Kimia Organik
-
Upload
asep-marzuki -
Category
Documents
-
view
134 -
download
4
description
Transcript of Kimia Organik
KIMIA ORGANIK BAGIAN I
Pengertian Kimia Organik
Kimia organik adalah salah satu bidang ilmu ilmu kimia yang mempelajari struktur, sifat, dan
komposisi suatu senyawa. Kimia organik juga sering disebut sebagai kimia karbon, karena unsur
yang dipelajari dalam kimia organik adalah unsur yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
biasanya dengan tambahan nitrogen, belerang, dan fosfor. Salah satu contoh senyawa organik
adalah TNT (trinitrotoluena) yang digunakan sebagai bahan peledak. TNT tersusun atas atom-
atom karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Di bawah ini adalah struktur dua dan tiga dimensi
(versi balls and sticks) dari senyawa TNT. Atom hitam adalah karbon, abu-abu adalah hidrogen,
merah adalah oksigen, dan biru adalah nitrogen.
Struktur trinitrotoluene
Setiap makhluk hidup tersusun atas senyawa organik. Diambil istilah organik karena dahulu kala
banyak senyawa yang disintesis dari makhluk hidup, seperti selulosa, pati, lemak, dll.
Gugus Fungsi dalam Kimia Organik
Salah satu bahasan dalam kimia organik, yang membedakan dengan kimia anorganik adalah
adanya sebuah pola yang disebut deret homolog. Setiap senyawa organik mempunyai gugus
yang spesifik dimana setiap gugus tersebut berbeda sifat dan reaktivitasnya. Inilah yang disebut
gugus fungsional. Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu
senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas pada senyawa.
Semua senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional yang sama akan ditempatkan pada
deret homolog yang sama. Berdasarkan gugus fungsi, dapat dibuat klasifikasi senyawa organik
yang memudahkan kimia organik untuk dipelajari.
Materi Kimia Organik
Dalam situs ini, materi kimia organik dibagi menjadi beberapa kategori.
Alkana
Reaksi Terhadap Alkana
Alkana sangat tidak reaktif terhadap sebagian besar pereaksi. Alkana merupakan senyawa
nonpolar dan hanya memiliki ikatan-ikatan sigma yang kuat. Alkana dapat bereaksi dengan
oksigen dan halogen pada kondisi tertentu. Inilah beberapa reaksi yang bisa dilakukan terhadap
senyawa golongan alkana.
Oksidasi
Alkana bila bereaksi dengan oksigen dalam jumlah yang memadai (teroksidasi sempurna)
membentuk CO2 dan H2O disertai pembebasan panas. Contoh:
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2H2O + panas.
Halogenasi
Alkana bereaksi dengan halogen di bawah pengaruh panas atau sinar ultraviolet. Contoh:
CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl
Pada contoh reaksidi atas terjadipenggantian satu atom H pada metana oleh atom halogen.
Reaksi ini termasuk reaksi substitusi dan karena substitusinya halogen, maka disebut dengan
halogenasi.
Melalui eksperimen, Markovnikov pada tahun 1875 memperoleh bukti bahwa dalam reaksi
substitusi terdapat perbedaan laju reaksi substitusi di antara atom-atom H dalam alkana, yaitu H3˚
> H2˚ > H1˚. Pada halogenasi (kecuali fluor), ternyata bahwa kereaktifannya dalam reaksi
substitusi adalah klor > brom > iod.
Nitrasi
Reaksi alkana dengan HNO3 pada suhu 150-475˚ C mengakibatkan terjadinya substitusi atom H
pada alkana oleh gugus -NO2 (gugus nitro). Reaksi substitusi semacam ini dinamakan reaksi
nitrasi,dan secara umum dituliskan dengan persamaan reaksi:
R-H + HO-NO2 → R-NO2 + H2O
Seperti halnya halogenasi, atom-atom H dalam alkana berbeda laju reaksinya dalam nitrasi
sehingga hasil nitrasi cenderung membentuk campuran. Contoh:
CH3CH2CH3 + HNO3 → CH3CH2CH2NO2 + CH3CH(NO2)CH3
Sulfonasi
Reaksi alkana dengan asam sulfat pekat berasap (oleum) menghasilkan asam alkana sulfonat dan
dituliskan dengan persamaan reaksi umum:
R-H + HO-SO3H → RSO3H + H2O
Dalam reaksi di atas terjadi substitusi satu atom H pada alkana oleh gugus -SO3H
dan subsritusi ini dinamakan sulfonasi. Dalam reaksi sulfonasi terbukti bahwa laju
substitusi H3˚ > H2˚ > H1˚.
Sifat Fisik Alkana
Sifat fisik alkana. Alkana merupakan suatu senyawa organik. Alkana merupakan suatu
hidrokarbon yang bersifat jenuh, dikarenakan tidak mempunyai ikatan rangkap. Alkana hanya
terdiri dari atom karbon dan hidrogen dengan rumus empiris CnH2n+2. Di sini akan dibahas sifat-
sifat fisik dari senyawa alkana pada umumnya.
Wujud Alkana
1. Semua alkana tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
2. Alkana rantai pendek (C1 sampai C4) berupa gas, rantai sedang (C3 sampai C17) berupa
cairan dan jika lebih panjang berbentuk padatan.
3. Titik didih alkana meningkat seiring kenaikan berat molekul. Hal ini dikarenakan
meningkatnya gaya van der Waals sebanding dengan kenaikan berat molekul.
4. Cabang alkana menyebabkan penurunan luas permukaan yang mengakibatkan penurunan
gaya van der Waals. Itulah sebabnya titik didih pentana > isopentana > neopentana
5. Titik leleh alkana tidak menunjukkan keteraturan. Alkana dengan jumlah atom karbon
genap memiliki titik leleh lebih tinggi dibandingkan yang mempunyai jumlah atom
karbon ganjil.
6. Kecenderungan abnormal pada titik leleh mungkin karena alkana dengan atom karbon
ganjil memiliki atom karbon di sisi berlawanan. Jadi alkana dengan atom karbon genap
dapat dikemas erat dalam kisi kristal membuat gaya tarik antarmolekul menjadi lebih
besar.
Massa Jenis Alkana
Massa jenis alkana meningkat seiring kenaikan berat molekul dan berakhir maksimal pada 0,76
g/mL. Dengan kata lain massa jenis alkana yang paling besar adalah 0,76 g/mL. Jadi semua
alkana lebih ringan dari air.
Kelarutan Alkana
Alkana bersifat non polar sehingga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar
misalnya C6H6 (benzena) , CCl4 (karbon tetraklorida) dll.
Isomer Struktur Alkana
Pengertian Isomer Struktur
Senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda (dalam hal
terikatnya atom-atom dalam molekul) disebut isomer-isomer struktur.
Contoh Isomer Struktur
Misalnya alkana dengan rumus molekul C4H10 mempunyai dua buah isomer struktur, yang masing-
masing diberi nama butana dan 2-metilpropana (isobutana). Butana dan 2-metilpropana adalah dua
senyawa yang berbeda strukturnya dan mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia yang berbeda pula.
Rumus struktur butana (kiri) dan 2-metilpropana (kanan)
Kemampuan atom-atom karbon membentuk ikatan yang kuat dan stabil dengan atom-atom karbon lain
menghasilkan isomer-isomer struktur dengan jumlah yang sangat banyak. Alkana dengan rumus molekul
C5H12 mempunyai 3 isomer struktur, alkana dengan rumus molekul C10H22 dan C25H52 berturut-turut
mempunyai 75 dan hampir 37 juta isomer struktur.
Golongan Alkana
Pengertian Alkana
Senyawa organik yang paling sederhana adalah hidrokarbon. Hidrokarbon hanya terdiri dari dua unsur,
yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Hidrokarbon jenuh atau yang disebut dengan alkana adalah
hidrokarbon yang keseluruhan ikatannya adalah ikatan tunggal. Masing-masing karbon membentuk
empat ikatan dan masing-masing hidrogen membentuk satu ikatan dengan karbon. Ikatan pada masing-
masing hidrokarbon adalah tetrahedral, dengan sudut ikatan 109,5°. Hasilnya, alkana rantai panjang
akan membentuk pola zig zag.
Alkana Rantai Lurus
Rumus umum alkana adalah CnH2n+2 dimana n adalah jumlah atom karbon pada molekul alkana. Ada dua
buah cara untuk menulis rumus struktur. Sebagai contoh, buatana dapat dituliskan sebagai
CH3CH2CH2CH3 atau CH3(CH2)2CH3.
Jumlah Karbon Nama Rumus Molekul Rumus Struktur
1 Metana CH4 CH4
2 Etana C2H6 CH3CH3
3 Propana C3H8 CH3CH2CH3
4 Butana C4H10 CH3CH2CH2CH3
5 Pentana C5H12 CH3CH2CH2CH2CH3
6 Heksana C6H14 CH3(CH2)4CH3
7 Heptana C7H16 CH3(CH2)5CH3
8 Oktana C8H18 CH3(CH2)6CH3
9 Nonana C9H20 CH3(CH2)7CH3
10 Dekana C10H22 CH3(CH2)8CH3
Tata Nama Alkana
Nama induk alkana diambil dari rantai terpanjang Jika ada dua atau lebih rantai yang panjangnya sama, maka diambil yang mempunyai cabang
terbanyak. Rantai karbon dihitung dari cabang terdekat. Jika ada dua macam cabang yang dekatnya sama, maka dihitung dari cabang terdekat
berikutnya. Jika ada cabang yang sama, maka ada awalan sesuai dengan jumlah cabang yang sama, yaitu di-,
tri- tetra- berturut-turut untuk dua, tiga, dan empat cabang yang sama.
Alkana Bercabang
Cabang (substituen) yang mempunyai cabang, dinomori dari karbon substituen yang melekat pada rantai induk.
Penomoran substituen dimulai dari karbon yang melekat pada rantai induk. Keseluruhan nama dari cabang substituen ditulis dalam kurung, dengan didahului nomor yang
mencerminkan induk yang mana karbon itu bergabung. Substituen ditulis urut abjad. Untuk mengurutkan sesuai abjad, abaikan awalan (di-, tri, tetra-)
tetapi jangan abaikan posisi seperti iso- dan tert-
Alkana Siklis
Rantai induk ditentukan dari karbon yang membentuk cincin terbesar (misal, sikloalkana adalah sikloheksana)
Ketika dua cincin bergabung, cincin yang lebih besar adalah yang menjadi rantai induk, sedangkan yang kecil menjadi cabang sikloalkil.
Penggunaan Alkana
Senyawa alkana dekat dengan kehidupan manusia. Penerapan senyawa alkana dalam kehidupan sehari-
hari adalah sebagai berikut:
Metana untuk bahan bakar roket Butana untuk pengisi korek api Pentana banyak digunakan untuk kebutuhan industri
Heksana dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa alam yang sifatnya non polar Pentana (bensin) digunakan untuk kendaraan bermotor. Iso-oktana adalah bensin dengan kualitas tinggi (biasa disebut pertamax) Sebagai bahan pembuatan polimer Sebagai intermediet dalam sintesis senyawa organik
Bilangan Oktan
Pada bahan bakar bensin, biasanya dikenal dengan bilangan oktan. Bilangan oktan adalah menyatakan
persentase kandungan senyawa iso-oktana di dalam bahan bakar bensin. Misalnya, suatu pertamax
mempunyai bilangan oktan 95. Hal itu berarti pertamax tersebut terdiri atas 95% iso-oktana dan sisanya
(5%) pentana.
Semakin tinggi bilanagan oktan, maka semakin bagus. Bahan bakar bensin dengan bilangan oktan
rendah akan menghasilkan jelaga (arang) yang banyak.
Alkena
Pembuatan Alkena
Alkena dapat dibuat dengan menggunakan hidrokarbon yang berbeda seperti alkana dan alkuna
ataupun dengan haloalkana. Inilah pembahasan cara pembuatan alkena.
Reduksi Alkuna
Reduksi alkuna dengan kehadiran natrium atau litium amonia menghasilkan trans-alkena. Untuk
pembuatan cis-alkena dapat digunakan katalis Kindlar yang mengandung butiran paladium di
antara karbon dan barium sulfat. Kedua reaksi sangat bagus dalam reaksi katalisis heterolitik.
Dehidrohalogenasi Haloalkana
Ketika haloalkana dipanaskan dengan larutan kalium hidroksida alkoholis, molekul hidrogen
halida akan tereliminasi membentuk alkena.
>CH-C(X)< + :B → >C=C< + H:B + :X-
Reaksi tersebut dinamakan eliminasi-1,2 dengan hidrogen yang tereliminasi. Reaksi berlangsung
dengan serangan basa seperti ion hidroksida pada alkena melepas hidrogen ke dalam air diikuti
dengan pelepasan ion halida.
Dehidrasi Alkohol
Dehidrasi alkohol dengan adanya asam seperti asam fosfat akan menghasilkan alkena. Reagen
yang lain untuk dehidrasi adalah alumina pada suhu 623K. Ketika alkohol menguap melewati
alumina, maka akan terbentuk alkena. Alkena sekunder dan tersier terdehidrasi oleh katalis
asam seperti asam sulfat pekat. Sebagai contoh, dehidrasi 2-propanol akan menghasilkan
propena.
Dehalogenasi dihalida visinal
Dihalida visinal terdehalogenasi membentuk alkena dengan adanya zink pada larutan alkoholis
pada suhu tinggi.
Elektrolisis Kolbe
Elektrolisis garam natrium atau kalium pada asam diprotik menghasilkan alkena. Ketika larutan
garam natrium atau kalium asam diprotik terelektrolisis, maka alkena dapat diperoleh. Sebagai
contoh, selama elektrolisis kalium suksinat, reaksi pada anoda akan melepaskan karbon dioksida
dan etena.
Cracking
Pemecahan molekul hidrokarbon dalan jumlah besar menjadi molekul hidrokarbon yang lebih
kecil menggunakan suhu tinggi disebut proses cracking. Cracking C15H32 membentuk campuran
etena, propena, dan oktana.
C15H32 → 2 C2H4 + C3H6 + C8H18
Akhir-akhir ini zeolit digunakan untuk katalis untuk proses cracking. Zeolit adalah kompleks
alumino silikat yang mengandung silikon, aluminium, dan oksigen.
Reaksi Grignard dengan Vinil Halida
Ketika vinil halida bereaksi dengan reagen Grignard, makan akan membentuk alkena yang lebih
tinggi. Sebagai contoh, metil magnesium bromida membentuk propena dengan vinil bromida
melalui reaksi substitusi.
CH3MgBr + BrCH=CH2 → H3CH=CH2 + MgBr2
Isomer E-Z
Isomer sistem E-Z menggunakan seperangkat aturan untuk menetapkan prioritas gugus-gugus
yang terikat pada atom-atom karbon ikatan rangkap. Dengan menggunakan aturan ini, dapat
ditentukan yang manakah dari masing-masing gugus pada setiap atom karbon ikatan rangkap
yang memiliki prioritas lebih tinggi.
Jika gugus-gugus yang memiliki prioritas lebih tinggi terletak pada sisi yang sama terhadap
ikatan rangkap, maka di depan nama tersebut diberi huruf Z (singkatan dari kata bahasa Jerman
Zusammen yang berarti bersama).
Jika gugus-gugus yang memiliki prioritas lebih tinggi terletak pada sisi yang berlawanan
terhadap ikatan rangkap, maka diberi huruf E (singkatan dari kata bahasa Jerman Entgegen yang
berarti berlawanan).
Aturan Penentuan Prioritas
1. Setiap atom yang berikatan langsung dengan atom-atom karbon ikatan rangkap
ditentukan prioritasnya berdasarkan nomor atomnya, dengan ketentuan bahwa nomor
atom lebih tinggi mempunyai prioritas yang lebih tinggi pula.
2. Jika prioritas tidak dapat ditentukan dengan perbedaan nomor atom (karena atom-atom
yang diikat sama), maka yang digunakan sebagai prioritas adalah atom yang terikat
berikutnya sampai diperoleh perbedaan prioritas.
3. Dalam hal ikatan rangkap, maka atom-atom yang beriktan rangkap tersebut dianggap
mengikat dua atom sejenis dengan ikatan tunggal. Dengan kata lain, atom-atom yang
berikatan rangkap diduakalikan.
Contoh Isomer E-Z
Sebagai contoh, perhatikan contoh isomer E-Z senyawa 2-kloro-2-butena berikut:
Isomer Cis-Trans
Isomer sistem cis-trans adalah cara yang paling umum digunakan untuk menujukkan
konfigurasi alkena. Cis mengandung pengertian bahwa substituen terletak pada bidang
yang sama, sedangkan trans mengandung pengertian bahwa substituen terletak pada
bidang yang berseberangan. Dengan sistem ini tidak lagi dijumpai keraguan isomer
manakah yang diberi nama cis-2-butena dan manakah trans-3-heksena.
Untuk alkena yang lebih kompleks, orientasi atom-atom pada rantai utama menentukan
apakah alkena termasuk cis atau trans. Misalnya, rumus struktur isomer cis-3,4-dimetil-2-
pentena. Pada contoh ini, atom-atom karbon rantai utama nomor 1 dan 4 terletak pada sisi
yang sama terhadap ikatan rangkap, sehingga diberi nama cis.
Tata Nama Alkena
Pada dasarnya, senyawa alkena dapat dinamai dengan cara sistem IUPAC maupun nama umum (trivial).
Masing-masing tata nama alkena tersebut akan dibahas sat per satu di sini.
Nama IUPAC Alkena
Menurut aturan IUPAC, tata nama alkena berasal dari alkana yang berakhiran -ana menjadi alkena yang
berakhiran -ena. Sebagai contoh yang sederhana, 1-pentena mempunyai rumus CH2=CHCH2CH2CH3,
sedangkan 2-pentena mempunyai rumus struktur CH3CH=CHCH2CH3. Pemberian angka 1 dan 2 di depan
nama pentena tersebut tentu saja merujuk pada posisi ikatan rangkap dua dalam senyawa. Karbon-
karbon dalam alkena yang rumit dinamai sedemikian rupa sehingga karbon yang berikatan rangkap
dinomori dengan nomor yang paling rendah. Perhatikan senyawa berikut ini:
Pada senyawa 3-metil-2-propil-1-pentena di atas, yang menjadi rantai utama adalah yang mempunyai
ikatan rangkap (terdiri dari 5 atom karbon). Maka senyawa tersebut dinamai dengan 1-pentena sesuai
dengan jumlah rantai induknya.
Nama Trivial Alkena
Nama trivial adaah nama umum yang diberikan kepada beberapa struktur khusus alkena. Sebagai contoh, etena mempunyai nama trivial etilena; propena mempunyai nama trivial propilena; dan 2-metilpropena mempunyai nama trivial isobutilena. Ada juga nama gugus fungsi trivial alkena yang didasarkan pada kedudukan dan jumlah rantai alkena. Sebagai contoh gugus alkenil CH2= diberi nama metilena; gugus fungsi CH2=CH- diberi nama vinil; dan CH2=CH-CH2 diberi nama alil.
Golongan Alkena
Pengertian Alkena
Alkena merupakan salah satu senyawa hidrokarbon alifatik yang bersifat tidak jenuh, tetapi
cukup bersifat reaktif. Istilah yang digunakan adalah tidak jenuh, yang menandakan bahwa
alkena mengandung atom hidrogen yang kurang dari jumlah semestinya, jika dihubungkan
dengan jumlah atom karbonnya.
Gugus fungsi alkena yang utama adalah adanya ikatan rangkap dua antar karbon (C=C). Gugus
fungsi ini sangat mempengaruhi reaksi pada golongan alkena. Secara umum, reaksi yang dapat
terjadi pada alkena dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu reaksi pada ikatan rangkap dan
reaksi di luar ikatan rangkap. Reaksi alkena yang terjadi pada ikatan rangkap dinamakan reaksi
adisi, sedangkan di luar katan rangkap dinamakan reaksi substitusi.
Hidrokarbon alifatik tak jenuh dapat juga mengandung lebih dari satu ikatan rangkap, sebagai
contoh adalah senyawa alkadiena. Alkadiena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang
mengandung dua buah ikatan rangkap.
Struktur Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon tidak jenuh dengan sebuah ikatan rangkap. Suatu alkena
mengikuti rumus umum CnH2n. Sebagai contoh adalah etena yang mempunyai rumus molekul
C2H4 dan propena yang mempunyai rumus molekul C3H6. Inilah rumus struktur etena dan
propena:
Berdasarkan teori tolakan pasangan elektron valensi (Valence Shell Electron Pair Repulsion,
VSEPR), dapat diramalkan bahwa ikatan antar karbon membentuk sudut sekitar 120º, walaupun
nyatanya tidak selalu tepat demikian. Pada gambar di atas, etena mempunyai sudut ikatan
sebesar 121,7º, sedangkan sudut ikatan pada propena adalah 124,7º. Besarnya sudut ikatan ini
dipengaruhi oleh besarnya gugus yang terikat oleh atom karbon yang mempunyai ikatan
rangkap. Sudut akan semakin besar jika gugus yang diikat juga semakin besar.
Tumpang Tindih Orbital Alkena
Jika ada ikatan rangkap dua, maka ikatan tersebut terdiri atas satu ikatan pi (π) dan satu ikatan
sigma (σ). Kedua jenis ikatan ini berbeda jauh. Ikatan sigma bersifat sangat kuat (tidak mudah
putus) dan dapat berotasi (berputar). Ikatan pi bersifat lemah (mudah putus) dan tidak dapat
berotasi. Atom karbon yang berikatan rangkap menggunakan tiga buah orbital membentuk model
hibridisasi sp2 membentuk ikatan sigma dengan tiga atom yang lain. Ketiga orbital hibrida
tersebut membentuk sudut 120º dalam satu bidang. Sedangkan orbital atom 2p yang tidak
terhibridisasi mempunyai orientasi tegak lurus terhadap orbital sp2. Apabila kedua orbital atom
2p yang tidak terhibridisasi tersebut bersifat paralel, maka akan terjadi peristiwa tumpang tindih
sehingga membentuk ikatan pi pada ikatan rangkap dua.
Diperlukan energi 63 kkal/mol untuk memutus ikatan pi dalam molekul etena. Energi yang dibutuhkan lebih besar dariada energi termal pada temperatur kamar. Akibatnya, ikatan tersebut
tidak bisa berotasi. Keadaan tersebut tidak berlaku pada etana, yang hanya mempunyai ikatan
sigma sehingga bebas untuk berotasi.
Spektrum Alkena
Spektrum IR Alkena
Etilena, tetrakloroetilena dan alkena lain berisi ikatan rangkap non polar C=C yang tidak
menyerap radiasi dalam daerah C=C. Alkena seperti RR'C=CHR dan alkena tidak simetri lainnya
berisi ikatan rangkap polar C=C dan jadi menyerap radiasi inframerah. Uluran ikatan rangkap
C=C menimbulkan absorbsi pada 1600-1700 cm-1
. Karena ikatan rangkap itu tidak polar, uluran
ini hanya mengakibatkan perubahan kecil dalam momen ikatan. Akibatnya absorpsi itu lemah,
10 sampai 100 kali lebih lemah daripada absorpsi gugus karbonil. Absorpsi yang ditimbulkan
oleh uluran ikatan karbon-hidrogen vinilik atau alkenil (=C-H) pada kira-kira 3000-3100 cm-1
juga lemah. Ikatan karbon-karbon alkenil menunjukkan absorbsi tekukan dalam daerah sidik jari
spektrum inframerah.
Spektrum NMR Alkena
Pergeseran kimia untuk proton vinil (ikatan rangkap di ujung) terjadi dengan nilai δ sekitar 5,0
ppm. Posisi yang pasti pada absorpsi ini bergantung pada letak ikatan rangkap C=C dalam rantai
hidrokarbon. Pada umumnya proton pada karbon alkenil ujung (terminal) menyerap di dekat 4,7
ppm, sedangkan proton pada karbon alkenil bukan ujung sedikit lebih ke bawah medan pada
nilai δ sekitar 5,3 ppm.
Manfaat Alkena
Penggunaan alkena dalam kehidupan adalah:
Bahan pembuatan etanol dan etilen glikol.
Bahan pembuatan plastik seperti polietilen
Bahan pematangan buah seperti nanas, apel, dan jeruk.
NEXT KIMIA ORGANIK BAGIAN II
Alkuna
1. Sifat Fisika dan Kimia Alkuna
2. Pembuatan Alkuna
3. Golongan Alkuna
Alkohol
1. Tata Nama Alkohol
2. Sifat Fisika dan Kimia Alkohol
3. Pembuatan Alkohol
4. Reaksi Terhadap Alkohol
5. Golongan Alkohol
Eter
1. Pembuatan Eter
2. Reaksi Terhadap Eter
3. Tata Nama Eter
4. Golongan Eter
Aldehida dan Keton
1. Reaksi Kondensasi Aldol
2. Pembuatan Aldehida dan Keton
3. Reaksi Reduksi-Oksidasi Aldehida dan Keton
4. Sifat Fisika dan Kimia Aldehida-Keton
5. Tata Nama Keton
6. Tata Nama Aldehida
7. Golongan Aldehida dan Keton
Asam Karboksilat
1. Spektrum Asam Karboksilat
2. Turunan Asam Karboksilat
3. Reaksi Dekarboksilasi
4. Reaksi Esterifikasi
5. Pembuatan Asam Karboksilat dalam Industri
6. Tata Nama Asam Karboksilat
7. Golongan Asam Karboksilat
Struktur Organik
1. Resonansi
2. Pengaruh Hibridisasi terhadap Panjang Ikatan
3. Rumus Empiris, Molekul dan Struktur Senyawa Organik
4. Klasifikasi Senyawa Organik
5. Elektrofil, Nukleofil, dan Radikal Bebas
Reaksi Organik
1. Peta Reaksi Keton dan Alkohol Sekunder
2. Reaksi Adisi
3. Reaksi Eliminasi
4. Reaksi Substitusi
5. Perbedaan Mekanisme SN2, SN1, E1 dan E2
6. Pemecahan Homolitik dan Heterolitik
7. Reaksi Organik
Polimer
1. Polimer Buatan (Sintetis)
2. Polimer Alam
3. Morfologi Polimer
4. Transisi Gelas
5. Sifat Kimia Polimer
6. Sifat Mekanik Polimer
7. Klasifikasi Polimer
8. Polimerisasi Kondensasi
9. Polimerisasi Adisi
10. Polimer
Sumber : http://ilmukimiaonline.blogspot.com/