Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

38
Filsafat Ilmu Sosial Chapter 3, Moral Sentiments Relating to Incest: Discerning Adaptations from By-products Oleh : 1. Arief Budiman 2. Efendi Tobing 3. Indra Nur Fajar

Transcript of Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Page 1: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Filsafat Ilmu Sosial

Chapter 3, Moral Sentiments Relating to Incest: Discerning Adaptations from By-products

Oleh:

1. Arief Budiman2. Efendi Tobing

3. Indra Nur Fajar4. Deilika Chairina

5. Rizki Rianda Silva6. Muhamad Nurgiri

7. Winda Novia Rahmanisa

Page 2: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

3. Sentimen moral yang berkaitan dengan hubungan sumbang

Perilaku Pihak Ketiga dan Sentimen Moral

Seandainya antropologi dari mars untuk mempelajari spesies kita, tentu saja salah satu dari

banyak fitur akan ia laporkanyaituketertarikan kita yang tampak tak berujung pada apa yang

orang lain lakukan, Misalnya, seseorang mencoba melakukan kecurangandemi perubahan sosial.

Pengamatan ini secara alami akan mendorong berbagai pertanyaan seperti: mengapa kita penuh

gairah untuk mengetahui tentang apa yang orang lain lakukan? Apa asal sentimen kita yang

menyangkut perilaku pihak ketiga. Apakah Itu adalah asal sentimen moral kita?

Tujuan utama bab ini adalah mengumpulkan asal sentimen moral dalam suatu domain

tertentu: hubungan sumbang. Topik ini telah mendapat banyak perhatian dalam ilmu-ilmu sosial,

serta masih ada sedikit konsensus mengenai sejauh mana mekanisme yang mengatur sentimen

dalam bentuk penghindaran moral perkawinan yangberkaitan dengan hubungan sumbang. Dalam

upaya untuk menerangkan hubungan antara penghindaranperkawin sedarah dan ekspresi moral

yang berkaitan dengan hubungan sumbang, penelitian yang dibahas menunjukkan bahwa

bagaimana menyusun pola evolusi adaptasi psikologis sentiment moral dalam domain ini. Dua

hipotesis dan pedukung bukti empiris menawarkan :(1)Sentimen moral yang berkaitan dengan

hubungan sedarah. Adaptasi psikologis mengatur pengembangan tentang keengganan seksual

terhadap anggota sendiri keluarga (2) Pemisah adaptasi kognitif mungkin ada untuk mengatur

perilaku seksual seseorang dalam keluarga karena konsekuensi kemampuannya terkait genetik

kawin kerabat dekat satu sama lain. Sentimen yang berkaitan dengan perkawinan sedarah

sertapenghindarannya mungkin baik, secara terpisah maupun adaptasi. Data yang dibahas

menyediakan dukungan awal westermarck edward untuk mengklaim bahwa pelarangan budaya

tentang hubungan sumbang adalah refleksidari disposisi biologis untuk mencegah konsekuensi

negatif kebugaran yang terkait dengan perkawinan sedarah.

Page 3: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Mengapa Kita Peduli Tentang Perilaku Orang Lain?

Perilaku orang lain bisa saja sangat mempengaruhi kebugaran dalam dirinya

sendiri.Perilaku dan keputusan orang lain di lingkungan sosial merupakan salah satu dari tiga

efekyang berbeda pada kebugaran inklusif: (1) Berpengaruh positif, memberikan dasar bagi

penyesuaian untuk bersifat mementingkan kepentingan orang lain (2) tidak berpengaruh sama

sekali (3) efek negatif (misalnya, dengan memiliki sumber daya yang berharga tanpa izin, terlibat

dalam tindakan perselingkuhan seksual, dan membunuh teman, saudara, atau calon pasangan).

Kategori perilaku lama (yaitu, biaya-biaya kebugaran yang memaksa) merupakan tindakan

kita yang cenderung dianggap sebagai moral yang menjijikan.Kategori yang selanjutnya (yaitu,

perilaku yang memberikan kebugaran manfaat potensial) cenderung dianggap sebagai moral

berbudi luhur dan terpuji.

Ada adaptasi hipotesis kognitifuntuk alasan mengenai perilaku orang lain. Komponen,

seperti mekanisme penalaran harus mencakup: (1) Sistem yang memantau tindakan orang lain

(dan mungkin memotivasi pengumpulan informasi untuk menilai program kemungkinan

tindakan orang lain), (2) sistem yang memperkirakan biaya dan manfaat hubungannya tindakan

orang lain atau tindakan mungkin sesuai dengan evolusi yang terlihat (misalnya, statistik rutin)

efek tindakan tertentu yang ada pada kebugaran inklusif, dan (3) sistem yang menggunakan

hitungan biaya / perkiraan manfaat untuk memotivasi gangguan (atau promosi) perilaku melalui

cara yang menyebabkan peningkatan keberhasilan reproduksi di lingkungan leluhur.

Satu jawaban mengapa kita peduli tentang apa yang orang lain lakukan di lingkungan

sosial kita adalah bahwa tindakan mereka dapat membawa konsekuensi kebugaran yang

signifikan. Namun, tampaknya kita cenderung peduli tentang apa yang orang lain lakukan

bahkan jika mereka bukan bagian lingkaran langsung sosial kita dan biaya dari tindakan mereka

tidak akan mempengaruhi kita dengan cara apapun.

Page 4: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Satu jawaban yang mungkin berasal dari pertimbangan struktur lingkungan leluhur dan

membedakan fitur adaptif sistem psikologis yang dirancang untuk alasan tentang perilaku pihak

ketiga dengan produk mereka. Sepanjang sejarah banyak evolusi spesies kita, kita hidup dalam

kelompok sosial mulai dari 25 individu tidak lebih besar dari sekitar 500 orang. Dalam

lingkungan seperti itu, akan kemungkinan itu dan individu tahu orang lain dan teratur dihadapi

sebagian besar anggota kelompok sepanjang hidup nya. Akibatnya, aksi dari semua anggota

kelompok memiliki kemungkinan peningkatan kebugaran inklusif yang benar-benar

mempengaruhi seseorang. Jadi, perilaku termotivasi sesuai dengan kebenaran lingkungan

leluhur. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian kita terhadap orang lain dengan siapa kita tidak

berinteraksi secara rutin dalam masyarakat modern mungkin merupakan produk sampingan dari

sistem yang dirancang untuk menangani pengaturan sosial yang lebih khas dari nenek moyang

kita sebagai pemburu kolektif.

Secara umum, hipotesis secara empiris maju dapat di uji, yaitu bahwa evaluasi dari

beberapa perilaku pihak ketiga dapat dilakukan oleh sistem evaluasi biaya yang sama dan

manfaat dari tindakan pada kebugarandiri seseorang. Dengan cara ini, beberapa sentimen moral

yang berkaitan dengan perilaku pihak ketiga mungkin adaptasi dari psikologis.

Rangkuman

Karena konsekuensi kebugaran potensial berasal dari tindakan orang lain dalam

lingkungan leluhur, adaptasi psikologi diduga (1) memantau perilaku orang lain, (2)

mengevaluasi biaya dan manfaat yang terkait dengan perilaku orang lain, dan (3) memotivasi

gangguan atau promosi perilaku orang lain sesuai dengan efek keputusan seperti itu pada

kebugaran inklusif berdasarkan sejarah evolusi spesies kita. Kemungkinan bahwa estimasi biaya

dan manfaat dari perilaku yang berbeda dalam suatu wilayah akan mengandalkan informasi yang

berbeda (misalnya, isyarat tanda perselingkuhan seksual yang mungkin berbeda dari isyarat yang

digunakan untuk menilai apakah seseorang telah ditipu dalam pertukaran sosial. yaitu, algoritma

yang berbeda akan membutuhkan isyarat yang berhubungan dengan domain yang berbeda dari

perilaku sosial ke dalam estimasi biaya kebugaran. Sebagai hasilnya, sentimen moral mungkin

dihasilkan dari koleksi sistem masing-masing yang dirancang khusus untuk memproses

Page 5: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

informasi tentang aspek tertentu dari dunia sosial daripada suatu sistem umum yang

menghasilkan "arti moral".

Adaptasi yang ada untuk mengatur perilaku lain melalui cara kebugaran yang inklusif ,

mungkin salah satu dampak positif, diambil sebagai masukan informasi mengenai tindakan orang

lain dengan siapa seseorang tidak berinteraksi dan menghasilkan sentimen moral (dan motivasi

yang berhubungan) di respon kepada tindakan-tindakan ini. Ini mungkin fakta bahwa pikiran kita

dilengkapi untuk menangani lingkungan leluhur yang terdiri dari kelompok sosial kecil dimana

perilaku orang lain memiliki peluang peningkatan kebugaran inklusif berdampak seseorang, baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui jaringan sosial seseorang. Akhirnya, perlu

diakui bahwasanya banyak dari perhitungan yang diduga terjadi di luar kesadaran. Tergantung

pada apakah perilaku tertentu yang dihasilkan merupakan perkiraan biaya atau manfaat untuk

kebugaran inklusif seseorang, sistem emosi yang berbeda dapat dipicu, misalnya, secara sadar

merasa tujuan dan motivasi. Sejauh mana pengetahuan yang diperoleh secara sadar (misalnya,

konsekuensi biologis menyaksikan penangkaran sanak) dapat menembus dan memperbarui

sistem-sistem ini (atau lainnya) adalah pertanyaan yang bagus layak penyelidikan.

Edward Westermarck

Westermarck seorang ilmuwan sosial asal Finlandia, yang pada awalnya menyarankan

suatu kebudayaan tentang inses, yaitu hubungan seksual antara dua orang yang bersaudara dekat

yang dianggap melanggar adat, hukum atau agama, yang berasal dari suatu kebudayaan yang

mengatur untuk menghindari perkawinan sedarah, yang biasanya terjadi antara kerabat genetik.

Dia memperhatikan bahwa tidak adanya daya tarik seksual antara saudara kandung,

Westermarck hipotesis mengatakan bahwa keakraban anak usia dini mengarah pada

pengembangan keengganan seksual, yang kemudian disalurkan saat dewasa. Hal ini kemudian

dikenal sebagai Hipotesis Westermarck (WH). Namun, masih banyak sengketa mengenai hal ini

dan menuntut bukti yang lebih mendukung..

SSSM Argumen

Page 6: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

SSSM mengibaratkan pikiran manusia sebagai tabula rasa, yaitu satu kotak kosong yang

tidak berisi apa-apa sampai pengalaman akan mengisinya.Metafora mengenai pikiran manusia

telah berubah dari kotak kosong ke switchboard dan kini menjadi sebuah komputer, namun isi

pikiran tetaplah ditentukan oleh sesuatu yang berasal dari luar, yakni dari lingkungan dan dunia

sosial. SSSM juga berpandangan bahwa arsitektur pikiran manusia didominasi oleh sejumlah

mekanisme yang bersifat general-purpose dan content-independent atau domain-general.

Mekanisme yang bersifat general-purpose itu diantaranya adalah belajar, induksi, inteligensi,

imitasi, rasionalitas, dan budaya. Psikologi evolusioner mencoba mengganti SSSM dengan

menunjukkan bahwa pikiran manusia terdiri dari sejumlah besar mekanisme yang secara

fungsional bersifat khusus dan domain specific.

Setelah itu muncul dua argumen yang dikemukakan oleh Westermarck yang dikritik oleh

para ilmuwan. Yang pertama mempertanyakan pantangan- pantangan jika penolakan seksual

secara otomatis dikembangkan. Argumen kedua lebih terfokus pada WH dan mencatat bahwa

hubungan masa kanak-kanak juga menimbulkan penolakan terhadap individu-individu yang

secara genetik tidak berhubungan karenanya, tidak dapat berfungsi sebagai sistem untuk

menghindari kawin sedarah, setiap argumen berisi asumsi keliru membuat mereka tidak efektif

pada penjelasan mendiskreditkan Westermarck tentang asal mula inses terjadi.

Revisi Dari Argumen Westermarck

Menurutnya hubungan seksual antara sesama genetik tertentu merupakan isyarat untuk

mendeteksi kerabat dan memediasi penghindaran seksual, maka seorang individu harus memilih

salah satu cara dalam suatu hubungan sebagai mitra seksual tanpa keterkaitan genetik mereka.

Dan dari penelitian ini dapat juga diketahui akibat buruk dari perkawinan sedarah.

Hubungan antara Penolakan Hubungan Kawin Sedarah dengan Incest Taboo

( aturan melarang hubungan Inses)

Meskipun sudah ada kemajuan terbaru dalam memahami bagaimana penemuan kerabat

dalam hubungan dengan manusia,seperti halnya dengan spesies-spesies lainnya,pertanyaan

Page 7: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

penting yang belum terjawab : sejauh mana adanya sistem yang mengatur penolakan hubungan

kawin sedarah dan adanya sentimen moral dari pihak ketiga mengenai hal ini? Memang telah

mulai adanya penyelidikan hubungan antara penolakan inses dan sikap budaya mengenai inses

tersebut.

Sentimen Moral yang Berkaitan Dengan Inses : Sistem/Cara yang Ampuh

untuk Mencegah Perkawinan dengan Saudara yang secara Genetik dekat

(misal : kakak dengan adik)

Edward Westermarck awalnya mengatakan bahwa Incest Taboo dan sentimen moral

adalah manifestasi atau perwujudan dari keseganan biologis. Sentimen inses disini adalah sebuah

perenungan atau refleksi untuk mencegah hubungan seks dengan saudara kandung. Dibutuhkan

pertama kalinya mendiskusikan penolakan hubungan sedarah dalam manusia dan darisitu kita

bisa menjelaskan sentimen moral yang berhubungan dengan inses yaitu sebuah fungsi dari faktor

yang sama dalam membangun konsep keengganan seksual terhadap kerabat dekatnya sendiri.

Disini selanjutnya akan didiskusikan mengapa seleksi alam menyebabkan evolusi/

perkembangan sebuah mekanisme untuk menolak hubungan kawin sedarah tersebut dengan

memakai kerangka adaptasi yang merupakan suatu pengembangan dari proses yang berjalan

mengapa ada kemauan untuk kawin dengan kerabat yang genetiknya sama.

Seleksi Alam yang Mengatur Penolakan Kawin Sedarah

Ada dua tekanan seleksi alam disini yaitu kerusakan mutasi resesif dan pathogen generasi

singkat. Cara ini menguntungkan seseorang untuk menghindari perkawinan dengan kerabat atau

saudara kandung.

Kerusakan Mutasi Resesif

-tersembunyi dalam genome dan kehadirannya tidak dapat terdeteksi,tetapi

mutasi resesif dapat menyebabkan anak yang dimiliki pasangan saudara kandung yaitu antara

Page 8: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

dua sampai enam tahun meninggal sebelum mencapai usia produktifnya (usia remaja). Cucu

dari pasangan tersebut yang juga memang berasal dari nenek moyang yang sama juga

mewarisi dua gen yang merusak.

Patogen Generasi Singkat

Seleksi kedua yang menekankan individu yang lebih suka menikah dengan

orang yang bukan dari kerabatnya sendiri.

Dari fakta atau seleksi alam dari mutasi resesif yang merusak dan patogen generasi singkat

yang telah menciptakan masalah yang adaptif dan penolakan hubungan seks dengan kerabat

dekat. Namun,solusi seperti apa untuk memecahkan maslah ini dalam kehidupan manusia?

Ada tiga solusi yang diusulkan :

1. Mencari dan mengambil informasi dari keluarga kita agar kita bisa tahu atau

memperkirakan apakah hubungan yang kita jalani dengan lawan jenis kita yang kita

sukai merupakan bagian dari keluarga atau diluar lingkungan sosial kita.

2. Menggunakan hitungan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan jika memilih partner

hidup.

3. adanya rasa jijik dengan hubungan inses tersebut.

Page 9: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Mendeteksi atau Menemukan Sanak Famili : petunjuk untuk mengetahui

apakah saudara kandung kita atau bukan.

Dalam menemukan hubungan kekerabatan harus mempercayai petunjuk yang

berkorelasi dengan aturan aturan hubungan genetik. Satu sumber informasi yang potensial

mengenai hubungan sanak famili adalah input bahasa dan budaya.

Masalah-masalah potensial yang sering ada dalam hubungan sanak famili yaitu :

1. Pengertian sanak famili dapat ditafsirkan berbeda antara benar-benar saudara kandung

atau tidak atau sanak famili dan bukan sanak famili.,seperti bibi. Bibi disini ditafsirkan

berbeda yaitu saudara perempuan orangtua kita atau istri dari saudara laki-laki

orangtua kita.

2 Tidak adanya perhatian dari individu-individu dalam famili tersebut mengenai istilah

kerabat dengan siapa kerabat yang Ia bantu.

Seperti : seorang wanita yang memiliki anak mengaburkan istilah kekerabatan

yang dia berikan kepada anak tersebut. Ketika wanita tersebut menyuruh anaknya untuk

“Bantu saudara perempuanmu!”,anak tersebut tidak mengerti apakah saudara perempuan

yang akan dibantunya adalah kakanya atau bukan.

Jadi,istilah kerabat disini tidak dianggap mengaburkan genetik yang berbeda-beda, tetapi

istilah kerabat ini menjadi petunjuk yang tidak bisa dipercaya.

3 Sistem dalam kekerabatan ini juga sebenarnya bisa terlihat dalam spesies-spesies

lainnya.

Page 10: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Jika input bahasa dan budaya tidak bisa menyesuaikan sebuah situasi yang rumit ini, maka cara

yang terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang

berkorelasi dengan genetik yang berhubungan dengan nenek moyang dan menghitung indeks

hubungan internal. Untuk memperluas petunjuk-petunjuk yang berbeda tersebut yang sama-sama

berkorelasi dengan individu-individu yang menjadi tipe khusus dengan kerabat yang paling dekat

(ibu,ayah,keturunan,saudara kandung), maka perbedaan dari petunjuk-petunjuk tersebut

diharapkan ada. Keuntungan dari menyeleksi hubungan kerabat adalah menjadi tumbuh dan kuat

individu-individu dalam melihat hubungan-hubungan kekerabatan tersebut. Satu kategori

kekerabatan yang dapat diterima adalah saudara kandung.

Alamat tempat tinggal mungkin bukan satu-satunya petunjuk yang tersedia untuk

menemukan saudara kandungnya.Oleh WH, satu petunjuk potensial untuk memahami

lingkungan saudara kandung mereka adalah mulai diajarkan dari masa kanak-kanak,dengan

alasan bahwa anak-anak tersebut dapat mengkategorikan individu-individu yang benar-benar

genetic dari kerabat sebagai saudara kandung.,contoh seorang wanita menjadi pemimpin bagi

anak-anak mereka untuk memeberi pendekatan mengenai keluarganya. Selain itu, petunjuk

lainnya adalah entah dia berumur tiga tahun,tiga belas, atau 23 tahun untuk melihat ibunya

menggendong bayinya merupakan petunjuk yang dapat dipercaya untuk meyatakan bahwa bayi

trsbut adalah saudara kandung atau kerabat mereka.,maka dari itu alamat tempat tinggal mungkin

menjadi petunjuk yang terbaik bagi saudara yang lebih muda untuk menemukan saudara atau

kakaknya yang lebih tua.

Apakah Sentimen Moral yang Berhubungan dengan inses (berhubungan seks antarsaudara) menuntun keengganan seksual seseorang?

Berdasarkan data penelitian memungkinkan investigasi moral pada permulaan dari

sentiment moral yang berhubungan dengan inses. Untuk menguji hipotesis ini, kami

mengembangkan perangkat survey dan bertanya pada mahasiswa untuk memberikan informasi

tentang durasi koresiden dan perilaku anak lainnya dengan jenis kelamin mereka yang sama

maupun tidak. Sebagai tambahan, mereka diminta untuk mengurutkan skala ke Sembilan belas

Page 11: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

kesalahan moral pada keberpihakan partai sosal ketiga mencakup pembunuhan, pencurian,

perselingkuhan antaranggota keluarga, dan pernikahan antaranggota keluarga. Untuk menilai

pertentangan moral dari pihak ketiga perkawinan antarsaudara, peringkat-peringkat dari dua

perilaku saudara kandung telah dirata-ratakan dan digunakan sebagai standar pengukuran.

Penemuan mereka mengindikasikan bahwa durasi koresiden dengan perbedaan jenis kelamin

memprediksikan secara signifikan derajat pertentangan moral yang melaporkan tentang pihak

ketiga perkawinan antarsaudara. Hubungan antara durasi koresiden dan sentiment moral untuk

pihak ketiga perkawinan saudara telah ditemukan untuk terus mengontrol jumlah berlawanan

seks saudara kandung dalam suatu keluarga dan kepercayaan seseorang tentang keterkaitan,

seperti yang ditunjukkan dengan mempertimbangkan hanya individual dengan mengangkat

anak, diambil bersama-sama, data kami mendorong klaim dari Westermarck dan menyarankan

bahwa durasi koresiden, sebuah data yang digunakan untuk memperkirakan keterkaitan dan

mengaktifkan keengganan seksual terhadap saudara kandung sendiri, juga memprediksikan

kekuatan sentimen moral yang berhubungan dengan perkawinan antarsaudara

.

Hipotesis-hipotesis alternatif: SSSM dan Transmisi kebudayaan

Ada sejumlah hipotesis alternatif yang membutuhkan pengetatan evaluasi, sejauh mana

mekanisme penghindaran kawin sedarah yang berhubungan dengan inses. Hipotesis alternatifnya

adalah bahwa sikap moral seseorang yang berhubungan dengan inses yang diadopsi dari

lingkungan sosial, baik dari orang tua atau dari suatu kelompok, dan demikian bukan merupakan

produk evolusi adaptasi. Meskipun tiga bukti menunjukkan bahwa transmisi kebudayaan tidak

dapat menjelaskan pola dari sentimen moral: (1) data tentang transimisi kebudayaan dari sikap

terhadapt seksualitas, (2) data dari sama atau tidaknya jenis kelamin saudara kandung, (3) data

dari yang saudara yang lebih tua dengan yang muda. Berdasarkan hipotesis transimisi

kebudayaan , sikap orang tua yang lebih membatasi tentang seksualitas, yang lebih membatasi

sikap anak-anak mereka juga. Transmisi budaya horisontal. Jika sikap tentang seksualitas telah

Page 12: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

berpola dalam satu kelompok, lalu suatu sikap mengenai seksualitas harus memprediksi ragam

dalam sentimen moral yang berhubungan dengan inses. Penemuan ini tidak hanya

melawanhipotesis transimisi kebudayaan tapi juga menyarankan bahwa satu sistem

pemerintahan yang mengatur tentang seksualitas terpisah dari peraturan yang melarang

perkawinan sedarah. Bukti tambahan mengenai hipotesis transmisi kebudayaan gagal untuk

menjelaskan data ini, dilihat pada durasi koresiden dengan saudara kandung berjenis kelamin

sama. Jika transmisi kebudayaan adalah sebuah proses mengatur sikap terhadap inses, lalu sikap

seseorang seharusnya bebas dari jenis kelamin saudara kandungnya. Jika pada sisi lain, adaptasi

psikologis khusus ada yang mengatur keengganan perkembangan seksual untuk menghindari

konsekuensi merugikan yang terkait dengan kawin sedarah, lalu durasi koresiden dengan hanya

saudara sekandung yang berlawanan jenis seharusnya mempengaruhi keengganan seksual dan

bertentangan dengan moral. Tetapi mungkin, orang tua mengkomunikasikan hal yang berbeda

dari pesan tersebut kepada anak-anak mereka berdasarkan kepada komposisi keluarga. Hal

tersebut masuk akal bahwa penularan vertikal dari sikap tentang inses hanya terjadi pada

keluarga dengan anak perempuan dan anak laki-laki, lingkungan dimana hubungan seksual

antarsaudara berpotensi terjadi. Jika hal ini terjadi, hipotesis transmisi kebudayaan akan

memprediksi, semakin lama, durasi koresiden dengan saudara kandung berlawanan jenis terlepas

dari usia relatif, semakin besar kesempatan para orang tua untuk mengkomunikasikan larangan

seksual kepada anak mereka dan oleh karena itu, semakin kuat anak-anak terinternalisasi sikap

tentang inses. Diambil serentak, data ini bertentangan dengan hipotesis transmisi kebudayaan

sebagai asal usul dari moral sentiment. Mereka mendorong klaim dari Westermark bahwa moral

sentiment berhubungan dengan inses adalah fungsi dari mekanisme yang sama untuk

mengarahkan pengembangan keengganan seksual terhadap kerabat dekat sendiri.

Sentimen Moral Berhubungan dengan Inses: Adaptasi untuk Mencegah

Perkawinan dengan Kerabat Dekat?

Apakah adanya paksaan untuk memilih akan mendorong evolusi dan pemeliharaan akan

sistem motivasi untuk manghalangi atau bahkan mendorong hubungan seksual diantara pihak

Page 13: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

ketiga? yaitu, apakah ada adaptasi psikologis mempengaruhi orang lain untuk membuat

keputusan mengenai pilihan pasangan? Berdasarkan William (1966), “adaptasi” merupakan

konsep yang berat dan hanya diterapkan dalam menghadapi bukti yang kuat yang memiliki

sistem yang terancang dengan baik untuk menunjukkan fungsi tertentu. Sedangkan argument

yang ditunjukkan diatas menyarankan bahwa sentimen moral berhubungan dengan hubungan

seks saudara kandung adalah suatu hasil dari adaptasi yang dirancang untuk mencegah seseorang

dari menjadikan saudaranya sebagai pasangan seksual,

Dari pandangan yang berbeda, aksi dan pilihan kerabat dekat dapat mengakibatkan

kemampuan inklusif seseorang. hal ini memengaruhi keputusan pembuatan kerabat dekat sebagai

pilihan pasangan. fitur desain yang memungkinkan individu untuk menghitung biaya dan

manfaat dan mengganggu dengan serikat pekerja seks itu akan direproduksi fitur desain yang

belum menanggapi konsekuensi dari kondisi fisik kawin sedarah dalam keluarga. Sejauh kerabat

dekatnya dapat mengejar satu sama lain sebagai pasangan seksual dalam lingkungan leluhur.

Pola yang memotivasi adanya campur tangan dari serikat seksual antara kerabat dekat secara

konsisten dengan biaya dan keuntungan yang dihubungkan dengan masing-masing pasangan

akan menjadi lebih sering didalam populasi dibandingkan pola yang netral (normal) dengan

menghargai apakah anggota keluarga yang dikawinkan dengan orang lain. Yang pada tambahan

untuk menspesialisasikan sistem untuk mendeteksi kerabat dekat dengan tujuan untuk memandu

pilihan menikah seseorang, menspesialisasikan sistem yang dihipotesiskan untuk ada yang

menetapkan biaya dan keuntungan dari pasangan lain dalam keluarga dan memotivasi campur

tangan aktif. Intensitas dari campur tangan harus tergantung pada sejumlah faktor menyangkut

mutasi beban, beban patogen, serta kesempatan yang tersedia untuk mengamankan pasangan

yang tidak terkait

Penyelidikan Empiris Adaptasi untuk Mengatur Perkawinan Sedarah dalam Keluarga

Terdapat kemungkinan adanya teori adaptasi yang mengatur perilaku seksual suatu

keluarga. Suatu sistem yang berfungsi untuk memandu motivasi seksualnya dan juga

Page 14: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

memperkirakan kelebihan dan kekurangan dari perpaduan tertentu dalam keluarga yang akan

menjadi jalan keluar dalam memecahkan masalah adaptif (penyesuaian) ini. Sistem tersebut,

memberikan asumsi yang peka terhadap beberapa faktor seperti muatan genetik lokal dan

kesempatan untuk memperoleh pasangan di luar keluarga. Diperlukan usaha yang lebih keras

untuk menentukan apakah adaptasi itu ada dalam manusia.

Tampaknya Westermarck benar. Bukti yang disajikan diatas mendukung hipotesis yang

mengatakan bahwa sentiment moral yang berkaitan dengan hubungan seksual sedarah (inses)

adalah produk sampingan dari program psikologis yang berkembang untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya perkawinan dengan saudara genetiknya (sedarah/kandung).

Penyelidikan terhadap sturuktur mekanisme yang menghindari perkawinan sedarah pada

manusia telah mengungkapkan satu set isyarat ekologi yang sah yang mengatur motivasi seksual

kekeluargaan. Isyarat yang sama memprediksikan pola dari sentiment moral yang berkaitan

dengan hubungan seksual sedarah. Asumsi lain yang timbul dari pandangan SSSM mengenai

psikologi manusia, tidak dapat menjelaskan pola data yang didiskusikan diatas, tanpa

mengadopsi beberapa asumsi dari pikiran evolusioner para peneliti. Pengujian ulang terhadap

pernyataan Westermarck mengenai asal-usul sentiment moral berkaitan dengan hubungan seks

sedarah dapat dilakukan ketika isyarat yang mengatur deteksi kekeluargaan antara pasangan

lainnya telah diungkapkan. Ini akan memungkinkan penyelidikan yang lebih ketat terhadap cara

mengembangkan program penghindaran perkawinan sedarah mampu menciptakan sentiment

moral berkaitan dengan hubungan seksual sedarah.

Hubungan seksual sedarah (inses) adalah salah satu dari sejumlah perilaku dalam domain

moral. Ini berfungsi sebagai tes yang berguna untuk mengeksplorasi asal usul sentimen moral

kita dalam beberapa domain. Secara rinci, topik incest menyoroti pentingnya mengajukan

setidaknya dua pertanyaan yang berbeda: Apa sentimen moral terhadap perilaku pihak ketiga

dalam suatu domain tertentu adalah hasil pengembangan sistem? Dan apakah spesialisasi teori

adaptasi yang ada menghasilkan sentiment moral untuk mengatur perilaku pihak ketiga dalam

domain tertentu? dengan cara ini, akan mungkin untuk membedakan fungsi sistem yang

berevolusi dengan produk.

Page 15: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Moralitas, secara tradisional merupakan wewenang teolog dan filsuf, namun banyak

ilmuwan yang tertarik untuk memahami mengapa kita memiliki sentimen moral dan mengapa

kita peduli terhadap tindakan orang lain. Menurut perspektif yang dibahas di sini, evolusi

membentuk psikologis kita untuk memantau perilaku pihak ketiga melalui beberapa domain

yang mempengaruhi kemampuan inklusif kita dalam lingkungan keturunan. Dengan demikian,

pengertian moral kita bisa terdiri dari bermacam-macam sistem, masing-masing menilai baik

buruk dari tindakan orang lain dalam wilayah tertentu. Selain itu, seperti yang muncul dalam

kasus inses, pengertian moral kita mungkin berfungsi untuk memandu perilaku kita. Yang pasti,

masih dibutuhkan kerja keras untuk menentukan kebaikan dari pendekatan ini. Bagaimanapun,

hal itu memungkinkan untuk mengetahui kemampuan penalaran moral kita dan menyelidiki

secara empiris fakta-fakta yang mendasari nilai-nilai kita.

3.1 Edward Westermarck tentang makna “moral”

Menghindari hubungan seksual dengan keluarga dekat dan penolakan orang lain yang

tidak menghindari hubungan seksual diantara mereka adalah perilaku yang sangat berbeda.

Mungkin karena dia tertarik asal mula ide moral sama dengan sejarah perkawinan manusia,

Edward Westermarck melihat perbedaan, tapi sebagian besar penulis yang mengangkat tema

“masalah inses” sejak dia menulis tidak mampunyai itu. Jika mereka seorang ahli biologi,

mereka menawarkan penjelasan tentang penghindaran dan anggapan sebagian besar orang

mengenai perilaku yang dihindari.

Page 16: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Sebagian besar aspek menarik dari pendapat Lieberman seperti itu, seperti Westermarck,

dia melihat untuk memecahkan masalah inses memerlukan jawaban sedikitnya dua pertanyaan

yaitu: mengapa manusia biasanya menghindari hubungan seksual dengan keluarga dekat? Dan

mengapla mereka memberi sanksi orang lain yang tidak menghindari hubungan seksual dengan

keluarga dekatnya? Setelah perdebatan sengit selama hampir satu abad, Westermarck menjawab

pertanyaan pertama yang sekarang secara luas diterapkan. “umumnya, kemungkinan luar biasa

perasaan erotis antara orang tinggal bersama secara berdekatan sejak masa kecil.” walaupun kita

masih tidak bisa mengidentifikasikan sebagai perwakilan penyebab reaksi persatuan awal,

umumnya sepakat bahwa itu adalah penyebab awalnya, Westermarck adalah orang yang pertama

berpendapat, pengaruh buruk dari perkawinan sedarah.

Pertanyaan yang kedua sering kali tidak diakui sebagai sebuah pertanyaan dan belum

terjawab. Lieberman di akhir papernya berpendapat penolakan seks antara keluarga dekat,

seperti menghindari hubungan seks dengan keluarga dekat disebabkan bahaya perkawinan

sedarah. Benar-benar sulit untuk menerangkan secara moral hubungan seks antara orang yang

merupakan keluarga dekat tetapi tidak bagi orang yang menyuarakan penolakan. Tidak jelas

hubungannya dengan bahaya dari perkawinan sedarah.

Pendapat Lieberman tentang penolakan seks antara keluarga dekat tapi tidak keluarga

saya adalah “produk dari sistem yang dirancang untuk menghalangi hubungan seksual saudara

genetik sendiri.” Sentimen moral seperti ini adalah “gambaran dari pengaktifan sistem yang

dirancang untuk menghalangi hubungan seksual dengan seseorang yang merupakan kerabat

genetik dekat sendiri.” Pendapat tersebut diberikan untuk Edward Westermarck, yang menyebut

sebagai tuntutan bahwa “dasar penyebab larangan perkawinan campur/exogamous” adalah

keengganan seksual terangsang oleh persatuan awal. “orang yang tinggal bersama secara dekat

dari masa kecil adalah sebagai peraturan kedekatan keluarga. Dari sini keengganan untuk

hubungan seksual dengan yang lain menempatkan dirinya dalam adat dan hukum sebagai

larangan hubungan seksual antara keluarga dekat.”

Page 17: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Lieberman menyampaikan bukti dari hipotesisnya, sebuah studi yang mahasiswa diminta

untuk membandingkan nilai moral dari berbagai kesalahan. Studi itu menunjukan siswa yang

mempunyai saudara kandung yang mereka hidup bersama untuk waktu yang lama lebih setuju

inses daripada siswa tanpa saudara atau mempunyai saudara tapi tidak hidup bersama untuk

waktu yang lama. Hasil ini adalah perwakilan yang menujukkan bahwa orang dengan

keengganan pribadi lebih mungkin setuju dengan inses daripada orang yang tidak memiliki

keengganan pribadi karena kesalahan lebih mungkin mengaktifkan sistem mereka yang

menghindari inses.

Walaupun banyak yang mendukung pendapat Lieberman, ada dua kekurangan. Yang

pertama, dan sangat jelas adalah kejelasan akun apa yang disebut sebahai perilaku “moral” dan

demikian apa yang dia harapkan dari menerangkannya. Secara keseluruhan Lieberman

mengatakan bahwa kita “cenderung untuk mengkategorasikan sebagai moral yang menjijikan”

perilaku-perilaku “memaksakan harga kecergasan.” Ini tidak mencukupi untuk berbagai alasan.

Yang paling jelas adalah bahwa orang dimanapun cenderung untuk mengkategorikan egois

sebagai perilaku asusila.

Kekurangan kedua dari pendapat Lieberman adalah kejelasan penggambaran bagaimana

keengganan seseorang untuk melakukan hubungan seksual dengan keluarganya sendiri membuat

dia menhukum orang lain yang tertarik seksual kepada keluarga mereka. Ini tidak cukup untuk

menklaim bahwa mengutuk inses adalah “sesuatu yang dibuat” atau “sebuah gambaran” dari

“sistem yang dirancang untuk menghalangi hubungan seksual dengan seseorang yang merupakan

kerabat dekat genetik”. Pendapatnya memerlukan spesifikasi bagaimana hal ini bisa tercapai.

Lieberman bisa menghindari kedua masalah tersebut jika dia membaca Edward

Westermarck dengan lebih cermat. Dia kelihatan tahu pekerjaannya sebagai seseorang sosiologis

tapi tidak pekerjaannya sebagai filsuf. Keduanya dalam The Origin and Development of the

Moral Ideas and Ethnical Relativity, Westermarck (1932a,1912/1932b) mencurahkan perhatian

Page 18: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

apa yang menjadi pertimbangan orang melihat perilaku sebagai moral atau immoral. “Moral

yang ditolak” dalam pandangannya, “suatu bentuk kebencian, dan moral yang diterima, suatu

bentuk dari retributif emosi yang baik.” Yang membedakan “emosi ini berasal dari jenis emosi

nonmoral__ penolakan dari kemarahan dan dendam, dan persetujuan dari rasa syukur” adalah

“kenetralan,” “ketidakberpihakan,” dan “suatu dukungan dari generality.” Westermarck tidak

mengklaim bahwa perilaku dimotivasi oleh emosi moral adalah kebutuhan moral dalam banyak

pandangan yang lebih luas. Itu semua hanya menjadi moral ketika orang melihat itu sebagai

moral dan hanya ketika ada kenetralan dan tidak memihak.

Demikianlah oleh Westermarck, masalah yang ditimbulkan bagian kedua dari masalah

inses adalah menjelaskan mengapa kebanyakan orang menolak inses dan mengapa mereka

memandang penolakan sebagai kenetralan dan ketidak berpihakan. Inti dari pendapatnya adalah

menyarankan perlu untuk membedakan antara “sexual indeference” dan “suatu perasaan positif

dari keengganan.” Secara normal menyatakan perasaan seksual antara orang-orang yang

dibesarkan bersama adalah suatu perbedaan yang nyaman. Suatu perasaan positif suatu

keengganan hanya terangsang jika hanya untuk beberapa alasan “tindakan yang dianggap”

Walaupun dia sama sekali tidak menyatakan secara tegas, Westermarck menyatakan

“suatu perasaan positif dari keengganan” menjadi tidak menyenangkan, tidak nyaman. Dengan

kata lain menyakitkan. Demikianlah diharapkan bahwa orang akan setuju tidak berhubungan

dengan orang lain yang merupakan orang tua atau saudara kandung. Perilakunya membawa

kemungkinan hubungan tersebut secara paksa ke dalam fikiran. Ternyata kenyamana perbedaan

menjadi keengganan yang menyakitkan, dan dari itu memotivasi penolakan. Dalam pandangan

Westermarck “emosi retributif (sifat balas jasa) kita selalu bereaksi baik dalam perasaan sakit

maupun senang; ini berarti kebenaran emosi moral sama dengan rasa dendam dan rasa syukur.

Berakar dari pengalaman awal dan mempunyai komponen seksual yang luas, penolakan

inses selalu emosional. Alasan incest taboo adalah “ditandai oleh intensitas yang ganjil dan

Page 19: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

kualitas emosi,” tapi bukan ini yang memberikan kualitas moral tersebut. Tapi moral tersebut

karena penolakan ini ditandai dengan “kenetralan”. Jarang membawa keuntungan sosial atau

materi; “ketidakberpihakan” karena reaksi yang sama tidak memperhatikan siapa yang orang

bersalah; dan “tentu saja dukungan secara umum” karena mayoritas orang memberikan respon

dengan cara yang sama. Ini dijamin oleh fakta bahwa reaksi adalah akar dari sifat-sifat manusia.

Demikianlah, dalam pandangan Westermarck, dasar dari incest taboo adalah apa yang

disebut Alexander Bain suatu “disinterested antipathy.” inses tidak menyebabkan melukai

teman-teman pelaku atau tetangga. Ketidaksetujuan mereka didapat dari “sentimental aversion

(kebencian sentimental)” bahwa muncul kenetralan dan ketidakberpihakan. Kualitas dari reaksi

ini bersifat umum, jika tidak universal, mengangkat respon individual dari sebuah fenomena

sosial. Ini lingkaran sederhana penolakan dalam penolakan moral. Incest taboo dasarnya sebagai

reaksi emosional bahwa moral menjadi umum dan muncul untuk melayani bukan bunga dari

keegoisan.

Pendapat ini tidak bertentangan dengan apapun dalam Lieberman paper. Seperti halnya

semua pekerjaan Westermarck, sama dengan asas Darwinian. Bahkan memprediksi hasil dari

kutipan study Lieberman. Perbedaannya adalah bahwa dalam pandangan saya, suatu pendapat

lebih pintar apabila dapat diungkapkan dalam bahasa yang sederhana apa yang perlu dijelaskan

dan secara jelas mengemukakan rantai sebab-akibat.

Page 20: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

3.2 Antipati, Perasaan, Prasangka Moral dan

Tabu

Oleh Richard Joyce

Tidak ada yg tahu batas apa untuk mekanisme peraturan incest yg dibawa manusia sejak

lahir. Debra lieberman sendiri mendukung adanya perkembangan adaptasi yang berkuasa pada

suatu daerah tingkah laku.tetapi pada akhirnya posisinya adalah bahwa hipotesis tersebut dapat

diterima dan jadi lebih banyak penelitian empiris yang dapat diselesaikan.Jesse prinz mendukung

posisi anti-nativist. Tetapi ia juga menetap pada kesimpulan bahwa kasus nativist belum

terselesaikan. Dan bahwa banyak program penelitian yang menunggu untuk diteliti.

Teori empiris yang diambil lieberman lebih meyakinkan daripada spekulasi spekulasi

yang berkembang. Tidak peduli seberapa hebat daya cipta dan berharganya suatu perkerjaan,

akan selalu ada, dan memang perlu ada lawan yang menawarkan model alternatif lain untuk

menjelaskan data empiris.jadi,kritikan yang paling tepat ditujukan kepada lieberman adalah

mengambil datanya lalu mengintrepretasikannya dgn non-nativist. saya disini bkn mau

melakukan itu. saya mau mengambilnya secara tidak ambisi dan mungkin lebih tdk menarik tapi

sebenarnya merupakan suatu tugas yang penting yaitu mengklarifikasi dan mengkritik kata kata

dan ungkapan yang dipakai lieberman untuk mendeskripsikan hasilnya dan kesimpulannya.. saya

akan mengkritik bagaimana ia menggunakan kata “moral” dan “sentiment”. Mungkin saya akan

kembali dikritik karena mempermasalahkan hal sesimpel itu.namun permasalahan semanantic

arguments adalah jika seseorang menunjukkan menghadirkan suatu konklusi sebagai pencerahan

dari sifat natural Xs tetapi konklusi ini digunakan x dalam cara yang tidak biasa dan terbatas atau

dibatasi,bisa dipastikan atau dikatakan konklusi seseorang ini tidak memikirkan sifat natural X

sama sekali.

Lieberan memilih utk mengkerangkakan diskusinya menggunakan term “moral

sentiments” yg lebih cocok digunakan pada abad ke 18-an.menurut Richard Joyce tidak cocok

Page 21: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

digunakan kata “sentiment” dan lebih cocok menggunakan kata “emotion”. Bahkan edward

westermark yang juga menggunakan teori leberman menjauhi kaata sentiment dan lebih memilih

emotion.walaupun sebenernya kata emotion itu juga kurang bisa mendeskripsikan.

Ungkapan “moral sentiment” memiliki banyak arti. Yang pertama adalah sinonim dari

prosocial sentiment yg dimana cinta dan simpati masuk didalamnya. Beberapa perasaan pantas

disebut moral berdasarkan fakta yg biasanya atau selalu mengandung pembuatan moral

judgement. Byk teori memperdebatkan bahwa emotions memerlukan elemen kognitif. Dan

elemen kognitif ini mengandung normative judgement.perasaan rasa bersalah misalnya,adalah

emosi yang memikirkan bahwa permasalahan memiliki sikap yang melaupaui.

Moral sentiments dapat pula dikarakteristikan pada tiga hal : dengan mereferensikan

kepada permasalahan subjek, atau the domain of their prororypical elicitors. Penerjemahan ini

tentu saja menjanjikan untuk memudahkan operasional moral sentiments. Namun itu bukan

masalah. Pada awalnya ada perasaan perasaan yang ada langsung pada third parties yang kita

tidak biasa menganggapnya sebagai suatu moral yaitu surprise,horor,dan rasa kasihan

Penting untuk membawa batasan ini pada pikiran ketika membaca makalah lieberman

atau akan sangat membingungkan.contohnya seseorang mgkn telah tertarik untuk melihat teori

lieberman yang kontras antara antipati kepada incest dan incest yang dicela sebagai perbedaan

antara kemungkinan mekanisme.

Ada berbagai kemungkinan mekanisme peraturan dengan output nonmoral yaitu

1. tidak adanya hasrat seksual kepada keluarga

2.hasrat positif untuk menahan dari dari berbagai aktifitas

3.respon emosional yang negartif pada pemikiran mengenai incest

4. memutuskannya sebagai hal yang dilarang.

Moral sentiments yang didentifikasi diatas memblurkan batas antara 3 dan 4 karena

mereka dibedakan dari nonmoral emotional opposition ke incest dan dari non emotional moral

condemnation of incest

Page 22: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Seseorang dpt menebak dari judul makalah lieberman bahwa diskusi tersebut

memfokuskan kepada emosi bermoral yang ditimbulkan oleh incest adalah adaptasi atau dengan

produk dari adaptasi. Namun ini bukan project nya dan perbedaan aversion dan moral sentiment

tidak hanya untuk mencari suara. kata “aversion” terlihat untuk melakukan denoting the output

of any psychological mechanism that decrease an individual’s motivation to engage in incest.

Sedangkan moral sentiment is reserved for the output of any mechanism that prompts the

individual to interfere with other potential incestous activity.

Cara mengklasifikasikan permasalahan ini menurut saya menutup banyak kemungkinan

yg seharusnya menarik.pada awalnya misalnya ketika membatasi diri kita hanya sebagai

peraturan dgn respek kepada incest.itu berguna untuk membatasi moral dari mekanisme

nonmoral..secara keseluruhan perbedaan di dunia antara tdk meninginkan sex dgn seseorang and

men-judge sex itu adalah kejahatan. Seleksi alam mempunyai jalan keluar untuk hal ini.

Bukan saya sengaja untuk mengkritik lieberman utk menjatuhkan teorinya dengan

pertanyaan pertanyaan, saya hanya mau men clear kan penjelasan agar teori saya menjadi kuat

sebagaian lieberman’s discussion semestinya tidak memakai kata moral

saya akan menutup dengan kata yang sering muncul dalam diskusi ini, dan terlintas pada

makalah lieberman. Mengenai incest taboo. Menurut westermack, tabu adalah incest yang

merupakan bawaan kebencian dari lahir. Ia mengklaim bahwa manusia memiliki keengganan

alami untuk hubungan incest. Dan itu ditampilkan dalam hukum adat sebagai larangan.Posisi

Lieberman adalah bersimpati kepada westermarck, tetapi ia juga berspekulasi (pada beberapa

tanda bukti) bahwa "sentimen moral" yang berkaitan dengan incest anggota keluarga adalah

output dari sebuah adaptasi diskrit. Sebaliknya, Prinz mendorong agenda antinativist dengan

alasan bahwa bukti untuk mendukung sebuah tabu inses bawaan adalah "kurang aman" daripada

banyak diasumsikan. Ini tampaknya menjadi tiga posisi bersaing, tapi saya ingin menunjukkan

bahwa di dekat membaca tiga penulis sampai batas tertentu lalu berbicara satu sama lain.

Westermack tertarik dalam hubungan antara keengganan individu manusia untuk

berperilaku inses dan tabu . Ia tidak berpendapat bahwa kita dirancang untuk berpikir seks

dengan anggota keluarga kita sendiri sebagai hal jahat bahkan dilarang sebaliknya kita dirancang

Page 23: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

hanya untuk menemukan repellant prospek. masing-masing harus memikirkan berhubungan seks

dengan anggota sendiri atau keluarganya akan memanifestasikan dirinya sebagai larangan moral

dalam kelompok, sebagai sesuatu yang tabu.

Ada gangguan antara ketiga pandangan yang bersaing ketika kita menyadari bahwa

mereka semua bisa saja benar. Misalkan manusia memiliki keengganan bawaan untuk

melakukan incest dan ini keengganan ketika individu bergabung bersama untuk membentuk

suatu masyarakat, memanifestasikan dirinya (entah bagaimana) sebagai tabu moral. Dengan kata

lain, misalkan westermarck benar. Karena keengganan bawaan tidak bersifat moral dan karena

apa yang dimoralkan bukan bawaan, antinativist Prinz pandangan tentang moralitas dan

moralitas incest khususnya konsisten dengan pandangan westermarck's. Sekarang anggaplah juga

bahwa manusia memiliki mekanisme bawaan diskrit dirancang untuk memotivasi tindakan dalam

menanggapi inses pihak ketiga dirasakan. Dengan kata lain, misalkan Lieberman yang benar. Ini

bentrokan dengan tidak ada bagian dari pandangan westermarck's. Lieberman panggilan setiap

tanggapan motivasi-terlibat seperti "sentimen moral" tetapi saya telah menyarankan bahwa kata

moral di sini adalah pilihan terbaik dan paling buruk sesat. Dalam kasus apapun, itu bukan

pengertian yang sama moral yang Prinz mempekerjakan ketika ia menyangkal bahwa manusia

memiliki sikap moral bawaan terhadap inses, dengan demikian, ternyata perbedaan terminologis

selain pandangan-Lieberman dan melihat Prinz's bisa keduanya benar.

Lieberman menulis, "moralitas, yang telah didefinisikan para teolog dan filsuf telah

dikacaukan oleh para ilmuwan” hal tersebut sepenuhnya harus diterima., jika berbagai pemikir

dan peneliti menghindari berbicara melewati satu sama lain, dan kita juga lebih cermat melihat

seluk beluk, maka hal tersebut dapat menjelaskan berbagai fenomena.

3.3 Tanggapan kepada Joyce danWolf

Page 24: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Tanggapan untuk Pendapat Joyce

Komentar Joyce menimbulkan dua permasalahan, yaitu: bagaimana saya membuat

operasional "moral" dan penggunaan dari "perasaan" kata versus "emosi". Tujuan saya dalam

bab ini adalah melangkah mundur dan mengajukan pertanyaan mengapa kita peduli terhadap

perilaku orang lain sama sekali. Orang bisa membayangkan wujud manusia walaupun tidak

peduli sedikit pun tentang perilaku orang lain dan konsekuensi dari tindakan lainnya. pertanyaan

yang wajar, adalah apa yang menyebabkan hubungan timbal-balik kepedulian tentang perilaku

orang lain? analisis evolusi menunjukkan bahwa sentimen tentang perilaku orang lain dapat

beradaptasi dengan baik, dengan adaptasi produk, atau kebisingan. persetujuan atau

ketidaksetujuan dari beberapa perilaku pihak ketiga dapat diperoleh dari produk adaptasi untuk

menuntun perilaku kita sendiri, kemungkinan ada adaptasi psikologis untuk mengevaluasi

perilaku orang lain dalam lingkungan sosial dan mempromosikan manfaat kemampuan

berperilaku sementara, mencegah / memblokir biaya kemampuan impuls. biaya dan manfaat dari

berbagai tindakan orang lain sepanjang kontinum dengan perilaku mereka di ekstrem cenderung

untuk memotivasi tingkat tinggi harga atau hukuman yang sesuai. Ini adalah ambang di mana

sesuatu yang buruk secara moral menjadi intuitif mungkin dilakukan oleh banyak faktor,

termasuk biaya yang dikenakan pada diri mereka sendiri, sebuah keluarga, seseorang, salah satu

jaringan teman dan mitra dan pertukaran kelompok seseorang. di sisi berlawanan, ambang di

mana perilaku menjadi intuitif secara moral mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk

tingkat manfaat yang diberikan atas diri mereka sendiri, sebuah keluarga, seseorang, teman dan

mitra seperti dalam sekelompok orang. pendekatan yang lebih bermanfaat mungkin dimulai dari

prinsip-prinsip utama, yaitu pemeriksaan struktur lingkungan leluhur, masalah apa yang adaptif

mungkin ada, dan apa yang mungkin terlihat seperti desain sistem yang baik untuk memecahkan

masalah adaptif yang spesifik. masalah adaptif adalah bagaimana mencegah biaya yang

signifikan dan, jika mungkin, mempromosikan manfaat. Poin utama adalah bahwa analisis

masalah dan struktur prosedur pengolahan informasi yang adaptif yang akan memecahkan

masalah ini dapat menjadi panduan yang berguna untuk menjelajahi perilaku sosial.

Tanggapan untuk Pendapat Wolf

Page 25: Filsafat Ilmu Sosial, Kelompok 3

Dalam komentar Wolf, ia mengatakan bahwa argumen saya tidak memiliki dua hal, yaitu:

nilai yang mereka sebut perilaku moral dan bagaimana keengganan seksual terhadap

keluarganya menyebabkan penolakan kepada orang lain untuk kepentingan seksual mereka

dalam keluarganya sendiri. Poin kedua mengenai pendapat Wolf, ia mengatakan bahwa reaksi

terhadap incest pihak ketiga hanya produk dari adaptasi untuk menghindari kawin sedarah, itu

belum cukup untuk dinyatakan. Secara khusus, ia mengklaim bahwa seorang saudara pihak

ketiga inses, "membawa hubungan (kawin sedarah) tersebut secara paksa ke dalam pikiran, agar

menimbulkan ketidakpedulian serta kebencian, sehingga memotivasi ketidaksetujuan."

sepertinya Wolf dan Debra Lieberman sepakat dalam hal ini, tetapi mungkin tidak setuju pada

apa arti kata moral.