Klasifikasi Ilmu kelompok

secara kritis oleh orang lain, dengan demikian tidak bersifat

sistematik dan tidak objektif serta tidak universal.

2.3 Ilmu

Ilmu menurut DR. Moh. Hatta adalah pengetahuan yang didapat dari

pengalaman disebut “pengetahuan pengalaman” ringkasnya adalah pengetahuan.

Pengetahuan yang didapatkan dengan jalan keterengan disebut ilmu. Langeveld

menyatakan pengetahuan adalah kesatuan subjek yang mengetahui dan objek yang

diketahui, suatu kesatuan dimana objek itu dipandang oleh subjek sebagai yang

diketahuinya.

Endang Saifuddin membedakan 4 macam pengetahuan:

1. Pengetahuan biasa adalah pengetahuan tentang hal-hal yang biasa yang

sehari-hari yang disebut pengetahuan.

2. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang mengetahui sistem dan

metode tertentu yang disebut ilmu pengetahuan.

3. Pengetahuan filosofis, adalah semacam “ilmu” yang istimewa, yang

mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak terjawab oleh ilmi-

ilmu biasa, yang disebut filsafat.

4. Pengetahuan teologis yaitu pengetahuan keagamaan, pengetahuan

tentang agama, pengeteahuan tentang pemberitahuan dari Tuhan.

2.4 Klasifikasi Ilmu

1. Ilmu alam (Natural Science)

Ilmu alam (Inggris:natural science) atau ilmu pengetahuan alam

adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana

obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan

umum, berlaku kapan pun dimana pun.

Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya

adalah pengetahuan.

Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa:

“Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses”

15

Page 16: Klasifikasi Ilmu kelompok

Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa:

“Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk

mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan

produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both

product and process, inseparably Joint “

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para

ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan

tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,

menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa

karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala

alam dapat berbentuk kuantitas.

Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang bumi

dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu

terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi,

dan seni.

Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan

sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam

ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu"

sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat

alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam (biasa disingkat IPA).

Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang

kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti.

Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu

alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam

pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti

alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan

dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia

yang mendasari alam semesta).

16

Page 17: Klasifikasi Ilmu kelompok

Ciri – ciri ilmu alam:

1. Mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah dikontrol.

Dengan demikian tidak begitu mengalami perubahan baik dalam

perspektif waktu maupun tempat.

2. Mempelajari alam dan manusia secara statis.

3. Disebabkan sifat bidang kajiannya yang bersifat statis maka

dimanapun dan kapanpun, selama kebenaran teori keilmuan masih

diterima, pikiran-pikiran dasar yang melandasi sebuah teori ilmu

alam adalah sama. Artinya selama kita masih menerima teori

mekanika klasik newton, dimana pun dan kapanpun kita menerima

postulat, asumsi, dan prinsip yang melandasi teori tersebut.

Cabang-cabang utama dari ilmu alam adalah:

1. Astronomi

Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari

Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan

pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi dan

atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan

kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar bumi),

juga proses yang melibatkan mereka.

2. Biologi

Biologi (ilmu hayat) adalah ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini

diambil dari bahasa Belanda "biologie", yang juga diturunkan dari

gabungan kata bahasa Yunani, βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos

("lambang", "ilmu"). Dahulu sampai tahun 1970-an digunakan

istilah ilmu hayat (diambil dari bahasa Arab, artinya "ilmu

kehidupan").

3. Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme

dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani

oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai

17

Page 18: Klasifikasi Ilmu kelompok

ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun

interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi

pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).

Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau

sistem dengan lingkungannya.

4. Fisika

Fisika (Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις

(physis), "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam

makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak

hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Para fisikawan

atau ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang

yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang

membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi

alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.

5. Geologi

Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos,

"kata", "alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi,

komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses

pembentukannya.

6. Geografi fisik berbasis ilmu

i. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta

persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik

dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari

Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau

"menjelaskan").

7. Ilmu bumi

Ilmu bumi (Inggris: earth science, geoscience) adalah suatu istilah

untuk kumpulan cabang-cabang ilmu yang mempelajari bumi.

Cabang ilmu ini menggunakan gabungan ilmu fisika, geografi,

matematika, kimia dan biologi untuk membentuk suatu pengertian

kuantitatif dari lapisan-lapisan bumi.

18

Page 19: Klasifikasi Ilmu kelompok

8. Kimia

Kimia (dari bahasa Farsi dan bahasa Indo-Eropa کیمیا / kimia "seni

transformasi" "alkimia") adalah ilmu yang mempelajari mengenai

komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom

hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi

mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari.

Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom

individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut

pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik

materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang

pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom dan ikatan kimia.

2.5 Ilmu sosial (social science)

Ilmu sosial (Inggris:social science) atau ilmu pengetahuan sosial

(Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari

aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu

ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode

ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif.

Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas

dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan

masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri

pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas

terhadap masyarakat.

Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,

inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah

bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu

sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan

interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia

serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak

peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial.

19

Page 20: Klasifikasi Ilmu kelompok

Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan

dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.

Ciri – ciri ilmu sosial:

1. Objek penelitian ilmu sosial adalah manusia yang memiliki satu

karakteristik yang unik yang membedakan manusia dari wujud

lainnya.

2. Mempelajari alam dan manusia dalam konteks interaksi yang dinamis.

3. Ilmu sosial tidak mengkaji manusia dalam konteks yang dinamis

dimana manusia dan manusia, manusia dengan benda, membentuk

suatu jaringan interaksi yang membuahkan kebudayaan tertentu.

Berarti, dalam ilmu sosial sering kita mempunyai pikiran-pikiran dasar

yang berbeda mengenai suatu objek penelaahan yang sama. Atau

dengan kata lain ilmu sosial sering tidak mempunyai satu teori

mengenai gejala sosial tertentu. Melainkan seperangkat teori yang

didasarkan kepada seperangkat postulat, asumsi dan prinsip yang

berbeda. Oleh sebab itu dalam memanfaatkan seperangkat teori ilmu

sosial dalam memecahkan gejala sosial harus disadari bahwa nilai dan

sikap kebudayaan yang berbeda membutuhkan pikiran dasar konsepsi

keilmuan yang berbeda pula.

Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:

1. Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan

khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan

masyarakat

2. Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan

dalam masyarakat

3. Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas

fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi

4. Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan

5. Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa

20

Page 21: Klasifikasi Ilmu kelompok

6. Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan

belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral

7. Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia

(termasuk negara)

8. Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental

9. Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan

umat manusia

10. Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar

manusia di dalamnya

2.6 Kesamaan Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Secara metodologis sebenarnya tidak tedapat perbedaan antar ilmu-ilmu

alam dan ilmu-ilmu sosial, keduanya memperduganakan metode ilmiah, yang

didasarkan pada prinsip logika-hipotesis-verifikasi. Namun disebabkan bidang

kajian yang berbeda. Ilmu-ilmu alam mempelajari alam dan manusia secara statis

sedangkan ilmu-ilmu sosial mempelajari kedua objek ini dalam konteks interaksi

yang dinamis, maka tampak beberapa perbedaan antar kedua bidang kajian

keilmuan ini.

2.7 Perbedaan Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang kemajuannya sangat pesat,

ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal ini disebabkan oleh subyek

ilmu-ilmu sosial yang adalah manusia sebagai makhluk multidimensional.

1. Obyek Penelaahan yang Kompleks

Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alami yang

hanya bersifat fisik. Kendati juga memiliki karakteristik fisik, gejala sosial

memerlukan penjelasan yang lebih dalam. Hal yang bersifat azasi sering

tak tersentuh oleh pengamatan terhadap gejala fisik karena sifatnya yang

umum. Penelaahan ilmu alam meliputi beberapa variabel dalam jumlah

yang relatif kecil dan dapat diukur secara tepat, sedangkan variabel ilmu

sosial sangat banyak dan rumit.

21

Page 22: Klasifikasi Ilmu kelompok

2. Kesukaran dalam Pengamatan

Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan

gejala ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin menangkap gejala

masa lalu secara indrawi kecuali melalui dokumentasi yang baik,

sedangkan seorang ahli ilmu kimia atau fisika, misalnya, bisa mengulangi

percobaan yang sama setiap waktu dan mengamatinya secara langsung.

Hakikat ilmu-ilmu sosial tidak memungkinkan pengamatan secara

langsung dan berulang.

Mungkin saja seorang ahli ilmu sosial mengamati gejala sosial secara

langsung, tetapi ia akan menemui kesulitan untuk melakukannya secara

keseluruhan karena gejala sosial lebih variatif dibandingkan gejala fisik.

Perlakuan yang sama terhadap setiap individu penelitian dalam ilmu sosial

bisa menghasilkan suatu tabulasi, tetapi peluang kebenaran pada perlakuan

yang sama itu pun tidak sebesar peluang kesamaan dalam ilmu-ilmu alam.

3. Obyek Penelaahan yang Tak Terulang

Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan dapat diamati secara

langsung. Gejala sosial bersifat unik dan sukar terulang kembali. Abstraksi

secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik lewat perumusan

kuantitatif dan hukum yang berlaku secara umum. Tetapi kebanyakan

masalah sosial bersifat spesifik dalam konteks historis tertentu.

4. Hubungan antara Ahli dan Obyek Penelaahan

Ahli ilmu sosial mempelajari manusia, makhluk hidup yang penuh

tujuan dalam tingkah lakunya, sedangkan gejala fisik kealaman seperti

unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang mati. Karena itu

subyek penelaahan ilmu sosial dapat berubah secara tetap sesuai dengan

tindakan manusia yang didasari keinginan dan pilihan masing-masing.

Ahli ilmu alam menyelidiki proses alami dan menyusun hukum yang

bersifat umum mengenai proses alam. Apa pun yang ia lakukan tidak

22

Page 23: Klasifikasi Ilmu kelompok

bermaksud untuk mengubah alam atau harus setuju atau tidak setuju

terhadap proses alam. Sedangkan ahli ilmu sosial tak bisa melepaskan diri

dari jalinan unsur-unsur kejadian sosial.

Kesimpulan umum dapat memengaruhi kegiatan sosial. Penemuan di

bidang ilmu alam baru akan kehilangan artinya setelah digantikan oleh

penemuan baru yang lebih baik, sedangkan penemuan di bidang sosial

akan sangat mudah kehilangan artinya jika pengetahuan tersebut ternyata

menyebabkan manusia mengubah kondisi sosialnya.

Ahli ilmu sosial tidak bersikap sebagai penonton yang menyaksikan

suatu proses kejadian sosial karena ia merupakan bagian integral dari

obyek kehidupan yang ditelaahnya. Karena itu lebih sukar bagi seorang

peneliti ilmu sosial untuk bersikap obyektif dalam masalah ilmu sosial

daripada seorang peneliti ilmu alam dalam masalah kealaman. Keterlibatan

secara emosional terhadap nilai-nilai tertentu juga cenderung memberikan

penilaian baik/ buruk yang bersifat individual/ subyektif.

Ahli ilmu alam mempelajari fakta yang terdapat pada alam, sedangkan

ahli ilmu sosial mempelajari fakta yang terdapat dalam masyarakat

kondisional. Ideal seorang ahli ilmu sosial tentang kondisi masyarakat

yang diharapkannya dapat mempersulit perkembangan penelitiannya.

Ahli ilmu sosial harus mengatasi berbagai rintangan jika berharap

untuk membuat kemajuan yang berarti dalam menerangkan, meramalkan

dan mengontrol perilaku manusia. Ini hanya dapat dilakukan bila ia gigih

dan sabar. Kemajuan pesat yang dicapai ahli-ahli ilmu alam menyebabkan

para ahli ilmu sosial mendapatkan tantangan berat untuk memecahkan

masalah kemanusiaan.

23