KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus ... · Skripsi ini merupakan tugas akhir...

64
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN MENCAMPURKAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI CAIRAN RUMEN SAPI DIAN ZULITA 10594093715 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Transcript of KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus ... · Skripsi ini merupakan tugas akhir...

  • KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

    YANG DIBERI PAKAN DENGAN MENCAMPURKAN TEPUNG

    ECENG GONDOK TERFERMENTASI CAIRAN RUMEN SAPI

    DIAN ZULITA

    10594093715

    PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    MAKASSAR

    2020

  • ii

    KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

    YANG DIBERI PAKAN DENGAN MENCAMPURKAN TEPUNG

    ECENG GONDOK TERFERMENTASI CAIRAN RUMEN SAPI

    DIAN ZULITA

    10594092715

    Skripsi

    Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

    Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    MAKASSAR

    2020

  • iii

  • iv

  • v

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

    DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kinerja Pertumbuhan

    Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Diberi Pakan Dengan

    Mencampurkan Tepung Eceng Gondok Terfermentasi Cairan Rumen Sapi adalah benar hasil karya saya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

    perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau

    dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

    telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

    skripsi ini.

    Makassar, Mei 2020

    Dian Zulita

    10594093715

  • vi

    HALAMAN HAK CIPTA

    @ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2019

    Hak Cipta dilindungi undang-undang

    1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

    a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

    tinjauan suatu masalah

    b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas Muhammadiyah Makassar

    2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.

  • vii

    ABSTRAK

    Dian Zulita 10594093715, Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias

    gariepinus) yang Diberi Pakan Dengan Mencampurkan Tepung Eceng

    Gondok Terfermentasi Cairan Rumen Sapi Dibimbing oleh Murni dan Asni

    Anwar

    Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Optimal kadar tepung eceng

    gondok (Eichornia crassipes) yang difermentasi cairan rumen dalam pakan

    terhadap Pertumbuhan, FCR, retensi protein, retensi lemak dan kadar glikogen

    ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Rancangan percobaan yang digunakan

    adalah rancangan deskriptif dengan 2 perlakuan tanpa ulangan. Pada masing-

    masing perlakuan terdiri dari Perlakuan A (Tanpa tepung eceng gondok) dan

    Perlakuan B (Tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen sapi). Ikan uji

    dipelihara dalam Baskom, berisi air tawar sebanyak 20 L dengan kepadatan 5 ekor

    L-1

    . Ikan uji diberi pakan perlakuan selama 40 hari. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tepung eceng gondok terfermentasi

    cairan rumen pada menghasilkan nilai FCR terendah dan laju pertumbuhan harian

    (SGR), pertumbuhan panjang, retensi lemak, retensi protein dan kadar glikogen

    ikan lele yang lebih baik dibandingkan kontrol.

    Kata kunci: Tepung eceng gondok, Cairan rumen sapi, ikan lele.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan

    semesta alam. Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan

    harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan limpahan

    rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga dipanjatkan oleh penulis atas berkat

    Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jualah telah memberi banyak nikmat,

    kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan skripsi dengan Judul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo

    (Clarias gariepinus) yang Diberi Pakan Dengan Mencampurkan Tepung

    Eceng Gondok Terfermentasi Cairan Rumen Sapi”

    Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

    dalam memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Pertanian Universitas

    Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak

    akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

    kepada yang terhormat:

    1. Kedua orang tua saya yang telah membesarkan, mendidik dan mendoakan

    penulis tiada henti beserta suami saya yang telah memberikan semangat dan

    banyak berkorban selama saya kuliah, semoga Allah senantiasa melimpahkan

    kesehatan, kekuatan dan kebahagiaan dunia wal akhirat, Aamiin.

  • ix

    2. Dr. Murni, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing I dan Asni Anwar, S.Pi., M.Si.

    selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing

    dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    3. Dr. Hamsah, S.Pi., M.Si selaku penguji I dan Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah,

    M.Pd. selaku penguji II yang senantiasa meluangkan waktunya mengarahkan

    penulis.

    4. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. selaku dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    5. Ibu Dr, Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku Prodi Budidaya Perairan

    Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

    6. Ucapan terima kasih juga Penulis Sampaikan kepada teman-teman BDP

    Angkatan 015 dan 016 atas bantuan dan kerjasamanya.

    Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

    terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat

    memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

    Makassar, Mei 2020

    Dian Zulita

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

    HALAMAN KOMISI PENGUJI ..................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... v

    HALAMAN HAK CIPTA ............................................................................... vi

    ABSTRAK ....................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

    I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    1.1. Latar belakang ...................................................................................... 1

    1.2. Tujuan penelitian .................................................................................. 3

    1.2. Kegunaan penelitian ............................................................................. 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

    2.1. Eceng Gondok ...................................................................................... 4

    2.1.1. Klasifikasi eceng gondok ........................................................... 4

    2.1.2. Morfologi eceng gondok ............................................................ 4

    2.1.3. Habitat eceng gondok ................................................................. 6

    2.2. Ikan lele ................................................................................................ 6

    2.2.1. Klasifikasi Ikan lele .................................................................... 7

    2.2.2. Morfologi ikan lele ..................................................................... 8

    2.2.3. Habitat ikan lele ......................................................................... 10

    2.2.4. Pakan dan kebiasaan makan ikan lele ........................................ 10

    2.3. Cairan Rumen ....................................................................................... 11

    2.4. Fermentasi ............................................................................................ 13

    2.5. Kualitas Air .......................................................................................... 15

    III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 18

    3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................... 18

  • xi

    3.2. Hewan Uji............................................................................................. 18

    3.3. Persiapan Ekstrak Enzim Cairan Rumen.............................................. 18

    3.4. Persiapan Pakan Uji.............................................................................. 18

    3.5. Pemeliharaan Hewan Uji ...................................................................... 20

    3.6. Peubah Yang Diamati ........................................................................... 20

    3.6.1. FCR ............................................................................................ 20

    3.6.2. Laju Pertumbuhan Harian .......................................................... 21

    3.6.3. Pertumbuhan Mutlak .................................................................. 21

    3.6.4. Retensi protein ............................................................................ 21

    3.6.5. Retensi lemak ............................................................................. 22

    3.6.6. Kadar glikogen ........................................................................... 22

    3.6.7. Kualitas air ................................................................................. 22

    3.7. Rancangan Percobaan ........................................................................... 22

    3.8. Analisis Data ........................................................................................ 23

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 24

    4.1. Hasil...................................................................................................... 24

    4.2. Pembahasan .......................................................................................... 29

    V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 38

    5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 38

    5.2. Saran ..................................................................................................... 38

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 42

    RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 50

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Teks Halaman

    1. Persentase Bahan Baku Pakan ..................................................................... 16

    2. Hasil Uji Proksimat Pakan .......................................................................... 16

    3. Kualitas Air media penelitian ...................................................................... 28

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Teks Halaman

    1. Eceng Gondok .............................................................................................. 8

    2. Ikan Lele....................................................................................................... 4

    3. Food Convention Ratio (FCR) Ikan Lele ..................................................... 23

    4. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele ............................................................ 24

    5. Pertumbuhan Mutlak Ikan Lele .................................................................... 25

    6. Retensi Protein Ikan Lele ............................................................................. 26

    7. Retensi Lemak Ikan Lele ............................................................................. 26

    8. Kadar Glikogen Ikan Lele ............................................................................ 27

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Teks Halaman

    1. Tabel Laju Pertumbuhan Harian ikan lele ................................................... 40

    2. Tabel Pertumbuhan panjang ikan lele .......................................................... 40

    3. Tabel LPH, Panjang dan FCR ...................................................................... 41

    4. Tabel Hasil Uji proksimat tubuh ikan lele pada awal dan akhir penelitian . 41

    5. Prosedur Analisis Proksimat pakan dan Ikan lele ........................................ 42

    6. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 46

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Ikan lele dumbo merupakan hasil persilangan antara Clarias gariepinus

    jenis jantan yang berasal dari Afrika dan betina berasl dari Taiwan dengan nama

    Clarias fuscus berbeda secara genetik. Budidaya ikan lele sekarang ini telah

    menjadi industri rakyat, tak terkecuali di Indonesia. Pertumbuhan ikan lele ini

    relatif lebih cepat dan mudah untuk dibudidayakan dari pada ikan lele lokal,

    sehingga pembudidaya lebih memilih ikan air tawar ini untuk dibudidayakan.

    Pakan adalah salah satu faktor terpenting dalam kegiatan budidaya ikan.

    Secara umum kualitas pakan dapat dilihat dari kandungan nutrisinya. Semakin

    tinggi kandungan nutrisi pakan, maka kualitas pakan semakin baik. Tingginya

    kandungan protein pakan pada bahan pakan seperti tepung ikan membuat harga

    pakan saat ini relatif tinggi. Menurut Nurasiah dkk, (2013), untuk mengurangi

    biaya pakan salah satunya yaitu dengan menggunakan bahan pakan alternatif.

    Salah satu contoh bahan pakan alternatif yaitu eceng gondok dan cairan rumen

    sapi.

    Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tanaman air dengan nama lain

    gulma. Keunggulan taman ini dapat tumbuh dengan cepat dan dengan mudah

    beradaptasi terhadap lingkungan. Tanaman ini, dapat diolah menjadi pakan ikan.

    Baik untuk ikan yang sifatnya pemakan tumbuhan, hewan, maupun keduanya.

    Ikan lele yang sifatnya memakan daging dan tumbuhan diantaranya adalah ikan

    lele dumbo (Clarias gariepinus). Selain itu, jenis ikan ini juga memiliki nilai

    ekonomis tinggi serta mudah untuk dibudidayakan. Menurut penelitian yang

  • 2

    dilakukan oleh (Fitrihidajati dkk, 2015), tanaman eceng gondok (Eichornia

    crassipes) eceng gondok memiliki kandungan nilai gizi yang sangat baik dapat

    dengan mudah dicerna oleh ikan. Pengolahan eceng gondok menjadi pakan, dapat

    dilakukan dengan proses fermentasi. Penggunaan tanaman eceng gondok

    (Eichornia crassipes) sebagai pakan, memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi

    yaitu bahan kering 8,50%, protein kasar 13,86%, serat kasar 21,10%, lemak kasar

    0`,98%, abu 1,72%, BETN 29,16% (Universitas Riau, 2018).

    Untuk meningkatkan kualitas pakan, dapat dilakukan dengan proses

    fermentasi. Cara fermentasi dapat mempercepat produksi senyawa organik seperti

    karbohidrat, lemak, protein, menurunkan serat kasar melalui enzim yang berasal

    dari mikroba (Sukaryana dkk, 2011). Proses fermentasi dapat meningkatkan

    kecernaan bahan pakan dengan kandungan serat kasar tinggi yang ada pada

    tepung eceng gondok. Untuk melakukan proses fermentasi, diperlukan adanya

    starter untuk merombak struktur kimiawi. Dalam penelitian ini, starter yang

    digunakan adalah cairan rumen. Salah satu kegunaan fermentasi merupakan untuk

    menurunkan kadar serat yang terdapat pada bahan seperi eceng gondok dengan

    bantuan mikrooerganisme. Salah satu sumber mikroorganisme yang dapat

    digunakan dalam proses fermentasi adalah cairan rumen sapi.

    Dalam laporan Lee et al, (2002) mengemukakan bahwa enzim yang

    terdapat dalam cairan rumen antara lain adalah enzim selulase, amilase, protease,

    xilanase, mananase, dan fitase. Adanya enzim-enzim ini membuat penggunaan

    bahan pakan berserat kasar tinggi yang berasal dari ternak ruminansia menjadi

    lebih efektif dan efisien penggunaannya dibanding dengan ternak unggas. Pantaya

  • 3

    (2005), menjelaskan dalam cairan rumen banyak terkandung enzim seperti

    amilase, glukosidase, hemiselulase, dan xilanase yang dapat dengan mudah

    diperoleh dari rumah potong hewan. Andriani dkk, (2012) menambahkan bahwa

    enzim-enzim dalam rumen tersebut dapat mendegradasi polisakarida seperti

    selulase dan xilanase melalui interaksi mikroorgenisme kompleks. Organisme

    yang terdapat dalam rumen akan mengubah karbohidrat secara spesifik dengan

    bantuan enzim yang diperlukan pada konsentrasi cairan rumen.

    Penelitian mengenai pemanfaatan eceng gondok dengan fermentasi cairan

    rumen sebagai bahan pakan alternatif masih jarang dimanfaatkan dalam kegiatan

    budidaya hal tersebut yang membuat penulis melakukan penelitian ini.

    1.2. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pertumbuhan

    ikan lele dumbo pada pakan dengan mencampurkan tepung eceng gondok

    (Eichornia crassipes) yang difermentasi cairan rumen sapi.

    1.3. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi ilmiah mengenai

    penggunaan kadar tepung eceng gondok terfermentasi dalam pakan ikan lele

    dumbo (Clarias gariepinus) khususnya kepada pembudidaya.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Eceng Gondok

    2.1.1. Klasifikasi Eceng Gondok

    Eceng gondok dapat diklasifikasikan sebagai berikut (VAN Steenis,

    1997):

    Kingdom : Plantae

    Super Divisi : Spermatophytes

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Ordo : Alismatales

    Famili : Butomaceae

    Genus : Eichornia

    Spesies : Eichornia crassipes solms

    `2.1.2. Morfologi Eceng Gondok

    Gambar 1. Eceng Gondok

    Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tanaman air yang banyak

    ditemukan di kawasan tropis. Tanaman air ini mampu menyerap berbagai zat

  • 5

    dalam jumlah banyak, baik yang larut maupun tersuspensi dengan kadar selulosa

    hingga 72,63% (Ratnani, 2000). Tinggi rata-rata eceng gondok sekitar 0,4-0,8

    meter dan tidak memiliki batang. Daunnya tunggal dengan bentuk oval dan

    ujungnya meruncing sementara pangkal daun menggelembung sementara bagian

    permukaan daun bertekstur licin dan warna hijau. Bunga eceng gondok berbentuk

    bulir yang berjumlah 6-35 dengan putik tunggal Pandey, (1980) yang ditopang

    dengan kelopak dengan bentuk tabung sementara bentuk bijinya bulat dengan

    warna hitam dan akarnya berupa akar serabut Lail, (2008).

    Hampir semua perairan seperti rawa, waduk ataupun danau dapat

    ditumbuhi oleh eceng gondok sebagai habitat utama dalam perkembang biakan

    ikan, perlindungan ikan dan sebagai tempat hidup pakan alami serta berfungsi

    sebagai produksi logam berat seperti amonia yang dapat direduksi mencapai

    72,7%, nitrogen mencapai 73,05% dan nitrat yang mencapai 71,43%

    Rahmaningsih, (2006). Berdasarkan data tersebut, Purwaningsih, (2009)

    menjelaskan bahwa eceng gondok sangat efektif digunakan sebagai agen

    fitoremediasi untuk memulihkan lahan yang tercemar.

    Eceng gondok merupakan tanaman dengan kandungan selulosa tinggi

    sehingga sangat baik digunakan sebagai bahan baku pakan buatan. Dalam eceng

    gondok mengandung selulosa sebanyak 60%, hemisulosa 8% dan lignin 17%.

    Kandungan ini membuat eceng gondok memiliki serat tinggi yang menjadikan

    eceng gondok sangat potensial dijadikan bahan pakan buatan (Ahmed dalam

    Rizky, 2012).

  • 6

    2.1.3 Habitat Eceng Gondok

    Di Indonesia, eceng gondok dapat tumbuh dengan lebat di perairan

    seperti danau dan bibir pantai sejauh 5-20 meter. Perkembang biakannya yang

    sangat cepat dapat menyebabkan berkurangnya volume air serta menyebabkan

    terjadinya pendangkalan pada sungai atau danau. Hal ini diakibatkan karena sifat

    eceng gondok yang dapat menyerap air dengan volumen yang banyak (koes,

    2010). Kemampuan ini pula yang membuat eceng gondok dapat menjadi gulma.

    2.2. Ikan Lele Dumbo

    Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan air tawar yang

    dapat dikonsumsi. Dalam pengklasifikasiannya, ikan lele dumbo masuk dalam

    kelompok genus Clarias. Ciri ikan ini hampir sama dengan ikan lele pada

    umumnya yaitu memiliki tubuh yang licin, memanjang, tidak memiliki sisik, serta

    sirip punggung menyatu dengan sirip ekor dan sirip anus. Memiliki kepala yang

    keras, mata kecil dan mulut lebar pada bagian ujung moncong, memiliki empat

    pasang kumis (Catfish). Ikan jenis ini, banyak ditemukan pada perairan dengan

    air yang memiliki arus perlahan seperti rawa, telaga, dan sawah sebagai habitatnya

    dan merupakan ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (bersifat

    noctural) Mahyuddin, (2008).

  • 7

    2.2.1. Klasifiasi Ikan Lele Dumbo

    Klasifikasi ikan lele dumbo menurut (Saanin, 1984), adalah sebagai

    berikut:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Pisces

    Ordo : Siluriformes

    Famili : Clariidae

    Genus : Clarias

    Spesies : Clarias gariepinus

    Lele dumbo memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat dilihat dari bagian tubuh

    diantaranya bentuk tubuh yang memanjang, bagian badannya tinggi, dan memipih

    ke arah ekornya, tidak bersisik, memiliki permukaan tubuh licin atau berlendir,

    kepalanya gepeng, dan simetris mulutnya lebar tidak bergigi, pada sudut mulut

    terdapat empat pasang kumis yang digunakan sebagai alat peraba dan petunjuk

    adanya rangsangan (Soetomo, 2007), seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2

    berikut.

  • 8

    Gambar 2. Bentuk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

    2.2.2. Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

    Ikan lele (Clarias gariepinus) digolongkan dalam catfish, memiliki

    kemampuan beradaptasi dengan mudah dalam lingkungan yang kritis, seperti pada

    perairan dengan kadar oksigen yang kecil dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk

    jenis ikan pemakan segala jenis makanan (omnivora) namun, lebih cenderung

    sebagai pemakan daging (karnivora). Ikan lele lebih aktif pada malam hari atau

    bersifat nocturnal sebagai sifat alaminya, tetapi dalam usaha budidaya ikan lele

    dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Suyanto, 2006).

    Bentuk badan ikan lele yang berbeda dengan ikan lainnya, dapat dengan

    mudah dibedakan dalam jenis-jenis ikan lain. Ikan lele memiliki bentuk badan

    memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis sebagai

    alat peraba, dan alat pernapasan tambahan (arborescent organ). Bagian depan

    badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedangkan bagian

    tengah dan belakang berbentuk pipih (Astuti, 2003).

  • 9

    Ikan lele dilengkapi dengan alat pernapasan tambahan yang dapat

    digunakan pada lingkungan dengan kondisi air yang memiliki sedikit oksigen di

    dalamnya Suyanto, (1990). Alat pernapasan ini berada pada rongga kepala bagian

    dalam dengan warna kemerahan seperti tajuk pohon rimbun yang dipenuhi kapiler

    darah dibentuk oleh dua pelat tulang kepala dan kepala bagian belakang terdapat

    insang dengan ukuran yang kecil. Pada bagian ujung moncong terdapat mulut

    yang dilengkapi dengan empat pasangan sungut, yaitu sepasang sungut hidung,

    sepasang sungut maksila dan dua pasang sungut mandibula yang dapat

    difungsikan sebagai tentakel (Pillay, 1990).

    Bentuk tubuh ikan lele memanjang dengan ukuran baku 5-6 kali lebih

    panjang dibandingkan tinggi badannya serta berbanding 1:3-4 dengan ukuran

    panjang kepalanya. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata dengan ukuran 1/8

    kali panjang kepalanya. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan

    tetapi bagian tubuh yang berdekatan dengan sungut hidung terdapat dua buah alat

    olfaktori sebagai alat peraba dan pencium yang dapat digunakan untuk mengenali

    mangsa. Ikan lele dilengkapi sirip pada tubuhnya dengan jumlah sirip punggung

    sebanyak 68-79, jumlah sirip dada 9-10, sirip perut 5-6, sirip anal 50-60 dan

    jumlah sungut 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan besar. Sirip

    pektoral memiliki jari-jari yang sangat kuat dan pada kedua sisinya bergerigi

    kasar yang dapat difungsikan sebagai senjata dan sebagai penggerak saat ikan

    berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).

    Organ dalam ikan lele terdiri atas lambung dengan ukuran yang relatif

    besar dan panjang namun memiliki usus yang lebih pendek dari ukuran badannya.

  • 10

    Memiliki gelembung renang dan hati yang berjumlah sepasang. Di sekitar usus

    terdapat gonad dengan jumlah sepasang yang memungkinkan ikan lele untuk

    berkembang biak secara ovipar atau pembuahan sel di luar tubuh Suyanto, (1999).

    2.2.3. Habitat Ikan Lele

    Ikan lele lebih menyukai perairan dangkal dengan substrat berlumpur

    sebagai perlindungan. Umumnya, ikan lele menjadikan air yang berlumpur

    sebagai habitat utamanya (Hernowo dan Suyanto, 2003 dalam Jufrie, 2006)

    dengan rentang suhu antara 20-30 o

    C. Kebanyakan ikan lele lebih menyukai air

    yang bersuhu 27oC, dengan komposisi oksigen terlarut lebih dari 3 ppm, derajat

    keasaman (pH) 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri, 2002

    dalam Aristya, 2006).

    2.2.4. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Lele Dumbo

    Dalam kegiatan budidaya, yang sangat diperlukan adalah ketersediaan

    pakan. Ketesediaan pakan menjadi penentu kondisi pada tubuh ikan, baik untuk

    beraktivitas, berkembang biak maupun pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan

    dapat berupa pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami biasanya tersedia pada

    lingkungan ikan seperti serangga, kutu air, jentik nyamuk cacing ataupun moluska

    (Susanto, 1988).

    Pertumbuhan ikan lele ditentukan oleh ketersediaan pakan pada

    lingkungannya. Pakan menjadi faktor penentu pertumbuhan benih ikan lele. Benih

    ikan lele yang berumur 100 jam dari waktu penetasannya, diberi pakan pertama

    berupa pakan alami yang berukuran kecil sesuai dengan mulut benih dan memiliki

  • 11

    cukup kandungan energi dan dapat dengan mudah dicerna oleh benih serta

    ketersidiaanya banyak pada lingkungan Rustidja, (1984) dalam Rukmana, (2003).

    Pakan buatan adalah hasil olahan berbagai macam bahan berdasarkan

    keperluan yang dijadikan sebagai sumber energi pada ikan. Pakan dibuat dalam

    berbagai bentuk diantaranya adalah bentuk tepung yang diberikan pada benih

    ikan umur 7-15 hari dan pakan berupa pelet yang diberikan pada benih berumur

    15-30 hari. Pakan bentuk pelet dibuat dengan ukuran ± 1 mm dengan frekuensi

    pemberian pakan 3-5 kali sehari (Soetomo, 1987).

    Frekuensi pemberian pakan pada proses budidaya sangat mempengaruhi

    pertumbuhan dan perkembangan ikan. Frekuensi pemberian pakan yang tepat

    akan menghasilkan daging dan berat ikan yang memuaskan. Frekuensi pemberian

    pakan, tergantung pada ukuran benih ikan. Benih ikan yang masih berbentuk

    larva, frekuensi pemberian pakan harus lebih tinggi dari ukuran benih lainnya. Hal

    ini karena pada saat berukuran larva, proses pengosongan lambung lebih cepat.

    Cepat atau lambatnya proses pengosongan lambung tergantung pada ukuran benih

    serta suhu air (Effendi, 2004).

    2.3. Cairan Rumen

    Cairan rumen diketahui banyak mengandung enzim seperti enzim selulase,

    amilase dan protease (Lee, et al., 2002). Selain dikenal sebagai sumber enzim

    yang murah, cairan rumen sapi juga mudah diperoleh dari rumah potong hewan

    (RPH). Enzim-enzim yang terdapat pada cairan rumen, memberikan dampak

    efisien dan lebih efektif digunakan sebagai bahan pakan berserat tinggi.

    Pengkajian terhadap kemampuan ekstraksi enzim tersebut masih perlu dilakukan

  • 12

    untuk mengetahui tingkat kemampuan enzim ini dalam mendegradasi karbohidrat

    sehingga penggunaan enzim secara optimum pada pakan yang berkualitas dan

    berserat tinggi dapat diketahui.

    Cairan rumen diketahui banyak mengandung nutrisi yang sangat baik untuk

    digunakan sebagai pakan. Kandungan nutrisi cairan rumen (Rasyid, 1981) terdiri

    atas ptorein sebanyak 8,86, mengandung lemak sebesar 2,60%. Kandungan

    terbanyak dari cairan rumen adalah BETN sebanyak 41, 24% dan serat kasar

    28,78% air (10,92%), kalsium (0,53), phospor (0,55%).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh purnomohadi, (2006). Penggunaan

    cairan rumen sebagai penghasil inokulan dalam pengolahan silase jerami,

    diperoleh kadar serat sebanyak 15,98% dan terdapat peningkatan kandungan

    protein sebesar 54,50% pada penurunan bahan kering 10,6%. Sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Sandi dkk, (2010) yang meneliti tentang

    pemberian enzim yang berasal dari cairan rumen dan bakteri Leuconostoc

    mesenteroides memperlihatkan adanya penurunan serat dan sianida yang

    terkandung dalam umbi dan meningkatkan kandungan protein pada singkong.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitriliyani, (2010) dengan hirolisis tepung

    daun lamtoro menggunakan cairan rumen yang berasal dari domba

    memperlihatkan adanya pengurangan serat kasar sebanyak 53,64% dengan masa

    inkubasi berlangsung selama 24 jam. Selain mengurangi serat kasar dan

    meningkatkan protein, penambahan cairan rumen dapat menurunkan kandungan

    polisakarida. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Pantaya, (2003) dengan

    pemberian cairan rumen sebanyak 620 dan 1.240U/kg dapat menurunkan

  • 13

    polisakarida sebesar 4% dan 3%. Hasil penelitian Hardiyanto, (2001) yang

    meneliti tentang penambahan cairan rumen sebagai bahan pakan penyusun

    ransum komplit memperlihatkan adanya peningkatan Volatile fatty acids (VFA).

    Dari berbagai penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa dengan menambahkan

    cairan enzim pada bahan pakan, dapat merombak komponen bahan menjadi lebih

    mudah dicerna oleh hewan budidaya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

    Zuraida, (2011) yang memperlihatkan adanya penurunan serat kasar pada bungkil

    kelapa setelah penambahan cairan rumen domba. Pada penelitian lain

    memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan melakukan hidrolisis bungkil

    kelapa dengan bantuan enzim cairan rumen domba sebanyak 100 mL/kg

    diperoleh penurunan serat kasar kelapa sawit sebesar 56,97% dengan tingkat

    kecernaan mencapai 42,26% dengan masa inkubasi selama 24 jam (Pamungkas,

    2011). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tersebut dapat dinyatakan

    bahwa penambahan enzim pada cairan rumen dapat meningkatkan protein dan

    nilai cerna pakan serta dapat menurunkan serat kasar bahan pakan.

    2.4. Fermentasi

    Perubahan substrat secara kimia dengan bantuan enzim yang berasal dari

    mikroorganisme disebut dengan fermentasi. Pertumbuhan dan perkembangan

    mikroorganisme secara aktif dalam proses fermentasi dapat mengubah bahan

    menjadi produk yang diinginkan (Suprihatin, 2010). Dalam proses fermentasi,

    umumnya diperlukan mikroba yang siap diinokulasikan kemudian ditumbuhkan

    dalam substrat (Prabowo, 2010). Proses ini dikenal dengan fermentasi tidak

    spontan karena memerlukan mikroorganisme dalam dalam proses pembuatannya.

  • 14

    Proses fermentasi semacam ini, biasanya tergantung pada jenis organismenya

    (sulistyaningrum, 2008). Selain menggunakan miroorganisme, fermentasi juga

    dapat dilakukan tanpa menggunakan mikroba. Proses fermentasi semacam ini

    dikenal dengan fermentasi spontan.

    Fermentasi dapat diartikan sebagai proses reaksi oskidasi dan reduksi

    dalam senyawa organik untuk mengasilkan energi. Energi yang dihasilkan dari

    proses fermentasi digunakan mikroorganisme untuk merubah struktur dasar pada

    bahan seperti asam amino, lemak, karbohidrat, dan vitamin serta mineral.

    Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila memperhatikan

    beberapa faktor antara lain suhu, pH, oksigen, dan air (Winarno dkk, 1980).

    Mikroba yang bersifat fermentatif dapat mengubah karbohidrat dan

    turunannya menjadi alkohol, asam, dan karbondioksida. Santoso, (1987)

    menyatakan dalam proses fermentasi jumlah mikroba diperbanyak (mengalami

    proliferasi) dan digunakan metabolismenya dalam bahan-bahan tersebut pada

    batas tertentu. Proses fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan asalnya,

    karena selain terjadi perombakan bahan kompleks menjadi sederhana, juga

    disintesis beberapa vitamin seperti riboflavin, vitamin B 12, dan pro vitamin A.

    Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam fermentasi antara lain

    substrat (media fermentasi), mikroorganisme yang digunakan, kondisi fisik

    pertumbuhan (lingkungan).

  • 15

    2.5. Kualitas Air

    Ikan lele dilengkapi dengan alat bantu pernapasan yang disebut dengan

    arborescent organ yang membuat ikan lele mampu bertahan hidup dalam lumpur

    ataupun pada lingkungan dengan konsentrasi air yang sangat kurang (Khairuman,

    2002). Meski demikian, tetap harus dilakukan pengontrolan terhadap kualitas air

    untuk menghindari tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit

    (Sunarma, 2004). Kurangnya pengontrolan terhadap air dapat mengakibatkan

    turunnya imun tubuh ikan terhadap serangan penyakit. Kualitas air dapat dikontrol

    dengan dilakukan pembersihan untuk menghindari penumpukan sisa pakan dan

    penumpukan bahan organik yang berdasal dari larva yang mati. Frekuensi

    pembersihan dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari.

    2.5.1. Suhu Air

    Suhu mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kelarutan oksigen

    dalam air yang dapat membantu ikan dalam proses kimia dan biologis.

    Pengontrolan suhu penting dilakukan pada budidaya untuk menghindari kematian

    ikan akibat perubahan suhu yang mendadak (Cholik, 1991). Suhu optimum yang

    baik untuk perumbuhan ikan adalah pada suhu 25oC–32

    oC. Beberapa spesies ikan

    memiliki suhu optimum yang berbeda berkisar antara 150C-32

    0C. Ikan lele dapat

    hidup dengan baik pada kisaran suhu 25oC–30

    oC dengan suhu optimal yaitu 31

    oC

    (SNI, 2014). Hewan akan mati atau bermigrasi ke daerah baru apabila suhu

    lingkunga berbeda jauh dari suhu optimumnya.

    Suhu berperan sangat penting terhadap sifat fisik, kimia dan biologis pada

    hewan air begitupun dengan ikan lele. Kenaikan suhu dapat membantu

  • 16

    mempercepat aktivitas metabolisme organisme air sehingga laju pertumbuhan

    ikan sampai pada batas tertentu. Batas maksimal toleransi kenaikan suhu untuk

    ikan sekitar 35oC. Kenaikan suhu melebihi batas toleransi dapat menimbulkan

    kematian pada ikan (Supratno dan Kasnadi, 2003).

    2.5.2. DO (Oksigen Terlarut)

    Salah satu penentu kehidupan ikan dalam air adalah terdapatnya oksigen

    terlarut. Kadar oksigen tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan respirasi,

    melainkan digunakan untuk mengurai bahan organik pada lingkungan. Rendahnya

    kadar oksigen dalam air dapat membuat pertumbuhan ikan menjadi terhambat

    serta dapat mengakibatkan kematian pada ikan. konsentrasi oksigen terlarut tidak

    tergantung ada banyaknya persentase oksigen pada lingkungan, melainkan

    dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah suhu air, salinitas air,

    pergerakan air dipermukaan, serta luasnya permukaan air yang terbuka.

    Optimalnya, konsentrasi kadar oksigen terlarut dalam air sekitar 4-7 ppm atau

    minimal 3 ppm yang diukur dengan menggunakan DO meter (Prihatman, 2000).

    2.5.3 Derajat keasaman (pH)

    pH adalah salah satu indikator untuk mengetahui konsentrasi ion H yang

    terkandung dalam air. Secara umum kandungan air dipengaruhi oleh konsentrasi

    CO2 serta senyawa yang bersifat asam atau yang mengandung ion H. Untuk

    menumbuh kembangkan ikan lele sebagai hewan bubidaya maka derajat

    keasaman (pH) minimal berkisar antara 6,5-8,5 (Pescod, 1973). Sedangkan

    menurut Boyd, (1982) Takaran pH yang baik untuk menunjang pertumbuhan ikan

    adalah 6,5–9,0. Pertumbuhan dan perkembang biakan ikan tergantung pada

  • 17

    takaran pH. pH optimal untuk kelangsungan hidup populasi berkisar 6,7-8,6

    (Sastrawijaya, 2009). Takaran pH ini membantu mengoksidasi amonia (Esoyetal,

    1998). Bakteri nitrifikasi (bakteri pengoksidasi amonia) lebih menyukai

    lingkungan yang basa dengan tingkat pH optimal untuk pertumbuhan berkisar

    antara 7,5–8,5 (Ambarsari, 1999). Nilai pH optimum bagi pertumbuhan bakteri

    heterotrofik adalah sekitar 6–7 (Irianto dan Hendrati, 2003)

    2.5.4Amonia (NH3)

    Proses perombakan senyawa nitogen yag dilakukan oleh mikroorganisme

    dalam perairan anaerob akan mengasilkan senyawa amonia. Senyawa amonia

    yang dihasilkan dapat berupa senyawa ion ammonium (NH4+) yang

    keberadaannya tidak terlalu berbahaya kecuali dalam konstrasi yang sangat tinggi.

    Senyawa amonia yang lain yang dihasilkan adalah senyawa amonia yang bukan

    ion (NH3). Senyawa NH3 ini dapat meracuni ikan. biasanya konsentrasi senyawa

    ini akan meningkat setelah kematian fitoplankton yang dapat menurunkan kadar

    pH dan meningktakan kadar CO2 (Suyanto, 2008).

  • 18

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember - januari 2020,

    Bertempat di unit penetasan ikan lele jalan poros Pallangga, Desa Bontoala,

    Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

    3.2. Hewan Uji

    Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan

    lele Dumbo (Clarias gariepinus) sebanyak 200 ekor berumur 2 minggu dengan

    berat rata-rata 2 gram. Wadah pemeliharaan benih ikan lele adalah baskom

    bervolume 40 Liter sebanyak 2 unit. Volume air yang digunakan sebanyak 20

    Liter.

    3.3. Persiapan Ekstrak Enzim Cairan Rumen

    Cairan rumen sapi diambil dari Rumah Pemotongan Hewan Sungguminasa

    Kabupaten Gowa. Pengambilan cairan rumen sapi yang diproses dengan cara

    filtrasi (penyaringan) menggunakan kain katun pada suhu 4ºC. Pengambilan

    ekstrak enzim dilakukan dengan mengikuti metode Lee et, al., (2002).

    3.4. Persiapan Pakan Uji

    Pakan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan pellet yang

    diformulasi dengan tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen sapi yang

    diinkubasi selama 7 hari.

    Proses pembuatan pakan diawali dengan persiapan bahan baku seperti

    pengambilan cairan rumen sapi yang diproses dengan cara filtrasi (penyaringan)

  • 19

    menggunakan kain katun pada suhu 4ºC, pengambilan eceng gondok di Kanal

    Borong, pencincangan eceng gondok dan penimbang, pencampuran eceng gondok

    dengan cairan rumen sapi dan dimasukkan ke dalam styrofoam untuk dilakukan

    fermentasi selama 7 hari, selanjutnya dilakukan pengeringan lalu eceng gondok

    yang terfermentasi cairan rumen sapi dihaluskan dengan menggunakan mesin

    penggiling kemudian dicampurkan dengan bahan pakan tambahan atau formulasi

    pakan yang dapat dilihat pada tabel 4, lalu dilakukan pencetakan pakan setelah itu

    pakan dikeringkan dibawah terik matahari.

    Tabel 1. Persentase Bahan Baku Pakan

    No

    Jenis

    A (%)

    B (%)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Tepung Ikan

    Dedak Halus

    Tepung Kedelai

    Tepung Jagung

    Tepung Eceng Gondok

    Tepung Terigu

    Minyak Ikan

    Vitamin

    33

    27

    22

    7

    0

    9

    1

    1

    33

    16

    13

    7

    20

    9

    1

    1

    Tabel 2. Hasil analisis Proksimat Pakan Uji

    No Komposisi (%) Kode Sampel

    Kontrol Tepung Eceng Gondok

    1 Protein Kasar 35,01 35,92

    2 Lemak Kasar 8,23 10,75

    3 Serat Kasar 3,92 8,71

    4 Kadar Abu 13,99 20,07

    5 Kadar Air 5,81 4,85

    Sumber: Data Primer

  • 20

    3.5. Pemeliharaan Hewan Uji

    Selama pemeliharaan akan diberikan pakan buatan berbentuk pellet

    dengan jumlah pemberian dua kali perhari pada jam 09.00 dan 17.00 WITA

    dengan volumen 10 % biomassa. Pergantian air media pemeliharaan dilakukan

    sebanyak satu kali setiap tiga hari dengan cara pembersihan dari dasar wadah agar

    kotoran dan sisa pakan dari dasar wadah dapat keluar. Parameter kualitas air yang

    diukur meliputi Suhu, pH, DO diukur dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore

    hari. Sedangkan amonia diukur tiga kali selama penelitian yaitu awal, tengah dan

    akhir penelitian.

    3.6. Pengubah Yang Diamati

    Pengubah yang diamati dalam penelitian ini FCR, laju pertumbuhan harian,

    pertumbuhan panjang, retensi protein, retensi lemak dan kadar glikogen. Kualitas

    air sebagai parameter pendukung yang meliputi suhu, pH, DO dan Amoniak.

    Masing - masing Pengubah yang diamati dalam penelitian ini dapat dihitung

    dengan rumus sebagai berikut:

    3.6.1. Food convertion ratio (FCR)

    Perhitungan konversi pakan atau Food convertion ratio (FCR) ditentukan

    dengan menggunakan rumus (Ridlo dan Subagio, 2013) sebagai berikut.

    Keterangan:

    FCR =Konversi Pakan

    F =Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)

    W =Berat ikan yang dihasilkan (g)

  • 21

    3.6.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

    Perhitungan laju pertumbuhan yang speseifik (specific growth rate/SGR)

    dihitung dengan menggunakan persamaan: (Dehaghani et al. 2015).

    Dengan:

    SGR : specific growth rate (%)

    Wo : Berat rata-rata awal (mg)

    Wt : Berat rata-rata akhir (mg)

    t : Lama pemeliharaan (hari)

    3.6.3. Pertumbuhan Mutlak

    Menentukan pertumbuhan mutlak dilakukan diakhir perlakuan

    menggunakan persamaan: (Dehaghani et al. 2015)

    G (gram) = Gt−Go

    Keterangan:

    G : Pertumbuhan mutlak (mm)

    Gt : Rata-rata panjang pada akhir perlakuan

    Go : Rata-rata panjang pada awal perlakuan

    3.6.4. Retensi Protein

    Retensi protein adalah penigkatan perbandingan jumlah protein organisme

    dengan jumlah protein konsumsi yang dinyatakan dalam persen seperti pada

    persamaan berikut (Takeuchi, 1988).

  • 22

    ( ) ( ) ( )

    x

    100%

    3.6.5. Retensi Lemak

    Retensi lemak adalah peningkatan pesentase lemak pada organisme setiap

    satuan lemak konsumsi (Takeuchi 1988).

    ( ) ( ) ( )

    x

    100%

    3.6.6. Kadar Glikogen

    Penentuan kadar glikogen dilakukan dengan cara mengambil 3 ekor ikan

    lele sebagai sampel secara random di setiap unit perlakuan untuk dianalisis

    kandungan glikogennya. Analisis ini, merujuk pada metode Nedemeyer dan

    Yasutake, (1997).

    3.6.7 Pengukuran Kualitas Air

    Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, kandungan oksigen

    terlarut (dissolved oxygen/ DO), pH dan amoniak. Amonia diukur sebanyak tiga

    kali mulai dari awal tengah dan akhir.

    3.7.Rancangan Percobaan

    Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan menggunakan 2

    perlakuan tanpa ulangan.

    B

    A

  • 23

    Keterangan:

    A = Kontrol (Tanpa tepung eceng gondok)

    B = Tepung eceng gondok

    3.8. Analisis Data

    Data hasil penelitian laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang, FCR,

    retensi protein, retensi lemak dan kadar glikogen dianalisis secara deskriptif dan

    hasil yang didapatkan diolah menggunakan microsoft excel 2010 dan ditampilkan

    dalam bentuk tabel dan grafik.

  • 24

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    4.1.1. Food Convertion Ratio (FCR)

    Perhitungan hasil konversi pakan ikan lele yang dilakukan selama proses

    penelitian, disajikan pada Gambar 3.

    Gambar 3. FCR Pakan ikan lele selama penelitian

    Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa nilai feed convention

    ratio (FCR) selama penelitian berkisar 2,38%-2,87%. Dengan nilai FCR terendah

    diperoleh pada perlakuan B (penambahan tepung eceng gondok terfermentasi

    cairan rumen) sebesar 2,87%.

    4.1.2. Laju Pertumbuhan Harian

    Laju pertumbuhan harian ikan lele yang diberi pakan dengan penambahan

    tepung eceng gondok yang difermentasi cairan rumen sapi disajikan pada Gambar

    4.

    2,87

    2,38

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    A B

    Food

    Con

    ven

    tion

    Rati

    o (

    %)

    Perlakuan

  • 25

    Gambar 4. Laju pertumbuhan harian ikan lele

    Hasil pemantauan laju pertumbuhan harian ikan lele dalam kurung waktu

    40 hari jangka waktu perawatan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan laju

    pertumbuhan perlakuan A (tanpa tepung eceng gondok terfermentasi cairan

    rumen) dan perlakuan B (penggunaan tepung eceng gondok terfermentasi cairan

    rumen). Peningkatan rata-rata bobot ikan lele selama proses pemeliharaan

    (Gambar 3) dapat dilihat bahwa pada hari ke 1-7 pertumbuhan ikan lele masih

    relatif sama dan belum menunjukkan perbedaan laju pertumbuhan harian yang

    terlalu signifikan antara perlakuan dan kontrol. Hari ke 7-14 telah menunjukkan

    adanya pertumbuhan ikan lele dumbo namun masih rendah. Pada hari ke 14-21

    laju pertumbuhan ikan lele meningkat drastis.

    4.1.2. Pertumbuhan Mutlak

    Pengukuran pertumbuhan mutlak ikan lele yang diberi pakan dengan

    kandungan tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen dapat dilihat pada

    Gambar 5.

    2 2,55

    3,04

    3,4

    4,37

    5,65

    2 2,6

    3,36

    4,68 5,08

    6,39

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    1 7 14 21 28 40

    La

    ju P

    ertu

    mb

    uh

    an

    ha

    ria

    n

    Hari Ke-

    A

    B

  • 26

    Gambar 5. Pertumbuhan panjang ikan lele selama penelitian

    Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak ikan

    lele yang dipelihara selama 40 hari terdapat perbedaan antara perlakuan A (tanpa

    penambahan tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen) dan perlakuan B

    (penambahan tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen) dengan nilai

    pertumbuhan mutlak ikan lele tertinggi diperoleh pada perlakuan B sebesar 4,1

    cm.

    4.1.4. Retensi Protein

    Protein yang telah diperoleh pada pakan kemudian dikonsumsi oleh ikan

    kemudian diubah menjadi protein pada tubuh ikan. Rata-rata nilai retensi protein

    selama proses penelitian berlangsung disajikan pada Gambar 6.

    3,65

    4,39

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    4,5

    5

    A B

    Pertu

    mb

    uh

    an

    Mu

    tla

    k (

    gra

    m)

    Perlakuan

  • 27

    Gambar 6. Retensi Protein ikan lele

    Gambar di atas memperlihat nilai retensi protein ikan lele yang telah

    dipelihara dalam kurung waktu 40 hari. Pada perlakuan A diperoleh rata-rata

    retensi protein sebesar 23,96%. Nilai retensi protein tertinggi diperoleh pada

    perlakuan B sebesar 47,99%.

    4.1.5. Retensi Lemak

    Retensi lemak merupakan persentase lemak yang dimakan oleh ikan

    selama masa percobaan yang dapat disimpan dalam tubuh ikan (Halver dan

    Hardy, 2002). Nilai rata-rata retensi lemak ikan lele selama penelitian dapat

    dilihat pada Gambar 7.

    23,96

    47,99

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    A B

    Ret

    ensi

    Pro

    tein

    Perlakuan

  • 28

    Gambar 7. Retensi Lemak ikan lele

    Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa nilai retensi lemak selama

    40 hari penelitian berkisar 33,29%-43,16%. Dengan nilai retensi lemak tertinggi

    adalah perlakuan B (pemberian tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen)

    sebesar 43,16%.

    4.1.6. Kadar Glikogen

    Pemberian pakan dengan menambahkan tepung eceng gondok

    terfermentasi cairan rumen dapat meningkatkan kadar glikogen dalam tubuh ikan

    lele. Hasil penambahan tepung eceng gondok disajikan pada Gambar 8.

    Gambar 8. Kadar Glikogen ikan lele di akhir penelitian

    33,29

    43,16

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    A B

    Ret

    ensi

    Lem

    ak

    Perlakuan

    3,87

    6,4

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    A B

    Ka

    da

    r G

    lik

    og

    en i

    ka

    n L

    ele

    Perlakuan

  • 29

    Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa rata - rata kadar glikogen

    ikan lele yang dipelihara selama 40 hari berkisar 3,87 – 6,4%. Dengan nilai kadar

    glikogen pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan B (penambahan tepung eceng

    gondok terfermentasi cairan rumen) sebesar 6,4%.

    4.1.7. Kualitas Air

    Pada penelitian ini, yang menentukan kualitas air adalah suhu, pH (derajat

    keasaman), amoniak (NH3) serta oksigen terlarut (DO). Berikut ini ditampilkan

    hasil pengukuran kualitas air selama prses penelitian berlangsung.

    Tabel 5. Data hasil pengukuran kualitas air selama penelitian

    Parameter Hasil Pengukuran Nilai Standar Baku

    Suhu (oC) 27-30 25-30*

    pH 6,8-7,1 6,5-8**

    DO (ppm) 3.02-4,38 >3*

    Amoniak (mg/L) 0.021-0,094

  • 30

    baik pula sehingga berpengaruh postif terhadap pertumbuhan ikan. Selain itu,

    daya terima ikan terhadap rasa khas dari suatu bahan baku berbeda-beda untuk

    setiap spesies, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawati

    dkk, (2014). Sedangkan dari hasil riset Sulhi dkk, (2010) memperlihatkan bahwa

    pakan yang mengandung protein sebanyak 28-30% memperlihatkan kualitas yang

    baik terhadap pertumbuhan ikan dengan nilai konversi 2,22 pada pemberian pakan

    dengan frekuensi 3% memberikan hasil yang efektif dan efisien. Yandes, (2003)

    mengemukakan bahwa protein pakan mempengaruhi nilai rasio konversi pakan.

    Pemberian pakan yang efisien akan memenuhi kebutuhan nutrisi pada ikan.

    Hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan harian individu ikan lele

    meningkat seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan seperti yang terlihat

    pada (Gambar 4) pada hari ke 1-7 dimana pertumbuhan ikan lele masih relatif

    sama dan belum menunjukkan perbedaan laju pertumbuhan harian yang terlalu

    signifikan antara perlakuan dan kontrol. Hal ini disebabkan karena ikan masih

    beradaptasi dengan lingkungan dan serta jumlah pakan. Sehingga pemberian

    pakan uji kurang bermanfaat. Pemberian pakan hari ke 7-14 telah memperlihatkan

    adanya pertumbuhan pada ikan walaupun masih rendah. Pada hari ke 14-21 laju

    pertumbuhan ikan lele meningkat drastis hal ini disebabkan nafsu makan ikan

    semakin meningkat. Pemanfaatan pakan oleh ikan dapat dilihat melalui

    pertambahan bobot ikan. Selain itu eceng gondok memiliki asam amino esensial

    pembatas namun memiliki nilai essential amino acid index (EAAI) sebesar 0.88.

    Menurut Penaflorida, (1989) kriteria klasifikasi sumber protein yang baik

    memiliki nilai EAAI lebih dari atau sama dengan 0.9, sumber protein yang cukup

  • 31

    memiliki nilai 0.8, dan yang tidak memadai memiliki nilai dibawah 0.7. Sehingga

    tepung eceng gondok cukup baik ditambahkan kedalam pakan sebagai sumber

    protein untuk pertumbuhan dan mengakibatkan proses metabolisme pada ikan

    dapat bekerja dengan baik setelah mengkonsumsi pakan. Hasil ini selaras dengan

    penelitian Mohapatra, (2015) tepung eceng gondok pada pakan ikan mas

    meningkatkan kinerja pertumbuhan dengan dosis 50%. Selain itu peningkatan

    pertumbuhan karena ikan uji pada perlakuan tersebut dapat menerima dan

    memanfaatkan pakan uji lebih baik untuk pertumbuhannya.

    Pertumbuhan mutlak benih ikan lele seimbang dengan laju pertumbuhan

    harian/SGR pertambahan beratnya, pada saat SGR meningkat pertumbuhan

    mutlak juga meningkat, ini membuktikan bahwa pemberian pakan dengan

    campuran tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen memberikan

    pertumbuhan yang baik, karena pakan yang diberikan sudah mampu dicerna dan

    diserap dengan baik oleh benih ikan lele. Selain itu kandungan nutrisi yang

    terkandung dalam pakan sudah memenuhi kebutuhan benih untuk memacu

    pertumbuhan mutlak. Setiawati dkk, (2013). Ikan akan tumbuh apabila nutrisi

    pakan yang dicerna dan diserap oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah diperlukan

    untuk memelihara tubuhnya Fujiya, (2004) menambahkan tidak semua makanan

    yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi

    dari makanan digunakan untuk metabolisme (pemeliharaan), sisanya digunakan

    untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi Effendie, (1997) menjelaskan

    bahwa energi yang berasal dari asam amino (protein) sangat diperlukan oleh ikan

    untuk pertumbuhan. Selain itu energi juga diperlukan oleh ikan dalam proses

  • 32

    metabolisme dalam keperluan memperbaiki dan memelihara kondisi tubuh serta

    untuk beraktivitas (NRC, 1993). Menurut hasil penelitian Muchtaromah (2010),

    pada ikan nila yang beri pakan dengan penambahan tepung eceng gondok hasil

    fermentasi mendapatkan pertumbuhan mutlak yang tertinggi sebesar 3,08

    cm/ekor. Rendahnya nilai pertumbuhan mutlak pada perlakuan A (pakan tanpa

    penambahan tepung eceng gondok dengan fermentasi cairan rumen sapi) menurut

    hasil pengamatan diakibatkan oleh kurang dicernanya pakan tersebut pada usus

    dan nutrisi dalam pakan tidak diserap dengan baik dibandingkan pada perlakuan

    B. Selain itu, tanpa penambahan tepung eceng gondok yang difermentasi dengan

    cairan rumen sapi mengandung nutrisi lebih rendah. Perkembangan mutlak ikan

    lele lebih terlihat dengan pemberian pakan campuran tepung eceng gondok yang

    difermentasi dengan cairan rumen sapi. Proses fermentasi dapat membuat substrat

    tanaman menjadi lebih mudah untuk dicerna oleh ikan lele. Dalam penelitian yang

    dilakukan oleh Adelina dkk, (2009) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan daya

    cerna pada pakan dapat dilakukan melalui fermentasi. Hal ini dapat mengubah

    substrat bahan pakan menjadi protein tunggal sehingga dapat dengan mudah

    dicerna oleh ikan.

    Hasil analisis proksimat protein tubuh ikan lele pada akhir pemeliharaan

    menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan pada awal pemeliharaan

    (Lampiran 4). Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh penggunaan tepung

    eceng gondok dengan fermentasi cairan rumen sapi pada retensi protein

    dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini terjadi karena pakan pada perlakuan B

    (penambahan tepung eceng gondok dengan fermentasi cairan rumen sapi) lebih

  • 33

    disenangi oleh ikan sehingga membuat kecernaan dan efisiensi pakan lebih tinggi.

    Hal ini yang membuat retensi protein dalam tubuh ikan menjadi lebih banyak.

    Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitanggang, (2017) yang

    menjelaskan bahwa retensi protein dalam tubuh didukung oleh kandungan protein

    pada pakan yang diberikan pada ikan. Peningkatan protein dalam daging ikan

    memperlihatkan adanya pengaruh pemberian pakan buatan dari tepung eceng

    gondok dengan fermentasi cairan rumen sapi sangat dibutuhkan oleh ikan untuk

    keperluan metabolisme dan perbaikan sel dalam tubuh yang membuat

    pertumbuhan ikan lebih optimal. Komposisi pakan yang diberikan pada perlakuan

    ini, sangat sesuai dengan kebutuhan ikan sehingga dapat meningkatkan protein

    dalam tubuh ikan. Pada perlakuan A (tanpa penambahan tepung eceng gondok

    dengan fermentasi cairan rumen sapi) diperoleh retensi protein dengan nilai

    rendah. Hal ini bisa diakibatkan oleh rendahya protein yang terkandung dalam

    pakan konvensional sehingga membuat ikan sedikit mencerna nutrisi pada pakan

    yang diberikan yang mengakibatkan protein yang diserap oleh ikan menjadi

    rendah pula.

    Tingginya nilai retensi protein bergantung pada kemampuan ikan untuk

    mencerna proten dari pakan. Jika pakan dikonsumsi dengan baik oleh ikan, maka

    tingkat kecernaan dan retensi protein pada ikan akan semakin tinggi pula. Pada

    penelitian ini diperoleh retensi protein sebesar 47,99%. Tingginya retensi ini

    berkaitan dengan komposisi pakan uji yang diberikan pada ikan. Hasil ini

    terbilang lebih baik dari penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh

    Rahmad, (2017) yang memperoleh hasil retensi protein sebanyak 7,05-17,80%,

  • 34

    Cahyadi, (2015) yang memperoleh retensi protein sebesar 4,05-11,99%, dan

    Suharman dkk., (2014) yang memperoleh nilai retensi 19,32-30,52%, melalui

    penambahan bubuk eceng eceng gondok dengan fermentasi sebagai bahan baku

    dalam pembuatan pakan ikan baung. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan

    pemberian bubuk eceng eceng gondok dengan fermentasi cairan rumen sapi,

    sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan ikan lele tergolong pada kategori

    baik.

    Hasil analisis proksimat lemak tubuh ikan lele pada akhir pemeliharaan

    menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan pada awal pemeliharaan

    (Lampiran 4). Kandungan lemak tubuh ikan mengalami peningkatan pada akhir

    pemeliharaan. Adanya kecenderungan naiknya retensi lemak dengan naiknya

    kadar lemak pakan memegang peranan penting dalam penyediaan energi untuk

    beraktivitas sehari hari. Retensi lemak menunjukan jumlah lemak dari pakan yang

    tersimpan dalam tubuh ikan. Lemak sangat dibutuhkan oleh ikan untuk kebutuhan

    sintesis nutrisi seperti karbohidrat yang disintesis menjadi asam lemak dan

    trigliserida (Syamsudin dkk., 2010). Nilai retensi lemak akan cukup tinggi apabila

    energi dan protein terpenuhi sehingga lemak yang berasal dari pakan akan

    tersimpan melalui jaringan ikan. Hal inilah yang terjadi pada perlakuan B

    (Penambahan tepung eceng gondok fermentasi cairan rumen). Sedangkan

    rendahnya retensi lemak pada perlakuan A (tanpa penambahan bubuk eceng

    gondok dengan fermentasi cairan rumen sapi) karena ikan belum bisa

    memanfaatkan pakan dengan maksimal hal ini didukung tingginya nilai konversi

    pakan pada perlakuan A. Retensi lemak yang diperoleh pada penelitian ini

  • 35

    berkisar antara 33,29%-43,16%. Hasil ini terbilang lebih baik dari penelitian yang

    dilakukan oleh Rahmad, (2017) dengan hasil penelitian diperoleh retensi lemak

    20,3-31,20%, dan Cahyadi, (2015) dengan hasil penelitian diperoleh retensi lemak

    26,89-36,09%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemberian pakan

    dengan menambahkan tepung eceng gondok melalui fermentasi cairan rumen

    akan menghasilkan nilai retensi lemak yang lebih baik sebagai pakan pada

    budidaya ikan lele.

    Tingginya kadar glikogen pada perlakuan B (penambahan tepung eceng

    gondok terfermentasi cairan rumen) dibandingkan dengan perlakuan A (tanpa

    pemberian tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen) menunjukkan

    tingginya simpanan glukosa dalam tubuh ikan lele. Hal ini sejalan dengan

    penelitian Irmawati (2013), menyataan bahwa kadar glikogen yang meningkat

    pada ikan yang diberi tepung eceng gondok. Glikogen berupa bentuk karbohidrat

    disimpan dalam otot sebagai cadangan energi. Meski kemampuan hati dan otot

    terbatas dalam menyimpan glikogen. Pada perlakuan B, lipogenesis memiliki

    peningkatan yang signifikan karena sisa karbohidrat yang tidak tersimpan dalam

    gula otot diubah kedalam bentuk lemak yang pada akhirnya dapat meningkatkan

    retensi lemak seperti pada gambar 7. penambahan tepung eceng gondok selain

    meningkatkan retensi lemak juga menaikkan retensi protein seperti pada (Gambar

    6) dan perbaikan konversi pakan yang ditunjukkan oleh (Gambar 3).

    Semua parameter diatas juga didukung dengan kualitas air media

    pemeliharaan dimana kualitas air merupakan faktor fisika, kimia yang dapat

    mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung akan

  • 36

    mempengaruhi proses metabolisme ikan lele. Menurut (Taufik dkk, 2017) suhu

    sangat berperan penting dalam aktivitas, kegiatan serta kelangsungan hidup ikan

    lele. Selama melakukan penelitian, suhu dikontrol pada rentang 27-300C, kondisi

    ini tergolong baik untuk pertumbuhan ikan karena mempunyai batas yang hampir

    sama sebagaimana yang dikemukakan SNI (2014), pertumbuhan optimal ikan lele

    berkisar pada suhu 25-300C. Suhu tertinggi biasanya diperoleh setelah tengah hari

    antara pukul 13.00-15.00 WITA, sedangkan suhu terendah akan diperoleh

    biasanya setelah turun hujan. Derajat keasaman (pH) air selama penelitian

    berkisar antara 6,8-7,1, dimana nilai ini masih cukup optimal untuk pertumbuhan

    ikan seperti yang dikatakan Taufiq et al. (2016) ikan akan tumbuh dengan baik

    dalam lingkungan dengan derajat keasaman air (pH) 6,5-8. Tingginya tingkat

    keasaman dalam air dapat mengurangi nutrisi penting yang terdapat dalam

    lingkungan yakni fosfat. Asmawi, (1986) juga menyatakan bahwa ikan air tawar

    mempunyai toleransi terhadap pH air yang berkisar antara 4-11, diluar batas

    tersebut ikan akan mati. Adapun kadar oksigen terlarut (DO) selama penelitian

    adalah 3.02-4,38 mg/l. Ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang

    disebut arborescent organ. Hal ini membuat ikan lele tidak terlalu memerlukan

    kadar oksigen dalam air karena melalui organ ini, ikan dapat mengambil udara

    langsug dari permukaan. Kadar amoniak selama penelitian adalah 0.021-0,094

    mg/l hal ini masih bisa ditoleransi oleh ikan lele. Sesuai dengan SNI (2014),

    menjelaskan bahwa konsentrasi kandungan amoniak dan air maksimal adalah 0,1

    mg/l. Secara umum data parameter kualitas air yang diukur selama penelitian ini

  • 37

    berlangsung relatif masih cukup mendukung berlangsungnya proses kehidupan

    secara optimal untuk benih ikan lele.

  • 38

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian

    pakan dengan penambahan tepung eceng gondok dengan bantuan fermentasi

    cairan rumen cenderung dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan

    menurunkan nilai food convention ratio (FCR) ikan lele.

    5.2. Saran

    Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pemberian pakan

    buatan yang terbuat dari bahan eceng gondok yang difermentasi melalui bantuan

    cairan rumen sapi untuk diberikan pada pembenihan dan pembesaran ikan lele.

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    Adelina, I. Mokoginta, R. Affandi, dan D. Jusadi. 2009. Pengaruh Pakan dengan

    Kadar Protein dan Rasio Energi Protein yang Berbeda Terhadap

    Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (C.macropomum).

    [Thesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 88 hlm

    (Tidak diterbitkan).

    Ayuningtyas, A. 2008. Eksplorasi Enzim Selulase dari Isolat Bakteri asal Rumen

    Sapi. Skripsi pada Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Airlangga.

    Arlini, A.E. 2014. Pengaruh Penambahan Isi Rumen dan Metionin pada Ransum

    Komersial Terhadap Gain dan Efisiensi Pakan Broiler.

    Aniek, S .2003. Kerajinan Tangan Eceng Gondok. Jawa Tengah: Balai

    Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP)

    Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. PT. Gramedia, Jakarta. 82

    Hal.

    Budi, Y. S. 2006. Penggunaan Kapang Rhizopus Oligosporus Dengan Persentase

    Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Jelawat

    (Leptobarbus hoeveni Blkr). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

    Cahyadi, R. 2015. Penambahan Tepung Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

    Fermentasi Dalam Pakan untuk Pertumbuhan Benih Ikan Jelawat

    (Leptobarbus hoeveni). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

    Universitas Riau. Pekanbaru. 16 hlm.

    Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan' Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama.

    Yogyakarta.163 hal

    Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan). Rineka

    Cipta, Jakarta.

    Irmawati. (2013). Respons fisiologis, biokimia, dan molekuler ikan gurame yang

    diberi hormon pertumbuhan rekombinan. Disertasi. Bogor (ID).

    Institut Pertanian Bogor. Bogor, 141 hlm.

    Manendar. R. 2010. Pengolahan Limbah Cair Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

    dengan Metode Fotokatalitik TiO2: Pengaruh Waktu Kontak

    Terhadap Kualitas BOD5, COD, dan pH Efluen. Tesis.Program

    Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institut

    Pertanian Bogor. Bogor.

  • 40

    Mohapatra SM. 2015. Utilization of water hyacinth Eichhornia crassipes meal as

    partial fish protein replacement in the diet of Cyprinus carpio fry.

    European Journal of Experimental Biology. 5(5):31-36.

    Muchtaromah, B. Susilowati. R. Dan Kusumastuti. A. 2018. Pemanfaatan Tepung

    Hasil Fermentasi Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai

    Campuran Pakan Ikan Untuk Meningkatan Berat Badan Dan Daya

    Cerna Protein Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp)” (Refleksi Surat

    Ali Imran 190-191). Jurnal. Universitas Islam negeri. Malang. 1-10.

    NRC. 1997. Nutrient Requirement of Warm Water Fishes and Shellfishes.

    National Washington: Academy Press. DC, USA.

    Penaflorida VD. 1989. An evaluation of indigenous protein sources as potential

    components in the diet formulation for tiger prawn Penaeus

    monodon, using essential amino acid index (EAAI). Aquaculture.

    83:319-330.

    Rahmad, F. A. 2017. Pemanfaatan tepung eceng gondok (Eichhornia crassipes)

    terfermentasi menggunakan cairan rumen sapi dalam pakan terhadap

    pertumbuhan benih ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni). Fakultas

    Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 15 hlm.

    Ratnani, R. D. 2000. Pemanfaatan eceng gondok Eichornia crassipes untuk

    menurunkan kandungan COD (chemical oxygen demand), pH, bau,

    dan warna pada limbah cair tahu (Skripsi). Semarang (ID):

    Universitas Wahid Hasyim.

    Rizky, D. 2012. Ekstraksi Serat Selulosa Dari Tanaman Eceng Gondok

    (EichorniaCrassipes) Dengan Variasi Pelarut. (Skripsi). Fakultas

    Teknik. Universitas Indonesia.Depok.

    Rahmaningsih, H. D. 2006. Kajian penggunaan eceng gondok Eichornia crassipes

    pada penurunan senyawa nitrogen efluen pengolahan limbah cair PT.

    Capsugel Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

    Setiawati, M & M. A. Suprayudi. 2003. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan

    Nila Merah (Oreochromis sp.) yang Dipelihara pada Media

    Bersalinitas.

    Sulhi, M. Samsudin. R, Hendra. 2010. Penggunaan Kombinasi Beragam Pakan

    Hijauan Dan Pakan Komersial Terhadap Pertambahan Bobot Ikan

    Gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Balai Riset Perikanan

    Budidaya Air Tawar. Bogor.Prosiding Forum Inovasi Teknologi

    Akuakultur.759-764

    Susanto, H. 1987. Budidaya Ikan Di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

  • 41

    Samsudin, R. Ningrum. S. dan M. Sulhi. 2010. Evaluasi Penggunaan Pakan

    Dengan Kadar Protein Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan

    Nilem (Osteochilus hasseltii). Balai Riset Perikanan Budidaya Air

    Tawar. Bogor.Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 697-

    701.

    Taufiq, Firdaus dan Iko, I. A. 2016. Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar

    (Colossoma macropomum) Pada Pemberian Pakan Alami yang

    Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan

    Unsyiah. Volume 1, Nomor 3: 355-365 hlm. November 2016. ISSN.

    2527-6395.

    Yandes. Z, ridwan. A dan ing. M. 2003. Pengaruh Pemberian Selulosa Dalam

    Pakan Terhadap Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami (Osphronemus

    gouramy Lac). Jurnal lktiologi Indonesia, 3 (l). 27-33.

  • 42

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Tabel Laju Pertumbuhan Harian ikan lele yang diberi pakan dengan

    penambahan tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen pada

    akhir perlakuan.

    1. Berat Total Ikan

    Perlakuan Minggu ke- (gram)

    I II III IV V VI

    Kontrol 200 249,9 294,88 329,8 393,3 491,55

    Tepung Eceng

    Gondok 200 252,2 319,2 444,6 472,44 581,49

    2. Berat Ikan per ekor

    Perlakuan Minggu ke- (gram)

    I II III IV V VI

    Kontrol 2 2,55 3,04 3,4 4,37 5,65

    Tepung Eceng

    Gondok 2 2,6 3,36 4,68 5,08 6,39

    Lampiran 2. Tabel Pertumbuhan panjang ikan lele yang diberi pakan dengan

    penambahan tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen pada

    akhir perlakuan.

    1. Panjang Total Ikan

    Perlakuan Minggu ke- (cm)

    I II III IV V VI

    Kontrol 700 735 785,7 843,9 810 817,8

    Tepung Eceng

    Gondok 700 776 874 950 985,8 1010,1

    2. Panjang Ikan per ekor

    Perlakuan Minggu ke- (cm)

    I II III IV V VI

    Kontrol 7 7,5 8,1 8,7 9 9,4

    Tepung Eceng

    Gondok 7 8 9,2 10 10,6 11,1

  • 43

    Lampiran 3. Tabel Hasil pengolahan data laju pertumbuhan harian, pertumbuhan

    panjang, dan FCR ikan lele yang diberi pakan dengan penambahan

    tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen pada akhir

    perlakuan.

    Perlakuan Pertumbuhan

    Panjang (cm)

    Pertumbuhan

    Berat(gram) FCR (%)

    Kontrol 2,4 3,65 2,87

    Tepung Eceng

    Gondok 4,1 4,39 2,38

    Lampiran 4. Hasil Analisis Proksimat Tubuh ikan lele pada awal dan akhir

    penelitian.

    Awal Penelitian

    No Kode

    Sampel

    Parameter Satuan Hasil Acuan Metode

    1 Ikan Lele Kadar Air

    Kadar Abu

    Protein Kasar

    Lemak Kasar

    Serat Kasar

    %

    %BK

    %BK

    %BK

    %BK

    60,46

    14,94

    72,81

    4,56

    0,97

    SNI 01-2891-1992

    AOAC 942.05

    AOAC 984.13

    AOAC 920.39

    AOAC 962.09

    Akhir Penelitian

    No Kode

    Sampel

    Parameter Satuan Hasil Acuan Metode

    1 A Kadar Air

    Kadar Abu

    Protein Kasar

    Lemak Kasar

    Serat Kasar

    %

    %BK

    %BK

    %BK

    %BK

    74,05

    17,32

    81,20

    7,30

    2,17

    SNI 01-2891-1992

    AOAC 942.05

    AOAC 984.13

    AOAC 920.39

    AOAC 962.09

    2 B Kadar Air

    Kadar Abu

    Protein Kasar

    Lemak Kasar

    Serat Kasar

    %

    %BK

    %BK

    %BK

    %BK

    82,54

    20,17

    90,50

    9,20

    5,04

    SNI 01-2891-1992

    AOAC 942.05

    AOAC 984.13

    AOAC 920.39

    AOAC 962.09

  • 44

    Lampiran 5. Prosedur Analisis Proksimat

    A. Kadar Protein (metode semimicro-kjeldahl : Takeuchi, 1988)

    Tahap Oksidasi:

    1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 g dan dimasukkan ke dalam labu

    Kjeldahl.

    2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3 g

    dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.

    3. 10 mL H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu Kjeldahl dan kemudian

    labu dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion pada suhu 400oC selama 3

    – 4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau

    bening.

    4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 mL. Kemudian

    larutan dimasukan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan aquades

    sampai volume larutan mencapai 100 mL. Larutan sampel siap untuk

    didestilasi.

    Tahap Destilasi

    1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi

    setengahnya dengan aquades untuk menghindari kontaminasi oleh

    amonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

    2. Erlenmeyer diisi 10 mL H2SO4 0.05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator

    methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara

    dimiringkan hingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

  • 45

    3. 5 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui

    corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 mL

    NaOH 30 % lalu dimasukan melalui corong tersebut dan ditutup.

    4. Campuran alkali dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10

    menit terjadi pengembunan pada kondensor.

    5. Labu erlenmeyer diturunkan hingga ujung pipa kondensor berada di leher

    labu, di atas permukaan larutan. Kondensor dibilas dengan akuades

    selama 1 – 2 menit.

    Tahap Titrasi

    1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0.05N.

    2. Volume hasil titrasi dicatat.

    3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko.

    Perhitungan,

    ( ) ( )

    Keterangan:

    Vs : ml 0.05 N nitran NaOH untuk sampel;

    Vb : ml 0.05 N nitran NaOH untuk blanko;

    F : faktor koreksi dari 0.05 N larutan NaOH;

    S : bobot sampel (g);

    0.0007: setiap ml 0.05 N NaOH ekuivalen dengan 0.0007 g nitrogen;

    6.25 : faktor nitrogen

  • 46

    B. Kadar lemak (metode ether ekstraksi: Takeuchi, 1988)

    1. Labu ekstraksi dipanaskan di dalam oven (110oC) selama 1 jam kemudian

    didinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu ditimbang bobot labu

    tersebut (A)

    2. Sampel ditimbang sebanyak 1-2 g (B) dan dimasukkan ke dalam tabung

    filter lalu dipanaskan pada suhu 90-100 oC selama 2-3 jam

    3. Tabung filter ditempatkan ke dalam ekstrak dari alat soxhlet. Kemudian

    disambungkan kondensor dengan labu ekstraksi yang telah diisi 100 ml

    petroleum eter

    4. Eter dipanaskan pada labu ekstraksi dengan menggunakan water bath pada

    suhu 70 oC selama 16 jam 5.Labu ekstraksi dipanaskan pada suhu 100

    oC

    kemudian ditimbang (C)

    ( )

    C.Kadar air (Takeuchi 1988)

    1. Cawan dipanaskan dalam oven (110oC) selama 1 jam kemudian

    dimasukkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (A)

    2. Bahan ditimbang 2-3 gram (B)

    3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam oven (110oC) selama 4 jam

    kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit lalu ditimbang

    (C)

    ( ) ( )

  • 47

    D.Kadar abu (Takeuchi 1988)

    1. Cawan dipanaskan di dalam oven (110oC) selama 1 jam kemudian

    dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (A)

    2. Bahan ditimbang 2-3 g (B)

    3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur (600oC) sampai bahan menjadi

    abu, kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit lalu

    ditimbang (C)

    ( ) ( )

    E. Serat kasar (Takeuchi, 1988)

    1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC.

    Setelah itu didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang (A)

    2. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 g (B) dan dimasukkan ke dalam erlemeyer

    250 ml.

    3. Sebanyak 50 ml H2SO4 0.3 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian

    dipanaskan selama 30 menit. Setelah itu dimasukan 25 ml NaOH 1.5 N ke

    dalam erlenmeyer lagi, kemudian dipanaskan selama 30 menit

    4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong

    Buchner dan dihubungkan pada vacum pump untuk mempercepat filtrasi

    5. Larutan dan bahan yang ada dalam corong Buchner dibilas secara berturut-

    turut 50 ml air panas, H2SO4 0.3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton

    6. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin, kemudian

    dikeringkan selama 1 jam dan kemudian didinginkan dalam eksikator dan

    ditimbang (C)

  • 48

    7. Setelah itu dipanaskan dalam tanur 600oC hingga berwarna putih,

    kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (D)

    ( ) ( )

  • 49

    Lampiran 6. Dokumentasi proses penelitian

    Penyaringan Cairan Rumen Sapi

    Pembuatan Pakan Uji

    Pencetakan Pakan

  • 50

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama Dian Zulita dilahirkan di Tangerang pada

    tanggal 14 Desember 1996, sebagai anak pertama dari dua

    bersaudara dari pasangan Pininta dan Zulkarnain. Penulis

    menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) pada tahun

    2009 di SD Periuk Jaya Permai Tangerang, setelah tamat SD

    penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP) pada tahun 2009 di

    SMP Negeri 1 Sanggar dan diselesaikan pada tahun 2012, pada tahun yang sama

    penulis masuk ke sekolah menengah kejuruan (SMK) di SMK Negeri 6 Bima dan

    lulus pada tahun 2015. Dan pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa

    program studi budidaya perairan, fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

    Makassar melalui jalur tes. Selama kuliah penulis pernah magang di Balai

    Perikanan Budidaya Laut Lombok (BPBL).

    Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul

    “Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Pada Pakan Dengan

    Mencampurkan Tepung Eceng Gondok Yang Difermentasi Cairan Rumen Sapi.

    Di Bawah bimbingan Dr. Murni, S.Pi., M.Si. dan Asni Anwar, S.Pi., M.Si.